BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id filefaktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi...

38
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Manajemen S trategi 2.1.1.1 Definisi Strategi Menurut David (2006, pp16-17), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jan gka panjang. Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya dan juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan dan mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maup un eksternal y ang dihadap i p erusahaan. 2.1.1.2 Definisi Manajemen Strategi M anajemen strategi (David, 2006, pp5-6) dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Sebagai mana tersirat dalam definisi tersebut, manajemen strategis terfokus pada upaya memadukan manajemen, pemasara, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan dari manajemen strategi adalah memanfaatkan dan menciptakan peluang-peluang baru dan berbeda dimasa mendatang.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id filefaktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi...

11

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Manajemen Strategi

2.1.1.1 Definisi Strategi

Menurut David (2006, pp16-17), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan

jangka panjang. Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan

manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya

dan juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang. Oleh karena itu,

sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan dan mempunyai konsekuensi

multifungsional atau multidivisional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan

faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.

2.1.1.2 Definisi Manajemen Strategi

Manajemen strategi (David, 2006, pp5-6) dapat didefinisikan sebagai ilmu

tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang

memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Sebagai mana tersirat dalam definisi

tersebut, manajemen strategis terfokus pada upaya memadukan manajemen, pemasara,

keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem

informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan dari manajemen

strategi adalah memanfaatkan dan menciptakan peluang-peluang baru dan berbeda

dimasa mendatang.

12

2.1.1.3 Manfaat Manajemen Strategi

Menurut David (2006, pp20-23), manajemen strategis membuat organisasi lebih

proaktif dalam membentuk masa depannya; manajemen strategis membuat organisasi

dapat memulai dan mempengaruhi (bukan hanya merespon terhadap) aktivitas—dengan

demikian memiliki kontrol terhadap nasibnya. Secara historis manfaat utama manajemen

strategis adalah membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik

melalui pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan rasional untuk menentukan pilihan

strategis. Komunikasi merupakan kuncikeberhasilan dari manajemen strategis. Tujuan

utama dari proses ini adalah untuk mendapatkan pemahaman dan komitmen dari semua

manajer dan karyawan. Manfaat lain dari manajemen strategis adalah sebagai berikut :

1. Manfaat finansial

Organisasi yang menggunakan konsep manajemen strategis ternyata lebih

menguntungkan dan berhasil daripada yang tidak menggunakannya. Bisnis yang

menggunakan konsep manajemen strategis menunjukkan peningkatan berarti

dalam penjualan, keuntungan, dan produktivitasnya dibandingkan dengan

perusahaan yang tidak menggunakan kegiatan perencanaan sistematis.

2. Manfaat non-finansial

Manajemen strategis memberikan manfaat seperti meningkatnya kesadaran

mengenai berbagai ancaman eksternal, meningkatnya pemahaman akan strategi-

strategi para pesaing, meningkatkan produktivitas karyawan, berkurangnya

resistensi atau penolakan terhadap perubahan (dapat memandang perubahan

sebagai peluang dan bukan sebagai ancaman), dan pemahaman yang semakin jelas

mengenai hubungan antara kinerja dan imbalan. Manajemen strategis

13

meningkatkan kemampuan organisasi mencegah masalah karena manajemen

strategis mendorong interaksi antar manajemen di seluruh divisi dan tingkat

fungsional. Manajemen strategis juga sering menciptakan keteraturan dan

disiplin dalam perusahaan, menjadi awal suatu sistem manajerial yang efisien dan

efektif.

2.1.2 Tahap Masukan

(David, 2006, p283) Informasi yang diperoleh dari Matriks EFE dan matriks IFE

menjadi informasi masukan untuk matriks tahap pencocokan. Perangkat masukan

membantu perencana strategi menuliskan berbagai penilaian atau asumsi secara

kuantitatif pada tahap awal proses perumusan strategi. Membuat keputusan-

keputusan kecil dalam matriks masukan mengenai pentingnya faktor-faktor eksternal

dan internal membantu perencana strategi membuat dan mengevaluasi strategi-strategi

alternatif secara lebih efektif. Penilaian intuitif yang baik selalu diperlukan dalam

menentukan pembobotan dan pemeringkatan yang tepat.

2.1.2.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE)

Menurut David (2006, p143-144), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External

Factor Evaluation Matrix – Matriks EFE) memungkinkan para perencana strategi untuk

merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi,

lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat

dibuat melalui lima tahap, sebagai berikut :

1. Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal.

Temukan 10 hingga 20 faktor, termasuk peluang dan ancaman, yang mempengaruhi

14

perusahaan dan industrinya. Buat secara spesifik, gunakan persentase, rasio, dan

angka komparatif.

2. Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hungga 1,0 (sangat penting) untuk

masing-masing faktor. Bobot diberikan kepada masing-masing faktor

menggambarkan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan

perusahaan dalam industri. Peluang seringkali diberi bobot lebih tinggi dari

ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat

serius atau sangat mengancam. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk setiap faktor eksternal kunci tentang seberapa

efektif strategi organisasi saat ini dalam merespons faktor tersebut, di mana 4 =

respons perusahaan superior, 3 = respons perusahaan di atas rata-rata, 2 = respons

perusahaan rata-rata dan 1 = respons perusahaan jelek. Peringkat didasari pada

efektivitas strategi perusahaan.

4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai tertimbang

setiap variabel.

5. Jumlahkan nilai tertimbang untuk setiap variabel untuk menentukan total tertimbang

untuk organisasi.

Berapapun jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam matriks

EFE, total nilai tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan yang terendah

adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0

menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap

peluang-peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi

perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan potensi

pengaruh negatif dari ancaman eksternal. Total nilai tertimbang sama dengan 1.0

15

menunjukkan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau menghindari

ancaman eksternal. Tabel 2.1 menunjukkan Matriks EFE.

Tabel 2.1 Matriks EFE Faktor Eksternal Kunci Bobot Peringkat Nilai Tertimbang

Peluang : • •

Ancaman : • •

Total 1,00 Sumber : David (2006, p145)

2.1.2.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks IFE)

Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation Matrix – Matriks

IFE) merupakan alat formulasi strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan

kelemahan utama dalam area fungsional bisnis. Matriks ini akan memberikan landasan

untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area fungsional bisnis

tersebut. Menurut David (2006, p206-209), matriks IFE dapat dikembangkan dengan

lima tahap, sebagai berikut :

1. Tuliskan faktor-faktor internal utama yang telah diidentifikasi dalam proses audit

internal. Gunakan 10 hingga 20 faktor internal, meliputi kekuatan dan kelemahan.

Buat secara spesifik, gunakan persentase, rasio, dan angka komparatif.

2. Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk

masing-masing faktor. Bobot diberikan kepada masing-masing faktor

menggambarkan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan

perusahaan dalam industri. Tanpa memperhatikan faktor tersebut adalah kekuatan

16

atau kelemahan, faktor yang mempengaruhi paling besar diberikan bobot paling

tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk setiap faktor untuk mengindikasikan apakah

faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1), atau kelemahan

minor (peringkat = 2), atau kekuatan minor (peringkat = 3) atau kekuatan utama

(peringkat = 4).

4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai tertimbang

setiap variabel.

5. Jumlahkan nilai tertimbang untuk setiap variabel untuk menentukan total tertimbang

untuk organisasi.

Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks IFE, total rata-rata

tertimbang dapat berkisar 1,0 yang rendah sampai 4,0 yang tinggi, denganrata-rata 2,5.

Total rata-rata tertimbang jauh di bawah 2,5 merupakan ciri organisasi yang lemah

secara internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi internal

yang kuat. Tabel 2.2 menunjukkan Matriks IFE.

Tabel 2.2 Matriks IFE Faktor Internal Kunci Bobot Peringkat Nilai Tertimbang

Kekuatan : • •

Kelemahan : • •

Total 1,00 Sumber : David (2006, p208)

17

2.1.3 Tahap Pencocokan

2.1.3.1 Matriks Internal – Eksternal (IE)

Menurut David (2006, p300), Matriks Internal-Eksternal memosisikan organisasi

dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci : total IFE

pada sumbu x dan total EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari Matriks IE, total IFE atau

EFE dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah, nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah,

dan nilai dari 3,0 hingga 4,00 adalah tinggi. Rekomendasi strategi yang masuk dalam sel

I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan yaitu strategi intensif

(penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif. Pada

sel III, V, VII dapat dikelola cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan yaitu

penetrasi pasar dan pengembangan produk. Terakhir, sel VI, VII, IX adalah tuai dan

divestasikan. Gambar 2.1 menunjukkan sembilan sel dari matriks internal dan eksternal.

Nilai IFE Kuat Rata-Rata Lemah 3.0 - 4.0 2.0 - 2. 99 1.0 - 1.99 4.0 3.0 2.0 1.0

Nilai EFE

Tinggi 3.0

I II III 3.0 - 4.0

Sedang 2.0

IV V VI 2.0 - 2.99

Rendah VII VIII IX 1.0 - 1.99 1.0

Keterangan: sel I, II, IV = tumbuh dan kembangkan

sel III, V, VII = jaga dan pertahankan sel VI, VIII, IX = tuai dan divestasi

Gambar 2.1 Matriks Internal-Eksternal (IE) Sumber : David (2006, p304)

18

2.1.3.2 Matriks Strengths-Weakness-Opportunities-Threats

Menurut David (2006, p284), Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman

(Strengths - Weakness- Opportunities - Threats – SWOT Matrix) merupakan alat untuk

mencocokan yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe

strategi, yaitu :

1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang

eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT

agar dapat mencapai situasi di mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika

suatu organisasi memiliki kelemahan utama, maka organisasi tersebut akan berusaha

mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Jika menghadapi ancaman utama, maka

sebuah organisasi berusaha menghindari untuk berkonsentrasi pada peluang.

2. Strategi WO (Weakness-Opportunities)

Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan

peluang eksternal. Kadang-kadan terdapat peluang eksternal utama tetapi kelemahan

internal organisasi menjadikannya tidak dapat memanfaatkan peluang dengan baik.

3. Strategi ST (Strengths-Threats)

Strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi

pengaruh dari ancaman tersebut. Hal ini berarti organisasi yang kuat harus selalu

menghadapi ancaman langsung di lingkungan eksternalnya

4. Strategi WT (Weakness-Threats)

Straregi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan

internal dan menghindari ancaman eksternal. Ketika menghadapi ancaman eksternal

dan kelemahan internal, maka dapat dikatakan organnisasi berada dalam kondisi

19

tidak aman. Perusahaan seperti ini dapat mengambil langkah untuk merger,

menyatakan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.

Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu ada empat sel faktor kunci (S, W,

O, T), empat sel strategi (SO, WO, ST, WT), dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong

(Tabel 2.3). Ada delapan langkah dalam membuat matriks SWOT, yaitu :

1. Tulis peluang eksternal kunci organisasi

2. Tulis ancaman eksternal kunci organisasi

3. Tulis kekuatan internal kunci organisasi

4. Tulis kelemahan internal kunci organisasi

5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal,dan catat hasil strategi SO

dalam sel yang telah ditentukan.

6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal,dan catat hasil strategi WO

dalam sel yang telah ditentukan.

7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal,dan catat hasil strategi ST

dalam sel yang telah ditentukan.

8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal,dan catat hasil strategi WT

dalam sel yang telah ditentukan.

20

Tabel 2.3 Matriks SWOT Biarkan selalu kosong Kekuatan – S :

1. 2. Tuliskan Kekuatan. 3.

Kelemahan – W : 1. 2. Tuliskan Kelemahan. 3.

Peluang - O : 1. 2. Tuliskan Peluang. 3.

Strategi SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang.

Ancaman - T : 1. 2. Tuliskan Ancaman. 3.

Strategi ST Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.

Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Sumber : David (2006, p287) 2.1.4 Tahap Keputusan : Matriks QSPM

David (2006, pp308-311) menyatakan bahwa QSPM (Quantitative Strategic

Planning Matrix) merupakan tahap 3 dari kerangka analitis perumusan strategi. Teknik ini

secara objektif menunjukkan strategi alternatif yang paling baik. QSPM

menggunakan masukan dari analisis tahap 1 dan hasil-hasil pencocokan dari analisis

tahap 2 untuk memutuskan secara objektif strategi alternatif yang dapat dijalankan.

QSPM (pada Tabel 2.4) adalah alat yang membuat para perencana strategi dapat menilai

secara objektif strategi alternatif yang dapat dijalankan, didasarkan atas faktor-faktor

keberhasilan kritis eksternal dan internal yang telah dikenali terlebih dahulu.

Enam langkah untuk mengembangkan QSPM yang digunakan untuk

mendefinisikan dan menjelaskan total nilai daya tarik, antara lain:

1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal kunci dan kekuatan/kelemahan

internal kunci dari perusahaan di kolom kiri QSPM. Informasi tersebut harus

diambil lansung dari matriks EFE dan matriks IFE.

2. Berilah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal kunci. Bobot tersebut

21

sama dengan yang ada di matriks EFE dan matriks IFE. Bobot tersebut disajikan pada

kolom sebelah kanan kolom faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal.

3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi strategi-strategi alternatif yang

harus dipertimbangkan organisasi untuk diterapkan. Tulislah strategi-strategi

tersebut pada baris atas QSPM. Kelompokkanlah strategi-strategi tersebut

dalam rangkaian yang saling ekslusif jika mungkin.

4. Tentukanlah nilai daya tarik (AS—Attractiveness Score) yang didefinisikan

sebagai angka yang menujukkan daya tarik alternatif masing-masing strategi pada

suatu rangkaian alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan memeriksa

masing-masing faktor eksternal atau internal, satu per satu, sambil mengajukan

pertanyaan, “Apakah faktor ini mempengaruhi strategi yang dibuat?”, jika

jawaban atas pertanyaan tersebut adalah “ya”, maka strategi tersebut harus

dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, Nilai Daya Tarik harus

diberikan pada masing-masing strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif suatu

strategi terhadap yang lain, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan

Nilai Daya Tarik adalah : 1 = tidak menarik; 2 = agak manarik; 3 = wajar menarik;

4 = sangat menarik. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, hal

tersebut menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak mempunyai

pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh karena itu, jangan beri nilai daya

tarik pada strategi-strategi dalam rangkaian tersebut. Gunakanlah garis (-) untuk

menujukkan bahwa faktor kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus

yang dibuat.

22

5. Hitunglah TAS (Total Attractiveness Score) = Total Nilai Daya Tarik.

Didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah 2) dengan nilai daya tarik di

masing-masing baris (langkah 4). Total nilai daya tarik menunjukkan daya tarik

relatif dari masing-masing strategi alt ernatif, dengan hany a

mempertimbangkan dampak dari faktor keberhasilan kritis eksternal atau internal yang

berdekatan. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik strategi alternatif

tersebut (dengan mempertimbangkan hanya faktor keberhasilan kritis yang dekat).

6. Hitunglah penjumlahan total nilai daya tarik. Jumlahkan total nilai daya tarik di

masing-masing kolom strategi QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS)

mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam masing-masing rangkaian

alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin menarik strategi

tersebut, dengan mempertimbangkan semua faktor kritis eksternal dan internal

yang berkaitan yang dapat mempengaruhi keputusan-keputusan strategis.

Besarnya perbedaan di antara penjumlahan total nilai daya tarik dalam suatu

rangkaian strategi-strategi alternatif menunjukkan tingkat relatif di kehendakinya

suatu strategi daripada yang lain.

23

Tabel 2.4 Matriks QSPM

Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2

Faktor Kunci Bobot AS TAS AS TAS Peluang :

• •

Ancaman : • •

Kekuatan : • •

Kelemahan : • •

Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik

Sumber : David (2006, p312) 2.1.5 Analisis CSF (Critical Success Factor)

Critical Success Factor (CSF) adalah area-area tertentu dimana jika hasilnya

memuaskan, akan memastikan keberhasilan perusahaan dalam persaingan. CSF adalah

beberapa area kunci dimana segalanya harus berjalan dengan benar agar bisnis dapat

berjalan. Sebagai hasilnya, area CSF ini adalah aktifitas yang harus menerima perhatian

tetap dan hati-hati dari manajemen. Kinerja di masing-mas ing area harus terus-menerus

diukur. Analisis CSF merupakan teknis yang kuat dan populer dalam pengembangan

strategi bisnis maupun strategi IS/IT (Ward dan Peppard, 2002, pp208-210).

24

2.1.6 Proses Analisis Bertingkat

Menurut Taylor (2005, p17), proses analisis bertingkat (analytical hierarchy

process – AHP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty merupakan metode untuk

membuat urutan alternatif keputusan dan memilih yang terbaik pada saat pengambil

keputusan memiliki beberapa alternatif yang dapat dipilih saat mengambil keputusan

tertentu. Karenanya, metode ini menjawab pertanyaan ”Yang mana?” seorang

Pengambil keputusan biasanya memiliki beberapa alternatif yang dapat dipilih saat

mengambil suatu keputusan.

AHP merupakan proses untuk menghitung nilai angka untuk merangking tiap

alternatif keputusan berdasarkan sejauh mana alternatif tersebut memenuhi kriteria

pembuat keputusan. Proses matematis secara umum yang tercakup dalam AHP adalah

menetapkan preferensi pada tiap tingkat hierarki.

Menurut Taylor (2005, p19), pada AHP pengambilan keputusan menentukan

nilai atau ”skor” tiap alternatif untuk suatu kriteria menggunakan perbandingan

pasangan (pairwise comparison). Pada perbandingan pasangan pembuat keputusan

membandingkan dua alternatif (yaitu, sepasang) berdasarkan suatu kriteria tertentu dan

mengindikasikan suatu preferensi. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan

skala preferensi (preference scale), yang memberikan angka numerik untuk tiap tingkat

preferensi.

Standar skala preferensi yang digunakan AHP telah ditentukan oleh peneliti yang

berpengalaman dibidang AHP untuk digunakan sebagai landasan yang layak dalam

membandingkan dua item atau dua alternatif. Tiap tingkat pada skala dibuat berdasarkan

perbandingan dua item. Tabel 2.5 menunjukkan skala preferensi perbandingan pasangan.

25

Tabel 2.5 Skala Preferensi Perbandingan Pasangan Tingkat Preferensi Nilai Angka

Sama disukai 1

Sama hingga cukup disukai 2

Cukup disukai 3

Cukup hingga sangat disukai 4

Sangat disukai 5

Sangat disukai hingga amat sangat disukai 6

Amat sangat disukai 7

Amat sangat disukai hingga luar biasa disukai 8

Luar biasa disukai 9

Sumber:Taylor (2005, p19)

Berikut adalah ringkasan dari tahap matematis yang digunakan untuk membuat

rekomendasi keputusan berdasarkan AHP (Taylor, 2005, pp23-24) :

1. Mengembangkan matriks perbandingan pasangan untuk tiap alternatif

keputusan (lokasi) berdasarkan tiap kriteria.

2. Sintesis:

a. Menjumlahkan nilai pada tiap kolom pada matriks perbandingan pasangan.

b. Membagi nilai tiap kolom dalam matriks perbandingan pasangan dengan

jumlah kolom yang bersangkutan yang disebut matriks normalisasi.

c. Hitung nilai rata-rata baris pada matriks normalisasi yang disebut vektor

preferensi.

d. Gabungkan vektor preferensi untuk kriteria (dari tahap 2c) menjadi suatu

matriks preferensi yang memperlihatkan preferensi tiap lokasi berdasarkan

tiap kriteria.

26

3. Membuat matriks perbandingan pasangan untuk kriteria.

4. Menghitung matriks normalisasi dengan membagi tiap nilai pada masing-

masing kolom matriks dengan jumlah kolom yang terkait.

5. Membuat vektor preferensi dengan menghitung rata-rata baris pada matriks

normalisasi.

6. Hitung skor keseluruhan untuk tiap alternatif keputusan dengan mengalikan

vektor preferensi kriteria (dari langkah 5) dengan matriks kriteria (dari langkah

2d).

7. Rangking alternatif keputusan berdasarkan nilai alternatif yang dihitung pada

langkah 6.

2.1.7 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi

2.1.7.1 Definisi Sistem

Menurut O`Brien (2005, p29), sistem adalah sekumpulan komponen yang saling

berhubungan atau berinteraksi membentuk satu kesatuan. Dalam bidang sistem

informasi, sistem lebih tepat didefinisikan sebagai sekelompok komponen yang

saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan

menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.

Sistem menurut Mcleod dan Schell (2004, p9) adalah sekelompok elemen-

elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

Sumber daya mengalir dari elemen input, melalui elemen transformasi, ke

elemen output. Suatu mekanisme pengendalian memantau proses transformasi untuk

meyakinkan bahwa sistem tersebut memenuhi tujuannya.

27

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sebuah kumpulan komponen

atau elemen yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga dapat mencapai tujuan

tertentu.

2.1.7.2 Definisi Informasi

Menurut McLeod dan Schell (2004, p12), informasi adalah data yang telah

diproses, atau data yang memiliki arti.

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p11), informasi adalah data yang telah

diatur dan diproses untuk memberikan arti.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses

dan memiliki arti.

2.1.7.3 Definisi Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2003,p7), “Information system can be any organized

combination of people, hardware, software, communication networks, and data

resources that collects, transform, and disseminates information in an organization”.

Sedangkan menurut Hall (2001,p7), sistem informasi adalah sebuah rangkaian

prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan

didistribusikan kepada para pemakai.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sebuah kombinasi

dari pengguna, piranti keras, piranti lunak, komunikasi jaringan, dan sumber-sumber

data yang mengumpulkan, memproses dan mendistribusikan informasi.

28

2.1.7.4 Definisi Analisis sistem

Pengertian analisis sistem menurut pendapat Mcleod dan Schell (2004, p138)

adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem

yang baru atau diperbaharui.

Sedangkan menurut pendapat O`Brien (2005, p518), analisis sistem

merupakan studi yang mendalam mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pemakai

akhir yang menghasilkan prasyaratan fungsional (functional requirement) yang

digunakan sebagai dasar untuk desain sistem informasi baru. Analisis sistem

mendeskripsikan apa yang harus dilakukan oleh suatu sistem untuk memenuhi

kebutuhan informasi penggunanya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian mengenai

sistem yang telah ada dan juga merupakan studi yang mendalam mengenai informasi

yang dibutuhkan oleh pengguna dengan tujuan untuk melakukan perancangan sistem

informasi yang baru.

2.1.7. 5 Definisi Perancangan sistem

Menurut pendapat Mcleod dan Schell (2004, p140), rancangan sistem adalah

penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Menurut O`Brien (2005,

p521), desain sistem mendeskripsikan bagaimana sistem akan memenuhi tujuannya,

yaitu untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Jadi dapat disimpulkan bahwa

rancangan sistem merupakan penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem

baru untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

29

2.1.7.6 System Definition

Menurut Mathiassen et al. (2000, p37), system definition adalah deskripsi ringkas

dari sistem terkomputerisasi yang diekspresikan dalam bahasa natural. Tujuan system

definition adalah untuk memilih sistem aktual yang akan dikembangkan. Hal ini

dilakukan dengan mengklarifiskasikan interpretasi, kemungkinan dan konsekuensi dari

beberapa solusi alternatif secara sistematis.

2.1.7.7 Rich Picture

Menurut Mathiassen et al. (2000, p25), rich picture adalah sebuah gambaran

informal yang digunakan oleh pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman

mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Rich picture juga dapat

digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi komunikasi yang baik antara

pengguna dalam sistem.

Rich picture difokuskan pada aspek-aspek penting dari sistem tersebut, yang

ditentukan sendiri oleh pengembang sistem dengan mengunjungi perusahaan untuk

melihat bagaimana perusahaan tersebut beroperasi, berbicara dengan banyak orang

untuk mengetahui apa yang harus terjadi atau seharusnya terjadi, dan mungkin

melakukan beberapa wawancara formal.

2.1.8 Notasi

Menurut Mathiassen et al.(2000, p327), notasi adalah bahasa tekstual dan grafikal

yang diformulasikan secara t erpisah untuk mendeskripsikan suatu sistem dan

konteksnya. Tujuan dari notasi adalah untuk menyederhanakan komunikasi dan

30

dokumentasi. Menurut Mathiassen et al.(2000, p331), Notasi UML (Unified Modeling

Language) adalah Notasi standar yang digunakan untuk merepresentasikan sistem dengan

berorientasi objek. Melalui seperangkat diagram, UML menyediakan standar untuk

menggambarkan perancangan sistem dari sudut pandang yang dapat dipahami oleh

pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sistem. Dengan kata lain, UML

merupakan bahasa yang telah menjadi standar untuk merancang model sebuah sistem.

2.1.8.1 Class Diagram

Menurut Bennett et al. (2006, p69), objek adalah abstraksi dari sesuatu dalam

problem domain yang merefleksikan kapabilitas sistem untuk menyimpan informasi

tentangnya, berinteraksi dengannya, atau keduanya. (Bennett et al., 2006, p71) Class

adalah sebuah konsep yang mendeskripsikan seperangkat objek yang ditetapkan dengan

cara yang sama. Objek merupakan instance dari class.

Class diagram (notasi pada Gambar 2.3) digunakan untuk mengilustrasikan

class, interface, dan hubungannya. (Larman, 2005, p249)

Operations adalah deklarasi, dengan sebuah nama, parameter, nilai balik, daftar

pengecualian, dan sekumpulan batasan dari pre- dan post-condition. (Larman, 2005,

p257)

Method adalah implementasi dari sebuah operasi. Method dapat

diilustrasikan dalam beberapa cara, yaitu (Larman, 2005, p257):

• Dalam interaction diagram melalui detail dan sequence of messages.

• Dalam class diagram dengan menggunakan simbol <<method>>.

Aggregation adalah asosiasi yang memiliki hubungan whole part yang tidak

erat. (Larman, 2005, p264)

31

Composition, juga dikenal sebagai composite agregation, merupakan whole

part agregation yang memiliki hubungan yang sangat kuat. Composition relationship

mengimplikasikan bahwa (Larman, 2005, p264):

1. Sebuah instance dari bagian merupakan milik dari hanya satu composite

instance.

2. Bagian tersebut harus selalu merupakan milik dari composite.

3. Composite bertanggung jawab dalam pembuatan dan penghapusan bagiannya.

Association merupakan sebuah garis antar class. Association bersifat dua arah,

yang berarti bahwa objek dari class lain melintasi ke class lainnya yang

memungkinkan. Lintasan ini bersifat abstrak; bukan merupakan sebuah pernyataan

mengenai hubungan antara entitas software. (Larman, 2005, p151)

Multiplicity (Gambar 2.2) mendefinisikan bagaimana objek dari sebuah class

dapat diasosiasikan dengan objek dari class lainnya. (Larman, 2005, p153)

Generalization, yakni suatu class umum (super class) yang mendeskripsikan

properti umum untuk sekelompok dari class khusus (sub class). (Larman, 2005, p260)

Gambar 2.2 Notasi Multiplicity Class Diagram

Sumber : Larman (2005, p154)

32

Gambar 2.3 Notasi Design Class Diagram

Sumber : Larman (2005, pp249-270)

2.1.8.2 Use Case Diagram

(Mathiassen et al., 2000, p119) Diagram use case digunakan untuk menunjukkan

hubungan antara actor (aktor) dan use cases, serta menggambarkan fungsionalitas yang

diharapkan dari sebuah sistem. Aktor adalah suatu abstraksi dari pengguna atau sistem

lain yang berinteraksi dengan sistem sasaran Use case didefinisikan sebagai suatu pola

interaksi antara sistem tersebut dan aktor dalam application domain. (Mathiassen et al.,

2000, p129) Use case diagram dapat menunjukkan use-case groupings, dimana seorang

actor dapat berpartisipasi pada semua use case dalam sebuah use case diagram yang

merepresentasikan area fungsionalitas tertentu dalam sistem. (Bennett et al., 2005, p35)

Seperti semua UML model, use case model dapat diorganisasikan dalam package

sebagai bagian dari model management view.

(Bennett et al., 2006, p145) Use case adalah deskripsi dari fungsionalitas sistem

dari perspektif pengguna/user. Use case diagram digunakan untuk menunjukkan

fungsionalitas yang disediakan sistem dan untuk menunjukkan user mana yang akan

berkomunikasi dengan sistem dalam menggunakan fungsionalitas tersebut.

33

(Bennett et al., 2006, pp148-149) Hubungan yang lebih jauh pada use case

diagram ditunjukkan dengan <<extend>>. <<extend>> digunakan ketika ingin

menunjukkan bahwa sebuah use case menyediakan fungsionalitas tambahan yang mungkin

dibutuhkan di use case yang lain. Comment dapat ditambahkan untuk menjelaskan

condition dan extension point. Penggambarannya dengan tanda panah putus-putus yang

arahnya menuju ke use case yang di-exclude atau di-include.

(Schneider dan Winters, 2001, p27-29) Setiap use case harus mempunyai detil

tentang apa yang dilakukan untuk mencapai fungsionalitasnya. Precondition

menunjukkan dalam keadaan sistem sebelum memulai sebuah use case. Postcondition

menunjukkan dalam keadaan sistem setelah use case selesai. Flow of events adalah

serangkaian pernyataan deklaratif dari daftar tahapan sebuah use case dari sudut

pandang actor. Percabangan dapat ditunjukkan dengan menggunakan pernyataan if dan

perulangan dinyatakan dengan for atau while. (Schneider dan Winters, 2001, p35-37)

Dalam flow of events bisa terdapat basic path (dimana semua berjalan baik) dan

alternative path (menunjukkan adanya pilihan lain diluar basic path, menunjukkan

adanya kesalahan). Notasi untuk Use Case Diagram ditunjukkan pada Gambar 2.4.

34

Gambar 2.4 Notasi Design Use Case Diagram

Sumber : Bennett et al. (2006, pp 146-149) dan Bennett et al. (2005, p35)

2.1.8.3 Sequence Diagram

Menurut Bennett et al. (2006, p253), sequence diagram menunjukkan interaksi

antara objek-objek yang diurutkan dalam suatu rentetan waktu. Sequence diagram

banyak digunakan untuk merepresentasikan detil interaksi objek yang terjadi pada

sebuah use case dan dapat dilihat sebagai detil spesifikasi dari use case. Notasi untuk

Sequence Diagram ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Notasi Design Sequence Diagram

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p340), Bennett et al. (2006, p630), dan [http1]

35

Interaction operator yang digunakan adalah (Bennett, 2006, p270) :

• Alt : Alternative mewakili alternative behaviour, setiap pilihan dari behaviour

ditunjukkan dalam sebuah hasil matematika yang terpisah. Hasil matematika hanya

akan dieksekusi jika interaction constraint bernilai benar.

• Opt : Option menjelaskan sebuah pilihan tunggal dari hasil matematika, hanua

akan dieksekusi jika interaction constraint bernilai bernar.

• Loop : Digunakan untuk mengindikasikan sebuah hasil matematika yang diulang

sebanyak jumlah tertentu hingga interaction constraint.

• Ref : Reference digunakan sebagai referensi antar suatu sequence diagram dengan

sequence diagram lainnya.

[http2] Jenis message terdiri dari simple message, procedure call, dan return.

Simple message adalah transfer kontrol dari objek pengirim ke penerima. Procedure call

adalah message dimana pengirim menunggu hingga seluruh nested sequence selesai.

Return menunjukkan return dari suatu procedure call. [http1] Dalam sequence diagram,

iterasi dapat disimbolkan dengan asterisk (*) sebelum nama message. Apabila kondisi

iterasi diketahui, maka kondisi ditampilkan dalam tanda kurung [ ].

2.1.8.4 Navigation Diagram

Menurut Mathiassen et al. (2000, p344), diagram navigasi adalah statechart

diagram khusus yang berfokus pada keseluruhan user interface yang dinamis. Diagram ini

menunjukkan window yang berkaitan dan transisi di antara window-window tersebut.

Navigation Diagram bukan merupakan bagian dari notasi UML. Notasi untuk Navigation

36

Diagram ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Notasi Design Navigation Diagram

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p343) 2.1.8.5 Component Architecture

Menurut Mathiassen et al. (2000, p.190), component architecture adalah sebuah

struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan.

Component architecture membuat sistem lebih mudah untuk dimengerti,

menyederhanakan desain, dan mencerminkan kestabilan sistem. Hal ini dikarenakan

komponen merupakan subsistem dari sebuah sistem.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p.200), berikut adalah beberapa jenis distribusi

dalam arsitektur client-server (ditunjukkan pada Tabel 2.6). Notasi untuk Component

Architecture ditunjukkan pada Gambar 2.7.

37

Tabel 2.6 Bentuk Distribusi Arsitektur Client – Server Client Server Architecture

U U + F + M

Distributed

Presentation

U F + M Local Presentation

U + F F + M

Distributed

Functionality

U + F M Centralized Data

U + F + M M Distributed Data

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p200)

Gambar 2.7 Notasi Design Component Architecture

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p338) 2.1.9 Database

2.1.9.1 Pengertian Database

Menurut Connoly (2005, p15), database adalah kumpulan data yang

berhubungan, dan suatu deskripsi data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan

informasi untuk organisasi.

38

2.1.9.2 Pengertian Database Management System

Menurut Connoly (2005, p15), Database Management System (DBMS) adalah

suatu sistem software yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan,

menciptakan, memelihara, dan mengendalikan akses ke database.

2.1.10 Perancangan Interface

Menurut Mathiassen et al (2000, p151), tujuan dari pembuatan interface adalah

untuk menentukan tampilan dari suatu sistem. Interface di definisikan sebagai fasilitas-

fasilitas yang membuat suatu model dan fungsi dari sistem tersedia untuk actor. Menurut

Mohammed et al. (2003, p161), interface merupakan representasi virtual dari usulan

nilai yang dipilih perusahaan.

2.1.11 Interaksi Manusia dan Komputer

Menurut Shneiderman (2005, p8), Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)

adalah ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem

komputer interaktif yang digunakan manusia, serta studi fenomena–fenomena besar

yang berhubungan dengannya.

Menurut Shneiderman (2005, p74-75) ada 8 jenis aturan emas dalam

perancangan antarmuka, yaitu :

1. Berusaha keras untuk konsisten.

Beberapa bentuk konsistensi yang ada adalah konsistensi dalam penggunaan bentuk

dan ukuran font, pemberian warna tulisan dan latar belakang, pembuatan layout,

penggunaan terminologi.

39

2. Memungkinkan bagi user menggunakan shortcuts.

Jika frekuensi penggunaan meningkat, maka perlu dilakukan pengurangan jumlah

interaksi dengan memanfaatkan fasilitas shotcuts. Shortcuts disukai user karena

dapat memberikan waktu tampilan yang lebih cepat.

3. Memberikan feedback yang inovatif.

Sistem harus menyediakan feedback untuk setiap aksi pemakaian. Isyarat–isyarat

seperti suara dan tampilan visual harus ditampilkan untuk interaksi pemakai untuk

memberi tahu bahwa software memberikan respon masukan dari pemakai.

4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir.

Urutan aksi harus tersusun dalam bagian awal, tengah, dan akhir suatu grup.

Feedback penyelesaian aksi yang inovatif, memberikan kepuasan kepada operator /

pengguna, perasaan lega, sinyal untuk mendapatkan kemungkinan rencana dan

pilihan dari pikiran pengguna, serta indikasi bahwa cara tersebut jelas

mempersiapkan aksi berikutnya.

5. Menyediakan penanganan kesalahan yang sederhana.

Pemakai tetap dapat membuat kesalahan meskipun dengan penggunaan design

interface yang terbaik, kesalahan ini tetap dapat secara fisik (secara tidak sengaja

menunjuk ke perintah dan data yang salah) dan secara nonfisik (membuat keputusan

yang salah mengenai perintah dan data yang dipilih). Maka sistem didesain

sedemikian rupa agar pengguna tidak membuat kesalahan yang serius.

6. Mengizinkan pembalikan aksi (undo) dengan mudah.

Sedapat mungkin, aksi harus diulang (undo). Hal ini dapat mengurangi,

menghilangkan kecemasan karena pengguna tahu bahwa kesalahan dapat

40

dihilangkan. Dengan demikian dapat mendorong user untuk menjelajahi pilihan–

pilihan yang tidak dikenal.

7. Pengontrolan terletak pada pengguna sendiri (focus on control).

Pengguna harus merasa bahwa ia berkuasa atas sistem dan sistem menuruti

perintahnya. Tindakan sistem yang mengejutkan, data yang rutin, kesulitan dalam

memperoleh informasi penting, dan ketidakmampuan untuk melakukan tindakan

yang diinginkan akan membuat kecemasan dan ketidakpuasan.

8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek.

Manusia mempunyai keterbatasan dalam menghafal. Maka tampilan sebaiknya

dibuat sederhana, tampilan informasi dikelompokkan, dan frekuensi gerakan window

dikurangi.

2.1.12 Informasi dan Pengetahuan dari Pakar

Menurut Marimin (2002, pp134-135), informasi dan pengetahuan dari pakar

dapat diperoleh melalui wawancara, selama kegiatan ini harus sabar, komunikatif dan

kreatif. Seseorang dapat dikatakan ahli atau pakar, apabila mampu melaksanakan

sesuatu dengan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu, yaitu berupa kemampuan

mengumpulkan data dan informasi yang kompleks serta kemampuan

menginterpretasikan data sebagai suatu kegiatan terencana, seperti proses pengambilan

keputusan. Seorang pakar dikategorikan berdasarkan kriteria :

1. Efektifitas dengan derajat kesuksesan yang memadai.

2. Efisiensi dalam menyelesaikan persoalan secara cepat.

3. Kesadaran akan keterbatasan, dimana seorang pakar mengetahui apa yang dia

ketahui (Kompetensi).

41

4. Pengakuan secara objektif terhadap kemampuan profesional yang dimiliki oleh

lingkungan akademik dan masyarakat luas.

5. Produktivitas yang tinggi didalam bidang ilmiah yang ditekuninya.

Fasilitas akuisisi pengetahuan digunakan sebagai alat untuk mengisi atau

mendapatkan pengetahuan, fakta, aturan, dan model yang diperlukan dari berbagai

sumber. Metode wawancara dapat dilakukan dengan diskusi bebas (Talk Through) dan

pembicaraan atas dasar kasus yang menarik (Critical Incident Technique).

2.1.13 Definisi e-Government

Menurut Indrajid (2002, p4), e-government (e-gov) adalah proses pemanfaatan

teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan

secara lebih efisien. Karena itu, ada dua hal utama dalam pengertian e-gov di atas, yang

pertama adalah penggunaan teknologi informasi (salah satunya adalah internet) sebagai

alat bantu, dan, yang kedua, tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintahan dapat

berjalan lebih efisien. Jadi, e-gov sesuai dengan fungsinya, adalah penggunaan teknologi

informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain.

Simpulannya e-gov adalah upaya untuk mengembang-kan penyelenggaraan

kepemerintahan yang ber-basis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan

kualitas layanan publik secara efektif dan efisien.

Menurut Indrajid (2002, p8), terdapat enam manfaat dari pelaksanaan e-gov

antara lain :

• Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya

(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas

dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.

42

• Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance.

• Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang

dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-

hari.

• Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber

pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

• Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan

tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai

perubahan global dan trend yang ada.

• Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah

dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan

demokratis. Menciptakan masyarakat berbasis komunitas informasi yang lebih

berkualitas.

2.1.14 Monitoring

2.1.14.1 Definisi Monitoring

Menurut Vincent (2006, p21), monitoring merupakan program yang terintegrasi,

bagian penting dipraktek manajemen yang baik dan arena itu merupakan bagian integral

di manajemen sehari-hari.

Menurut Indrajit (2002, p52), monitoring adalah mekanisme yang sudah menyatu

untuk memeriksa bahwa semua berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan memberi

kesempatan agar penyesuaian dapat dilakukan secara metodologis.

43

2.1.14.2 Manfaat Monitoring

Menurut Indrajid (2002, p56), manfaat monitoring diuraikan menjadi delapan

macam, yaitu:

1. Monitoring digunakan untuk memelihara dan membakukan pelaksanaan suatu

rencana dalam rangka meningkatkan daya guna dan menekan biaya pelaksanaan.

2. Monitoring digunakan untuk mengamankan harta kekayaan organisasi atau

lembaga dari kemungkinan gangguan, pencurian, pemborosan, dan

penyalahgunaan.

3. Monitoring digunakan langsung untuk mengetahui kecocokan antara kualitas suatu

hasil dengan kepentingan para pemakai hasil dengan kemampuan tenaga pelaksana.

4. Monitoring digunakan untuk mengetahui ketepatan pendelegasian tugas dan

wewenang yang harus dilakukan oleh staf atau bawahan.

5. Monitoring digunakan untuk mengukur penampilan tugas pelaksana.

6. Monitoring digunakan untuk mengetahui ketepatan antara pelaksanaan dengan

perencanaan program.

7. Monitoring digunakan untuk mengetahui berbagai ragam rencana dan

kesesuaiannya dengan sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi.

8. Monitoring digunakan untuk memotivasi keterlibatan para pelaksana.

44

2.1.15 Evaluasi

2.1.15.1 Definisi Evaluasi

Menurut Vincent (2006, p16), evaluasi merupakan fungsi manajemen yang

dilakukan setelah kurun waktu tertentu dan setelah suatu kegiatan telah berlalu.

Menurut Vincent (2006, p28), evaluasi merupakan salah satu fungsi dari

manajemen program, evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur

program serta terhadap pelaksanaan program. Evaluasi program harus dan dapat

diselenggarakan secara terus menerus, berkala, dan atau sewaktu-waktu. Kegiatan

evaluasi ini dapat dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah program

dilaksanakan, evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah

ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana, dan atau

dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Evaluasi program berguna bagi

pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program akan dihentikan, diperbaiki,

dimodifikasi, diperluas atau ditingkatkan.

2.1.14.2 Ruang Lingkup Evaluasi

Menurut Vincent (2006, p23), ruang lingkup evaluasi, meliputi:

1. Penilaian atas dampak kolektif baik positif maupun negatif dari semua atau

sebagian besar kegiatan yang telah dilakukan pada lokasi dan atau kelompok

sasaran yang berbeda.

2. Deskriptif keluaran dan hasil atau manfaat sebagaimana dilihat dari sudut pandang

penerima manfaat.

45

2.1.16 Manfaat Monitoring dan Evaluasi

Menurut Vincent (2006, p10), manfaat dari monitoring dan evaluasi, yaitu:

1. Monitoring dan evaluasi merupakan wahana peran serta penerima manfaat

program atau kegiatan yang sangat efektif bila dilakukan dengan benar.

2. Meningkatkan efektifitas pembinaan, melalui sebuah kerangka hubungan yang

jelas antara lain yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan dan masukan-

masukan yang ada serta harapan ke depan.

3. Monitoring dan evaluasi dapat membantu mengaitkan antara apa yang telah

dilakukan dengan apa yang diharapkan dimasa yang akan datang.

4. Tanpa dilakukannya monitoring dan evaluasi kita tidak bisa mengatakan bahwa

pembinaan yang kita laksanakan telah berjalan lancar sebagaimana mestinya, telah

mengalami perkembangan, berhasil, efektif dan efisien atau dapat ditingkatkan

dimasa yang akan data.

2.1.17 Definisi Dana Bantuan

Menurut Daniel (2001, p25), dana bantuan adalah stimulasi dana untuk mengatasi

kendala keterbatasan kemampuan dan modal usaha agar selanjutnya mampu mengakses

modal dari lembaga permodalan secara mandiri.

2.1.18 Definisi Sarana Produksi

Menurut Daniel (2001, p26), sarana produksi merupakan sarana benih tanaman,

pupuk, dan obat-obatan, termasuk peralatan pengolahan tanah, peralatan pengairan, dan

peralatan lainnya yang mendukung pengembangan usaha tani.

46

2.1.19 Definisi Modal Usaha Pertanian

Menurut Daniel (2001, p34), modal usaha adalah biaya yang digunakan untuk

pendidikan, pelatihan, upah tenaga kerja, pembelian bahan baku, bahan pendukung, dan

media tumbuh.

Menurut Daniel (2001, p53), usaha pertanian adalah kegiatan yang

mengorganisasi (mengelola) sarana produksi pertanian dan dan teknologi dalam suatu

usaha yang menyangkut bidang pertanian. Usaha pertanian lebih diartikan untuk

kegiatan usaha di bidang pertanian berskala kecil, seperti usaha tani padi, usaha tani

jagung, usaha tani ayam buras, dan itik petelur.

Menurut Daniel (2001, p53), penguatan modal usaha pertanian adalah stimulasi

dana bagi pelaku pertanian yang mengalami keterbatasan modal sehingga selanjutnya

mampu mengakses pada lembaga permodalan secara mandiri. Fasilitasi penguatan

modal usaha kelompok ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat

petani, yang dikawal dengan kegiatan terkait yaitu kelembagaan petani dan peningkatan

SDM petani melalui pembinaan, penyuluhan, pelatihan, monitoring, evaluasi, dan

lainnya.

47

2.2 Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8 Kerangka Pikir Sumber: Penulis, 2009

Analisis Proses Monitoring dan Evaluasi Bantuan Sarana

Produksi dan Modal Usaha Pertanian

- Analisis proses bisnis monitoring dan evaluasi bantuan sarana produksi dan modal usaha pertanian. - Analisis kebutuhan sistem informasi monitoring dan evaluasi bantuan sarana produksi dan modal usaha pertanian. - Analisis Infrastruktur Organisasi - Analisis Sistem Informasi Sejenis.

Kerangka Perumusan Strategi Pusdatin

Tahap Masukan

Matriks IFE Matriks EFE

Tahap Pencocokan

Tahap Keputusan Matriks QSPM

Penurunan Analisis ke dalam rancangan

Perancangan Sistem (OOAD)

Class Diagram Use Case Diagram

Sequence Diagram Navigation Diagram

User Interface Component Architecture

Rencana Implementasi

Spesifikasi H/W, S/W, B/W

Jadwal Pengembangan Sistem

Metode AHP

Matriks SWOT Matriks IE

Basis Data

48

Kerangka pikir dari penulisan skripsi ini dimulai dari melakukan perumusan

strategi. Kerangka perumusan strategi terdiri dari 3 tahapan, yaitu : tahap masukan,

tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada tahap masukan akan dilakukan

evaluasi terhadap faktor eksternal Pusdatin Pertanian (Matriks EFE) dan evaluasi

terhadap faktor internal (Matriks IFE). Informasi yang diperoleh pada tahap masukan

akan menjadi dasar pada tahap pencocokan. Pada tahap pencocokan akan dibuat Matriks

SWOT untuk mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci dan Matriks

IE untuk mengetahui posisi Pusdatin Pertanian di sel yang mana berdasarkan total

nilai tertimbang EFE dan IFE. Tahap keputusan menggunakan QSPM untuk

menunjukkan strategi alternatif yang paling baik secara objektif dari hasil tahap

pencocokan, setelah itu akan dilakukan penentuan faktor-faktor utama kebutuhan

sistem informasi pada keseluruhan bagian yang terkait dengan pemilihan model sistem

informasi yang akan dikembangkan dengan menggunakan metode AHP. Selain itu juga

akan dilakukan analisis proses monitoring dan evaluasi bantuan sarana produksi dan

modal usaha pertanian saat ini, analisis kebutuhan sistem informasi tersebut, analisis

infrastruktur organisasi, dan analisis sistem informasi sejenis.

Dari hasil analisis akan diturunkan dalam fitur rancangan. Perancangan sistem

menggunakan use case diagram, class diagram, sequence diagram, navigation

diagram, rancangan user interface, dan component architecture. Setelah perancangan

sistem, akan disusun rencana implementasi yang berupa spesifikasi kebutuhan

perangkat keras, perangkat lunak, dan sumber daya manusia, sert a penyusunan

jadwal implementasi sistem.