BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LKN2004-0033...
-
Upload
duongquynh -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LKN2004-0033...
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Produksi
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Bodnar (2000, p1) sistem adalah kumpulan sumber daya yang
berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Jogiyanto (1995, p1) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-
prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu
kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
Menurut McLeod (2001, p11) sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Mulyadi (2000, p2) suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok
unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Wilkinson (1993, p3) sistem merupakan kerangka kerja terpadu yang
terdiri dari dua atau lebih elemen-elemen yang saling terkait dan mempunyai sasaran
yang akan dicapai, dengan mengkoordinasikan sumber daya manusia untuk mengubah
masukan menjadi keluaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan elemen yang saling
berhubungan dengan mengkoordinasikan sekelompok sumber daya yang berfungsi
bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan.
8
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Jogiyanto (1995, p8) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk
yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p1) informasi adalah data yang berguna
dan telah diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.
Menurut McLeod (2001, p18) informasi adalah data yang telah diproses, atau
data yang memiliki arti.
Menurut Wilkinson (1993, p6) informasi adalah data yang telah diproses
sehingga berubah bentuknya dan mempunyai nilai semakin tinggi.
Jadi informasi adalah data yang telah diolah, sehingga lebih berguna, berarti, dan
dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat oleh orang yang
menerimanya.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p4) sistem informasi berbasis komputer
merupakan sekelompok perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk
mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat.
Menurut Boockholdt (1999, p75) sistem informasi adalah sekumpulan prosedur
yang terkoordinasi, dimana ketika dieksekusi, akan menghasilkan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian dalam sebuah organisasi.
Menurut Laudon (1998, p7) sistem informasi adalah sebuah komponen terkait
yang bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan
informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, analisis,
dan visualisasi pada sebuah organisasi.
9
Menurut Wilkinson (1993, p4) sistem informasi adalah suatu kerangka kerja
dengan sumber daya (manusia dan komputer) yang dikoordinasikan untuk mengubah
masukan (data) menjadi keluaran (informasi) guna mencapai sasaran perusahaan.
Jadi sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan
dengan mengkoordinasikan sekelompok sumber daya untuk mengolah masukan yang
berupa data menjadi keluaran yang berupa informasi, sehingga lebih berguna, berarti,
dan dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat oleh orang yang
menerimanya.
2.1.4 Komponen Sistem Informasi
Menurut Mulyadi (2000, p11) komponen bangunan sistem informasi terdiri dari
enam blok (disebut dengan information system building block) : masukan, model,
keluaran, teknologi, basis data, dan pengendalian.
Menurut Jogiyanto (1995, p12) keenam blok bangunan tersebut masing-masing
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai
sasarannya.
Gambar 2.1 Blok sistem informasi yang berinteraksi (Jogiyanto, 1995, p12)
Input
Teknologi
Model
Basis Data
Output
Kendali pemakai pemakai
pemakai pemakai
pemakai pemakai
10
Berikut ini diuraikan penjelasan masing-masing blok tersebut berdasarkan
pendapat Mulyadi (2000, pp11-15) :
1. Blok masukan (input block)
Masukan adalah data yang dimasukkan ke dalam sistem informasi beserta
metode dan media yang digunakan untuk menangkap dan memasukkan data
tersebut ke dalam sistem. Masukan terdiri dari transaksi, permintaan,
pertanyaan, perintah, dan pesan.
2. Blok model (model block)
Blok model terdiri dari logico-mathematical models yang mengolah masukan
dan data yang disimpan, dengan berbagai macam cara, untuk memproduksi
hasil yang dikehendaki atau keluaran.
3. Blok keluaran (output block)
Produk suatu sistem informasi adalah keluaran yang berupa informasi yang
bermutu dan dokumen untuk semua tingkat manajemen dan semua pemakai
informasi, baik pemakai intern maupun pemakai luar organisasi. Keluaran
sistem akuntansi dapat berupa laporan keuangan, faktur, surat order
pembelian, cek, laporan pelaksanaan anggaran, jawaban atas suatu
pertanyaan, pesan, perintah, hasil suatu pengambilan keputusan yang
diprogram, skenario dan simulasi, dan aturan pengambilan keputusan.
4. Blok teknologi (technology block)
Teknologi menangkap masukan, menjalankan model, menyimpan dan
mengakses data, menghasilkan dan menyampaikan keluaran, serta
mengendalikan seluruh sistem.
11
5. Blok basis data (database block)
Basis data merupakan tempat untuk menyimpan data yang digunakan untuk
melayani kebutuhan pemakai informasi. Basis data dapat diperlakukan dari
dua sudut pandang : secara fisik dan secara logis. Basis data secara fisik
merupakan tempat sesungguhnya suatu data disimpan. Basis data secara logis
bersangkutan dengan bagaimana struktur penyimpanan data sehingga
menjamin ketepatan, ketelitian, dan relevansi pengambilan informasi untuk
memenuhi kebutuhan pemakai.
6. Blok pengendalian (control block)
Semua sistem informasi harus dilindungi dari bencana dan ancaman, seperti
bencana alam, api, kecurangan, kegagalan sistem, kesalahan dan
penggelapan, penyadapan, ketidakefisienan, sabotase, orang-orang yang
dibayar untuk melakukan kejahatan. Beberapa cara yang perlu dirancang
untuk menjamin perlindungan, integritas, dan kelancaran jalannya sistem
informasi adalah : penggunaan sistem pengelolaan catatan, penerapan
pengendalian akuntansi, pengembangan rancangan induk sistem informasi,
dan lain sebagainya.
2.1.5 Pengertian Produksi
Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (2000, p1) produksi merupakan
penciptaan/penambahan faedah bentuk, waktu, dan tempat atas faktor-faktor produksi
sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Proses
transformasi/perubahan bentuk faktor-faktor produksi tersebut disebut proses produksi.
12
Menurut Horngren (1994, p3) produksi adalah koordinasi dan pemasangan
(assembly) dari sumber daya untuk menghasilkan barang atau menghantarkan jasa.
Jadi produksi adalah suatu proses konversi/perubahan masukan yang berupa
sumber daya untuk menghasilkan keluaran berupa barang atau jasa agar dapat berguna
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2.1.6 Pengertian Sistem Informasi Produksi
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p5) sistem informasi produksi adalah
sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi untuk digunakan oleh fungsi
produksi.
2.1.7 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Menurut Mulyadi (2000, p39) metodologi pengembangan sistem adalah langkah-
langkah yang dilalui oleh analis sistem dalam mengembangkan sistem informasi.
Pengembangan sistem akuntansi dilaksanakan melalui tiga tahap utama berikut ini :
1. Analisis sistem (system analysis)
2. Desain sistem (system design)
3. Implementasi sistem (system implementation)
13
Gambar 2.2 Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Jogiyanto, 1995, p52)
2.2 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.2.1 Analisis Sistem
2.2.1.1 Pengertian Analisis Sistem
Menurut Jogiyanto (1995, p129) analisis sistem (systems analysis) dapat
didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-
bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi
permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi
dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-
perbaikannya.
Menurut McLeod (2001, p190) analisis sistem adalah penelitian atas sistem
yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbaharui.
Kebijakan dan Perencanaan Sistem
Analisis Sistem
Desain/perancangan sistem secara umum
Desain/perancangan sistem terinci
Seleksi sistem
Implementasi/penerapan sistem
Perawatan sistem
Awal Proyek Sistem
Manajemen Sistem
Pengembangan Sistem
14
Menurut Widjajanto (2001, p523) analisis sistem adalah proses pengujian
sistem yang ada (existing system) dan lingkungannya dengan tujuan untuk menentukan
berbagai kemungkinan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan sistem itu sendiri.
Jadi analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang ada untuk dapat
memperoleh informasi tentang sistem yang sedang berjalan sehingga dapat ditentukan
kemungkinan perbaikan untuk merancang sistem baru atau pengembangannya.
2.2.1.2 Langkah-Langkah Dalam Analisis Sistem
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p652) analisis sistem mencakup tiga
tahap terpisah, yaitu :
1. Mensurvei sistem berjalan
2. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan informasi
3. Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan sistem
Menurut McLeod (2001, pp190-192) tahap-tahap dalam analisis sistem adalah :
1. Mengumumkan penelitian sistem
2. Mengorganisasikan tim proyek
3. Mendefinisikan kebutuhan informasi
4. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
5. Menyiapkan usulan rancangan
6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek
15
Menurut Mulyadi (2000, p41), analisis sistem dapat dibagi menjadi empat
tahap :
1. Analisis Pendahuluan (Preliminary Analysis)
2. Penyusunan Usulan Pelaksanaan Analisis Sistem
3. Pelaksanaan Analisis Sistem
4. Penyusunan Laporan Hasil Analisis Sistem
Menurut Widjajanto (2001, p539) analisis sistem selalu diawali dengan survei
pendahuluan atau analisis pendahuluan. Dalam survei pendahuluan semua persoalan
yang ditemui akan dianalisis dan dicarikan pemecahannya. Alternatif pemecahan
tersebut didasarkan pada berbagai pertimbangan kebutuhan penggunaan teknologi
komputer. Hasil dari analisis pendahuluan ini kemudian dituangkan ke dalam suatu
laporan yang selain memuat permasalahan yang ada juga memuat rekomendasi
pemecahannya. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis ini dilakukan analisis mendalam
dengan tujuan untuk menyusun studi kelayakan.
16
Gambar 2.3 Langkah-langkah analisis sistem (Widjajanto, 2001, p540)
Analisis Pendahuluan
Analisis Pendahuluan
Saat-saat untuk me-
nentukan apakah pro-
ses perlu dilanjutkan
atau tidak
• Mempelajari sistem yang ada • Mencari beberapa alternatif solusi
yang diharapkan dapat menjawab
permasalahan
• Menyusun kesimpulan analisis dan
memberikan usulan atau
rekomendasi
• Mempelajari berbagai alternatif
solusi yang diusulkan dalam
analisis pendahuluan
• Menguji kelayakan masing-masing
alternatif solusi
• Menentukan kebutuhan informasi
dan persyaratan sistem
• Menyusun laporan analisis sistem
untuk disampaikan kepada
manajemen
17
2.2.2 Perancangan Sistem
2.2.2.1 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut McLeod (2001, p192) rancangan sistem adalah penentuan proses dan
data yang diperlukan oleh sistem baru.
Menurut Mulyadi (2000, p51) perancangan sistem atau desain adalah proses
penterjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam alternatif rancangan sistem
informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.
Menurut Widjajanto (2001, p572) desain sistem adalah proses pengembangan
spesifikasi sistem baru berdasarkan rekomendasi hasil analisis sistem.
Jadi perancangan sistem adalah proses menterjemahkan kebutuhan pemakai
informasi menjadi spesifikasi sistem baru berdasarkan rekomendasi hasil analisis sistem.
2.2.2.2 Langkah-Langkah Dalam Perancangan Sistem
Tahap desain sistem dibagi menjadi lima tahap berdasarkan pendapat Mulyadi
(2000, p51) :
1. Desain sistem secara garis besar
2. Penyusunan usulan desain sistem secara garis besar
3. Evaluasi sistem
4. Penyusunan laporan final desain sistem secara garis besar
5. Desain sistem secara rinci
6. Penyusunan laporan final desain sistem secara rinci
18
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p661) langkah-langkah utama dalam
perancangan sistem adalah :
1. Evaluasi berbagai alternatif
2. Penyiapan spesifikasi-spesifikasi rancangan
3. Penyampaian spesifikasi rancangan pada manajemen puncak
Berdasarkan pendapat McLeod (2001, pp192-193) langkah-langkah dalam
tahap rancangan adalah :
1. Menyiapkan rancangan sistem secara terperinci
2. Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem
3. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem
4. Memilih konfigurasi terbaik
5. Menyiapkan usulan penerapan
6. Menyetujui atau menolak penerapan sistem
Menurut Widjajanto (2001, p573) desain sistem dilaksanakan dalam dua tahap,
yaitu tahap desain pendahuluan atau desain konseptual dan tahap desain fisik atau desain
rinci. Tahap desain pendahuluan atau konseptual dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan berbagai alternatif pemenuhan kebutuhan pengguna sistem. Sedangkan
tahap desain fisik atau rinci dilakukan dengan tujuan untuk menerjemahkan kebutuhan-
kebutuhan pengguna sistem yang tertuang dalam desain konseptual ke dalam rumusan
terinci.
19
Gambar 2.4 Tahapan dalam proses desain (Widjajanto, 2001, p574)
Desain Pendahuluan (Konseptual) • Menentukan lingkup sistem
• Menentukan persyaratan sistem :
1. Output yang diinginkan
2. Proses pengolahan data
3. Unsur-unsur data
4. Input yang diperlukan
5. Kebijakan manajemen
• Menentukan sumber daya sistem :
1. Perangkat lunak
2. Perangkat keras
3. Sumber daya ekonomis
• Menyusun laporan desain pendahuluan
Desain Rinci • Merumuskan persyaratan sistem
1. Spesifikasi output, data dan file, input, perangkat lunak
2. Pedoman prosedur dan sistem pengendalian
• Memilih perangkat keras • Memilih perangkat lunak • Menyusun laporan desain rinci
20
2.2.2.3 Alat Bantu Perancangan Sistem
2.2.2.3.1 Diagram Alir Data (DAD)
Menurut Jogiyanto (1995, pp700-707) DAD merupakan diagram yang
menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem. DAD sering
digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang
akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana
data tersebut mengalir (misalnya lewat telepon, surat, dsb) atau lingkungan fisik dimana
data tersebut akan disimpan (misalnya file kartu, hard disk, dll).
Menurut Mulyadi (2000, p57) bagan alir data (data flow diagram) adalah
suatu model yang menggambarkan aliran data dan proses untuk mengolah data dalam
suatu sistem.
DAD dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut :
1. Diagram Konteks
Diagram konteks adalah tingkatan yang paling awal. Diagram ini
menggambarkan arus data dan arus informasi antara sistem dengan unit-
unit di luar sistem tersebut.
2. Diagram Nol
Diagram nol menggambarkan subsistem dari diagram konteks yang
diperoleh dengan cara memecah atau membagi tingkatan utama pada
diagram konteks dengan menggambarkan arus data yang dibutuhkan.
3. Diagram Rinci
Diagram rinci merupakan perincian tiap-tiap proses yang ada pada
diagram nol.
21
2.2.2.3.2 Kamus Data
Menurut Jogiyanto (1995, p725) kamus data atau data dictionary adalah
katalog fakta tentang data dan kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu sistem
informasi.
2.2.2.3.3 Normalisasi
Menurut Jogiyanto (1995, p403) proses untuk mengorganisasikan file untuk
menghilangkan grup elemen yang berulang-ulang disebut dengan normalisasi.
Proses normalisasi data :
1. Data yang belum ternormalisasi (Unnormalized Form/UNF)
Record yang masih mengandung repeating group.
2. Form normal pertama (1NF)
Record yang belum dinormalisasi lalu dipisahkan menjadi struktur record
dua dimensi. Setelah dipisahkan record tidak lagi memiliki repeating
group.
3. Form normal kedua (2NF)
Untuk record yang memiliki data item lebih dari satu, pastikan data item
itu tergantung pada satu key. Untuk mencapainya record mungkin harus
dipisah lagi. Data item yang bukan key kini tergantung sepenuhnya pada
primary key.
4. Form normal ketiga (3NF)
Hilangkan ketergantungan transitif, pisahkan lagi record jika perlu untuk
mencapainya. Hasilnya semua data item nonkey memiliki ketergantungan
fungsional pada primary key dan tidak tergantung satu sama lain.
22
5. Form normal keempat (4NF)
Hilangkan semua ketergantungan fungsional, pisahkan lagi record untuk
mencapainya. Hasilnya adalah varian minor dari form normal ketiga.
2.2.2.3.4 Entity Relationship Diagram (ERD)
Menurut Laudon (1998, p280) ERD adalah sebuah metodologi untuk
dokumentasi database untuk mengilustrasikan hubungan antara berbagai entity dalam
database.
2.2.2.3.5 Bagan Terstruktur
Menurut Jogiyanto (1995, pp743-744) bagan terstruktur digunakan untuk
mendefinisikan dan mengilustrasikan organisasi dari sistem informasi secara berjenjang
dalam bentuk modul dan submodul.
2.2.2.3.6 Spesifikasi Proses
Menurut Jogiyanto (1995, pp765-772) pseudo berarti imitasi atau mirip atau
menyerupai dan code menunjukkan kode dari program, jadi pseudocode adalah kode
yang mirip dengan instruksi program yang sebenarnya.
Struktur dasar dari pseudocode adalah :
1. Struktur urut
Struktur ini terdiri dari sebuah instruksi atau blok dari instruksi yang
tidak mempunyai perulangan atau keputusan di dalamnya. Struktur ini
hanya berisi langkah urut saja, satu diikuti yang lainnya.
23
2. Struktur keputusan
Struktur keputusan dapat berupa struktur If-Then atau If-Then-Else atau
struktur Case.
3. Struktur iterasi
Struktur iterasi diterapkan pada situasi suatu instruksi atau grup dari
instruksi yang diproses berulang kali sampai kondisi yang diinginkan
sudah terpenuhi. Struktur ini dapat berupa struktur For, Repeat-Until,
atau Do-While.
2.3 Sistem Biaya Berdasarkan Pesanan
2.3.1 Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (1993, p6), akuntansi biaya adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau
jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.
Menurut Maher dan Deakin (1997, p2) akuntansi biaya adalah bidang akuntansi
yang mencatat, mengukur, dan melaporkan informasi mengenai besarnya biaya.
Menurut Rayburn (1999, p3) akuntansi biaya (cost accounting) mengidentifikasi,
mendefinisikan, mengukur, melaporkan, dan menganalisis berbagai unsur biaya langsung
dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi serta pemasaran barang dan jasa.
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok (Mulyadi, 1993, p7), yaitu :
1. Penentuan harga pokok produk
2. Pengendalian biaya
3. Pengambilan keputusan khusus
24
2.3.2 Biaya Produksi
Menurut Maher dan Deakin (1997, p33) biaya produk adalah biaya-biaya yang
dapat dihubungkan dengan suatu produk.
Biaya produksi dikelompokkan menjadi :
1. Biaya bahan baku langsung (direct material cost)
Harga perolehan dari seluruh bahan baku yang akhirnya menjadi bagian dari
objek biaya dan yang dapat ditelusuri kepada objek biaya tersebut yang layak
secara ekonomis. Harga perolehan dari bahan baku langsung mencakup juga
beban ongkos angkut (pengangkutan masuk), pajak pertambahan nilai, dan
cukai.
2. Biaya tenaga kerja langsung pabrik (direct manufacturing labor cost)
Kompensasi atas seluruh tenaga kerja pabrik yang dipertimbangkan sebagai
bagian dari objek biaya dan yang akan ditelusuri kepada objek biaya dengan
cara yang layak secara ekonomis.
3. Biaya overhead pabrikasi (manufacturing overhead cost)
Seluruh biaya pabrikasi yang dipertimbangkan menjadi bagian dari objek
biaya, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada objek biaya tersebut dengan cara
yang layak secara ekonomis.
2.3.3 Biaya Overhead Pabrik
Yang termasuk dalam overhead pabrik adalah :
1. Bahan tidak langsung (indirect material), seperti pelumas mesin, suku cadang
perbaikan, dan bahan lainnya yang bukan bagian dari barang jadi tetapi
penting untuk menghasilkan produk.
25
2. Tenaga kerja tidak langsung (indirect labor), seperti penyelia, pengawas
pabrik, pesuruh, penjaga gudang, pekerja pemeliharaan mesin, yang secara
nyata tidak mengerjakan produk, sehingga pendapatannya tidak dibebankan
sebagai biaya tenaga kerja langsung.
3. Sewa, pajak, beban penyusutan gedung pabrik, beban asuransi untuk mesin
dan gedung pabrik, dan beban-beban sejenis yang terjadi untuk menjaga
pabrik tetap beroperasi.
2.3.3.1 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2000, p559) biaya overhead sesungguhnya
adalah biaya-biaya bahan tak langsung, tenaga kerja tak langsung, dan biaya pabrik
lainnya, yang meliputi sewa pabrik, asuransi, pajak properti, depresiasi, perbaikan dan
pemeliharaan, tenaga, penerangan, pemanas, dan pajak atas gaji untuk karyawan pabrik
yang terjadi dalam periode akuntansi.
2.3.3.2 Tarif Overhead yang Ditetapkan di Muka
Menurut Maher dan Deakin (1997, p76) tingkat overhead yang ditetapkan
terlebih dahulu adalah suatu jumlah yang diperoleh dengan membagi total overhead
yang diestimasi untuk periode mendatang dengan total dasar alokasi overhead yang
diestimasi untuk periode mendatang.
Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2000, p561), tarif overhead pabrik yang
ditentukan di muka adalah tarif overhead pabrik yang diperkirakan yang digunakan
untuk membebankan biaya overhead pabrik ke pesanan tertentu. Jumlah overhead yang
26
dibebankan ke pesanan tertentu dengan menggunakan tarif overhead pabrik yang
ditentukan di muka disebut overhead pabrik yang dibebankan.
Untuk mendapatkan tarif overhead yang ditentukan di muka, langkah-langkah
yang harus diikuti adalah :
1. Menentukan biaya overhead pabrik yang dianggarkan untuk periode
operasi yang sesuai, biasanya satu tahun.
2. Memilih cost driver yang paling sesuai untuk membebankan biaya
overhead pabrik.
3. Memperkirakan jumlah total tingkat aktivitas dari cost driver yang telah
dipilih untuk periode operasi.
4. Membagi biaya overhead pabrik yang dianggarkan dengan tingkat aktivitas
yang diperkirakan dari cost driver yang telah dipilih untuk mendapatkan
tarif overhead yang ditentukan di muka.
Gambar 2.5 Rumus Perhitungan Tarif Overhead yang Ditentukan di Muka (Blocher,
Chen, Lin, 2000, p563)
2.3.3.3 Tarif Biaya Overhead Pabrik Departemental
Menurut Blocher, Chen, Lin (2000, p877), tarif overhead departemental
merupakan tarif overhead yang dihitung untuk departemen. Tarif tersebut dihitung
dengan cara membagi overhead pabrik per departemen yang dianggarkan dengan tingkat
cost driver yang dianggarkan untuk semua pesanan yang dikerjakan atau diproses oleh
departemen tersebut. Perusahaan yang menggunakan tarif overhead departemental
Jumlah overhead pabrik yang dianggarkan selama setahun Tingkat cost driver yang diharapkan selama setahun
Tarif Overhead yang ditentukan di muka =
27
mempunyai rekening overhead pabrik dan overhead pabrik dibebankan yang terpisah
untuk setiap departemen.
2.3.3.4 Metode Kalkulasi Biaya
Metode kalkulasi biaya dapat dibagi menjadi :
1. Kalkulasi biaya aktual (actual costing) menggunakan biaya yang
sesungguhnya terjadi untuk membebankan biaya bahan langsung, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ke produk.
2. Kalkulasi biaya normal (normal costing) menggunakan biaya yang
sesungguhnya terjadi untuk membebankan biaya bahan langsung dan
tenaga kerja langsung, sedangkan biaya overhead pabrik dibebankan ke
produk dengan menggunakan dasar yang ditentukan terlebih dahulu.
3. Kalkulasi biaya standar (standard costing) atau disebut juga biaya yang
dianggarkan (budgeted costing) menggunakan biaya yang dianggarkan
untuk membebankan biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik ke produk.
28
Tabel 2.1 Metode Kalkulasi Biaya Aktual, Normal, dan Yang Dianggarkan Kalkulasi Biaya
Aktual
Kalkulasi Biaya
Normal
Kalkulasi Biaya
yang Dianggarkan
Biaya Langsung
Tarif aktual x
masukan aktual
yang digunakan
Tarif aktual x
masukan aktual
yang digunakan
Tarif yang
dianggarkan x
masukan aktual
yang digunakan
Biaya Tidak
Langsung
Tarif aktual x
masukan aktual
yang digunakan
Tarif yang
dianggarkan x
masukan aktual
yang digunakan
Tarif yang
dianggarkan x
masukan aktual
yang digunakan
2.3.3.5 Selisih Biaya Overhead Pabrik
Selisih biaya overhead pabrik dapat dihilangkan dengan 2 cara (Blocher, Chen,
dan Lin, p564) yaitu :
1. Jika selisihnya tidak material, menyesuaikan rekening harga pokok penjualan.
2. Jika selisihnya signifikan, menyesuaikan biaya produksi pada periode
tersebut; yaitu membagi rata ketidaksesuaian (selisih) ke dalam saldo akhir
rekening produk dalam proses, produk selesai, dan harga pokok penjualan.
Selisih biaya overhead dibagi menjadi dua yaitu :
1. Overapplied Overhead (Overhead Pabrik yang Ditetapkan Terlalu Tinggi)
Pembebanan lebih overhead (Overapplied Overhead) adalah jumlah
pembebanan biaya overhead yang melebihi biaya overhead yang
sesungguhnya.
29
2. Underapplied Overhead (Overhead Pabrik yang Ditetapkan Terlalu
Rendah)
Pembebanan kurang overhead (Underapplied Overhead) adalah jumlah
dimana overhead pabrik yang sesungguhnya melebihi overhead pabrik
yang dibebankan.
2.3.3.6 Objek Biaya
Menurut Horngren (1994, p29) objek biaya (cost object) didefinisikan sebagai
segala sesuatu dimana diperlukan pengukuran terpisah atas biaya. Contoh dari objek
biaya meliputi produk, jasa, proyek, konsumen, kategori merk, aktifitas, departemen,
dan program. Objek biaya dipilih bukan untuk kebutuhannya sendiri tetapi untuk
membantu pengambilan keputusan.
2.3.3.7 Cost Driver untuk Alokasi Overhead Pabrik
Menurut Blocher, Chen, Lin (2000, p562) dasar untuk membebankan biaya
overhead juga disebut cost driver. Pemilihan terbaik untuk cost driver adalah aktivitas
atau ukuran output yang menunjukkan apa yang memicu atau menyebabkan terjadinya
overhead. Jam kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan jam mesin merupakan
cost driver berbasis volume yang paling sering digunakan untuk membebankan biaya
overhead pabrik.
Menurut Horngren (1994, pp31-32) pemicu biaya (cost driver) adalah setiap
faktor yang mempengaruhi biaya. Yakni, satu perubahan dalam pemicu biaya akan
menyebabkan satu perubahan dalam biaya total dari objek biaya terkait.
30
Menurut Usry dan Hammer (1995, p8) cost driver (pemicu biaya) merupakan
faktor-faktir yang mempunyai efek terhadap perubahan level biaya total untuk suatu
obyek biaya.
Contoh pemicu biaya untuk fungsi produksi : jumlah unit yang diproduksi,
jumlah jam mesin, jumlah pesanan, dan biaya tenaga kerja langsung pabrikasi.
2.3.4 Klasifikasi Biaya
Menurut fungsi bisnisnya, biaya dibagi menjadi :
1. Riset dan pengembangan
2. Perancangan produk, jasa, dan proses
3. Produksi
4. Pemasaran
5. Distribusi
6. Pelayanan konsumen
7. Strategi dan administrasi
Menurut hubungannya dengan objek biaya tertentu, biaya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Biaya langsung dari satu objek biaya
Biaya yang dikaitkan dengan objek biaya dan dapat ditelusuri ke objek
tersebut dengan cara yang seekonomis mungkin. Contoh : biaya bahan baku.
2. Biaya tidak langsung dari satu objek biaya
Biaya yang dikaitkan kepada objek biaya tetapi tidak dapat ditelusuri dengan
cara ekonomis. Contoh : biaya departemen pemasaran.
31
Biaya menurut pola perilaku yang dihubungkan dengan perubahan pemicu biaya
dapat dibagi menjadi :
1. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang berubah dalam total secara
proporsional dengan perubahan dalam pemicu biaya. Contoh : biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, biaya pengiriman, dan
sebagainya.
2. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak berubah dalam total
meskipun terjadi perubahan dalam pemicu biaya. Contoh : biaya gaji
pegawai, biaya asuransi, biaya penyusutan peralatan dan gedung, biaya sewa,
dan lain sebagainya.
Menurut agregat atau rata-rata, biaya dibagi menjadi :
1. Biaya total
2. Biaya unit (unit cost) atau disebut juga biaya rata-rata dihitung dengan
membagi biaya total dengan sejumlah unit.
Sedangkan menurut aktiva atau beban, biaya dibagi menjadi :
1. Capitalized cost adalah biaya yang mula-mula dicatat sebagai aktiva dan
selanjutnya menjadi beban. Contoh : biaya yang dikeluarkan untuk membeli
pabrik, peralatan, dan mesin.
2. Inventoriable cost adalah jenis khusus capitalized cost, yaitu biaya yang
dikaitkan dengan pembelian barang untuk dijual kembali (dalam kasus
persediaan barang dagang) atau biaya yang dikaitkan dengan perolehan atau
konversi material dan masukan pabrikasi lain menjadi barang untuk dijual
32
(dalam kasus persediaan manufaktur). Contoh : biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
3. Period cost adalah biaya yang dilaporkan sebagai beban dari periode yang
dilaporkan. Mereka meliputi biaya yang semula dicatat sebagai capitalized
cost dan biaya yang dibebankan segera setelah terjadi. Contoh : biaya
penyusutan, biaya asuransi, biaya pemasaran, dan sebagainya.
2.3.5 Tahap Konversi Bahan
Perusahaan manufaktur biasanya mengadopsi tiga jenis persediaan, masing-
masing menggambarkan tahap konversi bahan baku dan masukan lain menjadi barang
jadi. Jenis-jenis persediaan itu adalah :
1. Persediaan bahan baku langsung (direct material inventory)
Bahan baku dalam persediaan dan menunggu digunakan dalam proses
produksi.
2. Persediaan dalam proses pengerjaan (work in process inventory)
Barang yang sebagian dikerjakan tetapi belum sepenuhnya selesai. Disebut
juga pekerjaan dalam pelaksanaan (work in progress) atau barang dalam
proses (goods in process).
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Barang yang sepenuhnya selesai, tetapi belum dijual.
33
2.3.6 Biaya Pesanan (Job Order Costing)
Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2000, p562) penentuan biaya berdasarkan
pesanan (job costing) merupakan sistem penentuan biaya produk yang
mengakumulasikan dan membebankan biaya ke pesanan tertentu.
Menurut Horngren (1994, p118) dalam sistem kalkulasi biaya pesanan (job order
costing system) harga pokok dari produk diperoleh dengan membagi biaya ke jasa atau
produk yang berbeda yang dapat diidentifikasi. Job adalah tugas dimana sumber daya
dicurahkan dalam membawa produk atau jasa berbeda yang dapat diidentifikasi ke
pasar.
2.3.7 Pendekatan Umum terhadap Job Costing
Lima langkah yang diambil dalam membagi biaya ke pekerjaan pada perusahaan
manufaktur (Horngren, 1994, pp167-168) :
1. Identifikasikan pekerjaan yang dipilih sebagai objek biaya
2. Identifikasikan kategori biaya langsung untuk pekerjaan
3. Identifikasikan pusat biaya tidak langsung dikaitkan dengan pekerjaan
4. Pilih dasar alokasi biaya untuk digunakan dalam membagi masing-masing
pusat biaya tidak langsung kepada pekerjaan
5. Kembangkan tarif per unit dari masing-masing dasar alokasi biaya yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke pekerjaan
2.3.8 Pengertian Harga Pokok Produksi
Menurut Horngren (1994, p51) harga pokok produk (product cost) adalah
penjumlahan dari biaya yang dibagikan ke produk untuk tujuan tertentu.
34
Menurut Mulyadi (1993, p10) harga pokok adalah jumlah uang atau nilai lain
yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dalam pembelian atau perolehan barang-
barang atau jasa-jasa.
Menurut Rayburn (1999, p39) tujuan dari laporan harga pokok produksi adalah
mendukung laporan laba/rugi dengan mengikhtisarkan semua biaya produksi selama
periode akuntansi.
2.4 Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2000, p165) sistem pengendalian intern meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Gambar 2.6 Tujuan pokok sistem pengendalian intern
Tujuan Pokok Sistem
Pengendalian Intern
Menjaga Kekayaan
Organisasi
Mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi
Mendorong efisiensi
Mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen
Tujuan
Pengendalian
Intern Akuntansi
Tujuan
Pengendalian
Intern
Administrasi
35
Unsur sistem pengendalian intern :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya
3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
2.5 Computer Integrated Manufacturing (CIM)
Menurut Rayburn (1993, p7) dalam proses manufaktur dengan sistem komputer
terpadu (CIM), pengendalian digital menghubungkan keseluruhan pabrik secara
serempak – dari perancangan sampai produksi. CIM menghapus batasan antara
akuntansi, tehnik, dan produksi.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p19) komputer terpadu manufaktur (CIM)
adalah pendekatan terpadu untuk pemanfaatan teknologi informasi pada perusahaan
manufaktur.