BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES...

29
14 BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2.1 Pendahuluan Pada bab ini penulis mendeskripsikan informasi seputar latar belakang sosial-politik yang mengkonstruksi masyarakat di masa penyusunan Injil Yohanes. Informasi tersebut akan dipergunakan sebagai pedoman dalam upaya penyelidikan terhadap Injil Yohanes 13: 1-35. Informasi tentang latar belakang sosial-politik Injil Yohanes diperoleh berdasarkan keterangan tentang penulis, waktu dan tempat penulisan teks Injil Yohanes. Namun sampai saat ini keterangan mengenai ketiga hal tersebut masih menjadi polemik di kalangan para ahli, untuk itu penulis terlebih dahulu harus menuntaskan persoalan-persolan yang berkaitan dengan ketiga hal tersebut. Atas dasar pertimbangan di atas maka tulisan ini disusun dalam dua bagian. Bagian pertama berisi penjabaran seputar persoalan-persoalan teks Injil Yohanes. Sedangkan bagian kedua berisi konteks sosio-politik Injil Yohanes. Informasi yang dijabarkan dalam dua bagian tersebut diperoleh dari beberapa ahli Perjanjian Baru seperti Groenen, Mark. W.G Stibbe, R.E. Brown dan ahli-ahli lain yang relevan dengan pokok bahasan pada bagian ini. 2.2 Persoalan Persoalan Teks Injil Yohanes 2.2.1 Penulis Injil Yohanes Keterangan tentang identitas penulis Injil Yohanes sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Sangat sulit untuk menentukan siapa penulis Injil Yohanes yang sebenarnya, hal ini di sebabkan oleh kompleksitas pendapat yang dikemukakan oleh para ahli seputar keterangan tersebut. Walaupun demikian dari berbagai sumber yang dihimpun, mayoritas ahli masa kini mengatakan bahwa penulis Injil Yohanes adalah penerus tradisi Yohanes. Groenen, Goundry dan Stibbe misalnya dalam tulisanya mereka mengatakan bahwa tidak ada

Transcript of BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES...

Page 1: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

14

BAB 2

KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES

2.1 Pendahuluan

Pada bab ini penulis mendeskripsikan informasi seputar latar belakang sosial-politik

yang mengkonstruksi masyarakat di masa penyusunan Injil Yohanes. Informasi tersebut akan

dipergunakan sebagai pedoman dalam upaya penyelidikan terhadap Injil Yohanes 13: 1-35.

Informasi tentang latar belakang sosial-politik Injil Yohanes diperoleh berdasarkan

keterangan tentang penulis, waktu dan tempat penulisan teks Injil Yohanes. Namun sampai

saat ini keterangan mengenai ketiga hal tersebut masih menjadi polemik di kalangan para

ahli, untuk itu penulis terlebih dahulu harus menuntaskan persoalan-persolan yang berkaitan

dengan ketiga hal tersebut. Atas dasar pertimbangan di atas maka tulisan ini disusun dalam

dua bagian. Bagian pertama berisi penjabaran seputar persoalan-persoalan teks Injil Yohanes.

Sedangkan bagian kedua berisi konteks sosio-politik Injil Yohanes. Informasi yang

dijabarkan dalam dua bagian tersebut diperoleh dari beberapa ahli Perjanjian Baru seperti

Groenen, Mark. W.G Stibbe, R.E. Brown dan ahli-ahli lain yang relevan dengan pokok

bahasan pada bagian ini.

2.2 Persoalan – Persoalan Teks Injil Yohanes

2.2.1 Penulis Injil Yohanes

Keterangan tentang identitas penulis Injil Yohanes sampai saat ini masih menjadi

perdebatan. Sangat sulit untuk menentukan siapa penulis Injil Yohanes yang sebenarnya, hal

ini di sebabkan oleh kompleksitas pendapat yang dikemukakan oleh para ahli seputar

keterangan tersebut. Walaupun demikian dari berbagai sumber yang dihimpun, mayoritas ahli

masa kini mengatakan bahwa penulis Injil Yohanes adalah penerus tradisi Yohanes. Groenen,

Goundry dan Stibbe misalnya dalam tulisanya mereka mengatakan bahwa tidak ada

Page 2: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

15

kemungkinan pasti tentang siapa penulis Injil Yohanes namun dari corak teologis tulisannya

yang khas sastra Yohanes maka dapat diperkirakan bahwa penulisnya adalah penerus tradisi

Yohanes.22

Selain pendapat mayoritas, ada beberapa pendapat lain yang tidak dapat di

kesampingkan. Gereja perdana misalnya, seperti yang dicatat oleh Quimby, berdasarkan

konsensus pendapat yang dikatakan oleh Bapa-bapa gereja, seperti Ireneus, Clement dari

Alexandria, Tertulianus dan Theofilus23

, gereja perdana meyakini bahwa Injil Yohanes ditulis

oleh Rasul Yohanes.24

Berbeda dengan gereja perdana, Papias seperti yang dicatat Quimby, mengatakan

bahwa berdasarkan corak tulisannya penulis Injil Yohanes kemungkinan sama dengan penulis

Surat Yohanes yaitu beberapa orang yang dijuluki “Tua-Tua”, mereka berperan sebagai

penasihat gereja Yohanes.25

Pendapat selanjutnya di catat oleh Koester, berdasarkan

kesamaan ciri sebagai sastra apokaliptik muncul ahli yang mengidentikkan penulis Injil

Yohanes dengan penulis Wahyu Yohanes.26

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh

penginjil Yohanes tentang identitas murid yang dikasihi, Drane dan Marxsen mengatakan

bahwa penulis Injil Yohanes adalah murid yang dikasihi.27

Namun pedapat ini kurang relevan

22

Dr. C. Groenen, OFM, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1997) 152.,

Lihat juga Robert H. Goundry, A Sourvey of The New Testament (Grand Rapids: Academic Book, 1970) 99.,

Lihat juga Mark W.G Stibbe, John as Storyteller: Narrative Criticism and The Fourt Gospel (Cambridge:

Cambridge University Press, 1994) 67. 23

Ireneus dalam suratnya kepada Florinus, ia mengatakan bahwa “Yohanes seorang murid Tuhan, yang

bersandar pada dada Yesus, menulis Injilnya ketika berada di Asia”. Kemudian Clement dari Alexandria dalam

suratnya kepada Eusebius, ia mengatakan bahwa “Tradisi para Bapa Gereja dari pertama mengungkapkan jika,

Yohanes yang terakhirlah, yang menjadi saksi hidup Yesus, karena di gerakkan oleh Roh-Nya, maka ia

menyusun Injilnya”. Terakhir adalah Tertulianus serta Theofilus, seorang Uskup dari Antiokhia, seorang teolog

Afrika Utara yang lahir pada tahun 160 Z.B mereka berdua juga meyakini bahwa Penulis Injil Yohanes adalah

Yohanes Rasul. (Sumber: Quimby, John The Universal Gospel, 50) 24

Chester Warren Quimby, John:The Universal Gospel (New York: Mac Millan Compagny, 1947) 50. 25

Quimby, John: The Universal Gospel, 55. 26

Helmut Koester, Introduction to the New Testament: History and Literature of Early Christianity

(Berlin: Walter de Gruyer, 1987) 325. 27

John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2005) 227., Lihat juga Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis terhadap Masalah-

Masalahnya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) 321.

Page 3: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

16

karena menurut Brown kata murid yang dikasihi merupakan simbolisme dari komunitas

Yohanes.28

Selanjutnya didasarkan pada keterangan penginjil Perjanjian Baru yang mengatakan

bahwa Yesus memiliki murid berusia muda yang tinggal di Yerusalem, menurut Quimby, ada

ahli yang mengatakan jika Injil Yohanes ditulis oleh anak muda yang menjadi murid Yesus

tersebut. Kemudian berdasarkan pengetahuan historis bahwa Guru yang memiliki reputasi

besar seperti Yohanes, Plato dan Sokrates mendirikan Mazhab untuk mewariskan tradisinya

maka muncul pendapat terakhir yang mengatakan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh murid dari

“Mazhab Yohanes”.29

Dari kerumitan pendapat seputar penulis Injil Yohanes maka dapat disimpulkan

bahwa kemungkinan Injil Yohanes ditulis oleh beberapa orang dalam beberapa tahap

penulisan. Apabila perkiraan tersebut benar maka akan lebih baik jika penulis menganut

pendapat mayoritas ahli masa kini yang mengatakan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh penerus

tradisi Yohanes.

2.2.2 Waktu dan Tempat Penulisan

Dalam memberikan keterangan seputar waktu penulisan Injil Yohanes, sebagian besar

ahli hampir sepakat mengatakan bahwa Injil Yohanes ditulis sekitar abad pertama Zaman

Bersama. Gereja Perdana misalnya, berdasarkan kesaksian yang diberikan oleh Herakleon,

seorang penganut ilmu Gnostik yang hidup sekitar tahun 160 ZB, serta Eusebius, seorang

Bapa gereja perdana yang juga berprofesi sebagai ahli sejarah. Kedunya mengatakan bahwa

Injil Yohanes ditulis sekitar akhir abad pertama.30

Pendapat yang sama diungkapkan oleh

Groenen dan Quimby, berdasarkan analisanya terhadap sejarah konflik yang dialami oleh

28

Raymond. E Brown, The community of the Beloved Disciple:The life, Loves and Hates of an

Individual Church in New Testament Times (London: Geoffrey Chapman, 1979) 75. 29

Quimby, John the Universal Gospel, 51. 30

Helmut Koester, Introduction to the New Testament: History and Literature of Early Christianity,

330.

Page 4: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

17

pembaca Yohanes dengan Yudaisme, kedua ahli tersebut mengatakan bahwa Injil Yohanes

ditulis pada akhir abad pertama.31

Berdasarkan analisanya terhadap papyrus egerton yang ditemukan di Mesir, di

dalamnya tersimpan manuskrip Injil Yohanes, bertanggal sekitar tahun 135 ZB serta

berdasarkan pendapat Clement dari Alexandria dan Ignatius yang mengaku bahwa semasa

hidupnya mereka mengetahui sosok Yohanes yang dikenal sebagai penulis Injil Yohanes, di

mana kedua Bapa Gereja tersebut hidup sekitar tahun 190 ZB. Kummel mengatakan bahwa

Injil Yohanes ditulis pada akhir dekade abad pertama.32

Keterangan yang agak berbeda

diungkapkan oleh Robinson seperti yang dicatat oleh John Drane, berdasarkan dugaannya

bahwa Injil Yohanes adalah Injil tertua, dalam analisanya Robinson mengatakan bahwa Injil

Yohanes ditulis antara tahun 40-65 ZB. Namun terlalu sulit untuk memahami bahwa Injil

Yohanes ditulis antara tahun 40-65 ZB, karena tidak ada fakta yang kuat untuk membuktikan

argumentasi tersebut.33

Berdasarkan pendapat sebagian besar ahli yang mengatakan bahwa Injil Yohanes

ditulis sekitar abad pertama, maka dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes kemungkinan

ditulis antara tahun 90-100 ZB.

Terdapat dua pendapat seputar tempat penulisan Injil Yohanes. Pendapat pertama

dikatakan oleh Groenen dan Kummel, dalam analisanya terhadap karakteristik pembaca

Yohanes keduanya menyimpulkan bahwa Injil Yohanes ditulis disekitar Asia Minor. 34

Lebih

spesifik, berdasarkan analisa sosio-linguistik, Stibbe memberikan keterangan lanjutan bahwa

Injil Yohanes ditulis di Efesus.35

Pendapat serupa dikemukakan oleh Richey, Goundry serta

31

Groenen. OFM, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 58., Lihat juga Quimby, John The Universal

Gospel, 53. 32

W.G Kummel, Introduction to the New Testament (Canada: Abingdon Press, 1966) 156. 33

Drane, Memahami Perjanjian Baru, 226. 34

Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 146. Lihat juga Kummel, Introduction to the New

Testament, 159. 35

Stibbe, John As Storyteller: Narative Criticism and The Fourt Gospel, 58.

Page 5: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

18

Quimby, berdasarkan pandangan gereja perdana serta berdasarkan analisanya terhadap

sejarah konflik yang dialami komunitas Yohanes dengan kelompok yang mewarisi ajaran

Yohanes Pembaptis ketiga ahli tersebut juga menyimpulkan bahwa Injil Yohanes ditulis di

Efesus.36

Masih mengambil konteks di sekitar Asia Minor, Drane, berdasarkan analisanya

terhadap kedekatan kelompok Yohanes dengan kelompok Qumran serta analisanya terhadap

Yohanes 21 mengatakan bahwa Injil Yohanes pada mulanya ditulis di Palestina dan pada

masa terkemudian di rekonstruksi ulang di Efesus.37

Pendapat kedua diuangkapkan oleh Koester dan Marxsen, berdasarkan penemuannya

tentang sejarah konflik antara komunitas Yohanes dengan golongan Kristen Gnostik yang

memang banyak berkembang di daerah Syria, maka kedua ahli tersebut menyimpulkan

bahwa Injil Yohanes kemungkinan ditulis di Syria.38

Kompleksitas pendapat seputar tempat penulisan Injil Yohanes semakin meyakinkan

penulis bahwa Injil Yohanes disusun dalam beberapa tahap penulisan dan di beberapa tempat

berbeda. Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan

terbesar pada mulanya penulisan Injil Yohanes mengambil tempat di sekiar Asia Minor yaitu

di Efesus. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, pertama yaitu munculnya pendapat

para ahli yang mengatakan bahwa Injil Yohanes memang ditulis pada konteks situasi kota

yang metropolis seperti Efesus. Kedua, fakta sejarah yang menyatakan bahwa Efesus adalah

tipikal kota besar jajahan Romawi. Ketiga, corak kekristenan di Efesus yang bergerak sebagai

kelompok menyendiri. Corak tersebut memiliki persamaan dengan jemaat Kristen yang

menjadi tujuan Injil Yohanes, para ahli juga mengatakan bahwa komunitas Yohanes dalam

kehidupannya bergerak sebagai kelompok yang menyendiri.

36

Lance Byron Richey, Roman Imperial Ideology and The Gospel Of John (Washington DC: The

Chatolic Biblical Association of America) 65. Lihat juga Goundry, A Sourvey of the New Testament, 79. Lihat

juga Quimby, John: The Universal Gospel, 3 37

Drane, Pengantar Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis, 227. 38

Koester, Introduction to the New Testament: History and Literature of Early Christianity, 178., Lihat

juga Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kristis Terhadap Masalah-Masalahnya, 321.

Page 6: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

19

2.2.3 Tahap Penulisan Injil Yohanes

Berdasarkan dugaan bahwa Injil Yohanes di tulis dalam beberapa tahap dan beberapa

tempat penulisan maka pada bagian ini penulis merasa perlu menjelaskan proses penulisan

Injil Yohanes. Penulis memanfaatkan pendapat Brown dalam menjelaskan dugaan tersebut.

Dalam tulisannya tentang tahap penulisan Injil Yohanes, Brown mengatakan bahwa teks Injil

Yohanes melewati empat tahap penyusunan. Tahap pertama disebut dengan “sebelum Injil”,

jejaknya dapat ditemukan dalam Yoh 1: 1-51. Pada tahap ini penulis Injil Yohanes mencoba

untuk menghubungkan mata rantai antara Yesus historis dengan komunitas Yohanes.

Menurut Brown, teks Yohanes dalam tahap ini ditulis oleh pemimpin dari kelompok “Murid

yang di kasihi”, kemungkinan dia adalah mantan murid Yohanes pembaptis dan pengikut

Yesus dari permulaan pelayanannya, tetapi bukan salah satu dari kedua belas.

Tahap kedua disebut dengan “saat Injil mulai ditulis”, jejaknya dapat ditemukan

dalam Yoh 2-12: 50. Pada tahap ini penulis Injil Yohanes ingin menunjukkan bahwa konflik

dengan Yahudi sudah dimulai. Komunitas Yohanes bergerak melawan orang-orang Yahudi

yang dianggap sebagai orang yang tidak percaya. Hal ini dapat dianalisa dari upaya penulis

yang memasukkan narasi tentang orang Samaria dan mengklaim kelompok anti-Sinagoge

sebagai bagian dari kelompok Yohanes.39

Tahap ketiga disebut dengan “saat Injil sedang ditulis”, jejaknya dapat ditemukan

pada 13-20: 29. tahap ini penulis ingin menunjukkan bahwa kelompok Yohanes mulai

melakukan perlawanannya terhadap kelompok Yahudi dan kelompok Yunani serta kultus-

kultus lain di luar mereka. Di sini kelompok Yohanes mulai mengalami goncangan karena

pemberontakan yang dilakukan oleh sebagian orang yang ada dalam kelompok mereka serta

pembantaian yang dilakukan oleh pemerintah Romawi. Akibat konflik dan perlawanan

tersebut komunitas Yohanes mulai menyendiri ke gua-gua. Tahap keempat disebut dengan

39

Brown, The community of the Beloved Disciple, 74.

Page 7: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

20

“saat Injil sudah ditulis”, ini merupakan tahap akhir dalam sejarah komunitas Yohanes,

jejaknya dapat ditemukan dalam Yoh 20-21: 25. Pada tahap ini mulai muncul perpisahan dan

pembubaran, hal ini dikarenakan sebagian anggota kelompok sudah di serap oleh gereja

besar, yang ada kaitannya dengan Doketisme dan Montanisme yang salah satunya adalah

Gnostikisme.40

Pendapat Brown tersebut cukup meyakinkan penulis bahwa Injil Yohanes memang

tidak ditulis dalam satu tahap, hal ini sangat di mungkinkan mengingat teori peredaksian yang

mengungkapkan bahwa ada kemungkinan penulis Perjanjian Baru mengedit, menambahkan,

mengurangi, menggubah bahkan mengubah konten dari sebuah teks sesuai dengan

kepentingan masing-masing. Jika dibandingkan dengan susunan Injil Yohanes maka dugaan

tersebut mungkin ada benarnya, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat struktur dari Injil

Yohanes yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya, tetapi jejaknya mungkin tidak

tersusun secara rapi melainkan tersebar secara menyeluruh dalam semua bagian teks

Yohanes.

2.2.4 Struktur Injil Yohanes

Dalam rangka membuktikan dugaan bahwa Injil Yohanes ditulis dalam beberapa

tahap penulisan maka pada bagian ini di kemukakan beberapa pendapat ahli yang

mengungkap susunan sastra Injil Yohanes. Pada pembahasan mengenai struktur dan fungsi

teks Injil Yohanes dalam bukunya Stibbe menyertakan pendapat Wayne Meeks dan Bruce

Malina. Kedua ahli tersebut menganalisa teks Injil Yohanes dengan meneliti fungsi sosial

dari tata bahasa yang digunakan dalam Injil Yohanes. Stibbe mencatat bahwa dari hasil

penelitiannya Meeks mengungkapkan jika teks Injil Yohanes mengandung unsur mitos.

Dengan menitik beratkan penelitiannya pada fungsi mitos dari cerita tentang Yesus anak

Allah yang hidup. Maka Meeks berpendapat bahwa tata bahasa dan narasi tentang tokoh-

40

Brown, The community of the Beloved Disciple,75.

Page 8: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

21

tokoh tertentu yang digunakan oleh penulis Injil Yohanes memiliki simbolnya sendiri baik

dalam arti positif maupun negatif, oleh karena itu menurut Meeks yang perlu ditelaah lebih

lanjut adalah fungsi sosial yang ada di dalamnya.41

Dalam Injil Yohanes, Yesus dipandang sebagai anak Allah yang turun ke bumi dari

surga. Hal ini mengandung sebuah pernyataan bahwa Yesus dan murid-muridnya ataupun

pengikutnya memiliki perbedaan yang sangat mencolok, ada gap di antara mereka. Yesus dari

surga dan para pengikutnya dari dunia. Selain itu, Meeks juga menyatakan bahwa metafora

yang terdapat dalam Injil Yohanes memiliki fungsi tertentu bagi kelompok yang

mengembangkannya. Salah satunya adalah memberikan pernyataan meskipun kelompok

Yohanes merupakan kelompok yang diasingkan, dianiyaya dan dikucilkan, tetapi mereka

hidup bersama Yesus, Sang Anak Allah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teks ini

berfungsi khususnya untuk menggambarkan identitas dari kelompok Yohanes yang telah

mendapat citra sangat buruk pada konteksnya waktu itu.42

Sementara itu Stibbe mencatat bahwa Malina menggabungkan pendekatan narative

dan prespektif sosio-linguistik untuk menemukan bagaimanakah interaksi dari teks Yohanes

terhadap konteks sosial yang saat itu dialami oleh penginjil dan pembacanya. Dalam

penelitian ini Malina memperoleh beberapa penemuan diantaranya, pertama, satra Yohanes

berbentuk “Tragedi Romantis”. Kedua, tata bahasa yang dipakai oleh penginjil Yohanes

dalam mengungkapkan maksud teologisnya mengimplikasikan beberapa hal diantaranya

adalah pertama, komunitas Yohanes adalah kelompok sosial yang berada dalam kehancuran

akibat dikeluarkan dari institusi agama Yahudi, tindakan tersebut di nilai melebihi batas

kewajaran.

Ketiga, dengan mempergunakan model analisa Mary Douglas, Malina berpendapat

bahwa tata bahasa Injil Yohanes menunjukkan jika teks tersebut ditujukan kepada kelompok

41

Stibbe, John as Storyteller, 50, 61. 42

Stibbe, John as Storyteller, 56, 65.

Page 9: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

22

kelas bawah yang melakukan perlawanan terhadap kekuatan-kekuatan baru yang muncul

dalam kelompoknya sebagai faksi oposisi, didalamnya menunjukkan bahwa ada ketegangan

terhadap kepentingan individu. Mendasarkan analisanya pada kategori sosio-linguistik

Michael Haliday, Malina mengatakan bahwa tata bahasa dari Injil Yohanes termasuk pada

kategori anti-bahasa. Kategori tersebut menggambarkan bahwa kelompok Yohanes

merupakan kelompok anti sosial yang bergerak melawan realita sosial yang saat itu hidup di

masyarakat luas.43

2.2.5 Tujuan Injil Yohanes

Menurut Metzger yang disampaikan oleh Vanderwatt, melalui analisanya terhadap

kata i[na pisteu,shte yang memiliki dua bentuk keterangan waktu yaitu aorist pisteu,shte dan

present pisteu,hte mengatakan bahwa, penggunaan bentuk waktu aorist mengimplikasikan

jika Injil Yohanes ditulis kepada golongan non-Kristen agar mereka mau menerima Yesus

sebagai Mesias. Sedangkan penggunaan bentuk waktu present mengimplikasikan bahwa Injil

Yohanes ditujukan kepada sekelompok orang yang sudah percaya. Hal ini dimaksudkan

untuk menguatkan iman mereka kepada Kristus ditengah penderitaan yang dialami.44

Seperti yang di katakan oleh Groenen, orang-orang tersebut adalah generasi Kristen

kedua atau ketiga yang hidup diluar Palestina pada abad pertama, mereka sudah berkembang

dengan jumlah yang cukup besar, memiliki corak keagamaan di luar arus Paulinis atau yang

tergambar dalam tradisi Injil-injil Sinoptik, mereka hidup dalam lingkup budaya Yunani, pola

pikir keagamaan mereka “sinkretis” mengikuti arus sinkretisme yang hadir di dalam dunia

Yunani-Romawi zaman Perjanjian Baru. Mereka memiliki corak kehidupan menyendiri, hal

ini di sebabkan oleh latar belakang sejarah konflik yang pernah dialaminya.45

Carson seperti

yang di sampaikan oleh Vanderwatt, dengan mendasarkan analisanya pada Yohanes 20:30-31

43

Stibbe, John As Atoryteller56, 65. 44

Jean G. Vanderwatt. The Presence of Jesus through the Gospel of John (Pretoria: Neotestamentica,

2002) 89. 45

Groenen. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 172.

Page 10: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

23

mengatakan bahwa dari ungkapan Yesus sebagai Raja Penyelamat serta Anak Allah yang memberi

hidup kekal,46

maka dapat diketahui bahwa tujuan penulisan Injil Yohanes adalah untuk

menyebar-luaskan kepercayaan Kristen yang mengimani Yesus sebagai Anak Allah dan Juru

Selamat.47

Dari berbagai macam pendapat ahli yang mengungkapkan tujuan penulisan Injil

Yohanes, maka dapat disimpulkan bahwa pertama, Injil Yohanes ditujukan kepada golongan

non-Kristen dengan maksud agar mereka bersedia menerima Yesus sebagi juru selamat.

Kedua, Injil Yohanes ditujukan kepada golongan Kristen dengan maksud agar mereka

memperoleh penguatan didalam Kristus atas penderitaan yang mereka terima akibat konflik

melawan Agama Negara, kekaisaran Romawi serta kultus-kultus keagamaan lain diluar

kekristenan.

Ketiga, Injil Yohanes ditujukan kepada golongan Kristen yang sudah terpengaruh

oleh ajaran lain sehingga mereka mencampur adukkan ajaran Kristen dengan ajaran tersebut,

jika pokok persolannya menurut Carson adalah menyetujui bahwa Yesus sebagai Kristus dan

juru selamat, maka kemungkinan Injil Yohanes ditujukan kepada golongan Kristen Gnostik

untuk melawan Kristologi mereka dimana golongan Kristen Gnostik tidak lagi menerima

Yesus sebagai Kristus dan juru selamat.48

2.3 Konteks Sosio-Politik Injil Yohanes

2.3.1 Konteks Sosio-Politik

Setelah disimpulkan bahwa kemungkinan Injil Yohanes ditulis pada akhir abad

pertama Zaman Bersama yaitu antara tahun 90-100 ZB, di kota Efesus. Maka gambaran

konteks sosio-politik dari Injil Yohanes adalah sebagai berikut; sekitar abad pertama ZB yaitu

46

Alkitab Terjemahan Baru Lembaga Alkitab Indonesia (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2007) 47

Vanderwatt, The Presence of Jesus through the Gospel of John, 95. 48

D.A Carson, The Pillar New Testament Commentary: The Gospel According to John (USA :

Eerdmans Publishing Company, 1990) 209.

Page 11: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

24

antara tahun 90-100 ZB kota Efesus berada dalam penjajahan Romawi. Melalui kekuasaan

yang dimilikinya, kemudian pemerintah Romawi menjadikan Efesus sebagai kota metropolis

besar yang menjadi ibu kota provinsi Roma di wilayah Asia Minor.49

Sebagai ibu kota negara yang masuk dalam kekuasaan pemerintahan monarki

Romawi, maka proses pemerintahan dan administrasi dari kota ini bukan berada di tangan

seorang wali negeri, namun secara langsung dikontrol oleh kaisar yang berkuasa di

kekaisaran Romawi. Pada rentang waktu tersebut kaisar yang berkuasa di kekaisaran Romawi

di antaranya adalah Titus Flavius Domitianus, Flavius Nerva serta Trajanus. Dua di antara

mereka termasuk dalam dinasti Flavian, Domitianus memerintah Romawi antara tahun 81-96

ZB. Ciri dari pemerintahannya adalah totalitarian, dalam hal ini ia menganggap dirinya

sebagai kaisar Agustus yang baru, yang akan membawa Romawi pada era keemasan. Dalam

melakukan tujuan tersebut, Domitianus membangun sebuah ritus pemujaan terhadap dirinya

sendiri melalui propaganda religius, budaya dan militer. Dalam ritus ini ia menyebut dirinya

sebagai Domitianus Et Deus Noster, yang artinya adalah Domitianus tuhan dan allah kami.50

Pada masa pemerintahannya yang singkat tersebut, tentunya ada berbagi macam

kebijakan politik yang dihasilkan oleh kaisar Domitianus, diantaranya adalah pertama,

melakukan pembangunan besar-besaran untuk merestorasi kota Roma setelah habis dibakar

pada tahun 80 ZB. Kedua, memperkuat sistem administrasi pemerintahan Romawi dengan

mengkonsolidasikan semua bentuk pelayanan publik. Ketiga, melakukan ekspansi kepada

kekuatan-kekuatan dominan di Eropa, Jerman dikukuhkan sebagai provinsi dari Romawi

dengan tujuan untuk memfungsikan hukum Romawi di Jerman serta memenangkan Britania

Raya menjadi salah satu wilayah jajahan Romawi. Keempat, merevaluasi mata uang Romawi

49

Groenen, OFM, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 159. 50

Helmut Koester, Introduction to the New Testament; History, Culture and Religion of the Helenistic

Age, (Berlin: Walter de Gruyer, 1987) 307.

Page 12: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

25

untuk memperkuat perekonomian negara. Kelima, memperkuat sistem pertahanan dan militer

dari kekaisaran Romawi.

Namun demikian kebijakan-kebijakan politik tersebut menghasilkan berbagai

kecaman dari pihak oposisi, penolakan pertama datang dari “Senator”. Mereka mengecam

kultus imperialisme yang dengan arogan dipergunakan oleh Domitianus sebagai sarana

pemujaan diri dan dengan maksud politis untuk melanggengkan kekuasaannya. Kedua,

datang dari para filosof, pastur dan astrolog, mereka keluar dari wilayah kekaisaran Romawi,

karena ketakutan terhadap kenyataan hukuman mati yang akan diterima karena pemikiran

mereka, ketakukan ini juga muncul karena isu yang disebarkan oleh musuh politik

Domitianus, mereka mengatakan bahwa Domitianus adalah kaisar yang kejam karena sudah

melakukan pembunuhan terhadap anggota keluarganya termasuk pamannya yaitu Flavius

Clemens.51

Mengingat otoritas pemerintah Roma sangat berpengaruh terhadap kehidupan kultus-

kultus agama baru seperti kekristenan maka kebijakan politik Domitianus juga berdampak

bagi orang-orang Kristen yang tinggal di wilayah Romawi termasuk Efesus. Dampak tersebut

adalah pertama, banyak orang Kristen yang dianiaya dan dihukum karena iman

kepercayaannya. Kedua, mereka dituduh sebagai penyebab kerusuhan publik, oleh karena itu

mereka harus tinggal di wilayah Romawi sebagai kelompok ilegal dan diam-diam. Ketiga,

orang Kristen dianggap sebagai kelompok yang menentang pemerintah imperial karena

mereka tidak melakukan kultus imperialisme.

Keempat, muncul pembunuhan masal yang dilakukan oleh Domitianus dengan

menyembelih ribuan orang Kristen di Roma. Akibatnya berita tentang pembunuhan masal

yang dilakukan oleh Domitianus dengan memenggal kepala dari orang-orang Kristen tersebar

ke seluruh penjuru kekaisaran Romawi dan menimbulkan kekuatiran yang sangat besar. Pada

51

Koester, Introduction to the New Testament; History, Culture, 309.

Page 13: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

26

masa Domitianus banyak orang Kristen yang menerima kekerasan dan mati sebagai martir.

Salah satu bentuknya, Domitianus membuang Rasul Yohanes ke pulau Patmos. Penganiayaan

tersebut kemudian memunculkan semangat apokaliptik, orang Kristen mulai berbicara

tentang anti-Kristus dan waspada terhadap gerakan tersebut. Kejayaan tersebut tidak

berlangsung lama karena akibat kebijakan politik yang dilakukan Domitianus, pada akhir

masa pemerintahannya Roma terbelit permasalahan ekonomi.52

Setelah Domitianus meninggal, Kekaisaran Romawi kemudian dikuasai oleh Flavius

Nerva, ia memerintah antara tahun 96-98 ZB. Dalam catatan para ahli seperti Koester, masa

pemerintahan Nerva dihabiskan untuk memperbaiki kerusakan yang muncul pada masa akhir

pemerintahan kekaisaran Domitianus yang ditimbulkan oleh kebijakan politiknya. Semua

orang yang dibuang dikembalikan, ia menghapus kenangan tentang Domitianus. Kaisar

Nerva memulai pekerjaannya dengan membangun ulang perbendaharaan Negara, ia

membagikan tanah kepada orang-orang miskin, dan ia membagikan kesejahteraan kepada

seluruh penduduk dalam kekaisaran Romawi. Ia mencoba mendorong pembangunan di

berbagai tempat sebagai penopang pertumbuhan kekaisaran Romawi.

Namun posisi politik tersebut tidak tertalu kokoh, maka dari itu Nerva mengangkat

Gubernur Jerman yang bernama Marcus Upius Traianus sebagai anak angkatnya dan

menjadikannya sebagai pendukungnya.53

Dalam situasi politik tersebut Reicke mencatat

bahwa pada masa Nerva kekristenan memperoleh keuntungan yang sangat besar, hal ini

disebabkan oleh kebijakan politik yang diterapkan oleh Nerva. Dimana kekaisaran Nerva

membantu pekerjaan misi dari kekristenan mula-mula. Atas segala kemudahan yang

52

Koester, Introduction to the New Testament; History, Culture, 312. 53

Koester, Introduction to the New Testament: History, Culture, 318.

Page 14: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

27

diperolehnya kekristenan seolah-olah dalam waktu singkat telah menang dan memperoleh

perlindungan dari kekaisaran dan dapat merasakan kedamaian.54

Setelah kaisar Nerva meninggal pada tahun 98, kekaisaran Romawi kemudian

dikuasai oleh Trajan, ia memerintah Roma mulai tahun 98-117 ZB. Dalam menjalankan

pemerintahannya Trajan menerapkan aturan ganda. Satu sisi ia terlihat mendukung

ketertarikan para senatornya untuk melanjutkan Tatriarki, tetapi pada faktanya ia melanjutkan

aturan yang dibuat Domitianus. Didukung dengan kekuatan militer yang besar serta keuangan

yang besar ia mulai melakukan ekspansi-ekspansi untuk memperluas kekaisaran Romawi. Ia

menghidupkan kembali rencana Domitianus untuk menguasai Asia Timur serta memulai

perang dengan Dacia, Kekaisaran Nabatean, Parthians, Armenia, Mesopatamia, Assyria serta

Babylonia sampai pada akhirnya Ia berhasil menguasainya.

Ekspansinya mengalami kemunduran ketika terjadi perang antar suku bangsa Yahudi

yang kedua. Kemudian di Cilicia ia jatuh sakit dan meninggal pada tahun 117.55

Menurut

Koester, sejarah yang penting bagi kekristenan yang terjadi dimasanya adalah melalui

ekspansi yang dilakukan di Asia Timur dan dalam situasi politik yang mencekam tersebut

kekristenan justru dapat berkembang pesat. Bahkan pada masa pemerintahan Trajan

kekristenan mulai melepaskan diri dari bayang-bayang keyahudian untuk menjadi sebuah

kultus keagamaan yang baru.56

2.3.2 Konteks Sosio-Budaya

Dalam hal kebudayaan, sama dengan kota-kota imperialis Romawi pada umunya, di

Efesus setidaknya terdapat dua macam kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, yaitu

54

Bo. Riecke, The New Testament Era: The World of the Bible from 500 B.C to A.D 100 (Philadelphia:

Fortress Press, 1989) 314. 55

Bo Riecke, The New Testament Era, 315. 56

Koester, Introduction To the New Testament: History, Culture, 319.

Page 15: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

28

kebudayaan Yunani dan Yahudi.57

Mengingat kedudukan Efesus secara politis adalah sebagai

ibu kota Negara Romawi di kawasan Asia Minor maka dengan kedudukan politis tersebut

Efesus sekaligus menjadi pusat dari kebudayaan yang diusung oleh kaum imperialis Romawi.

Menurut Sizoo, kebudayaan yang diusung oleh kaum imperialis Romawi dan menjadi sangat

mendominasi serta berkembang di Efesus adalah kebudayaan Yunani.58

Stambaugh dan Bach menambahkan bahwa bentuk kebudayaan Yunani yang hidup di

Efesus sangat beragam dan merembet pada segala bidang kehidupan bangsa Yunani-Romawi

maupun Yahudi diaspora, mulai dari keagamaan, pendidikan, ekonomi, sosial dan politik.

Bentuk kebudayaan itu diantaranya adalah bahasa Yunani, agama Helenisme dengan

membangun berbagai kuil dan bangunan-bangunan berciri Yunani, seperti kuil Artemis,

arsitektur kota bergaya Yunani, kesenian puisi dan prosa, filosofi serta sistem kekerabatan.

Dampak negatif dari Helenisasi ini adalah munculnya ketidakadilan dalam masyarakat pada

segala bidang kehidupan. Bentuk ketidakadilan yang sangat menonjol salah satunya adalah

diskriminasi berdasarkan tingkat pendidikan, dalam hal ini hanya orang-orang yang

berpendidikan dan berbudaya Yunani yang dapat berkiprah dalam bidang ekonomi, sosial dan

politik serta pendidikan. Tanpa menguasai kebudayaan Yunani orang-orang tidak dapat

berdagang, menjadi pegawai negeri, atau memperoleh kedudukan dalam pemerintahan serta

bersekolah. Simbol budaya yang sangat penting adalah bahasa, oleh karena itu jika orang-

orang ingin dianggap beradap, maka salah satu caranya adalah mereka harus menguasai

bahasa Yunani.59

Tindak ketidakadilan yang terjadi pada sistem kebudayaan tersebut menurut Malina

sampai menimbulkan klasifikasi sosial pada kehidupan masyarakat yang berada di daerah

jajahan Romawi. Klasifikasi tersebut terutama di dasarkan pada pola hidup keagamaan dan

57

Quimby, John: The Universal Gospel, 14. 58

A. Sizoo, Dari Dunia Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974) 175. 59

John E. Stambauch dan David L. Bach. The New Testament in its Social Environment (Philadelphia:

The Westminster Press, 1986) 13.

Page 16: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

29

bahasa yang dipakai pada komunikasi sehari-hari dalam bersosialisasi. Kebudayaan Yunani

dianut oleh masyarakat golongan atas, hal ini mereka pergunakan untuk menunjukkan status

sosialnya sebagai warga negara jajahan Romawi. Sebaliknya masyarakat kelas bawah tetap

berusaha setia pada adat istiadat nenek moyang mereka yang berkebudayaan Yahudi dan

berbahasa Aram.60

Namun demikian, menurut Groenen, arus kebudayaan Yunani begitu

besar sehingga masyarakat golongan bawah tidak terluput dari pengaruh kebudayaan Yunani.

Bahasa Yunani menjadi syarat sebuah kemajuan, karena dipakai dalam semua institusi

pemerintahan serta pendidikan.61

Pada perkembangannya budaya Yunani dianut oleh sebagian besar orang-orang kelas

atas termasuk jemaat yang menjadi tujuan penulisan Injil Yohanes. Hal ini dapat dilihat dari

beberapa istilah Yunani yang dipergunakan oleh penginjil Yohanes untuk menterjemahkan

istilah-istilah dalam bahasa Aram dan Ibrani, misalnya kata “Danau Tiberias” dalam Yoh 6:

1; 21: 1 yang merupakan terjemahan dari kata Aram dan Ibrani “Danau Galilea”, berdasarkan

analisa ini Groenen berkesimpulan bahwa Injil Yohanes dialamatkan kepada jemaat Kristen

yang berkebangsaan Yahudi tetapi berkebudayaan Yunani. Kebangsaan Yahudi diperoleh

jemaat Yohanes karena mereka dahulu merupakan bagian dari orang-orang Yahudi diaspora

yang melarikan diri dari palestina ketika negara ini dijajah oleh Romawi dan Bait Allah

dihancurkan.62

Sedangkan kebudayaan Yunani merupakan hasil internalisasi dari budaya

popular yang saat itu berkembang di masyarakat. Bersentuhan dengan dua budaya tersebut

Groenen kemudian mengidentifikasikan bahwa kelompok Yohanes memiliki corak budaya

Yunani yang tidak murni, atau merupakan hasil percampuran dari berbagai unsur budaya

dalam peradaban Yunani dan Yahudi.63

60

Bruce J. Malina. The New Testament World: Insight from Cultural Antropology (Louisville: John

Knox Press, 1981) 7. 61

Groenen, Pengantar Ke dalam Perjanjian baru, 143. 62

Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 146. 63

Koester, Introduction to the New Testament; History, Culture, 322.

Page 17: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

30

Mengingat pendekatan politik kaisar Domitianus dan Trajanus, maka sangat mungkin

bila dominasi budaya Yunani di Efesus merupakan hasil propaganda pemerintah imperialis

untuk memusnahkan semua budaya di luar budaya Yunani dalam rangka melanggengkan

kekuasaan kaisar dan pemerintah imperialis Romawi atas wilayah jajahannya. Dampak sosial

dari pemaksaan budaya tersebut dintaranya adalah ketidakadilan, konflik kelas sosial serta

sinkretisme budaya dan keagamaan.

2.3.3 Konteks Sosio-Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Efesus adalah kota komersial yang menjadi salah satu pusat

perekonomian terpenting bagi kekaisaran Romawi. Menurut Quimby kedudukan ekonomi

tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam hal diantaranya adalah pertama, kondisi geografis

Efesus yang strategis yaitu berada di pertengahan pantai barat Asia Minor. Kedua, terdapat

pelabuhan yang menjadi pusat pelayaran dan perdagangan dari seluruh wilayah yang berada

di sekitar laut Mediterania. Ketiga, terdapat pusat jalan besar yang menjadi jalan penghubung

daerah kekuasaan Romawi di sebelah barat. Jalan tersebut menjadi ujung dari jalan arteri

yang melalui seluruh wilayah di Asia Minor serta jalan provinsi yang menghubungkan Siria,

Babilonia serta Mesir.64

Keempat, terdapat titik persinggahan dari kapal-kapal yang berlayar di seluruh

wilayah laut Mediterania. Kelima, terdapat pusat perbekalan yang memfasilitasi pelayaran

antar wilayah maupun lalu lintas orang-orang yang melakukan perjalanan darat menuju Siria,

Babilonia serta Mesir ataupun sebaliknya. Keenam, tempat pertemuan dari sekelompok kecil

penyembah-penyembah berbagai macam agama yang saat itu berkembang di metropol

Efesus, diantaranya adalah agama negara dan agama misteri seperti Kekristenan,

Gnostikisme, Montanisme. Hal ini mendatangkan keuntungan ekonomi tersendiri, karena

penyembah-penyembah tersebut diwajibkan untuk membayar upeti terhadap pemerintah atas

64

Quimby, John: The Universal Gospel, 8.

Page 18: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

31

kegiatan keagamaan yang dilakukannya. Ketujuh, pemungutan pajak berlapis yang dilakukan

oleh pemerintah terhadap seluruh warga negaranya. 65

Atas dasar kedudukan ekonomi Efesus sebagai kota komersil dan kota metropolis

besar yang ditopang dari berbagai macam sektor ekonomi maka dapat dibayangkan bahwa

sebagian besar penduduknya berkemampuan ekonomi di atas rata-rata. Karena kemampuan

ekonomi tersebut Quimby menjuluki Efesus sebagai duplikasi Romawi di Asia Minor. Selain

kepada kota Efesus julukan tersebut juga ia alamatkan kepada penduduk-penduduk Efesus

karena tingkah dan budaya mereka layaknya penduduk Romawi, berbahasa Yunani, memiliki

budak dengan jumlah lebih dari satu dan senang membelanjakan uang. Namun kenyataannya

tidak selalu demikian, karena berdasarkan kemampuan ekonominya masyarakat Efesus terdiri

dari tiga lapisan, yang pertama adalah rakyat jelata mereka adalah para budak, peternak,

petani, nelayan dan orang-orang Yahudi Diaspora, jumlah mereka paling banyak dan

menduduki lapisan terbawah, dari segi ekonomi mereka miskin, ditindas dan diperas oleh

lapisan masyarakat diatasnya. Secara politis rakyat jelata tidak berdaya. Kedua adalah orang

pribumi terkemuka atau aristokrat, mereka adalah tuan tanah, pedagang dan pegawai. Secara

politis mereka adalah kaki tangan penguasa setempat dan pemerintah Roma. Ketiga adalah

penguasa politis, mereka adalah antek-antek kekaisaran Romawi.66

Akibat yang ditimbulkan dari kesenjangan ekonomi tersebut diantaranya adalah

munculnya ketegangan antara kota-kota besar dan daerah yang terutama dihuni oleh rakyat

jelata yang bekerja sebagai petani, peternak, dan nelayan. Ketegangan itu diperuncing oleh

kenyataan bahwa penduduk kota merupakan campuran antara orang Yunani-Romawi serta

orang Yahudi Diaspora terkemuka, tuan tanah, pedagang dan pegawai. Mereka menjadi kaki

tangan pemerintah Roma untuk memeras rakyat. Kota besar menarik penganggur dari kota-

65

Quimby, John: The Universal Gospel, 8. 66

Quimby, John: The Universal Gospel, 13.

Page 19: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

32

kota lain, mereka menghidupi diri dengan menjadi pengemis dan buruh harian serta budak

belian.67

Dari paparan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kota Efesus mencirikan

pengelolaan sistem administrasi dan ekonomi imperialis Romawi. Hal ini dapat dilihat dari

pertama, perekonomian dipusatkan pada daerah perkotaan yang ditopang oleh sektor

pelayaran, pertanian, pertambangan, pertukangan, industri, serta perdagangan. Kedua, adanya

sistem pajak berlapis yang harus di bayar oleh masyarakat kepada pemerintah Romawi.

Menurut Groenen, regulasi tersebut menimbulkan berbagai macam permasalahan dalam

bidang ekonomi diantaranya pertama, kebijakan pemusatan perekonomian di daerah

perkotaan menimbulkan kesenjangan ekonomi yang sangat mencolok antara masyarakat yang

tinggal di perkotaan dan pedesaan. Segala macam faktor-faktor ekonomi yang menjadi hajat

hidup orang banyak di eksploitasi oleh orang-orang kaya, sedangkan orang-orang kelas

bawah yang kebanyakan adalah penduduk asli menjadi korban dari ketidakadilan ekonomi

ini. Kedua, sistem pajak berlapis dinilai sangat membebani masyarakat dari segala lapisan,

terutama masyarakat kelas bawah yang tinggal diluar wilayah makmur yang menjadi pusat

perekonomian yaitu perkotaan seperti Efesus, hal ini menimbulkan kecemburuan sosial. 68

Dampak dari regulasi ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah Romawi tersebut

pada perkembangannya menimbulkan stratifikasi sosial dalam masyarakat, Groenen

mengatakan bahwa berdasarkan kemampuan ekonominya, masyarakat yang hidup di wilayah

jajahan Romawi seperti Efesus dapat dikelompokkan dalam tiga kelas sosial. Pertama adalah

kaum aristokrat, mereka terdiri dari pejabat yang berkuasa, tuan tanah, pedagang serta

usahawan besar, dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki mereka membentuk oligarki

dan menutup diri dari lingkungan masyarakat.

67

Quimby, John: The Universal Gospel, 14. 68

Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 36.

Page 20: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

33

Kedua adalah warga kota, mereka berprofesi sebagai pegawai kecil, tukang,

pengusaha kecil, buruh dan petani. Ketiga adalah budak, mereka adalah tawanan perang,

orang yang memiliki hutang, atau keturunan budak. Menurut tata hukum mereka tidak

memiliki hak apapun, mereka diperdagangkan di pasar. Mereka tidak memiliki hak politik,

namun negara memberikan kebebasan kepada mereka untuk membentuk semacam

perserikatan budak yang bergerak dalam bidang sosial dan keagamaan.69

Lapisan teratas

dalam piramida tersebut tidak mudah ditembus oleh lapisan-lapisan bawah yang jumlahnya

jauh lebih banyak, kenyataan inilah yang selanjutnya menimbulkan konflik sosial antar

kelas.70

2.3.4 Konteks Sosio-Keagamaan

Mengingat Efesus adalah wilayah yang menjadi pusat politik dari kekaisaran Romawi

dan menjadi pusat peradaban dari kebudayaan Yunani. Bukan hal yang mustahil bila Efesus

dikepung oleh berbagai macam bentuk kebudayaan yang bersifat Yunani-Romawi maupun

Yahudi. Salah satu bentuk kebudayaan tersebut adalah agama. Dengan melihat konteks

situasi sebelumnya banyak ahli menemukan bahwa di dalam kota Efesus di temukan berbagai

macam aliran keagamaan yang dapat dikelompokkan dalam dua faksi besar yaitu agama

negara dan agama misteri.

Pertama adalah agama negara, yaitu agama yang dibentuk oleh negara, berupa

pemujaan terhadap ibu kota Roma, kaisar, serta dewa-dewi Romawi, dimana ibadah kultus

tersebut diselenggarakan dan diatur oleh negara serta dipimpin oleh uskup-uskup kenegaraan.

Uskup-uskup inilah yang secara aktif melakukan intervensi keagamaan kepada seluruh

masyarakat Romawi termasuk orang-orang Kristen dalam kelompok Yohanes agar mereka

meninggalkan agamanya dan berbalik kepada agama negara. Pertimbangan dari pemujaan

tersebut lebih kepada persoalan politis dimana negara ingin memaksakan persatuan dan

69

Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 39, 143. 70

Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 144.

Page 21: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

34

kemantapannya atas seluruh wilayah jajahan. Pemujaan terhadap kaisar dan dewa-dewi

Romawi yang ada di masa Efesus adalah pemujaan kaisar Domitianus serta pemujaan

terhadap dewi Artemis.71

Pada perjalanannya praktik keagamaan tersebut mendatangkan reaksi dari orang-

orang Kristen Efesus seperti pemboikotan dan pemartiran. Terhadap reaksi tersebut

pemerintah Romawi pada masa kaisar Domitianus melakukan penganiayaan verbal terhadap

orang-orang Kristen di Efesus. Orang Kristen di Efesus dianggap sebagai golongan atheos

dengan kepercayaannya dalam menyembah benda yang tidak berwujud yaitu Yesus Kristus.

Orang Kristen dianggap sebagai orang yang anti-sosial karena keberadannya yang

menyendiri. Kekristenan dianggap tidak toleran, orang-orang Kristen di ejek dan diperolok

karena mereka tidak ikut serta dalam perayaan publik seperti yang dilaksanakan oleh

masyarakat Efesus yang berbudaya Yunani-Romawi. Orang Kristen dianggap biadap karena

dalam ibadahnya mereka melakukan „sakramen‟ dengan memakan daging dan minum darah,

orang Kristen dianggap hidup dalam takhyul dengan cerita kebangkitan Yesus Kristus, dan

yang terakhir orang Kristen dianggap sebagai orang bodoh karena masyarakat berpendapat

bahwa bagaimana mungkin orang yang tersalib dianggap sebagai juru selamat. Karena

hukuman salib dalam budaya Romawi adalah hukuman yang rendah, hukuman salib hanya

diberikan pemerintah Roma kepada penjahat-penjahat politik, yaitu mereka yang oposisi dan

memberontak pemerintah yang berkuasa.72

Penganiayaan tersebut sempat terhenti pada masa kekaisaran Nerva, hal ini

disebabkan oleh kebijakan politik kaisar Nerva yang coba untuk membersihkan kekaisaran

dari pengaruh aturan Domitianus dengan merekonstruksi aturan negara menjadi lebih toleran

dan merakyat. Salah satu kebijakan politiknya adalah dengan menyatakan keberpihakannya

kepada kekristenan, yaitu dengan dukungan pada kegiatan-kegiatan misi yang dilakukan oleh

71

Koester, Introduction to the New Testament: History, Culture, 322. 72

Koester, Introduction to the New Testament: History and Literature, 144, 148.

Page 22: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

35

gereja mula-mula. Namun ketika kekuasaan jatuh ketangan Trajan, penganiyaan tersebut

kembali terulang, karena Trajan kembali menghidupkan sistem serta rencana politik

Domitianus, tetapi yang membedakan justru melalui penganiayaan yang dialami pada masa

Trajan tersebut kekristenan menjadi salah satu agama yang berkembang pesat, dan mulai

keluar dari bayang-bayang keyahudian untuk menjadi sebuah agama yang mandiri.73

Kedua adalah agama misteri, yaitu agama-agama baru yang muncul sebagai akibat

dari sinkretisme agama-agama dominan. Terdapat berbagai macam agama misteri yang

berkembang di Efesus pada masa penulisan Injil Yohanes namun yang paling sering

disinggung oleh para ahli adalah kekristenan, Gnostikisme, Stoikisme, Neo-Pitagoranisme,

Cynic dan Hellenistic Jewish Piety. Pertama adalah kekristenan, agama ini muncul sebagai

hasil sinkretisme dari agama Yahudi. Di Efesus kekristenan telah mengarah pada satu

institusi yang formal. Mereka terbagi dalam beberapa faksi, yang banyak disinggung dan

berkaitan dengan penulisan Injil Yohanes adalah Kekristenan Proto-Ortodoks dan Penerus

Tradisi Yohanes Pembaptis. Kedua faksi tersebut pada perkembangannya kemudian

berkonflik karena kaum Proto-Ortodoks berpegang pada keyakinan atau iman yang benar.

Sedangkan kelompok Kristen penerus tradisi Yohanes pembaptis, adalah kelompok yang

berbeda dalam tata cara pembaptisan serta pandangan Kristologis seputar Yesus.74

Pendapat tersebut sangat diragukan karena agak sulit untuk memahami bahwa penerus

tradisi Yohanes Pembaptis masih bertahan sampai pada akhir abad pertama karena tidak ada

bukti-bukti yang cukup kuat untuk menyatakan pendapat tersebut. Mengingat komunitas

Yohanes Pembaptis hidup pada masa Yesus yaitu antara abad ke 4 SZB-66 ZB. Namun jika

kelompok kekristenan Proto-Ortodoks kemungkinan memang mengalami perkembangan

pada masa penulisan Injil Yohanes yaitu pada periode akhir abad pertama. Ioanes Rakhmat

mengidentifikasikan bahwa kelompok Kristen pembaca Injil Yohanes merupakan bagian dari

73

Riecke, The New Testament Era, 302. 74

Goundry, A Survey of the New Testament, 76.

Page 23: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

36

kekristenan Proto-Ortodoks.75

Goundry mencatat bahwa kelompok Kristen pengikut Yohanes

meyakini bahwa Yesus adalah Mesias, yang memiliki nilai superioritas, yang telah

membaptis orang-orang percaya dengan darah dan Roh. Kelompok Kristen pembaca Injil

Yohanes hidup menyendiri dan terpisah dari lingkungan sosialnya. Mereka hidup sebagai

kultus agama rahasia di lingkungan Yunani-Romawi yang keberadaaannya tidak diakui oleh

hukum dan tata negara.76

Gnostikisme, aliran keagamaan ini muncul pada akhir abad pertama. Terdapat

berbagai macam faksi dalam kelompok Gnostik. Salah satu kelompok Gnostik yang ada

hubungannya dengan penulisan Injil Yohanes adalah kelompok Gnostik Kristen. Kelompok

ini meyakini bahwa seseorang diselamatkan bukan karena Kristus atau karena melakukan

perbuatan baik, melainkan karena pengetahuan yang benar tentang dunia, Allah dan diri

sendiri. Dalam rangka mempelajari pengetahuan tersebut mereka memerlukan pewahyuan

yang datang dari atas melalui utusan dari alam rohani yaitu adalah Kristus. Secara teologis,

kaum Gnostik memahami Kristus dalam dua hal, pertama Kristus dianggap sebagai dewa dari

atas, dan tidak pernah menjadi manusia. Kedua, Kristus dianggap sebagai manusia sejati

tetapi tidak memiliki kekuatan ilahi. Hal yang membedakan antara kelompok Gnostik Kristen

dengan Kristen adalah kelompok Gnostik Kristen menganggap orang-orang yang

memperoleh pencitraan buruk dalam sejarah kekristenan seperti, kain dan Yudas Iskariot,

dianggap sebagai orang-orang yang justru telah melihat kebenaran, dan memahami rahasia

yang dipersyaratkan bagi keselamatan. Persoalan inilah yang kemudian mendatangkan

konflik dengan Jemaat Yohanes.77

Stoikisme, kultus keagamaan ini mulai terbentuk pada abad ketiga SZB. Latar

belakang terbentuknya kultus keagamaan ini adalah karena sejarah teror yang di alami oleh

75

Ioanes Rakhmat, Yesus, Maria Magdalena, Yudas dan Makam Keluarga, (Banten: Sirao Credentia,

2006) 36. 76

Goundry, A Survey of the New Testament, 80. 77

Koester, Introduction to the New Testament: History, Culture, 302 .

Page 24: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

37

manusia sehingga membuat kelompok ini mempertanyakan keberadaan Tuhan; jika Tuhan

memang ada dan jika memang Ia peduli, kenapa Ia membiarkan orang-orang menderita

berkepanjangan akibat perang dan kelaparan? jika memang hanya dia yang memiliki

kekuatan atas dunia ini kenapa Ia membiarkan orang-orang miskin dirampok oleh orang-

orang kaya dan orang-orang baik mendapatkan kekejaman dari kuasa kejahatan?. Tuhan

dalam pengertian tradisional tidak memiliki tempat pada filosofi kelompok Stoikisme. Dalam

ajarannya mereka menganggap bahwa Tuhan tidak hadir secara personal. Penekanan ajaran

mereka adalah pada ketenangan hati (apetheia) yang dimengerti sebagai rasa pemenuhan diri

dan otonomi diri terhadap rasa keasyikan dan kekhawatiran. Pemenuhan tersebut mereka

yakini dapat menimbulkan kepedulian terhadap penderitaan sesama.78

Neo-Pitagoranisme, kultus keagamaan ini mulai popular sekitar abad pertama ZB.

Kepopulerannya disebabkan oleh kemampuan kultus ini dalam mensintesakan berbagai

macam aliran filosofi dan keagamaan yang saat itu berkembang di Efesus. Kultus ini

meyakini bahwa sisi ketuhanan dari diri masing-masing orang secara terus-menerus

menyerukan untuk kembali kepada pencarian pada hal-hal yang bersifat ketuhanan. Neo-

Pitagoranisme memandang segala hal dalam hidup ini secara matematis. Pengikut kultus ini

membentengi diri dari segala macam bentuk kehidupan, mereka tidak memakai pakaian yang

berbahan dasar kulit atau wol, mereka tidak memakan daging.79

Dalam menggambarkan hubungannya dengan Tuhan mereka menyebut dirinya

sebagai orang-orang yang tinggal didalam Tuhan, serta orang-orang yang berada di antara

Roh Tuhan. Kultus ini menawarkan sebuah metode pembebasan dari tragedi kemanusiaan

yaitu berada dalam keselarasan bersama Tuhan, sebuah cara untuk mengatasi keterasingan

dan kesendirian yaitu dengan mempererat ikatan kekeluargaan dengan kekuatan yang

78

Calvin J. Roetzel, The World that Shaped the New Testament (Atlanta: John Knox Press, 1985) 47. 79

Roetzel, The World that Shaped the New Testament, 47.

Page 25: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

38

memiliki sifat ketuhanan, dan menawarkan sebuah pesan pembebasan dari belenggu hal-hal

yang irasional dan kekuatan yang tidak terduga.

Cynics, kultus ini menggadang-gadang sebuah bentuk kesederhanaan hidup dan

memiliki keberpihakan pada ketidak-berdayaan dengan mengkalaim memperoleh

pembebasan dari nilai-nilai yang dianggap keliru oleh masyarakat dan pendapat yang murah

yang datang dari mayoritas orang yang tidak dianggap. Cynic mencari keutuhan pribadinya

dengan menelanjangi diri dari lingkaran kekayaan, pakaian yang bagus, jaminan kemewahan,

popularitas dan keluarga. Mereka mempelajari nilai-nilai ketradisionalan yang dianggap hina

oleh kebanyakan masyarakat. Rasa hina yang mereka terima akibat perbedaan memperlihatan

kekuatan yang besar. Atas dasar kehidupan yang mereka jalani, Cynic menganggap dirinya

sebagai kaum yang paling terberkati.80

Hellenistic Jews Piety, yaitu agama yang dianut oleh sebagian besar orang-orang yang

berkebangsaan Yahudi. Pada mulanya agama ini terdiri dari tiga faksi besar diantaranya

adalah kaum Saduki yaitu imam besar dan imam kepala Bait Allah. Kaum Farisi, terdiri dari

orang awam dan rohaniawan tingkat rendahan. Serta Kaum Esseni, ketiga faksi tersebut

bernaung dalam sebuah lembaga keagamaan besar yang dinamakan dengan Sanhedrin.

Namun setelah intervensi yang dilakukan oleh kekaisaran Romawi dan perang saudara antara

orang-orang Yahudi yang terjadi sekitar tahun 70 ZB ketiga faksi tersebut hilang dan hanya

menyisakan sekelompok kecil penganut Yahudi yang keberadaaannya tersebar keseluruh

kekaisaran Romawi termasuk Efesus. Di wilayah-wilayah kekaisaran Romawi tersebut

mereka hidup sebagai orang-orang Yahudi Diaspora dan membentuk kultus keagamaan yang

dinamakan dengan Helenistic Jewish Piety.81

Kultus tersebut dibentuk sebagai sebuah upaya yang dilakukan oleh orang-orang

Yahudi Diaspora untuk mempertahankan keyahudian ditengah gerusan budaya Yunani yang

80

Roetzel, The World that Shape the New Testament, 47. 81

Roetzel, The World that Shape the New Testament, 49.

Page 26: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

39

begitu besar melanda seluruh dunia yang berada di bawah kekaisaran Romawi. Usaha

tersebut dilakukan dengan menghilangkan jurang pemisah antara agama Yahudi dengan

kultur kebudayaan Yunani, yaitu dengan mengubah terjemahan kitab suci Ibrani kedalam

bahasa Yunani, serta mewajibkan para imam untuk berbahasa Yunani. Mereka menyebarkan

kultus tersebut kepada semua orang, baik kepada orang Yahudi asli ataupun orang-orang

yang bukan Yahudi. Untuk mendapatkan pendengar dan pengikut mereka melakukan

penyebaran agama secara berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Keberhasilannya adalah

banyak orang yang bukan Yahudi datang ke Sinagoge, mengikuti sabbat Yahudi,

mempelajari Torah, dan memberikan anak mereka nama Yahudi. Dampaknya adalah jurang

pemisah antara Yahudi dan bukan Yahudi mulai hilang, interaksi mereka mendatangkan

toleransi, penghormatan, dan dalam beberapa konteks terjadi saling kerjasama.82

Para ahli seperti Groenen menduga bahwa salah satu dari kelompok Yahudi Diaspora

tersebut sama dengan kelompok apokaliptik yang berpusat di Qumran, yaitu sebuah daerah di

tepi laut asin disekitar gurun Yudea. Mereka merupakan pusat dari kelompok-kelompok

keagamaan lain diluar Palestina. Anggota kelompok ini terdiri dari kaum lewi orang-orang

awam dan imam-imam rendahan yang dahulu tidak diizinkan menyelenggarakan peribadatan

di Bait Allah, karena mereka mengalami konflik dengan imam-imam kalangan atas di

Yerusalem dan dianiaya oleh mereka. Secara ekonomi kelompok Qumran menerapkan

semacam sistem komunisme yang dipimpin oleh seorang imam, mereka mencukupi

kebutuhan hidupnya dengan bertani, beternak, bertukang.

Dari segi keagamaan mereka tampil sebagai bidah, mereka melaksanakan hukum

taurat, mulai dari upacara pembasuhan, sunat, bahkan aturan taurat menjadi syarat untuk ikut

serta dalam kelompok ini. Dari segi kebudayaan, kelompok Qumran berkebudayaan Yahudi,

namun mereka hidup menyendiri di gurun, oleh karena itu mereka memiliki nilai dan aturan

82

Koester, Introduction to the New Testament: History, Culture, 390.

Page 27: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

40

sendiri dalam sektenya, sebagian dari mereka tidak menikah. Secara ekonomi dan politik

mereka dapat dibedakan dalam dua kelas yaitu kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas adalah

kelompok imam yang memiliki peranan ekonomi dan politik sedangkan kelas bawah adalah

kelompok imam yang miskin dan tidak memiliki peranan politik.83

Banyak ahli yang

menduga kelompok tersebut sebagai asal-usul dari komunitas Yohanes namun pendapat

tersebut perlu dikaji lebih lanjut untuk membuktikan kebenarannya.

Menurut Groenen, kelompok Yohanes memiliki sejarah konflik yang panjang dengan

orang-orang Yahudi Diaspora yang berada di Efesus. Pokok permasalahannya adalah tentang

monotheisme YHWH. Orang-orang Yahudi mengimani bahwa hanya ada satu Tuhan yang

esa yaitu YHWH, tetapi orang-orang Kristen mengimani bahwa Tuhan mereka adalah Yesus.

Dampak dari polemik ini adalah munculnya surat keputusan untuk mengucilkan golongan

Kristen Yohanes dari Komunitas Yahudi. Kemudian mereka juga dilaporkan sebagai bidah

kepada Sinagoge, sehingga pada setiap peribadatan kelompok Yohanes dikutuk. Tindakan ini

meruncing dan sampai pada puncaknya ketika muncul pembunuhan kepada jemaat Kristen

pembaca Yohanes. Ketiga adalah polemik dengan Sinagoge yang penyebabnya tidak begitu

diketahui, dampak dari polemik ini adalah munculnya keputusan yang secara resmi

mengeluarkan kelompok Yohanes dari masyarakat Yahudi.84

2.4 Penutup

Dari paparan tentang persoalan-persoalan teks Injil Yohanes dapat disimpulkan

bahwa Injil Yohanes ditulis oleh penerus tradisi Yohanes antara tahun 90-100 ZB di Efesus.

Injil Yohanes ditulis dalam empat tahap penulisan. Tahap pertama disebut dengan sebelum

Injil, tahap kedua disebut dengan saat Injil mulai ditulis, tahap ketiga disebut dengan saat Injil

sedang ditulis, tahap keempat disebut dengan saat Injil sudah ditulis. Injil Yohanes terdiri dari

dua struktur sastra, yang pertama adalah mitos sedangkan yang kedua adalah tragedi

83

Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 50. 84

Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, 143.

Page 28: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

41

romantis. Penulisan Injil Yohanes ditujukan kepada tiga alamat berbeda, pertama adalah

kepada golongan non-Kristen agar mereka bersedia menerima Yesus sebagai Tuhan dan

Juruselamat. Kedua kepada golongan Kristen agar mereka memperoleh penguatan didalam

Kristus atas penderitaan yang mereka terima akibat konflik melawan Agama Negara,

Kekaisaran Romawi dan kultus keagamaan lain diluar kekristenan. Ketiga kepada golongan

Kristen yang sudah mulai terpengaruh oleh ajaran lain diluar kekristenan sehingga mereka

mencampur adukkan ajaran Kristen dengan ajaran dari kultus keagamaan lain diluar

kekristenan.

Kemudian dari paparan tentang konteks sosio-politik Injil Yohanes dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya kelompok Kristen pembaca Injil Yohanes harus berjuang melawan

tekanan dan penganiayaan yang luar biasa. Penganiayaan dan tekanan tersebut diterima dari

luar kelompok maupun dari dalam kelompok. Penganiayaan dari luar diterima kelompok

Yohanes dari kekaisaran Romawi melalui penjajahan berlapis yang diupayakan melalui

propaganda politik, budaya, ekonomi dan keagamaan. Dalam hal politik kelompok Yohanes

dianggap menentang pemerintah imperial, keberadaannya dianggap illegal, penyebab

kerusuhan publik, muncul pembunuhan masal terhadap orang-orang Kristen, sehingga

banyak orang Kristen yang menjadi martir. Dalam hal budaya mereka berjuang untuk

mengkomunikasikan Yesus dalam budaya Yunani-Romawi, mereka dianggap anti-sosial

karena tidak mengikuti aturan dalam budaya Yunani-Romawi, dalam stratifikasi mereka

menempati kelas paling bawah.

Dalam hal ekonomi, kelompok Yohanes harus berjuang melawan diskriminasi

ekonomi, tidak memiliki hak apapun, untuk bekerja mereka harus diam-diam, berada dalam

sratifikasi sosial paling rendah. Dalam hal keagamaan, mereka tidak diakui secara hukum,

hidup sebagai agama misteri, tidak dapat melakukan kultus keagamaan secara leluasa,

dianggap bodoh karena mengimani Yesus yang telah mati dalam salib, dianggap biadab

Page 29: BAB 2 KONTEKS SOSIO-POLITIK INJIL YOHANES 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8881/3/T1_712008030_BAB II.pdf · Surat Yohanes yaitu beberapa orang ... kesamaan ciri sebagai sastra

42

karena makan daging dan darah. Hidup dalam keberagaman kepercayaan, dalam

keberagaman tersebut muncul desakan dan intervensi dari agama negara yang menganggap

kaisar Romawi serta dewa-dewi Romawi sebagai Tuhan dan Allah, kemudian dari berbagai

macam agama misteri, mulai dari Gnostikisme yang memisahkan sisi ilahi dan insani Yesus.

Stoikisme yang menganggap bahwa Tuhan tidak hadir secara Personal. Neo-Pitagoranisme

yang mensintesakan berbagai macam aliran kepercayaan serta memandang segala hal dalam

hidup secara matematis. Cynic yang menganggap dirinya sebagai kaum yang paling

terberkati, menekankan kesederhanaan hidup, menelanjangi diri dari ikatan keluarga,

pupolaritas. Helenistik Jewish Piety yang pada masa lalunya memiliki sejarah konflik yang

panjang dengan kelompok Yohanes, menganggap YHWH sebagai Tuhan.

Selain dari pihak pemerintah penganiayaan dari luar juga diterima dari masyarakat

Yunani-Romawi. Mereka menganggap kelompok Yohanes sebagai kaum yang anti-sosial,

biadab, tidak bermoral dan bodoh. Sedangkan penganiayaan dari dalam diterima kelompok

Yohanes dari orang-orang Kristen yang sudah mulai terpengaruh oleh agama negara serta

agama-agama misteri. Pengaruh tersebut menyebabkan persaingan tentang siapa kelompok

yang memiliki pemahaman paling benar. Akibat persaingan tersebut kemudian muncul

perpecahan dalam kelompok Yohanes.

Penganiayaan berlapis yang mereka terima baik dari luar maupun dari dalam

kelompok, sentuhan dengan keberagaman budaya, ideologi serta sistem kepercayaan

menjadikan komunitas Kristen pembaca Injil Yohanes bias akan identitasnya sebagai orang

Kristen. Mereka mengalami kebingungan dalam menentukan bentuk kehidupan yang harus

mereka jalani sebagai komunitas Kristen. Mereka mulai gamang akan eksistensinya di dunia

Yunani-Romawi. Karena ada kemungkinan berbagai macam kepercayaan yang mendominasi

dan ideologi yang terbentuk dalam masyarakat akan memusnahkan mereka dari sejarah

peradaban dunia.