Bab 2 Landasan Teori - Institutional...

35
23 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Pengertian Prestasi Belajar Belajar dapat terjadi di mana saja, di kelas, di laboratorium, di lapangan, di warung telekomunikasi dan melalui dunia maya. Bahkan sekolah itu adalah seluruh alam semesta ini. (Prawiradilaga, 2007) Menurut John Dewey (dalam Suparno, 2001), belajar merupakan bagian dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Dewey mengemukakan konsep Learning by doing” yaitu belajar melalui kegiatan melakukan bukan hanya mendengar dan melihat. Karena kenyataannya sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. (Muslich, 2008) Proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungannya. (Sanjaya, 2010) Hasil dari proses belajar inilah yang disebut prestasi belajar. Hasil belajar siswa (prestasi) dapat menunjukkan telah terjadi peningkatan pengetahuan dan kemampuan siswa. Pencapaian hasil belajar yang tinggi merupakan suatu harapan dari setiap siswa. (Sopiatin, 2010) Menurut Mulyasa (2006), hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang

Transcript of Bab 2 Landasan Teori - Institutional...

Page 1: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

23

Bab 2 Landasan Teori

2.1 Pengertian Prestasi Belajar

Belajar dapat terjadi di mana saja, di kelas, di

laboratorium, di lapangan, di warung telekomunikasi

dan melalui dunia maya. Bahkan sekolah itu adalah

seluruh alam semesta ini. (Prawiradilaga, 2007)

Menurut John Dewey (dalam Suparno, 2001),

belajar merupakan bagian dari interaksi manusia

dengan lingkungannya. Dewey mengemukakan konsep

“Learning by doing” yaitu belajar melalui kegiatan

melakukan bukan hanya mendengar dan melihat.

Karena kenyataannya sebagian besar siswa tidak

mampu menghubungkan antara apa yang mereka

pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam

kehidupan nyata. (Muslich, 2008)

Proses belajar terjadi karena pemahaman individu

akan lingkungannya. (Sanjaya, 2010) Hasil dari proses

belajar inilah yang disebut prestasi belajar. Hasil

belajar siswa (prestasi) dapat menunjukkan telah

terjadi peningkatan pengetahuan dan kemampuan

siswa. Pencapaian hasil belajar yang tinggi merupakan

suatu harapan dari setiap siswa. (Sopiatin, 2010)

Menurut Mulyasa (2006), hasil belajar merupakan

prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang

Page 2: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

24

menjadi indikator kompetensi dasar. Slameto (2003)

mendefinisikan prestasi belajar sebagai performance

dan kompetensinya setelah mempelajari materi untuk

mencapai tujuan pengajaran dalam satuan waktu

tertentu yang dapat berupa semester atau tahun

pelajaran. Hall dan Jones (dalam Muslich, 2008)

menyatakan bahwa kompetensi adalah penampilan

suatu kemampuan tertentu secara bulat yang

merupakan perpaduan antara pengetahuan dan

kemampuan yang dapat diamati dan diukur.

Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang

standar proses, merumuskan bahwa kompetensi

adalah (1) seperangkat tindakan cerdas, penuh

tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat

untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan

tertentu; (2) keseluruhan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang dinyatakan dengan ciri yang dapat

diukur.

Menurut Susilawati (2011), prestasi belajar

berdasarkan KTSP adalah merupakan tingkat

keberhasilan siswa dari kegiatan belajar, biasanya

berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),

dan sikap. Kompetensi yang telah dimiliki siswa diukur

berdasarkan pencapaian KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal). KTSP adalah pembelajaran yang

Page 3: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

25

menitikberatkan pada aspek pengembangan

kompetensi siswa dan target keterampilan sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Pembelajaran

bagi siswa pada akhirnya ditujukan untuk pencapaian

kompetensi-kompetensi yang dinyatakan dengan

tumbuh dan berkembangnya satu kesatuan nilai-nilai,

pengetahuan, sikap dan kinerja/perbuatan secara

nyata. (Akbar, 2010)

Jadi, prestasi belajar adalah kompetensi yang

dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran

yang diukur berdasarkan tercapai tidaknya KKM.

Dalam penelitian ini prestasi belajar dirumuskan

sebagai kompetensi siswa yang terukur lewat kegiatan

evaluasi setelah mengikuti proses pembelajaran.

Ukuran keberhasilan peserta didik berupa penguasaan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan berdasarkan

tercapai tidaknya KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

yang telah ditetapkan. Prestasi belajar yang dicapai

siswa dituangkan dalam bentuk angka atau nilai, yang

tertera dalam buku daftar nilai, dalam ukuran atau

satuan waktu semester dan tahunan.

Page 4: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

26

2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

merupakan kurikulum terbaru di Indonesia. KTSP yang

dilaksanakan mulai tahun 2006 dimana pembelajaran

lebih ditekankan pada aspek pengembangan

kompetensi siswa (Susilo, 2008) dan target

keterampilan dengan harapan mutu lulusan lebih

bermakna dalam kehidupannya. Pembelajaran berbasis

kompetensi menekankan pembelajaran ke arah

penciptaan dan peningkatan serangkaian kemampuan

dan potensi siswa agar bisa mengantisipasi tantangan

aneka kehidupannya. (Muslich, 2008)

Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15, KTSP adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan

oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan

KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan

memerhatikan dan berdasarkan standar kompetensi

serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan.(BSNP, 2005)

KTSP tidak akan lepas dari ketetapan-ketetapan

yang telah disusun pemerintah secara nasional.

Artinya, walaupun daerah diberi kewenangan untuk

mengembangkan kurikulum akan tetapi kewenangan

itu hanya sebatas pada pengembangan operasionalnya

Page 5: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

27

saja; sedangkan yang menjadi rujukan

pengembangannya itu sendiri ditentukan oleh

pemerintah, misalnya jenis mata pelajaran beserta

jumlah jam pelajarannya, isi dari setiap mata pelajaran

itu sendiri, serta kompetensi yang harus dicapai oleh

setiap mata pelajaran itu. KTSP berorientasi pada

pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari

prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang

menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan

menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai

pendekatan dan strategi pembelajaran. Kriteria

keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari

kompetensi siswa. KTSP mengakses kepentingan

daerah. Hal ini tampak pada salah satu prinsip KTSP,

yakni berpusat pada potensi, perkembangan,

kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya. (Sanjaya, 2008)

Kedalaman muatan KTSP pada setiap mata

pelajaran di Sekolah Dasar (SD) dituangkan dalam

kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai

dengan beban belajar. Kompetensi yang dimaksud

terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang dikembangkan BSNP (Badan Standar Nasional

Pendidikan) berdasarkan standar kompetensi lulusan.

Mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar (SD) yang

ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam

Page 6: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

28

tahun mulai kelas I sampai dengan kelas VI adalah

Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,

Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan

Keterampilan (SBK), Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan (Penjaskes). Muatan lokal merupakan

kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi

yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan

prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan

daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke

dalam mata pelajaran yang ada. (BSNP, 2005) Muatan

lokal yang diselenggarakan di Propinsi Jawa Tengah

adalah Bahasa Jawa dan di Kabupaten Banyubiru

adalah Tembang Jawa. Pembelajaran pada Kelas IV SD

dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.

Pengembangan diri bukan merupakan mata

pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan

diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri

sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap

peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh

konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat

dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui

kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan

Page 7: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

29

masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan

pengembangan karir peserta didik. (BSNP, 2005)

Mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran yang ditempuh di

kelas IV SD adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Agama

Peran Agama dalam kehidupan umat manusia.

Sehingga internalisasi nilai-nilai agama dalam

kehidupan setiap individu dapat ditempuh melalui

pendidikan. BSNP (2005) merumuskan standar sebagai

berikut :

Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan

potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak

mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai

perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi

spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan

penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan

nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun

kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual

tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi

berbagai potensi yang dimiliki manusia yang

aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya

sebagai makhluk Tuhan.

Menurut Nuhamara (2009), pendidik-pendidik

agama mempunyai tanggung jawab dalam

meningkatkan kualitas pendidikan dalam masyarakat.

Page 8: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

30

Karena pendidikan agama dapat menyumbang

terhadap perkembangan manusia secara intelektual,

sosial, moral dan spiritual. Dengan demikian tentunya

prestasi belajar pendidikan agama siswa akan

meningkat seiring dengan pendidik-pendidik agama

melaksanakan tanggungjawabnya.

Azizah (2009) menyatakan bahwa sangatlah tepat

apabila usaha penanaman nilai-nilai agama selain dari

keluarga juga diberikan pada pendidikan prasekolah.

Hendaknya nilai-nilai agama ditanamkan kepada anak

sedini mungkin. Seiring dengan bertambahnya usia,

hendaknya semakin banyak pula penjelasan dan

pengertian tentang nilai-nilai agama itu sesuai dengan

dengan perkembangan kecerdasannya.

2. Pendidikan Kewarganegaraan

BSNP (2005) merumuskan standar bahwa :

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan

mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan

warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan

UUD 1945. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (1)

berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan; (2) berpartisipasi

secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

Page 9: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

31

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; (3)

berkembang secara positif dan demokratis untuk

membentuk diri berdasarkan karakter-karakter

masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lainnya; (4) berinteraksi dengan bangsa-

bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung

atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi.

Rahmawati (2003) menyatakan bahwa prestasi

belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah

pengetahuan yang dicapai dan keterampilan yang

dikembangkan dalam melestarikan nilai hukum dan

moral yang berakar pada budaya bangsa, dan

mencerminkan pencapaian hasil belajar siswa. Menurut

Murdiono (2007), penananaman nilai moral sejak usia

dini membawa pengaruh yang positif terhadap

perkembangan moral anak.

3. Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang

dipergunakan oleh setiap manusia. BSNP (2005)

menyebutkan bahwa “pembelajaran bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta

didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,

Page 10: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

32

serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya

kesastraan manusia Indonesia.”

Menurut Sawardi (1981), kemahiran dan

keterampilan berbahasa akan banyak membantu

berhasilnya pengajaran mata pelajaran lain. Sardja

(dalam Supriyadi, 2004) menemukan bahwa rendahnya

tingkat kesiapan belajar membaca (reading readiness)

yang dimiliki oleh umumnya murid tanpa TK

menyebabkan murid tanpa TK sering mengalami

kesulitan belajar membaca dibandingkan dengan murid

yang melalui TK.

4. Matematika

BSNP (2005) merumuskan standar bahwa :

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar (SD)

untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,

serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut

diperlukan agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada

keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif. Pendekatan pemecahan masalah merupakan

fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup

masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah

terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah

dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu

Page 11: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

33

dikembangkan keterampilan memahami masalah,

membuat model matematika, menyelesaikan masalah,

dan menafsirkan solusinya.

Dalam mengembangkan kreativitas dan

kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat

menyajikan pembelajaran yang efektif dan efesien,

sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam

mengajarkan matematika, guru harus memahami

bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta

tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran

matematika. (Heruman, 2010) Oleh karena itu maka

menurut Apriana (2012), pengembangan dasar-dasar

konsep matematika diharapkan telah diperkenalkan

kepada anak usia dini ketika menempuh pendidikan

prasekolah. Fuller (dalam Ekawati, 2011) menyebutkan

“Girls are less successful than boy son on mathematics

achievement test”. Artinya anak laki-laki memiliki

prestasi matematika yang lebih baik daripada anak

perempuan.

5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BSNP (2005) merumuskan standar bahwa :

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk

memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan

masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar

tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat

Page 12: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

34

SD diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar

untuk merancang dan membuat suatu karya melalui

penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah

secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya

dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry)

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan

bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai

aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu

pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses

dan sikap ilmiah.

Piaget dalam Suparno (2001) menyatakan

karakteristik siswa SD dominan berada pada fase

perkembangan konkrit operasional. Pada fase ini anak

dapat belajar dengan mudah jika mendapat

pengalaman langsung dengan objek yang nyata. Artinya

proses belajar terjadi by doing science dimana mereka

belajar dengan aktif terlibat langsung. (Semiawan,

2008)

6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BSNP (2005) merumuskan standar bahwa :

Di masa yang akan datang peserta didik akan

menghadapi tantangan berat karena kehidupan

masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap

saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang

Page 13: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

35

untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat

dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang

dinamis. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik

diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia

yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga

dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun

secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam

proses pembelajaran menuju kedewasaan dan

keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.

Pendidikan IPS pada dasarnya bertujuan untuk

menjadikan manusia yang baik dalam kehidupannya.

Artinya manusia tidak mengalami kesulitan hidup

dalam memenuhi berbagai macam kebutuhannya,

manusia bisa hidup secara harmonis dengan

lingkungan dan ruang hidupnya, ia mempunyai

pengetahuan, sikap, dan kepedulian sosial yang tinggi

di tengah-tengah kehidupan sosialnya, sangat

menghargai nilai-nilai agama, sejarah, budaya, sosial,

politik, ekonomi dan lainnya, dan dengan nilai-nilai itu

menjadi pengarah dan pengendali sikap dan perilaku

dalam kehidupannya. ( Akbar, 2010)

7. Seni Budaya dan Keterampilan

BSNP (2005) merumuskan standar bahwa :

Pendidikan seni budaya dan keterampilan memiliki

peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang

harmonis dengan memperhatikan kebutuhan

Page 14: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

36

perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan

yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal,

interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik

matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas,

kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral,

dan kecerdasan emosional. Bidang seni rupa, musik,

tari, dan keterampilan memiliki kekhasan tersendiri

sesuai dengan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam

pendidikan seni dan keterampilan, aktivitas berkesenian

harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang

dalam pemberian pengalaman mengembangkan

konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh

melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan

teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang

beragam.

Kadir (1973) menyatakan bahwa anak-anak

berseni sekaligus bermain, sehingga anak merasa

senang karena tercurah segala gejolak jiwanya. Karena

menurut Soehardjo (1974), seni membantu

pertumbuhan dan perkembangan anak, membantu

perkembangan estetik, membantu menyempurnakan

kehidupan, meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,

estetika, membina imajinasi kreatif, memberi

sumbangan kearah pemecahan masalah, memberikan

sumbangan perkembangan kepribadian. Demikian pula

dengan Irani (2009) menyatakan bahwa metode

pembelajaran dan fasilitas di TK dapat

mengembangkan potensi fisik, sosial emosional,

Page 15: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

37

kognitif, bahasa, kemandirian, agama, dan seni bagi

anak usia prasekolah untuk mempersiapkan anak

masuk SD.

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

BSNP (2005) merumuskan standar bahwa :

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan

merupakan bagian integral dari pendidikan secara

keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek

kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan

berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas

emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan

pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,

olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan

secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan nasional. Pendidikan memiliki sasaran

pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap

tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga, dan

kesehatan karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah

dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya

sendiri yang secara alami berkembang searah dengan

perkembangan zaman. Pendidikan jasmani, olahraga,

dan kesehatan merupakan media untuk mendorong

pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan

motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-

nilai (sikap – mental – emosional – sportivitas – spiritual

- sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang

bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Page 16: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

38

Pembelajaran Penjaskes yang dilakukan dengan

keasyikkan yang menyenangkan (enjoyment) seperti

dalam bentuk permainan dapat memotivasi anak didik

senang dan mampu belajar. (Semiawan, 2008) Sejalan

dengan Rusli (1993) yang menyatakan bahwa

penguasaan konsep-konsep pendidikan jasmani dan

olahraga mendukung pencapaian prestasi belajar pada

bidang studi lainnya.

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Prestasi Belajar

Prestasi belajar pada umumnya merupakan tujuan

dan sasaran akhir dari kegiatan pembelajaran yang

dilakukan di sekolah. Apapun bentuk kegiatan

pembelajaran tentunya akan berakhir pada pencapaian

prestasi belajar. Dalam upaya mencapai prestasi belajar

yang baik menurut Hamalik (dalam Nugroho, 2009),

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

adalah (1) faktor yang bersumber dari diri sendiri; (2)

faktor yang bersumber dari lingkungan belajar; (3)

faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga; (4)

faktor yang bersumber dari masyarakat.

Sumargo (dalam Nugroho, 2009) menyebutkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa adalah (1) guru dan pengajarannya. Selain

mengajarkan ilmu kepada siswa, guru juga melakukan

Page 17: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

39

tugas mendidik dan membimbing siswa untuk belajar

maksimal; (2) siswa itu sendiri, terutama yang

berkaitan dengan penguasaan materi prasyarat,

kebiasaan atau keterampilan belajar, usia, daya

tangkap dan semangat belajar; (3) sekolah, faktor

sekolah meliputi ketersediaan alat peraga dan kualitas

bimbingan; (4) lingkungan, ditekankan pada kualitas

dukungan orang tua dan lingkungan tempat tinggal

siswa.

Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah

perilaku sosial, konsep diri, strategi belajar siswa,

motivasi, pola asuh, dan status ekonomi.

Ruth dan Isabel (dalam Missa, 2005) menjelaskan

bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh lima faktor

yaitu (1) assurance (percaya diri) artinya siswa yang

memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan

berhasil dalam belajar; (2) relevance (relevansi) artinya

siswa akan terdorong untuk mempelajari sesuatu bila

ada relevansinya dengan kebutuhan hidup; (3) interest

(minat) artinya minat dan perhatian siswa

memungkinkan siswa untuk memilih dan menentukan

pembelajaran yang cocok baginya; (4) assessment

(pengukuran) bagi siswa evaluasi merupakan umpan

balik yang dapat mendorong siswa belajar lebih baik;

dan (5) satisfaction (kepuasan) dan rasa bangga

Page 18: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

40

menjadi penguat bagi siswa untuk mencapai prestasi

berikutnya.

2.4 Penilaian Prestasi Belajar

Dalam PP No. 19 Tahun 2005 pasal 1 ayat 17,

proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik

disebut penilaian.

Banyak siswa yang belajar karena ingin

memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar

dengan giat. Oleh karena itu, penilaian harus

dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan

siswa masing-masing. (Sanjaya, 2008)

Dalam KTSP, ada 2 hal penting yang harus

dipahami yaitu (1) evaluasi merupakan kegiatan

integral (tidak terpisahkan) dalam suatu proses

pembelajaran. Artinya, evaluasi bukan hanya

berorientasi pada hasil (product oriented) akan tetapi

juga pada proses pembelajaran (process oriented)

sebagai upaya memantau perkembangan siswa baik

perkembangan kemampuan maupun perkembangan

mental dan kejiwaan; (2) evaluasi bukan hanya

tanggung jawab guru tetapi juga menjadi tanggung

jawab siswa. Artinya dalam proses evaluasi siswa

dilibatkan oleh guru, sehingga mereka memiliki

kesadaran pentingnya evaluasi untuk memantau

Page 19: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

41

keberhasilannya sendiri dalam proses pembelajaran

(self evaluation). (Sanjaya, 2008)

Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar

Penilaian Pendidikan, penilaian hasil belajar peserta

pada jenjang pendidikan dasar didasarkan pada

prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) sahih, berarti

penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur; (2) objektif, berarti penilaian

didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak

dipengaruhi subjektivitas penilai; (3) adil, berarti

penilaian tidak menguntungkan atau merugikan

peserta didik karena berkebutuhan khusus serta

perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat

istiadat, status sosial ekonomi, dan gender; (4) terpadu,

berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan

pembelajaran; (5) terbuka, berarti prosedur penilaian,

kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan

dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan; (6)

menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian

oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi

dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang

sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan

peserta didik; (7) sistematis, berarti penilaian dilakukan

secara berencana dan bertahap dengan mengikuti

langkah-langkah baku; (8) beracuan kriteria, berarti

Page 20: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

42

penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan; (9) akuntabel, berarti

penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi

teknik, prosedur, maupun hasilnya.

PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan

Nasional menguraikan bahwa penilaian hasil belajar

kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian dilakukan melalui (a) pengamatan

terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai

perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; (b)

ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur

aspek kognitif peserta didik. Penilaian hasil belajar

kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

teknologi diukur melalui ulangan, penugasan,

dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik

materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok

mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan

terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai

perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik

peserta didik. Penilaian hasil belajar kelompok mata

pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan

melalui (a) pengamatan terhadap perubahan perilaku

dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik

dan afeksi peserta didik; (b) ulangan, dan/atau

Page 21: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

43

penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta

didik.

Evaluasi memegang peranan yang sangat penting

sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai

keberhasilan siswa. Sebab melalui evaluasi guru dapat

menentukan apakah siswa yang diajarnya sudah

memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga

mereka layak diberikan program pembelajaran baru

ataukah malah sebaliknya siswa belum dapat mencapai

standar minimal, sehingga mereka perlu diberikan

program remidial. (Sanjaya, 2008)

Standar minimal yang ditetapkan guru mengacu

pada ketentuan yang ditetapkan Depdiknas tentang

ketuntasan belajar siswa yang didasarkan pada kriteria

dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per

mata pelajaran yang ditetapkan oleh masing-masing

sekolah dengan mempertimbangkan (1) ketuntasan

belajar ideal untuk setiap indikator adalah 0 – 100%,

dengan batas kriteria ideal minimum 75%; (2) sekolah

harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

per mata pelajaran dengan mempertimbangkan

kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas, sumber

daya pendukung; (3) sekolah dapat menentukan KKM

di bawah batas kriteria ideal tetapi secara bertahap

harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal.

(Muslich, 2008)

Page 22: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

44

Nilai hasil belajar diperoleh dari sistem penilaian

yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai

dengan tuntutan kompetensi dasar. Misalnya nilai 75

sebagai batas penguasaan (mastery) artinya jika

seorang siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih

untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan

siswa tersebut berhasil. Akan tetapi jika seorang siswa

belum mencapai nilai 75, dikatakan belum berhasil.

(Uno, 2006)

Guru melakukan evaluasi menggunakan berbagai

teknik penilaian berupa (1) tes, antara lain tes tertulis,

tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja; (2) observasi

atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran

berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran;

(3) penugasan perseorangan atau kelompok dapat

berbentuk tugas rumah dan/atau proyek; dan (4)

bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik

kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

Instrumen evaluasi yang digunakan guru harus

memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah

merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b)

konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis

sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan

(c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan

benar serta komunikatif sesuai dengan taraf

perkembangan peserta didik.

Page 23: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

45

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

(Akbar, 2010) Hasil pengukuran kompetensi dinyatakan

dalam bentuk angka yang menceritakan hasil yang

sudah dicapai oleh setiap peserta didik pada periode

tertentu. Hasil pengukuran kompetensi dituangkan

dalam rapor yang dibuat guru untuk siswa dan orang

tua berisi catatan prestasi belajar siswa pada setiap

semester.

Data dalam penelitian ini memakai nilai prestasi

belajar murni siswa kelas IV SD dalam buku daftar

nilai sebelum dituangkan ke dalam rapor siswa di SD

Negeri se-Kecamatan Banyubiru pada semester I dan

semester II tahun ajaran 2010/2011. Nilai prestasi

belajar dirumuskan sebagai perolehan hasil

pengukuran kompetensi yang terukur lewat kegiatan

evaluasi dan tercantum dalam daftar nilai yang

diperoleh dari :

Nilai prestasi belajar = PR + UH + TS + AS

4

Keterangan :

PR = rata-rata nilai pekerjaan rumah

(minimal 4 nilai pekerjaan harian)

UH = rata-rata nilai ulangan harian

(minimal 4 nilai ulangan harian)

TS = nilai ulangan tengah semester

AS = nilai akhir semester

Page 24: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

46

2.5 Meningkatkan Prestasi Belajar

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak

sekali faktor yang perlu diperhatikan karena di dalam

dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami

kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan

yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk

meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya

prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.

Berbeda-bedanya kemampuan merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan berbeda-bedanya

prestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

peningkatan prestasi belajar siswa meliputi faktor

internal, faktor eksternal, dan faktor situasional. Faktor

internal yang dimaksud adalah segala sesuatu yang

bersumber dari dalam diri subyek yang belajar, seperti

(1) faktor jasmaniah yang mencakup kesehatan dan

cacat tubuh; (2) faktor psikologis yang mencakup

intelgensi, perhatian, minat, bakat motif, kematangan,

kesiapan, kelelahan. Faktor eksternal adalah segala

faktor yang bersumber dari luar diri subyek yang

belajar, seperti (1) faktor keluarga yang mencakup cara

mendidik orang tua, relasi antar anggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian

orang tua, latar belakang kebudayaan. (2) faktor

sekolah yang mencakup metode mengajar, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

Page 25: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

47

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode

belajar, tugas rumah. (3) faktor masyarakat yang

mencakup kegiatan anak dalam masyarakat, media

massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan

masyarakat. (Slameto, 2003)

Selanjutnya Rizqon (2001) menyatakan ada tiga

faktor utama yang menentukan peningkatan prestasi

siswa yaitu peranan guru dalam membimbing dan

mendidik siswa, faktor lingkungan dan faktor kemauan

atau internal siswa. Peranan guru dalam membimbing

dan mendidik siswa. Keberhasilan ini, sangat

dipengaruhi oleh faktor kemandirian profesionalisme

seorang guru. Bila guru masih terbebani oleh masalah-

masalah ekonomi dan psikologi pribadi, sulit rasanya

untuk menciptakan kondisi profesionalisme tersebut.

Faktor lingkungan dipengaruhi oleh kondisi kompetitor

yang tersedia. Bila kebiasaan berkompetisi tidak

tersedia, sulit rasanya bakat dan prestasi siswa

dimunculkan dan ditingkatkan. Sehingga, greget siswa

belajar dan bersaing untuk berprestasi sangat lemah.

Oleh karena itu, kompetitor ini perlu dikondisikan

terlebih dahulu oleh pihak-pihak terkait. Faktor

kemauan atau internal siswa merupakan faktor yang

paling menentukan dari kedua faktor yang lain. Sebab,

walaupun para guru sudah bersikap profesional dan

Page 26: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

48

kompetitor sudah tersedia. Tapi, bila kemauan dari

siswa sendiri untuk belajar dan bersaing masih rendah,

sulit meraih keberhasilan maupun meningkatkan

prestasi. Faktor ini, akan sangat dipengaruhi oleh

perhatian dan motivasi yang diberikan para orang tua.

Bila orang tua kurang memberikan perhatian dan

motivasi secara khusus kepada perkembangan

pendidikan anak-anaknya, sangat sulit menciptakan

kemauan dan kesadaran bagi siswa untuk

berkompetisi. Oleh karena itu, tanggung jawab orang

tua dalam mendidik dan mengarahkan anak, sangat

menunjang terhadap keberhasilan mereka dalam

meraih keberhasilan dan prestasi belajar di sekolah.

Menurut Suryabrata (1998) dan Shertzer dan Stone

(dalam Winkle, 1997), secara garis besar faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar dan peningkatan prestasi

belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu faktor

fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera. Faktor psikologis yang

dapat mempengaruhi peningkatan prestasi belajar

siswa yaitu inteligensi, sikap dan motivasi. Faktor

Page 27: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

49

eksternal merupakan faktor di luar diri siswa yang

dapat mempengaruhi peningkatan prestasi belajar yaitu

faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah,

dan faktor lingkungan masyarakat.Faktor lingkungan

keluarga meliputi sosial ekonomi keluarga, pendidikan

orang tua, Perhatian orang tua dan suasana hubungan

antara anggota keluarga. Faktor lingkungan sekolah

meliputi sarana dan prasarana sekolah, kompetensi

guru dan siswa serta kurikulum dan metode mengajar.

Faktor lingkungan masyarakat meliputi faktor sosial

budaya dan partisipasi terhadap pendidikan.

2.6 Siswa SD yang Berlatar Belakang TK dan

Non TK

Monks, knoers, Haditono (1999) menyebutkan

bahwa jika anak mengikuti pendidikan prasekolah

akan menurunkan motivasi belajar dan menimbulkan

sikap negatif terhadap proses belajar di SD. Hal ini

terjadi karena anak sudah pernah menerima dan

menguasai materi pelajaran SD di program pendidikan

sebelumnya.

Lebih lanjut, Lorado (Prayitno, 1989) menyatakan

jika orang tua memaksa anak-anaknya untuk

mendapat pengalaman belajar guna meraih prestasi

belajar yang tinggi, hal ini akan membahayakan anak-

anak. Anak-anak dipaksa mencapai prestasi jauh di

Page 28: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

50

atas kemampuannya. Hal ini membuat anak

kehilangan motivasi dalam belajar, sehingga dalam

pekerjaan sekolah mendapatkan nilai kurang

memuaskan dan mereka memiliki harapan yang rendah

terhadap dirinya sendiri. Karena menurut Shihab

(2012), anak yang masuk preschool untuk mendapat

pendidikan lebih cepat, tidak ada jaminan anak

tersebut lebih baik perkembangannya daripada anak

lain yang tidak masuk preschool.

Tetapi di lain pihak, Rahman (2005) menjelaskan

bahwa program pendidikan prasekolah dapat

mengembangkan motivasi dan sikap belajar yang

positif. Pendidikan prasekolah merupakan fondasi bagi

dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan

pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang

akan berdampak ada peningkatan prestasi, etos kerja,

motivasi belajar dan produktivitasnya. Sejalan dengan

Lazard (dalam Seefeldt, 2008), pendidikan usia dini

berdampak pada prestasi akademik anak-anak kelak

dan keberhasilan hidup masa depan mereka.

Hawadi (2004) menguraikan bahwa performance

dan prestasi belajar anak-anak SD yang pernah

mengikuti TK pada caturwulan pertama pasti berbeda

dengan anak-anak SD yang belum pernah mengikuti

TK. Mereka yang sudah pernah mengikuti pendidikan

Page 29: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

51

prasekolah sudah terbiasa terampil untuk membaca

huruf, suku kata dan kalimat serta sekaligus

merangkainya dalam tulisan. Sedangkan anak yang

sama sekali tidak mengkuti pendidikan prasekolah (dan

tidak dilatih oleh orang tua) tampak tertinggal.

Hasil penelitian Irani (2009) menunjukkan bahwa

metode pembelajaran dan fasilitas di TK dapat

mengembangkan potensi fisik, sosial emosional,

kognitif, bahasa, kemandirian, agama, dan seni bagi

anak usia prasekolah untuk mempersiapkan anak

masuk SD.

Isjoni (2009) menyatakan bahwa anak-anak yang

masuk SD tanpa melalui TK pada umumnya tertinggal

prestasinya. Sedangkan anak yang masuk SD melalui

TK akan memiliki kesiapan belajar untuk mencapai

kompetensi yang lebih besar, baik akademik maupun

non-akademik.

Menguatkan pendapat diatas, hasil penelitian/

kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang

menunjukkan bahwa hampir seluruh aspek

perkembangan anak yang masuk TK mempunyai

kemampuan yang lebih tinggi dari pada anak yang

tidak masuk TK. (Depdiknas, 2004) Demikian pula,

hasil penelitian Direktorat Pendidikan Dasar,

menunjukkan bahwa semua aspek perkembangan

anak, baik bahasa, kecerdasan, sosial, motorik, moral,

Page 30: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

52

perasaan, daya cipta dan kedisiplinan anak dari TK

memiliki kontribusi terhadap seluruh aspek yang

mendukung kesiapan belajar siswa SD. Pemberian

pendidikan prasekolah dapat menjadi strategi efektif

untuk mengatasi tingginya tingkat pengulangan di SD,

dan secara ekonomis menghasilkan rasio manfaat dan

biaya 17:1. (Kusuma, 2009)

Adanya perbedaan yang besar antara pola

pendidikan di sekolah dan di rumah menyebabkan

anak yang tidak masuk pendidikan Taman Kanak-

kanak (prasekolah) mengalami kejutan sekolah dan

mereka mogok sekolah atau tidak mampu

menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang

secara optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya

pengembangan seluruh potensi anak pada usia

prasekolah. (Sisdiknas, 2003)

2.7 Kajian yang Relevan

Susanto (2011) melakukan penelitian terhadap 25

orang siswa yang masuk SD dengan melalui jalur TK

dan 5 siswa yang masuk SD tanpa melalui jalur TK di

SD Negeri 2 Sambangrejo Kabupaten Blora. Hasil

analisis data disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

kemampuan membaca permulaan yang signifikan

antara siswa yang lulus TK dan siswa yang masuk SD

tanpa melalui jalur TK.

Page 31: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

53

Nambo (2005) melakukan penelitian terhadap 60

orang siswa SD yang tersebar di tiga kecamatan di

Kotamadya Gorontalo. Tabulasi data yang digunakan

adalah nilai rata-rata rapor peserta didik Sekolah Dasar

yang berlatar belakang ada/tidaknya Pendidikan

Taman Kanak-kanak (TK). Dari hasil analisa data

disimpulkan bahwa pada tingkat kelas I

memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan,

sedangkan pada kelas III dan kelas VI tidak

memperlihatkan perbedaan yang signifikan.

Penelitian Budirahayu (2003) mengatakan bahwa

tidak ada pengaruh antara pengalaman belajar siswa

ketika di TK dengan tingkat prestasi belajarnya di SD

apabila dilakukan pembedaan antara siswa yang

pernah bersekolah di TK dengan siswa yang tidak

pernah bersekolah di TK, ternyata siswa yang pernah

bersekolah di TK prestasi belajarnya di SD cenderung

sedang-sedang saja.

Page 32: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

54

2.8 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Ho : µ TK = µ non TK

Tidak ada perbedaan prestasi belajar pendidikan

agama antara siswa kelas IV SD yang berlatar

belakang TK dan non TK di SD Negeri se-Kecamatan

Banyubiru pada tahun ajaran 2010/2011.

Ha : µ TK ≠ µ non TK

Ada perbedaan prestasi belajar pendidikan agama

antara siswa kelas IV SD yang berlatar belakang TK

dan non TK di SD Negeri se-Kecamatan Banyubiru

pada tahun ajaran 2010/2011.

2. Ho : µ TK = µ non TK

Tidak ada perbedaan prestasi belajar pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) antara siswa kelas IV SD

yang berlatar belakang TK dan non TK di SD Negeri

se-Kecamatan Banyubiru pada tahun ajaran

2010/2011.

Ha : µ TK ≠ µ non TK

Ada perbedaan prestasi belajar pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) antara siswa kelas IV SD

yang berlatar belakang TK dan non TK di SD Negeri

se-Kecamatan Banyubiru pada tahun ajaran

2010/2011.

Page 33: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

55

3. Ho : µ TK = µ non TK

Tidak ada perbedaan prestasi belajar bahasa

Indonesia antara siswa kelas IV SD yang berlatar

belakang TK dan non TK di SD Negeri se-Kecamatan

Banyubiru pada tahun ajaran 2010/2011.

Ha : µ TK ≠ µ non TK

Ada perbedaan prestasi belajar bahasa Indonesia

antara siswa kelas IV SD yang berlatar belakang TK

dan non TK di SD Negeri se-Kecamatan Banyubiru

pada tahun ajaran 2010/2011.

4. Ho : µ TK = µ non TK

Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika

antara siswa kelas IV SD yang berlatar belakang TK

dan non TK di SD Negeri se-Kecamatan Banyubiru

pada tahun ajaran 2010/2011.

Ha : µ TK ≠ µ non TK

Ada perbedaan prestasi belajar matematika antara

siswa kelas IV SD yang berlatar belakang TK dan

non TK di SD Negeri se-Kecamatan Banyubiru pada

tahun ajaran 2010/2011.

5. Ho : µ TK = µ non TK

Tidak ada perbedaan prestasi belajar Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) antara siswa kelas IV SD

yang berlatar belakang TK dan non TK di SD Negeri

se-Kecamatan Banyubiru pada tahun ajaran

2010/2011.

Page 34: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

56

Ha : µ TK ≠ µ non TK

Ada perbedaan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) antara siswa kelas IV SD yang berlatar

belakang TK dan non TK di SD Negeri se-Kecamatan

Banyubiru pada tahun ajaran 2010/2011.

6. Ho : µ TK = µ non TK

Tidak ada perbedaan prestasi belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) antara siswa kelas IV SD

yang berlatar belakang TK dan non TK di SD Negeri

se-Kecamatan Banyubiru pada tahun ajaran

2010/2011.

Ha : µ TK ≠ µ non TK

Ada perbedaan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) antara siswa kelas IV SD yang berlatar

belakang TK dan non TK di SD Negeri se-Kecamatan

Banyubiru pada tahun ajaran 2010/2011.

7. Ho : µ TK = µ non TK

Tidak ada perbedaan prestasi belajar Seni Budaya

dan Keterampilan (SBK) antara siswa kelas IV SD

yang berlatar belakang TK dan non TK di SD Negeri

se-Kecamatan Banyubiru pada tahun ajaran

2010/2011.

Ha : µ TK ≠ µ non TK

Ada perbedaan prestasi belajar Seni Budaya dan

Keterampilan (SBK) antara siswa kelas IV SD yang

berlatar belakang TK dan non TK di SD Negeri se-

Page 35: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2503/3/T2_942009008_Bab II… · yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, ... membuat

57

Kecamatan Banyubiru pada tahun ajaran

2010/2011.

8. Ho : µ TK = µ non TK

Tidak ada perbedaan prestasi belajar Pendidikan

Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjaskes)

antara siswa kelas IV SD yang berlatar belakang TK

dan non TK di SD Negeri se-Kecamatan Banyubiru

pada tahun ajaran 2010/2011.

Ha : µ TK ≠ µ non TK

Ada perbedaan prestasi belajar Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan (Penjaskes) antara siswa

kelas IV SD yang berlatar belakang TK dan non TK

di SD Negeri se-Kecamatan Banyubiru pada tahun

ajaran 2010/2011.