Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

download Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

of 11

Transcript of Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    1/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 1

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI  

    2.1 

    ISTILAH DAN DEFINISI

    Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2011 Tentang

    Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi yang dimaksud dengan:

    a.  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN adalah

    arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara.

    b.  Rencana Tata Ruang Pulau adalah rencana rinci yang disusun sebagai penjabaran

    dan perangkat operasional dari RTRWN.

    c.  Pulau Sulawesi adalah kesatuan fungsional wilayah geografis dan ekosistem yang

    mencakup wilayah darat, laut, dan udara termasuk ruang di dalam bumi yang

    meliputi seluruh wilayah Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi

    Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Provinsi

    Sulawesi Tenggara menurut undang-undang pembentukannya.

    d.  Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

    kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

    buatan.

    2 KETENTUAN UMUMBab

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    2/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 2

    e.  Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

    dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

    manusia, dan sumber daya buatan.

    f. 

    Koridor ekosistem yang dalam RTRWN disebut sebagai kawasan koridor bagi jenis

    satwa atau biota laut yang dilindungi adalah wilayah yang merupakan bagian dari

    kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya yang berfungsi sebagai alur migrasi

    satwa atau biota laut, yang menghubungkan antarkawasan konservasi.

    g.  Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang darat maupun

    ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan

    ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.

    h. 

    Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

    pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

    pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

    kegiatan ekonomi.

    i.  Alur Laut Kepulauan Indonesia adalah alur laut yang ditetapkan sebagai alur untuk

    pelaksanaan hak lintas alur laut kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut

    internasional.

    j. 

    Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan

    yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa

    provinsi.

    k.  Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan

    yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa

    kabupaten/kota.

    l.  Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan

    perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasannegara.

    m.  Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut

    yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut.

    n.  Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua

    ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.

    o.  Pulau kecil terluar adalah pulau dengan luas area kurang atau sama dengan 2.000

    km2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    3/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 3

    yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum

    internasional dan nasional.

    p.  Pelabuhan utama yang dalam RTRWN disebut sebagai pelabuhan internasional hub

    dan pelabuhan internasional adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

    kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut

    dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan

    penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan

    pelayanan antarprovinsi.

    q.  Pelabuhan pengumpul yang dalam RTRWN disebut sebagai pelabuhan nasional

    adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam

    negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagaitempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan

    dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.

    r.  Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer yang dalam RTRWN disebut

    sebagai bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer adalah bandar udara

    yang merupakan salah satu prasarana penunjang pelayanan PKN yang melayani

    penumpang dengan jumlah lebih besar atau sama dengan 5.000.000 (lima juta)

    orang per tahun.

    s.  Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yang dalam RTRWN

    disebut sebagai bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan sekunder adalah

    bandar udara yang merupakan salah satu prasarana penunjang pelayanan PKN yang

    melayani penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sama dengan 1.000.000

    (satu juta) dan lebih kecil dari 5.000.000 (lima juta) orang per tahun.

    t.  Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yang dalam RTRWN disebut

    sebagai bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan tersier adalah bandar udara

    yang merupakan salah satu prasarana penunjang pelayanan PKN dan PKW terdekat

    yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sama dengan

    500.000 (lima ratus ribu) dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta) orang per tahun.

    u.  Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik

    Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

    sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

    Tahun 1945.

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    4/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 4

    v.  Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah

    sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah di Pulau Sulawesi.

    w.  Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang

    penataan ruang.

    2.2  LANDASAN HUKUM RENCANA TATA RUANG

    Landasan hukum dalam rencana tata ruang, yaitu : 

      Pasal 21 Ayat (1) UUPR dan Pasal 123 ayat (4) PP RTRWN menetapkan bahwa Rencana

    Tata Ruang Pulau/Kepulauan dan KSN diatur dengan Perpres.

     

    Pasal 4 ayat (1) PP Penyelenggaraan Penataan Ruang menetapkan bahwa Pemerintah

    berwenang menyusun dan menetapkan rencana tata ruang Pulau/Kepulauan dan KSN

    yang selanjutnya ditetapkan dengan Perpres

      PP RTRWN menetapkan 7 RTR Pulau/Kepulauan dan 76 RTR Kawasan Strategis

    Nasional ditetapkan dengan Perpres.

      RTR KSN dan RTR Pulau/Kepulauan yang telah ditetapkan oleh Presiden:

      Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur (Jabodetabekpunjur)

    ditetapkan dengan Perpres Nomor 54 Tahun 2008

      Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita) ditetapkan dengan Perpres

    Nomor 45 Tahun 2011

      Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar (Mamminasata) ditetapkan dengan

    Perpres Nomor 55 Tahun 2011

      Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro) ditetapkan dengan Perpres

    Nomor 62 Tahun 2011

      Batam, Bintan, dan Karimun (BBK) ditetapkan dengan Perpres Nomor 87 Tahun 2011

      Pulau Sulawesi ditetapkan dengan Perpres Nomor 88 Tahun 2011

      Pulau Kalimantan ditetapkan dengan Perpres Nomor 3 Tahun 2012

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    5/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 5

    2.3  PERAN, FUNGSI, TUJUAN DAN MANFAAT RENCANA TATA RUANG 

    Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi berperan sebagai perangkat operasional dari

    RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau Sulawesi.

    Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi tidak dapat digunakan sebagai dasar pemberian izin

    pemanfaatan ruang. Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi berfungsi sebagai pedoman untuk:

    a.  penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sulawesi;

    b.  perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

    antarwilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Pulau

    Sulawesi;

    c.  pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sulawesi;

    d.  penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sulawesi; dan

    e.  penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sulawesi.

    Penataan Ruang Pulau Sulawesi bertujuan untuk mewujudkan:

    a.  pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber

    daya kelautan dan konservasi laut;

    b.  lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan

    jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi;

    c.  pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi; d. pusat

    pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau

    Sulawesi;

    d.  pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta

    penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting,

    Incentive, Convention and Exhibition / MICE );

    e. 

    kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang

    berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara Malaysia dengan memperhatikan

    keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan

    masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

    f.  jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah,

    efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah;

    g.  kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana; dan i.

    kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    6/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 6

    40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi

    ekosistemnya.

    Adapun manfaat Rencana Tata Ruang Pulau, yaitu :

    a.  Bagi pemerintah, terbitnya RTR Pulau dapat menjadi acuan bagi penyusunan

    program-program pembangunan, baik rencana pembangunan tahunan (RKP), lima

    tahunan (RPJM) ataupun dua puluh tahun (RPJP). Perpres RTR Pulau dan RTR KSN

    diharapkan dapat memberikan arahan spasial bagi penyusunan dokumen rencana

    pembangunan tersebut. Dokumen rencana pembangunan yang telah ada, pada

    tingkat nasional maupun daerah, juga telah dipertimbangkan dalam penyusunan

    Perpres RTR Pulau tersebut.

    b. 

    Bagi swasta, keberadaan RTR Pulau dapat memberikan informasi mengenai arahan

    pengembangan wilayah dan kawasan, sehingga dapat mempermudah pengambilan

    keputusan, khususnya dalam berinvestasi.

    c.  Bagi masyarakat, RTR Pulau dapat memberikan informasi mengenai arahan

    pemanfaatan ruang pada skala pulau/kepulauan dan secara lebih spesifik. Diharapkan

    dengan adanya informasi tersebut, masyarakat dapat menghindari pemanfaatan

    ruang yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan. Selain itu, informasi di dalam

    Perpres RTR Pulau juga dapat membantu masyarakat dalam berpartisipasi dalammenyusun rencana tata ruang di daerahnya masing-masing.

    2.4  PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG

    Peninjauan Kembali dan Penyusunan Rencana Tata Ruang adalah suatu kegiatan

    dalam sistem penataan ruang. Peninjauan kembali merupakan upaya memperbaiki rencana

    agar rencana selalu dapat digunakan sebagai dasar untuk pemanfaatan ruang sehingga tujuan

    pemanfaatan ruang dapat diwujudkan.

    Rencana Tata Ruang adalah Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang yang diinginkan

    dimasa yang akan datang yang paling tepat untuk mewujudkan tujuan pembangunan disuatu

    wilayah. Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang dikaji aspek-aspek sumberdaya alam,

    manusia dan buatan, dirumuskan konsepsi, strategi yang didasarkan pada asumsi tertentu

    dan faktor sosial ekonomi yang bersifat internal maupun eksternal terhadap wilayah. Dalam

    perjalanan penyusunan rencana sebagai dasar pemanfaatan ruang dapat terjadi berbagai

    kemungkinan yaitu antara lain:

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    7/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 7

    a.  Perubahan faktor eksternal terhadap wilayah seperti perkembangan ekonomi

    nasional dan global, perubahan wilayah sektor dan tata ruang wilayah nasional.

    b.  Perubahan kondisi-kondisi enternal seperti keinginan daerah, perkembangan yang

    sangat pesat dari satu sektor atau kawasan dalam satu wilayah.

    c.  Kekurangantepatan menggunakan rencana dan pengendalian sehingga terjadi

    simpangan.

    Keseluruhan ini dapat menyebabkan kemungkinan:

    1.  Rencana tata ruang masih dapat mengakomodasikan dinamika perkembangan yang

    bersifat eksternal dan internal namun terjadi simpangan-simpangan dalam

    pemanfaatan karena kelemahan dalam pengendalian.

    2.  Rencana tata ruang tidak dapat lagi mengakomodasikan dinamika perkembangan

    yang bersifat eksternal dan atau internal.

    Untuk kondisi yang pertama maka tidak perlu dilakukan peninjauan kembali tetapi

    yang dibutuhkan adalah penertiban.

    Penertiban dalam hal ini dapat mencakup:

    a.  Perubahan pemanfaatan agar menjaga konsistensi rencana

    b. 

    Penyempurnaan mekanisme pengendalian.

    Untuk kondisi yang kedua, Rencana Tata Ruang yang ada perlu ditinjau kembali atau

    disempurnakan agar diperoleh rencana yang dapat mengakomodasikan dinamika

    perkembangan faktor eksternal dan atau internal

    Pemanfaatan RTR tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, seringkali hambatan,

    batasan dan/atau kendala yang diakibatkan oleh adanya faktor baik eksternal maupun

    internal, sehingga mengakibatkan adanya ketidaksesuaian dan atau simpangan antara

    rencana dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Faktor-faktor inilah yang menjadikan

    kegiatan peninjauan kembali menjadi suatu aktifitas yang sangat penting dilakukan dalam

    proses penataan ruang.

    Faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasikan antara lain sebagai berikut:

    a.  Faktor eksternal atau yang berasal dari luar sistem yang ada di RTRP:

    i.  Adanya perubahan/penyempurnaan peraturan atau rujukan sistem penataan

    ruang yang berlaku mengikat bagi kabupaten, kota, propinsi atau nasional dan

    belum pernah digunakan dalam penyusunan rencana tata ruang sebelumnya.

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    8/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 8

    ii.  Adanya perubahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang/sektoral dari tingkat atau

    pusat/propinsi yang berdampak pada pengalokasian kegiatan yang memerlukan

    ruang berskala besar, yang harus diakomodasikan sehingga akan terjadi

    pelaksanaan pemanfaatan ruang yang tidak mengacu lagi pada rencana struktur

    dan pola pemanfaatan ruang yang sudah ada dalam RTRWP.

    iii.  Adanya retifikasi kebijaksanaan global yang mengubah paradigma-paradigma

    sistem pembangunan dan pemerintahan yang sedang berlaku pada umumnya dan

    para digma perencanaan tata ruang yang digunakan tersebut pada khususnya.

    iv.  Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan

    seringkali radikal dalam hal memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan

    meminimalkan kerusakan lingkungan, sehingga kapasitas daya dukung lingkungandapat ditingkatkan oleh karena hal ini harus selalu diantisipasi untuk keperluan

    optimasi pola dan struktur tata ruang yang ada.

    v.  Adanya bencana alam yang cukup besar sedemikian sehingga mengubah struktur

    dan pola pemanfaatan ruang yang ada, dan memerlukan relokasi kegiatan budaya

    maupun lindung yang ada untuk kepentingan pembangunan pasca bencana

    tersebut.

    b. 

    Faktor internal yang mempengaruhi perlunya tindakan peninjauan kembali inidiantaranya adalah:

    i.  Kualitas RTRWP rendah sehingga kurang dapat digunakan untuk

    mengakomodasikan perkembangan dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi

    yang berlangsung cepat dan dinamis dan terus menerus menuntut serta kurang

    dapat digunakan sebagai dasar/acuan untuk penerbitan perizinan lokasi

    pembangunan. Rendahnya kualitas rencana ini antara lain dapat disebabkan

    karena : Tidak diikutinya proses teknis, tata cara baku perencanaan tata ruang

    yang benar, Tidak diikutinya prosedur kelembagaan perencanaan tata ruang yang

    benar, Tidak lengkapnya komponen-komponen rencana yang seharusnya disusun,

    karena berbagai keterbatasan sistem pendukungnya maupun penyusunannya.

    ii.  Masih kurang atau terbatasnya pengertian dan komitmen aparat, yang terkait

    dengan tugas penataan ruang mengenai fungsi dan kegunaan RTRP dalam

    pelaksanaan pembangunan, sehingga tingkat partisipasinya dalam penyusunan

    RTRP-nya sendiri

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    9/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 9

    iii.  maupun pendayagunaannya bagi seluruh kepentingan pembangunan daerah

    sangat rendah, bahkan seringkali menerbitkan perizinan lokasi pembangunan

    yang berlawasan dengan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang yang telah

    ditetapkan dalam RTRP.

    iv.  Adanya perubahan/pergeseran nilai- nilai yang berlaku dimasyarakat setempat

    tentang kualitas tata ruang terhadap tuntutan pada kehidupan dan lingkungan

    yang baik sehingga meningkatkan ketidakpedulian kerusakan lingkungan dan

    penyerobotan terhadap ruang dengan pesat yang secara ilegal melanggar struktur

    dan pola pemanfaatan ruang yang ditetapkan.

    v.  Adanya kekurangtegasan para aparat yang berwenang dalam pengendalian

    pemanfaatan ruang, khususnya dalam tindakan penerbitan sehingga seringkalisimpangan yang terjadi sudah sedemikian jauhnya dan akhirnya justru

    mengakibatkan rencana tata ruangnya yang harus diubah.

    Faktor di atas dapat menyebabkan ketidaklengkapan data dalam penyusunan RTRP,

    adanya rencana yang kurang sesuai dan atau simpangan pemanfaatan ruang yang diharapkan.

    Sejauh mana pemerintah daerah beraksi tentunya sangat bergantung pada perbedaan-

    perbedaan yang ada dengan kondisi dan pertimbangan pembiayaan yang dibutuhkan dalam

    meninjau kembali serta kerugian-kerugian yang akan dihadapi apabila suatu rencana

    tersebut diperbaiki.

    Adanya perubahan faktor eksternal dan internal dapat mempengaruhi Rencana Tata

    Ruang yang ada sehingga rencana menjadi tidak relevan lagi sebagai acuan pemanfaatan

    ruang. Perubahan dan pengaruhnya terhadap Rencana Tata Ruang tidak selalu sama akan

    tetapi kadarnya dapat bervariasi. Oleh karena itu dibutuhkan kriteria mengenai ketentuan-

    ketentuan dan tata cara Peninjauan Kembali RTR.

    Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara ini menjadi dasar untuk menentukan

    kapan suatu rencana perlu ditinjau kembali, sejauh mana ditinjau dan bagaimana proses

    penyempurnaannya baik untuk penyempurnaan materi rencana maupun pengesahan

    rencana. Dalam kondisi demikian dapat dipahami bahwa tidak selalu semua kondisi

    perbedaan antara yang ideal dengan yang ada selalu ditanggapi dengan langkah peninjauan

    kembali, sehingga dibutuhkan batasan-batasan bilamana RTR harus ditinjau kembali. Hal ini

    membutuhkan suatu mengamatan, evaluasi dalam suatu kesatuan proses Penataan Ruang

    Wilayah.

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    10/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 10

    2.5  KEDUDUKAN PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI RTR PULAU

    SULAWESI 

    Peninjauan kembali dalam konteks penataan ruang secara keseluruhan merupakan

    bagian dari proses “perencanaan tata ruang” yang dalam hal ini diartikan sebagai proses

    untuk memperbaiki rencana tata ruang yang telah ada. Oleh karena itu, peninjauan kembali

    sebagaimana tersebut di atas bukan berarti penyusunan rencana baru secara totalitas.

    Peninjauan kembali dan atau penyempurnaan Rencana Tata Ruang Pulau merupakan suatu

    proses yang dilakukan secara berkala agar daerah selalu memiliki suatu rencana tata ruang

    yang dapat berfungsi, yaitu sebagai pedoman untuk :

    a.  Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah propinsi.

    b. 

    Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar

    wilayah propinsi serta keserasian antar sektor.

    c.  Pengarahan lokasi investasi yang dilakukan pemerintah dan/atau masyarakat.

    d.  Penataan ruang wilayah kabupaten/kotamadya.

    e.  Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan.

    Proses penyiapan materi teknis peninjauan kembali merupakan suatu bagian dari

    keseluruhan mekanisme dari rangkaian penataan ruang, dan dilakukan secara konsisten

    terhadap proses pemanfaatan ruang yang menerima pengaruh dari faktor internal dan

    eksternal. Hasil kegiatan penyiapan materi teknis peninjauan kembali tentunya berupa

    beberapa kemungkinan rekomendasi perlakuan rencana tata ruang yang ada maupun proses

    penataan ruang secara umum. Proses penyiapan materi teknis peninjauan kembali terdiri

    dari pengkajian, evaluasi dan penilaian terhadap RTR Pulau sulawesi. Input dari Proses

    Proses penyiapan materi teknis peninjauan kembali RTR Pulau Sulawesi ini memuat Daftar

    inventarisasi masalah peninjauan kembali RTR Pulau Sulawesi.

    secara skematis Proses penyiapan materi teknis peninjauan kembali RTR Pulau

    Sulawesi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

  • 8/16/2019 Bab 2 - Ketentuan Umum.pdf

    11/11

    PENYIAPAN MATERI TEKNIS PENINJAUAN KEMBALI

    RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU SULAWESI

    LAPORAN AKHIR 2 - 11

    Gambar2.1

    KedudukanPenyiapanMat

    eriTeknisPeninjauanKembaliRTRPulauSulawesi