BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00669 STIF Bab 2.pdf ·...

of 28 /28
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kehilangan Gigi Kehilangan gigi merupakan keadaan di mana satu atau lebih gigi seseorang lepas dari soketnya atau tempatnya. Kejadian hilangnya gigi normal terjadi pada anak-anak mulai usia 6 tahun yang mengalami hilangnya gigi susu dan kemudian digantikan dengan gigi permanen. Kehilangan gigi permanen pada orang dewasa sangatlah tidak diinginkan terjadi, biasanya kehilangan gigi terjadi akibat penyakit periodontal, trauma, dan karies (Austrian, 2008). Menurut Arora dkk. (2009), kehilangan gigi merupakan penyakit multifaktorial dan dipengaruhi oleh berbagai faktor hidup dan faktor sosiodemografi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi kemampuan mengunyah, kualitas hidup dan nutrisi (Gilbert dkk, 2003). 2.2 Penyebab Terjadinya Kehilangan Gigi Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia sampai saat ini merupakan masalah klasik, ini ditandai dengan angka prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal yang masih tetap tinggi (Soelarso dkk, 2005).Penyakit tersebut dikarenakan terabaikannya kebersihan gigi dan mulut (Anitasari dan Rahayu, 2005). Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai macam kejadian, baik gigi tersebut dicabut oleh dokter gigi atau hilang dengan sendirinya akibat penyakit periodontal atau adanya trauma (Kida

Embed Size (px)

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00669 STIF Bab 2.pdf ·...

  • BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Definisi Kehilangan Gigi

    Kehilangan gigi merupakan keadaan di mana satu atau lebih gigi seseorang lepas

    dari soketnya atau tempatnya. Kejadian hilangnya gigi normal terjadi pada anak-anak

    mulai usia 6 tahun yang mengalami hilangnya gigi susu dan kemudian digantikan

    dengan gigi permanen. Kehilangan gigi permanen pada orang dewasa sangatlah tidak

    diinginkan terjadi, biasanya kehilangan gigi terjadi akibat penyakit periodontal, trauma,

    dan karies (Austrian, 2008).

    Menurut Arora dkk. (2009), kehilangan gigi merupakan penyakit multifaktorial

    dan dipengaruhi oleh berbagai faktor hidup dan faktor sosiodemografi. Kehilangan gigi

    dapat mempengaruhi kemampuan mengunyah, kualitas hidup dan nutrisi (Gilbert dkk,

    2003).

    2.2 Penyebab Terjadinya Kehilangan Gigi

    Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia sampai saat ini merupakan

    masalah klasik, ini ditandai dengan angka prevalensi karies gigi dan penyakit

    periodontal yang masih tetap tinggi (Soelarso dkk, 2005).Penyakit tersebut dikarenakan

    terabaikannya kebersihan gigi dan mulut (Anitasari dan Rahayu, 2005). Kehilangan gigi

    dapat disebabkan oleh berbagai macam kejadian, baik gigi tersebut dicabut oleh dokter

    gigi atau hilang dengan sendirinya akibat penyakit periodontal atau adanya trauma (Kida

  • 6

    dkk, 2006). Timmerman dan van der Weijden (2006), mengungkapkan bahwa karies dan

    penyakit periodontal merupakan penyebab utama terjadinya kehilangan gigi.

    Kehilangan gigi biasanya disebabkan oleh karies dan penyakit periodontal yang

    dipengaruhi oleh beberapa faktor.Persentase keterlibatan kehilangan gigi akibat karies

    dan penyakit periodontal tergantung pada usia di mana kehilangan gigi pada usia lanjut

    kebanyakan disebabkan oleh penyakit periodontal sedangkan kehilangan gigi pada usia

    muda biasanya disebabkan oleh karies. Kehilangan gigi juga dipengaruhi oleh merokok

    yang berpengaruh terhadap terjadinya periodontitis dan karies gigi.

    Laki-laki lebih banyak mengalami kehilangan gigi daripada perempuan karena

    laki-laki memiliki kesehatan mulut yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan

    yang diukur berdasarkan adanya kalkulus dan plak.Kekurangan gizi yang parah

    biasanya disertai dengan kebersihan mulut yang rendah dan terjadi kerusakan jaringan

    periodontal secara cepat dan kehilangan gigi lebih awal. Frekuensi membersihkan gigi

    dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan

    gigi dan mulut yang akan mempengaruhi juga angka karies dan penyakit periodontal.

  • 7

    Gambar 2.1. Kerangka Teori

    2.2.1 Karies

    Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan

    sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat

    yang dapat diragikan. Terdapat empat faktor utama yang berperan dalam proses

    terjadinya karies, yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan waktu (Soesilo dkk, 2005).

    Faktor-faktor tersebut bekerja bersama dan saling mendukung satu sama lain.

    Bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat (misalnya sukrosa) dan menghasilkan

    asam. Kondisi asam seperti ini sangat disukai oleh Sterptococcus mutans dan

    Lactobacillus sp. yang merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam proses

    terjadinya karies. Menurut penelitian, Streptococcus mutans berperan dalam permulaan

    (initition) terjadinya karies gigi (Soesilo dkk, 2005) dan bakteri ini mampu melekat pada

    permukaan gigi dan memproduksi enzim glukuronil transferase. Enzim tersebut

    menghasilkan glukan yang tidak larut dalam air dan berperan dalam menimbulkan plak

    Jenis Kelamin

    Status Merokok

    Status Gizi

    Frekuensi Menyikat

    Gigi

    Kebersihan Mulut

    Usia Imunitas Karies dan Penyakit

    Periodontal

    Kehilangan Gigi

  • 8

    dan koloni pada permukaan gigi, di mana plak merupakan penyebab terjadinya karies

    maupun radang periodontal (Zaenab dkk, 2004) dan kemudian Lactobacillus sp.

    berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies tersebut (Soesilo dkk, 2005).

    Pertama kali akan terlihat white spot pada permukaan email dan proses ini

    kemudian berjalan secara perlahan sehingga lesi kecil tersebut berkembang, dan dengan

    adanya destruksi bahan organik, maka kerusakan berlanjut pada dentin disertai kematian

    odontoblast.

    2.2.2 Penyakit Periodontal

    Penyakit periodontal didefinisikan sebagai penyakit pada daerah yang menyangga

    gigi yang kehilangan struktur kolagennya, sebagai respon dari akulumasi bakteri pada

    jaringan periodontal. Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di

    seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Wahyukundari, 2009).

    Penyakit periodontal pada awalnyaberupa gingivitis yang tidak terasa sakit, karena

    penyakit periodontal merupakan infeksi kronis yang berjalan lambat yang dapat terlihat

    dengan adanya kerusakan pada jaringan pendukung gigi, seperti gingiva, ligamen

    periodontal, dan tulang alveolar (Tanaka dkk, 2008).Patogenesis penyakit periodontal

    dimulai dengan adanya gingivitis akibat adanya perlekatan plak dan bakteri.

    Berlanjutnya iritasi dan inflamasi akibat plak, maka perlekatan epitelium akan semakin

    rusak. Sel epitel akan berdegenerasi dan memisah sehingga perlekatan ke gigi akan

    rusak seluruhnya.

    Periodontitis merupakan salah satu penyakit jaringan penyangga gigi yang paling

    banyak terjadidi masyarakat. Penyakit pada jaringan periodontal yang bersifat kronis

  • 9

    dapat menyebabkan kerusakan pada serabut periodontal (Lely dan Indirawati, 2004).

    Faktor resiko terjadinya penyakit periodontal adalah lingkungan, tingkah laku atau

    faktor biologis, seperti mikroorganisme dan bakteri (Timmerman dan van der Weijden,

    2006).

    Penyakit yang menyerang pada gingiva dan jaringan pendukung gigi ini

    merupakan penyakit infeksi yang serius dan apabila tidak dilakukan perawatan yang

    tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi (Wahyukundari, 2009). Menurut Humphrey

    dkk. (2008), salah satu tanda yang biasanya menunjukkan terjadinya penyakit

    periodontal adalah kehilangan gigi.

    2.3 Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kehilangan Gigi

    2.3.1 Usia

    Secara umum, kesehatan mulut pada orang tua terlihat dengan tingginya gigi yang

    hilang, yang selanjutnya mempengaruhi kesehatan secara umum, kesulitan mengunyah,

    dan masalah sosial dan komunikasi (Kida dkk, 2006).Kehilangan gigi biasanya

    disebabkan oleh karies dan penyakit periodontal, tetapi persentase keterlibatan keduanya

    tergantung pada usia di mana kehilangan gigi pada usia lanjut kebanyakan disebabkan

    oleh penyakit periodontal sedangkan kehilangan gigi pada usia muda biasanya

    disebabkan oleh karies (Michaud dkk, 2008). Selain itu, menurut Timmerman dan van

    der Weijden (2006), penyakit periodontal lebih banyak terjadi pada usia tua

    dibandingkan dengan usia muda.

    Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan utama yang menyerang

    sebagian besar populasi dewasa di atas usia 35 sampai 40 tahun, di mana penelitian yang

  • 10

    dilakukan Marshall-Day dkk. (1955)yang melibatkan 1187 subyek ditemukan bahwa

    pada usia 40 tahun 90% dewasa memiliki penyakit periodontal.

    2.3.2 Merokok

    Menurut Krall dkk (2006), merokok dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya

    penyakit periodontal dan karies gigi. Beberapa penelitian sebelumnya juga menyebutkan

    bahwa orang yang merokok mengalami kehilangan gigi lebih besar daripada orang yang

    tidak merokok.

    Berbagai jenis rokok juga dapat mempengaruhi resiko terjadinya kehilangan gigi.

    Berdasarkan penelitian, jumlah kehilangan gigi lebih banyak terjadi pada perokok pipa

    dan cerutu. Merokok dapat menyebabkan terjadinya kehilangan gigi karena berpengaruh

    terhadap terjadinya periodontitis dan sebagai tambahan karies gigi juga berpengaruh

    untuk meningkatkan resiko terjadinya kehilangan gigi pada perokok (Dietrich dkk,

    2007).

    2.3.3 Jenis kelamin

    Menurut survei nasional di Amerika tahun 1960-1962, laki-laki memiliki

    kesehatan mulut yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan.Survei tersebut

    diukur berdasarkan adanya kalkulus dan plak (Anonim, 2005).Kida dkk. (2006)

    mengungkapkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami gigi yang karies, tetapi

    mengalami gigi yang goyah yang lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki.

  • 11

    2.3.4 Gizi

    Secara teori, kekurangan gizi esensial apapun dapat berpengaruh pada kesehatan

    jaringan periodontal dan daya tahannya terhadap iritasi plak. Kekurangan gizi yang

    parah biasanya disertai dengan kebersihan mulut yang rendah dan terjadi kerusakan

    jaringan periodontal secara cepat dan kehilangan gigi lebih awal (Eley dan Manson,

    2004).Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan keadaan gizi seseorang

    adalah dengan mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT).

    Rumus mencari IMT adalah :

    (2.1) Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi nilai IMT

    IMT Status Gizi Kategori

    < 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus

    17.0 - 18.5 Gizi Kurang Kurus

    18.5 - 25.0 Gizi Baik Normal

    25.0 - 27.0 Gizi Lebih Gemuk

    > 27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk

    Sumber: Departemen Kesehatan RI

    Keadaan gizi (kurang atau lebih) terjadi karena kegagalan mencapai gizi

    seimbang. Penderita gizi kurang merupakan akibat dari konsumsi energi yang tidak

    cukup, sedangkan penderita gizi lebih adalah merupakan akibat dari konsumsi energi

    yang berlebih.(Mourbas,1997).

  • 12

    2.3.5 Frekuensi menyikat gigi

    Pada penelitian yang dilakukan Anitasari dan Rahayu (2005) pada siswa kelas 1-6

    SDN Palaran Samarinda, didapatkan hasil bahwa siswa yang menyikat gigi dengan

    frekuensi 4 kali dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut baik persentasenya lebih

    tinggi dibandingkan dengan frekuensi menyikat gigi 1 kali, 2 kali dan 3 kali.Frekuensi

    membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik atau

    buruknya kebersihan gigi dan mulut, di mana akan mempengaruhi juga angka karies dan

    penyakit penyangga gigi (Anitasari dan Rahayu, 2005).

    2.4 Kajian Kepustakaan

    2.4.1 Survei

    Survei digunakan untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang suatu hal

    dalam populasi.Survei dapat difokuskan pada pendapat atau informasi faktual

    tergantung pada tujuannya.Bila pertanyaan diberikan kepada peneliti, survei ini disebut

    wawancara terstruktur atau researcher-administered survey.Bila pertanyaan diberikan

    kepada responden, survei ini disebut sebagai kuesioner atau self-administered survey.

    Beberapa keuntungan dari penggunaan survei adalah:

    Lebih efisien dalam meneliti data dari responden yang berjumlah sangat besar.

    Fleksible karena dapat mengumpulkan berbagai macam informasi.

    Survei pada umunya mudah untuk diadakan dan diselengarakan.

    Hanya pertanyaan yang menarik bagi peneliti ditanya, dicatat, dan dianalisis

    sehinggawaktu dan uang tidak dihabiskan untuk pertanyaan tidak penting.

  • 13

    Sementara itu beberapa kekurangan dari penggunaan survei adalah:

    Survey bergantung kepada motivasi, kejujuran, daya ingat, dan kemampuan

    untuk memberikan respon dari seseorang.

    Survei yang menggunakan pilihan jawaban dan pilihan jawaban tersebut tidak

    luas maka dapat menghasilkan data yang kurang tepat.

    2.4.2 Skala Pengukuran Data

    Menurut Sugiyono(2010),kesesuaian antara macam data dengan metode analisis

    statistiknya didasarkan pada skala pengukuran datanya. Berdasarkan skala

    pengukurannya, data dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :

    1. Skala Nominal

    Data yang diukur menggunakan skala nominal menghasilkan data yang sifatnya

    hanya penamaan atau membedakan saja. Data nominal hanya berupa kategori saja.

    2. SkalaOrdinal

    Data yang diukur menggunakan skala ordinal selain mempunyai ciri nominal, juga

    mempunyai ciri berbentuk peringkat atau jenjang.

    3. SkalaInterval

    Data yang diukur menggunakan skala interval selain mempunyai ciri nominal dan

    ordinal , juga mempunyai ciri interval yang sama.

  • 14

    4. SkalaRasio

    Data yang diukur menggunakan skala rasio merupakan skala pengukuran data

    yang tingkatannya paling tinggi. Skala rasio ini selain mempunyai ketiga ciri dari

    skala pengukuran diatas, juga mempunyai nilai nol yang bersifat mutlat (absolut).

    Berdasarkan skala pengukurannya, analisis statistik yang dapat digunakan harus

    disesuaikan. Data yang menggunakan skala pengukuran Nominal dan atau ordinal,

    analisis statistik yang digunakan digolongkan dalam analisis statistik nonparametrik.

    Sedangkan data yang menggunakan skala pengukuran interval dan atau rasio, analisis

    statistik yang digunakan digolongkan dalam analisis statistik parametrik.

    2.4.3Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

    Menurut Sugiyono (2010), instrumen penelitian yang valid berarti alat ukur yang

    digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid Berarti instrumen tersebut

    dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen Penelitian yang

    reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang

    sama, akan menghasilkan data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid

    dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi

    valid dan reliabel. Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan

    instrumen penelitian yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat

    kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek

  • 15

    yang diteliti. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam

    waktu yang berbeda.

    Macam macam pengujian validitas instrumen :

    1.Pengujian Validitas Konstruk ( Construct Validity)

    Untuk menguji validitas konstruk , maka dapat digunakan pendapat dari ahli

    (judment expert). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-

    aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya

    dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang istrumen

    yang telah disusun.

    2.Pengujian Validitas Isi ( Content Validity)

    Untuk instrumen yang berbentuk test, maka pengujian validitas isi dapat

    dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran

    yang telah diajarkan. Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas

    isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu

    terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir

    pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dri indikator. Dengan kisi-kisi

    instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan

    sistematis. Pada setiap instrumen test terdapat butir-butir pertanyaan atau

    pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka

    setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan

    dianalisa.

  • 16

    3.Pengujian Validitas Eksternal

    Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan antara kriteria

    yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

    Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di

    lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas

    eksternal yang tinggi.

    Macam macam pengujian reliabilitas instrumen :

    1. Test Retest

    Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan

    dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam

    hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda.

    Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang

    berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen

    tersebut sudah dinyatakan reliabel.

    2. Membuat dua Instrumen yang ekuivalen

    Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi

    maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup

    dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu

    sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara

    mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang

    dijadikan equivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat

    dinayatakan reliabel.

  • 17

    3.Gabungan

    Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang

    equivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan

    gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan

    mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua,

    dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.

    4.Internal Consistency

    Pengujian reliabilitas dengan internal consitency, dilakukan dengan cara

    mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang diperoleh di analisis dengan

    teknik tertentu.Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas

    instrumen.Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakuakn dengan teknik belah

    dua dari Spearmen Brown (Split half), KR 20, KR 21,Anova Hoyt dan Alfa

    Cronbach .

    Berikut rumus-rumus nya :

    Rumus Spearmen Brown :

    2

    1

    (2.2)

    Ket :

    = reliabilitas internal seluruh instrumen

    = korelasi product meoment antara belahan pertama dan kedua

  • 18

    Rumus KR 20 ( Kuder Richardson)

    1

    (2.3)

    Ket :

    = reliabilitas internal seluruh instrumen

    k = jumlah item dalam instrumen

    = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1

    = 1 -

    = varians total

    Rumus KR 21

    1 1

    (2.4)

    Ket :

    = reliabilitas internal seluruh instrumen

    k = jumlah item dalam instrumen

    M = mean skor total

    = varians total

    Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt)

    1

    (2.5)

    Ket :

    = reliabilitas internal seluruh instrumen

    MKs = mean kuadrat antara subyek

  • 19

    Alfa Cronbach

    1 1

    (2.6) Ket : K = mean kuadrat antara subyek

    = mean kuadrat kesalahan

    = varians total

    2.4.4 Analisis regresi

    Menurut Sugiyono (2010), analisis regresi digunakan untuk mengukur besarnya

    pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel

    tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Variabel yang mempengaruhi sering

    disebut variabel bebas, variabel independen atau variabel penjelas.Variabel yang

    dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau variabel dependen.Secara umum

    regresi linear terdiri dari dua, yaitu regresi linear sederhana yaitu dengan satu buah

    variabel bebas dan satu buah variabel terikat; dan regresi linear berganda dengan

    beberapa variabel bebas dan satu buah variabel terikat.

    2.4.4.1 Regresi Linear Sederhana

    Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara

    satu buah variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Persamaan umumnya adalah:

    (2.7)

    Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien adalah

    konstanta (intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y

  • 20

    pada koordinat kartesius dimana adalah koefisien regresi yang menunjukan angka

    peningkatan ataupun penurunan variabel terikat.

    2.4.4.2 Regresi Linear Berganda

    Analisis regresi linear berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi linear

    sederhana, hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Persamaan umumnya adalah:

    (2.8)

    Dengan Y adalah variabel terikat, dan X adalah variabel-variabel bebas, a adalah

    konstanta (intersept) dan b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas.

    2.4.5 Regresi Logistik

    Seringkali di dalam penelitian, seseorang ingin memodelkan hubungan antara

    variabel X (prediktor; bebas) dan Y (respon; terikat). Metode yang paling sering dipakai

    dalam kasus seperti itu adalah regresi linier, baik sederhana maupun berganda.

    Namun, adakalanya regresi linier dengan metode OLS (Ordinary Least Square)

    yang sering dipakai tersebut kurang sesuai untuk digunakan. Misalnya pada kasus

    dimana variabel terikat (Y) bertipe data nominal, sedangkan variabel bebas (X) bertipe

    data interval atau rasio.

    Regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika

    variabel dependen (respon) merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya

    hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian

  • 21

    yang biasanya diberi angka 0 atau 1. Tidak seperti regresi linier biasa, regresi logistik

    tidak mengasumsikan hubungan antara variabel independen dan dependen secara linier.

    Dikarenakan dari rumus (2.7) masih menghasilkan Y dibawah 0 dan diatas 1

    sedangkan regresi logistik digunakan bila variabel terikat hanya terdiri data dikotom

    yaitu 0 dan 1 maka rumus (2.7) ditransformasikan menjadi rumus regresi logistik.

    Model yang digunakan pada regresi logistik adalah:

    Logit P(Y=1) = (2.9)

    Ini didapat dari melakukan rumus sebagai berikut :

    LogitP(Y=1) = ( ) (2.10)

    DimanaPadalah peluang terjadinya suatu kejadian, dengan rumus sebagai berikut :

    (2.11) dimana :

    P = probabilitas terjadinya terjadinya suatu kejadian

    e = bilangan natural

    = nilai koefisien tiap variabel

    X = nilai variabel bebas

    Y= nilai variabel terikat

    Regresi logistik juga menghasilkan rasio peluang (odds ratios) terkait dengan nilai

    setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu kejadian diartikan sebagai probabilitas hasil

    yang muncul yang dibagi dengan probabilitas suatu kejadian tidak terjadi. Secara umum,

  • 22

    rasio peluang (odds ratios) merupakan sekumpulan peluang yang dibagi oleh peluang

    lainnya.

    Rumus umum odds ratio adalah :

    Odds Ratio =

    (2.12)

    dimana:

    P = probabilitas terjadinya terjadinya suatu kejadian

    Dengan menggabungkan rumus (2.12)dengan fungsi mencari peluang di rumus

    (2.11), maka rumus odd ratio dapat ditransformasikan menjadi :

    (2.13)

    Dari persamaan (2.11) dapat disederhanakan dengan membagi penyebut

    danpembilang dengan nilai pembilang dari persamaan tersebut. Hasilnya dapatdilihat

    sebagi berikut :

    (2.14)

    2.4.6 Maksimum Likelihood

    Biasanya digunakan OLS (Ordinary Least Square) untukmencari koefisien

    regresi dari data. Akan tetapi disadari bahwa penggunaan OLS tidak tepat bila variabel

  • 23

    dikotomi dan lebih tepat menggunakanmetode logistik sebagai metodenya tapidengan

    menggunakan metode logistik terkendala dengan masalah perhitungandan komputasi

    karena perhitungan untuk mencari koefisien regresi yang begitu sulit dilakukan dengan

    cara manual. Dalam regresi logistik, metode estimasi parameter yang digunakan adalah

    metode maksimum likelihood.ML atau maksimum likelihoodadalah metode untuk

    mengestimasi model logit untuk dataterkelompok dan satu-satunya metode yang

    umumnya digunakan (Allison, 1999).

    Langkah-langkah dalam mengestimasi nilai parameter dengan menggunakan metode

    Maksimum likelihood adalah sebagai berikut:

    1. Harus menetapkan model yang digunakan, denganmemilih distribusi dari probabilitas

    variabel terikatdan menentukan bentukfungsional yang menghubungkan parameter dari

    model tersebut ke nilai darivariabel bebas. Dalam kasus model logistik, variabel terikat

    berbentukdikotomi danmemiliki distribusi binomial dengan bentuk parameterPi.

    Dimana Pidiasumsikan berdasarkan variabel bebasdengan menggunakanpersamaan

    (2.9) dan persamaan (2.10).

    2. Langkah kedua adalah dengan mencari hasil yang paling maksimal yang tidak akan

    berubah-rubah lagi dimana proses ini membutuhkan metode iterasinumerik yang

    berulang-ulang. Pada langkahini sering memerlukan komputasi sebagai alat bantu

    perhitungan hasil.

    Dikarenakan data dikotom, maka yang digunakan adalah maksimum likelihood untuk

    distribusi binomial.

  • 24

    Langkah langkahnya adalah sebagai berikut:

    Dengan memisalkan P(Y=1) adalah probabilitas bahwa Yi = 1, dapat diasumsikan

    bahwadata dihasilkan darimodel logit sama seperti yang ada pada persamaan (2.11)

    Fungsi likelihood yang digunakan untuk mencari parameter diekspresikan sebagai

    berikut:

    , , , , (2.15)

    Dari seluruhprobabilitas dari semua observasi Yi bisa difaktorkan ke dalam produk

    dariprobabilitas individual dengan menghasilkan seperti ini :

    , ,

    (2.16)

    Dengan melakukan definisibahwa P(Yi=1)=Pi dan P(Yi=0)=1- Pi. Dapat ditulismenjadi :

    P (2.17)

    Dengan melakukan kombinasi terhadap persamaan (2.17) ke (2.16) maka didapat

    (2.18)

    Dengan memasukan persamaan (2.11) kedalam persamaan (2.18) maka didapat

    (2.19) Persamaan dari(2.19) dapat disederhanakan menjadi :

  • 25

    (2.20) Dengan melakukan natural Logaritma pada persamaan (2.20) maka menjadi :

    (2.21) Fungsi Likelihood telah disederhanakan dan untuk langkah selanjutnya adalah

    menetukan nilai koefisien dari yang dapat membuat nilai dari persamaan (2.21)

    sebesaratau semaksimal mungkin. Salah satu cara untuk memaksimalkan fungsi tersebut

    adalah dengan melakukan turunan terhadap . Dengan menyatakan bahwa sama

    dengan o, maka hasil turunan adalah sebagai berikut :

    1

    (2.22)

    2.4.7 Uji Goodness-of-Fit Model

    Goodness-of-fit merupakan pengujian hipotesis untuk menentukan apakah suatu

    himpunan frekuensi yang diharapkan sama dengan frekuensi yang diperoleh dari suatu

    distribusi yang diuji.Goodness-of-fit adalahkebaikan fit suatu parameter yang telah

    diestimasipada regresi logistik. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989),

    pengukurangoodness-of-fit memberikan keseluruhan indikasi fit dari model.

    Beberapa cara dalam menguji Goodness-of-fit model, yaitu:

  • 26

    1. Uji Likelihood Ratio Statistic

    2. Uji Wald

    2.4.7.1 Uji Likelihood Ratio Statistic

    Model 1: Yi=

    2: Yi=

    Model 2 adalah model 1 apabila

    0

    Untuk membuktikan maka digunakan uji likelihood ratiostatistik.Pengujian ini

    untuk menentukan apakah salah suatu variabel bebas yang terdapat di dalam model

    dapatmemberikan hubungan dibandingkan jika tidak menggunakan variabeltersebut,

    rumus dari uji Likelihood Ratio Statistic sebagai berikut(Hosmer dan Lemeshow,1989):

    2 logLikelihood dari model 2Likelihood dari model 1

    (2.23)

    0

    H1 : Terdapat paling tidak satu parameter yang tidak sama dengan nol

    akan dibandingkan dengan , tabel dengan derajat bebas m; m: banyaknya

    parameter yang diduga sama dengan nol.. Bila lebih besar dari , tabel maka H0

    ditolak, berarti tidak semua = 0 pada tingkat signifikasi .

    2.4.7.2 Uji Wald

  • 27

    Untuk menguji signifikansi masing-masing variabel prediktor yang terdapat

    dalam model dapat dilakukan menggunakan Uji Wald.Uji Wald didapat

    denganmembandingkan estimasimaximum likelihood dari parameter , , , dengan

    estimasi dari standard error. (Hosmer dan Lemeshow,1989)

    Perbandingan ini dapat dibandingkan dengan distribusi normal. Dalamkasus ini

    uji statistiknya adalah

    (2.24)

    Dimana SE( ) adalah standard error dari estimasi maximum likelihood.

    H0 : h = 0, dengan h = 1, 2, 3, ., k (variabel bebas ke-h tidak berpengaruh terhadap variabel terikat)

    H1 : h 0, dengan h = 1, 2, 3, ., k (variabel bebas ke-h berpengaruh terhadap variabel terikat)

    Nilai dari Uji Wald akan dirubah kedalam P value dengan melihat dari tabel Z. Bila P-

    value < maka ditolak.

    2.5 Berbasis Komputer

    Yang dimaksud dari berbasis komputer adalah merubah perhitungan yang

    dilakukan secara manual dengan menggunakan alat tulis ke dalam bentuk perhitungan

    yang menggunakan komputer. Untuk membantu dalam proses perhitungan dengan

    menggunakan komputer dibutuhkan sebuah program. Untuk merancang sebuah program

    yang baik dan benar perlu melakukansesuai dengan prosedur

    2.5.1 Pengertian Perangkat Lunak

  • 28

    Definisi perangkat lunak menurut Pressman (2001) adalah :

    a. Instruksi-instruksi (program komputer) yang akan dijalankan akanmemberikan

    fungsi dan kinerja sesuai dengan yang diinginkan

    b. Struktur data yang membuat program mampu memanipulasi suatuinformasi.

    c. Dokumen-dokumen yang menjelaskan operasi dan pemakaiansuau program.

    Terdapat perbedaan antara perangkat lunak dan perangkat keras.Perangkat lunak

    merupakan suatu elemen sistem yang bersifat logis, bukanbersifat fisik dan tidak

    berbentuk secara nyata. Perangkat lunak memilikibeberapa karakteristik yaitu sebagai

    berikut :

    a. Perangkat lunak dikembangkan dan direkayasa.

    b. Perangkat lunak tidak rusak secara sama dengan perangkat keras

    Perangkat keras dapat menjadi rusak karena terkena pengaruhlingkungan dan

    perangkat keras yang rusak tersebut dapat digantikan denganyang baru atau diperbaiki.

    Lain halnya dengan perangkat lunak yangmengalamai kegagalan fungsi, maka perbaikan

    dilakukan penginstalanprogram kembali. Perangkat lunak dibuat mulai dari lingkup

    terkecil, denganmembuat algoritmanya dari yang sederhana sampai kepada algoritma

    secarautuh sehingga membentuk suatu program, yaitu perangkat lunak.Rekayasa piranti

    lunak adalah suatu pendekatan aplikasi yangsistematis, disiplin dan mampu mengukur

    dakan pengembangan,pengoprasian dan pemeliharaan perangkat lunak.

    2.5.2 Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak

  • 29

    Rekayasa perangkat lunak menurut Pressman(2001) adalah penetapan dan

    pemakaian prinsip-prinsip rekayasa dalam rangkamendapatkan perangkat lunak yang

    ekonomis, terpercaya dan bekerja efisienpada mesin komputer.

    Rekayasa perangkat lunak mencakup tiga elemen yang mampu mengontrol

    prosesperkembangan perangkat lunak, yaitu :

    a. Metode

    Metode merupakan cara-cara teknis membangun perangkat lunak yang

    terdiridari perancangan proyek dan estimasi, analisis kebutuhan sistem dan

    piranti lunak, perancangan struktur data, arsitektur program, prosedur algoritma,

    pengkodean, pengujian dan pemrograman.

    b. Alat-alat bantu

    Alat-alat bantu menyediakan dukungan otomatis atau semi otomatis

    untukmetode-metode seperti Computer Aided Software Engineering (CASE)

    yangmengkombinasikan perangkat lunak dan perangkat keras dan software

    engineeringdatabase (tempat penyimpanan yang mengandung informasi yang

    penting tentang analisis, perancangan, pembuatan program, dan pengujian) untuk

    pengembangan piranti lunak yang sejalan dengan Computer

    AidedDesign/Engineering (CAD/E).

    c. Prosedur-prosedur

    Prosedur-prosedur untuk menghubungkan alat-alat bantu dengan metode.Tujuan

    dari prosedur yaitu untuk mendapatkan perangkat lunak yang efisien,berguna

    dan ekonomis.

    2.5.3 Model Proses Perangkat Lunak

  • 30

    Menurut Pressman (2001), dalam perancangan perangkat lunak, dikenal linear

    sequential model atau yang lebih dikenal dengan sebutan classic life cycle atau waterfall

    model. Model ini menyarankan pendekatan yang sistematik dan berurutan dalam

    pengembangan perangkat lunak yang melalui pemodelan, analisis, desain, pengkodean,

    pengujian, dan pemeliharaan. Model ini meliputi serangkaian aktivitas, yaitu :

    a. System Engineering (Rekayasa dan pemodelan sistem)

    Karena perangkat lunak merupakan sebuah bagian dari sistem yang besar, maka

    yang perlu dilakukan pertama kali adalah menetapkan kebutuhan untuk seluruh

    elemen sistem dan mengalokasikan sebagian dari kebutuhan tersebut ke piranti

    lunak.

    b. Software requirment analysis (Analisis kebutuhan piranti lunak)

    Untuk dapat mengerti inti dari program yang dibangun, diperlukan pengertian

    akan informasi yang diperlukan oleh perangkat lunak.

    c. Design (Perancangan)

    Perancangan piranti lunak sebenarnya merupakan sebuah proses yang terdiri dari

    banyak kegiatan, yang menitikberatkan pada 4 atribut dari program, yaitu:

    struktur data, arsitektur piranti lunak, representasi tampilan, dan detil prosedur.

    d.Coding (Pengkodean)

    Dalam pengkodean, perancangan yang telah dilakukan diterjemahkan ke bentuk

    yang dimengerti komputer.

    e. Testing(Pengujian)

  • 31

    Setelah pengkodean, maka pengujian program dimulai. Proses pengujian

    berfokus pada logika internal perangkat lunak, memastikan bahwa semua

    pernyataan sudah diuji, dan pada eksternal fungsional yaitu mengarahkan

    pengujian untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input

    yang dibatasi akan meberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang

    dibutuhkan.

    f. Maintenance (Pemeliharaan)

    Pemeliharaan dilakukan untuk mengantisipasi terhadap terjadinya kesalahan

    karena perubahan sistem atau peningkatan kebutuhan pengguna akan fungsi

    baru.

    Gambar 2.2 Waterfall Model

    2.5.4 Basis data atau Database

  • 32

    Kumpulan dari item data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya

    yang diorganisasikan berdasarkan sebuah skema atau struktur tertentu, tersimpan di

    hardware komputer dan dengan software untuk melakukan manipulasi untuk fungsi

    tertentu. Ada juga yang mendefinisikan basis data adalah kumpulan informasi yang

    disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan

    suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari basis data

    tersebut(Connoly,2005).

    Beberapa alasan perlunya database

    Basis data merupakan salah satu komponen penting dalam system informasi,

    karena merupakan dasar dalam menyediakan informasi.

    Basis data menentukan kualitas informasi : akurat, tepat pada waktunya dan

    relevan. Informasi dapat dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif

    dibandingkan dengan biaya mendapatkannya.

    Basis data mengurangi duplikasi data (data redudancy).

    Dengan mengaplikasikan basis data hubungan data dapat ditingkatkan.

    Basis data dapat mengurangi pemborosan tempat simpanan luar