BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Definisi Public...
Transcript of BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Definisi Public...
12
BAB 2
KERANGKA TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Definisi Public Relations
Humas merupakan istilah yang digunakan dalam sebuah organisasi dan
juga lembaga-lembaga resmi. Kata humas sendiri merupakan terjemahan dari
istilah Public Relations dimana istilah ini sendiri telah dikenal luas dan sudah
dipergunakan maka sukar untuk diganti dengan istilah yang baru meskipun lebih
tepat.
Seorang Public Relations harusnya mampu memberikan identitas kepada
organisasinya secara tepat dan mampu menyampaikannya kepada Public agar
timbul keparcayaan dan memiliki gambaran yang tepat terhadap organisasi
tersebut. Sehingga dapat membangun relasi dan kepercayaan dikalangan Public.
Menurut Vercic D (2008:8) yaitu public relations adalah fungsi manajemen yang
membantu meraih tujuan organisasi, merumuskan filosofi dan memperantai
perubahan organisasi. Praktisi public relations berkomunikasi dengan seluruh
publik internal dan eksternal yang terkait untuk membangun hubungan yang
positif dan untuk menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dan harapan
masyarakat. Menurut Grunig L and Grunig J (2007:9) public relations adalah
kelanjutan dari proses penetapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan dan sikap
13
yang disesuaikan dengan kepantingan orang-orang atau golongan agar orang atau
lembaga itu memperoleh kepercayaan dan goodwill dari mereka.
Berikut ini adalah beberapa Definisi Public Relations yang dikemukakan oleh beberapa sumber, yaitu:
TABEL 2.1
DEFINISI PUBLIC RELATIONS
No Sumber Definisi
1 Kotler & keller (2009:563)
Public Relations merupakan berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau menjaga citra perusahaan atau produknya
2 Cutlip, Center and Broom dalam Neni Yulianita (2007:34)
Public relations are the management fungction that identifes, establishes, and maintains mutually benefical relationship between an organization and the various publics on whom its succsess or failure depends.
Public relations adalah fungsi manajemen yang menyetakan, membentuk dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan berbagai macam publik, dimana hal tersebut dapat menentukan sukses atau gagalnya organisasi.
3 Jennifer Rodrigues Travellnk’d (2007)
Public relations is, at its core, a highly effective tool for generating awarness and visibility for an individual property, hotel.
Public relations adalah, pada intinya alat yang sangat efektif untuk membangkitkan kesadaran dan visibilitas untuk properti individu, jaringan hotel.
4 Walt Boyes (2006:4)
Public relations is the art and practice of communications in a structured way.
Public relations adalah seni dan praktis komunikasi dalam program yang telah di susun.
5 Business and profesional Woman/IL (2008)
Public relations fosters relationship, not only with the public, but also with our members at every level.
Public relations menumbuhkan hubungan tidak hanya dengan publik saja tetapi juga hubungan dengan karyawan di setiap level.
14
Sumber: Diadaptasi dari berbagai sumber
Dari beberapa definisi di atas, terdapat beberapa kesamaan konsep yang
dapat ditarik sebagai kata kunci untuk definisi public relations tersebut menurut
Grunig L. and Grunig J (2007:11), yaitu:
1. Deliberate, artinya kegiatan public relations pada dasarnya adalah kegiatan
yang disengaja.
2. Planned, artinya kegiatan public relations adalah kegiatan yang terorganisir
rapih atau terencana.
3. Perfomance, artinya public relations yang efektif harus didasarkan pada
kebijakan dan penampilan yang sesungguhnya.
4. Public Interest, artinya alasan mendasar dari suatu kegiatan public relations
adalah untuk memenuhi kepentingan publik dan tidak semata-mata untuk
membantu organisasi organisasi meningkatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya.
5. Two ways communications, artinya pada dasarnya dalam kegiatan public
relations harus terjadi pertukaran komunikasi.
Management functions, artinya public relations akan efektif jika ia
menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan dalam sebuah manajemen
organisasi. Public relations merupakan suatu bidang yang memerlukan
15
perencanaan yang baik dalam melakukan kampanye, selain untuk kampanye
program kerja, aktivitas dan dan informasi, tujuan lainnya adalah untuk
memeperkenalkan, meningkatkan kesadaran atau pengertian serta mencari
dukungan publik dari sasaran khalayak banyak..
PR merupakan bagian dari ilmu komunikasi dua arah (two way
communication) dengan melihat pada kata “mitra” dan “kepentingan bersama”
yang menunjukan upaya yang dilakukan untuk mengejar saling memperhatikan
dan pengertian oleh seorang praktisi PR yang mewakili perusahaan atau
organisasi dengan publiknya.
Pertemuan asosiasi-asosiasi PR seluruh dunia di Mexico City pada bulan
agustus 1978, menghasilkan pernyataan mengenai PR sebagai berikut: “Praktik
PR adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai
kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensinya, memberi
masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan
program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi
dan kepentingan khalayaknya. Definisi tersebut mencakup aspek-aspek PR
dengan aspek-aspek ilmu sosial dari suatu organisasi, yakni tanggungjawab
organisasi atas kepentingan publik atau kepentingan masyarakat luas. Setiap
organisasi dinilai berdasarkan sepak terjangnya. Jelas bahwa PR berkaitan
dengan niat baik (goodwill) dan nama baik atau reputasi (Jefkins, 2003).
16
Keberagaman yang luas dari tugas praktisi public relations ini sangat
jelas terlihat dalam daftar fungsi public relations yang dipublikasikan dalam
buklet Public Relations Society of America (PRSA) Careers in public relations
sebagai berikut:
1. Pemrograman (Programming). Pemograman berarti menganalisis masalah
dan peluang; mengidentifikasi tujuan dan publik (atau kelompok orang yang
dukungan dan pengertiannya dibutuhkan); serta merekomendasikan dan
merencanakan kegiatan.
2. Hubungan (Relationship). Seorang public relations yang sukses adalah
mereka yang mengembangkan kemampuan dalam mengumpulkan informasi
dari manajemen, kolega di dalam organisasi mereka dan sumber-sumber
eksternal.
3. Penulisan dan pengeditan (writing dan editin). Oleh karena pekerjaan public
relations sering berusaha untuk berhubungan dengan berbagai kelompok
masyarakat, bahasa tulis sering menjadi alat yang penting dalam membuat
laporan, merilis berita. Oleh karena itu, sebuah gaya penulisan yang jelas
adalah sebuah keharusan dalam public relations agar pesan
terkomunikasikan secara efektif.
4. Informasi (information). Sebuah tugas penting dari public relations adalah
sebagai informasi dengan surat kabar yang sesuai, siaran radio, dan editor
17
penerbitan perdagangan untuk memasukkan kepentingan mereka dalam
publikasi sebuah berita atau fitur dari sebuah organisasi.
5. Produksi (production). Praktisi public relations tidak perlu ahli dalam hal
seni, tata letak, tipografi, dan fotografi, tetapi dia harus memiliki latar
belakang yang cukup dalam hal pengetahuan teknis agar mereka dapat
merencanakan dengan cerdas dan menyupervisi kegunaan berbagai bentuk
media komunikasi tersebut.
6. Event special (special events). Konferensi berita, pameran konvensi dan
pertunjukan khusus, perayaan fasilitas baru dan perayaan tahunan, program
lomba dan pemberian penghargaan, tur dan rapat khusus adalah beberapa
event spesial yang dapat digunakan untuk dapat memperoleh perhatian dan
penerimaan publik. Kegiatan-kegiatan ini membutuhkan perencanaa dan
koordinasi yang matang, perhatian terhadap detail, serta persiapan buklet
khusus, publisitas, dan laporan.
7. Berbicara (speaking). Semua pekerjaan public relations serig kali
membutuhkan komunikasi tatap muka-mencari platform yang cocok,
menyampaikan pidato, dan mempersiapkan pidato untuk orang lain. Mereka
yang memiliki kepampuan berbicara di depan umum (public speaking) akan
merasakan manfaatnya dalam situasi seperti ini.
18
8. Riset dan Evaluasi (research and evaluation). Semua pekerjaan public
relations didukung dan didasari oleh riset-riset tentang isu-isu, organisasi,
masyarakat, kompetisi, kesempatan dan ancaman. Riset dilakukan melalui
wawancara, percakapan informal, serta memeriksa kembali bahan-bahan
perpustakaa, database, dan situs Web. Temuan-temuan dalam riset itu
berpengaruh pada tujuan dan strategi program public relations yang
kemudian menjadi dasar bagi evaluasi perencanaan, implementasi dan
efektivitas program.
Menurut Tylor M (2007:56) departemen public relations memiliki fungsi
utama, yaitu:
1. Hubungan pers (press release), menyajikan berita dan informasi tentang
organisasi positif.
2. Publikasi product (product publicity), mensponsori berbagai usaha untuk
mempublikasikan produk tertentu.
3. Komunikasi perusahaan (corporate communications), mempromosikan
pemahaman tentang perusahaan atau organisasi yang bersangkutan baik
melalui komunikasi internal maupun komunikasi eksternal.
19
4. Lobi (lobbying), berhubungan dengan badan pembuat undang-undang dan
pejabat pemerintah guna mendukung atau menentang peraturan dan undang-
undang.
5. Pemberian nasehat (conselling), menasehati manajemen engenai masalah
publik an posisi serta citra perusahaan.
Dari beberapa definisi yang diberikan oleh para ahli di atas, penulis
simpulkan bahwa PR terlibat dalam menjalankan dan menjadi bagian dalam
fungsi manajemen sebuah organisasi agar antara satu bagian dengan bagian lain
dapat saling terhubung dengan baik dan menggunakan “komunikasi” sebagai
alat atau sarana dalam pencapaian tujuan perusahaan demi kepentingan utama
organisasi maupun masyarakatnya. Public Relations memungkinkan
perusahaan untuk berjalan sesuai dengan tujuan bersama yang ingin dicapai,
membangun suatu hubungan saling mengetahui, memahami, dam pengertian
antara organisasi dengan publiknya.
2.1.2 Tujuan Public Relations
Tujuan utama dari kegiatan public relations untuk menciptakan,
memelihara dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik
yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi dari pada publik yang bersangkutan dan
memperbaikinya jika citra itu menurun atau rusak. Dengan demikian, ada empat
20
prinsip tujuan public relations, menurut Kotler dan Armstrong (2008:306),
yaitu:
1. Menciptakan citra yang baik
2. Memelihara citra yang baik
3. Meningkatkan citra yang baik
4. Memperbaiki citra jika citra organisasi menurun atau rusak
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:308), tujuan public relations
meliputi:
1. Membangun kesadaran. Public relations dapat membuat cerita yang
semenarik mungkin yang dimasukan dalam media untuk menarik minat dari
para konsumennya, baik itu produk atau jasa yang ditawarkan.
2. Membangun kredibilitas apat di bangun dengan cara mengkonsumsikan
pesan dalam suatu konteks editorial.
3. Mendorong wiraniaga dan penyalur. Dengan dijalankan suatu program
public relations, hal ini dapat mendorong keinginan wiraniaga dan penyalur.
4. Citra yang baik yang berasal dari cerita baik yang pernah di bangun, hal ini
akan mendorong pula minat wiraniaga tersebut untuk menjual produk yang
dikeluarkan perusahaan kepada pengecer.
21
Rincian tujuan dari public relations sangatlah luas namun pada dasarnya
menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak, baik itu publik maupun
organisasi terkait. Hubungan baik yang terjalin bukanlah untuk keuntungan
secara pribadi pada bagian perusahaan atau organisasi yang ada, tetapi ada
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dan memberikan kontribusi
yang dibutuhkan. Tujuan utama public relations membuat publik dan organisasi,
lembaga atau perusahaan saling mengenal, baik kebutuhan, kepentingan,
harapan, maupun budaya masing-masing (Kusumastuti. 2002:20-21)
2.1.3 Fungsi Public Relations
Menurut Roger Hayes (2008:3) “The role of public relations and
communications supporting and collaborations in a complex, converging
world”. Dapat diartikan bahwa peran public relations dan komunikasi
mendukung merupakan perpaduan yang kompleks dalam dunia konvergen.
Public relations merupakan satu bagian nafas yang sama dalam suatu
organisasi dan public relations harus mampu memberikan identitas kepada
organisasinya secara tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikanya
sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang benar.
Hal ini akan memeberikan gambaran tentang fungsi public relations yaitu:
1. kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling adanya
pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.
22
2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan
menguntungkan semua pihak.
3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai
harapan publik tetapi merupakan ciri khas organisasi atau perusahaan. Sangat
penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra suasana yang
kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa
dicapai secara optimal.
4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau
perusahaan dengan publiknya, dan juga mnciptakan opini publik sebagai
efeknya , yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan
yang bersangkutan.
Public relations lebih berorientasi kepada pihak perusahaan untuk
membangun citra positif perusahaan, dan hasil yang lebih baik dari sebelumnya
karena mendapatkan opini dan kritik dari konsumen. Tetapi jika fungsi public
relations dilaksanakan dengan baik akan dapat menjadi alat terbaik yang dapat
digunakan untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi
atau perusahaan, suasana kerja yang kondusif serta peka terhadap karyawan,
maka diperlukan pendekatan khusus dan motivasi dalam memningkatkan
kinerjanya. Secara singkat dapat dikatankan bahwa fungsi public relations adalah
23
memelihara, mengembangkan, menumbuhkan, mempertahankan adanya
komunikasi timbal balik yang diperlukan dalam mengatasi masalah yang muncul.
2.1.4 Kegiatan Public Relations (PR)
Public Relations dituntut untuk menjembatani komunikasi antara
manajemen dengan karyawan, juga perusahaan dengan pihak luar. Praktik PR
pada hakekatnya adalah aktivitas mencapai tujuan komunikasi dengan adanya
penguatan dan perubahan pengetahuan, perasaan, dan perilaku komunikan
(penerima pesan). Tugas-tugas yang dilakukan oleh praktisi PR beragam
disesuaikan dengan publik yang dilayani. Peran yang dilakukan oleh Public
Relations salah satunya adalah untuk menjadi komunikator perusahaan, lembaga,
atau perorangan untuk menyampaikan informasi tentang perusahaan, lembaga,
atau perorangan yang diwakilinya kepada publiknya, baik internal maupun
eksternal.
Berdasarkan jenis publiknya, kegiatan yang dilakukan oleh Public
Relations terbagi menjadi dua, yakni:
a. Internal Public Relations
Kegiatan Internal Public Relations merupakan kegiatan yang ditujukan
untuk publik internal organisasi/perusahaan. Publik internal adalah
keseluruhan elemen yang berpengaruh secara langsung dalam
keberhasilan perusahaan, seperti karyawan, manajer, supervisor,
24
pemegang saham, dewan direksi perusahaan dan sebagainya. Melalui
kegiatan Internal Public Relations diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan kepentingan publik internal dari organisasi/perusahaan.
Kegiatan hubungan internal yang dilakukan oleh seorang Public Relations
Officers antara lain:
1) Hubungan dengan karyawan (employee relations).
2) Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations).
b. Eksternal Public Relations
Kegiatan Eksternal Public Relations ini ditujukan untuk publik eksternal
organisasi/perusahaan, yaitu keseluruhan elemen yang berada di luar
perusahaan yang tidak berkaitan secara langsung dengan perusahaan,
seperti masyarakat sekitar perusahaan, pers, pemerintah, konsumen,
pesaing dan lain sebagainya.
Melalui kegiatan eksternal ini, diharapkan dapat menciptakan kedekatan
dan kepercayaan publik eksternal kepada perusahaan. Dengan begitu maka akan
tercipta hubungan yang harmonis antara organisasi/ perusahaan dengan publik
eksternalnya, sehingga dapat menimbulkan citra baik atas perusahaan dimata
publiknya.
Kegiatan hubungan eksternal yang dilakukan oleh seorang Public
Relations Officer, yaitu :
25
1) Hubungan dengan komunitas (community relations).
2) Hubungan dengan pelanggan (costumer relations).
Membina hubungan baik dengan pelanggan, dilakukan agar dapat
meningkatkan loyalitas dan kepercayaan pelanggan terhadap produk dan
perusahaan itu sendiri. Menurut Seitel (2001:455) tujuan hubungan konsumen
antara lain (1) mempertahankan pelanggan lama, (2) menarik pelanggan baru, (3)
memasarkan/memperkenalkan produk atau jasa baru, (4) memudahkan
penanganan keluhan pelanggan dan (5) mengurangi biaya. Costumer relations
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain plant tour, iklan, film,
pameran, publisitas, brosur, dan special events.
1) Hubungan dengan media massa dan pers (media & press relations).
2) Hubungan dengan pemerintah (government relations).
Kegiatan Public Relations dibagi menjadi tiga menurut Grunig & Hunt
(1994), yakni:
a. Event,adalah kegiatan Public Relations yang terjadi dalam kerangka waktu
terbatas dan jelas kapan dimulai dan berakhir. Kegiatan untuk ditunjukan
untuk satu atau beberapa publik terpilih dengan satu tujuan.
b. Campaign, hampir sama dengan event¸namun biasanya diadakan dalam
waktu lebih panjang dan dapat terdiri dari beberapa event.
26
c. Program, biasanya terdiri dari beberapa event yang tidak mempunyai batas
akhir waktu yang jelas.
Bidang utama pekerjaan PR perusahaan menurut Elvinaro Ardianto
dalam bukunya Public Relations Praktis (2008) di antaranya adalah:
a. Reputasi-proteksi dan peningkatan
Meliputi usaha membina tanggapan dengan menggunakan variasi
komunikasi untuk membangun, mempertahankan dan meningkatkan citra
atau identitas positif perusahaan.
b. Layanan informasi
Memberikan informasi kepada masyarakat melalui media merupakan peran
PR dan oleh sebab itu diperlukan kemampuan untuk membangun hubungan
media yang baik, seperti pengiriman pernyataan pers kepada media,
melakukan konferensi pers dengan mengundang media untuk hadir.
c. Publisitas produk
Dalam hal ini, praktisi Public Relations melakukan perannya bekerja sama
dengan departemen pemasaran untuk mengembangkan publisitas produk
agar dapat diterima oleh masyarakat.
d. Hubungan investor
PR memberikan informasi kepada para pemegang saham atau pihak yang
mempunyai minat khusus terhadap perusahaan. Praktisi PR mengawasi dan
27
meyakinkan para pemegang saham agar tetap menanamkan sahamnya
kepada perusahaan atau malah sebaliknya sesuai dengan kepentingan dan
kebutuhan perusahaan.
e. Hubungan keuangan
PR memberikan informasi yang luas kepada komunitas keuangan seperti
menganalisa dan membuat penilaian prospek keuangan perusahaan untuk
menjadi bahan masukan atau rekomendasi bagi perusahaan pialang dan
investor.
f. Hubungan komunitas
Peran aktif perusahaan dalam mendukung organisasi masyarakat,
mendorong karyawan untuk melakukan pekerjaan sukarela, memberikan
sumbangan bagi konser musik lokal, meminjamkan tenaga kerja untuk
menunjang program pemerintah, yang pada dasarnya untuk membina
hubungan baik dengan masyarakat sekitar.
g. Hubungan karyawan
Menyediakan dan menyebarkan informasi dari manajemen kepada
karyawan, dan sebaliknya. Untuk melakukan kegiatan ini, PR berkoordinasi
dengan departemen personalia.
28
h. Penyelenggaraan acara istimewa
Peran ini mengharuskan staf PR yang dapat melihat detail, organisasi,
logistik, dan peluang publisitas untuk dapat menyelenggarakan sebuah acara
istimewa (Special Event).
i. Urusan pemerintah
Berupaya untuk mempengaruhi pihak legislatif melalui kontak dengan
legislator dan instansi pemerintah dan memiliki kemampuan melobi
mewakili pihak perusahaan terkait dengan hubungan dan kepentingan
perusahaan dengan kebijakan yang ada.
j. Manajemen Isu
Menentukan bagaimana berbagai isu publik akan mempengaruhi perusahaan
dengan melakukan proses identifikasi isu, analisis isu, memastikan pilihan
terbuka bagi perusahaan, memulai rencana tindakan, dan mengevaluasi hasil.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Definisi Special Event (Ajang Khusus)
Pengertian dari peristiwa khusus (Special Event) adalah suatu kegiatan
Public Relations, yang cukup penting dalam upaya memuaskan banyak orang
untuk ikut serta dalam suatu kesempatan memenuhi selera/ kesenangan, serta
upaya untuk menarik perhatian bagi publiknya. Ajang yang diselenggarakan
selain ajang atau kegiatan biasa disebut dengan Ajang Khusus. Kegiatan ini
29
merupakan salah satu kiat menarik perhatian media massa dan publik terhadap
suatu perusahaan, produk atau seseorang. (Pudjiastuti, 2010:xvi).
Yaverbaum (2000) mengemukakan bahwa Ajang Khusus adalah media
publisitas yang efektif karena dapat membantu dalam memasarkan perusahaan
dan produk jasa kepada publik, sangat bersifat promosi, serta mampu
mendapatkan publisitas banyak dari pihak media massa.(Pudjiastuti, 2010: xvii).
Jim Macnamara (1996) yang dikutip Rosady Ruslan (1999) dalam bukunya
Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsep dan Aplikasi,
mengemukakan bahwa Ajang Khusus adalah sebuah ajang yang biasanya
dilaksanakan untuk mendapatkan perhatian dari media, klien, perusahaan, atau
produk.
Secara khusus special event dapat meningkatkan empat unsur penting,
yaitu:
a. Awareness (pengenalan) produk/ jasa, organisasi.
b. Pleasure (kesenangan) upaya untuk pemenuhan selera publik.
c. Knowladge (pengatahuan) meningkatkan pengetahuan publik.
d. Image (citra) meningkatkan citra positif perusahaan.
Definisi dari Ajang khusus dapat penulis simpulkan sebagai sebuah
kegiatan public relations yang direncanakan dan diciptakan oleh organisasi selain
acara rutin dalam upaya untuk memuaskan banyak pihak untuk ikut serta di
30
dalamnya yang memberikan manfaat baik untuk memenuhi selera/ kesenangan,
serta upaya menarik perhatian bagi publiknya.
2.2.2 Tujuan Special Event (Ajang Khusus)
Tujuan utama diadakannya Special Event (Ajang Khusus) adalah
mempromosikan produk atau perusahaan agar dapat dikenal khalayak sasaran.
Tujuan ini akan lebih terlihat nyata apabila ada liputan dari media massa
sehingga mencul publisitas bagi produk atau perusahaan yang sedang
dipromosikan.
Melalui Special Event (Ajang Khusus), Public Relations yang mewakili
perusahaan dapat berinteraksi langsung dengan publiknya sehingga dapat lebih
mampu meyakinkan publik berkaitan dengan informasi yang disampaikan atau
dengan kata lain, Ajang Khusus memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif
antara penyelenggara dengan konsumen atau pengunjungnya. Special Event
(Ajang Khusus) sangat efektif dalam memengaruhi pengunjung sasaran baik
dalam aspek kognitif (awareness dan pengetahuan pengunjung terhadap
perusahaan, merek, atau produk), aspek afektif (mengatasi kesalahpahaman dan
prasangka serta mengasosiasikan merek dengan suatu gaya hidup, kegiatan, atau
individu tertentu), maupun aspek konatif (mempertahankan penerimaan
masyarakat akan produk, merek, atau perusahaan). (Pudjiastuti, 2010:xxvi).
31
Ajang Khusus yang dirancang dengan baik dapat memberikan kesan
mendalam pada setiap publik yang terlibat atau pun pihak media massa. Citra
perusahaan pun dapat dibentuk karena Ajang Khusus-nya sendiri maupun
informasi yang disampaikan dari Ajang Khusus. Dampak dari hal ini adalah
terjadinya proses word-of-mouth (WOM) dari publik yang terlibat dalam suatu
ajang akan bercerita kepada pihak lain tentang kehebatan Ajang Khusus yang
diadakan. Media massa pun akan membuat berita panjang lebar tentang hebatnya
Ajang Khusus yang diadakan sehingga secara tidak langsung akan menciptakan
citra positif bagi penyelenggaranya.
Menurut Tom Duncan (2003) tujuan Ajang Khusus adalah:
a. Memengaruhi pengunjung sasaran.
b. Mengasosiasikan sebuah merek dengan suatu kegiatan, gaya hidup,
atau individu tertentu.
c. Menjangkau target sasaran yang lebih luas.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap merek, produk, atau
perusahaan.
Menurut Elvinaro Ardianto (2008) dalam bukunya Public Relations
Praktis, tujuan dari special events adalah:
a. Pengenalan (awareness) dan meningkatkan pengetahuan (knowledge)
terhadap lembaga/ perusahaan dan produk, yang ingin ditampilkan.
32
b. Proses publikasi melalui komunikasi timbal balik, yang pada akhirnya
memperoleh publisitas yang positif.
c. Memperlihatkan itikad baik dari lembaga, yaitu produk yang
diwakilinya, dan sekaligus memberikan kesan atau citra positif
terhadap masyarakat sebagai publik sasarannya.
d. Upaya mempertahankan penerimaan masyarakat. Memperoleh rekanan
atau pelanggan baru melalui acara special events yang dirancang
menarik, informatif, dan kreatif.
Dari kedua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan penulis bahwa
terdapat kesamaan pandangan dari tujuan diadakannya Special events yang
dilakukan perusahaan melalui staf Public Relations, yaitu: untuk meningkatkan
kesadaran (awareness), pengetahuan (knowledge), mempertahankan penerimaan
masyarakat, memperoleh rekanan maupun pelanggan baru, meningkatkan citra
positif perusahaan di mata khalayak, mempengaruhi pengunjung yang
merupakan khalayak sasaran. Dalam ajang khusus Seminar Prestasi Robotika,
tujuan diadakannya adalah membantu memfasilitasi anak muda indonesia untuk
dapat menerima ilmu dari tim-tim robot yang sudah menjuarai lomba robot
dunia, menyampaikan pesan citra positif bagi khalayak dalam event ini target
publik pelajar (mahasiswa).
33
2.2.3 Fungsi Special Event
Special Event (Ajang Khusus) diadakan karenakan terdapat beberapa
fungsi yang dapat dimanfaatkan perusahaan. Rosady Ruslan (1999)
mengemukakan fungsi Special Event (Ajang khusus):
a. Memberikan informasi secara langsung (tatap muka) dan mendapatkan
timbal balik yang positif dari publiknya.
b. Menjadi media komunikasi sekaligus mendapatkan publikasi sehingga pada
akhinya publik sebagai target sasaran akan memperoleh pengenalan,
pengetahuan, dan pengertian mendalam. Dari Ajang Khusus tersebut juga
diharapkan akan tercipta citra positif perusahaan atau produk yang
diwakilinya. (Pudjiastuti, 2010:xxix).
Ahli komunikasi lain, Elvinaro Ardianto (2008) juga mengemukakan
fungsi Ajang khusus yang serupa dengan Rosady Ruslan, yaitu:
a. Untuk memberikan informasi secara langsung (bertatap muka), dan
mendapatkan hubungan timbal balik yang positif dengan publiknya melalui
program kerja atau acara-acara yang sengaja dirancang, dan dikaitkan
dengan event (peristiwa khusus) dalam kegiatan serta program kerja
kehumasan tertentu.
b. Sebagai media komunikasi dan sekaligus publikasi, dan pada akhirnya
masyarakat atau publik sebagai target sasarannya akan memperoleh
34
pengenalan, pengetahuan, dan pengertian yang mendalam. Diharapkan dari
acara khusus tersebut dapat tercipta citra positif terhadap perusahaan/
lembaga, atau produk yang diwakilinya. (Ardianto, 2008:105).
Dari kedua pendapat ahli di atas, maka penulis menyimpulkan fungsi dari
ajang khusus adalah untuk menjalin hubungan timbal balik dengan publiknya
melalui pemberian informasi secara bertatap muka dan menggunakan ajang
sebagai media komunikasi dan publikasi kepada publik untuk mendapatkan
pengenalan, pemahaman, dan pengertian mendalam dengan harapan
meningkatkan citra positif perusahaan di mata publiknya.
2.2.4 Elemen-elemen Special Event
Philip Lesly menyebut elemen-elemen Ajang Khusus sebagai news
question, yang terdiri dari 5W 1H, yaitu what, why, when, where, who, dan how.
a. What: berhubungan dengan bentuk acara, format acara, dan kesanyang
ingin ditampilkan.
b. Why: meliputi tujuan dan maksud penyelenggaraan special event.
c. When: meliputi hal-hal yang berhubungan dengan waktu penyelenggaraan,
pemilihan waktu, serta alasannya.
d. Where: berhubungan dengan lokasi penyelenggaraan ajang khusu serta
fasilitas pendukung.
35
e. Who: berhubungan dengan khalayak sasaran, pengisi acara, serta siapa saja
yang terlibat dan bertanggung jawab.
f. How: berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan acara. (Pudjiastuti,
2010:15)
Bentuk acara yang lebih unik dan spesifik dapat memberikan kesan yang
lain daripada ajang biasa. Format acara mengarah pada tahapan pelaksanaan
acara untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Format acara bergantung
pada kemasan acara atau kesan acara yang ingin ditampilkan melalui serangkaian
acara dalam ajang khusus. Kesan yang ingin ditampilkan mengarah kepada kesan
apa yang ingin penyelenggara tanamkan kepada khalayak dengan mengingat
acara yang diadakan, pesan-pesan yang disampaikan, baik tentang perusahaan,
produk, maupun brand-nya. (Pudjiastuti, 2010: 26).
2.2.5 Pengertian Citra
Tujuan Public Relations salah satunya adalah untuk membangun citra
atau image dan opini publik sesuai dengan yang dikehendaki. Citra akan terlihat
dan terbentuk melalui proses komunikasi. Citra juga bias diartikan kesan atau
pandangan seseorang terhadap sesuatu objek. Jika kesan orang tersebut terhadap
objek tertentu negatif, maka sudah tentu citra yang terbentuk akan negatif pula
terhadap objek tersebut.
36
Untuk membangun citra tidaklah mudah, melainkan harus melalui proses
komunikasi, karena citra itu bersifat abstrak tetapi wujudnya dapat dirasakan, hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rosady Ruslan, yaitu:
1. Citra bersifat abstrak, tetapi wujudnya bias dirasakan dan hasil penalitian,
penerimaan, kesadaran dan pengertian. Semacam rasa hormat dari public
luas terhadap perusahaan/badan usaha.
2. Kepercayaan, lebih mengarah kepada kesan dan pendapat/ penilaian positif
yang bersifat pandangan pribadi terhadap perusahaan.
3. Realitas, sasaran yang hendak dicapai oleh perusahaan adalah realitas,
jelas, terwujud, dapat terukur, dan hasil program dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Manfaat, semua hasil kerja sama dari berbagai pihak akan terasa
manfaatnya bila tujuan perusahaan bias tercapai dengan sukses.
5. Keterkaitan, rencana yang di buat dan disepakati harus konsisten dan dapat
dilaksanakan sampai tuntas dan berhasil.
Citra adalah persepsi dari seorang penerima berdasarkan pertimbangan
yang dimilikinya terhadap identitas perusahaan dan daya reflek interpretasi
terhadap berbagai atribut perusahaan dari berbagai sumber. Citra memiliki
sebuah interpretasi yang kompleks dimana masyarakat merasa berkepentingan
terhadap sebuah organisasi.
37
Ada beberapa definisi citra yang dikemukakan oleh para ahli antara lain:
Kotler (2000 ; 599) menyatakan bahwa : “ Image is the set beliefs, ideas,
and impressions that a person hold of on object “. Sedangkan menurut Aacker &
Myers (2000 ; 116) : “ The total impression of what person a group of people
think and know about or object “. Selanjutnya menurut Frank Jefkin ( 1987 ; 56
) : “ And image is the impression gamed according to knowledge and
understanding of the facts “. Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat diambil
pengertian umum dari citra yaitu: Citra merupakan hasil evaluasi dalam diri
seseorang berdasarkan persepsi dan pemahaman terhadap gambaran yang telah
diolah, diorganisasikan, dan disimpan dalam benak seseorang. Citra dapat diukur
melalui pendapat, kesan atau respon seseorang dengan tujuan untuk mengetahui
secara pasti apa yang ada dalam pikiran setiap individu mengenai suatu objek,
bagaimana mereka memahaminya dan apa yang mereka sukai atau yang tidak
disukai dari objek tersebut. Suatu citra bisa sangat kaya makna atau sederhana
saja. Citra dapat berjalan stabil dari waktu ke waktu atau sebaliknya bisa berubah
dinamis, diperkaya oleh jutaan pengalaman dan berbagai jalan pikiran asosiatif.
Setiap orang bisa melihat citra suatu objek berbeda-beda, tergantung pada
persepsi yang ada pada dirinya mengenai objek tersebut atau sebaliknya citra
bisa diterima relatif sama pada setiap anggota masyarakat, ini yang biasa disebut
opini publik.
38
Citra perusahaan dikemukakan oleh Andreassen dan Lindestad (1997:74)
bahwa corporate image is an overall evaluation of the company and is
measured using three indicator: overall opinion of the company contribution to
society and company network (citra perusahaan merupakan penilaian yang
menyeluruh terhadap perusahaan dan diukur dengan menggunakan tiga
indikator; pendapat mengenai perusahaan, pendapat mengenai kontribusi
perusahaan terhadap masyarakat dan jaringan perusahaan). Ind (1990) dalam
John Christie (2002:41) menyatakan bahwa “ corporate image as what the
organization transmits to its receivers about itself and how these projections are
received” . Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa citra merupakan apa
yang organisasi sampaikan kepada para penerima mengenai dirinya dan hal-hal
yang bagaimana dipertimbangkan untuk diterima.
Menurut Petty dan Cacioppo, 1986 dalam Cornelissem (2000:120)
berbagai tingkat pemahaman dalam konsep citra perusahaan didasarkan atas
hubungan antara tingkat keterlibatan individu dengan objek dan tingkat dari
pengembangan citra terhadap suatu objek. Keterlibatan tersebut dilihat sebagai
sebuah konsekuensi dari kapasitas proses informasi bagi setiap individu sehingga
memotivasinya terhadap objek tersebut. Sebuah tingkat keterlibatan yang tinggi
memiliki hubungan dengan sebuah tingkat dari pengembangan. Praya (1990)
dalam Cornelissem (2000:120) mengenalkan tiga macam citra perusahaan
berdasarkan tingkat pengembangannya:
39
1. Citra dilihat dari sebuah jaringan atau bagan struktur yang kompleks
(pengembangan tingkat tinggi/ high elaboration ).
2. Citra dilihat dari suatu sikap penilaian (pengembangan tingkat
menengah /midlle elaboration).
3. Citra dilihat dari suatu kesan global yang sederhana (pengembangan
tingkat rendah/ low elaboration).
Citra perusahaan yang baik merupakan sebuah asset bagi kebanyakan
perusahaan, karena citra perusahaan memiliki suatu dampak terhadap persepsi
pelanggan dari komunikasi dan operasi perusahaan yang sangat menghormati
pelanggan. Gronroos (1990:169) menyebutkan citra mempunyai dua fungsi:
1. Citra perusahaan merupakan komunikasi dengan berbagai harapan.
2. Citra perusahaan merupakan sebuah fungsi dari pengalaman yang paling
baik sebagaimanan berbagai harapan pelanggan.
Menurut Nguyen dan LeBlanc (1988:55) ada sejumlah item sebagai
kontribusi di dalam membangun citra perusahaan yaitu tradisi, ideologi, nama
perusahaan, reputasi, berbagai tingkat harga, keragaman jasa dan kualitas
komunikasi yang dimiliki setiap karyawan dalam menyampaikan jasa
perusahaan, identitas perusahaan, tingkat dan kualitas dari media periklanan serta
sistem penyampaian jasa. Sedangkan menurut Kennedy (1977) dalam Nguyen
dan LeBlanc (1988:55) menyatakan bahwa secara prinsip ada dua komponen
40
citra perusahaan yaitu fungsional dan emosional. Komponen fungsional
berkaitan dengan komponen yang yang bersifat nyata ( tangible ) sehingga
pengukurannya lebih mudah, sedangkan komponen emosional berkaitan dengan
bentuk psikologis yang ditunjukkan melalui berbagai perasaan dan sikap.
Gronroos (1984) dalam Nguyen dan LeBlanc (1988:55) berpendapat bahwa citra
dibangun sebagian besar melalui technical quality (kualitas teknik) seperti
manfaat apa yang diterima pelanggan dari pengguna jasa dan functional quality
(kualitas fungsional), yaitu bagaimanan cara perusahaan menyampaikan jasa
tersebut.
Siswanto Sutojo (2004:37) mengemukaan, citra perusahaan yang baik
dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.
2. Menjadi perisai selama masa krisis.
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal.
4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.
5. Penghematan biaya operasional.
Selanjutnya, Siswanto Sutujo (2004:39) juga mengemukakan bahwa
keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor yaitu:
41
1. Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan
diinginkan kelompok sasaran.
2. Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis.
3. Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan.
4. Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran.
5. Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha.
Kottler (2003) yang menyebutkan bahwa citra perusahaan
menggambarkan sekumpulan kesan (impressions), kepercayaan ( beliefs ), dan
sikap ( attitudes ), yang ada di dalam benak konsumen terhadap perusahaan.
Pembentukan citra bukanlah pekerjaan yang bisa terjadi hanya dalam
waktu semalam. Pembentukan citra/image adalah sebuah proses. Dimana proses
Pembentukannya yaitu citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan
pengetahuan dan pengertian tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk
mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya
terhadap objek tersebut. Solomon, dalam Rakhmat, menyatakan semua sikap
bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengetahuan yang kita
miliki. Tidak akan ada teori sikap atau aksi sosial yang tidak didasarkan pada
penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif dari sebuah komunikasi
sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk
berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.
42
Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi
cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan. (Danasaputra,1995:34-35). Proses pembentukan citra dalam struktur
kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh Jhon
S. Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen, seperti
yang diungkap Danasaputra, sebagai berikut:
Dasar-dasar Public Relations
Model pembentukan citra pengalaman mengenal stimulus
Gambar 2.1 Dasar-dasar Public Relations
Public Relations Digambarkan sebagai Input dan Output, proses intern
dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus
yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu
sendiri digambarkan melalui presepsi-kognisi-motivasi-sikap. “...proses proses
psiko dimanis yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara
Stimulus
Perangsang
Kognisi Persepsi Sikap Motivasi
Stimulus
Perangsang
43
komponen-komponen presepsi, kognisi, motivasi, dan sikap konsumen terhadap
produk. Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra)
dari stimulus” (Nimpoeno, dalam Danasaputr,1995:36).
Model Pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus yang
berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon. Stimulus(rangsang)
yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang ditolak
proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukan bahwa rangsang
tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian
dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsang itu diterima oleh individu,
berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan
demikian porses selanjutnya dapat berjalan. Empat komponen prespsi-kognisi-
motivasi-sikap dapat diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Ini
disebut sebagai “picture in our head” oleh walter lipman.
Jika stimulus mendapat perhatian,individu akan berusaha untuk mengerti
tentang rangsang tersebut. Presepsi diartikan sebagai hasil pengamatan
terhadap unsur lingkngan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.
Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang
berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempresepsi
itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan proses pembentukan citra.
44
Presepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang oleh
rangsang dapat memenuhi kognisi indovidu.
Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus.
Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut,
sehingga individu harus diberikan infomasi-informasi yang cukup dapat
mempengaruhi perkembangan kognisinya.
Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakan respon seperti yang
diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. Sikap
mempnyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang
harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai,
diharapkan dan diinginkan. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya
mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap ini dapat
diperteguh atau dirubah. Proses pembentukan citra pada akhirnya akan
menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan, perilaku tertentu. Untuk mengetahui
bagaimana citra suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya dibutuhkan
45
adanya suatu penelitian. Melalui penelitian perushaan dapat mengetahui secara
pasti sikap publik terhadap lembaganya, menegtahui apa yang dsukai dan apa
yang tidak disukai oleh publiknya.” (Soleh Soemirat & Elvinaro
Ardianto:2010).
Citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan
pengertian tentang fakta fakta. Efek kognitif dari sebuah komunikasi sangat
mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk
berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.
Komunikasi tidak secara lagsung mempengaruhi / menimbulkan perilaku
tertentu tetapi mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan. Citra dapat digambarkan melalui presepsi-kognisi-motivasi-sikap.
Keempat komponen ini diartikan sebagai mental representation (citra) dari
stimulus oleh Nimpoeno dan oleh walter lipman disebut picture in our head.
Proses ini menjelaskan bagaimana stimulus yang diberikan oleh Public
Relations ditolak atau diterima publiknya, setelah proses penerimaan, maka
individu akan berusaha memaknai rangsangan yang diterima berdasarkan
pengalamnnya. Proses pemaknaan inilah yang disebut presepsi. Selanjutnya jika
individu merasa diberikan informasi yang cukup sehingga timbul keyakinan
dalam dirinya maka stimulus sudah memasuki tahap kognisi yaitu keyakinan
individu akan suatu stimulus / rangsangan. Motivasi dan sikap yang ada akan
menggerakan respon seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif
46
adalah keadaan dalam pribadi seseorangyang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sikap
adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.
Pada akhirnya proses pembentukan citra ini akan menghasilkan sikap,
pendapat, tanggapan dan perilaku tertentu. “Citra adalah tujuan utama, dan
sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia
hubungan masyarakat (kehumasan) atau public relation. Pengertian citra itu
sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara sistematis, tetapi
wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. Seperti
penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang
dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya.
Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan
timbulnya rasa hormat, kesan kesan yang baik dan menguntungkan terhadap
suatu citra lembaga/organisasi atau produk barang dan jasa pelayanannya yang
diwakili oleh pihak humas/PR. Biasanya landasan citra berakar dari “nilai-nilai
kepercayaan” yang konkret diberikan secara individual dan merupakan
pandangan atau presepsi. Proses akumulasi dari amanah kepercayaan yang telah
diberikan oleh individu individu tersebut akan mengalami suatu proses cepat
47
atau lambat utuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas yaitu sering
dinamakan image. Menurut jefkins dalam bukunya hubungan masyarakat
(intermasa,1992) ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia
aktivitas hubungan masyarakat (public relation), dan dapat dibedakan satu
dengan yang lain sebagai berikut:
1. Citra cermin (miror image): Citra cermin yang diyakini oleh perusahaan
bersangkutan-terutama para pimpinannya- yang selalu merasa dalam poisi
baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar. Setelah diadakan studi tentang
tanggapan, kesan dan citra di masyarakat ternyata terjadi perbedaan antara
yang dharapkan dengan kenyataan citra dilapangan, bisa terjadi justru
mencerminkan “citra” negatifnya yang muncul.
2. Current image: Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain
tentang perusahaan/organisasi atau hal lain yang berkaitan dengan
produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik
penerimaanya, sehingga dalam posisi tersebut pihak PR/humas akan
menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk
(prejudice), dan hingga muncul kesalah pahaman (missunderstanding) yang
menyababkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan
negatif yang diperlohnya.
3. Citra keinginan: Citra yang seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak
manajemen terhadap lembaga/perusahaan atau produk yang ditampilkan
48
tersebut lebih dikenal(Good awareness), menyenangkan dan diterima
dengan kesan yang selalu postif diberikan(take and give) oleh publiknya
atau masyarakat umum.
4. Citra perusahaan (corporate image): Citra yang berkaitan dengan sosok
perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra
perushaan (Corporate image) yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh
publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima,
keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan
tanggung jawab sosial (sosial care) sebagainya. Dalam hal ini pihak
humas/PR berupaya atau bahkan ikut bertanggung jawab untuk
mempertahankan citra perusahaan agar mampu mempengaruhi harga
sahamnya tetap bernilai tinggi (liquid) untuk berkompetissi di pasar bursa.
5. Citra beraneka ragam: Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan
diatas, misalnya bagaimana pihak humas/PR-nya menampilkan pengenalan
(awareness) terhadap identitas perusahaan, atribut logo, brand’s name,
seragam (uniform) para front liner, sosok geudng, dekorasi lobby kantor
dan penampilan para profesionalnya. Semua itu kemudian di unifikasikan
atau diintegrasikan terhadap citra perushaaan (corporate image)
6. Citra penampilan: Lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja
atau penampilan diri para profesional pada perusahaan bersangkutan.
Misalnya dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayananya,
49
meyambut telepon , tamu dan pelanggan serta publiknya, harus serba
menyenangkan serta memberikan kesan yang selalu baik. Mungkin
masalaha citra penampilan ini kurang diperhatikan atau banyak disepelekan
orang.” (Roesady Ruslan:2006).
2.2.5.1 Citra positif Perusahaan
Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap,
pendapat, tanggapan atau perilaku umum. Untuk mengetahui bagaimana
citra suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya dibutuhkan adanya
suatu penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat mengetahui secara
pasti sikap publik terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan
apa yang tidak disukai oleh publiknya.
Dengan melakukan penelitian citra, perusahaann dapat
mengetahui secara pasti sikap publik terhadap organisasi maupun terhadap
produk barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Dari penelitian citra ini, perusahaan juga dapat mengetahui apa-apa yang
disukai dan tidak disukai publik tentang perusahaan, dengan demikian
perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat bagi kebijaksanaan
perusahaan selanjutnya. (Danasaputra, 1995: 40). Berikut ini adalah bagan
dari orientasi publik relations, yakni image building (membangun citra),
50
dapat dilihat sebagai model komunikasi dalam Public Relations. (Soemirat
dan Ardianto, 2002: 118).
Sumber = Perusahaan/lembaga/organisasi
Komunikator = Bidang/divisi PR
Pesan = Kegiatan-kegiatan
Komunikan = Publik PR
Efek = Citra publik terhadap perusahaan/ lembaga organisasi
Gambar 2.2 Model Komunikasi Dalam Public Relations
Pentingnya penelitian citra, ungkap H. Frazier Moore (dalam
Danasaputra), penelitian citra menentukan sosok institusional dan citra
perusahaan dalam pikiran publik dengan mengetahui secara pasti sikap
masyarakat terhadap sebuah organisasi, bagaimana mereka memahami dengan
baik, dan apa yang mereka sukai dan tidak sukai tentang organisasi tersebut.
51
Penelitian citra memberi informasi untuk mengevaluasi kebijaksanaan,
memperbaiki kesalahpahaman, menentukan daya tarik pesan hubungan
masyarakat dan meningkatkan citra hubungan masyarakat dalam pikiran publik.
Menurut William V Haney, dalam Danasaputra (dalam Soemirat dan Ardianto,
2002:117) pentingnya penelitian mencakup, pertama, memprediksi tingkah laku
publik sebagai reaksi terhadap tindakan lembaga / organisasi perusahaan, kedua,
mempermudah usaha kerjasama dengan publik dan ketiga, memelihara hubungan
yang ada.
2.2.5 Kerangka Pikir