bab 2 landaran teori air bersih.pdf

16
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka II.1.1. Air II.1.1.1. Deskripsi air Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan, tersusun oleh air (Suriawiria, 2008). Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut (Chaturvedi dan Bassin, 2011). Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi komponen lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air (Hendrawan, 2005). Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi hidup manusia adalah sumber daya air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari, sehingga hal ini membuat manusia tidak bisa hidup tanpa air. Oleh karena itu, perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk lainnya. Diperkirakan dari tahun ke tahun kebutuhan air akan semakin meningkat, bukan hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah 6

description

bab 2 landasan teori

Transcript of bab 2 landaran teori air bersih.pdf

Page 1: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Tinjauan Pustaka

II.1.1. Air

II.1.1.1. Deskripsi air

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun

makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik

tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih

75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan, tersusun oleh air

(Suriawiria, 2008).

Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas

air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat

tersebut (Chaturvedi dan Bassin, 2011).

Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting

bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar

dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting air akan

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi komponen lainnya. Pemanfaatan air

untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan

bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya

air (Hendrawan, 2005).

Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi hidup manusia

adalah sumber daya air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari,

sehingga hal ini membuat manusia tidak bisa hidup tanpa air. Oleh karena itu,

perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan

manusia serta makhluk lainnya. Diperkirakan dari tahun ke tahun kebutuhan air

akan semakin meningkat, bukan hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah

6

Page 2: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

penduduk akan tetapi disebabkan oleh kebutuhan perkapita yang meningkat sesuai

dengan perkembangan pola hidup manusia (Naibaho, 2008).

Selain bermanfaat bagi manusia, tubuh manusia tersusun dari jutaan sel

dan hampir keseluruhan sel tersebut mengandung senyawa air. Menurut

penelitian, hamper 67% dari berat tubuh manusia terdiri dari air (Khomariyatika

dan Pawenang, 2011).

Manfaat air bagi tubuh manusia adalah membantu proses pencernaan,

proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dan menjaga keseimbangan

suhu tubuh (Shaji et al., 2009).

Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, berbeda untuk tiap tempat dan

tiap tingkat kehidupan. Yang jelas semakin tinggi taraf kehidupan, semakin

meningkat pula jumlah kebutuhannya (Suriawiria, 2008).

Di Indonesia berdasarkan catatan dari Departemen Kesehatan, rata-rata

keperluan air adalah 60 liter per kapitan dengan rincian sebagai berikut ; 30 liter

digunakan untuk mandi, 15 liter untuk mencuci, 5 liter untuk masak, 5 liter untuk

minum dan 5 liter sisanya digunakan untuk keperluan lainnya (Suriawiria, 2008).

Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, tidak bisa

dihindari lagi adanya peningkatan jumlah kebutuhan air, khususnya untuk

keperluan rumah tangga, sehingga berbagai cara dan usaha telah banyak dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan tersebut, antara lain dengan ; mencari sumber-sumber

air baru seperti air tanah, air danau, air sungai dan sebagainya, mengolah dan

menawarkan air laut serta mengolah dan memurnikan kembali air kotor yang

berada disungai, danau, dan sebagainya yang umumnya telah tercemar

(Suriawiria, 2008).

Pada saat ini, air yang merupakan merupakan kebutuhan vital bagi

kelangsungan makhluk hidup banyak tercemar sehingga tidak layak pakai.

Semakin hari jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat sehingga

kebutuhan akan air juga semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya

Page 3: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

pencemaran air, maka ketersediaan air bersih yang layak pakai kian menurun

(Harmayani, 2007).

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, makin meningkat pula

jumlah pemukiman penduduk yang kurang terencana yang dapat mengakibatkan

sistem pembuangan limbah rumah tangga tidak terkoordinasi dengan baik

sehingga limbah tersebut dapat mengakibatkan pencemaran air tanah (Harmayani,

2007).

Jadi saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi

permasalahan kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang

terus meningkat dan juga permasalahan kualitas air untuk keperluan domestik

yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan industri, domestik, dan

kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan

kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya

bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu,

diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama

(Effendi, 2003).

Perairan alami memang merupakan habitan atau tempat yang sangat

mudah terkena pencemaran. Sehingga rumus kimia air ; H2O, merupakan rumus

kimia air yang hanya berlaku untuk air bersih seperti akuades dan sebagainya.

Sedangkan untuk air alami yang berada didalam sungai, kolam, danau, laut dan

sumber-sumber lainnya akan menjadi ; H2O ditambah dengan faktor yang bersifat

biotik dan faktor yang bersifat abiotik (Suriawiria, 2008).

Faktor-faktor biotik yang terdapat dalam air terdiri dari ; bakteri, fungi,

mikroalga, protozoa, virus serta sekumpulan hewan atau tumbuhan air lainnya

yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air mungkin

akan mendatangkan keuntungan tetapi juga akan mendatangkan kerugian

(Widiyanti, 2004).

Air merupakan media sarang dan penularan penyakit berbahaya bagi

manusia. Air kotor merupakan tempat yang nyaman untuk berkembang biak

berbagai bakteri dan virus penyebab penyakit. Bibit penyakit menular yang

Page 4: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

berkembangbiak melalui perantara air salah satunya adalah diare (Carrel et al,

2011).

Berbagai mikroba patogen seringkali ditularkan melalui air yang tercemar

sehingga dapat menimbulkan penyakit pada manusia maupun hewan. Mikroba ini

biasanya terdapat dalam saluran pencernaan dan mencemari air melalui tinja,

selain itu air yang tercemar dapat pula menyebabkan penyakit kulit dan mata.

Mikroba asal tinja yang sering menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air

atau water-borne disease mencakup Salmonella typhi, Shigella spp., Salmonella

paratyphi, dan Vibrio cholera. Disentri yang disebabkan oleh Champylobacter

jejuni dan Escherichia coli dapat pula ditularkan melalui air (Lay, 2001).

Bakteri, virus dan protozoa dapat juga mencemari air melalui tinja

sehingga menimbulkan penyakit. Virus yang dapat mencemari air melalui tinja

adalah virus hepatitis A dan polio (Lay, 2001).

Penyebaran kotoran yang tidak terkontrol dalam lingkungan perairan dapat

menyebar pada lingkungan tanah, dan bahkan terbawa pada bahan makanan untuk

manusia. Lingkungan tercemar oleh bakteri koliform menentukan apakah kualitas

air, tanah, atau bahan makanan layak untuk dikonsumsi atau tidak. Untuk

mengujinya dapat menggunakan suatu test dengan metode jumlah perkiraan

terdekat atau Most Probable Number atau MPN (Novel dkk, 2010).

II.1.1.2. Sumber air

Secara garis besar menurut sumber atau letaknya, air dibagi menjadi dua,

yaitu air tanah dan air permukaan. Air tanah adalah semua jenis air yang terletak

dibawah tanah, dan biasanya membutuhkan cara tertentu untuk menaikkannya ke

permukaan, misalnya dengan membuat sumur atau dengan membuat pompa.

Sedangkan air permukaan meliputi semua sumber air yang terdapat di permukaan

tanah, seperti air sungai, kolam, danau, ataupun air hujan (Purnawijayanti, 2001).

Air tanah biasanya lebih bersih daripada air permukaan namun tidak dapat

dijamin bahwa semua jenis air tanah aman untuk dikonsumsi atau digunakan

dalam pengolahan makanan. Air permukaan karena letaknya relatif terbuka,

Page 5: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

sehingga lebih mudah terkontaminasi atau tercemar, baik secara fisik, kimiawi,

mikrobiologis, maupun radiologis. Biasanya air permukaan memerlukan tindakan

sanitasi spesifik sebelum digunakan sebagai air minum ataupun air untuk

keperluan pengolahan makanan (Purnawijayanti, 2001).

Akibat pencemaran air yang terjadi, timbul berbagai jenis penyakit baik

secara endemik ataupun epidemik berjangkit dan merupakan masalah rutin

dimana-mana. Di Indonesia misalnya, setiap tahun lebih dari 3.500.000 anak-anak

di bawah umur 3 tahun diserang oleh berbagai jenis penyakit perut dengan jumlah

kematian sekitar 105.000 orang. Jumlah tersebut semakin meningkat pada daerah

dengan sanitasi lingkungan yang rendah (Suriawiria, 2008)

II.1.1.3. Syarat air

Air yang dapat digunakan dalam pengolahan makanan minimal harus

memenuhi syarat air yang dapat diminum, antara lain ; bebas dari bakteri

berbahaya serta bebas dari ketidakmurnian kimiawi, bersih dan jernih, tidak

berwarna dan berbau, tidak mengandung bahan tersuspensi atau pembuat keruh,

serta menarik dan menyenangkan untuk diminum (Purnawijayanti, 2001)

II.1.1.4. Kriteria air

Secara khusus air yang diminum harus memenuhi berbagai kriteria, antara

lain kriteria kimiawi dan fisik, kriteria bakteriologis, dan kriteria radiologis

(Purnawijayanti, 2001).

1) Kriteria kimiawi dan fisik

Analis kimiawi pada air yang digunakan dalam pengolahan pangan berguna

untuk mendeteksi kemungkinan terdapatnya bahan-bahan kimia yang bersifat

racun.

2) Kriteria bakteriologis

Kriteria bakteriologis diperlukan untuk mendeteksi kemungkinan terdapatnya

organisme yang merupakan petunjuk adanya pencemaran kotoran atau tinja

dalam air.

Page 6: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

3) Kriteria radiologis

Buckle dkk, 1982, mensyaratkan bahwa radioaktivitas di dalam air minum

harus dijaga sekecil mungkin. Dengan demikian, sisa-sisa radioaktif tidak

boleh ada sama sekali dalam sumber-sumber yang digunakan untuk persediaan

air minum.

II.1.2. Air Sumur

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berharga, tanpa

air tidak mungkin ada kehidupan di muka bumi ini. Salah satu sumber air yang

dapat dimanfaatkan adalah air tanah atau air sumur (Suparmin, 2000)

Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30

meter, umumnya terletak pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga sebagai

air tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak berada di dalam tekanan.

Untuk memenuhi kebutuhan air sumur yang bersih terdapat tiga parameter, yaitu

parameter fisik yang meliputi bau, rasa, warna dan kekeruhan. Parameter kedua

adalah parameter kimia yang meliputi kimia organik dan kimia anorganik yang

mengandung logam, seperti Fe, Cu, Ca dan lain-lain. Parameter ketiga adalah

parameter bakteriologi yang terdiri dari koliform fekal dan koliform total

(Waluyo, 2004).

Sumur gali merupakan salah satu sarana penyediaan air bersih yang perlu

mendapat perhatian, karena mudah sekali mendapatkan pencemaran dan

pengotoran yang berasal dari luar terutama jika konstruksi sumur gali tersebut

tidak memenuhi syarat. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas

air secara fisik dan mikrobiologi, sehingga memerlukan perbaikan konstruksi

maupun lokasi (Prajawati, 2008).

Kualitas bakteriologis sumur gali yang dianjurkan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No.20 tahun 1990 adalah golongan B atau sebagai air baku air minum

harus dijaga agar selalu memenuhi kriteria sebagai air baku air minum. Selain itu,

faktor dari konstruksi sumur dan jarak pencemar dengan sumur gali, serta curah

hujan juga berpengaruh terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali. Kondisi

tersebut menggambarkan bahwa cakupan air bersih yang memiliki konstruksi

Page 7: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

sumur gali sesuai persyaratan dalam format inspeksi sarana sumur gali juga relatif

rendah. Masyarakat mendapatkan air bersih sangat bergantung pada kondisi

sumur gali di daerah tersebut, misalnya bila musim kemarau tiba, debit air sumur

gali menyusut dan sulit diambil (Khomariyatika dan Pawenang, 2011).

Sumur telah lama digunakan sebagai sumber air bagi berbagai kebutuhan

rumah tangga dan industri kecil, menengah dan besar. Penggunaan sumur

merupakan suatu alternatif bagi daerah yang tidak mendapatkan pelayanan atau

tidak terjangkaunya pelayanan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM).

Keterbatasan teknologi, dana dan modal akan membatasi kemungkinan distribusi

yang merata akan air bersih dan sehat bagi penduduk. Oleh karena itu, penduduk

tidak dapat menggantungkan diri pada sistem pengolahan air sehat, dan bersih

seperti PAM untuk memenuhi kebutuhannya (Naibaho, 2008).

Sementara itu, pencemaran sumur dapat terjadi, seperti kembalinya air

buangan kedalam sumur secara langsung atau melalui tempat bocor dari celah-

celah tanah, misalnya dari toilet ke dalam sumur yang letaknya terlalu dekat.

Pencemaran tersebut dapat mengakibatkan wabah, misalnya banyak penyakit

virus yang dapat tertular melalui air, seperti enteritis (Naibaho, 2008).

II.1.2.1. Macam-macam sumur gali

1. Sumur beton merupakan sumur kerekan dengan konstruksi dari batu bata dan

diplester memiliki bawah air tidak mudah masuk secara langsung kedalam

sumur, pencemaran yang terjadi berasal dari septik tank yaitu bila jarak antara

sumur dan septic tank atau bangunannya tidak memenuhi syarat

2. Sumur non beton yaitu hanya menggunakan konstruksi cadas, selain mudah

terkontaminasi oleh bahan bangunan dari segi keselamatan juga kurang baik.

Air yang membawa kotoran dengan leluasa dapat masuk ke dalam sumur,

karena cadas mempunyai kerapatan partikel tanah yang longgar

3. Sumur suntik hanya menggunakan pipa dengan ke dalaman tertentu

(Boekoesoe, 2010)

Page 8: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

II.1.2.2. Syarat sumur yang sehat

Menurut Entjang (2000), sumur sehat minimal harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

1. Syarat lokasi atau jarak. Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus

diperhatikan antara jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air

limbah dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada

keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir,

jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran

seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya

2. Syarat konstruksi ; dinding sumur, bibir sumur serta lantai sumur

3. Dinding sumur gali. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah dan

dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air

4. Bibir sumur gali. Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air, setinggi

minimal 70 cm, untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk

aspek keselamatan (Boekoesoe, 2010)

II.1.3. Metode MPN

MPN adalah suatu metode untuk memperkirakan populasi mikrobial di

lahan, perairan, dan produk agrikultur. Metode ini untuk menaksir populasi

mikrobial berdasarkan pada ukuran kualitatif spesifik dari jasad renik yang sedang

terhitung. Menetapkan adanya bakteri Coliform dalam sampel air dan memperoleh

indeks berdasarkan tabel MPN untuk menyatakan perkiraan jumlah Coliform

dalam sampel (Novel dkk, 2010).

Untuk mengetahui jumlah Coliform di dalam sampel biasanya digunakan

metode MPN atau Most Probable Number dengan cara fermentasi tabung ganda.

Metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode hitung cawan karena

lebih sensitif dan dapat mendeteksi Coliform dalam jumlah yang sangat rendah di

dalam sampel (Rahmawati dan Azizah, 2005).

Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan

pertumbuhan coliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah coliform

Page 9: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

dalam sampel yang diuji. Jumlah Coliform ini bukan penghitungan yang tepat

namum merupakan angka yang mendekati jumlah sebenarnya (Lay, 2001).

Metode Nilai Duga Terdekat atau Most Probable Number sangat berguna

apabila mikroba yang akan dihitung tidak dapat tumbuh dalam media padat.

Metode ini juga mengidentifikasi bakteri yang secara selektif memfermentasi

laktosa dalam media cair, misalnya koliform (Radji, 2011).

Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air

dalam praktikum digunakan kelompok Coliform sebagai indikator. Kelompok

Coliform mencakup bakteri yang bersifat aerobik dan anaeorobik fakultatif,

batang gram negatif dan tidak membentuk spora. Coliform memfermentasikan

laktosa dengan pembentukkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C

(Hadioetomo, 1993).

Prinsip pengerjaan metode MPN ini adalah dengan melakukan Uji

Penduga atau Presumtive Test dengan menggunakan set tabung 3-3-3 atau 5-5-5

kaldu laktosa, dilanjutkan Uji Penguat atau Confirmed Test, dan yang terkahir

dilakukan Uji Pelengkap atau Completed Test (Novel dkk, 2010).

Dalam metode MPN digunakan medium cair, berbeda dengan metode

cawan yang menggunakan medium padat atau Agar. Perhitungan dilakukan

berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang ditumbuhi oleh mikroba

setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung positif dapat

dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas dalam tabung durham

(Sutedjo, 1991).

Nilai duga terdekat atau Most Probable Number merupakan angka yang

kemungkinan besar menunjukkan 95% jumlah populasi bakteri dan merupakan

angka yang paling mungkin untuk menyatakan jumlah populasi bakteri yang ada

di dalam suatu sediaan, seperti pada tabel 1 (Radji, 2011).

Untuk mengetahui jumlah bakteri koliform umumnya digunakan tabel

Hopkins atau tabel MPN yang dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah

bakteri di dalam 100 ml air sampel yang diteliti (Suriawiria, 2008)

Page 10: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

Tabel 1. Tabel MPN

NUMBER OF TUBES GIVINGPOSITIVE REACTION OUT OF

MPN Indexper 100 ml

95 PERCENTCONFIDENCELIMIT

3 of10mleach

3 of 1mleach

3 of 0.1mleach

Lower Upper

0 0 1 3 90 1 0 3 131 0 0 4 201 0 1 7 1 211 1 0 7 1 231 1 1 11 3 361 2 0 11 3 362 0 0 9 1 362 0 1 14 3 372 1 0 15 3 442 1 1 20 7 892 2 0 21 4 472 2 1 28 10 1503 0 0 23 4 1203 0 1 39 7 1303 0 2 64 15 3803 1 0 43 7 2103 1 1 75 14 2303 1 2 120 30 3803 2 0 93 15 3803 2 1 150 30 4403 2 2 210 35 4703 3 0 240 36 13003 3 1 400 71 24003 3 2 1100 150 4800

Sumber : http://malishodikin.blogspot.com/2010/07/kontaminasi-bakteri-coliform-

pada-air.html

Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa

inkubasi 1 x 24 jam, suspensi diinokulasikan pada media Eosin Methylen Blue

Agar (EMBA) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni

bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilap metalik

atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok Coliform

lainnya (Widiyanti, 2004).

Page 11: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

Tabung yang memperlihatkan pembentukan gas diuji lebih lanjut dengan

uji peneguhan dan bila diperlukan dilakukan uji Coliform asal-tinja. Uji

peneguhan dilakukan untuk meneguhkan bahwa gas yang terbentuk disebabkan

oleh kuman coliform dan bukan disebabkan oleh kerja sama beberapa spesies

sehingga menghasilkan gas. Uji Coliform asal-tinja dilakukan bila ingin diketahui

bahwa kuman coliform yang diperoleh termasuk coliform asal-tinja. Untuk uji

peneguhan digunakan Brilliant Green Bile Lactose Broth (BGBL) yang

diinokulasi dengan satu mata ose media yang memperlihatkan hasil positif pada

uji duga. Kaldu BGLB diinkubasi pada suhu 35oC selama 48 jam (Lay, 2001).

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan

bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat

diinokulasikan ke dalam medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient

Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptic. Diinkubasi pada suhu 37oC

selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose

Broth, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar

miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan

Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan koli

dari bakteri golongan koli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas),

pekerjaan dibuat duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 37oC (untuk

golongan koli) dan satu seri diinkubasi pada suhu 42oC (untuk golongan koli

fekal), bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh baik pada suhu 42oC, sedangkan

golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42oC (Widiyanti, 2004).

II.1.4. Bakteri Coliform

Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai

indicator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air. Coliform

dibedakan menjadi dua yaitu Coliform fecal dan Coliform total. Untuk

mengetahui jumlah coliform dalam pemeriksaan bakteriologi pada air sumur

digunakan metode perhitungan angka paling mungkin atau nilai Most Probable

Number (MPN) dengan metode tabung ganda terhadap Coliform fecal dan

Coliform total. Pengujian ini dilakukan secara bertahap sehingga metode ini

sesuai untuk dilakukan di laboratorium serta hasil lebih sensitif dan dapat

Page 12: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

mendeteksi Coliform dalam jumlah yang sangat rendah dalam sampel air

(Anonim, 2003).

Kelompok Coliform mencakup bakteri yang bersifat aerobik dan anaerobik

fakultatif, batang Gram-negatif, dan tidak membentuk spora. Coliform

memfermentasikan laktosa dengan pembentukan asam dan gas dalam waktu 48

jam pada suhu 35oC, kelompok coliform dipilahkan menjadi coliform asal tinja

dan bukan-tinja (misalnya tanah). Coliform asal tinja mampu menghasilkan gas

dalam kaldu E. coli dalam waktu 24 jam pada suhu 44,5oC (Lay, 2001).

Golongan bakteri Coli, merupakan jasad indikator di dalam substrat air,

bahan makanan, dan sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya, yang

mempunyai persamaan sifat antara lain Gram negatif berbentuk batang, tidak

membentuk spora dan mampu memfermentasikan kaldu laktosa pada temperatur

37oC dengan membentuk asam dan gas di dalam waktu 48 jam (Suriawiria, 2008).

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam

saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan

bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fecal adalah

bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fecal

menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi

positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh

lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain

(Dad,2000).

Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik

lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fecal adalah bakteri indikator

adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fecal menjadi indikator

pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan

keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah,

cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri

coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform

adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas

air semakin baik (Friedheim, 2001).

Page 13: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

Jadi coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai

indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air,

makanan, susu dan produk susu. Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan

sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik

dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam

dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC. Adanya bakteri coliform di dalam

makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat

enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widiyanti,

2004).

Bakteri Coliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua

golongan yaitu Coliform fekal, seperti Escherichia coli yang betul-betul berasal

dari tinja manusia, dan Coliform non fekal, seperti aerobacter dan Klebsiella yang

bukan berasal dari tinja manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau tanaman

yang telah mati (Suriawiria, 2008).

Gambar 1. E.coli (Sumber : http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2008)

Sifat-sifat “Coliform Bacteria” yang penting adalah mampu tumbuh baik

pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan berbagai jenis karbohidrat

dan komponen organik lain sebagai sumber energi dan beberapa komponen

nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen, mempunyai sifat dapat mensintesis

vitamin, mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10 - 46,50C, mampu

Page 14: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

menghasilkan asam dan gas gula, dan dapat menghilangkan rasa pada bahan

pangan.(Suriawiria, 2008).

Menurut Pelczar & Chan (2008) walaupun E. coli merupakan bagian dari

mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur

tertentu mampu menyebabkan gastroeritris taraf sedang hingga parah pada

manusia dan hewan. Jika dalam 100 ml air minum terdapat 500 bakteri Coli,

memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteritis yang segera diikuti oleh

demam tifus E. coli pada keadaan dapat mengalahkan mekanisme pertahanan

tubuh sehingga dapat tinggal di dalam blader atau biasa disebut cystitis, pada

pelvis ginjal atau biasa disebut pyelitis dan hati, antara lain dapat menyebabkan

diare, septimia, peritonitis, meningitis dan infeksi lainnya (Suriawiria, 2008).

Page 15: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

II. 2. Kerangka Teori

Bagan 1. Kerangka teori uji mikrobiologi bakteri koliform pada air sumur

Air Sumur

Uji Mikrobiologi Air

(Most Probable Number)

Uji Penduga

(Presumtive Test)

Uji Penguat

(Confirmed Test)

Uji Pelengkap

(Completed Test)

Terjadi perubahan warnamenjadi kuning dan

timbulnya gas

1. Temperatur2. Waktu inkubasi

Tabel MPN

Jumlah bakteri coliformdalam indeks MPN/100 ml

Lokasi atau jarak darisumber pencemaran

Dinding sumurBibir sumur

Page 16: bab 2 landaran teori  air bersih.pdf

II. 3. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka konsep uji bakteri koliform pada air sumur RW 01 Desa

Panti Bakti Muara Gembong Bekasi

Air Sumur RT 01 dan RT 02 DesaPanti Bakti Muara Gembong Bekasi

Uji Kualitas Air dengan MetodeMPN (Most Probable Number)

Uji Penduga

(Presumtive Test)

Uji Penguat

(Confirmed Test)

Uji Pelengkap

(Completed Test)

Terjadi perubahan warnamenjadi kuning dan

timbulnya gas

Tabel MPN

Jumlah bakteri coliformdalam indeks MPN/100 ml