Bab 2 Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Anak

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah konsep kebiasaan menggosok gigi, konsep karies gigi, konsep anak pra sekolah, kerangka konseptual dan hipotesa. A. Konsep Kebiasaan Menggosok Gigi 1. Pengertian Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan. Kebiasaan memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan karena sering dikaitkan dengan adat istiadat yang turun temurun. Karena kebiasaan pada umumnya sudah melekat pada diri seseorang, termasuk kebiasaan yang kurang menguntungkan bagi kesehatan, maka sulit untuk diubah (Notoatmodjo S, 2010 : 16). 6

description

Bab 2 Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Anak

Transcript of Bab 2 Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Anak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah

konsep kebiasaan menggosok gigi, konsep karies gigi, konsep anak pra sekolah,

kerangka konseptual dan hipotesa.

A. Konsep Kebiasaan Menggosok Gigi

1. Pengertian

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap,

berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan. Kebiasaan

memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan karena sering dikaitkan

dengan adat istiadat yang turun temurun. Karena kebiasaan pada umumnya

sudah melekat pada diri seseorang, termasuk kebiasaan yang kurang

menguntungkan bagi kesehatan, maka sulit untuk diubah (Notoatmodjo S,

2010 : 16).

Menggosok gigi adalah prosedur rutin yang merupakan salah satu

usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi (www.lintasberita.com.

Diakses tanggal 10 Mei 2010).

Jadi kebiasaan menggosok gigi adalah perilaku manusia yang

menetap dalam usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan pada gigi.

Kebiasaan menggosok gigi seorang anak dipengaruhi oleh

karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan

penghasilan.

6

a. Umur.

Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari

orang yang belum cukup dewasa.

Masa dewasa dibagi menjadi 3 kategori :

1) Masa dewasa awal (21-40 tahun)

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa

reproduktif. Seseorang mampu memecahkan masalah yang

kompleks dengan kapasitas berfikir abstrak, lugas dan rasional.

2) Masa dewasa madya (40-60 tahun)

Merupakan masa transisi, mereka meninggalkan ciri-ciri jasmani

dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam

kehidupan dengan ciri jasmani dan perilaku yang baru.

3) Masa usia lanjut (60 tahun sampai mati)

Ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan

psikologis yang semakin menurun. Perubahan yang menyangkut

kemampuan motorik, kekuatan fisik dan fungsi psikologis.

(http:// qalbinur.wordprees.com. Diakses tanggal 25 agustus 2010)

b. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki

dan begitu pula sebaliknya.

Macam jalur pendidikan :

1) Pendidikan formal

a) Pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS)

7

b) Pendidikan menengah (SMA/MA/SMK)

c) Pendidikan tinggi (diploma,sarjana,magister,spesialis,doctor)

2) Pendidikan nonformal

Diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan

pendidikan sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap.

3) Pendidikan informal

Dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar

secara mandiri misalnya PAUD, pesantren.

(UU RI No. 20 pasal 17 Sisdiknas tahun 2009)

c. Pekerjaan

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga.

(Nursalam & Pariani S, 2001 : 132-134)

d. Penghasilan

Penghasilan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti perumahan, lingkungan

sehat, pendidikan dan kesehatan. Jelas semuanya itu akan dengan

mudah dapat menimbulkan penyakit.

Penghasilan keluarga di Kabupaten Bojonegoro dibedakan :

1) Penghasilan tinggi = > Rp. 1.105.000,00/bulan

2) Penghasilan sedang = Rp. 825.000,00-Rp. 1.105.000,00/bulan

3) Penghasilan rendah = < Rp. 825.000,00/bulan.

2. Tujuan menggosok gigi

a. Menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak

b. Membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan

8

c. Menstimulasi jaringan gingiva

d. Mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang

ditujukan terhadap karies, penyakit periodental atau sensitivitas

(Sriyono, WN, 2009 : 54).

3. Cara menggosok gigi

a. Menggosok gigi rahang bawah

Cara meletakkan sikat gigi : Tangkai sikat gigi diletakkan sejajar

dengan dataran pengunyah. Perhatikan ujung-ujungnya bulu sikat

terletak pada perbatasan gigi dan gusi. Sikat gigi kemudian

dimiringkan sedikit sehingga bulu sikat terarah pada perbatasan gigi

dan gusi.

b. Menggosok permukaan gusi yang menghadap ke pipi/bibir

Sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju mundurnya yang

pendek, artinya sikat gigi digerak-gerakkan di tempat. Gosoklah

terlebih dahulu gigi yang terletak di belakang. Sesudah itu, barulah

sikat gigi dipindahkan ke tempat berikutnya.

c. Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah

Gosoklah dulu gigi-gigi yang terletak di belakang.

d. Menggosok dataran pengunyah

Dimulai dari gigi-gigi rahang atas maupun bawah digosok dengan

maju mundur.

(Santoso S, Ranti Al, 2004 : 23-25).

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggosok gigi

a. Memilih sikat gigi

1) Bulu harus lembut dan kepala sikat gigi harus kecil sehingga

mempermudah anak dalam menyikat sampai gigi belakang.

9

2) Permukaan sikat gigi harus rata, cari yang ujung bulunya bulat agar

tidak menggores gusi.

3) Sikat gigi orang dewasa tidak cocok untuk anak kecil karena

kepala sikatnya terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam mulutnya

dengan nyaman.

4) Jenis sikat gigi dengan pegangan yang “mantap” bisa membantu

memaksimalkan ketrampilan motorik.

5) Simpanlah sikat gigi dalam posisi tegak di tempat bulunya bisa

mengering dan pastikan sikat tidak saling bersentuhan karena bisa

membuat kuman berpindah dari satu sikat ke sikat lain.

6) Gantilah sikat gigi anak bila ada tanda-tanda kerusakan, misalnya

bulunya sudah megar

7) Belilah sikat baru setiap 4 bulan dan langsung setelah anak sembuh

dari penyakit, karena sikat yang lama mungkin menyimpan kuman-

kuman.

(Rudijanto F, 2004 : 52)

b. Memilih pasta gigi

Pasta gigi yang baik melakukan beberapa fungsi sekaligus :

1) Pasta gigi adalah alat pembersih yang membantu menghilangkan

sisa makanan dari sekitar gigi dan gusi

2) Pasta gigi biasanya mengandung flourida, yang membantu

memperkuat dan melindungi gigi dari pembusukan dan sikat gigi

membuat flourida menyentuh permukaan email gigi.

3) Menggunakan pasta gigi membuat mulut anak terasa segar dan

bersih

(Rudijanto F, 2004 : 53)

10

c. Efektivitas menyikat gigi

Selain tergantung kepada bentuk dan cara menyikat gigi juga

tergantung dari frekuensi dan lamanya menyikat gigi. Lama menyikat

gigi antara 2-3 menit sudah efektif untuk membersihkan plak. Selain

menggunakan lama waktu menyikat gigi, maka untuk efektivitas

menyikat gigi, ada ajuran untuk menggosok gigi pada tiap-tiap bagian

sebanyak 5 sampai 10 gosokan (Sriyono WN, 2009 : 55-56).

d. Waktu yang tepat untuk menggosok gigi

1) Setiap selesai makan.

2) Sebelum tidur.

(Susanto A, 2007 : 31)

5. Kesalahan dalam menggosok gigi

a. Menggunakan sikat gigi yang salah

Pertimbangkan besar mulut ketika memilih sikat gigi, pilih juga

sikat gigi dengan gagang yang nyaman. Semakin nyaman sikat gigi

yang digunakan, semakin sering pula akan menggunakannya dan

dengan cara yang tepat.

b. Pemilihan bulu sikat yang tidak tepat

Pilih sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut dan cukup kokoh

agar dapat mengikis plak yang menempel pada permukaan gigi, tanpa

harus menyakiti gusi.

c. Jarang menggosok gigi atau terlalu lama menggosok gigi

Gosoklah gigi dengan lembut 2 kali sehari (pagi dan malam)

setidaknya 2-3 menit atau bisa membagi 30 detik untuk setiap sisi gigi.

11

d. Menggosok gigi terlalu sering dan keras

Tiga kali sehari adalah jumlah paling ideal bagi kita untuk

menggosok gigi lebih dari tiga kali artinya telah bertindak terlalu

berlebihan, menggosok gigi terlalu kasar atau keras dapat mengikis

email gigi.

e. Tidak menggosok gigi dengan benar

Menggerakkan sikat gigi memanjang horizontal searah garis gusi

akan memicu terjadinya abrasi.

(http://preventionindonesia.com. Diakses tanggal 10 Mei 2010).

B. Konsep karies gigi

1. Pengertian

Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi akibat aktivitas

bakteri sehingga terjadilah (melunaknya) jaringan keras gigi yang diikuti

terbentuknya kavitas (rongga) (Martariwansyah, 2008 : 18).

2. Klasifikasi

Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju

perkembangan dan jaringan keras yang terkena.

a. Berdasarkan lokasi

1) Karies celah fisura

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk

saat perkembangan alur dan tidak sepenuhnya menyatu dan

membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada struktur

permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies

gigi. Karies celah dan fisura terkadang sulit dideteksi.

12

2) Karies pemukaan halus

Ada dua macam karies permukaan halus yaitu :

a) Karies proksimal

Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi.

Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiologi.

b) Karies akar

Karies akar adalah tipe yang paling sering terjadi dan

biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena

resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang

karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri, gigi geraham atas

merupakan lokasi tersering dari karies akar.

b. Berdasarkan laju penyakit

Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut atau

kronis. Karies rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies

terdahulu.

c. Berdasarkan jaringan keras yang terkena

Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat

dibedakan menjadi karies yang mempengaruhi enamel, dentin atau

sementum serta karies didekat leher gigi disebut karies servikal

(http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Mei 2010).

3. Etiologi

Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies : permukaan

gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang

difermentasikan dan waktu.

13

a. Gigi

Anatomi gigi berpengaruh pada pembentukan karies celah atau

alur yang dalam. Pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies.

Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa

makanan.

b. Bakteri

Mulut merupakan tempat berkembangnya banyak bakteri namun

hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan

Lactobacilli. Contoh bakteri dapat diambil pada plak

c. Waktu

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang

kariogenik dapat mempengaruhi perkembangan karies. Demineralisasi

dapat terjadi setelah 2 jam (http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 10

Mei 2010).

d. Karbohidrat

Telah diuraikan dalam bab sebelumnya bahwa sisa-sisa makanan

dalam rongga mulut terutama makanan lengket dan manis dapat

menyebabkan timbulnya plak gigi yang menumpuk kemudian akan

menyebabkan karies gigi (Susanto A, 2007 : 27).

Faktor lain yang mempengaruhi :

e. Minuman

Selain makanan yang telah diuraikan sebelumnya, ternyata

minuman kopi dan teh juga kurang baik untuk kesehatan gigi. Terlalu

banyak minum kopi dan teh dapat menimbulkan plak berwarna coklat

pada permukaan gigi. Minuman soft drink (minuman bersoda) dapat

menyebabkan karies gigi karena mengandung banyak gula.

14

f. Menggosok gigi

Kuman akan aktif merusak gigi jika ada sisa-sisa makanan dalam

rongga mulut. Jika kegiatan menggosok gigi sudah dilakukan dan

masih sakit gigi, hal ini kemungkinan disebabkan cara menyikat gigi

yang salah atau alat yang digunakan kurang baik.

g. Berkumur

Ketika menggosok gigi, kadang-kadang kita sulit membersihkan

bakteri yang ada disela-sela gigi. Cara yang tepat untuk membasminya

dengan berkumur menggunakan obat kumur .

(Susanto A, 2007 : 30-35).

4. Faktor risiko

a. Pengalaman karies

Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara

pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa datang.

sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%.

b. Penggunaan fluor

Pemberian fluor yang teratur baik yang secara sistemik maupun lokal

merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi

terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi.

Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan

makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan

tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat

menyebabkan fluorosis.

c. Oral hygiene

15

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam

pembentukan karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi

dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan

gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.

Peningkatan oral hygiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat

pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi

secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi

dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.

d. Jumlah bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas

berbagai jenis bakteri. Walaupun laktobasilus bukan merupakan

penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada

orang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.

e. Saliva

Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk

membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Pada individu yang

berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat

secara signifikan.

f. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies, biasanya lebih bersifat lokal

dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengkonsumsi

makanan. Apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering

dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan

untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi

karies.

16

g. Umur

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

karies sejalan dengan bertambahnya umur. Anak-anak mempunyai

risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi.

h. Jenis kelamin

Dari berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi karies gigi pada

wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan erupsi gigi

pada anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga

gigi anak perempuan lebih lama didalam mulut dan akan lebih lama

berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies.

i. Sosial ekonomi

Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi tinggi

dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup

sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Seseorang yang

mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan

sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi

perilakunya untuk hidup sehat.

(http://usupress.usu.ac.id. Diakses tanggal 12 Mei 2010).

5. Tanda dan gejala

a. Daerah yang tampak berkabur dipermukaan gigi tampak coklat dan

membentuk lubang.

b. Lesi tampak coklat dan mengkilat. Daerah coklat pucat menandakan

adanya karies yang aktif.

c. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika

disentuh.

17

d. Adanya nyeri yang dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang

dingin dan makanan atau minuman yang manis.

e. Bau nafas tak sedap dan pengecapan yang buruk.

(http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Mei 2010).

6. Komplikasi

Jika tidak ditangani, karies gigi biasanya menghancurkan sebagian

besar gigi dan menyebar ke jaringan sebelahnya, sehingga menyebabkan

sakit dan infeksi, invasi mikroba ke pulpa gigi mempercepat respon radang

yang dapat menimbulkan rasa sakit (sakit gigi). Proses ini dapat

menimbulkan nyeri yang hebat dan disertai sepsis serta infeksi pada

daerah muka (Nelson, 2000 : 1286).

Gangguan atau penyakit yang timbul akibat sakit gigi dan gusi

sebagai berikut :

a. Gangguan pada mata

Gangguan ini sering ditemukan pada orang yang sakit gigi, mata

menjadi lelah dan terasa nyeri pada bagian atas mata. Rasa nyeri pada

mata ini terjadi karena saraf mata dan saraf pada gigi berpangkal pada

tempat yang sama.

b. Sakit kepala

Keluhan ini biasanya dialami oleh orang yang mengunyah

makanan menggunakan salah satu gigi karena gigi pada sisi yang lain

sakit. Rasa sakit ini umumnya terasa di kepala bagian belakang.

c. Penyakit saluran pernafasan

18

Infeksi mulut dapat menyebabkan penyakit pada saluran

pernafasan jika bakteri terserap masuk ke dalam saluran tersebut.

Bakteri dapat masuk sampai ke paru-paru dan menimbulkan infeksi

pada alat tubuh tersebut.

d. Penyakit jantung

Bakteri dalam rongga mulut yang masuk bersama aliran darah

dapat memproduksi zat kimia yang mempercepat pembekuan darah.

Keadaan ini dapat menimbulkan pengerasan pembuluh darah. Bakteri

ini juga dapat melekat pada lapisan lemak yang menempel di

pembuluh darah jantung akibatnya, penyaluran sari makanan dan

oksigen menuju jantung menjadi terhambat.

(Susanto A, 2007 : 25-26).

7. Pencegahan karies gigi

Perawatan gigi mulut pada masa balita dan anak ternyata cukup

menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia

selanjutnya. Beberapa penyakit gigi dan mulut bisa mereka alami bila

perawatan tidak dilakukan dengan baik. Diantaranya caries (lubang pada

permukaan gigi), gingivitis (radang gusi) dan sariawan untuk

mencegahnya, beberapa hal berikut perlu mendapatkan perhatian orang

tua :

a. Kurangi konsumsi makanan manis dan mudah melekat pada gigi

seperti permen atau coklat.

b. Ajak mereka menggosok gigi secara teratur dan benar pada pagi, sore

dan menjelang tidur. Lebih baik lagi bila dilakukan setiap usai makan.

Biasakan mereka berkumur-kumur setelah makan-makanan manis.

19

c. Siapkan makanan kaya kalsium (ikan dan susu), flour (teh, daging sapi

dan sayuran hijau), fosfor, serta vitamin A (wortel), vitamin C (buah-

buahan), vitamin D (susu), vitamin E (kecambah), mineral dan vitamin

tersebut diperlukan untuk pertumbuhan gigi mereka.

d. Jaga kesehatan mulut mereka dengan baik. Bila ada karang gigi segera

bawa ke dokter gigi untuk dibersihkan.

e. Ajak mereka memeriksakan gigi enam bulan sekali.

f. Bila tiba-tiba mengeluh sakit gigi, suruh mereka berkumur dengan air

garam hangat dan lubang ditutup kapas berminyak cengkeh lalu bawa

ke dokter atau klinik gigi.

(Surendro D, 2002 : 80-81).

8. Pengobatan karies

a. Bila pencabutan diindikasikan, terapinya juga harus mengarah pada

masalah bahwa gigi-gigi disekitar tempat pencabutan akan berubah

posisinya pada lengkungan gigi.

b. Antibiotika biasanya tidak diindikasikan, kecuali pada penderita

dengan daya tahan terganggu, penyembuhan luka terganggu atau

berisiko endokarditis.

c. Jika antibiotika oral tidak efektif, jalan parenteral diindikasikan.

d. Penisilin merupakan antibiotika pilihan, kecuali pada penderita dengan

riwayat alergi terhadap penisilin.

e. Kombinasi asetaminofen dengan kodein yang diberikan per oral

biasanya adekuat.

(Nelson, 2000 : 1286).

20

C. Konsep Anak Prasekolah

1. Pengertian

Anak pra sekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun (Muscari EM,

2005 : 59).

2. Kesehatan gigi anak pra sekolah

a. Seluruh gigi desidua yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3

tahun.

b. Perkembangan motorik halus pada usia pra sekolah memungkinkan

anak mampu menggunakan sikat gigi dengan baik, anak harus

menggosok giginya dua kali sehari.

c. Orang tua harus mengawasi anak menggosok gigi dan membersihkan

sela-sela gigi.

d. Anak harus menghindari makanan yang bersifat kariogenik untuk

mencegah karies.

(Muscari EM, 2005 : 60).

21

D. Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi

dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah di TK.

Dharma Wanita Mekarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten

Bojonegoro tahun 2010.

Kerangka konseptual di atas menjelaskan bahwa faktor gigi, bakteri,

waktu, karbohidrat, minuman, berkumur dan menggosok gigi dapat

mempengaruhi timbulnya karies gigi.

Pada anak pra sekolah sering mengkonsumsi makanan manis dan mudah

melekat pada gigi seperti permen dan coklat yang lama kelamaan akan

membentuk plak gigi, apabila tidak dicegah dengan menggosok gigi secara

22

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian karies gigi :1. Gigi.2. Bakteri.3. Waktu.4. Karbohidrat.5. Minuman.6. Menggosok gigi.7. Berkumur.

Kebiasaan menggosok gigi Kejadian karies gigi pada anak pra sekolah

teratur dan benar plak akan terus menumpuk dan akan membentuk asam.

Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan terjadi lesi karies.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini yang diteliti adalah kebiasaan

menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008 : 56).

Hipotesa nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran

statistik dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau

kompleks dan bersifat sebab atau akibat.

Hipotesa alternatif (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini

menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antara dua atau

lebih variabel.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (H1) yaitu ada

hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak

pra sekolah di TK. Dharma Wanita Mekarsari Kecamatan Trucuk Kabupaten

Bojonegoro.

23