BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab...

58
BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Berdasarkan pendapat Robert dan Jackson (2003, pp.4-5), Human Resource (HR) Management the design of formal system in an organization to ensure effective and effecient use of human talent to accomplish organizational goals. Manajemen sumber daya manusia merupakan perancangan sistem formal dari suatu organisasi, yang digunakan untuk memastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan organisasi. Human Resource Management (HRM) the policies and practices involved in carrying out the ”people” or human resource aspects of management position, including recruiting, screening, training, rewarding, and appraising. (Dessler2003, p.2) Berdasarkan pendapat Cushway (2002, pp.4-6): Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan bagian dari proses organisasi dalam mencapai tujuan. Setelah arah dan strategi umum ditentukan, maka langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan yang lebih tegas dan mengembangkan dalam bentuk rencana kerja. Tujuan tidak dicapai tanpa adanya sumber yang diperlukan, termasuk sumber daya manusia. MSDM harus merupakan bagian dari proses yang menentukan apa yang diperlukan oleh manusia, bagaimana menggunakan manusia, bagaimana memperolehnya, dan bagaimana mengatur mereka. MSDM harus diintegrasikan secara penuh dengan proses- proses manajemen yang lain.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

BAB 2

LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

Berdasarkan pendapat Robert dan Jackson (2003, pp.4-5), Human Resource (HR)

Management the design of formal system in an organization to ensure effective and effecient

use of human talent to accomplish organizational goals. Manajemen sumber daya manusia

merupakan perancangan sistem formal dari suatu organisasi, yang digunakan untuk

memastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

organisasi.

Human Resource Management (HRM) the policies and practices involved in carrying

out the ”people” or human resource aspects of management position, including recruiting,

screening, training, rewarding, and appraising. (Dessler2003, p.2)

Berdasarkan pendapat Cushway (2002, pp.4-6):

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan bagian dari proses organisasi

dalam mencapai tujuan. Setelah arah dan strategi umum ditentukan, maka langkah

berikutnya adalah merumuskan tujuan yang lebih tegas dan mengembangkan dalam bentuk

rencana kerja. Tujuan tidak dicapai tanpa adanya sumber yang diperlukan, termasuk sumber

daya manusia. MSDM harus merupakan bagian dari proses yang menentukan apa yang

diperlukan oleh manusia, bagaimana menggunakan manusia, bagaimana memperolehnya,

dan bagaimana mengatur mereka. MSDM harus diintegrasikan secara penuh dengan proses-

proses manajemen yang lain.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Sumber : Cushway, MSDM (2002, p.5)

Gambar 2.1 Letak MSDM Dalam Hubungannya Dengan Aktivitas Organisasi

2.1.1. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Berdasarkan pendapat Cushway (2002, pp.6-7) tujuan dari MSDM bervariasi antara

satu organisasi dengan organisasi lain, tergantung pada tingkat perkembangan organisasi,

yang mencakup hal-hal berikut:

• Memberikan sasaran kepada manajemen tentang kebijakan SDM guna

memastikan organisasi memiliki tenaga kerja yang bermotivasi dan

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

berkinerja tinggi, serta dilengkapin dengan sarana untuk menghadapi

perubahan dan dapat memenuhi kebutuhan pekerjanya.

• Melaksanakan dan memelihara semua kebijakan dan prosedur SDM yang

diperlukan untuk memastikan pencapaian tujuan organisasi.

• Membantu perkembangan arah dan strategi organisasi secara keseluruhan,

terutama dengan memperhatikan segi-segi SDM.

• Menyediakan bantuan menciptakan kondisi yang dapat membantu manajer

lini dalam mencapai tujuan mereka.

• Mengatasi krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pegawai untuk

memastikan tidak adanya gangguan dalam pencapaian tujuan organisasi.

• Menyediakan sarana komunikasi antara karyawan dengan manajemen

organisasi.

• Bertindak sebagai penjamin standar dan nilai organisasi dalam pengelolaan

SDM.

2.1.2 Aktivitas Utama Manajemen Sumber Daya Manusia

Berdasarkan pendapat Cushway (2002, pp.7-9) MSDM adalah kegiatan

mendapatkan, mengelola, dan melepaskan sumber-sumber, dalam hal ini adalah manusia.

Mendapatkan Sumber Daya

Merupakan langkah dalam proses penentuan persyaratan organisasi mengenai

sumber yang ingin diperoleh dengan memperhatikan kualitas, tipe, dan kualitas.

Mengelola Sumber Daya

Setelah organisasi mendapatkan semua tenaga yang diperlukan untuk mencapai

tujuannya, prioritas berikutnya adalah memastikan bahwa tenaga kerja tersebut akan tinggal

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

cukup lama di organisasi, sehingga efektif dan dapat menunjukkan kinerja yang baik selama

mereka disana. Sala satunya adalah:

• Menasehati dan menetapkan strategi pengupahan yang dapat menunjang

tujuan organisasi dan rencana bisnis, yaitu strategi pengupahan yang dapat

menarik dan mempertahankan pegawai sesuai dengan kemampuannya.

Pemutusan Sumber Daya

Akan tiba masanya dimana pegawai harus melepaskan diri dari organisasi. Alasannya

bisa karena pensiun, mengundurkan diri, selesai kontrak, berakhir kontrak pelatihan,

pemecatan, redundasi, dan sebagainya.

2.2 Pengertian Wirausaha (enterpreneur) dan Kewirausahaan

Dalam Hendro dan Widhianto (2006, p.16), bila diperjemahkan secara literatur,

entrepreneur itu berasal ”between taker” atau ”go between” yang artinya orang yang berani

memutuskan dan mengambil resiko dari satu atau lebih pilihan yang semua pilihannya

mempunyai manfaat dan risiko berbeda. Entrepreneur itu adalah seorang yang berusaha

berpikir beda.

Dalam Hendro dan Widhianto (2006, p.16), Entrepreneurship berubah makna dari

sekadar mengambil resiko menjadi menjual manfaat untuk menukar risiko yang akan terjadi.

Bila manfaat sebuah pekerjaan itu lebih besar dari resiko yang ditawarkan kepada orang lain

yang akan mendanainya, maka itulah suatu makna menjadi entrepreneur.

Wirausaha, menurut Frinces (2004, p.11) adalah mereka yang selalu bekerja keras

dan kreatif untuk mencari peluang bisnis, mendayagunakan peluang yang diperoleh, dan

kemudian merekayasa penciptaan alternatif sebagai peluang bisnis baru dengan faktor

keunggulan.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuehl dalam bukunya Entrepreneurship

(1999) sebagaimana dikutip oleh Hendro dan Widhianto (2006, p.21) , kewirausahaan adalah

suatu usaha kreatif yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa

dinikmati oleh orang banyak.

Kewirausahaan (entrepreneurship) menurut Hisrich (2005, pp.8-9), yaitu process of

creating something new and assuming the risk and rewards, yaitu merujuk pada suatu

proses penciptaan sesuatu yang baru dan mengambil risiko dan hasil upah. Sedangkan

wirausaha (entrepreneur), adalah individual who takes risks and starts something new, yaitu

seorang pribadi yang berani untuk mengambil risiko dan memulai sesuatu yang baru.

Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa

Inggris. Kata entrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Perancis, yaitu

“entreprende” yang mengandung arti petualang, pencipta dana pengelola usaha (Lupiyoadi,

2004, p.1).

Jadi dari pengertian entrepreneur di atas dapat disimpulkan bahwa entrepreneur

adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengambil resiko dan mengelola sesuatu yang

ada didalam dirinya untuk dimanfaat dan ditingkatkan agar dapat memperoleh suatu value

bagi dirinya ataupun orang banyak.

Definisi ini menekankan empat aspek dasar; aspek yang pertama,

kewirausahaan melibatkan proses penciptaan, yaitu menciptakan suatu nilai yang

baru. Penciptaan harus memiliki nilai, baik bagi wirausaha maupun bagi pihak – pihak lain

yang baginya nilai tersebut diciptakan. Pihak - pihak tersebut misalnya (1) pasar dari pembeli

pihak perusahaan yang melakukan inovasi bisnis, (2) pihak administrasi rumah sakit yang

menggunakan prosedur dan program perangkat lunak yang baru, (3) para mahasiswa yang

mempelajari studi mengenai kewirausahaan, atau (4) pelanggan jasa yang baru yang

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

diberikan oleh organisasi nonprofit. Yang kedua, kewirausahaan menuntut

pengorbanan waktu dan usaha, karena untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

menerapkannya, diperlukan sejumlah waktu dan usaha. Aspek yang ketiga adalah dapat

mengasumsikan risiko. Risiko ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, tergantung pada

bidang usaha yang ditekuni, tetapi risiko ini terutama terkait dengan masalah finansial,

psikologi dan sosial. Aspek keempat melibatkan penghargaan (reward) dalam

menjadi seorang wirausaha. Penghargaan yang paling utama dalam hal ini adalah

adanya kemandirian, kebebasan (independence), yang diikuti dengan kepuasan pribadi

(personal satisfaction). Uang juga dapat diperhitungkan sebagai penghargaan, di mana

terkadang uang juga dapat dijadikan indikator kesuksesan seorang wirausaha.

Sedangkan menurut Prijosaksono dan Bawono (2005, p.xv), kewirausahaan

(entrepreneurship) dapat diartikan melalui 3 kata berikut: destiny, courage, action. Ketiga

kata tersebut merupakan kata-kata yang penting dalam membangun sikap dan perilaku

wirausaha dalam diri seseorang. Destiny berarti takdir, yang sebenarnya lebih merupakan

tujuan hidup kita, bukan nasib. Tujuan dan misi hidup kita adalah fondasi awal untuk

menjadi seorang wirausaha yang sukses. Dengan memiliki tujuan hidup (life purpose) yang

jelas, kita dapat memiliki semangat (spirit) dan sikap mental (attitude) yang diperlukan

dalam membangun sebuah usaha yang dapat memberi nilai tambah dalam kehidupan kita.

Keberanian (courage) untuk memulai dan menghadapi tantangan adalah sikap awal yang

kita perlukan. Dalam kewirausahaan, keberanian untuk mulai dan mengambil risiko adalah

syarat mutlak. Impian dan cita-cita yang besar, kemudian ditambah dengan kreativitas yang

diwujudkan dengan keberanian untuk mencoba dan melakukan (action) langkah pertama

adalah awal kesuksesan seorang wirausaha sejati.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004, p.3), wirausaha adalah orang yang

menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai

keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan

sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.

2.2.1 Profil, Karakteristik, Jiwa Wirausaha

Gambaran atau pengertian tentang jiwa wirausaha, dapat diperoleh dengan melihat

uraian ciri – ciri, profil, karakteristik khusus yang melekat pada diri wirausaha, yaitu:

Menurut Suparman (Alma, 2001, p.17), ciri – ciri seorang wirausaha antara lain yaitu

sebagai berikut:

• Berpikir teliti dan berpandangan kreatif dengan imajinasi konstruktif,

• Memiliki sikap mental untuk menyerap dan menciptakan kesempatan,

• Membiasakan diri bersikap mental positif untuk maju dan selalu bergairah dalam

setiap pekerjaan,

• Mempunyai insiatif,

• Membiasakan membangun disiplin diri,

• Menguasai salesmanship (kemampuan jual), memiliki kepemimpinan dan mampu

memperhitungkan risiko,

• Ulet, tekun, terarah, jujur dan bertanggung jawab,

• Berwatak maju, cerdik dan percaya pada diri sendiri.

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004, pp.3-7), profil seorang wirausaha dapat

digambarkan sebagai berikut:

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

• Menyukai tanggung jawab

Wirausaha merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan

tempat mereka terlibat. Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan sumber – sumber

daya mereka sendiri dan menggunakan sumber – sumber daya tersebut untuk mencapai

cita – cita yang telah ditetapkan sendiri.

• Lebih menyukai risiko menengah

Wirausaha bukanlah seorang pengambil risiko liar, melainkan seseorang yang

mengambil risiko yang diperhitungkan. Wirausaha melihat suatu bisnis dengan tingkat

pemahaman risiko pribadinya. Cita – cita mungkin tampak tinggi - bahkan mungkin

mustahil tercapai - menurut orang lain, tetapi wirausaha melihat situasi itu dari sudut

pandang yang berbeda dan percaya bahwa sasaran mereka masuk akal dan dapat

tercapai. Mereka biasanya melihat peluang di daerah yang sesuai dengan pengetahuan,

latar belakang, dan pengalamannya yang akan meningkatkan kemungkinan

keberhasilannya.

• Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil

Wirausaha umumnya memiliki banyak keyakinan atas kemampuan mereka untuk

berhasil. Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme

mereka biasanya berdasarkan kenyataan. Salah satu penelitian dari National Federation

of Independent Business (NFIB) menyatakan bahwa sepertiga dari wirausaha menilai

peluang berhasil mereka 100%. Tingkat optimisme yang tinggi kiranya dapat

menjelaskan mengapa kebanyakan wirausaha yang berhasil pernah gagal dalam bisnis –

kadang – kadang lebih dari sekali – sebelum akhirnya berhasil.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

• Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung

Wirausaha ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus - menerus

mencari pengukuhan. Tricia Fox, pendiri Fox Day School, Inc., menyatakan, “Saya

senang menjadi seorang yang bebas dan berhasil. Tidak ada umpan balik yang sebaik

bisnis milik Anda sendiri.”

• Tingkat energi yang tinggi

Wirausaha lebih enerjik dibandingkan orang kebanyakan. Energi ini merupakan

faktor penentu mengingat luar biasanya usaha yang diperlukan untuk mendirikan suatu

perusahaan. Kerja keras dalam waktu yang lama merupakan sesuatu yang biasa.

• Orientasi ke depan

Wirausaha memiliki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke

depan dan tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan

lebih mempersoalkan apa yang akan dikerjakan esok. Bila manajer tradisional

memperhatikan pengelolaan sumber daya yang ada, wirausaha lebih tertarik mencari

dan memanfaatkan peluang.

• Keterampilan mengorganisasi

Membangun sebuah perusahaan “dari nol” dapat dibayangkan seperti

menghubungkan potong – potongan sebuah gambar besar. Para wirausaha mengetahui

cara mengumpulkan orang – orang yang tepat untuk menyelesaikan suatu tugas.

Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para wirausaha untuk

mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.

• Menilai prestasi lebih tinggi dari uang

Salah satu kesalahmengertian yang paling umum mengenai wirausaha adalah

anggapan bahwa mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Sebaliknya, prestasi tampak sebagai motivasi utama para wirausaha; uang hanyalah cara

untuk “menghitung skor” pencapaian sasaran atau simbol prestasi. Seorang peneliti

bisnis mengatakan, “Yang membuat wirausaha bergerak maju lebih kompleks - dan lebih

luhur – dari sekedar uang. Kewirausahaan lebih mengenai menjalankan sendiri apa yang

diinginkan. Tentang sesuatu yang tampaknya tidak mungkin.”

Sedangkan kompetensi - kompetensi yang merupakan karakteristik dari wirausaha

yang berhasil yaitu:

o Proaktif:

1. Inisiatif, yaitu: melakukan sesuatu sebelum diminta atau terdesak oleh

keadaan.

2. Asertif, yaitu: menghadapi masalah secara langsung dengan orang lain.

Meminta orang lain mengerjakan apa yang harus mereka lakukan.

o Berorientasi prestasi :

1. Melihat dan bertindak berdasarkan peluang, yaitu: menangkap peluang

khusus untuk memulai bisnis baru, mencari bantuan keuangan, lahan ruang

kerja dan bimbingan.

2. Orientasi efisiensi, yaitu: mencari dan menemukan cara untuk mengerjakan

sesuatu dengan lebih cepat atau dengan lebih sedikit biaya.

3. Perhatian pada pekerjaan dengan mutu tinggi, yaitu: keinginan untuk

menghasilkan atau menjual produk atau jasa dengan mutu tinggi.

4. Perencanaan yang sistematis, yaitu: menguraikan pekerjaan yang besar

menjadi tugas-tugas atau sasaran-sasaran kecil, mengantisipasi hambatan,

menilai alternatif.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

5. Pemantauan, yaitu: mengembangkan atau menggunakan prosedur untuk

memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan atau sesuai dengan standar

mutu yang ditetapkan.

o Komitmen pada orang lain:

1. Komitmen terhadap pekerjaan, yaitu: melakukan pengorbanan pribadi

atau bisnis yang luar biasa untuk menyelesaikan pekerjaan, menyingsingkan

lengan baju bersama karyawan dan bekerja di tempat karyawan untuk

menyelesaikan pekerjaan.

2. Menyadari pentingnya dasar - dasar hubungan bisnis, yaitu:

melakukan tindakan agar tetap dekat dengan pelanggan, memandang hubungan

pribadi sebagai sumber daya bisnis, menempatkan jasa baik jangka panjang di

atas keuntungan jangka pendek.

Sedangkan menurut Hendro dan Widhianto (2006, pp.54-55), yang membedakan

seorang entrepreneur dengan orang biasa atau orang lain adalah bahwa seorang

entrepreneur ialah seorang yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Pandai mengelola ketakutannya

Seorang smart and good entrepreneur pandai mengelola ketakutannya untuk

membangkitkan keberanian dan kepercayaan dirinya dalam menghadapi suatu risiko

(Risk Manager, bukan Risk Taker).

2. Mempunyai “iris mata” yang berbeda dengan yang lain

Iris mata adalah cara seseorang memandang sesuatu (masalah, kesulitan,

perubahan, diri sendiri, lingkungan, tren dan kejadian) untuk memunculkan

kreativitasnya agar tercipta ide - ide, gagasan, konsep dan impiannya, lalu mencoba

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

untuk meningkatkan nilai (added value). Jadi, seorang yang mempunyai jiwa

entrepreneur yang kuat itu mempunyai pola pandang akan sesuatu yang berbeda

dengan orang lain.

3. Pemasar sejati atau penjual yang ulung

Skill akan mempermudah dalam membangun bisnis, mengakselerasi kecepatan

pertumbuhan bisnis, dan mengurangi ketergantungan modal yang besar.

4. Melawan arus dan menyukai tantangan baru

Seorang smart and good entrepreneur cenderung tidak suka mengikuti arus

tengah, orang atau terperangkap di dalam kehidupan yang monoton (sempurna). Dia

selalu tidak bisa diam, berpikir dan terus berpikir. Dia adalah seorang “creative and smart

worker”.

5. High determination (mempunyai keteguhan hati yang tinggi)

Perbedaan seorang entrepreneur sejati dengan entrepreneur yang biasa-biasa

saja adalah dalam hal durability, firm, dan determination. Keteguhan hati membuat

orang berbeda di dalam memandang suatu kegagalan. Kegagalan adalah persepsi orang

yang merasa buntu dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan cenderung tidak ingin

berusaha untuk mencari jalan keluar atau pemecahannya. Kegagalan bukanlah ujung

dari perjalanan.

Sebetulnya orang-orang tersebut tidak akan gagal, tetapi:

Kehilangan langkah selanjutnya.

Bahwa itu bukanlah jalan yang harus kita lakukan atau ambil – cobalah

mundur dan melihat dari sisi lain (dari atas, sebagai penonton, atau dari

samping) sehingga kita akan menemukan jalan lain yang menolong kita

untuk berubah lebih baik lagi.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Bahwa persiapan kita untuk mengantisipasi risiko tidak sebanding dengan

yang terjadi (tidak “proaktif”).

Itu adalah rintangan. Apa yang kita anggap sebagai sebuah kegagalan

adalah sebuah rintangan. Kita diberi sinyal bahwa hal itu bukanlah jalan

yang baik bagi kita.

Kita kehabisan “napas”, dalam arti bingung atau kekurangan modal.

6. Tidak menerima apa yang ada di depannya dan selalu mencari yang

terbaik (perfectionist)

Seorang smart and good entrepreneur diharapkan mampu memberikan apa yang

lebih baik lagi pada pelanggan. Seorang yang perfeksionis itu seperti pisau bermata dua.

Yang pertama ialah bahwa ia berdampak untuk berusaha mencapai yang terbaik dan

memberikan yang terbaik. Dan yang kedua, ia berdampak buruk bagi dirinya sendiri bila

ia tidak mampu menanggung senjata kesempurnaan dirinya dan pikirannya sehingga

berakibat fatal, seperti frustasi dan putus asa karena idealisme yang mengubur

impiannya. Wirausaha yang baik harus mengubah hal itu menjadi kekuatannya.

Selain itu, menurut Hendro dan Widhianto (2006, p.56), ada beberapa ciri yang

biasanya ada dalam diri seorang entrepreneur yang telah sukses, yaitu:

• Mempunyai impian - impian realistis dan tinggi dan mampu diubah menjadi cita –

cita yang harus ia capai. Hidupnya ingin berubah karena kekuatan emosionalnya

yang tinggi dan keyakinannya yang kuat, sehingga impian itu bisa terwujud (power

of dream).

• Mempunyai empat karakter dasar kekuatan emosional yang saling mendukung

untuk sukses:

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Sumber : Hendro dan Widhianto (2006, p.56)

Gambar 2.2 Karakter Dasar Kekuatan Emosional Wirausaha Sukses

• Menyukai tantangan dan tidak pernah puas dengan apa yang didapat (High

Achiever)

• Mempunyai ambisi dan motivasi yang kuat (motivator)

• Memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya bahwa dia bisa (power of

mind)

• Seorang yang visioner dan mempunyai daya kreativitas tinggi

• Risk manager, not just a risk taker.

• Memiliki strong emotional attachment (kekuatan emosional)

• Seorang problem solver

• Mampu menjual dan memasarkan produknya (seller)

• Ia mudah bosan dan sulit diatur

• Seorang kreator ulung.

Sedangkan menurut Prijosaksono dan Bawono (2005, pp.15-19), seorang wirausaha

sejati memiliki sikap fokus dan sikap disiplin dalam berwirausaha.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Ada beberapa alasan mengapa seorang wirausaha harus fokus, yaitu sebagai

berikut:

- Pertama, dengan fokus seorang wirausaha dapat melihat dengan lebih jelas dan

tujuan atau sasaran yang hendak dicapainya.

- Kedua, dengan lebih fokus, seorang wirausaha dapat melihat peluang – peluang

yang ada di sekitarnya. Bila kita mempunyai impian dan sasaran – sasaran dalam

membangun bisnis kita dan fokus terhadap impian itu, akan muncul banyak peluang

yang dapat kita lihat. Apa yang menjadi fokus, itulah yang akan selalu terlihat.

- Ketiga, dengan fokus, persepsi terhadap masalah, kegagalan yang dihadapi dalam

membangun bisnis akan berubah. Jika kita fokus pada impian atau tujuan akhir kita,

maka persepsi kita terhadap hal – hal tersebut akan menjadi positif.

- Keempat, fokus memberi kita energi untuk bergerak lebih tinggi.

- Kelima, fokus dapat meningkatkan daya juang terhadap kegagalan dan kesulitan

dalam membangun bisnis.

Di sisi lain, keunggulan seorang entrepreneur sejati terletak dari kedisiplinannya

untuk terus – menerus membangun kebiasaan – kebiasaan yang dapat senantiasa

memperbaiki dan mengembangkan bisnisnya, baik itu kebiasaan untuk melakukan

inovasi terus – menerus, kebiasaan untuk mengakumulasi aset, kebiasaan untuk memberikan

pelayanan yang terbaik pada pelanggan, kebiasaan untuk terus belajar dan mengembangkan

diri dan sebagainya.

Untuk menjadi entrepreneur yang sukses, kita harus belajar untuk disiplin dalam

segala hal. Dimulai dengan membangun kebiasaan – kebiasaan yang dapat memperbaiki diri

kita maupun kebiasaan – kebiasaan yang dapat memperbaiki kinerja bisnis kita.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Berdasarkan uraian – uraian yang telah dikemukakan tentang karakteristik jiwa

wirausaha, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang wirausaha akan memiliki sejumlah

karakteristik khusus seperti :

• Mampu menciptakan kesempatan usaha, dapat memanfaatkan

kesempatan usaha yang ada, serta lebih menyukai kerja mandiri

dibandingkan bekerja pada orang lain.

Menurut Hendro dan Widhianto (2006, p.54), seorang smart and good

entrepreneur cenderung tidak suka mengikuti arus tengah, orang atau terperangkap

didalam kehidupan yang monoton (sempurna). Dia selalu tidak bisa diam, berpikir dan

terus berpikir. Dia adalah seorang “creative and smart worker”.

Seorang wirausaha yang sejati juga memiliki “iris mata” yang berbeda dari

orang lain. Iris mata adalah cara seseorang memandang sesuatu (masalah, kesulitan,

perubahan, diri sendiri, lingkungan, tren dan kejadian) untuk memunculkan

kreativitasnya agar tercipta ide - ide, gagasan, konsep dan mimpinya, lalu mencoba

untuk meningkatkan nilai (added value). Jadi, seorang yang mempunyai jiwa

entrepreneur yang kuat itu mempunyai pola pandang akan sesuatu yang berbeda

dengan orang lain.

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004, p.7), salah satu karakteristik dalam

wirausaha yang berhasil adalah memiliki kompetensi orientasi prestasi, yaitu diantaranya

mampu melihat dan bertindak berdasarkan peluang, yaitu: menangkap peluang

khusus untuk memulai bisnis baru, mencari bantuan keuangan, lahan ruang kerja dan

bimbingan.

Wirausaha memiliki orientasi ke depan. Mereka mempunyai indera

yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak begitu

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan lebih mempersoalkan

apa yang akan dikerjakan esok. Bila manajer tradisional memperhatikan pengelolaan

sumber daya yang ada, wirausaha lebih tertarik mencari dan memanfaatkan peluang

(Zimmerer dan Scarborough, 2004, p.5).

• Menyadari perlu kerja keras agar berhasil, membiasakan untuk disiplin diri

dalam kehidupan, selalu melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung

jawab serta selalu mengerjakan segala hal dengan baik, teliti, dan tekun.

Menurut Hendro dan Widhianto (2006, pp.55-56), wirausaha yang sukses

mempunyai impian – impian realistis dan tinggi dan mampu diubah menjadi

cita – cita yang harus ia capai. Hidupnya ingin berubah karena kekuatan

emosionalnya yang tinggi dan keyakinannya yang kuat, sehingga impian itu bisa

terwujud (power of dream).

Perbedaan seorang entrepreneur sejati dengan entrepreneur yang biasa-biasa

saja adalah dalam hal durability, firm, dan determination. Keteguhan hati membuat

orang berbeda di dalam memandang suatu kegagalan. Kegagalan adalah persepsi orang

yang merasa buntu dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan cenderung tidak ingin

berusaha untuk mencari jalan keluar/pemecahannya. Kegagalan bukanlah ujung dari

perjalanan.

Mereka mengejar peluang dengan disiplin yang ketat. Umumnya

wirausaha tidak hanya bersiap untuk peluang yang kecil, namun mereka langsung

mengambil tindakan terhadap peluang-peluang yang belum tergali. Mereka sering

mengkaji ulang koleksi ide-ide mereka, tetapi mereka merealisasikannya hanya ketika hal

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

itu diperlukan. Mereka melakukan investasi hanya jika arena suatu kompetisi menarik

mereka dan peluang yang ada sudah matang.

Mereka juga fokus pada pelaksanaan, khususnya yang bersifat adaptif.

Orang dengan kerangka berpikir wirausaha akan memilih melaksanakan apa yang telah

mereka tetapkan daripada menganalisis ide baru yang menghancurkan. Adaptasi yang

mereka lakukan dengan mengubah arah kerja sesuai dengan peluang yang nyata dan

mengambil langkah terbaik untuk merealisasikannya. (Lupiyoadi, 2004, p.22)

Keunggulan seorang entrepreneur sejati terletak dari kedisiplinannya untuk

terus – menerus membangun kebiasaan – kebiasaan yang dapat senantiasa memperbaiki

dan mengembangkan bisnisnya, baik itu kebiasaan untuk melakukan inovasi terus –

menerus, kebiasaan untuk mengakumulasi aset, kebiasaan untuk memberikan pelayanan

yang terbaik pada pelanggan, kebiasaan untuk terus belajar dan mengembangkan diri

dan sebagainya. (Prijosaksono dan Bawono, 2005, p.23).

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004, pp.5-7), hambatan, rintangan,

dan kekalahan, umumnya tidak menghalangi para wirausaha, yang secara keras

kepala menggapai tujuan mereka. “Wirausaha adalah orang yang menikmati permainan

bisnisnya dan tidak pernah menyerah – tidak peduli seberapa berat keadaan,“ tutur

seorang peneliti.

Salah satu karakteristik dalam wirausaha yang berhasil adalah memiliki

kompetensi komitmen pada orang lain, yaitu diantaranya komitmen terhadap

pekerjaan, yaitu: melakukan pengorbanan pribadi atau bisnis yang luar biasa untuk

menyelesaikan pekerjaan, menyingsingkan lengan baju bersama karyawan dan bekerja

di tempat karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Meluncurkan sebuah perusahaan agar berhasil membutuhkan komitmen

penuh dari wirausaha. Pendiri bisnis sering membenamkan diri sepenuhnya dalam

bisnis mereka. Seorang pakar mengemukakan “Wirausaha pada umumnya harus

melewati rintangan yang mengecilkan hati pada tahap – tahap awal.” Ini memerlukan

komitmen. “Saya menyamakan komitmen dengan kemampuan bertahan.” kata seorang

konsultan.

Di sisi lain, wirausaha merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil

perusahaan tempat mereka terlibat. Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan

sumber – sumber daya mereka sendiri dan menggunakan sumber – sumber daya

tersebut untuk mencapai cita – cita yang telah ditetapkan sendiri.

• Memiliki jiwa kepemimpinan

Hal ini terkait dengan keterampilan mengorganisasi. Membangun sebuah

perusahaan “dari nol” dapat dibayangkan seperti menghubungkan potong – potongan

sebuah gambar besar. Para wirausaha mengetahui cara mengumpulkan orang – orang

yang tepat untuk menyelesaikan suatu tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan

secara efektif memungkinkan para wirausaha untuk mengubah pandangan ke depan

menjadi kenyataan. (Zimmerer dan Scarborough, 2004, p.5).

Hal ini juga terkait dengan hal bagaimana mereka mengikutsertakan energi

setiap orang yang berada dalam jangkauan mereka. Kebiasaan wirausaha

diantaranya adalah melibatkan banyak orang baik dari dalam maupun luar organisasi

untuk mewujudkan peluang mereka. Mereka memilih membuat dan menyebarkan

jaringan kerja daripada mengerjakannya sendiri. Mereka memberdayakan berbagai

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

potensi intelektual dan sumber daya manusia untuk membantu mereka meraih tujuan

sebaik mungkin (Lupiyoadi, 2004, p.22).

• Mampu mempertimbangkan risiko, serta selalu mempertimbangkan faktor

penghambat maupun penunjang dalam mengambil keputusan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004, p.4), wirausaha bukanlah seorang

pengambil risiko liar, melainkan seseorang yang mengambil risiko yang diperhitungkan.

Wirausaha melihat suatu bisnis dengan tingkat pemahaman risiko pribadinya. Cita – cita

mungkin tampak tinggi - bahkan mungkin mustahil tercapai - menurut orang lain, tetapi

wirausaha melihat situasi itu dari sudut pandang yang berbeda dan percaya bahwa

sasaran mereka masuk akal dan dapat tercapai. Mereka biasanya melihat peluang di

daerah yang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang, dan pengalamannya yang akan

meningkatkan kemungkinan keberhasilannya.

Menurut Hendro dan Widhianto (2006, p.54), seorang smart and good

entrepreneur pandai mengelola ketakutannya untuk membangkitkan keberanian dan

kepercayaan dirinya dalam menghadapi suatu risiko. Mereka adalah risk manager, bukan

risk taker.

2.2.2 Level-Level Enterpreneur dan Unsur Entrepreneur Yang Sukses

Menurut Hendro dan Widhianto (2006, p.44), level demi level dari entrepreneur,

yaitu:

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

1. Level “zero” – Unemployee

Di dalam Rich Dap Poor Dad karangan Robert T. Kyosaki bahwa level ini merupakan

level yang paling minimal (zero atau risk free). Ada usaha untuk naik ke level 1,

tetapi tidak kunjung bisa karena tidak adanya “selling point”.

2. Level 1 – Employee (Litttle Risk)

Entrepreneur level 1 ini yaitu employee, maka bisa mempunyai visi jauh ke depan.

Risiko yang besar ditanggung oleh pemilik perusahaan.

3. Level 2 – Self Business (Self Employee)

Pada level ini, ciri-ciri entrepreneur sejati sudah mulai muncul, yaitu mempunyai visi

yang tidak ingin diatur, tidak mudah puas diri dan seseorang “high achiever”.

4. Level 3 – Businessman (Business Owner)

Pada level ini, bisnisman sedikit mempunyai jiwa “challenging” yang kuat, sehingga

ia benar-benar ingin menjadi bos dari sebuah tim atau sistem. Lebih komplet dan

mendekati “perfect organization leader”.

5. Level 4 – Investor (Truly Speculative Businessman)

Pada level ini, faktor kalkulasi yang spekulatif untuk menentukan bisnisnya, tetapi

penuh dengan perhitungan (professional) atau menjurus ke gambling (gambler).

Level ini (investor) bisa dicapai oleh level-level yang lain tanpa melalui level 1, 2 dan

3.

Menurut Hendro dan Widhianto (2006, p.21), setiap wirausahawan yang sukses memiliki

empat unsur pokok, yaitu:

1. Kemampuan (hubungannya dengan IQ dan skill)

- dalam membaca peluang

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

- dalam berinovasi

- dalam mengelola

- dalam menjual

2. Keberanian (hubungannya dengan EQ dan mental)

- dalam mengatasi ketakutan

- dalam mengendalikan resiko

- untuk keluar dari zona kenyamanan

3. Keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri)

- persistence (ulet), pantang menyerah

- determinasi (teguh akan keyakinannya)

- kekuatan akan pikiran (power of mind) bahwa Anda juga bisa

4. Kreativitas yang dapat menghasilkan inspirasi sebagai ide untuk

menentukan peluang berdasarkan intuisi (hubungannya dengan

experiences)

Seorang enterpreneur harus bisa melihat suatu peluang atau kesempatan dari

perspektif yang berbeda dari orang lain atau yang tidak dipikirkan oleh orang lain yang

kemudian dapat diwujudkan menjadi value.

Dalam Hendro dan Widhianto (2006, p.21), Enterpreneur yang berhasil adalah

entrepreneur yang mampu bertahan dengan segala keterbatasan, memanfaatkan, dan

meningkatkannya untuk memasarkan (tidak hanya menjual) peluang tersebut dengan baik

serta terus menciptakan reputasi yang membuat perusahaan itu bisa berkembang.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

2.3 Pengertian Kepemimpinan dan Pemimpin

Menurut Siagian sebagaimana dikutip oleh Gouzali (1995, p.211) menyebutkan

bahwa kepemimpinan merupakan inti manajemen, karena kepemimpinan adalah motor

penggerak bagi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam lainnya.

Menurut Prajudi Amosudirdjo dalam bukunya “Beberapa Pandangan Umum

tentang Pengambilan Keputusan (Decision Making)” sebagaimana dikutip oleh Gouzali (1995,

p.212) mengatakan bahwa kepemimpinan itu dapat:

a. Dianggap sebagai penyebab kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang

dalam organisasi.

b. Dianggap sebagai seni, kesanggupan atau teknik membuat orang-orang mengikuti

atau menaati apa yang dikehendakinya.

c. Dirumuskan sebagai kepribadian seseorang yang ingin dicontoh oleh orang lain

(bawahannya).

d. Disebut sebagai pemberi pengaruh terhadap orang-orang tertentu, sehingga mereka

bersedia mengubah sikap dan pandangnya dalam suatu organisasi atau perusahaan.

e. Dianggap sebagai suatu bentuk persuasive, seni membina kelompok dengan

melakukan motivasi yang tepat agar mereka mau bekerjasama dalam pencapaian

tujuan organisasi.

f. Dipandang sebagai suatu sarana untuk membuat orang-orang mau bekerjasama

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Arep dan Tanjung (2003, p.93) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat

yang berbeda-beda menuju pencapaian tertentu.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Sedangkan menurut Davis sebagaimana dikutip oleh Amirullah dan Budiyono (2004,

p.245) kepemimpinan adalah kemampuan untuk membujuk orang lain dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan secara antusias.

Dari pengertian kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

merupakan kemampuan lebih yang dimiliki oleh seseorang (baik dalam organisasi atau tidak)

untuk mempengaruhi dan membujuk orang-orang yang ada dalam lingkungannya, agar

mereka bersedia bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam buku Kartini Kartono (2006, pp.38-39) pemimpin mempunyai bermacam-

macam pengertian. Beberapa definisi tersebut antara lain:

1. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,

khususnya di satu bidang, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk

bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau

beberapa tujuan. Jadi, pemimpin itu ialah seorang yang memiliki satu atau beberapa

kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir) dan merupakan

kebutuhan dari satu situasi zaman sehingga mempunyai kekuasaan dan kewibawaan

untuk mengarahkan dan membimbing bawahan.

2. Menurut Henry Pratt Fairchild yang dikutip oleh Kartini Kartono (2006, p.38)

menyatakan bahwa pemimpin dalam arti luas ialah seorang yang memimpin dengan

jalan memprakasai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan,

mengorganisasikan atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise,

kekuasaan atau posisi. Dalam arti sempit, pemimpin ialah seorang yang

membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas persuasifnya, dan

akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

3. Menurut John Gage Allee yang dikutip oleh Kartini Kartono (2006, p.39) menyatakan

bahwa ”Leader ... a guide; a conductor; a commander” (pemimpin itu ialah

pemandu, penunjuk, penuntun, komandan).

Seorang pemimpin yang baik, adalah seseorang yang tidak melaksanakan sendiri

tindakan yang bersifat operasional, tetapi mengambil keputusan, menentukan kebijaksanaan

dan menyerahkan orang lain untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil sesuai

dengan kebijaksanaan yang telah digariskan.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin

adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi

dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinny, untuk melakukan usaha bersama

mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.

2.3.1 Jenis-Jenis Pemimpin

Jenis-jenis pemimpin dalam Kartini Kartono (2006, p.9):

1. Pemimpin Formal

Adalah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin,

berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memegang suatu jabatan

dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan

dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.

2. Pemimpin Informal

Adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin,

namun karena memiliki sejumlah kualitas maka mencapai kedudukan sebagai orang

yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau

masyarakat.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

2.3.2 Sifat-Sifat Pemimpin

Menurut Ordway Tead dalam tulisannya yang dikutip oleh Kartini Kartono (2006,

p.44) mengemukakan 10 sifat pemimpin, yaitu:

1) Energi jasmaniah dan mental (physical and nervous energy)

2) Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction)

3) Antusiasme (enthusiasm; semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar)

4) Keramahan dan kecintaan (Friendliness and affection)

5) Integritas (Integrity, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati)

6) Penguasaan teknis (technical mastery)

7) Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness)

8) Kecerdasan (intelligence)

9) Keterampilan mengajar (teaching skill)

10) Kepercayaan (faith)

Sedangkan menurut George R. Terry dalam bukunya ”Principles of Management”

yang dikutip oleh Kartini Kartono (2006, p.47) menuliskan 10 sifat pemimpin yang unggul,

yaitu:

1) Kekuatan, kekuatan badaniah dan rohaniah

2) Stabilitas emosi

3) Pengetahuan tentang relasi insani

4) Kejujuran

5) Objektif

6) Dorongan pribadi

7) Keterampilan berkomunikasi

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

8) Kemampuan mengajar

9) Keterampilan sosial

10) Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial

2.3.3 Peran Kepemimpinan

Menurut R. Achmad Rustandi dalam bukunya Gaya Kepemimpinan yang mengutip

pendapat Henry Mintzberg sebagaimana dikutip oleh Gouzali (1995, p.214) mengemukakan

berbagai macam peranan kepemimpinannya, yaitu:

a. Peran Antar Manusia

Peran antar manusia itu akan meliputi:

1. Peran selaku tokoh. Peran ini menyebabkan setiap pemimpin merupakan

kewajiban untuk melakukan kegiatan yang bersifat seremonial (upacara), seperti

meresmikan proyek-proyek, membuka upacara-upacara resmi, menyematkan

tanda jasa dan sebagainya.

2. Peran selaku pimpinan. Peran ini, menyebabkan seorang pemimpin

bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan para bawahannya,

memotivasi dan meningkatkan semangat kerja serta berusaha menyelaraskan

kebutuhan bawahan dengan kepentingan perusahaan.

3. Peran selaku penghubung. Peran ini akan menimbulkan kewajiban pada

seorang pemimpin untuk melakukan hubungan dengan atasan, teman sejawat

dan bawahan, serta dengan orang-orang di luar perusahaannya.

b. Peran Informatif

Peran informatif yang dilakukan oleh seorang pemimpin maksudnya, adalah peran

seorang pemimpin dalam menerima dan mengirimkan informasi dalam rangka

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

hubungan yang dijalankan dengan lingkungan sekitarnya. Peran informatif ini akan

meliputi:

Peran sebagai pemantau (monitor), berarti bahwa ia selaku pemimpin selalu

memantau informasi dari berbagai arah untuk kepentingan unit kerja yang

dipimpinnya.

Peran selaku penyebar (distributor), berarti ia kadang-kadang perlu memberi

informasi yang peru diketahui oleh bawahannya (intern).

Peran selaku PUREL (public relation = hubungan masyarakat), karena ia

kadang-kadang perlu pula memberi informasi kepada pihak-pihak luar (ekstern)

tentang perkembangan unit kerjanya, macam program yang akan dilaksanakan

dan sebagainya.

c. Peran Pembuatan Keputusan

Peran selaku pembuat keputusan, maksudnya bahwa seorang pemimpin mempunyai

kewajiban melakukan pengambilan keputusan untuk kelancaran mekanisme unit

kerjanya. Keputusan yang diambil tentu saja berdasarkan informasi atau masukan

(input) yang ada atau sudah dimilikinya selaku pemegang peran informatif.

Peran seorang pemimpin selaku pengambil keputusan meliputi:

Peran selaku wiraswastawan (entrepreneur), maksudnya seorang pemimpin

itu haruslah memiliki jiwa wiraswasta (bisnis) dalam memajukan unit kerjanya.

Ia mempunyai inisiatif dan terobosan-terobosan baru untuk pengembangan diri

dan unit kerjanya.

Peran selaku penanggung resiko, maksudnya bahwa seorang pemimpin

waktu mengambil keputusan, pelaksanaan keputusan itu belum tentu benar dan

tepat 100% seperti apa yang diinginkan. Untuk itu si pemimpin harus berani

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

menanggung risiko (penyimpangan) tersebut, dan berusaha untuk

menanggulanginya.

Peran selaku pembagi sumber daya, berarti si pimpinan itu berkewajiban

melakukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab di antara para

bawahannya. Dalam keadaan sumber daya yang sangat terbatas itu si pimpinan

haruslah pandai-pandai membaginya di antara semua orang, mendelegasikan

wewenang, membina bawahan agar mereka berkemampuan dalam

melaksanakan tugas lebih efisien dan efektif.

Peran selaku perunding, maksudnya seorang pemimpin akan menggunakan

banyak waktunya untuk melakukan pendekatan (lobying) baik ke dalam maupun

dengan pihak luar. Semua ini dilakukan untuk kelancaran tugas yang

diembannya sebagai pemimpin.

2.3.4 Gaya Kepemimpinan

Menurut Kartini Kartono (2006, p.27) gaya kepemimpinan “sebagai suatu pola

prilaku manajemen profesional yang dirancang untuk memadukan minat dan usaha pribadi

serta organisasi untuk mencapai tujuan” , ada 3 macam kepemimpinan:

1. Kepemimpinan Authoritarian (Authocratic)

pemimpin mengutamakan kekuatan dari posisi formalnya:

a. Kurang memperhatikan kebutuhan bawahan

b. Lebih menciptakan penyelesaian tugas

c. Semua aktivitas ditentukan oleh atasan

d. Komunikasi hanya satu arah → kebawah saja

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

2. Kepemimpinan Partisipaty (Democratie)

a. Melibatkan bawahan dalam perencanaan / pengambilan keputusan

b. Lebih memperhatikan kepada bawahan → mencapai tujuan organisasi

c. Menekankan 2 hal → bawahan dan tugas

3. Kepemimpinan Laisser – Faire

merupakan kebalikan dari gaya kepemimpinan yang pertama:

a. Disini pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri

b. Manajer hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum

c. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan dan mencapai tujuan

dalam segala hal yang mereka anggap cocok.

Menurut W.J Reddin dalam artikelnya What Kind of Manager, dan dikutip oleh

Wahjosumidjo (Dept. P. & K., Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982) sebagaimana

dikutip oleh Kartini Kartono (2006, p.34), menentukan watak tipe dan tipe pemimpin atas

tiga pola dasar, yaitu:

Berorientasi pada tugas (task orientation)

Berorientasi hubungan kerja (relationship orientation)

Berorientasi hasil yang efektif (effectivess orientation)

Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan depalan tipe

kepemimpinan, yaitu:

• Tipe deserter (pembelot)

Sifatnya: bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa

loyalitas dan ketaatan.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

• Tipe birokrat

Sifatnya: correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma.

• Tipe misionaris (missionary)

Sifatnya: terbuka, penolong, ramah-tamah.

• Tipe developer (pembangun)

Sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan wewenang dengan baik,

menaruhkan kepercayaan pada bawahan.

• Tipe otokrat

Sifatnya: keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong.

• Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)

Sifatnya: lancar, tertib, ahli dalam mengorganisasikan.

• Tipe compromiser (kompromis)

Sifatnya: tidak punya pendirian, berpikir pendek dan sempit, tidak mempunyai

keputusan.

• Tipe eksekutif

Sifatnya: bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi, tekun.

Ada sekelompok sarjana yang membagikan tipe kepemimpinan dikutip oleh Kartini

Kartono (2006, p.80) sebagai berikut:

1. Tipe Karismatis

Tipe ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk

mempengaruhi orang lain, sehingga pengikut sangat banyak jumlahnya.

2. Tipe Paternalistis dan Maternalistis

Tipe kepemipinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

a. Memiliki sikap terlalu melindungi (overly protective).

b. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang belum dewasa.

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil

keputusan sendiri, untuk berinisiatif, untuk mengembangkan imajinasi dan

daya kreativitas mereka sendiri.

Untuk tipe kepemimpinan maternalistis, mirip dengan tipe paternalistis. Hanya

perbedaanya pada sikap yang terlalu over-protective atau terlalu melindungi yang

lebih menonjol disertai kasih sayang yang berlebihan.

3. Tipe Militeristis

Tipe yang bersifat kemiliteran. Dengan sifat-sifatnya antara lain:

a. Lebih banyak memerintah kepada bawahannya, menggunakan kekerasan,

sangat otoriter, kaku dan kurang bijaksana.

b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

c. Sangat menyenangi formalitas, disiplin keras.

d. Tidak menghendaki kritik, saran, usulan dari bawahannya.

e. Komunikasi hanya berlangsung satu arah.

4. Tipe Otokratis (Outhoritative, Dominator)

Kepemimpinan tipe ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak

harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal,

berambisi untuk merajai situasi dan keadaan, setiap perintah dan kebijakan yang

ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya, bawahan tidak pernah diberi

infomasi secara detail.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

5. Tipe Laissez Faire

Pada tipe ini, pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam suatu kegiatan

kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh

bawahannya sendiri. Merupakan pemimpin simbol dan biasanya tidak memiliki

ketrampilan teknis. Pemimpin yang tidak memiliki kewibawaan, tidak dapat

mengontrol bawahannya, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak dapat

menciptakan suasana kerja yang kondusif dan koorporatif.

6. Tipe Populistis

Kepemimpinan tipe ini merupakan kepemimpinan yang dapat membangun solidaritas

rakyat. Kepemimpinan ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat tradisional,

lebih mengutamakan nasionalisme.

7. Tipe Administratif atau Eksekutif

Kepemimpinan tipe ini adalah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-

tugas administrasi secara efektif.

8. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, memberikan bimbingan yang

efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan dengan bawahan,

kerjasama yang baik, rasa tanggung jawab internal. Kekuatan kepemimpinan

demokratis terletak pada partisipasi aktif dari semua orang dalam kelompok.

Kepemimpinan demokratis dapat berjalan lancar, walaupun terdapat gejala-gejala

sebagai berikut:

Organisasi tetap berjalan lancar walaupun pimpinan tidak ada ditempat.

Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan masing-masing orang

menyadari tugas serta kewajibannya.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Pada umumnya mengutamakan kesejahteraan dan kelancaran kerja sama

dari setiap orang dalam kelompok.

Pemimpin demokratis sebagai katalisator untuk mempercepat dinamisme

dan kerjasama demi pencapai tujuan organisasi.

2.3.5 Tugas Kepemimpinan Dalam Manajeman SDM

Tugas-tugas kepemimpinan dalam manajemen kepemimpinan cukup banyak, tetapi

ada beberapa tugas-tugas penting yang akan dikemukakan (Saydam 1996, p.233) yaitu :

1. Kepemimpinan Sebagai Konselor

Konselor merupakan tugas seorang pemimpin dalam suatu unit kerja, dengan

membantu atau menolong SDM untuk mengatasi masalah yang dihadapinya

dalam melakukan yang dibebankan kepadanya. Dengan pemberian konseling

pada SDM diharapkan karyawan yang bersangkutan akan dapat memecahkan

masalah yang dihadapinya. Seorang pemimpin SDM biasanya merupakan orang

pertama yang menjadi tempat bertanya bagi karyawan.

2. Tugas Sebagai Instruktur

Seorang pemimpin pada peringkat manapun ia berada, sebenarnya pada

jabatannya itu melekat sebagai tugas instruktur, atau sebagai pengajar yang

baik terhadap SDM yang ada dibawahnya, sehingga pelaksanaan tugas yang

dibebankan pada bawahan dapat menjadi lebih berdaya guna dan berhasil guna.

3. Tugas Memimpin Rapat

Seorang pemimpin pada peringkat manapun, pada suatu waktu perlu

mengadakan rapat dan memimpinnya. Seorang pemimpin rapat merupakan

motor kehidupan suatu rapat. Apakah rapat akan berhasil atau tidak sangat

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

ditentukan oleh pemimpin rapat itu sendiri. Oleh sebab itu, peran seorang

pemimpin rapat adalah membimbing dan menggerakkan kelompok peserta rapat

untuk mencapai sasaran yang tepat dan berguna.

4. Tugas Mengambil Keputusan

Seorang pemimpin dalam tugasnya selalu berhadapan dengan pengambilan

keputusan. Pemimpin tidak bisa menghindar, karena tugas inilah yang

membedakan dengan karyawan biasa. Untuk itu seorang pemimpin mempunyai

keberanian dalam mengambil keputusan yang tepat.

5. Tugas Mendelegasikan Wewenang

Seorang pemimpin yang bijaksana harus mendelegasikan sebagian tugas dan

wewenangnya kepada bawahannya. Pendelegasian ini diperlukan, agar jalannya

organisasi tidak mengalami kemacetan dan terhindar dari unsur birokratis

(penyelesaian yang bertele-tele dan lama). Dalam pendelegasian ini tanggung

jawab dipikul bersama antara yang mendelegasikan dan yang menerima

delegasi. Penerapan pendelegasian biasanya dilakukan oleh seorang pemimpin

kepada bawahannya yang terdekat.

2.4 Pengertian Manajemen Kinerja dan Kinerja

Manajemen kinerja yang dikutip oleh Payaman (2005, p.1) adalah keseluruhan

kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk

kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.

Sistem manajemen kinerja yang dikutip oleh Robert dan John (2006, p.377) terdiri

atas proses untuk mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan

dan memberikan penghargaan atas kinerja karyawan.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Menurut Mangkunegara (2000, p.67) kinerja berasal dari kata job performace atau

actual performance yang artinya hasil kerja secara kualitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Kinerja (performance) yang dikutip oleh Robert dan John (2006, p.378) adalah apa

yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.

Kinerja yang dikutip oleh Payaman (2005, p.1) adalah tingkat pencapaian hasil atas

pelaksanaan tugas tertentu.

Dari pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu

hasil kerja yang dilakukan oleh invidivu ataupun organisasi dalam menyelesaikan suatu tugas

atau pekerjaan.

2.4.1 Pengertian Kinerja Individu

Menurut Soeprihanto (1996, p.7), kinerja seorang karyawan pada dasarnya adalah

hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya

standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah

disepakati bersama.

Kinerja individu yang dikutip oleh Payaman (2005, p.10), adalah kemampuan dan

keterampilan melakukan kerja. Kompetensi setiap orang dipengaruhi oleh beberapa faktor:

• Kemampuan dan keterampilan kerja

• Motivasi dan etos kerja

Kinerja setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan,

yaitu kompetensi orang yang bersangkutan, dukungan organisasi dan dukungan manajemen.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Sumber : Payaman, Manajemen dan Evaluasi Kinerja (2005, p.14)

Gambar 2.3 Model Kinerja Individual

2.4.2 Elemen Kinerja dan Model Perencanaan Kinerja

Menurut Robert dan John (2006, p.378) kinerja yang umumnya untuk kebanyakan

pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut:

Kuantitas dari hasil

Kualitasdari hasil

Ketepatan waktu dari hasil

Kehadiran

Kemampuan bekerjasama

Dimensi lain dari kinerja di luar beberapa yang umum ini dapat diterapkan pada

berbagai pekerjaan. Kriteria pekerjaan atau dimensi yang spesifik dari kinerja pekerjaan akan

mengidentifikasi elemen yang paling penting dalam pekerjaan tersebut.

Perencanaan kinerja yang dikutip oleh Payaman (2005, p.18) adalah proses

penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan kinerja setiap

orang. Rencana kinerja terdiri dari 3 komponen:

1) Uraian jabatan atau uraian tugas (job discription)

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

2) Sasaran kinerja

3) Rencana tindakan kinerja

Disamping uraian jabatan, hasil analisis jabatan perlu juga menggambarkan:

• Sasaran yang harus dicapai dengan melakukan kegiatan yang dimaksud,

• Standar pencapaian atau standar prestasi kerja

• Tingkat kesulitan untuk mencapai sasaran

• Persyaratan kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar mampu

melakukan kegiatan dimaksud

• Tahapan proses dan penjadwalan kegiatan yang akan dilakukan

• Imbalan yang layak bagi orang yang menduduki jabatan dimaksud.

2.4.3 Pembinaan Kinerja

Peningkatan kinerja dapat dilakukan antara lain dengan:

• Mendorong pekerja memahami uraian tugas dan uraian jabatannya, serta

memahami tanggung jawabnya

• Mendorong pekerja memahami sasaran yang harus dicapai

• Membantu pekerja memahami bagaimana melakuakan pekerjaan dengan

menggunakan alat-alat kerja yang sesuai

• Memberdayakan pekerjaan melalui bimbingan, penyuluhan, pendidikan dan

pelatihan, rotasi penugasan, dan lain-lain.

• Menumbuhkan motivasi dan etos kerja

• Menciptakan iklim kerja yang kondusif

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

2.4.4 Evaluasi Kinerja

Evaluasi kerja yang dikutip oleh Payaman (2005, p.20) adalah satu sistem dan cara

penilaian pecapaian hasil kerja suatu perusahaan atau organisasi dan penilaian pencapaian

hasil kerja setiap individu yang bekerja didalam dan untuk perusahaan tersebut.

Evaluasi kinerja terdiri atas beberapa tahapan, yaitu:

• Mengumpulkan dan menyeleksi informasi

• Mendeskripsikan dan menginterpretasikan data

• Mengembangkan dan mengkaji informasi

• Menarik kesimpulan.

2.5 Pengertian Path Analysis

Path analysis yang dikenal dengan analisis jalur yang diartikan oleh Bohrnstedt (1975

dalam Kusnendi, 2005:1) yang dikutip oleh Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007,

p.1) adalah “a technique for estimating the effect’s a set of independent variables has on a

dependent variable from a set of observed correlations, given a set of hypothesized causal

asymetric relation among the variables” . sedangkan tujuan utama dari path analysis adalah

a method of measuring the direct influence along each separate part in such a system and

thus of finding the degree to which variation of a give effect is determined by each particular

cause. The method depend on the combination of knowledge og the degree of correlation

among the variables in a system with such knowledge as may possessed of the causal

relation (Maruyama,1998:16).

Jadi model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel

dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat

variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p.115), Teknik

analisis jalur akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang

ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar

variabel X1, X2 terhadap Y.

Al Rasyid dalam Sitepu (1994:24) yang dikutip oleh Riduwan dan Engkos Achmad

Kuncoro (2007, p.115) mengatakan bahwa dalam penelitian sosial tidak semata-mata hanya

mengungkapkan hubungan variabel sebagai terjemahan statistik dari hubungan antara

variabel alami, tetapi terfokus pada upaya untuk mengungkapkan hubungan kausal antar

variabel.

2.5.1 Asumsi-Asumsi Path Analysis

Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p.2), asumsi

yang mendasari path analysis adalah:

1. Hubungan antar variabel bersifat linear, adaptif dan bersifat normal

2. Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang

berbalik

3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan ratio

4. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk

memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel

5. Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan

reliable)

6. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan

teori-teori dan konsep yang relevan artinya model teori yang dikaji atau diuji

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan

hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.

2.5.2 Langkah-Langkah Pengujian Path Analysis

Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, pp.116-118),

ada beberapa langkah pengujian part analysis yaitu sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis dalam persamaan struktural

Struktur: 121 21 ερρρ yyxyx XXY ++=

2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi

a. Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan

rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai hipotesis yang diajukan.

Hipotesis: Naik turunnya variabel endogen (Y) dipengaruhi secara signifikan

oleh variabel eksogen (X1 dan X2).

b. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.

Hitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan:

Persamaan regresi ganda: 12211 ε+++= XbXbaY

Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang

distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset

dalam angka bakuatau Z-score (data yang diset dengan nilai rata-rata = 0 dan

standar deviasi = 1). Koefisien jalur yang distandarkan (standardized path

coefficient) digunakan utnuk menjelaskan besarnya pengaruh (bukan memprediksi)

variabel bebas (eksogen) terhadap variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel

terikat (endogen).

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Koefisien part ditunjukkan oleh output yang dinamakan Coefficient yang

dinyatakan sebagai Standardized Coefficient atau dikenal dengan nilai Beta. Jika ada

diagram jalur sederhana mengandung satu unsur hubungan antara variabel eksogen

dengan variabel endogen, maka koefisien part-nya adalah sama dengan koefisien

korelasi r sederhana.

3. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan)

a. Kaidah pengujian signifikansi secara manual: Menggunakan Tabel F

)1()1(2

2

YXk

YXk

RkRknF

−−−

=

Keterangan:

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel eksogen

squareYXk RR =2

Jika tabelhitung FF ≥ , maka Ho ditolak atau Ha diterima yang artinya signifikan

Jika tabelhitung FF ≤ , maka Ho diterima yang artinya tidak signifikan

Dengan taraf signifikan 05.0)( =α

Carilah nilai F tabel menggunakan Tabel F dengan rumus:

F tabel = ( )( ) ( ){ } { })12(),1)(1(1,1 −−==−−−==− knvkvkndkkdk atauFF αα

Cara mencari F tabel: nilai (dk=k) atau v1 disebut nilai pembilang

nilai (dk=n-k-1) atau v2 disebut nilai penyebut

b. Kaidah pengujian signifikansi: Program SPSS

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau

[ ]Sig≤05.0 , maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig

atau [ ]Sig≥05.0 , maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

4. Menghitung koefisien jalur secara individu

Secara individual uji statistik yang digunakan uji t yang dihitung dengan

rumus (Schumacker & Lomax, 1996:44. Kusnendi, 2005:12)

)1(; −−== kndkse

tkp

kk

ρ

Keterangan:

Statistik 1Xseρ diperoleh dari hasil komputasi pada SPSS utnuk analisis regresi

setelah data ordinal ditransformasikan ke interval.

Selajutnya untuk mengetahui signifikansi analisi jalur bandingan antara nilai

probabilitas 0.05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan

sebagai berikut:

Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau

[ ]Sig≤05.0 , maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau

[ ]Sig≥05.0 , maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

5. Meringkas dan menyimpulkan

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

2.6 Pengertian Korelasi

Korelasi adalah asosiasi (hubungan) antara variabel-variabel yang diminat, apakah

data sampel yang ada menyediakan bukti cukup bahwa ada kaitan antara variabel-variabel

dalam populasi asal sampel, jika ada hubungan, seberapa kuat hubungan antara variabel

tersebut. Keeratan hubungan itu dinyatakan dengan nama koefisien korelasi atau bisa

disebut korelasi saja. Perlu dicatat bahwa dalam korelasi itu kita belum menentukan dengan

pasti variabel independent dan dependent-nya seperti yang kita lakukan dalam analisis

regresi. (modul praktikum lab statistik manajemen, universitas Bina Nusantara 2006, p.23).

Korelasi digunakan untuk mengetahui erat tidaknya hubungan antar variabel. Apabila

ternyata hasil analisis menunjukkan hubungan yang cukup erat, maka analisis dilanjutkan ke

analisis regresi sebagai alat meramalkan (forecasting) yang sangat berguna untuk

perencanaan. Analisis korelasi yang mencakup dua variabel X dan Y disebut analisis korelasi

linear sederhana. Sedangkan yang mencakup lebih dari dua variabel disebut analisis korelasi

linear berganda.

Hubungan dua variabel ada yang positif dan ada yang negatif. Hubungan x dan y

dikatakan positif apabila kenaikan (penurunan) X pada umumnya diikuti oleh kenaikan

(penurunan) Y, dan sebaliknya jika dikatakan negatif kalau kedua variabel tersebut

mengalami kenaikan (penurunan) secara tidak bersamaan. Korelasi positif yang tinggi antara

kedua peubah terjadi bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan

kemiringan positif, jika kemiringannya negarif maka terjadi korelasi negatif yang tinggi.

Kuat dan tidaknya hubungan antara X dan Y, apabila hubungan X dan Y dapat

dengan fungsi linear (paling tidak mendekati). Nilai koefisien korelasi ini paling sedikit -1 dan

paling besar 1. jadi jika r = koefisien korelasi, nilai r dapat dinyatakan sebagai berikut: -1 ≤

r ≤ 1. Artinya kalau r = 1 hubungannya sempurna dan positif (mendekati 1, hubungan

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

sangat kuat dan positif, jika r = -1 hubungannya sempurna dan negatif (mendekati -1,

hubungan sangat kuat dan negatif, jika r = 0, hubungannya lemah sekali.

2.6.1 Korelasi Sederhana dan Berganda

Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, pp.61-62),

Korelasi Pearson Product Moment (PPM) digunakan untuk mengetahui derajat hubungan

antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent).

Rumus yang digunakan Korelasi PPM (sederhana):

}{ { }2222 )(..)(.

)).(()(

YYnXXn

YXXYnrXY∑−∑∑−∑

∑∑−∑=

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga

( )11 +≤≤− r . Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak

ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.

Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p.62), arti harga r akan

dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut:

Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.80 – 1.000 Sangat Kuat

0.60 – 0.799 Kuat

0.40 – 0.599 Cukup Kuat

0.20 – 0.399 Rendah

0.00 – 0.199 Sangat Rendah

Sumber : Riduan (2005:136)

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus

koefisien diterminan sebagai berikut:

KP = %1002 ×r

Dimana: KP = Nilai Koefisien Diterminan

r = Nilai Koefisien Korelasi

Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p.62),

pengujian signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna generalisasi dari

hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan Uji

Signifikasi sebagai berikut.

Hipotesis:

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y

Dasar Pengambilan Keputusan:

Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau

[ ]Sig≤05.0 , maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau

[ ]Sig≥05.0 , maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p.63), Analisa

Korelasi Ganda berfungsi untuk mencari besarnya hubungan antara dua variabel bebas (X)

atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan variabel terikat (Y). Rumus Korelasi

Ganda sebagai berikut:

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

2.12

2.1.2.1.22

.12

.2.1 1)).().((2

XX

XXyXYXYXYX

YXX rrrrrr

R−

−+=

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikasi Korelasi Ganda bandingkan antara

probabilitas 0.05 dengan probabilitas Sig sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel 1X dan 2X dengan variabel Y

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel 1X dan 2X dengan variabel Y

2.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

2.7.1 Uji Validitas

Menurut Simamora (2004, pp.58-59), validitas merupakan suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh

data yang tepat dari variabel yang diteliti. Misalnya, meteran dapat mengukur tinggi badan

dengan tepat (dalam hal ini tinggi badan adalah variabel penelitian).

Dalam menyusun kuesioner, pertanyaan yang ingin diajukan perlu dipastikan. Untuk

menentukannya, sebelumnya harus sudah jelas variabel apa yang diukur. Variabel masih bisa

dipecah menjadi subvariabel atau indikator. Apabila penyusunannya dilakukan sesuai

prosedur, sebenarnya kuesioner telah memenuhi validitas logis. Oleh karena itu validitas logis

sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam memahami masalah penelitian,

mengembangkan variabel penelitian, serta menyusun kuesioner.

Validitas logis belum memiliki bukti empiris. Sebuah kuesioner yang disusun secara

hati – hati dan dapat dipertimbangkan valid logis, ada baiknya diuji untuk mengetahui

validitas empirisnya.

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti dapat melakukan try – out

dengan memakai responden terbatas dahulu. Dari try – out ini, ada dua macam validitas

sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.

a. Validitas Eksternal

Validitas instrumen dapat dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen

tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel yang diteliti.

Menurut Umar (2005, p.185), validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh

dengan cara mengkorelasikan alat pengukur baru dengan tolak ukur eksternal, yang

berupa alat ukur yang sudah valid.

b. Validitas Internal

Menurut Simamora (2004, pp.59-60), validitas internal dapat dicapai apabila

terdapat kesesuaian antara bagian – bagian kuesioner dengan kuesioner secara

keseluruhan. Dengan kata lain, apabila setiap bagian di dalam kuesioner mendukung

“misi” kuesioner secara keseluruhan, yaitu mengungkap variabel penelitian yang

telah ditentukan sebelumnya. Bagian kuesioner dapat berupa butir – butir

pertanyaan secara sendiri – sendiri, dapat pula berupa faktor, yaitu kumpulan

beberapa butir yang memiliki keterkaitan. Sehubungan dengan kenyataan ini, maka

dikenal adanya validitas butir dan validitas faktor.

Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas internal dengan menggunakan

teknik validitas butir. Teknik ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir – butir

pertanyaan (sebagai variabel X) dengan skor total (sebagai variabel Y).

Menurut Masrun (1979) sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2005, p.124),

syarat suatu pertanyaan dianggap valid adalah bila korelasi antara butir dengan skor

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

total lebih dari 0,3. Jadi bila korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3

maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

2.7.2 Uji Reliabilitas

Menurut Umar (2005, p.194), reliabilitas adalah suatu angka indeks yang

menunjukkan suatu konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala yang

sama. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil

pengukuran yang konsisten.

Menurut Simamora (2004, pp.63-69) reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner.

Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang – ulang

kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Asumsinya, tidak terdapat

perubahan psikologis pada responden. Ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal

dan reliabilitas internal.

a. Reliabilitas Eksternal

Secara garis besar, reliabilitas eksternal adalah reliabilitas yang diperoleh

dengan membandingkan hasil dua kelompok data. Ada dua jenis cara untuk menguji

reliabilitas eksternal, yaitu teknik paralel dan teknik ulang.

b. Reliabilitas Internal

Reliabilitas internal diperoleh dengan menganalisis data yang berasal dari satu

kali pengujian kuesioner. Adapun teknik reliabilitas internal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik Alpha.

Menurut Simamora (2004, pp.77-78), teknik reliabilitas dengan menggunakan

teknik Alpha digunakan untuk mengukur reliabilitas kuesioner dengan kategorisasi

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

jawaban selain 0 dan 1. Misalnya dari 1 sampai 5, 1 sampai 7, - 3 sampai 3, dan

seterusnya.

Teknik Alpha dilakukan dengan menghitung varians tiap butir pertanyaan dan

varians total dari pertanyaan – pertanyaan. Selanjutnya varians butir dan varians

total tersebut dimasukkan ke dalam rumus Alpha :

r11 = ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−∑

2

2

11 t

b

kk

σσ

Keterangan :

r11 = reliabilitas kuesioner

k = banyaknya butir pertanyaan

∑ 2bσ = jumlah varians butir

2tσ = varians total

Langkah berikutnya adalah membandingkan angka tersebut dengan r product

moment (r tabel).

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

- Bila rhasil (r11) > r tabel maka kuesioner tersebut dinyatakan reliabel.

- Bila rhasil (r11) < r tabel maka kuesioner tersebut dinyatakan tidak reliabel.

2.8 Menguji Normalitas Data dan Varians

Menurut Singgih Santoso (2007, pp.152-155), dalam melakukan kegiatan statistik

inferensi, ada dua hal yang harus diuji terlebih dahulu:

a. Apakah beberapa sampel yang telah diambil berasal dari populasi yang sama

(populasi data berdistribusi normal)?

b. Apakah sampel-sampel tersebut mempunyai varians yang sama?

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Dengan kata lain, uji normalitas data dan uji varians adalah hal yang lazim sebelum sebuah

metode statistik diterapkan. Uji normalitas dan kesamaan varians sebuah sampel data

dilakukan dengan bantuan alat uji SHAPIRO-WILK, LILLIEFORS atau KOLMOGOROV-

SMIRNOV , serta gambar NORMAL PROBABILITY PLOTS.

Menurut Singgih Santoso (2007, p.154), dalam menjelaskan output test of normality,

ada pedoman pengambilan keputusan:

Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabiltias < 0.05, Distribusi adalah tidak

normal.

Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabiltias > 0.05, Distribusi adalah normal.

Dalam menjelaskan output test of homogenity of varians, ada pedoman pengambilan

keputusan:

Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabiltias < 0.05, data berasal dari populasi-

populasi yang mempunyai varians tidak sama.

Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabiltias > 0.05, data berasal dari populasi-

populasi yang mempunyai varians sama.

Selain itu, pada gambar Q-Q Plot terlihat ada garis lurus dari kiri ke kanan atas. Garis

itu berasal dari nilai z. Jika suatu distibusi data normal, maka data akan tersebar di sekeliling

garis.

Menurut Uyanto (2006, pp.35-36) asumsi normalitas merupakan prasyarat dari

prosedur statistik inferensial. Ada beberapa cara untuk mengeksplorasi asumsi normalitas ini

antara lain: Uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-

Smirnov). Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Lilliefors

(Kolmogorov-Smirnov). Uji normalitas ini terdapat dalam prosedur SPSS Exprole, selain itu

juga akan ditampilkan secara grafis normal probability plot dan detrended normal plot

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Normal Probability Plot

Dalam Normal Probability Plot, setiap nilai data yang diamati dipasangkan dengan

nilai harapannya (expected value) dari distribusi normal. Jika sampel data berasal dari

populasi yang terdistribusi normal, maka titik-titik nilai data akan terletak kurang lebih dalam

suatu garis lurus.

Deterended Normal Plot

Dalam Deterended Normal Plot yang digambarkan adalah simpangan dari nilai data

terhadap garis lurus. Jika sampel data berasal dari suatu populasi yang terdistribusi normal,

maka titik-titik nilai data tidak akan membentuk pola tertentu dan akan terkumpul disekitar

garis mendatar yang melalui titik nol.

Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut :

Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho

berdasarkan P-value adalah sebagai berikut:

Jika P-value < α, maka Ho ditolak.

Jika P-value ≥ α, maka Ho diterima.

Dalam program SPSS digunakan istilah Significance (yang disingkat Sig.) untuk P-

value; dengan kata lain P-value = Sig.

2.8.1 Langkah-Langkah Pengujian Normalitas Data dan Varians Dengan SPSS

Menurut Singgih Santoso (2007, pp.152-153), ada beberapa langkah pengujian

normalitas data dan varians dengan bantuan SPSS antara lain:

Buka lembar kerja/file Deskriptif.

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Menu Analyze→Descriptive Statistic→Explore..... Tampak di layar kotak

dialog EXPLORE.

o Pengisian:

- Dependent List, masukan variabel yang di uji

- Factor List, masukan variabel yang menjadi faktor dari variabel yang di uji

Pilih Plots

Untuk keseragaman, pilihan diisi:

o Pada Boxplot adalah pilihan None atau tidak akan dibuat Boxplot.

o Pada Descriptive, tidak ada yang dipilih, atau Stem and Leaf di deselect.

o Pilih Normality Plots with tests. Pilihan ini untuk membuat gambar uji

normalitas.

o Pada pilihan Spread vs Level with Levene Test, pilih Power estimation

untuk menguji kesamaan varians.

Tekan continue untuk kembali ke kotak dialog sebelumnya.

Pada bagian Displays, pilih Both yang berarti, baik statistics maupun Plots akan

digunakan.

Tekan OK jika semua pengisian telah selesai.

2.9 Hipotesis

Menurut Ronny Kountur (2005, pp.109-111), hipotesis merupakan istilah yang lazim

digunakan dalam prosedur ilmiah.

Sesuatu dikatakan ilmiah apabila prosedur membuat kesimpulan mengikuti prosedur

prosedur ilmiah. Prosedur ilmiah dimulai dengan identifikasi masalah, kemudian mencoba

mencari jawaban (sementara) atas permasalahan tersebut dengan membuat hipotesis,

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

kemudian menguji hipotesis tersebut dan berdasarkan hasil pengujian lalu dibuat

kesimpulan.

Sumber: Ronny Kountur, Statistik Praktis (2005, p.110)

Gambar 2.4 Prosedur Ilmiah

Apabila timbul permasalah, maka akan mencoba mencari jawabannya dan jawaban

tersebut dapat diperoleh dari teori-teori yang sudah ada yang dapat diperoleh dari laporan

hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan atau dari buku-buku teks. Berdasarkan teori-

teori yang ada, terutama dari hasil-hasil penelitian yang berhubungan, kemudian peneliti

dapat membuat jawaban sementara. Jawaban sementara ini masih berupa dugaan atau

solusi dari permasalahan tersebut. Jawaban sementara atau dugaan inilah disebut dengan

hipotesis. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban

dari suatu permasalahan.

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

2.9.1 Pernyataan Hipotesis

Ronny Kountur (2005, pp.111-113), hipotesis pada umumnya dinyatakan dalam

bentuk:

Hipotesis nol, dan

Hipotesis alternatif

Hipotesis nol atau dikenal pula dengan istilah null hypothesis yang diberi simbol

H o adalah penyataan hipotesis yang menunjukkan tidak ada perubahan sedangkan hipotesis

alternatif atau dikenal pula dengan istilah alternative hypothesis yang diberi simbol H a adalah

penyataan hipotesis yang menunjukkan hasil yang diharapkan. Hipotesis merupakan jawaban

sementara yang diharapkan peneliti dinyatakan dalam bentuk hipotesis alternatif. Itu

sebabnya, hipotesis alternatif kadang-kadang disebut disebut pula research hypothesis yang

diberi simbol H 1 .

Kegunaan dari hipotesis perlu dinyatakan dalam dua bentuk sekaligus, yaitu dalam

bentuk hipotesis nol dan hipotesis alternatif adalah yang akan diuji oleh statistik adalah

hipotesis nol sedangkan yang diharapkan oleh peneliti adalah hipotesis alternatif, itu

sebabnya keduanya harus dinyatakan.

Hipotesis diuji dengan teknik statitik, apabila hasil pengujian statistik menunjukkan

bahwa hipotesis ditolak, maka yang dimaksud ditolak di sini adalah hipotesis nolnya. Jika

hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis alternatif secara otomatis diterima dan sebaliknya. Jika

hipotesis nol diterima maka hipotesis alternatif ditolak. Tentu yang diharapkan oleh peneliti

adalah supaya hipotesis nol ditolak, dengan demikian hipotesis alternatif yang merupakan

dugaan peneliti bisa diterima. Namun, tidak harus dipaksakan hipotesis nol ditolak. Jika

memang setelah diuji dengan statistik tenyata harus diterima, maka hipotesis nolnya harus

diterima.

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Menurut J. Supranto (2001, pp.179-196), pengujian hipotesis tentang B (= koefisien

regresi) sama dengan pengujian tentang ρ (= koefisien korelasi).

Pada umumnya, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

ooo BBBH (: = mewakili nilai B yang tertentu, sesuai dengan hipotesis)

(kalau pendapat mengatakan bahwa X tidak mempengaruhi Y, maka B o = 0)

1. H o : B > B o (kalau B o > 0, berarti pengaruh X terhadap Y positif)

2. H o : B < B o (kalau B o < 0, berarti pengaruh X terhadap Y negatif)

3. H o : B ≠ B o (kalau B o ≠ 0, berarti X mempengaruhi Y)

b

oo S

Bbt

−=

Kalau B o = 0 => == ob

o tSbt , nilai observasi.

mengikuti fungsi t dengan derajat kebebasan (n – 2)

S2

22

,)( 2222

22

2 −

−=

−=

−=⇒= ∑∑∑

∑ nxby

ne

SS

xBbt

x

S iiie

e

ioo

i

eb

pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut:

1. kalau t o > t oHiα ditolak dan kalau t o ≤ t oHiα

tidak ditolak.

2. kalau t o < - t oHiα ditolak dan kalau t o −≥ t oHiα

tidak ditolak.

3. kalau t o < - t2α atau kalau t o > - t

2α , H o ditolak dan kalau - t

2α ≤ t o ≤ t

H o tidak ditolak.

ot

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

Nilai t iα t

2α dapat diperoleh dari tabel t dengan menggunakan nilai α dan derajat

kebebasan (n – 2).

Selanjutnya untuk menguji hipotesis tentang parameter A, perumusannya adalah sebagai

berikut:

H oo AA =:

1. H oo AA >:

2. H oo AA <:

3. H oo AA ≠:

∑∑−

=−

=2

2)(

ie

io

a

oo

XS

xnAa

SAa

t

Dalam kasus sampel kecil, Z diganti t.

t = e

i

b S

xBb

SBb ∑−=

−2)(

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00223-MN Bab 2.pdfmemastikan keefektifan dan keefisienan dari kemampuan karyawan dalam memenuhi tujuan

2.10 Kerangka Pemikiran

Sumber : Penulis

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran