BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur...

25
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacular 2.1.1 Latar Belakang Munculnya Arsitektur Neo-Vernacular Arsitektur Neo-Vernacular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak). Ada 6 (enam) aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A. Jenck diantaranya, Historiscism, Straight Revivalism, Neo Vernakular, Contextualism, Methapor dan Post Modern Space. Dimana, menurut (Budi A Sukada, 1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut : 1. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer. 2. Membangkitkan kembali kenangan historik. 3. Berkonteks urban. 4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi. 5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya). 6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain). 7. Dihasilkan dari partisipasi. 8. Mencerminkan aspirasi umum. 9. Bersifat plural. 10. Bersifat ekletik. Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan ke dalam arsitektur Post Modern (Neo-Vernakular). Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era Post Modern, yaitu : 1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia. 2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi. 3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Arsitektur Neo-Vernacular

2.1.1 Latar Belakang Munculnya Arsitektur Neo-Vernacular

Arsitektur Neo-Vernacular adalah salah satu paham atau aliran yang

berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada

pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul

protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan

berbentuk kotak-kotak). Ada 6 (enam) aliran yang muncul pada era Post Modern

menurut Charles A. Jenck diantaranya, Historiscism, Straight Revivalism, Neo

Vernakular, Contextualism, Methapor dan Post Modern Space. Dimana,

menurut (Budi A Sukada, 1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post

Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

1. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.

2. Membangkitkan kembali kenangan historik.

3. Berkonteks urban.

4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.

5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).

6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).

7. Dihasilkan dari partisipasi.

8. Mencerminkan aspirasi umum.

9. Bersifat plural.

10. Bersifat ekletik.

Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas

sudah dapat dikategorikan ke dalam arsitektur Post Modern (Neo-Vernakular).

Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan

yang mendasari timbulnya era Post Modern, yaitu :

1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini

disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.

2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.

3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah,

sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

6

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo-Vernacular adalah

sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat

diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan

ornamen).

2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga

elemen non-fisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu

pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan

vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

Berikut merupakan perbandingan arsitektur Tradisional, Vernacular Dan

Neo-Vernacular :

Tabel 1. Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernacular dan Neo Vernacular

No Perbandingan Tradisional Vernakular Neo-Vernakular

1 Ideologi Terbentuk oleh tradisi

yang diwariskan secara

turun-

temurun,berdasarkan

kultur dan kondisi

lokal.

Terbentuk oleh tradisi

turun temurun tetapi

terdapat pengaruh dari

luar baik fisik maupun

non-fisik, bentuk

perkembangan arsitektur

tradisional.

Penerapan elemen

arsitektur yang sudah ada

dan kemudian sedikit atau

banyaknya mengalami

pembaruan menuju suatu

karya yang modern.

2 Prinsip Tertutup dari

perubahan zaman,

terpaut pada satu kultur

kedaerahan, dan

mempunyai peraturan

dan norma-norma

keagamaan yang kental

Berkembang setiap waktu

untuk merefleksikan

lingkungan, budaya dan

sejarah dari daerah dimana

arsitektur tersebut berada.

Transformasi dari situasi

kultur homogen ke situasi

yang lebih heterogen.

Arsitektur yang bertujuan

melestarikan unsur-unsur

lokal yang telah terbentuk

secara empiris oleh tradisi

dan mengembang-kannya

menjadi suatu langgam

yang modern. Kelanjutan

dari arsitektur Vernacular.

3 Ide Desain Lebih mementingkan

fasade atau bentuk,

ornamen sebagai suatu

keharusan.

Ornamen sebagai

pelengkap, tidak

meninggalkan nilai- nilai

setempat tetapi dapat

melayani aktifitas

masyarakat didalam.

Bentuk desain lebih

modern.

Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo, diakses 19/04/15 4.26PM dari

http://arsitektur-neo-vernakular-fazil.blogspot.com/

Berdasarkan tabel 1, dapat disimpulkan bahwa arsitektur Post Modern dan

aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

7

dengan non-tradisional, modern dengan setengah non-modern, perpaduan yang lama

dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, Vernacular berada pada posisi

arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo-Vernacular pada masa modern

akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern.

2.1.2 Metode Eksplorasi untuk Pembaharuan dalam Arsitektur Neo-Vernacular

Neo Vernacular berasal dari Bahasa Yunani dan digunakan sebagai fonim

yang berarti baru. Jadi Neo-Vernacular berarti bahasa setempat yang diucapkan

dengan cara baru, arsitektur Neo-Vernacular adalah suatu penerapan elemen

arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep,

filosofi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah

terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya

mengalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa

mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. Pembaharuan ini dapat dilakukan

dengan upaya eksplorasi yang tepat. (Tjok Pradnya Putra dalam jurnal berjudul

Pengertian Arsitektur Neo-Vernacular).

Dalam proses eksplorasi gedung-gedung Modern-Vernacular di Indonesia,

menurut Deddy Erdiono dalam Jurnal Sabua Vol. 3, No.3:32-39, November 2011

berjudul Arsitektur ‘Modern’ (Neo) Vernacular di Indonesia, menyatakan bahwa

ada empat model pendekatan yang harus diperhatikan terkait dengan bentuk dan

makna dalam merancang dan memodernisir bangunan tradisional dalam konteks ke-

kini-an, yaitu kecenderungan terjadinya perubahan- perubahan dengan paradigma,

yaitu: (a) bentuk dan maknanya tetap (b) bentuk tetap dengan makna baru (c) bentuk

baru dengan makna tetap (d) bentuk dan maknanya baru. Pada pendekatan (c) bentuk

baru dengan makna tetap, penampilan bentukan arsitektur Neo-Vernacular dapat

menghadirkan bentuk baru dalam pengertian unsur-unsur lama yang diperbaharui,

jadi tidak lepas sama sekali karena terjadi interpretasi baru terhadap bentuk lama

yang kemudian diberi makna yang lama untuk menghindari kejutan budaya (culture

shock).

2.2 Elaborasi Konsep Arsitektur Neo-Vernacular dengan Budaya Betawi,

khususnya Delapan Ragam Hias yang pada Umumnya Diterapkan di

Rumah Tradisional Betawi.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

8

Menurut Tjok Pradnya Putra dalam Pengertian Arsitektur Neo-Vernacular,

menyatakan bahwa Neo berasal dari Bahasa Yunani dan digunakan sebagai fonim

yang berarti baru. Jadi Neo-Vernacular berarti bahasa setempat yang diucapkan

dengan cara baru, arsitektur Neo-Vernacular adalah suatu penerapan elemen

arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non-fisik (konsep,

filosofi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur local yang telah

terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya

mengalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa

mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.

Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dalam buku

Kajian Pengembangan Ornamen Betawi menyatakan bahwa ragam hias Betawi

memiliki arti penting dalam merujuk suatu identitas bangunan bercirikan budaya

Betawi. Penggunaan ragam hias juga dapat memberikan keindahan dan keunikan

kota Jakarta. Dengan perkembangan teknologi komunikasi yang mendunia, Jakarta

yang “melting pot” dari berbagai budaya dapat meningkatkan daya tarik kota dan

kepribadian budaya Betawi dapat tercermin dalam budaya kota Jakarta. Di sisi lain

juga dapat memberikan pilihan kepada masyarakat, pemerintah daerah maupun

instansi lainnya untuk pengembangan fisik kota Jakarta.

Berdasarkan uraian di atas mengenai Arsitektur Neo-Vernacular dan ragam

hias budaya Betawi dapat disimpulkan bahwa dengan salah satu elemen fisik

arsitektur budaya Betawi, yaitu ragam hias mampu memberikan suatu ciri khas

budaya Betawi dalam lingkup bangunan hingga kota Jakarta dalam penerapannya.

Sehingga, Arsitektur Neo-Vernacular dalam penerapan tidak diperlukan untuk

menerapkan elemen-elemen fisik dan non-fisik dari budaya setempat secara

keseluruhan, tetapi dapat menerapkan hanya salah satu dari elemen-elemen tersebut.

2.3 Delapan Ragam Hias yang Umumnya Diterapkan pada Rumah

Tradisional Betawi.

Berikut merupakan delapan ragam hias yang umumnya diterapkan pada

Rumah Tradisional Betawi (Doni Swadarma , Yunus Aryanto dalam buku Rumah

Etnik Betawi 2013) :

Tabel 2. Ragam Hias yang Umumnya Ada pada Rumah Tradisional Betawi.

No Ragam Hias Betawi

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

9

Ragam Hias Betawi Arti/ Makna Simbol Awal

1

Tumpal/ Gunung

Kekuatan dan keseimbangan

alam.

Tumpal/ Gunung

No Ragam Hias Betawi

Ragam Hias Betawi Arti/ Makna Simbol Awal

3

Matahari

Menunjukkan harapan si

pemilik rumah agar hatinya

senantiasa diterangi seperti

matahari yang menerapi bumi

(mendapatkan rezeki atau

kebahagiaan yang banyak).

Matahari

4

Tapak Dara

Kedekatan masayarakat

Betawi dengan alam serta

pengetahuan masyarakat

Betawi mengenai tanaman

obat. Tapak Dara

5

Kecubung

Kedekatan masayarakat

Betawi dengan alam serta

pengetahuan masyarakat

Betawi mengenai tanaman

obat. Kecubung

6

Gigi Balang

Bentuk penghormatan pemilik

rumah kepada tamu yang

berkunjung.

Gigi Balang

7

Bunga Delima

Berkaitan dengan tanaman

yang kerap ditanam oleh

masyarakat Betawi di halaman

rumah yang berkhasiat untuk

mengobati penyakit.

Bunga Delima

8

Bunga Cempaka

Keagungan

Bunga Cempaka

Sumber : Doni Swadarma , Yunus Aryanto, Buku Rumah Etnik Betawi 2013

Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dalam buku

Kajian Pengembangan Ornamen Betawi menyatakan bahwa secara umum ragam hias

yang terdapat pada rumah tradisional Betawi bersifat sederhana, namun demikian

kandungan makna di dalamnya cukup mandalam, dan menjadi dasar filosofi hidup

bagi penggunanya. Pemaknaan terhadap ragam hias tersebut tidak memiliki dasar

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

10

tertulis yang cukup kuat, namun demikian hal ini identik seperti berlakunya norma

etika di masyarakat Betawi. Sehingga walaupun terdapat beberapa pandangan yang

berbeda terhadapa arti atau makana ragam hias antar-narasumber, tetapi kandungan

intinya hampir sama. Hampir semua ragam hias yang digunakan merupakan panduan

untuk menjalankan kehidupan dan berpikir secara positif, sehingga dapat ditarik

suatu benang merah bahwa ragam hias adalah pencerminan kehidupan.

Ragam hias Betawi adalah bagian dari pengembangan seni dan budaya

Betawi. Untuk menjaga dan melestarikan ragam hias tersebut tentunya bisa

dilaksanakan dengan banyak cara. Namun yang terpenting adalah bagaimana

mengenalkan ragam hias tersebut ke masyarakat umum serta tata cara penggunaan

serta pemanfaatannya.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dalam buku Kajian

Pengembangan Ornamen Betawi juga menyatakan bahwa seiring dengan

perkembangan teknologi membangun dan adanya tuntutan desain, maka diperlukan

langkah-langkah kreatif dalam pemanfaatan dan pengembangan ragam hias Betawi.

Dalam penerapan dan penggunaan ragam hias Betawi terhadap bangunan non-

tradisional diperlukan suatu adaptasi bentuk, rupa dan perletakkan, dalam hal

pengolahan bentuk dan rupa dapat dilakukan pengolahan hanya secara geometri agar

pengunaan ragam hias tersebut tidak terlalu kaku dan tidak menunjukkan kesan

dipaksakan serta fleksibel terhadap perubahan jaman. Olah bentuk, rupa dan

perletakkan tersebut tentunya tidak bermaksud untuk menghilangkan makna dari

ragam hias yang diwakilinya. Tetapi, mengarah ke usaha agar ragam hias tersebut

dapat diterima oleh masyarakat awam, sehingga pengenalan dalam penggunaan

ragam hias tersebut menjadi lebih luas.

Gambar 2. Contoh Olah Bentuk pada Ragam Hias Gigi Balang pada Listplang

Sumber : Dinas Pariwisata & Kebudayaan DKI Jakarta, Kajian Pengembangan Ornamen Betawi.

Pada gambar 2 dapat dilihat hasil oleh bentuk dari ragam hias gigi balang

pada lisplang, gambar sebelah kiri merupakan bentuk asli, sedangkan gambar sebelah

kanan merupakan hasil olah bentuk secara geometri. Hasil transformasi yang terjadi

pada geometri ini menghasilkan bentuk baru tanpa menghilangkan makna lamanya,

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

11

karena dapat dilihat bahwa bentuk hasil transformasi merupkan bentuk yang lebih

modern atau lebih sederhana dibanding bentuk aslinya dengan mempertahankan

unsur-unsur pembentuk aslinya. Perubahan juga terjadi pada penggunaan jenis

material pada gambar kanan yang merupakan hasil transformasi bentuk lama yang

menggunakan material kayu menjadi gypsum. Hal ini tidak menghilangkan esensi

dari makna simbol gigi balang yang terdapat pada bentuk lama.

2.4 Teori Fraktal – Kurva yang Menyerupai Diri Sendiri

Di dalam matematika, fraktal merupakan sebuah kelas bentuk geometri

kompleks yang umumnya mempunyai "dimensi pecahan", sebuah konsep yang

pertama kali diperkenalkan oleh matematikawan Felix Hausdorff pada tahun 1918.

Sering bentuk-bentuk fraktal bersifat menyerupai diri sendiri (self-similar) – artinya

setiap bagian kecil dalam sebuah fraktal dapat dipandang sebagai replikasi skala

kecil dari bentuk keseluruhan. Fraktal berbeda dengan gambar-gambar klasik

sederhana atau geometri Euclid – seperti bujur sangkar, lingkaran, bola, dan

sebagainya. Fraktal dapat digunakan untuk menjelaskan banyak obyek yang

bentuknya tak beraturan atau fenomena alam yang secara spasial tak seragam, seperti

bentuk pantai atau lereng gunung. Istilah fraktal (fractal) berasal dari kata Latin

fractus (berarti "terpenggal" atau "patah"), dan diperkenalkan oleh matematikawan

kelahiran Polandia Benoit B. Mandelbrot.

Gambar 3. Kurva Bongkahan Salju Koch

Sumber : http://staff.uny.ac.id/, diakses pada 02/05/15 10.47 PM.

Gambar 4. Proses Terbentuknya Kurva Bongkahan Salju Koch Sumber : http://yupazq.blogspot.com/, diakses pada 03/05/15 7.13 PM.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

12

Gambar 5. Proses Terbentuknya Kurva Bongkahan Salju Koch

Sumber : http://memenazmi.blog.upi.edu/, diakses pada 05/04/15 10.34 AM.

Kurva bongkahan salju Koch sebuah fraktal snowflake Koch dibentuk dengan

membuat penambahan secara terus menerus bentuk yang sama pada sebuah segitiga

sama sisi. Penambahan dilakukan dengan membagi sisi-sisi segitiga menjadi tiga

sama panjang dan membuat segitiga sama sisi baru pada tengah-tengah setiap sisi

(luar). Jadi, setiap frame menunjukkan lebih banyak kompleksitas, namun setiap

segitiga baru dalam bentuk tersebut terlihat persis seperti bentuk semula. Refleksi

bentuk yang lebih besar pada bentuk-bentuk yang lebih kecil merupakan

karakteristik semua fraktal. Secara teoritis proses tersebut akan menghasilkan sebuah

gambar yang luasnya berhingga namun dengan batas yang panjangnya tak berhingga,

yang terdiri atas tak berhingga titik. Dalam istilah matematika, kurva demikian tidak

dapat diturunkan (dideferensialkan). Pada setiap tahap pembentukan, panjang sisi-

sisinya bertambah dengan rasio 4 banding 3. Ahli matematika Benoit Mandelbrot

telah menggeneralisasi istilah dimensi, disimbolkan dengan D, untuk menyatakan

pangkat pada bilangan 3 yang menghasilkan 4, yakni 3D = 4. Dimensi fraktal

snowflake Koch, dengan demikian, adalah log 4/log 3 atau mendekati 1,26.

Informasi-informasi dari fraktal koch snow flake yang diperoleh dari iterasi 0

sampai 3 dapat dikumpulkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Fraktal Koch Snow Flake yang Diperoleh dari Iterasi 0 Sampai 3

Sumber : http://memenazmi.blog.upi.edu/, diakses pada 05/04/15 10.34 AM.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

13

Informasi-informasi dari gambar fraktal lainnya seperti mendelbrot,

sierpinski sama sisi, sierpinski sembarangan, anti koch snow flake dan sebagainya

juga bisa disusun seperti pada tabel informasi koch snow flake. Dengan tujuan untuk

memudahkan kita dalam mencari informasi mengenai banyaknya segmen, banyaknya

bangun serupa yang terbentuk, banyaknya bangun tiap iterasi, keliling tiap iterasi

atau keliling gabungan iterasi, luas tiap iterasi atau atau luas gabungan semua iterasi

dan lain sebagainya (Tabel 3).

Banyak fraktal memiliki sifat menyerupai dirinya, paling tidak hampir, jika

tidak persis. Sebuah obyek yang menyerupai dirinya adalah suatu objek yang

memiliki bagian-bagian pembentuk yang sama dengan bentuk keseluruhan.

Pengulangan detil atau pola ini terjadi pada skala yang lebih kecil secara progresif,

dan untuk kasus entitas abstrak murni, kontinyu secara terus-menerus, sehingga

setiap bagian dari setiap komponen jika diperbesar akan tampak seperti bagian tetap

dari keseluruhan obyek. Akibatnya, obyek-obyek yang serupa dirinya tetap tidak

berubah bentuk sekalipun skalanya diubah, yakni obyek tersebut memiliki skala

simetris. Fenomena fraktal sering dapat dideteksi pada objek-objek seperti

bongkahan-bongkahan salju (snowflake) dan kulit pohon. Semua fraktal alam jenis

ini, dan juga beberapa fraktal serupa dirinya dalam matematika bersifat stokastik,

atau acak; bentuk-bentuk tersebut berkembang secara statistiks. Karakteristik kunci

lain sebuah fraktal adalah sebuah parameter matematika yang disebut dimensi

fraktal. Tidak seperti dimensi dalam geometri Euclid, dimensi fraktal pada umumnya

dinyatakan dengan bilangan bukan bulat – yakni berupa bilangan pecahan. Dimensi

fraktal dapat digambarkan dengan melihat sebuah contoh khususmisalnya kurva

bongkahan salju yang didefinisikan oleh Helge von Koch pada 1904. Contoh fraktal

ini merupakan gambar matematika secara murni dengan enam simetri lipat, seperti

kepingan salju alami. Fraktal ini bersifat menyerupai dirinya, dalam arti bahwa

bentuk ini terdiri atas tiga bagian identik, masing-masing pada gilirannya tersusun

dari empat bagian dan secara persis merupakan bentuk secara keseluruhan dalam

skala kecil. Jadi setiap bagian dari empat bagian itu sendiri terdiri atas empat bagian

yang juga merupakan bentuk keseluruhan dalam skala kecil. Tidaklah mengherankan

apabila faktor skalanya empat, karena sifat demikian benar untuk sebuah segmen

garis atau busur lingkaran. Akan tetapi, untuk kurva bongkahan salju, faktor skala

pada setiap tahap adalah tiga. Dimensi fraktal, dinyatakan dengan huruf D, adalah

pangkat untuk bilangan 3 sehingga menghasilkan 4, yakni 3 D = 4. Dimensi dari

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

14

fraktal bongkahan salju adalah D = log 4/log 3, atau sekitar 1,26 (satu koma dua

enam). Dimensi fraktal merupakan sebuah sifat kunci dan sebagai indikator

kekomplekannya. Geometri fraktal dengan konsep-konsep serupa diri sendiri dan

dimensi pecahan telah diterapkan secara meluas di dalam mekanika statistika yang

membahas sistem-sistem fisik yang memiliki sifat-sifat yang kelihatan acak. Sebagai

contoh, simulasi fraktal telah digunakan untuk menggambar distribusi gugusan

galaksi di seluruh alam semesta dan untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan

dengan gerak tak beraturan fluida. Geometri fraktal juga telah memberikan

sumbangan pada grafik komputer. Algoritma fraktal telah memungkinkan pembuatan

gambar hidup dengan komputer dari obyek-obyek alam yang sangat tak beraturan

dan rumit, seperti lereng pegunungan berbatu dan sistem lapisan kulit pohon yang

rumit. Titik balik kajian tentang fraktal dimulai dengan penemuan geometri fraktal

oleh ahli matematika Perancis kelahiran Polandia Benoit B. Mandelbrot pada tahun

1970. Mandelbrot menggunakan definisi dimensi yang lebih bastrak daripada yang

digunakan dalam geometri Euclid (geometri biasa yang diajarkan di sekolah), dengan

menyatakan bahwa dimensi sebuah fraktal harus digunakan sebagai pangkat pada

saat mengukurnya. Hasilnya adalah bahwa sebuah fraktal tidak mungkin

diperlakukan seperti benda-benda geometris lain yang berdimensi satu, dua, atau

bilangan-bilangan bulat lain. Akan tetapi, fraktal harus diperlakukan secara

matematis sebagai bentuk-bentuk geometris yang berdimensi pecahan. Sebagai

contoh, kurva fraktal snow flake Koch memiliki dimensi 1.2618. Geometri fraktal

bukanlah sekedar sebuah teori abstrak. Sebuah garis pantai, jika diukur sampai

ketidakberaturannya akan cenderung memiliki panjang tak berhingga seperti halnya

kurva kepingan salju. Mandelbrot sudah menduga bahwa pegunungan, awan,

pertumbuhan agrigasi, gugusan galaksi, dan fenomena-fenomena alam lainnya pada

hakekatnya merupakan fraktal. Selanjutnya, keindahan fraktal telah membuatnya

merupakan sebuah elemen kunci dalam perkembangan grafik komputer.

Contoh lain dari fraktal kurva yang menyerupai diri sendiri adalah Daun

Fraktal. Analisis daun fraktal adalh contoh dari self-similar set, yakni memiliki

kemiripan dengan dirinya sendiri dalam skala yang berbeda. Daun fraktal yang

dikenal umum adalah Barnsley Fern, yang dinamakan dengan nama penemunya,

seorang matematikawan Inggris bernama Michael Barnsley yang mendeskripsikan

daun yang mirip dengan Asplenium Adiantum-Nigrum pada bukunya Fractals

Everywhere. Konsep pembuatan daun fraktal dimulai dengan membuat sebuah

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

15

batang, lalu ditransformasikan menggunakan Affine Transformation, transformasi

yang menggeser sebuah objek, titik, garis dan bidang, tanpa menghilangkan tampilan

dari kondisi objek setelah pergeseran harus tersambung dengan sebuah titik di objek

semula. Proses ini dilakukan berulang-ulang hingga terbentuk sebuah pola fraktal

yang terlihat seperti daun pakis.

Gambar 6. Fraktal Daun Asplenium Adiantum-Nigrum

Sumber : http://ichrans.blogdetik.com/, diakses pada 05/04/15 12.51 AM.

Fraktal segitiga sama sisi Sierpinski juga merupakan salah satu contoh dari

fraktal kurva yang menyerupai diri sendiri. Yang menjadi generatornya adalah

segitiga sama sisi yang menghadap ke atas kemudian didalam segitiga sama sisi

tersebut digambar lagi segitiga sama sisi yang menghadap ke bawah yang masing-

masing titik sudutnya menyinggung masing-masing sisi segitiga sama sisi yang

menghadap ke atas. Lalu dilakukan proses iterasi menggunakan pola dari generator

tersebut, sampai iterasi yang diinginkan (Gambar 7).

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

16

Gambar 7. Fraktal Segitiga Sama Sisi Sierpinski Sumber : http://memenazmi.blog.upi.edu/, diakses pada 05/04/15 10.34 AM.

2.5 Resort Hotel

2.5.1 Definisi Resort Hotel

Pengertian resort hotel dijelaskan dalam Architect’s Data, bahwa resort hotel

merupakan hotel yang umumnya berlokasi di daerah pantai, pengunungan, tepi

danau, atau lokasi-lokasi menarik lainnya dan didesain untuk melayani paket-paket

liburan dimana diaransir memenuhi kebutuhan besar terutama pada akhir minggu dan

musim-musim liburan (Vincent Jones, dkk, 1980, hal. 208).

Dalam SK No. 241/H70 Menteri Perhubungan Republik Indonesia dijelaskan

bahwa resort hotel adalah hotel yang biasanya berlokasi di pegunungan, tepi danau

dan pantai atau daerah tempat berlibur atau rekreasi yang memberikan fasilitas

penginapan kepada orang-orang yang datang bersama keluarga untuk jangka waktu

relatif lama.

Definisi menurut sumber lainnya, resort hotel merupakan hotel yang hadir

dari adanya keinginan akan sebuah perjalanan yang memberikan pengalaman yang

tak terlupakan dari para wisatawan. Pengunjung dimanjakan dengan sebuah

pengalaman akan tempat yang mengangkat budaya setempat sebagai pusat perhatian

utama (John. C. Hill, dkk, 2001, hal.63).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka disimpulkan bahwa resort hotel

merupakan suatu jenis hotel yang bersifat rekreatif, yang memilih lokasi dengan

keindahan alam yang menarik dan didesain dengan fasilitas-fasilitas pendukung

sebagai daya tarik utama bagi pasarannya yang bertujuan untuk menciptakan suasana

liburan yang tak terlupakan serta mengangkat budaya setempat sebagai pusat

perhatian utama.

2.5.2 Program Ruang Resort Hotel

Secara umum, setiap jenis hotel memiliki standarisasi pembagian program

ruang yang sama dalam program perencanaan desain. John. C. Hill, dkk, 2001 dalam

bukunya Hospitality Facilities merangkumkan pembagian program ruang resort

hotel secara umum menjadi empat kategori sebagai berikut :

1. Guest room dan area pendukungnya. Setiap guest room didukung oleh area

sirkulasi, area servis dan area utilitas.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

17

2. Public space. Public space pada resort hotel melingkupi area guest arrival and

registration, area circulation to guest room, area lobby lounge, area food and

beverages dan area function and meeting.

3. Back to the house space. Fasilitas pada back to house space tergantung pada

selera pengelola yang pada umumnya area ini meliputi area kerja dari pengelola,

seperti kantor pengelola, baik front office maupun back office.

4. Covered nonconditionaed areas. Area ini meliputi fasilitas-fasilitas bagi para

tamu seperti balkon, porte cocheres, kolam renang, lapangan olahraga dan lain

sebagainya.

2.5.3 Kebutuhan Ruang Resort Hotel

Kebutuhan ruang resort hotel berbintang lima menurut kelompok kegiatan

(Dawid Yuliadi, Op Cit., hal 23-25) adalah sebagai berikut :

1. Kelompok kegiatan umum : front office, telepon publik, lounge, lavatory dan

parking area.

2. Kelompok kegiatan makan dan minum : restoran, bar, coffee shop, dapur utama

dan dapur tambahan.

3. Kelompok kegiatan hiburan dan rekreasi : kolam renang beserta penunjangnya,

ruang billiard, fitness center, lapangan tennis, taman bermain anak dan sauna.

4. Kelompok kegiatan tamu yang menginap : ruang tidur dengan tipe standar (

single bed dan double bed) dan suite room; lobby; rental room dan kamar mandi

atau WC.

5. Kelompok kegiatan tamu yang tidak menginap : ruang serbaguna, restoran, coffee

shop, bar, lapangan tennis, ruang rapat, ruang pertemuan, kolam renang beserta

penunjangnya dan fitness center.

6. Kelompok kegiatan pengelola : ruang manager dan sekretaris; food and beverage

service; ruang security, ruang rapat dan ruang arsip; ruang akuntan dan

personalia serta lavatory.

7. Kelompok kegiatan pelayanan : housekeeping; linen room; ruang laundry; ruang

karyawan, ruang istirahat, ruang ibadah dan lockers; dapur umum yang

dilengkapi dengan gudang basah dan gudang kering; gudang furniture dan

workshop; boy station room; ruang loading dan unloading; poliklinik;

engineering office; maintenance; ruang kontrol; service room; ruang penerima

barang; ruang mechanical dan electrical serta fuel storage.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

18

2.5.4 Standar Minimum Resort Hotel Bintang 5 Menurut World Tourism

Organization (WTO).

Tabel 4. Standar Minimum Resort Hotel Bintang 5 Menurut WTO No Kebutuhan Hotel WTO Minimum Hotel Standart

A Kebutuhan Fisik

1 Ukuran Minimum 10 bedrooms

2 Entrance Hotel harus mempunyai entrance keluar dan ke dalam

secara seimbang dan terpisah dari service entrance.

3 Tangga Tangga service terpisah

4 Konstruksi Arsitektur, desain, furniture dan dekorasi harus

mencerminkan gaya lokal dengan tingkat kecanggihan

yang tinggi dengan kategori:

Furnitur, pemasangan dan

kebutuhan

Biaya konstruksi yang tinggi, pemasangan, peralatan dan

furnitur. Dekorasi secara khusus/ individual.

5 Emergency power supply Stand by generator penyedia energi untuk penerangan,

lift, pengolahan air, cooking dan pendinginan dan

pemanasan.

6 Pemanasan dan pendinginan • Pengaturan AC secara individual di setiap kamar.

• Peralatan berkualitas tinggi dengan noise emition

sangat rendah.

7 Lift (s) tersedia sesuai kapasitas

ruangan.

Bila lebih dari satu lantai dari yang dibutuhkan.

8 Service lift Terpisah dari lift tamu.

9 Komunikasi dalam ruang • Telepon sambungan langsung untuk panggilan

nasional dan internasional.

• Telepon di kamar mandi.

10 Telepon publik Stan kedap suara di lobi dengan koneksi nasional dan

internasional.

B Bedrooms

1 Ukuran kamar Memadai untuk pergerakan yang bebas, kenyamanan dan

keamanan. Luas minimum dalam meter persegi (tidak

termasuk kamar mandi dan lobi).

a Single 13 m2

b Double 16 m2

c Triple 19 m2

2 Suites Independent suites dari berbagai jenis dan

menghubungkan kamar.

3 Ukuran minimum Single bed 2000mm x 800mm

4 Linen / handuk • Penggantian handuk setiap harinya untuk masing-

masing penghuni baru. Penggantian sprei setiap

harinya.

5 Pembersihan ruangan 24 jam tambahan membersihkan kamar.

6 Storage Lemari atau lemari pakaian dengan gantungan ditambah

rak atau laci. Peningkatan fasilitas:

a Tempat duduk Minimal satu kursi per orang.

b Meja Meja tulis / meja rias dengan laci.

7 Pencahayaan • Cahaya alami melalui jendela di siang hari.

• Cahaya buatan pada malam hari cukup untuk

membaca.

• Lampu ceiling dengan switch di pintu masuk dan

samping tempat tidur.

• Satu lampu samping tempat tidur per orang; lampu

baca di meja kursi / menulis.

8 Floor covering Karpet dinding ke dinding atau lantai dan penutup lantai

dengan kualitas tinggi.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

19

9 In-room entertaiment • Radio / system musik yang dikontrol oleh tamu.

• TV warna dengan saluran video.

No Kebutuhan Hotel WTO Minimum Hotel Standart

10 Fasilitas ruang lainnya. • Jendela tertutup untuk memberikan privasi dan

belum termasuk cahaya: perabot dengan kualitas

tinggi.

• Keranjang limbah.

• Asbak (jika tidak non-smooking).

• Setidaknya satu waterglass per orang.

• Informasi tertulis mengenai pelayanan hotel dan

prosedur yang diberikan dalam satu atau dua bahasa.

• Don’t disturb sign.

• Instruksi keselamatan kebakaran: peraturan daerah

mungkin memerlukan tampilan tarif.

• Rak bagasi.

• Cermin selain di kamar mandi atau di wastafel :

ditambah panjang penuh cermin.

• Stationery.

• Mini fridge/ mini bar.

11 Soundproofing Soundproofing dengan kualitas yang tinggi.

12 Pintu Dikunci dengan kunci secara individu atau orang lain.

Mudah terindentifikasi dari luar. Pengait keamanan

internal.

C Bathroom

1 Ketersediaan • Wash-basin dengan cermin, lampu, rak, handuk,

sabun dan soket listrik ditandai dengan tegangan.

• + Setidaknya 25% dari kamar dengan kamar mandi

pribadi. Semua kamar memiliki kamar mandi

pribadi.

• Kamar mandi yang luas.

• Toilet terpisah.

2 Ukuran Memadai untuk pergerakan yang bebas, nyaman dan

aman.

3 Standar fasilitas • Alam atau diinduksi ventilasi yang menyediakan

setidaknya 3 perubahan udara / jam.

• Air mengalir dalam keadaan panas dan dingin. Kode

warna. Termostatik dikendalikan: air minum dingin.

Wash-basin dengan cermin, cahaya, rak, handuk,

sabun dan soket listrik ditandai dengan tegangan.

Lemari air dengan tisu toilet. Shower cabinet atau

mandi dengan pancuran dan tirai atau layar.

• Mandi dengan pancuran minimum 1600mm

panjang. Terpisah bilik mandi.

• Minimal satu tangan dan satu handuk per tamu: bath

mats, sampoo dan perlengkapan mandi lain yang

disediakan, kabinet untuk barang pribadi, pengering

rambut, telepon.

D Area Publik

1 Toilet publik Pisahkan untuk setiap jenis kelamin. Biasanya masing-

masing harus memiliki minimal dua water closet dengan

tisu toilet, wastafel dengan air panas dan dingin, cermin,

sabun, handuk atau pengering tangan dan tempat

sampah. Bilik terpisah untuk disable equipped

dilengkapi dengan peralatan yang tepat, sesuai terletak

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

20

dekat area publik dengan interior tertutup dari

pandangan. Ventilasi dengan setidaknya 3 perubahan

udara / jam.

2 Koridor • Penerangan yang menyala selama 24 jam sehari

dengan cahaya alami dan / atau buatan. Berventilasi

memadai. Bebas dari hambatan atau bahaya. Sesuai

dengan signposted darurat yang jelas terlihat.

No Kebutuhan Hotel WTO Minimum Hotel Standart

• Karpet, dinding ke dinding karpet atau special floor

finishes.

3 Receptionist area • Tempat duduk dan furnitur yang tepat sepadan

dengan kapasitas kamar.

• Coffee and/ or writing tables. Karpet, dinding ke

dinding karpet atau or special floor finishes.

Tanaman. Music system / PA.

4 Parking area Parkir atau garasi eksklusif untuk mengakomodasi

semua tamu hotel dan pengunjung dengan keamanan 24

jam.

5 Green area Area hijau untuk tamu digunakan seperti teras dengan

tanaman, taman atap, teras atau adjoining gardens.

E Makanan dan Minuman, Hiburan dan Fasilitas Rekreasi

1 Lounge Choice of (lounge (s) or sitting room (s) as before with

24 hour lounge service.

2 Breakfast Restoran disediakan dalam hotel di kapasitas tempat

duduk yang memadai untuk sarapan dan makanan

lainnya. (7.00 am to 11 am).

3 Room service Pilihan fasilitas katering dapat diberikan: makanan

lengkap 24 jam dan layanan minuman.

4 Restaurant • Restoran utama atau pilihan restoran yang

menyajikan berbagai makanan.

• Private dining or function room available.

• Jumlah tempat duduk tidak kurang dari kapasitas

kamar tidur pada hotel.

• Standar tertinggi pada masakan dan layanan.

5 Bar Separate bar (s) and cocktail lounge.

6 Conference facilities Ruang pertemuan dan konferensi dengan fasilitas

konferensi yang sesuai.

7 Ruang penitipan pakaian Cloarkroom dan toilet dekat ruang publik.

8 Entertaiment Musik dan public address system Night Club, daerah

menari atau diskotek yang tersedia di hotel atau dekat

dengan hotel.

9 Rekreasi Sauna, gymnasium/ health club, swimming pool/ jetpool.

10 Ruang penata rambut Ruang penata rambut / beauty studio.

F Services

1 Reception services • Layanan penerimaan permanen.

• 24 jam check-in.

• Hall porters, luggage handling and doorman.

2 Layanan medis Medis / ruang pertolongan pertama gawat darurat.

3 Layanan kasir Safety deposite : credit card accepted, currency

exchange service, 24 hours currency exchange service.

4 Laundry services Express laundry termasuk mencuci, menyetrika and dry

cleaning.

5 Layanan portal Layanan untuk pengiriman surat dan pengiriman dan

penjualan prangko dan alat tulis: Pengiriman dan

penerimaan, telex dan telefax.

6 Tourist and travel service • Agen perjalanan / wisata layanan) wisata informasi,

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

21

kunjungan, guiding, asuransi, dll).

• Tiket dan layanan pemesanan untuk transportasi, hotel,

hiburan dan acara-acara kebudayaan.

• Taksi dan penyewaan layanan mobil. Hotel kendaraan

gratis jika lokasi terisolasi.

7 Retail services • Penjualan koran, buku, kartu pos, tembakau dan

perlengkapan fotografi.

• Penjualan kosmetik, souvenir dan bunga.

No Kebutuhan Hotel WTO Minimum Hotel Standart

8 Layanan bahasa Pengetahuan yang baik tentang dua Bahasa inti yang

diakui secara internasional dengan posisi manajemen dan

pengetahuan yang sangat baik dari tiga bahasa tersebut

yang dilakukan oleh staff yang dikontrak oleh pelanggan.

9 Kondisi • Bangunan, grounds, peralatan, perlengkapan dan

furnitur dipelihara dalam kondisi bersih, aman dan

sehat, dalam keadaan baik dan bebas dari cacat yang

dapat mengganggu penggunaan:

• Publik dan area tamu dibersihkan setidaknya setiap

hari, dijaga agar dekoratif yang baik dan dilengkapi

dengan perabotan untuk pembersihan dalam kondisi

yang baik. Attention given to defects with minimum

of delay, sangat bersih dan agar dekoratif yang

sangat baik dan kondisi. Respon yang cepat terhadap

setiap masalah yang membutuhkan perhatian.

• Kepatuhan penuh dengan standar hukum dan

perizinan dalam hal api, yang termasuk dalam

evakuasi diti dan keamanan lainnya tindakan

pencegahan, kebersihan, kondisi tempat kerja dan

tempat tinggal, asuransi hotel dan persyaratan lain

yang ditetapkan

Sumber : World Tourism Organization

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat berbagai ketentuan dalam standar minimum

resort hotel bintang lima menurut World Tourism Organization, hal ini berguna

dalam perancangan resort hotel secara eksterior maupun interior.

2.6 State of The Art

Pedoman awal dalam meneliti menggunakan beberapa jurnal yang telah

diterbitkan yang berhubungan langsung dengan permasalahan yang dihadapi.

1. Jurnal 1

Jurnal : Jurnal Sains Dan Seni POMITS

Judul : Desain Interior Resort Hotel Kusuma Berkonsep Neo-Vernakular Budaya

Jawa Dengan Nuansa Kerajaan Majapahit dan Pedesaan

Nama Penulis : Fathur Romadhon, Aria Weny Anggraita, ST, M.MT.

Vol. 2, 2013, No. 1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print).

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

22

Webiste Sumber : http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29575-3409100102-

Paper.pdf.

Tanggal Akses Website : 12 Februari 2015, Pukul, 12.29 AM.

Peningkatan pariwisata di kawasan terpadu Kusuma Agrowisata agar dapat

berkembang dan bersaing dengan lokasi-lokasi pariwisata lainnya. Resort Hotel

Kusuma telah memiliki konsep desain interior-nya tersendiri. Sehingga Konsep

Neo-Vernacular ini hanya sebagai alternative desain. Metode Penelitian

(Approach Research terdiri atas 2 yaitu Diagnostic dan Theoritical; Design

Research yaitu Survey serta Setting Research yaitu Natural). Penerapan Konsep

Neo-Vernacular budaya Jawa, cerminan kerajaan Majapahit pada desain interior

Resort Hotel Kusuma. Konsep Desain. Konsep Bentuk : penyederhanaan dan

pengembangan bentuk dari candi-candi peninggalan kerajaan Majapahit; Konsep

Material; Konsep Lantai. Kesimpulan, desain Interior Resort Hotel Kusuma

Berkonsep Neo-Vernacular Budaya Jawa dengan Nuansa Kerajaan Majapahit

dan Pedesaan adalah sebuah alternative desain interior yang dibuat sebagai

masukan dan saran pada resort hotel Kusuma. Konsep Neo-Vernacular dipilih

untuk mengkombinasikan gaya tradisional dengan gaya modern.

2. Jurnal 2

Jurnal : Jurnal Sabua

Judul : Arsitektur “Modern” (Neo) Vernacular di Indonesia

Nama Penulis : Deddy Erdiono

Vo. 3, Novermber, 2011 No. 3 : 32-39, ISSN 2085-7020.

Website Sumber : https://www.scribd.com/doc/83335633/ARSITEKTUR-

MODERN-NEO-VERNACULAR-di-INDONESIA

Tanggal Akses Website : Tanggal 28 Maret 2015, Pukul 12.33 AM

Pembangunan gedung-gedung modern vernacular di Indonesia seolah

kehilangan roh, wujud fisik tanpa nilai-nilai, tanpa pemahaman makna. Hal ini

ditandai dengan hilangnya makna simbolis, tradisi arsitektur Vernacular, model

bangunan dan punahnya peran penting kultur masyarakat dalam kehidupan sosial

budaya. Bagaimana menciptakan bangunan modern yang tetap mempertahankan

nilai-nilai tradisi, dimana dalam eksplorasinya terdapat empat model pendekatan.

Metode Penelitian, mengumpulkan data-data yang berkaitan berupa empat

pendekatan eksplorasi arsitektur Neo-Vernacular, kemudian pendekatan tersebut

diuraikan secara detail dengan deskripsi dan gambar sehingga menghasilkan

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

23

suatu kesimpulan penelitian. (Deskriptif). 4 pendekatan yang diperharikan dalam

mengeksplorasi arsitektur Neo-Vernacular yang terkait dengan bentuk dan

makna dalam merancang menjadi modern bangunan tradisional dalam konteks

ke-kini-an.

Akulturasi budaya dan kecenderungan perubahan bentuk (Bentuk dan makna

tetap; bentuk tetap dengan makna baru; bentuk baru dengan makna tetap serta

bentuk dan maknanya baru atau berubah).

Dapat disimpulkan bahwa upaya mengangkat tradisi arsitektur Vernacular dalam

konteks ke-kini-an dengan menghadirkan tampilan-tampilan yang berpijak pada

nilai-nilai kehidupan masyarakat tradisional itu sendiri.

3. Jurnal 3

Jurnal :

Judul : Sanggar Pengembangan Budaya Suku Ayamaru, Aitinyo dan Aifat di

Sorong “Arsitektur Neo Vernacular”.

Nama Penulis : Weldus Nauw dan Joseph Rengkung.

Vo. 2, December, 2012, No. 1

Email :

Website Sumber :

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/daseng/article/view/3568/pdf.

Tanggal Akses Website : Tanggal 28 Maret 2015, Pukul 1.17 AM

Melemahnya ketahanan budaya masyarakat , yang disebabkan antara lain

oleh merosotnya penghayatan masyarkat terhadap nilai–nilai budaya yang

seharusnya menjadi perilaku dalam kehidupan sosial dan juga menghilang

budaya kita dengan hadir seni dan budaya asing sehingga itu sangat berbahaya

bagi generasi-generasi muda atau generasi-generasi yang mendatang. Faktor

kekurangan fasilitas penunjang merupakan masalah utama dalam pelaksana

sanggar pengembagan budaya, belum terdapat suatu wadah yang dapat

Mengembangkan potensi dan bakat seni dan budaya dari masyarakat kota sorong

khusus suku Ayamaru, Aifat dan Ait inyo (A3). Menentukan aspek-aspek

pendekatan yang akan digunakan; mengumpulkan berbagai data yang akan

mempengaruhi persepsi pendekatan arsitektur melalui wawancara terstruktur,

observasi, studi literature yang akan menghasilkan suatu konsep perancangan

yang baik. (Observasi langsung (studi banding) dan wawancara). Kajian

perancangan, konsep-konsep hasil perancangan dan hasil rancangan. Kajian :

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

24

deskripsi objek; lokasi dan tapak; kajian tema; analisa perancangan; analisa

tapak. konsep-konsep hasil perancangan dan hasil rancangan. Dapat disimpulkan

bahwa objek rancangan ini dengan tema Arsitektur Neo-Vernacular sengaja

dipakai untuk dapat melestarikan bentuk asli dari rumah adat suku yang telah

mengalami masa tranformasi ke bentuk modern dengan ciri-ciri : Bentuk-bentuk

menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan

dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).

Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga

elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu

pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan

Vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

4. Jurnal 4

Jurnal : Canopy: Journal Of Architecture.

Judul : Pusat Seni Tari Jawa Di Semarang Dengan Pendekatan Arsitektur Neo-

Vernacular.

Nama Penulis : F. Indah Puspitasari Larasati.

Canopy 2 (1) (2013) ISSN 2252-679X Volume : Canopy 2 (1) (2013)

Website Sumber : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/Canopy.

Tanggal Akses Website : 28 Maret 2015, Pukul 2.24 AM

Menciptakan Disain Arsitektur dengan penekanan Neo-Vernacular pada

Pusat Seni Tari Jawa ini dilandasi pemikiran untuk melestarikan unsur-unsur

budaya lokal yang secara empiris dibentuk oleh tradisi turun temurun hingga

bentuk dan sistemnya. Bagaimana melestarikan budaya setempat melalui desain

arsitektur Neo-Vernacular pada pusat seni tari Jawa di Semarang.

Metode Penelitian : Pengumpulan data primer dan data sekunder. Metode

deskriptif analisis yaitu suatu metode atau cara dalam penelitian yang berusaha

mendeskripsikan dan menggambarkan serta melukiskan fenomena atau hubungan

antar fenomena yang diteliti dan dianalisis dengan sistematis, faktual dan akurat.

Dengan cara menentukan program ruang, jumlah kapasitas, lokasi, tapak dan

persyaratan teknik bangunan. Kegiatan yang dilakukan pada sebuah Pusat Seni

Tari, Kapasitas dari sebuah Pusat Seni Tari, Lokasi dan tapak dimana pusat seni

tari berada, Masalah teknis bangunan dan Penekan disain. Kegiatan yang

dilakukan pada sebuah Pusat Seni Tari, hal ini untuk mengetahui kebutuhan

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

25

ruang dari sebuah Pusat Seni Tari dan juga besaran ruang yang dibutuhkan. b.

Kapasitas dari sebuah Pusat Seni Tari, untuk menentukan luas ruang yang

dibutuhkan. c. Lokasi dan tapak dimana pusat seni tari berada, untuk menentukan

persyaratan pembobotan dan pemilihan lokasi dan tapak yang sesuai dengan

sebuah Pusat Seni Tari. F.Indah Puspitasari Larasati / Canopy 2 (1) (2013) 3 d.

Masalah teknis bangunan, untuk menentukan persyaratan teknis sebuah Pusat

Seni Tari seperti struktur bangunan dan sistem jaringan utilitas. e. Penekan

disain, untuk menentukan citra bangunan yang ideal dengan sebuah Pusat Seni

Tari yang berlatar kebudayaan dan pendidikan. Pengumpulan data dan Hasil

Prarancangan serta organisasi ruang. Dapat disimpulkan bahwa dalam

perancangan pusat seni tari seperti ini harus memperhatikan budaya setempat,

lokasi, pengguna, kegiatan dalam ruang, kebutuhan ruang dan lain sebagainya.

5. Jurnal 5

Jurnal : Research Journal of Recent Science.

Judul : Developing Neo-Vernacular Building Technologies to Integrate Natural and

Built Environments: A Model Tourist Village in Qeshm Island

Nama Penulis : Javid Ghanbari Chahanjiri, Mahmood Golabchi, Mohammad Reza

Bemanian and Hasanali Pourmand

Nomor : Vol. 3(12), 78 86, ISSN 2277-2502 Vol. 3(12), 78-86, December (2014)

Res.J.Recent Sci.

Website Sumber : http://www.isca.in/rjrs/archive/v3/i12/12.ISCA-RJRS-2013-966.pdf

Tanggal Akses Website: 28 Maret 2015, Pukul 1.36 AM

Proses modernisasi dan globalisasi. Di babak kedua abad ke-20, proses

globalisasi telah mengakibatkan cepat dan perubahan besar dalam struktur ekonomi,

sosial, budaya dan alam habitat geografis lokal dan membawa fungsi internasional,

bentuk dan bahan-bahan untuk semua region. Yang merupakan kebutuhan untuk

mengintegrasikan lingkungan alam dan dibangun oleh arsitektur dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang terutama pada dasar etika lingkungan, yang merupakan salah

satu cabang tindakan yang berkelanjutan, demi bumi yang akhirnya mengarah untuk

kebaikan humanity. Bagaimana menganalisis fitur geo-alam Qeshm Island,

menentukan dan mencari teknologi yang tepat berdasarkan pendekatan komparatif

sehingga memperoleh metode baru agar bangunan Neo-Vernacular dapat diterapkan

pada wilayah permukiman pedesaan dengan demikian menjadi suatu daerah wisata

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

26

yang diminari wisatawan. Metode Penelitian, pengumpulan data yang menjelaskan

hubungan manusia dan alam, dianalisis hingga memperoleh nilai-niai mengenai

ekologi secara detail dan gambaran alam yang berkelanjutkan serta membandingkan

atau menghubungkannya dengan teknologi bangunan yang modern dan Vernacular.

Paradigma Lingkungan dan Hubungan Manusia dan Nature dari Viewpoint

Arsitektur Sudut pandang etis Tingkat Bahan Alam Konsumsi dan Managing Sumber

Daya Manusia di Industri Konstruksi: Nilai Tumpang Tindih di Deep Ecology

Paradigma dan Gambar Alam Keberlanjutan Perbandingan Vernacular Building

Technology dan Teknologi modern Potensi di Daerah untuk Mengembangkan Neo-

Vernacular Arsitektur. Konsep arsitektur Neo-Vernacular. Pendekatan desain

arsitektur; Pemilihan Lokasi dan Analisis; Teknologi Konstruksi Usulan (Untuk Sub-

utara Wilayah Pulau) dan Desain Arsitektur. Kesimpulan, hubungan manusia

26able26le melalui arsitektur harus direvisi demi kedua manusia 26able26le. Satu

arah untuk membuat hubungan yang tepat adalah untuk kembali ke tradisi

Vernacular dan menemukan cara untuk memperbarui tradisi-tradisi konstruksi,

terutama di pinggiran kota atau daerah pedesaan.

Kesimpulan Jurnal Secara Keseluruhan

Berdasarkan analisa lima jurnal yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan

bahwa untuk mewujudkan suatu desain arsitektur Neo-Vernacular memerlukan

beberapa pendekatan dalam upaya eksplorasinya. Mempertimbangkan faktor fisik

dan non-fisik dari suatu nilai-nilai budaya local. Arsitektur Neo-Vernacular harus

mampu memunculkan budaya local sebagai ciri khas yang dipadukan dengan

perkembangan jaman sehingga menghasilkan suatu konsep perancangan yang baik.

2.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka dasar penelitian ini menggunakan definisi operasional pada

dasarnya melekatkan arti pada suatu konsep dengan cara menetapkan kegiatan-

kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk menjelaskan konsep tersebut.

(Gambar 8).

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

27

Gambar 8. Diagram Kerangka Pemikiran

Sumber : Olahan Pribadi 2015

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

28

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Neo-Vernacularlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245...Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

29