Bab 2 Fix (Autosaved)

48
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi kasus 1.Definisi Skoliosis Pengertian skoliosis menurut hipocrates yaitu melengkungnya vertebrae (tulang belakang) kea rah lateral, skoliosis biasanya disebabkan oleh idiopatik (70% - 80% dari kasus) tidak di ketahui penyebabnya. Scoliosis adalah kelainan tiga dimensi dari tulang belakang dan tulang rusuk. skoliosis dapat berkembang yaitu, antara lain : kurva primer tunggal (menyerupai huruf C) atau dua kurva (kurva primer dan kurva sekunder berkompensasi membentuk huruf S). Scoliosis dapat terjadi di punggung atas (thorakal) atau punggung bawah (lumbar), tetapi paling sering terjadi di daerah antara thorakal dan daerah lumbal (area torakolumbalis). Skoliosis dapat juga didefinisikan dengan bentuk kurva, lokasi, arah dan besarnya, dan 8

description

saved saved

Transcript of Bab 2 Fix (Autosaved)

Page 1: Bab 2 Fix (Autosaved)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi kasus

1. Definisi Skoliosis

Pengertian skoliosis menurut hipocrates yaitu melengkungnya vertebrae

(tulang belakang) kea rah lateral, skoliosis biasanya disebabkan oleh idiopatik

(70% - 80% dari kasus) tidak di ketahui penyebabnya. Scoliosis adalah kelainan

tiga dimensi dari tulang belakang dan tulang rusuk. skoliosis dapat berkembang

yaitu, antara lain : kurva primer tunggal (menyerupai huruf C) atau dua kurva

(kurva primer dan kurva sekunder berkompensasi membentuk huruf S). Scoliosis

dapat terjadi di punggung atas (thorakal) atau punggung bawah (lumbar), tetapi

paling sering terjadi di daerah antara thorakal dan daerah lumbal (area

torakolumbalis). Skoliosis dapat juga didefinisikan dengan bentuk kurva, lokasi,

arah dan besarnya, dan jika mungkin, penyebabnya. Tingkat keparahan scoliosis

ditentukan oleh sejauh mana kelengkungan tulang belakang dan dengan sudut

rotasi trunk (Suken A. Shah, MD, 2009) .

2. Anatomi tulang belakang

Tulang belakang adalah bagian tubuh manusia yang bertugas menopang

hampir 2/3 beban dari berat badan, tulang belakang terbentuk dari serangkaian

collumna vertebralis. Collumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang

8

Page 2: Bab 2 Fix (Autosaved)

9

adalah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut dengan

vertebrae atau ruas tulang belakang.

Tulang vertebra tersusun atas 33 tulang, yaitu: 7 buah tulang cervikal, 12

buah tulang thoracal, 5 buah tulang lumbal, serta 5 buah tulang sakral. Tulang

servikal, torakal dan lumbal masih tetap berbeda sampai kapanpun, namun tulang

sakral dan koksigeus satu dengan yang lain akan menyatu dan membentuk dua

tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus (Cailliet, 1981 dikutip oleh Kuntono,

2007).

Gambar 2.1

Columna vertebralis, facies posterior et lateralis (Artner, 2002)

Page 3: Bab 2 Fix (Autosaved)

10

Vertebrae terdiri atas dua komponen utama, yaitu spongiosa pada bagian

ventral yang juga merupakan corpus dari vertebra, berbentuk silinder dan struktur

posterior tersusun oleh tulang pipih arcus vertebrae posterior.

Korpus vertebrae dihubungkan dengan arkus posterior oleh sepasang pilar

kokoh yang disebut pedikel, yaitu terdiri dari pedikel kiri dan pedikel kanan. Ke2

pedikel tersebut dihubungkan dengan spasang struktur yang pipih yang

melengkung pada bagian tengah yang disebut lamina, pertemuan antar lamina kiri

dan kanan terdapat suatu penonjolan tulang ke arah dorsum yang disebut

prosessus spinosus. Antara pedikel dan lamina di masing-masing sisi terdapat

tonjolan tulang le arah lateral dan membentuk sepasang prossessus transversus.

Kemudian, diantara prosessus transversus dan lamina terdapat prossessus

artikularis membentuk sendi facet antara satu vertebrae dengan vertebra di

proksimalnya. Hubungan kesinambungan antara pedikel dan lamina pada satu sisi

dengan sisi yang lainnya terbentuk tulang seperti cincin, yang mana masisng-

masing dari cincin tersebut membentuk kanal dari cervikal hingga sacral, yang

menjadi tempat dilaluinya medulla spinalis dalam selaput durameter.

Page 4: Bab 2 Fix (Autosaved)

11

Gambar 2. 2

Saluran ruas tulang belakang. Canalis vertebralis kelima tampak atas(Sabotta,

2003)

Gambar 2.3

Isi saluran ruas tulang belakang.Canalis vertebralis pinggul ketiga tampak atas

(sabotta, 2003)

Page 5: Bab 2 Fix (Autosaved)

12

a. Ligamen pada tulang belakang

Struktur pada vertebrae diperkuat oleh adanya beberapa ligamen, antaralain

yaitu, Ligamen Longitudinal Anterior, Ligamen Longitudinal Posterior,

Ligamen Kapsular, Ligamentum Flavum, Ligamentum Interspinosus,

Ligamentum Supraspinosus, Ligamentum Intertransversal, Ligamentum

Iliolumbar, Ligamentum Sacroiliaca, Ligamentum Vertebropelvic.

Gambar 2.4

ligamen pada vertebra (Netter, 2006)

Page 6: Bab 2 Fix (Autosaved)

13

b. Otot-otot pada tulang belakang

Pada tulang belakang untuk dapat melakukan suatu gerakan dilakukan oleh

otot yang bekerja pada tulang belakang tersebut diantaranya yaitu :

TABEL 1.1

Otot pada tulang belakang dan fungsinya

Kerja Otot Otot Yang Bekerja

Flexor anterior 1) Rectus abdominis2) Obliquus abdominis

eksternus3) Obliquus abdominis

internus 4) Psoas major5) Iliacus 6) Quadratus lumborum

Fleksor Lateral 1) Rectus abdominis 2) Obliquus abdominis

eksternus3) Obliquus abdominis

internus 4) Erector spinae 5) Quadratus lumborum6) Semispinalis (thoraks)7) Multifidus Lihat

Rotator 1) Obliquus abdominis eksternus2) Obliquus abdominis internus 3) Erector spinae 4) Semispinalis 5) Multifidus

Page 7: Bab 2 Fix (Autosaved)

14

Gambar 2.4

Otot-otot punggung (sabotta, 2009)

c. Persyarafan pada vertebra

Jaringan saraf terbungkus dalam kolumna lumbal vertebra yang memanjang

dari medula batang otak sampai kearea vertebra lumbal pertama disebut medula

spinalis. Medula spinalis merupakan sistem saraf pusat yang melewati vertebrae.

Sistemt saraf pusat, yaitu meliputi otak dan medulla spinalis

Saraf pada columna vertebra terbagi dari empat bagian, yaitu : Saraf spinal

serviks (C1-C2), Saraf spina toraks (T1-T12), Saraf spina lumbal (L1-L5), dan

Saraf spina sakral (S1-S5).

Page 8: Bab 2 Fix (Autosaved)

15

Saraf spinal terdapat tiga puluh satu pasang saraf spinal berawal dari korda

melalui radik dorsal ( posterior ) dan ventral ( anterior ). Pada bagian distal radiks

dorsal ganglion , dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal, semua saraf

tersebut adalah gabungan ( motorik dan sensorik ) membawa informasi kekorda

melalui neuron eferen dan meninggalkan korda melalui neoren eferen. Saraf

spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna vertebra tempat

munculnya saraf tersebut.

Gambar 2.5

Anatomi persyarafan pada tulang belakang (anatomy, 2011 )

Page 9: Bab 2 Fix (Autosaved)

16

TABEL 1.2

Persyarafan tulang belakang

Pleksus Terbentuk dari mensyarafi

Pleksus serviks C1,C2,C3,C4,C5 Sebagian otot leher, dan

kulit kepala,leher,serta

dada

Pleksus brakial C5, C6, C7, C8, dan T1,

dengan melibatkan C4

dan T2

Otot pada leher dan bahu.

Pleksus lumbal L1,L2,L3,dan L4 T12 kulit dan otot dinding

abdomen, paha dan

genitalia eksternal

Pleksus sacral S1,S2 Otot fleksor paha dan

kulit pada paha anterior,

regia panggul, dan

tungkai bawah.

Pleksus koksiks S5, S4 Regia koksiks

Gambar 2.6

Saraf-saraf ruas tulang belakang vertebra (Sabotta, 2003)

Page 10: Bab 2 Fix (Autosaved)

17

Medulla spinalis berbentuk selinder berongga agak pipih. Diameter

struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking, panjang rata-rata 42 cm. Tiga

puluh satu pasang saraf spina keluar dari area urutan korda melalui foramina

intervertebral. Saraf spina l bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda

mengarah ke bawah disebut korda ekuina, muncul dari kolumna spinalis pada

foramina intervertebral lumbal dan sacral yang tepat. Filum terminal adalah

perpanjangan fibrosa pia meter yang melekat pada konus medularis sampai

kekolumna vertebra.

Gambar 2.7

Sumsum tulang belakang, Medulla spinalis dan saraf spinal (Sabotta, 2003)

Page 11: Bab 2 Fix (Autosaved)

18

b) Fisiologi Vertebrae

Fisiologi vertebra meliputi dua aspek, yaitu kinematika dan kinetika yang

berkaitan dengan struktur anatomi vertebrae.

a. Kinematika vertebra servikal

Dalam posisi tegak leher akan sedikit lordosis akibat dari tonus otot pada

daerah paravertebrae, fungsi kinematika dari servikal kebanyakan terjadi dalam

keadaan pasif. Rentang gerak antara oksiput (C0) dan C1 adalah 250 fleksi dan

ekstensi, 50 lateral bending pada setiap sisi, dan 4-70 rotasi pada tiap sisi. Antara

C1 dan C2 rentang geraknya meliputi 150 fleksi dan ekstensi, 70 lateral bending,

dan 470 axial rotasi. Kesimpulannya, hampir 40-50% total rentang gerak axial

pada orang dewasa normal terjadi di level C1-C2. Pada subaksial vertebra, serta

rentang gerak dari flexi ke ekstensi sebesar 12-230, sudutnya biasanya lebih besar

di segmen yang lebih rendah.

Kinematika dari vertebra servikal menunjukan adanya gerak coupled, yaitu

suatu gerakan yang berulang dan berhubungan dengan gerakan lain dengan arah

yang berbeda.

Ligamen dan discus intervertebralis berperan dalam kinetika vertebra

servikal. Ligamen dirancang sebagai struktur mekanis untuk menahan beban

dalam bentuk tension. Secara umum, strukturnya tidak dapat bertahan terhadap

bending, twisting dan compression.

Ligamen longitudinal anterior memiliki fungsi utama menahan ekstensi,

ligamen interspinosus dan supraspinosus menahan flexi, sedangkan ligamen

Page 12: Bab 2 Fix (Autosaved)

19

kapsular menstabilkan sendi facet. Ligamen posterior longitudinal dan flavum

selain berfungsi untuk menstabilkan pada saat lateral bending, juga melindungi

medulla spinalis. Berbeda dengan ligamen spinalis diskus intervertebralis dapat

menahan gaya dari arah yang berbeda-beda.

Diskus intervertebralis terdiri atas tiga bagian, yaitu nukleus pulposus, anulus

fibrosus, dan cartilaginus endplates. Nukleus pulposus merupakan daerah yang

menyerupai cairan ditengah diskus yang dikelilingi oleh anulus fibrosus. Anulus

terdiri dari beberapa lapisan serabut yang dianyam heliks, dengan arah serat

berlainan disetiap lapisnya. Konstruksi yang teranyam saling silang secara heliks

ini banyak ditemukan pada struktur biologis silindris lainnya. Kombinasi dari

cairan di tengah dan struktur fiber di luar memberikan diskus respon yang lembut

dan fleksibel pada level beban yang rendah.

b. Kinematika vertebrae thorakolumbal

Kinematika ini dibagi atas dua bagian. Bagian pertama merupakan lower

thorasic spine yang terdiri dari 12 vertebra toraks, sedangkan bagian ke2

merupakan lumbar spine yang terdiri 5 vertebra lumbal. Lower thoracid spine

adalah daerah transisional pada kolumna vertebra, yaitu peralihan dari sifat

kinematis vertebra servikal yang memiliki sifat kinematis seperti vertebrae

lumbal.

Kinematika vertebra lumbal dipengaruhi oleh sifat korpus vertebra, diskus

intervertebralis, dan kontribusi oleh otot-otot abdominal dan paravertebra.

Vertebra lumbal memiliki kemampuan utama untuk menahan beban (load

bearing)

Page 13: Bab 2 Fix (Autosaved)

20

3. Biomekanika

a. Biomekanika vertebra

Biomekanika adalah ilmu yang menyelidiki, menggambarkan, dan

menganalisis gerakan manusia. Biomekanika memandang tubuh sebagai suatu

sistem yang terdiri atas elemen-elemen yang saling berkaitan dan terhubung satu

sama lain melalui sendi dan jaringan otot.

Unit fungsional vertebra terdiri atas dua vertebra yang berdekatan dan diskus

intervertebralis, kecuali untuk C1 (atlas) dan C2 (sumbu). Vertebra C1 dan C2

memiliki geometri yang khusus dan memungkinkan jangkauan gerak kepala yang

luas.

Fungsi utama biomekanika vertebra adalah mendukung tekanan berat badan

dan kekuatan otot vertebra. Tulang trabekula mendukung sebagian besar beban

tekanan vertikal, sehingga sebagian trabekula berorientasi vertikal, searah dengan

pembebanan utama. Sedangkan trabekula horizontal berfungsi menstabilkan

trabekula vertikal.

Endplate vertebra membentuk batas struktural antara diskus intervertebralis

dan inti calcaneus tulang vertebra. Fungsi utamanya, yaitu mencegah ekstrusi dari

diskus ke dalam vertebra dan mendistribusikan beban secara merata ke arcus.

Selain itu endplate berfungsi sebagai membran semipermeabel yang

memungkinkan transfer air dan zat terlarut, sehingga mencegah hilangnya

molekul proteoglikan dari diskus.

Page 14: Bab 2 Fix (Autosaved)

21

Diskus intervertebra berperan untuk menstabilkan dan mempertahankan satu

pola garis lurus vertebra dengan cara menjangkarkan satu diskus dengan diskus

yang lain. Struktur diskus terdiri atas cincin luar (anulus vibrosus ) yang

mengelilingi substansi gelatin lunak, yang disebut nukleus pulposus.

Gambar 2. 8

Transfer beban pada diskus normal dan degeneratif (Catherine, 2015)

Prosessus transversus dan spinosus berperan untuk memulai gerakan

vertebra dan menjaga stabilitas. Saat hiperekstensi, sekitar 30% beban

ditransmisikan melalui sendi facet. Dalam posisi tegak, 10-20% beban dibawa

oleh sendi facet. Sendi facet menahan lebih dari 50% beban anterior pada posisi

menekuk ke depan hingga 2.000 N.

Ligamen berkontribusi menjaga stabilitas intrinsik vertebra dengan

membatasi gerak yang berlebihan. Fungsional sistem otot dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu :

1) Stabilisator lokal

Page 15: Bab 2 Fix (Autosaved)

22

Stabilisator lokal terdiri atas otot spinal dan paraspinal di sekitar vertebra,

yang berfungsi mengontrol posisi netral sendi intervertebralis dan mencegah

terjadinya pergerakan pada kondisi dengan beban rendah.

2) Stabilisator global

Stabilisator lokal terdiri atas otot obliqus, psoas, dan gluteus medius yang

berfungsi menahan gaya stres dan strain. Stabilisator ini berfungsi membantu

pergerakan, dan mengembalikan posisi tubuh dalam keadaan semula.

3) Mobilisator global

Mobilisator global terdiri dari otos Rectus obdominis, iliokostalis, dan

piriformis yang berfungsi untuk membantu pergerakan yang lebih besar dari

vertebra, menghasilkan gerakan yang cepat dan kuat, dan meningkatkan kerja otot

ketika terjadi pembebanan pada tubuh.

Gerakan intervertebral memiliki enam derajat kebebasan, yaitu rotasi dan

translasi sepanjang sumbu inferios-superior, medial-lateral, dan posterior-anterior.

Gambar 2.9 Karakteristik pergerakan Segmen Vertebra (Jean, 2011)

Page 16: Bab 2 Fix (Autosaved)

23

Kondisi vertebra akan berubah secara dinamis ketika fleksi dan ekstensi.

Gambar 3.0

Kondisi Vertebra ketika Fleksi dan Ekstensi

b. Biomekanik mengangkat beban :

1) Static Loading

Posisi tubuh mempengaruhi beban pada vertebra. Pada kondisi berdiri,

selain berat kolumna vertebra, otot-otot postural juga aktif mengkompresi

vertebra. Pusat garis grafitasi tubuh (COG) umumnya jatuh padadaerah depan

vertebra lumbal, yang menciptakan momen pembungkukan ke arah depan.

2) Loads During Lifting

Vertebra mendapat penekanan ketika mengangkat beban tertentu. Beban

yang diterima vertebra bisa menjadi sangat besar ketika proses pengangkatan

beban, yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada vertebra. Kekuatan

Page 17: Bab 2 Fix (Autosaved)

24

mengangkat dipengaruhi oleh, berat benda yang diangkat, ukuran benda, posisi

vertebra, kecepatan mengangkat, dan teknis mengangkat.

Hal yang perlu dicermatii, cara mengangkat beban dengan membungkuk

atau jongkok tidak memiliki perbedaan efek kompresi gaya geser pada vertebra

yang signifikan.

Gambar 3.1

Pengaruh teknis mengangkat beban terhadap vertebra (OpenStax, 2013)

4. Patologi kasus

a. Patofisiologi

Onset kejadian dari skoliosis idiopatik dibagi atas 3 periode utama. Periode itu

adalah zona infantile, juvenile, dan adolescent.

1) Intantile ( anak - anak )

Terjadi pada anak sejak lahir hingga berumur 3 tahun. Pada umumnya, di

deteksi pada tahun pertama sejak kelahiran. Kasus ini lebih sering terjadi di

Inggris, biasanya pada laki- laki dan biasanya lokasi terjadinya adalah pada

Page 18: Bab 2 Fix (Autosaved)

25

lekukan thoracic sebelah kiri. Mayoritas sembuh secara spontan, walaupun tidak

diobati dan mungkin ini dikarenakan hasil dari pembentukan ketika di rahim;

beberapa kasus berkembang menjadi struktur lekukan yang cukup kaku, keras dan

prognosis yang jelek.

2) Juvenile ( remaja )

Terjadi pada umur 4 tahun hingga 10 tahun. Perbedaan antara kasus remaja

awal dengan fase anak anak akhir biasanya sulit di pisahkan kecuali didasarkan

atas pemeriksaan x-ray. Kebanyakan dari kasus ini dideteksi pada umur lebih dari

6 tahun dan berlokasi pada kurva thorax kanan. Pada kelompok umur ini,

prevalensi kasus diantara perempuan dan laki laki terjadi secara merata.

3) Adolescent ( dewasa )

Kasus pada zona ini didiagnosa ketika kurva dilihat pada umur 10 tahun dan

skeletal yang matang. Bentuk dari thorax kanan dan torakolumbal lebih dominan.

Perubahan bentuk kurva ini lebih banyak dideteksi pada kelompok umur ini

namun sudah terjadi sebelum umur 10 tahun, tapi tidak di deteksi hingga usia

menjelang dewasa. Delapan puluh persen dari skoliosis dewasa terjadi pada

perempuan, dan kurva yang terbentuk cenderung ke kanan.

b. Etiologi Skoliosis

Walaupun hampir 80% penyebab skoliosis idiopatik atau belum diketahui

pasti penyebabnya, namun ada beberapa teori yang menunjukkan penyebabnya

seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas pertumbuhan, gangguan

Page 19: Bab 2 Fix (Autosaved)

26

biomekanik dan neuromuskular tulang, otot dan jaringan fibrosa, beberapa

diantaranya yaitu :

1) Faktor genetik

Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada perkembangan

scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan scoliosis

idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit

scoliosis.

2) Faktor hormonal

Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis. Sekresi melatonin

pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis dibandingkan

dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai

peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada

umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth hormone.

3) Perkembangan Spinal dan Teori Biomekanik

Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan

penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan

dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja . ketidakseimbangan antara

tulang dan otot disekitar vertebra mengakibatkan distorsi spinal pada saat

pertumbuhan dan arkus kaki yang tinggi.

4) Abnormalitas Jaringan

Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang

belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab skoliosis.

Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome Marfan

Page 20: Bab 2 Fix (Autosaved)

27

(gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia

fibrosa pada tulang.

5) Gangguan sistem saraf pusat

Gangguan pada otak, medulla spinalis dan otot dapat menimbulkan skoliosis

karena ketidakseimbangan fungsi vestibular.

6) Faktor biologi

Salah satu faktor biologi yang berpengaruh pada skoliosis, yaitu

a) Enzim matrix metalloproteinase yang kadarnya lebih tinggi, sehingga

menimbulkan degenerasi diskus.

b) Melantonin, yaitu suatu hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal,

yang menyebabkan kadar melatonin menurun, insidensi skoliosis

mengalami peningkatan.

c. Proses patologi

Struktur tulang belakang yang normal adalah lurus dalam bidang koronal

dengan dua kurva pada bidang sagital dan tidak ada pembengkokkan ke arah

lateral. Pada daerah thorak cembung ke arah posterior ( kifosis), dan daerah

lumbal cembung ke arah anterior (lordosis). Kelainan dini yang dapat timbul pada

skoliosis adalah karena bermula dari jaringan lunak, yaitu terjadinya pemendekan

otot dan ligamen pada sisi yang cekung, hingga dapat berlanjut masalah pada

tulang.

Skoliosis adalah kelainan yang bersifat kompleks yaitu dengan karakteristik

tulang belakang yang melengkung ke arak lateral dengan rotasi vertebra. Semakin

Page 21: Bab 2 Fix (Autosaved)

28

lama tulang belakang pada prosessus spinosus di daerah kurva major , berputar ke

arah kurva yang lebih cekung seiring progesifitas perjalanan penyakit. Gerakan

angulasi dan rotasi juga dapat menyebabkan deformitas pada daerah posterior

tulang belakang.

Gambar 3.2

Gambaran Deformitas pada skoliosis (Szabo, 2012)

Pedikel lamina dan prosessus spinosus akan memendek dan menebal pada sisi

cekung, sendi facet akan tertekan dan akan cepat mengalami deformitas yang

degeneratif. Prosessus spinosus akan semakin berputar kesisi cekung sehinga

rusuk akan mengikuti putaran dari tulang belakang tersebut. Posterior rusuk pada

sisi cembung akan terdorong ke posterior dan menyebabkan rib hump (punuk)

pada skoliosis thorakal. Rusuk bagian anterior pada ke sisi cekung akan terdorong

ke anterior. Rib hump bertambah brat apabila apex terletak diantara Th 7 sebab

scapula akan terdorong ke depan dan memperberat deformitas yang terjadi. Pada

Page 22: Bab 2 Fix (Autosaved)

29

lumbal sisi cembung dapat menonjol karena disebabkan oleh prossessus

transfersus yang lebih tegak karena rotasi corpus vertebra.

Gambar 3.3

Gambaran Rib Hump (radioligi book, 2015)

Diskus pada sisi cekung akan mengalami penyempitan dan sebaliknya pada

sisi cembung akan mengalami pelebaran. Kanalis spinali juga akan mengalami

penyempitan, yaitu pada sisi cekung.

d. Prognosis

Prognosis skoliosis dipengaruhi oleh jenis kelamin, ukuran kurva saat

pertama kali ditemukan, tipe dan rotasi kurvatur dan usia saat onset skoliosis

(Pelealu dkk, 2014). Semakin besar sudut, semakin besar skoliosis kemungkinan

akan memburuk (Safitri,2010). Adapun kondisi yang dapat memperburuk

scoliosis adalah:

1) Kegemukan

Page 23: Bab 2 Fix (Autosaved)

30

Kelebihan berat badan dapat memperberat beban terhadap tulang belakang

disamping memengaruhi keberhasilan pemakaian brace dan latihan.

2) Usia

Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinan

gangguan ini akan menjadi semakin parah jika tidak diperbaiki.

3) Sudut kurva

Semakin besar sudut, semakin besar kemungkinan akan mengalami

perburukan apabila tidak dilakukan tindakan.

4) Lokasi

Skoliosis di bagian tengah atau bawah tulang punggung lebih kecil

kemungkinan menjadi buruk ketimbang skoliosis di bagian atas karena beban

berat badan bagian bawah lebih besar.

e. Tanda dan gejala

Gejala yang paling umum dari skoliosis ialah adanya suatu lekukan yang

tidak normal dari tulang belakang yang dapat berakibat nyeri, penurunan kualitas

hidup dan disabilitas, deformitas yang mengganggu secara kosmetik, hambatan

fungsional, masalah paru, kemungkinan terjadinya progresifitas saat dewasa, dan

gangguan psikologis. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan fisik

ialah deviasi prosesus spinosus dari garis tengah, punggung yang tampak miring,

rib hump, asimetri dari skapula, pinggul, bagian atas dan bawah trunkus (bahu dan

pelvis), serta perbedaan panjang tungkai ( Pelealu dkk , 2014).

f. Komplikasi

Page 24: Bab 2 Fix (Autosaved)

31

Dampak skoliosis terhadap organ tubuh lainnya terutama adalah

komplikasi pada jantung dan paru, tergantung pada derajat kurva, yaitu antara

lain:

1) Mild Scoliosis (< 200)

Pada derajaat ini efek tidak terlalu serius, tidak perlu tindakan hanya perlu

dilakukan monitoring.

2) Moderate Scoliosis (antara 25-700)

Efek tidak terlalu jelas dan tidak tampak adanya gangguan. Keluhan hanya

muncul saat melakukan aktivitas.

3) Severe Scoliosis (> 700)

Dapat menimbulkan penekanan pada paru-paru, menekan pernafasan,

penurunan level oksigen, dan kapasitas paru dapat berkurang hingga 80%.

Sehingga keadaan ini dapat menimbulkan gangguan fungsi pada jantung.

4) Very Severe Scoliosis (> 1000)

Pada kondisi ini dapat menimbulkan trauma pada paru dan jantung, yaitu

osteopenia dan osteoporosis.

5) Spinal Fusion Disease

Pasien yang pernah mengalami terapi bedah dengan fusi akan kehilangan

flexibilitas pada vertebra dan dapat terjadi kelemahan otot.

6) Degenerasi Diskus

Page 25: Bab 2 Fix (Autosaved)

32

Pada pasien yang menjalani terapi menggunakan bracing atau pembedahan

dapat mengalami degenerasi diskus, antara lain : a) Gangguan pertumbuhan

panjang badan, b) Rotasi diskus, c) Rasa nyeri karena penekanan saraf

B. Problematik Fisioterapi

Problematika fisioterapi yang sering timbul pada kondisi skoliosis, antara

lain :

1. Impairment

Impairment adalah suatu gangguan setingkat jaringan atau bisa juga suatu

keluhan yang dirasakan oleh pasien yang berhubungan dengan penyakit penderita.

Pada kondisi skoliosis ditemukan adanya problematik level impairment yaitu,

a. Kapsul sendi intervertebralis memendek pada sisi cekung (konkaf), terjadi

komperesi pada sendi facet, sehingga akan mengalami penurunan elasisitas

otot, keterbatasan LGS.

b. Pemendekan ligamen-ligamen pada sisi cekung (konkaf), yaitu ligamen

longitudinal anterior, ligamen longitudinal posterior, dan ligamen

interspinosus, sehingga stabilitas menurun.

c. Spasme pada otot sisi konvek dan kontraktur (pemendekan) otot-otot sisi

konkaf sehingga terjadi penurunan kekuatan otot. Pada otot-otot dapat terjadi

suatu perubahan yaitu: otot erector spine, otot kuadratus lumborum, otot psoas

mayor dan minor, otot latisimus dorsi, otot perut obeliqus abdominis (kecuali

otot multifidus).

Page 26: Bab 2 Fix (Autosaved)

33

2. Functional limitation

Functional limitation merupakan suatu problem yang berupa penurunan

atau keterbatasan saat melakukan aktivitas-aktivitas fungsional sebagai akibat dari

adanya impairment. Dalam kondisi skoliosi dapat ditemui problematik Functional

limitation, yaitu gangguan kesulitan membungkukkan badan atau mengambil

sesuatu di lantai, saat duduk atau berdiri lama karena adanya nyeri spasme.

3. Participation Restriction

Participation Restriction berupa ketidakmampuan pasien untuk melakukan

aktifitas yang berhubungan dengan pekerjaan, hobi dan interaksi dengan

masyarakat sekitar sebagai akibat dari impairment dan functional limitation. Pada

pasien dengan kondisi skoliosis yaitu, a. kurang bisa mengikuti kegiatan sosial

dimasyarakat seperti gotong royong dan perkumpulan di desanya, b. Keterbatasan

mengikuti kegiatan dilingkungan tempat kerjanya.

C. Teknologi Interverensi

1. Infra red

Infra red adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan

panjang gelombang 7.700 - 4 juta A (Sujatno dkk, 2002). Dengan panjang

gelombang, yaitu : a. Gelombang panjang (non penetrating) Panjang gelombang

di atas 12.000 A hingga 150.000 A, penetrasi hanya sampai ke lapisan superficial

Page 27: Bab 2 Fix (Autosaved)

34

epidermis ( sekitar 0,5mm ). Gelombang pendek (penetrating) Panjang gelombang

dari 7.700 A hingga 12.000 A, daya penetrasi hingga jaringan subkutan,

karenanya dapat mempengaruhi pembuluh darah kapiler, pembuluh limfe, ujung-

ujung saraf dan jaringan lain di bawah kulit.

a. Efek fisiologi

Apabila sinar infra merah diabsorbsi oleh kulit, maka akan terjadi

peningkatan suhu secara local (di daerah yang mengabsorbsi sinar tersebut).

Dengan peningkatan suhu / temperatur, maka akan timbul pengaruh yaitu;

1) Meningkatnya proses metabolise.

Proses metabolism yang terjadi pada lapisan superficial kulit akan meningkat

sehinga suplay oksigen dan nutrisi ke jaringan akan meningkat. Demikian pula

pada pengeluaran sisa-sisa metabolisme.

2) Vasodilatasi pembuluh darah

Pembuluh darah kapiler akan segera melebar (dilatasi) setelah penyinaran

infra merah, sehingga kulit tampak kemerahan tapi tidak merata . hal tersebut

dinamakan eritema.Meningkatkan proses metabolisme

3) Pengaruh terhadap jaringan otot

Kenaikan temperatur, selain dapat membuat rileksasi juga dapat membuat

kemampuan otot meningkat untuk berkontraksi.

b. Efek teraputik

1) Mengurangi nyeri

Page 28: Bab 2 Fix (Autosaved)

35

Penyinaran infra merah merupakan salah satu cara efektif untuk mengurangi

nyeri. Hal ini karena :

a) Bila diberikan mild heating : pengurangan nyeri karena efek sedatif

superfisial sensory nerve ending (ujung saraf sensorik superfisial)

b) Bila diberi stronger heating : akan terjadi counter irritation yang pada

akhirnya menurunkan nyeri. Karena nyeri timbul akibat akumulasi sisa

metabolisme yang disebut substansi P maka dengan meningkatnya

metabolism dan sirkulasi darah, substansi p tersebut akan dibuang.

2) Relaksasi otot

Relaksasi otot akan mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan hangat

dan tidak merasa nyeri.

3) Meningkatkan suplay darah

Peningkatan temperature akan diikuti oleh vasodilatasi yang akan

menyebabkan peningkatan suplay darah ke area yang bersangkutan.

4) Menghilangkan sisa-sisa metabolisme

Penyinaran di daerah yang luas akan mengaktifkan glandula gudofera

(kelenjar keringat) di seluruh tubuh, dengan demikian akan meningkatkan

pembuangan sisa-sisa metabolism melalui keringat.

c. Indikasi

1) Kondisi peradangan setelah sub-akut : kontusio, muscle strain, muscle

sprain, trauma sinovitis.

Page 29: Bab 2 Fix (Autosaved)

36

2) Arthritis : rheumatoid arthritis, osteoarthritis, myalgia, lumbago,

neuralgia, neuritis

3) Gangguan sirkulasi darah : thrombo-angitis obliterans, tromboplebitis,

reynold’s desease

4) Penyakit kulit : folliculitis, furuncolosi, wound

5) Persiapan exercise dan massage

6) Kontra Indikasi

Kontra Indikasi penyinaran Infra merah, antara lain : Daerah dengan

insufisiensi darah, gangguan sensibilitas kulit, ada kecenderungan terjadi

perdarahan, luka bakar, electric shock, headache / pusing, pingsan tiba-tiba

sewaktu penyinaran, menggigil, mata.

7) Metode aplikasi

Terapi panas inframerah adalah cara yang inovatif dan efektif untuk

mengatasi nyeri yang disebabkan karena Skoliosis. Salah satu manfaat dari

inframerah adalah dirancang khusus menggunakan panas inframerah yang efektif

dalam mengurangi kekakuan dan nyeri yang disebabkan di daerah yang terkena

dampak skoliosis. Jarak yang dapat digunakan jika pada generator non luminous

adalah 45-60 cm dengan dosis waktu antara 10-15 menit, sedangkan pada

penggunaan generator luminous adalah 35-45 cm dengan dosis waktu antara 10-

30 menit (Sujatno dkk, 2002). Pada penerapan infra red pada suatu jaringan atau

daerah, haruslah bebas dari kain penutup dan diaplikasikan tegak lurus.

2. Terapi Latihan Streching

Page 30: Bab 2 Fix (Autosaved)

37

Menggeliat (stretching) adalah gerakan yang kita lakukan untuk meregangkan

otot atau tendon sehingga otot yang kaku menjadi fleksibel kembali dan rentang

gerak (range of motion) jadi lebih besar. Hasilnya adalah otot yang tadinya kaku

terasa menjadi nyaman  dan lebih mudah untuk dipakai bergerak kembali.

a. Efek fisiologis

1) Meningkatkan produksi cairan sinovial yang berfungsi melumasi

sendi (penting untuk mencegah radang sendi).

2) Melemaskan dan melenturkan otot, dan meningkatkan rentang gerak. Jika

dilakukan dengan benar dan teratur, stretching menurunkan resiko cedera

akibat exercise.

b. Efek Terapeutik

1) Meningkatkan aliran darah (mencegah pengerasan pembuluh darah).

2) Otot yang lentur mengurangi resiko cedera saat melakukan kegiatan sehari-

hari.

3) Mengurangi sakit otot yang sering terjadi setelah olah raga dengan cara

mempercepat pembuangan asam laktat yang menumpuk saat working out.

4) Mempertahankan postur dan keseimbangan tubuh.

c. Indikasi

Page 31: Bab 2 Fix (Autosaved)

38

1) Keterbatasan ROM akibat kontraktur, adhesive, dan terbentuknya parut yang

memicu pemendekan conennective tissue dan kulit.

2) Keterbatasan yang memicu deformitas tulang atau sebaliknya.

3) Kontraktur yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

4) Kelemahan otot yang menimbulkan ketegangan otot.

d. Kontra indikasi

1) Tulang menghalangi gerakan (tulang sukar digerakkan).

2) Sedang mengalami patah tulang.

3) Terdapat gerajala peradangan akut pada daerah sekitar sendi.

4) Terdapat gejala osteoporosis.

5) Terjadi rasa sakit yang akut & menyulitkan pergerakan sendi & pemanjangan

otot. Mengalami cidera, dislokasi dan ketegangan otot yang akut.

6) Sedang menderita karena penyakit tertentu pada pembuluh darah maupun

penyakit kulit.

7) Terdapat pengurangan atau penurunan fungsi pada daerah pergerakan.

e. Metode Aplikasi

Ada banyak tehnik stretching, diantaranya yaitu : 1) Static Stretches, 2)

Passive (or Assisted) Stretching, 3) Active Stretching, 4) PNF Stretching, dan 5)

Isometric Stretching.

Untuk mendapatkan hasil maksimal dari sesi peregangan , perlu untuk

melakukan pemanasan dengan benar. Pada saat dilakukan stretching perlu

dilakukan saat tubuh rileks sehingga aliran gerakan tidak terganggu oleh

Page 32: Bab 2 Fix (Autosaved)

39

perubahan tingkat yang tidak perlu. Mengontrol stretch dengan distribusi berat

yang tepat, melibatkan tangan dan lengan, dan bentuk yang tepat adalah penting

untuk membantu mengukur intensitas peregangan.

Stretching dilakukan 30 detik, dengan total dua set, dan istirahat 10 detik

antar set. Dimulai dengan ambil napas panjang untuk menghilangkan asam laktat

dan membantu rileks sehingga meningkatkan aliran darah ke organ-organ, hal ini

juga sebagai tanda mengkomunikasikan strethcing dilakukan saat napas

dihembuskan atau pada saat tidak menahan napas.

3. Latihan core stability

Core Stability Exercises merupakan model latihan yang digunakan dengan

tujuan untuk meningkatkan kekuatan dan stabilitas pusat/batang tubuh. Core

Stability mengacu pada kemampuan tubuh untuk mempertahkan posisi dan

gerakan pada pusat tubuh.

Pusat tubuh, tersusun atas beberapa otot yakni, transversus abdominus,

multividus, diaphragm, pelvic floor muscle. Otot - otot tersebut bekerja bersama

untuk menghasilkan keseimbangan yang sempurna pada abdominal dan lumbar.

Core Stability Exercises bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari

sekelompok otot tersebut. Latihan ini terdiri dari dua bentuk latihan, yakni latihan

kelentukan dan latihan kekuatan.  Demi hasil yan maksimal, program laltihan

kelentukan harus dilakukan sebanyak 5 kali dalam satu minggu, sedangkan

program kekuatan dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu.