BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis...

59
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN 2.1. TINJAUAN MASTER PLAN EKSITING 2.1.1. Master Plan Pengelolaan Sampah 1987 – 2005 (JICA 1987) Sejak 1987 Pengelolaan Sampah di Jakarta mempunyai arahan dari hasil studi proyek Peningkatan Sistem Pengelolaan Sampah di DKI Jakarta (Study on Solid Waste Management System Iprovement Project in The City of Jakarta in Indonesia), yang berfungsi sebagai Rencana Induk (Master Plan) Pengelolaan Sampah di Jakarta. Ini merupakan Master Plan pertama yang didanai dan dipelopori penyusunannya oleh JICA. Kala itu di tahun 1986 Dinas Kebersihan DKI Jakarta dan pihak Rukun Warga (RW) telah sanggup melayani jasa pengumpulan sampah 62% dari luas wilayah DKI Jakarta atau 410 km 2 . Jumlah penduduk tahun 1984 tercatat sebanyak 7,3 juta jiwa dengan kepadatan 111 jiwa/ha dan tingkat pertumbuhan 2,7% per tahun. Kurang lebih 80% dari total wilayah kota sudah terbangun, dimana luas wilayah DKI Jakarta berupa daratan adalah seluas 661,52 km 2 . Wilayah administrasi pemerintahan di DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah administrasi dan 1 kabupaten administratif yaitu Wilayah Administrasi Jakarta Pusat, Wilayah Administrasi Jakarta Barat, Wilayah Administrasi Jakarta Selatan, Wilayah Administrasi Jakarta Timur, Wilayah Administrasi Jakarta Utara dan Kabupaten Administatif Kepulauan Seribu. Jumlah kecamatan dan kelurahan di tahun 1987 sebesar 30 kecamatan dan 260 kelurahan dengan jumlah RW sebesar 2.201 dan RT sebesar 28.000. Permasalahan yang teridentifikasi pada saat penyusunan Master Plan 1987 adalah (1) pengumpulan yang tidak memadai; (2) peran serta (baik kesadaran dan perilaku) masyarakat yang lemah dan; (3) pendanaan yang tidak memadai. Jumlah pengumpulan per kendaraan rendah, sampah yang terkumpul tidak ditimbang dan tidak ada pemeliharaan yang memadai terhadap kendaraan

Transcript of BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis...

Page 1: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 1

BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN

MASTER PLAN 2.1. TINJAUAN MASTER PLAN EKSITING

2.1.1. Master Plan Pengelolaan Sampah 1987 – 2005 (JICA 1987)

Sejak 1987 Pengelolaan Sampah di Jakarta mempunyai arahan dari hasil studi

proyek Peningkatan Sistem Pengelolaan Sampah di DKI Jakarta (Study on Solid

Waste Management System Iprovement Project in The City of Jakarta in

Indonesia), yang berfungsi sebagai Rencana Induk (Master Plan) Pengelolaan

Sampah di Jakarta. Ini merupakan Master Plan pertama yang didanai dan

dipelopori penyusunannya oleh JICA.

Kala itu di tahun 1986 Dinas Kebersihan DKI Jakarta dan pihak Rukun Warga

(RW) telah sanggup melayani jasa pengumpulan sampah 62% dari luas wilayah

DKI Jakarta atau 410 km2. Jumlah penduduk tahun 1984 tercatat sebanyak 7,3

juta jiwa dengan kepadatan 111 jiwa/ha dan tingkat pertumbuhan 2,7% per

tahun. Kurang lebih 80% dari total wilayah kota sudah terbangun, dimana luas

wilayah DKI Jakarta berupa daratan adalah seluas 661,52 km2.

Wilayah administrasi pemerintahan di DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah

administrasi dan 1 kabupaten administratif yaitu Wilayah Administrasi Jakarta

Pusat, Wilayah Administrasi Jakarta Barat, Wilayah Administrasi Jakarta Selatan,

Wilayah Administrasi Jakarta Timur, Wilayah Administrasi Jakarta Utara dan

Kabupaten Administatif Kepulauan Seribu. Jumlah kecamatan dan kelurahan di

tahun 1987 sebesar 30 kecamatan dan 260 kelurahan dengan jumlah RW

sebesar 2.201 dan RT sebesar 28.000.

Permasalahan yang teridentifikasi pada saat penyusunan Master Plan 1987

adalah (1) pengumpulan yang tidak memadai; (2) peran serta (baik kesadaran

dan perilaku) masyarakat yang lemah dan; (3) pendanaan yang tidak memadai.

Jumlah pengumpulan per kendaraan rendah, sampah yang terkumpul tidak

ditimbang dan tidak ada pemeliharaan yang memadai terhadap kendaraan

Page 2: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 2

operasional lapangan. Personil yang kompeten terkonsentrasi di Kantor Dinas,

sedangkan Suku Dinas kekurangan baik personil maupun peran otonominya.

Saat itu DKI Jakarta mengoperasikan TPST di Cakung Cilincing, Srengseng dan

Kapuk Kamal. Sebuah landfill percontohan dimulai di tahun 1986 di daerah

Srengseng.

Status pada tahun 1986 terdapat 784 LPS (TPS) yang terdiri dari 66 dipo, 212

bak beton, 152 pool gerobak, 91 ruang terbuka, 263 kontainer, 113 lokasi

dengan sistem jali-jali dan 130 lokasi dengan sistem door to door (Sumber: tabel

1.4-3, Master Plan 1987). Ada 9 (sembilan) jenis kendaraan pengumpul

digunakan. Dengan total 752 kendaraan pengumpul yang terdiri dari 163

kendaraan kargo besar, 60 kendaraan kargo kecil, 42 truk tipper besar, 189 truk

tipper kecil, 39 truk arm roll besar, 29 truk arm roll kecil, 11 mobil crane, 101

truk compactor besar dan 118 truk compactor kecil. Penyapuan jalan

dilaksanakan hingga 751 km jalan protokol, jalan ekonomi dan jalan lainnya.

Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah

Timbulan Sampah

Data timbulan sampah hasil survey pada Master Plan 1987 seperti pada Tabel

2.1. berikut:

Tabel 2.1. Timbulan Sampah DKI Jakarta tahun 1985

Sumber Penghasil Sampah

Unit (ton/hari)

Sumber MP 1987 Nomor Tabel/Halaman

Pemukiman 2.430 Tabel 2.2-8/hal. S2-16

Pasar 810 Tabel 2.2-3/hal. S2-10

Perkantoran 420 Tabel 2.2-5/hal. S2-12

Pertokoan 390 Tabel 2.2-5/hal. S2-12

Hotel 50 Tabel 2.2-5/hal. S2-12

Industrial 780 Tabel 2.2-8/hal. S2-16

Penyapuan Jalan & Saluran 50 Tabel 2.2-8/hal. S2-16

Total 4.930 Tabel 2.2-8

Sumber: Laporan Master Plan 1987.

Page 3: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 3

Komposisi dan Karekteristik Sampah

Data komposisi dan karakteristik sampah dari Master Plan 1987 seperti pada

Tabel 2.2 dari sumber domestik (pemukiman) dan sumber komersial

(pertokoan, perkantoran, hotel) berikut:

Tabel 2.2. Komposisi dan Karakteristik Sampah dari Sumber Domestik dan Sumber Komersial

Komponen Domestik (Tahun 1985)

Komersial (Tahun 1984)

Komposisi Sampah

Plastik 10 % 13 %

Kertas 17 % 25 %

Tekstil 5 % 3 %

Kayu 12 % 7 %

Garbage 23 % 28 %

Lainnya 15 % 14 %

Logam 4 % 4 %

Gelas/Beling 4 % 5 %

Batu 10 % 1 %

Total 100 % 100 %

Karakteristik Sampah

Kadar Air 54 % 48 %

Volatile 28 % 36 %

Kadar Abu 18 % 17 %

Rasio C/N 31 35

Nilai Kalori Rendah 1.100 Kkal/Kg 1.600 Kkal/Kg

Tabel Sumber Data Tabel 2.2-16 Tabel 2.2-17

Sumber: Laporan Final Master Plan Sistem Manejemen Sampah 1987.

Konsepsi Master Plan 1987 – 2005 Aspek Regulasi

Upaya-upaya kebijakan hukum jangka panjang harus ditegakkan. Aspek hukum

harus dikembangkan untuk:

§ Pembagian tanggung jawab dalam pengelolaan sampah;

Page 4: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 4

§ Pengawasan terhadap pengumpulan sampah yang dilaksanakan pihak

swasta;

§ Pengawasan lokasi-lokasi TPST kecil;

§ Peraturan hukuman terhadap pembuangan sampah illegal.

Standar pengumpulan, pengolahan dan pemusnahan sampah akan dibuat untuk

mengklarifikasi bentuk-bentuk pembuangan sampah illegal dan ini harus

dilaksanakan secara ketat. Suku Dinas akan ditempatkan dibawah pengawasan

Dinas Kebersihan untuk memperbaiki ketidaktergantungannya.

Aspek Kelembagaan

Sampah domestik seluruhnya akan dikelola oleh Dinas Kebersihan dengan

bantuan masyarakat di tingkat RT/RW untuk pengambilan sampah dari tiap-tiap

pemukiman. Sampah rumah sakit diidentifikasi sebagai komponen terpisah yang

akan dikelola oleh rumah sakit yang bersangkutan. Pengangkutan sampah

komersial dipertimbangkan cocok dilakukan oleh sektor swasta dibawah

pengawasan Dinas Kebersihan, tetapi pengolahan sampah dan pemusnahannya

harus dilokasi yang telah ditentukan oleh Dinas Kebersihan. Pengelolaan sampah

pasar merupakan tanggung jawab PD Pasar Jaya. Dinas Pekerjaan Umum

bertanggung jawab sampah sungai dan drainase yang selanjutnya diangkut oleh

Dinas Kebersihan. Sampah industri yang berupa sampah domestik dan komersial

akan dikumpulkan oleh Dinas Kebersihan, sampah industri lainnya diangkut dan

dimusnahkan oleh penghasil sampah atau sektor swasta dibawah pengawasan

Dinas Kebersihan. Drainase mikro dirawat oleh RT/RW, tapi sampah dari saluran

akan diangkut dan dimusnahkan oleh Dinas Kebersihan.

Dinas Kebersihan dirubah menjadi sebuah perusahaan umum serupa dengan

Perusahaan Daerah Kebersihan (PDK) dengan struktur organisasi usulan adalah

1) pada tingkat Dinas Kebersihan diperlukan 3 Divisi dan 12 seksi, 2). Pada

tingkat suku dinas kebersihan diperlukan 5 divisi dan 25 seksi, 3). Jumlah staf

diperlukan 10.278 orang.

Aspek Pendanaan

Master Plan 1987 memperkirakan kebutuhan investasi pengelolaan sampah untuk

kurun waktu 25 tahun (1989 – 2014) sebesar Rp. 652,7 milyar. Investasi

Page 5: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 5

kumulatif sebesar Rp. 456 milyar diproyeksikan dalam 3 (tiga) tahapan rencana

investasi proyek mulai 1989 – 2005. Investasi tersebut mencakup perbaikan

pengumpulan sampah, pembangunan SPA dan pengembangan TPST, peralatan

penyapuan jalan dan bengkel. Ketiga tahapan investasi tersebut antara lain:

§ Tahap I (1989 – 1995), dibagi lagi menjadi Tahap A (1989-1992) dan Tahap

B (1993-1995). Pada Tahap A mengutamakan perbaikan sistem

pengumpulan sampah di Jakarta Pusat, pembangunan SPA besar dan

pengembangan lokasi TPST di Bekasi. Tahap B terdiri dari perbaikan

pengumpulan lebih lanjut di Jakarta Pusat dan sekitarnya, pembangunan

sebuah SPA besar, sebuah SPA kecil dan sebuah TPST di Tangerang.

Jumlah biaya Tahap I seluruhnya sebesar Rp. 167 milyar (Rp. 139,9 milyar

investasi instrumenal dan Rp. 27,1 milyar penggantian), semuanya

dinyatakan dalam harga konstan tahun 1987;

§ Tahap II (1996-2000), biaya untuk perbaikan pengumpulan di Wilayah DKI

Jakarta yang belum tercakup dalam Tahap I, pembangunan 10 SPA kecil dan

perluasan areal TPST Bekasi dan Tangerang. Total perkiraan baiaya sebesar

Rp. 117 milyar, dimana Rp. 83 milyar investasi baru dan Rp. 34,8 milyar

untuk penggantian.

§ Tahap III (2001-2005), biaya untuk pembangunan 3 SPA kecil tambahan,

perluasan area TPST Bekasi dan Tangerang. Total perkiraan biaya sebesar

Rp. 170,8 milyar, dimana Rp. 39,9 milyar investasi baru dan Rp. 130,9

investasi penggantian.

Sumber dana yang dinominasikan oleh JICA untuk pembiayaan Master Plan

selama 1989 – 2014 dan investasi proyek periode 1989 – 2005 adalah anggaran

tahunan (APBD) dan pinjaman dari luar dan dalam negri.

Solusi yang diusulkan untuk perbaikan efisiensi pengumpulan retribusi sampah

adalah pembebanan (surecharge) pada tagihan listrik.

Aspek Peran Serta Masyarakat

Tiap Suku Dinas akan memiliki loket pengaduan, satu unit hubungan masyarakat

dan unit penyuluhan masyarakat guna mempromosikan partisipasi masyarakat.

Penyuluhan akan diberikan kepada RT/RW dan perbaikan serta penyediaan

gerobak sampah. Beberapa hari dalam setahun akan ditetapkan sebagai hari

Page 6: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 6

kerja bakti kebersihan dimana Suku Dinas akan menyediakan pelayanan

angkutan sampah yang terkumpul. Kontainer untuk material sampah yang dapat

digunakan kembali (seperti beling, logam, dan kain) akan disediakan di tiap

RT/RW, yang selanjutnya akan menghasilkan dana untuk keperluan RT/RW.

Pedagangn barang bekas swasta akan diperkenalkan. Akhirnya penduduk harus

mau membayar retribusi dengan cara memberi tahu mereka bahwa untuk

pemeliharaan standar kesehatan lingkungan diperlukan sejumlah uang yang

besar/banyak.

Aspek Teknis Operasional

Master Plan 1987 memperkirakan pada tahun 2005 jumlah penduduk DKI Jakarta

akan mencapai 12 juta jiwa sehingga timbulan sampah akan mencapai angka

10.270 ton/hari (Sumber Tabel 2.2-10/hal. S2-17). Dengan timbulan sampah

pasar diproyeksikan meningkat dari 810 ton/hari tahun 1987 menjadi 1.710

ton/hari tahun 2005; timbulan sampah industri diproyeksikan meningkat dari 780

ton/hari menjadi 1.510 ton/hari tahun 2005; sampah yang dibuang ke sungai

dan saluran diperkirakan sebesar 130 ton/hari tahun 2005. Sehingga diagram

pola aliran sampah tahun 2005 seperti pada Gambar 2.1.

Page 7: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 7

Gambar 2.1. Rencana Pola Aliran Sampah Tahun 2005 – Master Plan 1987

Page 8: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 8

Master Plan 1987 mentargetkan sampah sebesar 9.290 ton/hari pada tahun 2005

akan dibuang ke TPST. Lokasi TPST diprioritaskan berada dalam wilayah kota

Jakarta. Wilayah-wilayah lain harus diberi prioritas untuk membangun Stasiun

Peralihan Antara (SPA) untuk melayani TPST yang jauh. Wilayah Jakarta Pusat

harus diberi prioritas utama dalam pembangunan stasiun peralihan, diikuti

Jakarta Selatan dan Jakarta Utara. Untuk melayani Jakarta Pusat/Selatan, stasiun

peralihan besar harus dibangun dalam jarak 15 km dari pusat kedua wilayah

tersebut.Untuk keperluan tersebut, harus digunakan sistem compactor-container.

Untuk wilayah Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat, stasiun peralihan

kecil harus dibangun tergantung dari penggunaan lokasi TPST jarak jauh.

Stasiun-stasiun ini harus menggunakan sistem datar dengan hopper. Master

Plan 1987 juga merekomendasikan 13 SPA kecil dengan kapasitas 400 ton/hari

dengan perkiraan luas SPA sebesar 0,75 ha dan 2 SPA besar dengan kapasitas

2.000 ton/hari dengan perkiraan kebutuhan luas 2 ha. Pola persebaran lokasi

SPA dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Pola Persebaran Lokasi SPA

Ada 2 lokasi TPST direncanakan akan menangani sampah dari DKI Jakarta yaitu

di Bekasi dan Tangerang. TPST di Bekasi akan melayani sampah dari wilayah

LEGENDA

JALAN EXISTING

RENCANA JALAN

JALAN TOLL

RENCANA JALAN TOLL

SPA SKALA BESAR

SPA SKALA KECIL

POLA PERSEBARANLOKASI SPA

SUMBER :

BEKASI

TANGERANG LEGENDA

JALAN EXISTING

RENCANA JALAN

JALAN TOLL

RENCANA JALAN TOLL

SPA SKALA BESAR

SPA SKALA KECIL

BEKASI

TANGERANG

Solid Waste Management SystemImprovement Study In The City of Jakarta

Page 9: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 9

Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Sedangkan TPST di Tangerang

akan melayani wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Bantar Gebang

merupakan daerah rencana lokasi TPST di Bekasi dan Ciangir merupakan daerah

rencana TPST di Tangerang. Sanitary Landfill terpilih sebagai opsi penanganan

dan pemusnahan sampah di TPST.

Usulan Tahapan Pelaksanaan Program Master Plan 1987 Master Plan Pengelolaan Sampah DKI Jakarta 1987 dibagi dalam 3 tahap

pelaksanaan 5 tahunan sebagai berikut:

Tahap I (1989 – 1995)

a) Proyek-proyek perbaikan di Wilayah Jakarta Pusat

- Perbaikan sistem pengumpulan sampah

- Pembangunan SPA Sunter

- Pembangunan TPST Bekasi Tahap I

- Promosi pemungutan retribusi

b) Proyek-proyek perbaikan di Wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta

Selatan dan Jakarta Timur

- Perbaikan sistem pengumpulan sampah

- Pembangunan SPA Srengseng

- Pembangunan TPST Tangerang Tahap I

- Promosi pemungutan retribusi.

Tahap II (1996 – 2000)

§ Pembangunan SPA di Wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta

Timur

§ Pembangunan TPST Bekasi Tahap 2

§ Pembangunan TPST Tangerang Tahap 2

Tahap III (2001 – 2005)

§ Peningkatan kapasitas pengumpulan sampah

§ Perkuatan kapasitas penanganan SPA Sunter dan Srengseng

Page 10: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 10

Identifikasi Kendala Realisasi Master Plan 1987 Berikut ini beberapa kendala merealisasi Master Plan 1987:

Aspek Regulasi

Upaya kebijakan jangka panjang harus diterapkan berdasarkan konsepsi Master

Plan, meliputi aspek hukum yang harus di kembangkan untuk :

1. Pembagian tanggung jawab dalam pengelolaan sampah;

2. Pengawasan terhadap pengumpulan sampah yang dilaksanakan pihak

swasta;

3. Pengawasan lokasi-lokasi TPST kecil;

4. Peraturan hukuman terhadap pembuangan sampah ilegal.

Sampah rumah tangga telah dikelola oleh Dinas Kebersihan sedangkan sampah

industri dan sampah berbahaya harus dikelola dan dimusnahkan oleh penghasil

sampah bersangkutan, yang akan diawasi oleh pemerintah pusat dan daerah.

Pemerintah pusat harus merumuskan pendekatan untuk pemusnahan sampah

regional dan menerbitkan undang-undang tentang pembentukan organisasi

untuk pemusnahan sampah gabungan.

Penegakan hukum tentang sampah selama ini masih lemah, untuk mendukung

sistem pengelolaan sampah yang baru diperlukan penataan kembali peraturan

yang telah ada dan penerbitan peraturan baru berupa Perda, SK Gubernur dan

Instruksi Gubernur yang disesuaikan menyangkut aspek institusi dan teknis

operasional.

Aspek Kelembagaan

Berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 15 Tahun 2002 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, struktur organisasi Dinas

Kebersihan terdiri dari:

1. Pada tingkat Dinas, terdiri dari 6 Sub Dinas, 1 Bagian, 18 Seksi, 5 Sub-

bagian dan 1 Unit Pelaksana Teknis;

2. Pada tingkat Suku Dinas masing-masing terdiri dari 6 Seksi dan 1 Sub-

bagian.

Page 11: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 11

3. Jumlah petugas Dinas Kebersihan terdiri dari 3.633 orang pegawai dan 2.950

orang pegawai harian lepas (PHL). Disamping itu terdapat 6.656 orang

petugas gerobak swadaya masyarakat.

Aspek Pendanaan

a. Besar perhitungan investasi yang dilakukan dalam Master Plan 1987

dinyatakan dalam harga konstan tahun 1987. Sehingga nilainya pada tahun

2005 tidak relevan lagi. Bila jumlah investasi yang direncanakan untuk tiap

tahun dikonversikan ke harga nominal tahunan dengan memperhitungkan

inflasi GDP kumulatif maka nilai rencana investasi proyek 1989-2005 yang

mulanya sebesar Rp. 456 milyar dikonversi menjadi sebesar Rp. 3.165 milyar

nilai 2005.

b. Realisasi retribusi pengelolaan sampah yang dikumpulkan oleh PemProv DKI

Jakarta pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 8,78 milyar dan tahun 2003

sebesar Rp. 10,05 milyar. Sementara Master Plan 1987 penerimaan retribusi

tahun 2005 ditargetkan mencapai nilai yang cukup untuk menutup biaya

operasi dan pemeliharaan, yang diterima dan minimal 90% dari penduduk

yang wajib membayar retribusi. Secara khusus disini terlihat bahwa tidak

ada upaya serius yang telah dibuat oleh DKI Jakarta untuk merubah

pengelolaan sampah menjadi suatu kegiatan yang bersifat cost recovery dan

memperbaiki sistem pengumpulan retribusi.

c. Solusi usulan perbaikan efisiensi pengumpulan melalui pembebanan

(surecharge) pada tagihan listrik secara teoritis merupakan hal yang menarik

karena sebagian besar penduduk kota sudah mendapat layanan listrik.

Tetapi segala upaya untuk menegosiasi pengaturan ini dengan pihak PLN

telah gagal karena ketidakmauan PLN dan tidak adanya kekuatan dorongan

dari pihak pemerintah provinsi. Hal umum yang telah disetujui PLN adalah

memperbolehkan tagihan pengelolaan sampah secara terpisah dari tagihan

listrik, tapi hal ini secara umum tidak berhasil baik karena rumah tangga

membayar tagihan listrik dan mengabaikan tagihan pengelolaan sampah.

d. Master Plan 1987 tidak mengidentifikasi sumber-sumber pinjaman baik luar

maupun dalam negeri, sehingga cukup beralasan untuk menduga bahwa

Studi persampahan yang dilakukan oleh JICA berarti menetapkan araha

untuk sedikitnya sebagian pendanaan diperoleh dari Pemerintah Jepang

Page 12: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 12

yang telah diarahkan ke DKI Jakarta dalam bentuk subsidiary loan

agreements (SLA) melalui yang sebelumnya Regional Development Account

(RDA) di Departemen Keuangan. Pinjaman dalam negeri agaknya juga

dimaksudkan untuk didanai oleh Departemen Keuangan via saluran murni

Rekening Pembangunan Daerah (RPD). Alasan untuk menduga ini adalah

bahwa Bank Indonesia tidak pernah mau meminjamkan untuk jangka

panjang untuk prasarana kota, atau untuk investasi modal jangka panjang

kecuali untuk pinjaman perumahan yang diagunkan.

Aspek Peran Serta Masyarakat

Peran sektor swasta telah ikut berperan dalam pengelolaan sampah baik dalam

proses pengangkutan sampah, pengoperasian SPA dan juga pengoperasian

TPST, berdasarkan sistem kontrak kerja.

Aspek Teknis Operasional

1. Master Plan 1987 merencanakan pembangunan 2 TPST yaitu TPST di Bekasi

dan TPST Tangerang. TPST Bekasi akan melayani sampah dari wilayah

Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Sedangkan TPST di

Tangerang akan melayani wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Bantar

Gebang merupakan daerah rencana lokasi TPST di Bekasi dan Ciangir

merupakan daerah rencana TPST di Tangerang. Namun dalam

pelaksanaannya TPST Ciangir di Tangerang tidak terealisasi, dikarenakan

adanya perubahan RUTR Kabupaten Tangerang yang mengubah peruntukan

untuk areal pemukiman sehingga pemerintah daerah setempat tidak

mengizinkan pembangunan TPST dilokasi tersebut dan masyarakat setempat

menolak rencana pembangunan TPST.

2. Dalam Master Plan 1987, estimasi timbulan sampah tahun 2005 sebesar

10.220 ton/hari, sedangkan hasil surveytimbulan sampah yang dilakukan

oleh konsultan WJEMP memberikan hasil sebesar 6.000 ton/hari. Terlalu

tingginya estimasi Master Plan tersebut disebabkan karena jumlah penduduk

DKI Jakarta untuk tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta jiwa

sedangkan kenyataanya hanya 8,9 juta jiwa.

3. Master Plan 1987 merencanakan pembangunan 2 SPA besar, masing-masing

untuk wilayah barat dan wilayah timur Jakarta dan 13 SPA kecil yang

Page 13: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 13

tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Realisasinya baru dibuat 2 SPA

besar di Cakung dan Sunter, keduanya berlokasi di wilayah timur Jakarta,

sedangkan SPA kecil tidak dibangun. Selain terbatasnya ketersediaan lahan

dalam wilayah Jakarta, ternyata juga masyarakat atau warga Jakarta

menolak daerah disekitar mereka dibangun tempat/stasiun penanganan

sampah khususnya pada wilayah-wilayah pemukiman.

4. Master Plan 1987 merencanakan bahwa sistem pembuangan akhir sampah di

TPST Bantar Gebang menggunakan sistem Sanitary Landfill. Namun

realisasinya, persyaratan pelaksanaan Sanitary landfill tidak dilaksanakan

sepenuhnya.

2.1.2. Master Plan Review & Program Development 2005 - 2015 (WJEMP 2005) Master Plan Review & Program Development 2005 (DKI 3-11) merupakan hasil

kaji ulang Master Plan 1987. Master Plan Review 2005 bertujuan merumuskan

rencana menyeluruh (outline plan) pengelolaan sampah DKI Jakarta jangka

menengah yang realistik dan praktis (dapat diimplementasikan). Beberapa hal

yang mendorong pengkajian Master Plan 1987 adalah 1) kejadian-kejadian

perkembangan terbaru seperti perubahan jumlah penduduk Jakarta; 2)

kebutuhan untuk mempercepat partisipasi masyarakat dan sektor swasta; 3)

munculnya paradigma baru dalam pengelolaan sampah.

Beberapa rumusan tujuan pengembangan sistem dan teknologi pengelolaan

sampah DKI Jakarta adalah (1). DKI Jakarta ingin memiliki sistem pengelolaan

sampah yang tidak terlalu tergantung dari para stakeholder diluar wilayah DKI

Jakarta, seperti pemerintah daerah lainnya. Karena keterbatasan lahan didalam

kota, diperlukan teknologi yang memerlukan lahan yang tidak luas. (2).

Memaksimalkan efisiensi melalui dekonsentrasi sistem pengelolaan sampah,

khususnya untuk meminimalkan jarak pengangkutan. (3). Mereduksi jumlah

sampah yang harus ditangani sebesar mungkin. (4). Mewujudkan lingkungan

kota yang bersih, sehat dan estetis dengan upaya-upaya terpadu dengan

berbagai sektor seperti air bersih, drainase, air kotor dan transportasi. (5). Peran

serta masyarakat dan sektor swasta sangat penting untuk ditingkatkan. (6)

Page 14: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 14

Perubahan paradigma pemerintah sebagai regulator dan swasta sebagai

operator.

Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2000 tercatat sebesar 8,4 juta jiwa dan

perkiraan menghasilkan sampah kurang lebih 25.600 m3 atau 6.400 ton per hari.

Sampah ini ditimbulkan dari berbagai kegiatan masyarakat yaitu 58% dari

pemukiman, 10% dari pasar, 15% dari daerah komersial, 15% dari daerah

industri, 2 % dari jalan, taman dan sungai.

Pada tahun 2001 perkiraan sampah terkumpul dan diangkut ke TPST Bantar

Gebang kurang lebih 70%, 16,5% ke lokasi-lokasi informal dan 13% tidak

terkelola (seperti dibuang ke sungai dan sepanjang pinggir jalan).

Berbeda dengan Master Plan 1987, Master Plan Review 2005 membahas

pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan pra studi kelayakan

penanganan sampah pada sistem drainase DKI Jakarta, dan tidak membahas

penanganan sampah di kepulauan seribu dan pesisir.

Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah 2005 Timbulan Sampah

Studi timbulan sampah tahun 2005 memberikan hasil pehitungan perkiraan

timbulan sampah Jakarta sebesar 2,97 l/kapita/hari atau 0,64 kg/kapita/hari.

Data detail timbulan tiap jenis sampah disajikan pada Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3. Timbulan Sampah DKI Jakarta Tahun 2005

Sumber Sampah Unit M3/hari Ton/hari

Pemukiman 10.141 2.535

Pasar 750 225

Sekolah 955 258

Perkantoran/Fasilitas Umum 8.520 1.278

Industri 1.899 437

Total Timbulan Sampah 22.265 4.733

Sumber: Data perhitungan konsultan WJEMP DKI 3-11, Januari 2005.

Page 15: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 15

Berat jenis sampah seperti pada tabel 3.1.3 Lap Akhir WJEMP DKI 2-11 hal. III-2

Komposisi & Karakteristik Sampah

Data komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta hasil survey tahun 2005

disajikan pada Tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.4. Komposisi Sampah Rata-rata di DKI Jakarta Tahun 2005

No. Komponen % Total % Daur

Ulang

%

Dibuang

1. Organik 55,37 0,00 55,37 2. Anorganik 2.1 Kertas 20,57 7,32 13,15 2.2 Plastik 13,25 6,85 6,40 2.3 Kayu 0,07 0,07 0,00 2.4 Kain/Tekstil 0,61 0,61 0,00 2.5 Karet/Kulit Tiruan 0,19 0,19 0,00 2.6 Logam/Metal 1,06 1,06 0,00 2.7 Gelas/Kaca 1,91 1,91 0,00 2.8 Sampah Bongkahan 0,81 0,81 0,00 2.9 Sampah B3 1,52 0,00 1,52 2.10 Lain-lain (batu, pasir,dll) 4,65 0,00 4,65 Total 100,00 19,95 80,05

Sumber: hasil survey konsultan WJEMP DKI 3-11, Januari 2005.

Data karakteristik sampah meliputi nilai kalor, kadar air dan kadar abu dari

berbagai jenis sampah Jakarta tahun 2005 disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Karakteristik Sampah Berbagai Sumber Sampah Jakarta

Tahun 2005

Sumber Sampah Karakteristik Sampah

Nilai Kalor (Kkal/Kg)

Kadar Air (%)

Kadar Abu (%)

Pemukiman Pendapatan Tinggi 2332 47,40 16,43

Pemukiman Pendapatan Menengah 2795 44,81 16,03

Pemukiman Pendapatan Rendah 2149 45,85 16,27

Pasar Modern 2102 36,59 17,13

Pasar 1778 56,58 10,26

Page 16: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 16

Sumber Sampah Karakteristik Sampah

Nilai Kalor (Kkal/Kg)

Kadar Air (%)

Kadar Abu (%)

Perkantoran 2434 23,17 17,60

Sekolah 3248 31,31 13,92

Industri 3553 23,73 11,93

Rata-rata 2531 36,22 14,51

Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Balai Pelatihan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Mei 2005.

Konsepsi Review Master Plan 2005 – 2015 Aspek Regulasi

Berkaitan dengan pengelolaan limbah B3 dalam wilayah DKI Jakarta, Master Plan

Review 2005 merumuskan konsepsi sebagai berikut:

1. Merumuskan perubahan hukum yang menempatkan institusi Dinas

Kebersihan dan atau BPLHD DKI Jakarta berkedudukan sebagai regulator,

supervisor dan fasilitator dalam pengelolaan B3. Untuk upaya pembenahan

institusi pengelolaan persampahan melalui produk hukum dengan cara

antara lain merevisi SK Gubernur No. 15 Tahun 2005, SK Gubernur No. 1281

Tahun 1988 pada poin 3.7.7. Aspek Hukum.

2. Merumuskan peraturan yang memuat aspek perangsangan ekonomi bagi

keharusan terlibatnya unsur swasta dalam pengelolaan B3;

3. Melaksanakan seleksi mitra kerja yang telah berkegiatan dalam bidang B3

selama ini dan menghimpunnya sebagai calon potensial untuk

pengembangan pengelolaan B3 selaku operator.

4. Mengusulkan kebijakan pemerintah dalam bentuk peraturan untuk konsep

pemungutan biaya pelayanan khusus sebagai pengganti retribusi kawasan

dan Konsep penerapan pola kawasan dalam pengelolaan sampah.

Aspek Kelembagaan

Merumuskan perubahan dasar hukum yang menempatkan institusi Dinas

Kebersihan DKI Jakarta berkedudukan sebagai regulator, supervisor dan

fasilitator dalam pengelolaan Kebersihan sampah di DKI Jakarta.

Page 17: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 17

Mengatur pelaksanaan perubahan tata laksana secara bertahap yakni dengan

secara berangsur Dinas Kebersihan melepas peran sebagai operator terutama

bagi pelayanan terhadap daerah cukup mampu. Daerah yang layak mendapat

layanan oleh Dinas Kebersihan sepantasnya hanya daerah yang tergolong kurang

mampu (atas dasar pertimbangan subsidi). Penetapan tata laksana antara lain

mencakup penetapan kriteria kualifikasi operator, cakupan/lingkup tugas yang

dimandatkan pada beroperasinya swasta sebagai operator dan kebijakan teknis

lainnya. Dalam kurun waktu 5 tahun sejak tahun 2007, proses perubahan

menjadi regulator semakin mantap.

Aspek Pendanaan

Mengacu pada aspek pendanaan yang terdapat pada Master Plan Review 2005

memberikan rekomendasi bahwa perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan

pemasukan retribusi dengan menelusuri tata cara yang sedang berlangsung

sampai dengan saat ini. Upaya-upaya yang dapat ditempuh bukan hanya

memperbesar nilai retribusi tetapi juga dengan menggunakan sistem dan

mekanisme pengumpulan retribusi melalui aternatif sebagai berikut :

1. Ekstensifikasi dan intensifikasi upaya penarikan dari seluruh sumber yang

telah ditetapkan.

2. Pengumpulan pembayaran melalui kas PLN dengan memasukan nilai 3% dari

biaya PLN diluar 3% biaya PJU tertera dalam kwitansi PLN dan bukan

dengan melakukan pungutan di loket tersendiri sebelum membayar PLN

sebagai persyaratannya.

3. Dengan mengacu Undang-Undang No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

Negara bukan Pajak, maka pada posisinya sebagai Badan Layanan Umum,

Dinas kebersihan dapat lebih meningkatkan kinerja pengumpulan retribusi

daripada kondisi sebelumnya; satu dan lain hal adalah karena lebih

leluasanya status dan mekanisme pengumpulan retribusi oleh unit atau sub

unit yang diwenangi untuk melaksanakan kegiatan itu.

4. Merubah sistem pembayaran layanan kebersihan sampah melalui pajak

Daerah yang dapat diperuntukan bagi APBD dalam pengelolaan

kebersihannya.

Page 18: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 18

Aspek Peran Serta Masyarakat

Master Plan Review 2005 merekomendasikan pendekatan sanitasi lingkungan

untuk meningkatkan partisipasi aktif dari sektor swasta dan lokal komunitas.

Melalui pendekatan sanitasi, komunitas lokal dalam hal ini tingkat kelurahan

dapat diberdayakan untuk pemenuhan: 1). pengertian tentang manajemen

lingkungan secara holistik dan 2). Pemenuhan tujuan mereka, keinginan dan

prioritas dalam proses perencanaan komunitas lokal secara bottom up.

Upaya peningkatan partisipasi masyarakat lebih mendasari perlu dilaksanakan

melalui jalur pendidikan formal dengan cara penyediaan muatan pendidikan bagi

anak usia sekolah untuk meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah

sejak dini.

Mempersiapkan masyarakat melalui pemasaran sosial, dimana konsep dasar

kebutuhan akan air dan sanitasi muncul dari para penggunannya/dari para yang

memerlukannya, yang disebar-luaskan melalui media masa dan kontak langsung.

Mendorong sektor swasta untuk investasi dalam pembangunan dan

pengoperasian fasilitas pengolahan sampah termasuk sarana dan prasarana

penunjangnya seperti ITF, SPA dan truk sampah. Melalui Izin Konsesi bagi Mitra

Swasta baik pada sektor pengumpulan dan pengangkutan sampah, sistem

pengolahan sampah, sistem pembuangan sampah dan penanganan limbah B3,

selain dari penyapuan jalan.

Aspek Teknis Operasional

Rencana penanganan sampah DKI Jakarta yang termuat dalam Master Plan 1987

atau rencana induk pengelolaan sampah DKI Jakarta direview pada tahun 2005

dan disusun dalam rencana aksi (action plan) 2005-2015, dimana berdasarkan

rencana aksi tersebut pola penanganan sampah di wilayah DKI Jakarta diubah

dari sentralisasi menjadi desentralisasi atau multi simpul dengan membagi

daerah pelayanan menjadi 4 daerah pelayanan, yaitu Daerah Pelayanan A, B, C, D

di daratan dan Daerah Pelayanan E untuk pantai dan kepulauan. Daerah Pelayanan

A melayani Jakarta bagian Barat, Daerah Pelayanan B melayani Jakarta bagian

Utara, Daerah Pelayanan C melayani Jakarta bagian Selatan dan Daerah Pelayanan

D melayani Jakarta bagian Timur (lihat Gambar 2.3.)

Page 19: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 19

Sumber: Laporan akhir WJEMP DKI 3-11, Juli 2005.

Gambar 2.3. Rencana Daerah Pelayanan

Dengan pola tersebut maka sampah dari wilayah DKI Jakarta akan diolah di

dalam wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah

yang ramah lingkungan atau dengan memandang sampah sebagai sumberdaya

untuk beberapa pemanfaatan lebih lanjut seperti kompos dan energi (Waste to

Energy, WTE), yakni melalui pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF)

di setiap daerah pelayanan. Tujuan pengolahan ini adalah untuk mereduksi

volume sampah sebelum dibuang ke tempat pemrosesan akhir (TPST) dengan

mengubah bentuk komposisi dan karakteristik sampah, sehingga yang akan

dibuang ke TPST hanya residu dari ITF.

Ada 4 ITF yang direncanakan akan dibangun, satu unit untuk masing-masing

daerah pelayanan. Tujuan jangka menengah sampai tujuan jangka panjang

Page 20: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 20

adalah Dinas Kebersihan berfungsi sebagai regulator, sementara fungsi operator

dialihkan ke sektor swasta.

Tahapan Pelaksanaan Program Review Master Plan 2005 – 2015 Tahapan pelaksanaan program pengelolaan persampahan DKI Jakarta dibagi

dalam tiga tahap sebagai berikut:

§ Tahap I (2005 – 2007)

Tahap I difokuskan pada pembangunan fasilitas pengolahan sampah (ITF

teknologi tinggi dan kompos sampah pasar) serta prasarana dan sarana

pelengkapnya di Daerah Pelayanan A. Karena fasilitas tersebut diharapkan

dapat mulai beroperasi pada tahun 2008, maka konstruksinya harus selesai

paling lambat pada akhir tahun 2007. Proyeksi sistem pengelolaan sampah

pada tahun 2008 secara skematis disajikan pada Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4. Skematis Proyeksi Sistem Pengelolaan Sampah DKI Jakarta Tahap I, 2008 (dalam ton/hari) - Master Plan Review 2005

Studi kelayakan, detail disain dan studi AMDAL serta sosialisasi ke masyarakat

diperlukan untuk pembangunan fasilitas ITF dan diperkirakan pelaksanaannya

selesai pada pertengahan tahun 2006 sehingga kegiatan kontruksi selesai pada

tahun 2007.Selain pembangunan fasilitas pengolahan sampah yang baru,

diperlukan juga peningkatan/perbaikan fasilitas yang ada seperti pewadahan,

TPS, SPA, dan TPST Bantar Gebang, serta pengaturan aspek hukum dan institusi.

ITF - Kompos-84% Sampah Pasar

ITF - Teknologi Tinggi (DP A)

TPST

Timbulan Sampah

6.200

Sampah : 3.281 53%

Residu: 286 (20%)

ITF - Daur Ulang (Pemilahan di SPA)

Page 21: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 21

Pada Tahap I dilakukan perumusan Master Plan yang bersifat komprehensif

meliputi seluruh wilayah DKI Jakarta termasuk Kabupaten Administrasi

Kepulauan Seribu dengan cakupan kerangka waktu perencanaan sampah tahun

2025.

Pembangunan prasarana dan sarana pengelolaan sampah drainase juga

diharapkan dimulai pada tahap ini yang terlebih dahulu dilakukan dengan studi

kelayakan dan detail desain.

§ Tahap II (2008 – 2010)

Di Tahap II fokus pada pembangunan fasilitas ITF teknologi tinggi dan

kompos pasar di Daerah Pelayanan B termasuk prasarana dan sarana

penunjangnya. Juga direncanakan pembangunan prasarana dan sarana

pengelolaan sampah drainase. Proyeksi pengelolaan sampah pada tahun

2010 disajikan pada Gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5. Skematis Proyeksi Sistem Pengelolaan Sampah DKI Jakarta Tahap II, 2010 (dalam ton/hari) - Master Plan Review 2005

§ Tahap III (2011 – 2015)

Tahap III fokus pada pembangunan fasilitas ITF teknologi tinggi, SPA dan

kompos sampah pasar di Daerah Pelayanan C atau B dan Daerah Pelayanan

D. Pembangunan prasarana dan sarana pengelolaan sampah drainase masih

3 R

Kompos

TPST

Timbulan Sampah

6.337

ITF - Daur Ulang

(Pemilahan di SPA)

ITF - Kompos-84% Sampah Pasar

ITF - Teknologi Tinggi (DP A, C)

Page 22: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 22

diperlukan pada tahap ini. Upaya penegakan hukum diharapkan telah

diwujudkan pada tahap ini. Dengan tersedianya fasilitas pengelolaan

sampah di semua Daerah Pelayanan, proyeksi sistem pengelolaan dan

sistem pengangkutan sampah pada tahun 2015 pada Gambar 2.6 sebagai

berikut:

Gambar 2.6. Skematis Proyeksi Sistem Pengelolaan Sampah DKI Jakarta Tahap III, 2015 (dalam ton/hari) - Master Plan Review 2005

Program-program pada Tahap II dan III hanya merupakan bahan masukan bagi

perumusan Master Plan 2025. Jika pada Tahap I sudah ada beberapa pihak

swasta yang berperan dengan berinvenstasi pada pembangunan dan

pengoperasian beberapa fasilitas ITF dan SPA serta kompos dengan sendirinya

struktur program selanjutnya akan berbeda.

Di akhir Tahap III, bagan aliran sistem pengangkutan sampah DKI Jakarta

diharapkan seperti disajikan pada Gambar 2.7 berikut;

3 R TPST Timbulan Sampah

6.678

ITF - Kompos-84% Sampah Pasar

ITF - Daur Ulang (Pemilahan di SPA) ITF -Teknologi

Tinggi (DP A, B, C, D)

Page 23: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 23

Gambar 2.7 Bagan Aliran Sistem Pengangkutan Sampah– Master Plan Review 2005

Sampah B3

Individual Langsung

SPA Sunter

)

TPSS TPST BANTARGEBANGBEKASI

PPLI

PT. WGI

PT. DONG WOO

Rumah Tangga

Pasar

Sekolah

Kantor

Industri

Lainnya

Timbulan Sampah:6595 ton/hari

DaurUlang

ITFCakungCilincing

Page 24: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 24

Identifikasi Kendala Dalam Implementasi Master Plan Review 2005 A. PERMASALAHAN ASPEK TEKNIS

Timbulan Sampah

Dalam Master Plan 1987, timbulan sampah tahun 2005 diestimasi sebesar

10.220 ton/hari, namun ternyata hasil survey Konsultan DKI 3-11 hanya

kurang lebih 6.000 ton/hari. Tapi karena sumberdaya dan waktu yang

tersedia untuk pelaksanaan survey tersebut sangat terbatas, maka

sebaiknya dilaksanakan survey lebih lanjut yang lebih lengkap untuk

digunakan sebagai dasar penyusunan Master Plan baru.

Penyimpanan/Pewadahan

Pada Tahapan ini dapat dilihat gambaran perilaku masyarakat dalam

mengelola sampah berkaitan dengan kepedulian masyarakat terhadap

kebersihan lingkungan.

Dari hasil pemantauan langsung konsultan dilapangan. Terlihat gambaran

kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Masih banyak

masyarakat di DKI Jakarta yang membuang sampah sembarangan di jalan

raya, saluran drainase, sungai, tanah kosong, pinggir rel kereta api dan di

hutan kota. Selain itu juga ditemukan masih ada yang melakukan

pembakaran sampah baik dilingkungan rumah tinggalnya maupun di

pinggir luar wilayah pemukimannya.

Kendala lainnya adalah masih banyak warga masyarakat yang bertempat

tinggal berdekatan dengan jalan protokol/ekonomi belum membersihkan

lingkungannya sampai ke bahu jalan.

Secara umum, masyarakat kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan

diluar pagar rumahnya dan beranggapan bahwa kebersihan lingkungan

diluar pagar rumahnya merupakan tanggungjawab pemerintah.

Saat ini tempat penyimpanan/pewadahan disediakan masing-masing

masyarakat. Umumnya tempat pewadahan sampah berupa tong sampah,

Page 25: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 25

bak sampah atau kantong plastik. Masih sangat jarang masyarakat yang

mau melakukan pemilahan dengan berbagai alasan.

Banyak sekali ditemukan masyarakat memiliki pewadahan berupa bak

sampah permanen yang ditempatkan diatas saluran drainase. Bak sampah

permanen ini sangat tidak higienis bagi petugas sampah, untuk itu jenis

pewadah ini dari aspek lingkungan tidak dianjurkan.

Pola pewadahan juga memberikan andil yang besar bagi kelancaran

pengumpulan sampah. Sampah dalam bak permanen akan menambah

pekerjaan dan waktu bagi petugas pengangkut sampah.

Kebanyakan sampah basah yang dibuang ke tempat pewadahan sudah

dimasukkan kedalam kantong plastik yang tertutup/terikat terlebih

dahulu. Hal ini dapat mengurangi berkembang biaknya lalat. Namun

seringkali ada keluhan dari masyarakat bahwa sampah yang sudah

terbungkus rapi dalam kantong plastik yang mereka buang ke tempat

sampah yang ada di depan rumah mereka masing-masing menjadi

berantakan karena diacak-acak oleh pemulung yang masuk kedalam

lingkungan perumahan. Hal ini bisa dihindari bila masyarakat sudah

memilah sampah dari awal.

Pengangkutan Sampah

- TPS-TPS yang berada didaerah sempit dengan mobilitas penduduk

cukup padat akan mempengaruhi kelancaran pengangkutan sampah.

- Umumnya truk sampah yang ada belum dilengkapi dengan penampung

lindi, sehingga kemungkinan lindi tercecer di sepanjang jalan sangat

memungkinkan sekali. Hal ini menimbulkan polusi bau dan mengotori

badan jalan, sehingga sangat mengganggu dari segi estetika. Selain itu

juga ditemukan truk sampah yang kondisi fisiknya sudah sangat buruk,

bak sampahnya sudah bolong dan kropos. Truk-truk ini masih

dioperasikan.

- Pengangkutan sampah masih kurang efisien karena terjadi antrian truk

baik di TPSTBantar Gebang maupun SPA Sunter dan Cakung, masing-

masing sampai kurang lebih dua jam. Jumlah ritasi truk yang masuk ke

Page 26: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 26

TPSTBantar Gebang rata-rata per hari ± 600 rit. Bagan alir sistem

pengangkutan sampah dari berbagai sumbernya ke TPS, SPA dan

TPST.

Pembuangan Akhir

- Dalam perjanjian kerja sama antara Pemda DKI Jakarta dengan Pemda

Kota Bekasi disebutkan bahwa pengoperasian TPST tersebut akan

dilaksanakan oleh suatu Badan Usaha yang harus terbentuk paling

lambat tahun 2006. Sampai saat ini Badan Usaha tersebut belum

terbentuk. Sambil menunggu terbentuknya badan usaha tersebut, saat

ini TPST Bantar Gebang dioperasikan oleh perusahaan swasta, yang

juga akan berakhir pada tahun 2006. Bagaimana pengelolaan TPST

Bantar Gebang setelah tahun 2006 masih belum jelas.

- Sehubungan dengan keterbatasan daya tampung TPST Bantar Gebang

dan ketidakpastian pengoperasiannya setelah tahun 2006, diperlukan

penyiapan TPST baru dan fasilitas pengolahan sampah yang baru di

wilayah DKI Jakarta dengan mengaplikasikan teknologi maju yang

hemat lahan dan ramah lingkungan.

Limbah B3

Sampai saat ini limbah B3 yang tercampur dalam sampah rumah tangga dan

rumah sakit, masih belum dikelola dengan baik.

Sampah Sungai

Pada saat ini masih banyak sampah yang terdapat di sungai dan saluran

drainase. Sampah tersebut bersumber dari masyarakat setempat kurang

lebih 921 m3/hari, dan juga sampah "kiriman" dari luar wilayah DKI Jakarta

kurang lebih 146 m3/hari.

B. PERMASALAHAN ASPEK NON TEKNIS

Aspek Institusi

Pada saat ini Dinas Kebersihan berfungsi sebagai regulator dan juga

operator bidang pengelolaan sampah. Untuk peningkatan efisiensi

pengelolaan dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat,

Page 27: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 27

dipandang perlu adanya pemisahan fungsi regulator dan operator, sehingga

terbentuk dua instansi yang masing-masing berfungsi sebagai regulator dan

operator. Dengan meningkatnya peran serta sektor swasta, diharapkan

fungsi operator dapat dilaksanakan oleh pihak swasta. Disamping itu, pada

saat ini Dinas Kebersihan mempunyai tugas pengelolaan limbah B3, namun

tugas itu tersebut belum terlaksana secara efektif .

Aspek Finansial

Pemungutan retribusi pengelolaan sampah masih kurang efektif. Tahun 2004

hanya Rp diperoleh 8,97 milyar, sehingga dana yang terkumpul masih jauh

di bawah biaya operasi dan pemeliharaan (< 4 %).

Peran Serta Masyarakat dan Sektor Swasta

Peran serta masyarakat dalam proses pengumpulan sampah sudah cukup

besar, namun masih perlu ditingkatkan terutama untuk proses pemilahan

sampah organik dan anorganik, serta upaya pengurangan sampah di

sumbemya.

Sektor swasta telah berperanserta dalam pelaksanaan pengelolaan sampah

antara lain pengangkutan sampah, penyewaan truk sampah, pengoperasian

SPA Cakung dan pengoperasian TPST Bantar Gebang. Hal itu masih perlu

ditingkatkan terutama peranserta swasta berupa investasi untuk

pembangunan fasilitas pengelolaan sampah (SPA, TPST, insinerator atau

WTE) termasuk pengoperasiannya.

Aspek Hukum

Selama ini penegakan hukum tentang kebersihan (termasuk sampah) masih

lemah. Di saniping itu, untuk mendukung sistem pengelolaan sampah yang

baru, diperlukan penataan kembali peraturan yang telah ada, serta

penerbitan peraturan baru baik berupa Perda, SK Gubernur dan Instruksi

Gubernur sesuai kebutuhan, baik yang menyangkut aspek institusi maupun

teknis operasional.

Page 28: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 28

Aspek Lingkungan

- Pengelolaan sebagian TPS dan TPST Bantar Gebang kurang ramah

lingkungan sehingga terjadi dampak negatif baik terhadap komponen

lingkungan biogeofisik maupun sosial

- Keberadaan ribuan pemulung di TPST Bantar Gebang merupakan

masalah sosial yang cukup sensitif.

- Pengelolaan TPST Bantar Gebang yang kurang memenuhi persyaratan

Sanitary Landfill telah menimbulkan persepsi negatif masyarakat

terhadap TPST sehingga menimbulkan kesulitan mencari lahan untuk

TPST baru.

2.2. PERIODE PERENCANAAN Periode Perencanaan Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi

DKI Jakarta direncanakan yang akan dilaksanakan selama 20 tahun, dimana

periode tersebut dibagi menjadi 4 (empat) fase yaitu sebagai berikut:

§ Fase I : Tahun 2012 - 2017 (5 Tahun)

§ Fase II : Tahun 2017 – 2022 (5 Tahun)

§ Fase III : Tahun 2022 – 2027 (5 Tahun)

§ Fase IV : Tahun 2027 – 2032 (5 Tahun)

2.3. KRITERIA PERENCANAAN

2.3.1. Kriteria Umum

Rencana induk penyelenggaraan PSP disusun hanya untuk kota besar dan

metropolitan. Suatu sistem penanganan sampah harus direncanakan dan

dibangun sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi tujuan dibawah ini:

1. Tersedianya prasarana dan sarana persampahan sesuai kebutuhan

pelayanan dengan mengedepankan pemanfaatan sampah dan mening-

katkan kualitas TPA melalui penerapan teknologi ramah lingkungan.

2. Tersedianya pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah bagi

masyarakat di wilayah pelayanan dengan biaya (retribusi) yang

terjangkau oleh masyarakat.

3. Tersedianya program kampanye dan edukasi secara berkesinambungan

Page 29: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 29

untuk meningkatkan peran masyarakat dalam kegiatan 3R.

4. Tersedianya program peningkatankelembagaan yang memisahkan peran

operator dan regulator.

Rencana Induk ini harusmemenuhi syarat sebagai berikut:

1. Berorientasi kedepan;

2. Mudah dilaksanakan atau realistis; dan

4. Mudah direvisi atau fleksibel.

2.3.2. Kriteria Teknis

a. Periode perencanaan minimal 10 (sepuluh) tahun

b. Sasaran dan prioritas penanganan

Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada daerah

yang telah mendapatkan pelayanan saat ini, daerah berkepadatan tinggi

serta kawasan strategis. Setelah itu prioritas pelayanan di arahkan pada

daerah pengembangan sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk

kota.

c. Strategi penanganan

- Kondisi pelayanan eksisting termasuk keberadaan TPA dan masalah

pencemaran yang ada.

- Urgensi masalah penutupan dan rehabilitasi TPA eksisting serta pemilihan

lokasi TPA baru baik untuk skala kota maupun lintas kabupaten/ kota atau

lintas provinsi.

- Komposisi dan karakteristik sampah.

- Mengurangi jumlah sampah yang diangkut dan ditimbun di TPA secara

bertahap (hanya residu yang dibuang di TPA).

- Potensi pemanfaatan sampah dengan kegiatan 3R yang melibatkan

masyarakat dalam penanganan sampah di sumber melalui “bank

sampah”.

- Potensi pemanfaatan gas bio dari sampah di TPA

- Pengembangan pelayanan penangan sampah

- Penegakkan peraturan (law enforcement)

- Peningkatan manajemen pengoperasian dan pemeliharaan.

Page 30: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 30

d. Kebutuhan pelayanan

- Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode

perencanaan.

- Proyeksi timbulan sampah setiap interval 5 tahun.

- Kebutuhan lahan TPA

- Kebutuhan prasarana dan sarana persampahan (pemilahan,

pengangkutan, TPS, TPS 3R, SPA, FPSA, TPST, dan TPA)

2.4. METODOLOGI SURVEI

2.4.1. Survey dan Pengkajian Wilayah Studi dan Wilayah Pelayanan Data primer dilakukan dengan pengambilan data langsung di lapangan dan

masyarakat di 5 Wilayah Administrasi DKI Jakarta.

Data timbulan, komposisi dan karateristik sampah diperoleh dengan melakukan

pengambilan sampel sampah dari berbagai sumber penghasil sampah di DKI

Jakarta. Perolehan data ini dilakukan oleh tim Studi Komposisi Sampah DKI

Jakarta 2011.

Data kondisi eksisting penanganan sampah darat DKI Jakarta dari berbagai

sumber penghasil sampah dan pendapat masyarakat mengenai pengelolaan

sampah dilakukan dengan survey lapangan ke pemukiman dan non pemukiman

di 5 wilayah Administrasi DKI Jakarta.

DKI Jakarta adalah kota megapolitan dengan heterogenitas pendapatan

/pengeluaran penduduk yang beragam. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan

sampel yang dapat mendekati mewakili pendapat dari warga DKI Jakarta, data

dari sumber pemukiman dibagi atas 3 strata pendapatan/pengeluaran

penduduknya yakni :

1) Strata Pendapatan/Pengeluaran Tinggi

2) Strata Pendapatan/Pengeluaran Menengah

3) Strata Pendapatan/Pengeluaran Rendah

Jumlah data per daerah studi dan per strata pendapatan/pengeluaran ditetapkan

sebesar minimal 30 sampel sehingga kebutuhan data pemukiman perwilayah

Page 31: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 31

sebesar 90 buah atau 450 sampel se DKI Jakarta. Menurut Ida Bagus Matra dan

Kasto, untuk suatu penelitian survai dengan teknis analisa korelasi atau statistik

parametrik, maka sampel yang harus diambil minimal atau lebih besar dari 30

kasus. Data pemukiman diambil pada penghuni rumah tangga dan apartemen.

Data dari Sumber Non Pemukiman terdiri dari sumber-sumber sampah sebagai

berikut:

1) Pusat Pertokoan seperti mall, ruko dan toko pribadi

2) Hotel, baik hotel berbintang dan melati;

3) Tempat rekreasi;

4) Rumah Makan

5) Pelabuhan Kapal Laut, Terminal Bus dan Stasiun Kereta Api

6) Rumah Sakit dan poliklinik/puskesmas;

7) Kantor atau perkantoran;

8) Sekolah seperti SD, SMP, SMA, TK, Mib, MTs, Mab dan sederajat)

9) Perguruan Tinggi seperti Universitas, Akademi dan sederajat;

10) Industri, baik kawasan industri dan industri rumahan;

11) Rumah Peribadatan;

12) Taman, jalan dan sungai.

13) Pasar, baik pasar tradisional dan modern seperti Carefour, Giant dsb.

Lokasi dan jumlah data yang disurvey per wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.6.

berikut ini.

Tabel 2.6.Lokasi & Jumlah Data untuk Survai di Pemukiman

Wilayah Studi

Strata Atas Strata Menengah Strata Rendah

Lokasi Jml Data Lokasi Jml

Data Lokasi Jml Data

Jakarta

Pusat

Menteng 30 RW12

Kelurahan

Cempaka

Putih Barat

30 Kelurahan

Kemayoran

30

Jakarta

Utara

Kelurahan

Kelapa

30 Kelurahan

Kelapa

30 Kelurahan

Penjaringan

30

Page 32: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 32

Wilayah Studi

Strata Atas Strata Menengah Strata Rendah

Lokasi Jml Data Lokasi Jml

Data Lokasi Jml Data

Gading

Barat RW

07

Gading

Barat RW

03

Jakarta

Timur

Balai

Pustaka

30 Komp

Perhubunga

n Laut

30 Perkampunga

n, Kelurahan.

cakung

30

Jakarta

Selatan

Tebet Barat 30 Kel. Pasar

Minggu

30 Kelurahan

Jagakarsa

30

Jakarta

Barat

Kel.

Tanjung

Duren

30 Kel. Kebon

Jeruk

30 Kelurahan

Rawa Buaya

30

Sumber : Analisa Konsultan 2011

Wilayah Jakarta Pusat

Tabel 2.7.Lokasi dan Jumlah Data Non Pemukiman di Jakarta Pusat

No. Sumber Penghasil Sampah

Jumlah Data Lokasi

1 Apartemen 1 Graha Cempaka Mas Apartment

2 Condominium 1 Mitra Oasis

3 Rusunami, Rusun 1 Rusun Tanah Tinggi

4 Pasar Tradisional 3 Pasar Rawa kerbau, Pasar Senen,

Pasar Sumur Batu

5 Pasar Modern 3 Carefour, Alfamart, Indomart

6 Mall 2 Atrium Senen, ITC (Cempaka

Mas)

7 Pertokoan (Ruko) 1 Seputaran Atrium Senen

8 Tempat Rekreasi 2 Monas, Taman Ismail Marzuki

(TIM)

9 Sekolah 3 SD 1/2 Cemp Putih Timur, SMPN

71, SMAN 30

Page 33: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 33

No. Sumber Penghasil Sampah

Jumlah Data Lokasi

10 Perguruan Tinggi 1 STIManagemen Transportasi

Trisakti Manajemen

11 Rumah Sakit 2 Rs.Cipto Mangunkusumo

Rs. Kesdam Ridwan Maureksa

12 Puskesmas 1 Puskesmas Cempaka Putih

13 Poliklinik 1 Klinik Medisari

14 Industri Perumahan 1 Industri Keramik

15 Hotel Berbintang dan

Melati

2 Hotel Mitra Oasis, Hotel Gran

Cempaka, Hotel Cempaka sari

16 Perkantoran 1 Seputaran Jl Kwitang

17 Terminal Bus 1 Terminal Senen

20 Stasiun Kereta Api 1 Stasiun Senen

21 Rumah Ibadah 1 Gereja Paskalis Cempaka putih

22 Taman & Jalan 3 Taman Cempaka Putih, Taman

Menteng,Seputar Cempaka Putih

23 Rumah Makan (Restoran) 1 Pizza Hut Cempaka Putih

24 Sungai 1 Kali Sentiong

25 TPS yg dikelola swasta 1 TPS Kel Pegangsaan

Sumber : Analisa Konsultan 2011

Wilayah Jakarta Utara

Tabel 2.8.Lokasi dan Jumlah Data Non Pemukiman di Jakarta Utara

No. Sumber Penghasil

Sampah Jumlah

Data Lokasi

1 Apartemen 1 Apartemen Kharisma

2 Condominium 1 Gading Mediteranian Resindence

3 Rusunami, Rusun 2 Rusun Pluit atau Rusun DKI

Penjaringan

4 Pasar Tradisional 3 Pasar Inpres Kelapa Gading

Timur, pasar Kelapa Gading

Timur,

5 Pasar Modern 3 Lote Mart, Kelapa Gading, Alfa,

Page 34: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 34

No. Sumber Penghasil

Sampah Jumlah

Data Lokasi

Indomaret

6 Mall 1 Artha gading mall

7 Pertokoan (Ruko) 1 Ruko Permata Kelapa Gading

8 Tempat Rekreasi 1 Taman Impian Jaya Ancol

9 Sekolah 3 SD 03 Kelapa Gading Timur, SMP

123, Kelapa Gading Timur, SMA

45, Kelapa Gading Timur,

10 Perguruan Tinggi 1 STIE IBII

11 Rumah Sakit Kelas A 1 Mitra Keluarga Internasional,

12 Rumah Sakit Kelas B 1 RS Pelabuhan

13 Puskesmas 1 Puskesmas Kelapa Gading Timur 2

14 Kawasan Industri 1 Industrial Estate Ancol

15 Industri Besar 1 Indofood Success Makmur

16 Hotel Berbintang dan

Melati

3 Hotel Haris, Hotel Grand Ancol,

Hotel Alexis

17 Perkantoran 1 Sepanjang jalan Boulevard Barat

18 Pelabuhan Laut 1 Pelabuhan Tanjung Priok

19 Terminal Bus 1 Terminal Tanjung Priok

20 Stasiun Kereta Api 1 Stasiun kereta Api Kota

21 Rumah Ibadah 1 Masjid Musyawaroh

22 Taman & Jalan 3 Seputaran Penjaringan

23 Rumah Makan

(Restoran)

1 Seputaran Penjaringan

24 Sungai 1 Sungai Sunter

Sumber : Analisa Konsultan 2011

Wilayah Jakarta Timur

Tabel 2.9.Lokasi dan Jumlah Data Non Pemukiman di Jakarta Timur

No. Sumber Penghasil Sampah

Jumlah Data Lokasi

1 Apartemen 1 Patria Park Apart

2 Pasar Tradisional 1 Pasar Rawamangun

3 Pasar Modern 3 Tip Top, Alfamart, Indomart

4 Mall 1 Arion Mall

Page 35: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 35

No. Sumber Penghasil Sampah

Jumlah Data Lokasi

5 Pertokoan (Ruko) 1 Sepanjang jalan Pemuda

6 Tempat Rekreasi 1 Taman Mini Indonesia Indah

7 Sekolah 3 SD Rawamangun (balai pustaka

timur), SMPN 74, SMU

Muhammdiyah XI

8 Perguruan Tinggi 1 UNJ

9 Rumah Sakit Kelas A 1 Rs. Persahabatan

10 Puskesmas 1 Puskersmas Pisangan Timur I

11 Kawasan Industri 1 Pulo Gadung

12 Industri Perumahan Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan

13 Industri Besar 1 Industrial Gasess Indonesia

(I.G.I)

14 Hotel Berbintang dan

Melati

3 Hotel Grand Menteng, Hotel Alia

Matraman, Hotel Idola

15 Perkantoran 1 Seputaran Jln Pemuda

16 Terminal Bus 1 Rawamangun

17 Stasiun Kereta Api 1 Stasiun Jatinegara

18 Rumah Ibadah 1 Masjid Babussalam

19 Taman & Jalan 2 Seputaran Rawamangun,

20 Rumah Makan (Restoran) 1 Seputaran Rawamangun

21 Sungai 1 CiLiwung

Sumber : Analisa Konsultan 2011

Wilayah Jakarta Selatan

Tabel 2.10.Lokasi dan Jumlah Data Non Pemukiman di Jakarta Selatan

No. Sumber Penghasil Sampah

Jumlah Data Lokasi

1 Apartemen 1 The Lavande Suites

2 Rusunami, Rusun 1 Rumah Susun Tebet Harum

3 Pasar Tradisional 1 Pasar Tebet Barat

Page 36: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 36

No. Sumber Penghasil Sampah

Jumlah Data Lokasi

4 Pasar Modern 1 Carefour Pasar Festival

5 Mall 1 Mall Kalibata

6 Pertokoan (Ruko) 1 Seputaran Pasar minggu raya

7 Tempat Rekreasi 2 Kebon Binatang Ragunan

8 Sekolah 3 SDN 01/06 Tebet Timur, SMPN

115 Jakarta, Tebet Timur, SMUN

26 Jakarta, Tebet Barat

9 Perguruan Tinggi 1 Universitas Sahid

10 Rumah Sakit Kelas B 1 Rs. Tebet

11 Puskesmas 1 Puskesmas Tebet Timur

12 Poliklinik 1 Klinik An-Nur Medical Center

13 Kawasan Industri Jl. TB. Simatupang Kel.Cilandak

Timur

14 Industri Perumahan 1 Sekitar Jl. Supomo Kel. Tebet

Barat

15 Hotel Berbintang 1 Hotel Haris

16 Perkantoran 1 Seputaran Prof Dr Supomo

17 Terminal Bus 1 Terminal Manggarai

18 Stasiun Kereta Api 1 Stasiun Manggarai

19 Rumah Ibadah 1 Masjid Muhammaddiyah

20 Taman & Jalan 3 Seputaran Tebet

21 Rumah Makan (Restoran) 1 Seputaran Tebet

22 Sungai 1 Seputaran Tebet

Sumber : Analisa Konsultan 2011

Wilayah Jakarta Barat

Tabel 2.11.Lokasi dan Jumlah Data Non Pemukiman di Jakarta Barat

No. Sumber Penghasil Sampah

Jumlah Data Lokasi

1 Apartemen 2 Apartemen Mediterania,

Apartemen Central Park

Page 37: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 37

No. Sumber Penghasil Sampah

Jumlah Data Lokasi

2 Condominium 1 Taman Anggrek

3 Rusunami, Rusun 1 Tambora

3 Pasar Tradisional 2 Pasar Kota Grogol, Pasar Tomang

Barat

4 Pasar Modern 2 Hero Tomang Raya, Indomaret

5 Mall 2 Mall Ciputra, Mall Taman Anggrek

6 Pertokoan (Ruko) 1 ITC Roxy Mas

7 Tempat Rekreasi 2 Museum sejarah Jakarta, Hutan

Lindung Srengseng

8 Sekolah 3 SDN 16/18, SMPN 220, SMA BPK

Penabur 1

9 Perguruan Tinggi 1 Kampus Trisakti, Penabur,

Tarumanegara

10 Rumah Sakit Kelas B 1 Rs Sumber Waras

11 Puskesmas 1 Puskesmas Grogol 3

12 Poliklinik 1 Klinik Univ. Trisakti

13 Industri Perumahan 1 Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Swakerta

14 Industri Besar 1 PT. Kedaung karton

15 Hotel Berbintang 3 Hotel Ciputra, Hotel Boutique (FM1)c, Hotel Twin Plaza

16 Perkantoran 1 Sepanjang Slipi / Tomang

17 Terminal Bus 1 Terminal Grogol,

18 Stasiun Kereta Api 1 Sta Grogol

19 Rumah Ibadah 1 Masjid Baiturahaman

20 Taman & Jalan 3 Taman Pelangi Tomang,

Sepanjang jalan S.Parman,

Sepanjang jalan Tomang Raya

21 Rumah Makan (Restoran) 1 Sepanjang Slipi / Tomang

22 Sungai 1 Kali Grogol

Sumber : Analisa Konsultan 2011

Data sekunder dilakukan dengan cara;

1) pencarian atau penelusuran informasi atau data melalui media internet;

Page 38: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 38

2) pencarian dengan mempelajari informasi atau data dari referensi atau studi-

studi yang ada terdahulu.

3) Pencarian data ke instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas

Kebersihan, Suku Dinas Kebersihan, Bapeda,

4) Koordinasi dengan pihak terkait.

Penelusuran Melalui Media Internet

Umumnya beberapa data atau informasi yang bersifat Ketentuan peraturan

Perundang-undangan, dan Tugas Pokok dan Fungsi suatu instansidapat diperoleh

melalui media internet, selain mendapatkan/memperoleh langsung dari instansi

terkait yang mengeluarkannya.

Penelusuran Referensi dan Studi-studi Terdahulu

Referensi dan studi-studi terdahulu dikaji atau dipelajari untuk memperoleh

informasi dan data:

1) Runutan dari tahun ke tahun (time serries) timbulan, komposisi dan

karakteristik sampah DKI Jakarta,

2) Pengalaman keberhasilan dan kendala pada konsep dan program-program

pelaksanaan terdahulu, dan

3) Data-data teknis prasarana dan sarana, alternatif teknologi pengolahan

terdahulu yang masih up to date,

4) Data peran serta masyarakat, lembaga swasta dan pihak swasta.

Referensi atau studi-studi terdahulu diperoleh baik dari Dinas Kebersihan, Bank

Dunia, perusahaan konsultan atau lembaga penelitian ataupun swadaya

masyarakat terkait dan dokument internal.

Penelusuran Data ke Instansi Terkait

Data yang diperlukan dan Instansi terkait yang dikunjungi antara lain:

Data populasi penduduk 5 tahun terakhir dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI

Jakarta dan Wilayah;

Data Rencana Tata Ruang dan Wilayah DKI Jakarta 20 tahun mendatang (2010 –

2030) dari Instansi Bapeda DKI Jakarta.

Page 39: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 39

Koordinasi dengan Pihak Terkait

Koordinasi dengan pihak-pihak terkait dilakukan mulai dari Sudin-sudin

Kebersihan, Kecamatan dan Kelurahan, RT/RW dan pengelola-pengelola di

kawasan pertokoan, hotel, perkantoran, sekolah, pasar modern, pasar

tradisional, restoran, jalan, taman, terminal bus dan stasiun kereta di 5 wilayah

Provinsi DKI Jakarta.

2.4.2. Survei dan Pengkajian Sumber Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah

2.4.2.1. Berat Jenis dan Timbulan Sampah Dari hasil Kajian Studi Komposisi dan Karakteristik Sampah Provinsi DKI Jakarta

yang dilakukan pada tahun 2011, melakukan pelaksanaan survey pada 3 (tiga)

sumber sampah perumahanyaitu perumahan pendapatan Tinggi, Menengah,

Rendah yang dilakukan selama 8 (delapan) hari di 5 (lima) wilayah DKI Jakarta

yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta

Selatan berturut-turut, didapatkan nilai berat jenis dan timbulan sampah, sebagai

berikut :

Tabel 2.12.Rekapitulasi Berat Jenis dan TimbulanSampah Perumahan DKI Jakarta

Sumber: Analisa Kajian Studi Komposisi dan Karakteristik Sampah Provinsi DKI

Jakarta, 2011

Dari Tabel 2.12. di atas dapat dilihat rata-rata timbulan sampah 0,7532

Kg/o/hari untuk perumahan strata tinggi (High Income) di DKI Jakarta. Rata-

ratatimbulan sampah 0,6055 Kg/o/hari untuk perumahan strata menengah

(Middle Income) di DKI Jakarta. Rata-rata timbulan sampah 0,6651 Kg/o/hari

BeratJenis Timbulan Timbulankg/L Kg/o/h l/o/h

1 HighIncome(HI) 0,2959 0,7532 2,21942 MiddleIncome(MI) 0,2334 0,6055 1,91423 LowIncome(LI) 0,2572 0,6651 2,0622

Rata-rata 0,2593 0,6688 2,0571

NoSampel Sumber

Page 40: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 40

untuk perumahan strata rendah (Low Income) di DKI Jakarta. Sedangkan rata-

rata berat jenis di sumber sampah perumahan DKI Jakarta adalah 0,2593 Kg/L.

Timbulan sampah di perumahan High Income lebih besar dibandingkan dengan

timbulan sampah di perumahan Middle dan Low Income. Jumlah penghuni yang

cukup banyak dalam satu rumah (paling sedikit adalah 5 orang) terdiri dari

keluarga inti, pembantu, dan supir serta luas bangunan/lahan yang dimiliki

berpotensi menyebabkan sampah yang dihasilkan cukup besar. Diketahui bahwa

meskipun keluarga inti jarang makan dirumah, namun sampah dapur yang

dihasilkan dari perumahan High Income tetap ditemukan karena kegiatan

memasak tetap dilakukan untuk kebutuhan penghuni lainnya. Besarnya timbulan

juga dipengaruhi dengan adanya sampah kertas (duplek, kardus, boncos), Plastik

dan styrofoam (pembungkus makanan) serta sampah yang berasal dari

kebun/halaman rumah tersebut. Timbulan sampah di perumahan Low income

lebih besar dibandingkan dengan perumahan Middle Income karena umumnya

sampah yang ditemukan di perumahan Low Income adalah sampah dapur, hal ini

karena setiap harinya mereka melakukan kegiatan memasak, selain itu tidak

dipungkiri bahwa jumlah penghuni di perumahan Low Income cukup banyak

dalam satu rumah (keluarga inti ditambah kerabat yang menumpang)

meskipun dengan kondisi bangunan yang kecil, jikadibandingkan dengan

jumlah penghuni di perumahan Middle Income yang umumnya lebih sedikit.

Penghuni perumahan Middle Income umumnya adalah keluarga inti, keadaan

ekonomi menengah dengan aktifitas padat diluar rumah.

Page 41: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 41

Tabel 2.13.Rekapitulasi Timbulan Sampah di DKI Jakarta Berdasarkan

Sumbernya

Sumber: Analisa Kajian Studi Komposisi dan Karakteristik Sampah Provinsi DKI Jakarta,

2011

Dari data di atas dapat dilihat total produksi sampah di 14 sumber sampah yang

di studi di DKI Jakarta adalah sebesar 32.531,8675 m3/hari. Dan perkiraan

timbulan sampah di DKI Jakarta berdasarkan hasil survey adalah 3,4004

liter/orang/hari.

Tabel 2.14.Rekapitulasi Berat Jenis Sampah di DKI Jakarta

Sumber: Analisa Kajian Studi Komposisi dan Karakteristik Sampah Provinsi DKI Jakarta, 2011

SumberSampah TimbulanTiapSumber Satuan JumlahTiap

sumber

TotalProduksiSampah

(liter/hari)

TotalProduksiSampah(m3/hari)

Perumahan(HML) 2,0571 l/o/hari 9.567.127,0000 19.680.536,9517 19.680,5370PasarModern 0,8550 l/m2/hari 504.967,5000 431.747,2125 431,7472PasarTradisional 0,6434 l/m2/hari 765.732,5714 492.672,3364 492,6723Sekolah 0,1143 l/siswa+guru/hari 578.974,0000 66.176,7282 66,1767Kantor 3,0766 l/pegawai/hari 2.377.257,0000 7.313.868,8862 7.313,8689Toko 3,5508 l/kary/hari 172.959,0000 614.142,8172 614,1428Restoran 3,3310 l/kursi/hari 108.700,0000 362.079,7000 362,0797Hotel 3,7509 l/kamar/hari 32.520,0000 121.979,2680 121,9793Jalan 0,4530 l/m/hari 7.208.537,0000 3.265.467,2610 3.265,4673Taman 0,0783 l/m2/hari 2.282.627,8900 178.729,7638 178,7298Stasiun 0,0128 l/m2/hari 57.791,0000 739,7248 0,7397Terminal 0,0778 l/m2/hari 47.902,0000 3.726,7756 3,7268

TotalProduksiSampah 32.531.867,4254 32.531,8675

No SumberSampah BeratJenis

1 Perumahan(HML) 0,25932 PasarModern 0,30623 PasarTradisional 0,36204 Sekolah 0,35475 Kantor 0,06586 Toko 0,12907 Restoran 0,30948 Hotel 0,32829 Jalan 0,139210 Taman 0,095811 Stasiun 0,101112 Terminal 0,1224

Rata-rata 0,2035

Page 42: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 42

Tabel 2.15.Rekapitulasi Komposisi Sampah di DKI Jakarta

Sumber: Analisa Kajian Studi Komposisi dan Karakteristik Sampah Provinsi DKI

Jakarta, 2011

Gambar 2.28. Rata-Rata (%) Komposisi Sampah di DKI Jakarta

Dari data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata komponen Organik Sampah DKI

Jakarta 53,7501%, Anorganik 45,6909% dan Sampah B3 0,5590%. Sedangkan

berdasarkan sumber sampahnya, maka sumber sampah yang mempunyai

persentasi organik paling tinggi berasal dari Pasar Tradisional sebesar 80,4769%,

No SumberSampah Organik(%)

NonOrganik

SampahB3(%)

Jumlah(%)

1 Perumahan(HML) 69,5313 30,3075 0,1613 100,00002 PasarModern 50,4916 49,2871 0,2213 100,00003 PasarTradisional 80,4769 18,9705 0,5526 100,00004 Sekolah 47,4667 52,5333 0,0000 100,00005 Kantor 12,6047 85,3953 2,0000 100,00006 Toko 42,4500 57,5500 0,0000 100,00007 Restoran 77,6798 22,3202 0,0000 100,00008 Hotel 35,8168 64,1832 0,0000 100,00009 Jalan 46,9680 53,0320 0,0000 100,000010 Taman 63,1313 36,7845 0,0842 100,000011 Stasiun 45,2306 54,7694 0,0000 100,000012 Terminal 38,8047 61,1953 0,0000 100,0000

Rata-rata 53,7501 45,6909 0,5590 100,0000

Page 43: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 43

karena Pasar Tradisional merupakan tempat berjualan dari berbagai keperluan

rumah tangga khususnya bahan makanan yang antara lain sayur –sayuran, buah

-buahan, bunga segar dll. Persentasi organik yang tinggi ini disebabkan karena

adanya sisa -sisa dari sayuran maupun buah-buahan yang terbuang seperti

tangkai atau bagian sayur dan buah yang busuk atau tidak terpakai lagi ataupun

sisa-sisa dari bunga segar yang sudah layu. Sedangkan persentasi terendah

komposisi sampah organik berasal dari sampah Kantor yaitu sebesar 12,6047%.

Persentase tertinggi komponen sampah Anorganik berasal dari Kantor sebesar

85,3953% (sebagian besar merupakan sampah kertas 41,8219% dan sampah

plastik 21,9109%), komponen sampah anorganik tertinggi berikutnya dari Hotel

sebesar 64,1832% (komposisi tertinggi didalamnya Kertas 40,4633% dan Plastik

14,1810%). Komponen Plastik tertinggi berasal dari sampah Terminal yaitu

31,5067%. Sedangkan persentase komponen Anorganik terendah berasal dari

sampah Pasar Tradisional yakni sebesar 18,9705%.

Komponen sampah plastik dan kertas merupakan komponen sampah yang cukup

besar persentasenya setelah komponen sampah organik, hal ini disebabkan

karena perkembangan ekonomi maupun teknologi disegala bidang, sebagai

contoh kemasan atau pembungus makanan yang dapat terbuat dari plastik

maupun kertas, duplek maupun kardus. Komponen kertas yang paling banyak

ditemukan adalah kertas Boncos dan Duplek, sedangkan kertas HVS, Kertas

Koran dan Kardus tidak telalu banyak karena merupakan komponen yang dapat

dijual. Sedangkan komponen plastik yang paling banyak ditemukan adalah Plastik

Kemasan Makanan, Lembaran Keresek, Gelas/Botol Plastik Aqua.

2.4.2.2. Karakteristik Sampah Karakteristik sampah biasanya terdiri dari Nilai Kalor dalam Kkal/Kg, Kadar Air

dan Kadar Abu dalam % berat. Pada Studi ini Karakteristik yang diuji di

Laboratorium selain 3 parameter diatas juga mencakup Kadar Volatil dalam %

dan C/N Ratio. Karakteristik sampah merupakan salah satu data dasar yang

penting yang dapat digunakan dalam pemilihan teknolgi pengolahan sampah.

Page 44: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 44

Rekapitulasi hasil analisa Karakteristik sampah pada 14 sumber di 5 (lima)

wilayah DKI Jakarta disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.16. Rekapitulasi Karakteristik Sampah di DKI Jakarta

Sumber: Analisa Kajian Studi Komposisi dan Karakteristik Sampah Provinsi DKI Jakarta

(Hasil Laboratorium), 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Kadar Air 47,97%, Kadar Abu

14,95%, Nilai Kalor 3424,63 KKal/Kg, Kadar Volatil 82,77% dan C/N ratio

74,81 : 1.

Sampah yang berasal dari Pasar Tradisional memiliki kadar air terbesar yaitu

74,12%, kemudian Restoran sebesar 65,49%. Hal ini disebabkan adanya

komponen sampah yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi seperti dari

sayuran/buah yang sudah membusuk, sisa makanan dan sampah organik

lainnya. Hal ini juga dapat dilihat dari komposisi sampahnya maka terlihat

komponen organiknya tertinggi pertama dan kedua adalah Pasar Tradisional dan

Restoran. Sedangkan kadar air terendah adalah dari sampah Jalan yaitu 29,24%

karena merupakan sampah kering, plastik dan lain-lain.

Kadar Abu tertinggi berasal dari sampah Jalan yaitu sebesar 24,74% dan

terendah dari sampah Pasar Moderen yaitu 10,81%.

No Sumber C/NRation(C:1)

KadarAir(%)

KadarAbu(%)

NilaiKalori(KKal/Kg)

KadarVolatil(%)

1 PerumahanHighIncome 99,42 56,77 10,93 3373,91 85,932 PerumahanMidleIncome 77,47 53,45 13,90 3411,63 80,923 PerumahanLowIncome 68,76 57,21 15,92 3005,31 80,76

4 PasarModeren 104,40 48,32 10,81 3957,75 89,195 PasarTradisional 100,38 74,12 13,30 3839,00 86,706 Sekolah 85,05 41,02 13,79 3727,06 86,217 Perkantoran 64,82 33,63 12,71 3611,63 87,428 Pertokoan 96,01 35,04 19,37 3543,31 80,639 Restoran 74,93 65,49 17,16 3751,69 83,5910 Hotel 88,89 49,62 17,05 3548,94 82,9511 Jalan 60,80 29,24 24,74 3991,31 75,2712 Taman 44,83 32,81 18,70 4318,69 81,3013 StasiunKA 66,39 39,02 13,48 3666,00 86,5214 TerminalBus 62,92 41,97 15,38 3708,81 84,62

74,81 47,97 14,95 3424,63 82,77RATA-RATA

PARAMETER

Page 45: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 45

Nilai Kalor tertinggi berasal dari sampah Taman yaitu sebesar 4318,69 Kkal/Kg

karena terdiri dari sampah daun kering dan ranting. Nilai kalor terendah dari

sampah Perumahan Low Income yaitu 3005,31 Kkal/Kg karena umumnya

merupakan sampah basah.

Kadar Volatil sampah yang tertinggi berasal dari sampah Pasar Moderen yaitu

sebesar 89,19% karena jenis sampah memiliki kandungan polimer yang cukup

tinggi, dan terendah dari sampah Jalan yaitu 75,27%.

C/N Ratio tertinggi berasal dari sampah Pasar Moderen yaitu sebesar 104,40 : 1,

karena jenis sampahnya merupakan sampah sisa-sisa sayuran dan buah-buahan,

dan terendah dari sampah Taman yaitu 44,83 : 1 karena merupakan sampah

dedaunan.

2.4.3. Survei dan Pengkajian Demografi dan Ketatakotaan Perkembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

pembentuk wilayah itu sendiri, faktor pembentuk yang bersifat non fisik dan fisik

seperti kondisi sosial, ekonomi, budaya dan kearifan lokal. Sedangkan faktor fisik

seperti ketersediaan lahan dan lingkungan pengembangan.Selain faktor

pembentuk wilayah tersebut, perkembangan wilayah sangat ditentukan oleh

kebijaksanaan pembangunan pemerintah daerah dan tata ruang, baik arah dan

maupun strategi yang akan dilakukan pemerintah ke depan untuk rencana

pembangunan jangka pendek, rencana pembangunan jangka menengah dan

rencana pembangunan jangka panjang.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1

Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Tahun 2007-2012, arah kebijakan umum pembangunan daerah dalam

penyelenggaraan urusan pekerjaan umum, menyebutkan masalah sampah yaitu

meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta (dunia usaha) dalam

penerapan 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle). Kemudian dalam penyelenggaraan

urusan Pekerjaan Umum dalam kaitannya dengan bangunan gedung Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta, penanganan sampah diarahkan mengembangkan program

3 R di tingkat komunitas RW, membangun satu buah Intermediate Treatment

Page 46: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 46

Facilities (ITF). Memfasilitasi swasta untuk membangun dan mengoperasikan

ITF,memisahkan dan memperkuat fungsi operator pengelolaan sampah dan

meningkatkan fungsi regulator penanganan sampah. Sebagaimana di jelaskan

diatas,Penanganan dan pengelolaan masalah sampah di Provinsi DKI Jakarta

sudah masuk dalam kebijakan, strategi program, dan kegiatan pembangunan

daerah.Bahkan disebut teknologi pengolahan sampah yang direkomendasikan

dalam hal ini ITF pada tahun 2012.

Kondisi eksisting (tahun 2011) penggunaan lahan DKI Jakarta (ruang daratan) di

dominasi oleh penggunaan perumahan dan fasilitasnya, kemudian penggunaan

perkantoran, perdagangan,jasa dan taman, kemudian penggunaan lahan

kawasan industri,pergudangan dan lahan kosong, selanjutnya pengunaan lahan

kantor pemerintahan, pengunaan lahan kawasan terbuka hijau non lindung.

Kondisi penggunaan lahan tersebut akan sejalan dengan karekteristik sumber

timbulan sampah, komposisi dan sistem penanganannya.Hal ini terlihat dari data

timbulan Dinas Kebersihan tahun 2010 sebesar 58 % atau 16.185,51 m3

merupakan sampah rumah tangga.

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistim jaringan

prasarana dan sarana, yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial

ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta tahun

2011-2030, rencana struktur ruang daratan terbagi pusat kegiatan primer dan

pusat kegiatan sekunder. Dimana untuk pusat kegiatan primer terdiri dari 11

(sebelas) kawasan dan pusat kegiatan sekunder terdiri dari 8 (delapan) kawasan.

Untuk kawasan pusat kegiatan primer berpola mengelompok, walaupun sebagian

pusat kegiatan primer menyebar. Sedangkan untuk pusat kegiatan sekunder

berpola menyebar, dan sebagian berkelompok (berdekatan) lokasinya. Rencana

struktur ruang daratan merupakan suatu kawasan pusat aktivitas permukiman,

perkantoran, perdagangan dan jasa, kawasan ini berfungsi komersial yang

berpotensi menghasilkan timbulan sampah cukup tinggi.

Rencana pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah,

yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

Page 47: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 47

untuk fungsi budidaya. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Provinsi DKI Jakarta tahun 2011-2030, rencana pola ruang daratan terbagi

kawasan lindung dan kawasan budidaya. Untuk kawasan lindung dalam hal ini

kawasan terbuka hijau lindung hanya terdapat di Kecamatan Penjaringan dan

untuk kawasan berfungsi lindung berupa kawasan sepadan sungai,danau dan

taman kota. Sedangkan kawasan budidaya terdiri dari kawasan perumahan,

kawasan perkantoran,perkantoran dan jasa, kawasanpemerintahan, kawasan

industri dan pergudangan, pelayanan umum dan sosial, kawasan tambak dan

sawah. Rencana pola ruang daratan terutama untuk kegiatan komersial berpusat

di Jakarta Pusat dan sebagian Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan

Jakarta Timur. Kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa. Sedangkan untuk

kawasan industri, pergudangan dan taman sebagaian besar di Jakarta Utara dan

Jakarta Timur.

Berdasarkan uraian dan penjelasan kebijakan pembangunan daerah (RPJMD

Provinsi DKI Jakarta tahun 2007-2012) dan tata ruang (RTRWP DKI Jakarta

tahun 2011-2030) di atas, maka untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah

Provinsi DKI Jakarta dari tahun 2012-2032 adalah sebagai berikut.

1) Konsep menggambarkan back bone dari tata ruang adalah angkutan umum

massal yang membentang timur-barat,utara-selatan serta tenggara dan

barat daya dengan 3 jaringan berbentuk radial yaitu inner ring road, outer

ring road dan out outer ring road. Sistem jaringan transportasi ini

mendukung adanya pemusatan kegiatan dengan intensitas tinggi di pusat

kota terutama dalam loop line kereta api. Dan di sisi lain sistem transportasi

ini untuk mendukung pusat kegiatan primer Kawasan Medan Merdeka,

Kawasan Mangga Dua, Kawasan Bandar Kemayoran, Kawasan sentra primer

Tanah Abang, Kawasan Dukuh Atas, Kawasan Jati Negara, Kawasan

Marunda, Kawasan Segi Tiga Emas Setia Budi, Kawasan Manggarai, Kawasan

Sentra Primer Utara, Kawasan Sentra Primer Timur, Kawasan Tengah

Pantura, dan Kawasan Sentra Primer Ekonomi Strategis Marunda. Kemudian

pusat kegiatan sekunder Kawasan Glodok, Kawasan Harmoni, Kawasan

Senen, Kawasan Jatinegara, Kawasan Kelapa Dua, Kawasan Blok M,

Kawasan Grogol dan Kawasan Pramuka.

Page 48: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 48

Kawasan tersebut diatas pengelolaan sampahnya diarahkan ke ITF Cakung-

Cilincing dengan proses komposting dan ITF Sunter dengan proses

pengepresan untuk selanjutnya di buang ke TPST Bantar Gebang.

2) Konsep menggambarkan outer ring road tata ruang adalah untuk

mendukung pengembangan beberapa kawasan sentra 3R di sekitar

pinggiran Kota Jakarta khusus wilayahnya barat, selatan dan wilayah timur.

Kawasan setra 3R wilayah barat berpusat di Kecamatan Kembangan, dengan

areal pelayanan Kecamatan Cengkareng, Kecamatan Kalideres, Kecamatan

Pesangrahan dan Kecamatan Kebayoran Lama. Kemudian sentra 3R wilayah

selatan berpusat di Kecamatan Jagakarsa dengan areal pelayanan

Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Cilandak. Selanjutnya sentra 3R

wilayah Timur berpusat di Kecamatan Cipayung dengan areal pelayanan

Kecamatan Ciracas, Kecamatan Pasar Rebo, Kecamatan Kramat Jati dan

Kecamatan Makasar.

Berdasarkan hasil kuesioner checklist yang diberikan kepada responden di

pemukiman di DKI Jakarta meliputi kategori high, middle, dan low maka

diperoleh informasi sebagai berikut:

1. Karakteristik Penduduk

Tabel 2.17. Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak sekolah 3 3,33%

2 Tamat SD 3 3,33%

3 Tamat SMP 8 8,89%

4 Tamat SMA 33 36,67%

5 Tamat PT/Akademi 43 47,78%

Total 90 100,00% Sumber : Hasil Analisa Konsultan,2011

Page 49: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 49

3% 3%

9%

37%

48%

TingkatPendidikan

Tidaksekolah

TamatSD

TamatSMP

TamatSMA

TamatPT/Akademi

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden hampir

seluruhnya telah tamat PT/akademi yaitu 43%, kemudian hampir setengah

responden tamat SMA (36,67%), dan sangat sedikit dari responden yang

tamat SMP (8,89%), tamat SD (3,33%), dan tidak sekolah (3,33%). Hal

tersebut mengindikasikan tingkat pendidikan responden sebagian besar telah

tinggi, tetapi dilain pihak juga masih ada responden yang tidak sekolah.

Tabel 2.18. Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 PNS 11 12,22%

2 Pegawai Swasta 43 47,78%

3 Petani 1 1,11%

4 Buruh Pabrik 2 2,22%

5 Pensiunan 7 7,78%

6 Ibu Rumah Tangga 7 7,78%

7 wiraswasta 19 21,11%

Total 90 100,00%

Sumber : Hasil Analisa Konsultan,2011

Page 50: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden hampir

setengahnya adalah pegawai swasta (47,78%), kemudian sangat sedikit

responden yang bekerja sebagai wiraswasta (21,11%) dan PNS (12,22%),

namun ada juga responden yang merupakan pensiunan (7,78%) dan ibu

rumah tangga (7,78%), sedangkan responden lain bekerja sebagai buruh

pabrik (2,22%) dan petani (1,11%).

Tabel 2.19. Status Kependudukan

No Status Kependudukan Jumlah Persentase

1 Asli 40 44,44%

2 Pendatang 50 55,56%

Total 90 100,00%

Sumber : Hasil Analisa Konsultan,2011

12%

48%

1%2%

8%

8%

21%

JenisPekerjaan

PNS

PegawaiSwasta

Petani

BuruhPabrik

Pensiunan

IbuRumahTangga

wiraswasta

Page 51: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 51

Tabel diatas menunjukkan bahwa status kependudukan responden sebagian

besar adalah pendatang dengan persentase 55,56% dan hanya sebagian

kecil dari responden merupakan penduduk asli dengan persentase 44,44%.

Tabel 2.20. Status Rumah

No Status Rumah Jumlah Persentase

1 Rumah Sendiri 82 91,11%

2 Rumah Kontrakan 6 6,67%

3 Rumah Dinas 1 1,11%

4 Lainnya 1 1,11%

Total 90 100,00%

Sumber : Hasil Analisa Konsultan,2011

Berdasarkan tabel status rumah responden, hampir seluruhnya adalah rumah

sendiri yaitu 91,11% kemudian sangat sedikit dari status rumah responden

yang merupakan rumah kontrakan dan rumah dinas masing-masing 6,67%

dan 1,11%.

2.4.4. Survei dan dan Pengkajian Biaya, Sumber Pendanaan dan Pendanaan Data primer dilakukan dengan pengambilan data langsung di lapangan dan

masyarakat di 5 Wilayah Administrasi DKI Jakarta.

91%

7%1% 1%

StatusRumah

RumahSendiri

RumahKontrakan

RumahDinas

Lainnya

Page 52: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 52

Data timbulan, komposisi dan karateristik sampah diperoleh dengan melakukan

pengambilan sampel sampah dari berbagai sumber penghasil sampah di DKI

Jakarta. Perolehan data ini dilakukan oleh tim Studi Komposisi Sampah DKI

Jakarta 2011.

Data kondisi eksisting penanganan sampah darat DKI Jakarta dari berbagai

sumber penghasil sampah dan pendapat masyarakat mengenai pengelolaan

sampah dilakukan dengan survey lapangan ke pemukiman dan non pemukiman

di 5 wilayah Administrasi DKI Jakarta.

DKI Jakarta adalah kota megapolitan dengan heterogenitas pendapatan

/pengeluaran penduduk yang beragam. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan

sampel yang dapat mendekati mewakili pendapat dari warga DKI Jakarta, data

dari sumber pemukiman dibagi atas 3 strata pendapatan/pengeluaran

penduduknya yakni :

1) Strata Pendapatan/Pengeluaran Tinggi

2) Strata Pendapatan/Pengeluaran Menengah

3) Strata Pendapatan/Pengeluaran Rendah

Jumlah data per daerah studi dan per strata pendapatan/pengeluaran ditetapkan

sebesar minimal 30 sampel sehingga kebutuhan data pemukiman perwilayah

sebesar 90 buah atau 450 sampel se DKI Jakarta. Menurut Ida Bagus Matra dan

Kasto, untuk suatu penelitian survai dengan teknis analisa korelasi atau statistik

parametrik, maka sampel yang harus diambil minimal atau lebih besar dari 30

kasus. Data pemukiman diambil pada penghuni rumah tangga dan apartemen.

Lokasi dan jumlah data yang disurvey per wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.21.

pada sub Bab 2.4.1

Data dari Sumber Non Pemukiman terdiri dari sumber-sumber sampah sebagai

berikut:

1) Pusat Pertokoan seperti mall, ruko dan toko pribadi

2) Hotel, baik hotel berbintang dan melati;

3) Tempat rekreasi;

4) Rumah Makan

5) Pelabuhan Kapal Laut, Terminal Bus dan Stasiun Kereta Api

Page 53: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 53

6) Rumah Sakit dan poliklinik/puskesmas;

7) Kantor atau perkantoran;

8) Sekolah seperti SD, SMP, SMA, TK, Mib, MTs, Mab dan sederajat)

9) Perguruan Tinggi seperti Universitas, Akademi dan sederajat;

10) Industri, baik kawasan industri dan industri rumahan;

11) Rumah Peribadatan;

12) Taman, jalan dan sungai.

13) Pasar, baik pasar tradisional dan modern seperti Carefour, Giant dsb.

Tabel 2.21. Pembayaran Iuran Kebersihan Setiap Bulan

No Pembayaran Iuran Kebersihan Setiap Bulan Jumlah Persentase

1 Membayar 88 97.78%

2 Tidak Membayar 2 2.22%

Total 90 100.00%

Sumber : Hasil Analisa Konsultan,2011

Tabel diatas menunjukan bahwa hampir seluruh responden membayar iuran

kebersihan setiap bulannya (97,78%), walaupun sangat sedikit responden yang

tidak membayar iuran kebersihan (2,22%).

Tabel 2.22. Besar Iuran Kebersihan Per Bulan

No Besar Iuran Kebersihan Per Bulan Jumlah Persentase

1 Rp. 3.000 - Rp. 6.000 per bulan 1 1.11%

2 Rp. 6.000 - Rp. 10.000 per bulan 0 0.00%

3 Rp. 10.000 - Rp. 15.000 per bulan 12 13.33%

98%

2%

PembayaranIuranKebersihanSetiapBulan

Membayar

TidakMembayar

Page 54: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 54

No Besar Iuran Kebersihan Per Bulan Jumlah Persentase

4 Rp. 15.000 - Rp. 25.000 per bulan 23 25.56%

5 Rp. 25.000 - Rp. 40.000 per bulan 23 25.56%

6 > Rp. 40.000 per bulan 31 34.44%

Total 90 100.00%

Sumber : Hasil Analisa Konsultan,2011

Tabel diatas mengenai besarnya iuran kebersihan perbulan. Hampir setengah

dari jumlah responden secara keseluruhan membayar iuran kebersihan lebih

besar dari Rp. 40.000 perbulannya (34,44%). Sedangkan sedikit responden

membayar iuran kebersihan perbulan berkisar antara Rp. 15.000 - Rp. 25.000

(25,56%) dan antara Rp. 25.000 - Rp. 40.000 (25,56%). Namun ada juga sedikit

responden yang membayar iuran kebersihan antara Rp. 10.000 - Rp. 15.000

(13,33%) dan Rp. 3.000 - Rp. 6.000 (1,11%).

Tabel 2.23. Alasan Membayar Iuran Kebersihan

No Alasan Membayar Iuran Kebersihan Jumlah Persentase

1 Memenuhi kewajiban 57 63.33%

2 Karena ingin lingkungan bersih 30 33.33%

3 Takut kena sanksi sosial 1 1.11%

Total 88 100.00%

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2011

1%0%

13%

26%

26%

34%

BesarIuranKebersihanPerBulan

Rp.3.000- Rp.6.000perbulan

Rp.6.000- Rp.10.000perbulan

Rp.10.000- Rp.15.000perbulan

Rp.15.000- Rp.25.000perbulan

Rp.25.000- Rp.40.000perbulan

Page 55: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 55

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang membayar

iuran kebersihan beralasan hal itu dilakukan untuk memenuhi kewajiban mereka

(63,33%). Sebagian kecil diantaranya melakukan pembayaran iuran kebersihan

karena menginginkan lingkungan yang bersih (33,33%), namun sangat sedikit

responden yang membayar iuran kebersihan karena takut adanya sanksi sosial

(1,11%).

Tabel 2.24. Kesediaan Membayar Iuran Kebersihan

No Kesediaan Membayar Iuran Kebersihan Jumlah Persentase

1 Bersedia 86 95.56%

2 Tidak bersedia 4 4.44%

Total 90 100.00%

Sumber : Hasil Analisa Konsultan,2011

65%

34%

1%

AlasanMembayarIuranKebersihan

Memenuhikewajiban

Karenainginlingkunganbersih

Takutkenasanksisosial

96%

4%

KesediaanMembayarIuranKebersihan

Bersedia

Tidakbersedia

Page 56: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 56

Tabel diatas menunjukkan bahwa untuk kebersihan lingkungan yang terjamin,

hampir seluruhnya bersedia membayar lebih (95,56%) dan sangat sedikit yang

tidak bersedia membayar lebih (4,44%).

Tabel 2.25. Kenaikan Maksimum Iuran Kebersihan Jika Bersedia

No Kenaikan Maksimum Iuran Kebersihan Jika Bersedia Jumlah Persentase

1 10% 57 66.28%

2 20% 15 17.44%

3 30% 2 2.33%

4 40% 0 0.00%

5 50% 3 3.49%

6 Lebih dari 50% 9 10.47%

Total 86 100.00%

Sumber : Hasil Analisa Konsultan,2011

Tabel diatas menunjukkan bahwa jika bersedia membayar lebih untuk kebersihan

lingkungan yang terjamin sebagian besar setuju membayar 10% kenaikan

maksimum iuran kebersihan (66,28%), kemudian sangat sedikit responden

bersedia membayar 20% (17,44%), namun ada pula responden yang bersedia

membayar lebih dari 50% (10,47%).

66%

17%

2%0%4%

11%

KenaikanMaksimumIuranKebersihanJikaBersedia

10%

20%

30%

40%

50%

Lebihdari50%

Page 57: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 57

Tabel 2.26. Alasan Tidak Bersedia Membayar Iuran Kebersihan

No Alasan Tidak Bersedia Membayar Iuran Kebersihan Jumlah Persentase

1 Tidak pernah ditagih 3 75%

2 Sia-sia 1 25%

Total 4 100.00%

Sumber : Hasil Analisa Konsultan,2011

Tabel diatas menunjukkan responden yang tidak bersedia membayar iuran

kebersihan dikarenakan tidak pernah ditagih (75%) dan merasa sia-sia jika

membayar iuran kebersihan sampah (25%).

2.5. KETERPADUAN PERENCANAAN DENGAN SEKTOR LAIN

2.5.1. Air Minum Identifikasi sumber air baku air minum dan identifikasi potensi pencemar badan

air yang digunakan sebagai air baku air minum seperti perlunya perlindungan air

baku air minum dari pencemaran sampah ke badan air terutama sungai serta

pengaliran leachate disekitar TPA ke badan air.

75%

25%

AlasanTidakBersediaMembayarIuranKebersihan

Tidakpernahditagih

Sia-sia

Page 58: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 58

2.5.2. Drainase Perkotaan Identifikasi saluran drainase di sekitar TPA/TPST seperti perlunya perlindungan

dari pencemaran sampah (pengaliran leachate disekitar TPA) ke saluran

drainase.

2.5.3. Air Limbah Identifikasi lokasi IPAL/IPLT seperti perlunya meminimalkan dampak negatif dan

dampak sosial yang timbul akibat keberadaan TPA, sehingga penentuan lokasi

TPA hendaknya juga memperhitungkan lokasi IPAL atau IPLT.

2.6. KONTRIBUSI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DALAM PROGRAM PERUBAHAN IKLIM Sampah memiliki potensi untuk memberi sumbangan terhadap meningkatnya

emisi gas rumah kaca, peristiwa ini terjadi pada penumpukan sampah tanpa

diolah yang melepaskan gas metan/methane (CH4).Manusia dalam setiap

kegiatannya hampir selalu menghasilkan sampah.Sampah memiliki daya dukung

yang besar terhadap emisi gas rumah kaca yaitu gas metan (CH4). Setiap 1 ton

sampah padat menghasilkan 50 kg gas CH4.Dengan jumlah timbulan sampah

Provinsi DKI Jakarta yang dihasilkan pada tahun 2014 yaitu sekitar 6500 ton/hari

atau 2.372.500 ton/tahun. Maka, pada tahun tersebut Provinsi DKI Jakarta

mengemisikan gas CH4 ke atmosfer sebanyak 118.625ton.Dari uraian tersebut

menunjukkan bahwa sampah adalah salah satu penyumbang gas rumah kaca

dalam bentuk CH4.Hal ini terjadi utamanya pada pembuangan sampah terbuka di

TPA (Tempat Pembuangan Akhir) mengakibatkan sampah organik yang

tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik. Proses itu menghasilkan

gas CH4 (methane). Dengan metode regresi linear 2 variabel, diperoleh

konstanta untuk menghitung nilai produksi gas methana yang terbentuk untuk

setiap tahun produksi sampah (ton). Lebih lanjut, setelah ditemukan persamaan

ini maka dapat diestimasi pembentukan produksi gas methana di tahun-tahun

yang akan datang secara linear. Kemudian, dilakukan prediksi jumlah kandungan

CO2 yang terbentuk dari produksi sampah di TPA. Potensi pembentukan gas CO2

ini akan memengaruhi pembentukan gas rumah kaca. Pembentukan gas rumah

Page 59: BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN MASTER PLAN · 2019-09-17 · Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1-1 BAB-2 KONSEP DAN KRITERIA

Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) I1- 59

kaca dapat dicegah dengan mereduksi gas CH4 dan pembakaran melalui

pemanfaatan kompos dan biogas.