BAB 2 Obat Antihipertensi

download BAB 2 Obat Antihipertensi

of 22

description

H

Transcript of BAB 2 Obat Antihipertensi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Prevalensi hipertensi di negara berkembang sekitar 80% penduduk mengidap hipertensi (Anonima , 2009). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2007 adalah 32,2% dan prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan 39,6%, terendah di Papua Barat 20,1% (Rahajeng, 2009). Hipertensi dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi (Nafrialdi, 2007). American Heart Association melaporkan 69% dari penderita serangan jantung, 77% dari penderita stroke dan 74% dari penderita gagal jantung mengidap hipertensi (Anonim, 2010). Hipertensi terjadi pada 60% pasien diabetes militus (Vijan et al., 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di instalasi rawat inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang pada periode April-Mei 2005 penderita dengan komplikasi sebesar 51,6 %, yaitu retinopati dan atau gangguan ginjal (Suyono dan Lyswanti, 2006). Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit hipertensi dan gagal ginjal di Indonesia selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, untuk penyakit ginjal kronik (PGK), peningkatan terjadi sekitar 2-3 kali lipat dari tahun sebelumnya (Anonim, 2009). The National Kidney Foundation (NKF) tahun 1998 melaporkan tingginya prevalensi Cardiovascular Disease (CVD) dengan Chronic Renal Disease (CRD) dan tingkat kematian 10 hingga 30 kali kejadian lebih tinggi pada pasien dialisis daripada populasi pada umumnya (Sarnak et al., 2003).Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi yaitu kejadian kardiovaskular dan penyakit ginjal (Chobanian et al., 2004). Terapi untuk penderita hipertensi dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi menggunakan obat-obatan. Pada penderita hipertensi dengan komplikasi pemilihan obat berdasarkan indikasi khusus mewakili kondisi komorbid khusus dimana bukti dari trial klinis mendukung penggunaan kelas antihipertensi tertentu untuk mengobati baik indikasi khusus dan hipertensinya (Chobanian et al, 2004). Pengobatan hipertensi dengan penyakit komplikasi menggunakan obat dengan jumlah yang banyak. Banyaknya jumlah obat akan meningkatkan terjadinya polifarmasi, interaksi obat, efek samping dari penggunaan obat tersebut dan juga menurunkan kepatuhan pasien untuk meminum obat. Evaluasi penggunaan obat antihipertensi bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang rasional pada penderita hipertensi.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi 2.1.1.Hipertensi Didefinisikan keadaan tekanan darah meningkat padahal pada tekanan darah yang lebih rendah keuntungan secara klinis dirasakan (Thomas, 2006). Seseorang dikatakan hipertensi apabila keadaan tekanan darah sistolik 140 mmhg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmhg atau lebih (Chobanian et al., 2004).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi tekanan darah untuk usia di atas 18 tahun atau lebih, didasarkan pada tekanan darah rata-rata pengukuran dua kali atau lebih (menurut The Joint National Committee on prevention,detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC) VII, 2003)

Kategori Tek Darah Sistolik Tek Darah Diastolik Normal < 120 mmHg < 80 mmHg Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg Hipertensi: Tingkat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg Tingkat 2 > 160 mmHg > 100 mmHg

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan hipertensi esensial dan hipertensi sekunder (Nafrialdi, 2007). 1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial. Penyebabnya meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor retensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain. 2) Hipertensi Sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal, hipertensi endrokin, kelainan saraf pusat, obat-obatan dan lain-lain. Berdasarkan tingkat kekrisisan hipertensi dibedakan menjadi hipertensi urgensi dan hipertensi dan emergensi (Chobanian et al., 2004).1) Hipertensi urgensi Hipertensi urgensi dikarakteristikan dengan peningkatan tekanan darah lebih dari 180/120 mmHg (Saseen dan Maclaughlin, 2008). Pada hipertensi urgensi terjadi peningkatan tekanan darah tanpa peningkatan terjadinya disfungsi organ. Misalnya, stage hipertensi stage II disertai epitaksis, ansietas yang parah, sakit kepala yang parah atau kesulitan bernafas (Chobanian et al., 2004). 2) Hipertensi emergensi Hipertensi emergensi tejadi peningkatan tekanan darah lebih dari 180/120 mmHg (Saseen dan Maclaughlin, 2008) dan disertai terjadinya disfungsi organ target. Misalnya hipertensi ensefalopati, angina pektoris tidak stabil, dissecting aortic aneurysm atau eklampsia (Chobanian et al., 2004). c. Komplikasi Hipertensi Penyakit komplikasi bisa terjadi karena adanya kerusakan organ target diantarnya organ jantung, otak, ginjal, arteri, retina. Kerusakan yang terjadi di organ tersebut bisa melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap resptor At1 angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain (Yogiantoro, 2007). Komplikasi pada jantung dapat terjadi gagal jantung, pada otak dapat terjadi stroke dan pada ginjal dapat terjadi penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal, pada mata dapat terjadi retinopati hipertensif berupa bercak-bercak perdarahan pada retina dan edema pupil nervous optikus. Hipertensi adalah faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan akibat penyakit jantung koroner (angina pektoris sampai infark miokard) dan stroke iskemik. Selain itu, hipertensi yang sangat berat juga menimbulkan aneurisma aorta dan robeknya lapisan intima aorta (Nafrialdi, 2007).

2.2 Pengobatan Hipertensi2.2.1 Definisi Antihipertensi Adalah obat obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress dan berolahraga. Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah sistolik 140/90 mmhg . Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark ataupun ditemukan bukti adanya kerusakan organ tubuh yang parah (seperti mikroalbuminuria, hipertrofi ventrikel kiri) juga membutuhkan penanganan segera dengan antihipertensi.

2.2.2 Tujuan Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien dapat mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang diharapkan pada pasien hipertensi yang tidak disertai komplikasi adalah 140/90 mmHg atau lebih rendah bila memungkinkan, sedangkan pada pasien mengalami insiden kerusakan organ akhir atau kondisi seperti diabetes, level tekanan darah yang diharapkan adalah 130/90 mmHg, dan pada pasien proteinuria (>1 g / hari) diharapkan tekanan darah di bawah 150/75 mmHg. Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni: 1. Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul akibat gagal jantung. 2. Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih parah dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada. 3. Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang sudah terkena serangan serebrovaskular. 4. Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan hipertensi maternal.

2.2.3 Klasifikasi Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (-blocker), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis kalsium.

2.1.3.1 Diuretik Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu : (1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah 7 Universitas Sumatera Utara jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide, Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.

2.2.3.2 Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (-Blocker) Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian -blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor 1, antara lain : (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol, Penbutolol, Labetalol.

2.2.3.3 Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor) Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Mekanisme kerja : secara langsung menghambat pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya natrium dan retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi (melalui bradikinin).Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Kaptopril, Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril.

2.2.3.4 Penghambat Reseptor Angiotensin Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan, Eprosartan, Zolosartan.

2.2.3.5 Antagonis Kalsium Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik negatif langsung pada jantung.Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine.

2.2.4 Efek Samping Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa -Blocker dapat menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan kehilangan sensasi pada lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACEinhibitor dan penghambat reseptor angiotensin II pernah diimpliksikan bahwa keduanya menyebabkan angioedema pada rongga mulut pada sekelompok 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun oedema pada lidah, uvula, dan palatum lunak yang paling sering terjadi, tetapi oedema larynx adalah yang paling serius karena berpotensi menghambat jalan nafas.Efek samping obat obatan antihipertensi pada rongga mulut adalah xerostomia, reaksi likenoid, pertumbuhan gingiva yang berlebih, pendarahan yang parah, penyembuhan luka yang tertunda.Sedangkan efek samping yang sistemik yang paling sering dilaporkan adalah konstipasi, batuk, pusing, mengantuk, letih, frekuensi berkemih yang meningkat, berkuranya konsentrasi, disfungsi seksual dan rasa tidak enak pada perut.

2.3 Pengobatan HipertensiTerdapat hubungan yang nyata antara Tekanan Darah dengan kejadian kardiovaskular. Untuk individu berusia diatas 40 th, tiap peningkatan TD sebesar 20/10 mmHg meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular dua kali lipat.Strategi Pengobatan:1. Terapi Tanpa Obat (Non- farmakoterapi)2. Terapi dengan Obat (Farmakoterapi)Terapi tanpa obat (non-farmakoterapi)Semua pasien, sebaiknya dipertimbangkan untuk terapi tanpa obat dengan merubahgayahidup, yaitu: Mengurangi stres Perubahan pola makan dengan mengurangi asupan daging merah dan lemak jenuh serta menambah lebih banyak serat dan buah-buahan serta sayuran segar. Mengurangi asupan garam Berolah raga secara teratur. Mengendalikan bobot badan, Mengurangi minum alkohol dan tidak merokok.

Terapi dengan obat (farmakoterapi)1. Diuretik2. Penghambat Adrenergik 2.1 Bloker b -adrenoseptor 2.2 Bloker a-adrenoseptor 2.3 Agonis alfa 2 sentral 2.4 Penghambat saraf adrenergik3. Vasodilator4. Penghambat Angiotensin- Converting Enzyme (ACE-Inhibitor) dan Antagonis Reseptor Angiotensin II5. Antagonis Kalsium

1. DiuretikGol Tiazid: Hidroklorotiazid (HCT), Indapamid, Diuretik kuat: Furosemid,torasemid, bumetamid, asam etakrinat,Diuretik Hemat Kalium: Amilorid, triamteren danspironolakton

Mekanisme: Bekerja meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tsb, beberapa diuretik juga:Menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga akibat penurunan natrium di ruang interstisial dan di dalam sel otot polos pembuluh darah yg selanjutnya menghambat influkskalsium.

Penggunaan:Diuretik Tiazid merupakan obat utama dalam terapi hipertensi. Paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskular.Diuretik dianjurkan untuk kasus hipertensi ringan dan sedang.Sebagai monoterapeutika pada penderita hipertensi usia tua.Efek samping:Tiazid dalam dosis tinggi dapat menyebabkan: hipokalemia hiponatremia dan hipomagnesemia serta hiperkalsemia. Dapat menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan mencetuskan serangan gout akut. Dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida. Pada penderita DM, dapat menyebabkan hiperglikemia krn mengurangi sekresi insulin. Pada pasien pria, gangguan fungsi seksual.

Interaksi Mempermudah terjadinya aritmia oleh Digitalis. Pemberian kortikosteroid, agonis b -2 dan amfoterisin B memperkuat efek hipokalemia diuretik. Penggunaan bersamaan dengan kuinidin dapat menyebabkan aritmia ventrikel polimorfik. Meningkatkan risiko toksisitas litium. AINS mengurangi efek antihipertensi diuretik.

Dosis: - Hidroklorotiazid (HCT) 1 x 12,5-25 mg sehari-Furosemid: 2-3 x 20 80 mg sehari-Spironolakton : 1 x 25 -100 mg sehari

2. Penghambat AdrenergikYang digunakan sebagai Antihipertensi adalah:1. Bloker b-adrenoseptor (Atenolol, Metoprolol,Labetalol, karvedilol,propanolol)2. Bloker a-adrenoseptor (Prazosin, Terazosin, Bunazosin,Doksazosin3. Adrenolitik Sentral (Metildopa,Klonidin,Guanfasin,Guanabenz,Moksinidin, Rilmedin)4. Penghambat Saraf Adrenergik (Reserpin, Guanetidin, Guanadrel)

2.1 Bloker b -adrenoseptor(Atenolol, Metoprolol,Labetalol, karvedilol,propanolol)

Mekanisme:1. penurunan frekuensi denyut jantung2. Memperkecil pembebasan renin dalam ginjal dengan akibat menurunkan produksi angiotensin II3. Blokade reseptor b prasinaptik dan dg demikian terjadi pengurangan nor adrenalin4. Bekerja sentral mengurangi impuls simpatikus

Penggunaan:Digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Gol ini lebih efektif pada pasien usia muda dan kurang efektif pada pasien usia lanjut.

Efek samping: Menyebabkan bradikardia, gagal jantung. Bronkospasme pada pasien dg riwayat asma bronkial atau penyakit paru. Efek sentral: depresi,mimpi buruk, halusinasi Gangguan fungsi seksual

Dosis:- Atenolol : 1 x 25-100 mg sehari- Bisoprolol: 1 x 2,5 -10 mg sehari- Propanolol: 2-3 x 40-160 mg sehari

2.2 Bloker a-adrenoseptor(Prazosin,Terazosin, Bunazosin,Doksazosin)

Mekanisme: Hambatan reseptor a1 menyebabkan vasodilastasi di arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer. Venodilatasi menyebabkan aliran balik vena berkurang dan selanjutnya menurunkan curah jantung

Penggunaan:Sangat baik untuk pasien hipertensi dengan dislipidemia dan /atau Diabetes Mellitus (Krn efek positifnya terhadap lipid darah (menurunkan LDL dan trigliserida dan meningkatkan HDL)

Efek samping: Hipotensi Sakit kepala Palpitasi Hidung tersumbat Mual dll.

Dosis:-Prazosin: 1-2 x 0,5-4 mg sehari-Terazosin: 1 x 1-4 mg sehari-Bunazosin: 3 x 1,5-3 mg sehari-Doksazosin: 1 x 1-4 mg sehari2.3 Agonis alfa 2 sentral(Metildopa,klonidin, guanfasin, guanabenz, moksinidin, rilmedin)

MetildopaMekanisme:Efek antihipertensinya diduga lebih disebabkan karena stimulasi reseptor a-2 di sentral sehingga mengurangi sinyal simpatis ke perifer. Metildopa menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi frekuensi dan curah jantung.

Penggunaan:Obat ini efektif bila dikombinasikan dengan diuretik..Merupakan pilihan utama untuk pengobatan hipertensi pada kehamilan karena terbukti aman untuk janin.

Efek samping: Sedasi Hipotensi postural Pusing Mulut kering Sakit kepala Depresi Gangguan tidur Impotensi Kecemasan Penglihatan kabur

Interaksi: Pemberian metildopa bersama preparat besi dapat mengurangi absorpsi metildopa sampai 70%, sekaligus mengurangi eliminasi dan menyebabkan akumulasi metabolit sulfat. Efek hipotensif metildopa ditingkastkan oleh diuretik dan dikursngi oleh antidepresan trisiklik dan amin simpatomimetik.

Dosis:Dosis efektif minimal : 2 x 125 mg per hariDosis maksimal : 3 g perhariUntuk hipertensi pasca bedah:infus intermiten 250- 1000 mgtiap 6 jam.

2.4 Penghambat saraf adrenergik(Reserpin, Guanetidin, guanadrel)

Mekanisme:Pemberian reserpin mengakibatkan penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Frekuensi denyut jantung dan sekresi renin berkurang.

Penggunaan:Pemakaian reserpin dibatasi oleh sering timbulnya efek samping sentral, namun dalam dosis rendah dan dalam kombinasi dengan diuretik merupakan obat yang efektif dengan efek samping yang relatif jarang.

Efek samping: Mimpi buruk depresi mental bradikardi hipotensi ortostatik Kongesti nasal Hiperasiditas lambung Muntah Diare ( pada pemberian Guanetidin) penurunan libido, impotensi dan gangguan ejakulasi

Dosis:Reserpin,: 1 x 0,25 mh sehariGuanetidin: 1 x 10-50 mg sehari

3. Vasodilator(Hidralazin, minoksidil dan diazoksid) Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat yang bekerja dengan merelaksasi otot otot polos dari pembuluh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema.Refleks takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah. Penghambat beta seringkali diberikan bersama-sama dengan vasodilator arteriola untuk menurunkan denyut jantung;

HidralazinMekanisme kerja:Terutama dengan bekerja pada arteri kecil dan arteriol, tahanan perifer akan berkurang sehingga tekanan darah turun.

Penggunaan:Senyawa ini dapat dikombinasi dengan antihipertensi lain.Dosis tunggal yang biasanya 25 mg dapat diturunkan menjadi 10 mg.

Efek samping: Peningkatan frekuensi jantung Sakit kepala Pusing Rasa lemah Mual Gangguan saluran cerna dan diare Udem lokalisasi Reaksi alergi Pada penggunaan dosis tinggi dalam jangka panjang: reumatoid artritis

Obat ini di Kontraindikasikan pada hipertensi dengan PJK dantidak dianjurkan pada pasien usia diatas 40 thn.

Dosis: Oral: 25-100 mg dua kali sehari.Dosis maksimal 200 mg/hari IM atau IV : 20-40 mg

Minoksidil

Mekanisme:Kerja penurun tekanan darah lebih kuat dan lebih lama daripada dihidralazin dan hidralazin.

Penggunaan:Karena ES nya maka obat ini hanya digunakan pada pasien hipertensi yang tak dapat diobati dengan antihipertensi lain. Efektif untuk hipertensi akselerasi atau maligna dan pada pasien dg penyakit ginjal karena obat ini meningkatkan aliran darah ginjal. Harus diberikan bersama diuretika dan penghambat adrenergik untuk mencegah retensi cairan dan mengontrol refleks simpatis.

Efek samping:nRetensi cairan dan garamnEfek samping kardiovaskular karena refleks simpatis dan hipertrikosisnGangguan toleransi glukosa dg tendensi hiperglikemia: sakit kepala, mual, erupsi obat, rasa lelah dan nyeri tekan di dada.

Dosis:Dimulai dengan 1,25 mg, 1 atau 2 kali sehari dan dapatditingkatkan sampai 40 mg/hari

Diazoksid

Mekanisme kerja, farmakodinamik dan ES mirip dg minoksidil

Penggunaan:Hanya diberikan secara intravena untuk mengatasi hipertensidarurat, hipertensi maligna, hipertensi ensefalopati, hipertensiberat pada glomerulonefritis akut dan kronik dan padapreeklampsia.

Efek samping:nRetensi cairannHiperglikemia (terjadi pada kira-kira 50% pasien)nRelaksasi uterus

Kontraindikasi:Tidak boleh diberikan pada pasien PJK karena dapatmencetuskan iskemia miokard dan serebral.Juga tidak boleh untuk pasien Edema paru.

Dosis:Bolus IV: 50-100 mg dengan interval 5-10 menit.Infus IV : 15-30 mg/menit.

Natrium Nitroprusid

Mekanisme:Merupakan senyawa kompleks anorganik yang dapat menyebabkan dilatasi arteriol prakapiler dan venula pascakapiler. Obat ini menurunkan kerja jantung sehingga berefek baik pada gagal jantung.

Penggunaan:merupakan obat yang kerjanya paling cepat dan efektif untuk mengatasi hipertensi darurat, apapun penyebabnya. Merupakan pilihan utama untuk kebanyakan krisis hipertensi yang memerlukan terapi parenteral.

Efek samping:nHipotensinEfek toksik pada dosis tingginAsidosisnHipertensi rebound jika infus nitroprusid dihentikan secara mendadak.

Dosis:Dosis pemberian:0,5-10 ug/kg/menitDosis rata-rata: 3 ug/kg/menit

4. Penghambat Angiotensin- Converting Enzyme (ACE-Inhibitor) dan Antagonis Reseptor Angiotensin II

Kaptopril dan EnalaprilMekanisme:Kerjanya terutrama dengan menghambat enzim pengkonversi angiotensin, yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Dg demikian, angiotensin II, salah satu senyawa yang menaikkan tekanan darah dengan hebat, akanditekan pembentukannya sehingga tahanan perifer akan turun.

Penggunaan:Efektif untuk hipertensi ringan, sedang,maupun berat. ACE inhibitor terpilih untuk hipertensi dengan gagal jantung kongestif. Juga sangat berefek positif terhadaplipid darah dan mengurangi resistensi insulin sehingga baik untuk hipertensi pada diabetes, dislipidemia dan obesitas.

Efek samping:nHipotensinBatuk keringnHiperkalemianRashnEdema angioneurotiknGagal ginjal akutnProteinurianEfek teratogenik, terutama terjadi pada pemberian selama trimester 2 dan 3 kehamilan. Dapat menimbulkan gagal ginjal fetus atau kematian fetus.

Dosis:Kaptopril 2-3 x 25-100 mg sehari

Penghambat Reseptor angiotensin II (ARB)

LosartanMekanisme:Pemberian obat ini akan menghambat semua efek Angiotensin II seperti : Vasokontriksi,sekresi aldosteron, Rangsangan saraf simpatis, stimulasi jantung, efek renal.

Penggunaan:Sangat efektif pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi seperti hipertensi renovaskular dan hipertensi genetik.

Efek samping:nHipotensinHiperkalsemianFetotoksik

Kontraindikasi:nKI pada kehamilan kehamilan trimester 2 dan 3, harus dihentikan bila pemakainya ternyata Hamil.nWanita menyusuinStenosis arteri renalis.Dosis:Losartan : 1-2 X 25-100 MG perhari

5. Antagonis Kalsium(Nipedipin, verapamil, Diltiazem)

Mekanisme:Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.

Penggunaan:Antagonis kalsium telah menjadi salah satu golongan AH tahap pertama. Terbukti efektif pada hipertensi dg kadar renin yang rendah seperti pada usia lajut.Tidak dianjurkan untuk hipertensi dengan Penyakit Jantung Koroner.

Efek samping:nHipotensinIskemia miokard atau serebralnSakit kepalanMuka merahnEdema perifernBradiaritmianKonstipasi dan retensi urin

Dosis:Nipedipin: 1 x 30-60 mg per hariAmlodipin: 1 x 2,5-20 mg per hari