Bab 2 PBI

42
PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO Manajemen Risiko

Transcript of Bab 2 PBI

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENERAPAN

MANAJEMEN RISIKO

Manajemen Risiko

Peraturan Bank Indonesia

PBI No 5/8/PBI/2003 tertanggal 19 Mei 2003 Penerapan Manajemen Risiko Untuk Bank Umum

PBI No. 7/25/PBI/2005 tertanggal bulan Agustus 2005 Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan

Pejabat Bank Umum PBI No. 11/19/PBI 2009 Tertanggal 4 Juni 2009

Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum

Bank Indonesia

Bank Indonesia meminta kepada bank umum :Mengatur risiko – risiko dalam suatu struktur

manajemen yang terintregasiMembangun sistem dan struktur manajemen

yang dibutuhkan dalam mencapainya

Struktur Manajemen Risiko Menurut Bank Indonesia

Risiko PasarRisiko KreditRisiko OperasionalRisiko LikuiditasRisiko HukumRisiko ReputasiRisiko StrategiRisiko Kepatuhan

Komite Manajemen Risiko

Bank umum harus memiliki komite manajemen risiko dan unit manajemen risiko tugas merekomendasikan : Kebijakan risiko, strategi dan aplikasi Setiap perubahan proses sebagai hasil dari

rekomendasi audit internal atau evaluasi lainnya dari proses manajemen risiko

Penjelasan kepada Bank Indonesia dan dewan direksi bank beberapa keputusan yang dibuat oleh bank yang bertentangan dengan kebijakan manajemen risiko

Persyaratan dalam Membangun Struktur

Komite/Unit Manajemen Risiko

Harus sesuai untuk ukuran dan komplesitas dari risiko-risiko yang akan diambil oleh bank

Independen secara operasional dan pelaporan dari unit bisnis

Melapor kepada anggota dari dewan direksi bank

Tanggung Jawab Komite/Unit Manajemen Risiko

1. Memantau implementasi terhadap strategi manajemen strategi manajemen risiko

2. Memantau keseluruhan tingkatan risiko yang dijalankan bank serta membandingkan dengan kesediaan bank menanggung risiko

3. Memantau tingkatan risiko yang akan dilaksanakan bank terhadap batas risiko dirancang untuk masing-masing jenis risiko

4. Melakukan stress testing terhadap model penilaian risiko yang digunakan

5. Melaksanakan peninjauan reguler terhadap prosedur dan proses manajemen risiko bank

Tanggung Jawab Komite/Unit Manajemen Risiko

7. Penguji proposal sebelum penerapan produk dan jasa baru

8. Pelaksana pengujian reguler terhadap kemampuan prediksi dari suatu model risiko bank dibandingkan dengan hasil nyata dari proses pengambilan risiko

9. Membuat rekomendasi kepada komite manajemen risiko bank mengenai semua aspek proses menejemen risiko bank

10. Melaporkan secara reguler profil risiko bank kepada manajemen risiko dan komite risiko bank

Laporan Manajemen Risiko

Laporan profil resikoLaporan produk dan jasa baruLaporan kerugian keuangan yang

signifikanLaporan publikasi dan akuntansi

Basel 1

Regulasi keuangan periode tahun 1970 - an dan 1980 - an :

Pemberian izin mendirikan lembaga keuangan Pembatasan aktivitas yang diperbolehkan dan

tidak diperbolehkan pada masing-masing institusi keuangan

Definisi dari rasio-rasio pada neraca dan persyaratan giro wajib nimimum atau menjaga tingkat aktiva yang harus disediakan dalam obligasi pemerintah

Munculnya permasalahan

Lemahnya bank sentral disebabkan oleh antara lain : Fungsi dari lender of the last resort Masalah krisis likuidasi Krisis solvency

Regulasi

Pertengah tahun 1970-an mulai menetapkan pendekatan pada pengawasan dengan prinsip kehati-hatian – prudential supervisor

Prudential supervisor

Lembaga keuangan secara signifikansi harus mengukur sendiri performa berdasarkan hasil atau return yang ingin dicapai dan tingkat risiko yang sanggup ditanggung dengan tujuan akhir mencapai return yang diinginkan

Era globalisasi terus berkembang, era globalisasi ini telah memasuki pasar uang, pasar modal, dan pasar komoditi yang dalam penerapannya membutuhkan suatu norma prudential yang dapat diberlakukan secara internasional dan dapat diimplementasikan secara konsisten pada semua negara

Penetapan Basel 1

Secara internasional dibutuhkan suatu keragaman regulasi secara global atau internasional yang akan menjadi suatu acuan bagi regulator pada masing-masing Negara.

Pandangan dan pemikiran ini yang menjadi dasar munculnya kesepakatan Basel – basel accord

Kesepakatan Basel 1

Pada tahun 1974 dicetuskan komite basel – the basel committee

Fungsi untuk pengawasan dibidang perbankan.

pembentukan komite basel diprakarsai oleh gubernur bank sentral the group of ten (G10)

Penggagas Komite Basel

1 Amerika serikat 8 Kanada

2 Belanda 9 Prancis

3 Belgia 10

Swedia

4 Inggris 11

Swiss

5 Italia 12

Spanyol

6 Jepang 13

Luxembourg

7 Jerman

Tujuan utama Pengembangkan Kesepakatan Basel I

Meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari sistem perbankan internasional

Untuk menciptakan kerangka pengukuran kecukupan modal dari bank yang aktif secara internasional

Untuk membentuk kerangka yang dapat diaplikasikan secara konsisten dengan berpandangan untuk mengurangi ketidaksertaan dalam persaingan – competitive inqualities – antara bank – bank yang aktif secara internasional.

Konsep Kesepakatan Basel 1

Pengukuran kecukupan modal menurut kredit didasari oleh beberapa kalkulasi terdiri dari :Bobot risiko aktiva dan bobot risikoPenyertaan dengan risiko kreditTarget rasio modal dan kalklasi modal yang

memenuhim syaratKecukupan hasil pada modal yang memenuhi

syaratStruktur modal

Basel 1 dan Amandemen tahun 1996

Tahun 1990 muncul masalah risiko pasarKomite Basel mempublikasikan the

market risk amendement to the original accord pada bulan Januari 1996 .

Komite Basel menganjurkan penggunaan model-model risk based pricing dalam menanggulangi risiko pasar

Komite Basel Mengembangkan Amandemen Risiko Pasar

Dengan pendekatan dua jalur – twin track approach, terdiri dari :Metode pengukuran standar – Standardized

measurenment methodPendekatan model internal – Internal model

approach

Metode Pengukuran Standar

Sebuah standarisasi kerangka untuk pengukuran kuantitatif risiko pasar dan kalkulasi modal mendukung adanya kalkulasi risiko pasar yang berlaku bagi semua bank umum

Persyaratan kecukupan modal tergantung pada :Risiko suku bunga dan harga ekuitas pada

trading bookRisiko nilai tukar, logam barharga dan komoditas

pada seluruh aktivitas bank

Pendekatan model internal

Komite Basel menyarankan bank sentral setiap negara sebagai lembaga yang menyetujui penggunaan pendekatan model internal

persyaratan bagi bank umum yang ingin menggunakan model internal Bank harus memiliki staf yang mampu menjalankan

sistem yang terkait dengan model internal Bagian terkait harus memiliki infrastruktur electronic

data processing – EDP Model agregasi risiko dibuat dengan konsep yang

jelas dan dapat diaplikasikan Ketepatan pengukuran dari model agregasi risiko

harus dipenuhi

Kelemahan Kesepakatan Basel I

Pendekatan portofolio belum diakomodasi

Netting belum diizinkan Eksposur risiko pada pada Basel I

diregulasi secara samar-samar Pendekatan Basel I memberikan

pembobotan pada bobot risiko aktiva yang sama terhadap semua pinjaman korporat tanpa memperdulikan peringkat kredit dari debitur

Kesepakatan Basel II

Dalam the market risk amendement in 1996 mengizinkan bank menggunakan model internal untuk mengukur risiko kredit.

Komite Basel pada tahun 1999 meningkatkan kerja sama dengan bank utama dari Negara anggota dalam mengembangkan kesepakatan modal yang baru (capital accord).

Kenal dengan nama Kesepakatan Basel II

Basel II ; Mencapai Tujuan

Menggunakan tiga pilar untuk keseimbangan antara modal yang sesuai persyaratan dengan modal ekonomis.

Mendorong integrasi pengukuran risiko ke dalam proses manajemen

Mencapai sensitivitas risiko kredit yang lebih tinggi

Menciptakan flesibilitas dalam memilih pendekatan dalam penetapan modal sesuai dengan persyaratan.

Basel II ; Mencapai Tujuan

Membuat metode pengukuran risiko yang dinamis dalam penetapan modal sesuai dengan persyaratan

Mengadopsi teknik perhitungan risiko yang lebih canggih untuk diterapkan

Menerapkan tambahan modal eksplisit bagi risiko operasional dan risiko lain-lain dan kemudian mengurangi kebutuhan akan adangan modal.

Menjaga agar persaingan kebutuhan ekuitas antara bank dan lembaga keuangan lain.

Perbandingan Kesepakatan Basel I dan Kesepakatan Basel II

Kesepakatan Basel I Fokus pada sebuah pengukuran tunggal Memiliki pendekatan yang sederhana terhadap sensitivitas

risiko Menggunakan pendekatan “ one single size fits all “ pada

risiko dan modal Hanya mencakup risiko kredit dan risiko pasar

Kesepakatan Basel II Fokus pada internal metodologi Memiliki tingkat sensitivitas risiko yang lebih tinggi Fleksibel untuk disesuaikan terhadap kebutuhan bank

yang berbeda-beda Mencakup risko kredit,risiko pasar, risiko operasional dan

risiko lainnya.

Regulasi Tiga Pilar Kesepakatan Basel II

Pilar 1 – Kewajiban penyediaan modal minimum

Pilar 2 – Tinjauan berdasarkan regulasi Pilar 3 – Disiplin pasar yang efektif

Pilar 1 – Kewajiban penyediaan modal minimum

Dalam pilar 1 ini bank diminta untuk mengkalkulasi modal minimum untuk : Risiko kreditRisiko pasar dan Risiko operasional

Pilar 2 – Tinjauan berdasarkan regulasi

Mengenai proses tinjauan berdasarkan regulasi supervisory review yang dimaksud untuk diformalkan oleh pembuat kebijaksanaan dengan berdasarkan pada praktek terbaik (best practice) yang berlangsung

Mencakup tinjauan pengawasan yang mirip dengan pengawasan berdasarkan risiko dari Federal Reserve Board di Amerika Serikat dan Financial Services Authority di Inggris

Pilar 3 – Disiplin pasar yang efektif

Mengenai pilar disiplin pasar Keterbukaan kepada public oleh bank Membantu pemegang saham bank dan

analisa pasar dan membawa peningkatan transparasi

Arsitektur Perbankan Indonesia – API

Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API

Suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan

Sasaran Pokok API

Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan

Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional

Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko

Sasaran Pokok API

Menciptakan good corporate govermence dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional

Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mewujudkan terciptanya industri perbankan yang sehat

Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan

Struktur Enam Pilar - API

Proses Manajemen Risiko

Sebuah proses manajemen resiko yang berkelanjutan dalam membantu sebuah bank dalam proses memahami, mengelola dan mengkomunikasikan resiko

Proses manajemen risiko terdiri : Mengidentifikasi dan menilai risiko Menilai dan mengukur risiko Menanggapi risiko Komunikasi dan konsultasi Memantau risiko dan mengkaji menejemen risiko Mengintregrasikan hasil dari manajemen risiko ke dalam praktek

di semua level Pendekatan, alat dan metode dari manajemen risiko ke dalam

praktek audit Berbagai alat dan teknis dapat digunakan dalam mengelola

risiko

Metodologi dan Alat Pada Manajemen Risiko ; Manfaat

Menggambarkan profil risiko secara lebih transparan dan terpadu

Mendukung pembentukan budaya risiko Merangkai sifat dasar risiko dengan strategi dan

proses manajemen dan menunjukan hubungan yang langsung antara risiko dengan kontrol

Memungkinkan bank untuk melakukan manajemen proaktif sehingga mampu secara efektif mengelola peristiwa yang akan datang yang berpotensi menimbulkan ketidakpastian

Secara relatif mampu menanggapi perubahan lingkungan secara cepat

Metodologi dan Alat Pada Manajemen Risiko ; Manfaat

Mengidentifikasi dan mengelola risiko antar fungsi dalam perusahaan serta menyajikan tanggapan yang terpadu terhadap berbagai resiko ini.

Meningkatkan pengambilan keputusan untuk menangani risiko dan menganggapi sedemikian rupa untuk mengurangi kemungkinan hasil yang menurun dan meningkatkan hasil yang lebih tinggi

Memudahkan manajemen untuk menyusun program mitigasi risiko menurut prioritas risiko yang ada

Menghubungkan pertumbuhan, resiko dan imbal hasil Mengurangi kegiatan usaha dan kerugian yang

mendadak

Struktur Manajemen Risiko Dalam Perusahaan Dan Bank

Tanggung jawab manajemen risiko Dewan komisarisDewan direksiManajemen ; Satuan Manajemen Risiko

Wewenang dan Tanggung Jawab

Dewan komisaris dan Dewan direksi

Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko

Membagi tanggung jawab dari manajemen untuk melaksanakan kebijakan manajemen risiko.

Menetapkan jenis transaksi yang membutuhkan persetujuan khusus dewan komisaris

Wewenang dan Tanggung Jawab Manajemen

Membuat dokumentasi strategi dan kebijakan manajemen risiko.

Menerapkan dan mengelola manajemen risiko dalam batasan ‘risk appetite’ bank.

Menetapkan jenis transaksi yang membutuhkan persetujuan dari pejabat senior manajemen risiko.

Mengembangkan budaya risiko dalam bank. Mengembangkan keahlian manajemen risiko untuk

semua personil yang terkait. Memastikan bahwa manajemen risiko dan manajemen

bisnis beroperasi secara independen Melakukan review secara periodik

Lanjut ke materi

Sertifikasi Manajemen Risiko