Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab...

41
3 Bab 2 DATA dan ANALISA 2.1 Data dan Analisa Data-data dan informasi pendukung proyek Tugas Akhir ini diambil dari berbagai sumber, diantaranya : 1. Literatur : buku dan artikel dari media elektronik maupun non-elektronik. A. Buku : Senawangi, Ensiklopedia Wayang Indonesia, hat 205 Program Studi Sent Pedalangan Institut Seni Indonesia, Denpasar, Jurnal Ilmiah Sent Pewayangan volume 4 no.1 September 2005, hal 74 B. Elektronik : http://www.beritabali.com/?reg=&kat=hbrn&s=news&id=2007 http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/6/29/potl.html http://pandebaik.blogspot.com/2006/06/wayang-cenkblonk.html http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2006/8/6/b8.htm http:I/www.balitravelnews.com/Batrav/Batrav221/guideindo_9.htm http://www.sinarharapan.co.id/berita/0612/28/hib07.html 2. Wawancara dengan Dalang Wayang Cenk Blonk, I Wayan Nardayana. 3. Pengamatan langsung di lapangan.

Transcript of Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab...

Page 1: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

3

Bab 2

DATA dan ANALISA

2.1 Data dan Analisa

Data-data dan informasi pendukung proyek Tugas Akhir ini diambil dari berbagai

sumber, diantaranya :

1. Literatur : buku dan artikel dari media elektronik maupun non-elektronik.

A. Buku :

• Senawangi, Ensiklopedia Wayang Indonesia, hat 205

• Program Studi Sent Pedalangan Institut Seni Indonesia, Denpasar, Jurnal

Ilmiah Sent Pewayangan volume 4 no.1 September 2005, hal 74

B. Elektronik :

• http://www.beritabali.com/?reg=&kat=hbrn&s=news&id=2007

• http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/6/29/potl.html

• http://pandebaik.blogspot.com/2006/06/wayang-cenkblonk.html

• http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2006/8/6/b8.htm

• http:I/www.balitravelnews.com/Batrav/Batrav221/guideindo_9.htm

• http://www.sinarharapan.co.id/berita/0612/28/hib07.html

2. Wawancara dengan Dalang Wayang Cenk Blonk, I Wayan Nardayana.

3. Pengamatan langsung di lapangan.

Page 2: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

4

2.1.1 Literatur

WAYANG BALI

Wayang Bali tidak jauh berbeda dengan Wayang kulit Purwa yang Lazim dipergelarkan

di Pulau Jawa. Tetapi bentuk tatahan dan sunggingan wayang Bali berbeda. Bentuk seni

kriya Wayang Kulit Parwa Bali (di Bali disebut Wayang Kulit Parwa, bukan Purwa) agak

mirip dengan wayang batu yang terpahat di dinding Candi Penataran, Blitar, Jawa Timur.

Bentuk seni kriya Wayang Kulit ball lebih mendekati bentuk seni kriya Wayang Kulit di

Pulau jawa beberapa abad yang lampau. Bentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh

wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan tidak mencapai ubun-ubunnya. Pada tokoh-tokoh

raksasa dank era, Wayang Kulit Bali masih dilukiskan dengan dua mata.

Dibandingkan dengan Wayang kulit Purwa di Pulau Jawa, bagian tangan pada Wayang

Kulit Bali lebih Pendek.

Pergelaran Wayang kulit Bali, terutama yang dilaksanakan pada malam hari, juga

terasa lebih sacral. Unsur Wayang sebagai tontonan dan media hiburan lebih terasa

di pulau Jawa. Jika dipergelarkan pada siang hari, orang bali menyebutnya dengan

Wayang Lemah. Dan jika dipertunjukkan malam hari namanya Wayang Peteng. DI

Bali, blencong untuk penerangan, disebut damar wayang. Perbedaan lainnya, pergelaran

Wayang Kulit Bali tidak menggunakan pesinden atau swarawali.

DI Pulau Bali, pada dasamya fungsi pewayangan ada tiga macam, yakni yang

pertama untuk wali, yaitu yang berhubungan erat dengan suatu upacara keagamaan.

Fungsi kedua adalah untuk bebali, atau pelengkap upacara. Dan ketiga untuk balih-balihan

atau hiburan belaka.

Page 3: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

5

Kelahiran Wayang bali

Tentang kapan Wayang Bali dilahirkan, tidak ada data yang jelas. Beberapa

Prasasti yang menyebut-nyyebut soal wayang, ditemukan oleh R. Goris, misalnya,

yang dikeluarkan oleh Raja Ugrasena, berangka tahun 818 Saka atau 896 masehi,

kini (1998) tersimpan di Desa Babatin, kabupaten Singaraja. Pada prasasti itu

disebutkan:

"... pande tembaga, pamukul, pagending, pabujing, papadaha, parhhangsi,

partapukan, parbawayang" (pemain wayang). Prasasti menguraikan tentang bermacam

profesi seni, termasuk orang yang mempertunjukan wayang, atau dalang.

Pada prasasti Dawan, kabupaten Klungkung, yang berangka 975 Saka (1035

Masehi) disebutkan kata aringgit yang artinya wayang. Kata aringgit juga dijumpai

pada prasasti Blantih yang berangka 980 saka (1058 Masehi).

PV van stein Callenfels menyalin kalimat yang tertera pada prasasti Gurun Pal,

Desa Pandak, Kabupaten Badung, yang dikeluarkan oleh raja Anak Wungsu tahun 1071

Masehi. Isinya antara lain: ... yam amungkul, anuling, atapukan, abanwal, pirus,

menmen, dan aringgil.

Dari prasasti-prasasti itu hampir dapat dipastikan paling tidak pada tahun 896 Masehi

di Bali sudah ada pertunjukan wayang.

Angela Hobart dalam bukunya Dancing Shadows of' Bali, Theatre and Myth, 1987,

menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan raja Dalem Watu Renggong (1460- 1550

M) dari kerajaan Gelgel, pernah menerima hadiah cinderamata dari raja Majapahit

berupa satu kotak wayang kulit.

Page 4: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

6

Lebih Tua Dari Wayang Purwa

Seni kriya Wayang Kulit Bali lebih tua umurnya dibandingkan dengan Wayang Kulit

Purwa yang popular di Pulau Jawa. K.G.P.A.A. Mangkunegara VII dari Surakarta, dalam

bukunya On The Wayang Kutit (Purwa) and its Symbolic and Mystical Flements,

(diterjemahkan oleh Claire Holt, 1957), secara jelas mengatakan bahwa gaya yang

lebih naturalistic dari Wayang Kulit Bali harus diakui lebih tua umurnya.

Seni perwayangan di Pulau Bali sampai saat ini (1998) masih cukup terpelihara

dengan baik. Pada pertengahan tahun 1994, di Pulau Bali tercatat ada lebih dari 240

kelompok pewayangan dari berbagai jenis wayang. Kelompok wayang yang terbanyak

terdapat di Kabupaten Gianyar (82 kelompok), Kabupaten Buleleng (32 kelompok), dan

Kabupaten badung (34 kelompok). Dibandingkan dengan luas Pulau Bali secara

geografis dan jumlah penduduknya, kelompok-kelompok ini sudah cukup memadai.

Adapun pendidikan dalang muda, sejak belasan tahun yang lalu aktif dilakukan, antara

lain di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) dan Sekolah Tinggi Seni

Indonesia (STSI) di Denpasar.

WAYANG KULIT "CENK BLONK"

DALAM MEDIA REKAM

I Dewa Made Darmawan

Abstrak

Di tengah-tengah modernisasi yang melanda Bali telah terjadi imeraksi antara bentuk-bentuk

seni budaya tradisional dengan bentuk-bentuk budaya modem. Hat ini terlihat dalam

Page 5: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

7

penggunaan teknologi modern oleh bentuk-bentuk kesenian tradisional Bali.

Wayang Kulit "Cenk Blonk" lakon Dyah Rama Takeshi dalam kemasan audio kaset dan

video CD (VCD) adalah salah satu contoh kesenian tradisional Bali yang telah berhasil

masuk ke dalam industri rekaman.

Tulisan ini adalah penelitian kualitatif terhadap seni pertunjukan dalam kemasan audio

kaset dan video CD yang telah banyak beredar khususnya di Bali dan beberapa daerah di luar

Bali. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep dan teori. Konsep yang digunakan,

yakni teknologi media rekam, seni pertunjukan Wayang Kulit "Cenk Blonk". Dan

Teori yang digunakan untuk menganalisis bentuk, fungsi dan makna, yakni teori

estetika, teori teknoekonomi, teori SDR (Stimulation-Drive-Response), clan teori

komunikasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi.

Sebagai suatu kesenian populer yang disukai oleh orang banyak, lakon Dyah Ratna

Takeshi karya Nardayana (dalang Wayang Kulit "Cenk Blonk") telah diproduksi

menjadi "sent media", yakni dalam bentuk audio kaset dan audio-visual (VCD). Fungsi

seni media ini adalah sebagai hiburan disamping fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi

ekonomi, fungsi dokumentasi, fungsi publikasi, promosi, dan fungsi pendidikan.

Pertunjukan wayang kulit "Cenk blonk" yang dikemas ke dalam "seni media" dan

diperdagangkan sehingga ia bermakna untuk meningkatkan kesejahtraan disamping

makna budaya, dan makna estetis. Sekilas media rekam yang dipublikasikan secara luas

berdampak pada meningkatnya popularitas dan kesejahtraan seniman seni pertunjukan,

tetapi jika tidak disikapi dengan bijaksana dan selalu aktif melakukan kreativitas dan

inovasi, justru media rekam akan menghancurkan popularitas yang telah dibangun.

Page 6: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

8

Nardayana adalah salah satu model seniman Bali yang secara berani mengadopsi

teknologi media rekam ke dalam aktivitas berkeseniannya. Agar karyanya tetap

digemari orang banyak, ia terus-menerus berkreativitas dan berinovasi. la telah

membuktikan bahwa jika teknologi media rekam diberdayakan dengan baik dan benar,

justru dapat meningkatkan kesejahtraannya dan mengangkat popularitasnya di

masyarakat. Temuan dilapangan menunjukan keberhasilan Wayang Kulit "Cenk

Blonk" memanfaatkan media rekam berdampak pada semakin kuat dan meningkatkan

eksistensi wayang kulit yang dikhawatirkan akan di tinggal pendukungnya.

Kata Kunci : Wayang Kulit, teknologi dan media rekam.

1. Pendahuluan

Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan Bali, menduduki posisi yang

paling penting di antara unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Alasannya karena kesenian terkait dengan sistem rehgi (Mantra, 1996:9).

Suburnya kesenian di Bali karena dipelihara dan didukung oleh sistem sosial

yang berintikan lembaga-lembaga tradisonal, seperti : desa adat, Banja, dan berbagai

Jenis sekaa (organisasi profesi). Sebagai wahana integrasi, kesenian Bali menunjukkan

sifat sebagai bagian dari kesenian konfigurasi budaya yang ekspresif. Sebagai sebuah

tradisi, keberadaan kesenian Bali sejalan dengan seluruh aspek kehidupan secara terpadu,

disamping mereflesikan cita-cita masyarakat pendukungnya. Tidaklah berlebihan jika

masyarakat Bali menganggap bahwa kesenian merupakan bagian integral dari

hidupnya.

Page 7: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

9

Para pemerhati kesenian Bali melihat bahwa pertumbuhan kesenian di daerah ini

banyak didorong oleh aktivitas agama, yakni agama Hindu-Bali yang dianut oleh

sebagian besar penduduk di Bali, disamping karena kebutuhan hiburan. Hal ini

menunjukkan bahwa dikalangan masyarakat Bali, kesenian tidak hanya digunakan

sebagai hiburan, tetapi juga sebagai pengikat solidaritas suatu komunitas dan

penunjang faktor ekonomi sebagian kecil masyarakatnya. Keterkaitan sistem

kesenian dengan sistem religi dapat diamati pada saat berlangsungnya suatu kegiatan

upacara keagamaan yang selalu mempertunjukan kesenian, seperti: Wuyung kulit,

topeng. Atau seni sastra.

Di zaman modem ini dunia seni kembali harus menghadapi tantangan baru sebagai

akibat dari terjadinya revolusi teknologi yang dihasilkan manusia-manusia pintar di abad

ini. Teknologi adalah salah satu dari tujuh unsur universal kebudayaan,

datangnya teknologi elektronik canggih tidak urung akan mempengaruhi gaya hidup

dan perilaku manusia dalam melakukan berbagai aktivitas maka termasuk olah

kreativitas dan cipta seni mereka. Dewasa ini para seniman dari berbagai bidang seni

secara perlahan-lahan, dan dengan penuh kesadaran meninggalkan cara lama yang

selama ini mereka tempuh dan mulai menerapkan cara-cara baru dengan

menggunakan jasa teknologi modern.

Sejak tiga dekade terakhir ini semakin banyak seniman seni pertunjukan Bali

yang mulai menggunakan teknologi media rekam dalam kiprah berkesenian

mereka di masyarakat. Teknologi ini tidak saja digunakan oleh seniman-seniman

pemula, tetapi juga oleh seniman-seniman yang sudah berpengalaman.

Akibatnya, kini hampir tidak ada satu jenis kesenian tradisnmal Bali yang tidak

Page 8: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

10

tersentuh oleh teknologi media rekam. Salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji adalah

penggunaan teknologi media rekam ini dalam seni Pewayangan Bali.

Wayang Kulit adalah genre seni pertunjukan Bali yang merupakan warisan budaya

leluhur, yakni hingga kini masih tetap hidup dan dicintai oleh banyak orang di kalangan

masyarakat Bali. Untuk membawakan sebuah kisah, baik yang bersumber dari

wiracarita Ramayana, Mahabarata, maupun cerita lokal seperti Malat, Calonarang, dan

Cupak.

Masyarakat Bali mengenal beberapa jenis pertunjukan wayang kulit yang

perbedaannya, terutama ditentukan oleh sumber lakonnya. Berdasarkan sumber lakonnya,

wayang kulit Bali dapat dibedakan menjadi, wayang kulit ramayana dengan sumber

lakon Ramayarna; (2) wayang parwa yang menampilkan lakon-lakon dan epos

Mahabharata; 3) wayang gambuh dan wayang arja dcngan cerita Panji: (4) wayang

calonarang dengan lakon cerita Calonarang; (5) wayang cupuk dengan lakon Cupak

Grantang: dan (6). wayang tantri dengan cerita Tantri.

DI kalangan masyarakat Bali, wayang kulit adalah kesenian yang multi-fungsi. Secara

fungsional, dalam garis besamya pertunjukan wayang kulit Bali digunakan sebagai: (1)

pertunjukan bebali, yakni untuk menyertai pelaksanaan upacara keagamaan, seperti

upacara Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Manusia Yadnya, dan Butha Yadnya; (2)

pertunjukan balih-balihan, yaitu pertunjukan hiburan yang menekankan nilai artistik

dan didaktis (Sugriwa, 1963:7). Seni pertunjukan yang tergolong ke dalam kelompok

hiburan inilah kemudian banyak terkena pengaruh teknologi media rekam dan

teknologi media massa.

Page 9: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

11

II. lndustri Kesenian

Tiga puluh tahun yang lalu, mendengar pertunjukan wayang Wit dalam bentuk rekaman

kaset audio masih merupakan sesuatu hal yang aneh dan asing bagi masyarakat.

Betapa tidak, ketika itu masyarakat masih lebih suka keluar malam untuk

menyaksikan pertunjukan wayang kulit. Di desa-desa para penggemar wayang kulit rela

berjalan kaki sejauh tiga sampai empat kilometer untuk menyaksikan pertunjukan

wayang kulit oleh dalang-dalang kenamaan. Kini menyaksikan pertunjukan wayang

kulit tanpa harus datang ke tempat pertunjukan bukan merupakan suatu hal yang aneh

lagi. Teknologi rekarnan memungkinkan para penggemar wayang kulit untuk secara bebas

bisa menikmati pertunjukkan wayang kulit melalui siaran radio, tayangan televisi, atau

dengan cara memutar rekaman audio atau rekaman audio visual berupa video tape, video

compact disk (VCD), atau digital versatile disk (DVD).

Fenomena di atas selaras dengan padangan Giddens (dalam Barker, 2005:384)

yang membedakan tempat dengan ruang berdasarkan kehadiran ketidak hadiran, dalam hal

ini tempat dicirikan oleh adanya perjumpaan langsung antara penonton dengan pertunjukan

wayang kulit. Selanjutnya, ruang dicirikan oleh hubungan antara yang tidak hadir secara

langsung).

Penggunaan teknologi media rekam di kalangan seniman Bali, Khususnya oleh para

dalang wayang kulit, yakni erat kaitannya dengan munculnya televisi di Indonesia

termasuk Bali pada tahun 1970-an. Pada dekade tahun 1970-an, Bali belum tersentuh oleh

TV, tetapi penyebaran seni pertunjukan melalui media rekam sudah dimulai jauh

sebelumnya walaupun masih menggunakan teknik rekaman audio seadanya. Untuk

menggandakan rekaman kesenian Bali yang telah direkam pada saat itu para pengusaha

Page 10: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

12

rekaman menggunakan dua buah tape recorder yakni masing-masing digunakan sebagai

sumber dan target. Pengakuan I Wayan Wijana, S.H. bagian pemasaran Bali record

mengatakan bahwa pada waktu itu perusahaannya menggunakan dua buah tape recorder

untuk mengawali produksi rekamannya, Bali Record adalah salah satu perusahan

rekaman yang telah banyak merekam dan memasarkan karya-karya seni seniman seni

pertunjukan, diantaranya rekaman dramatari Topeng Tugek Carangsari dengan dua belas

judul, drama gong dengan lima puluh judul, dan wayang kulit dengan empat puluh

satu judul termasuk tiga buah judul dalam bentuk CD (data Bali Record tahun 2004).

Jika dilihat dan kuantitasnya, dua belas judul hasil karya seniman Topeng Tugek

Carangsari yang telah direkam dan dipasar dan merupakan prestasi yang luar biasa. Hal ini

berarti media rekam telah memberikan pengaruh positif bagi popularitas para

seniman/seniwati pelaku pertunjukan ini. Namun, dalam dua belas judul yang merambah ke

segala penjuru desa di Bali dan di luar Bali ternyata mengandung dagelan

(bebanyolan) yang hampir sama; banyolan-banyolan yang serupa terlihat di setiap judul

yang berbeda sehingga rekaman-rekaman ini juga membawa dampak negatif terhadap

expularits sekaa Topeng Tugek Carangsari tersebut.

Di era globalisasi yang diprediksikan sebagai era pasar bebas, yakni era masyarakat dunia

mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Namun ternyata yang terjadi justru sebaliknya:

kehidupan masyarakat secara umum menjadi semakin sulit. Pada saat segalanya

didera oleh tekanan-tekanan krisis ekonomi, jarak antara satu negara dengan negara

lain secara plotis sudah semakin kabur. Dengan kemajuan teknologi, kini belahan dunia

seakan-akan tidak memiliki batas lagi, dari rumah kita bisa mengamati panggung/layar

dunia lewat kotak ajaib (TV). Kondisi seperti ini membuat kesenian tradisional seperti

Page 11: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

13

wayang kulit mulai terdesak, yakni kalah bersaing dengan sumber hiburan dan tontonan

modern yang lebih menarik karena memanfaatkan media elektronik sedemikian canggih

dan beragam bentuknya, seperti film dan sinetron. Maraknya seni media elektronik,

mau tidak mau, suka atau tidak suka, harus dihadapi tidak saja dengan jalan

meningkatkan daya kreativitas dan melakukan inovasi lainnnya sesuai dengan

tuntutan zaman, tetapi juga dengan memanfaatkan jasa teknologi media rekam.

Sekaa wayang kulit "Cenk Blonk" dari desa Belayu adalah salah satu sekaa (grup)

kesenian tradisional Bali yang telah berhasil mengatasi keterhimpitan kesenian tradisi oleh

kemajuan teknologi dan sekaligus telah dapat rnenggairahkan kembali seni pewayangan

di Bali yang sempat lesu dan sepi penonton. Patut diketahui bahwa wayang kulit "Cenk

Blonk" merupakan wayang ciptaan baru yang memadukan unsur-unsur estetis tiga varian

seni pewayangan Bali, yaitu wayang ramayana, wayang cupak, dan wayang tantri.

Gaya pakelirannya menggabungkan seni tradisi dengan seni kreasi yang dipengaruhi

oleh teknologi modem. Musik pengiring yang digunakan tidak lagi menggunakan gender

wayang, akan tetapi menggunakan gamelan semarandana atau angklung. Sekaa wayang

kulit yang semula bernama sekaa wayang kulit "Gita Loka", dengan dalang sekaligus

pimpinan sekaa I Wayan Nardayana dengan berani "memberontak” kondisi seperti

disebutkan di atas. Pada awalnya pembrontakan ini harus dilakukannya dengan penuh

pengorbanan tetapi dengan upaya yang tidak mengenal menyerah dan dengan daya

kreativitas yang tinggi, wayang kulit "Cenk Blonk" sudah dapat menikmati hasil

perjuangannya.

Masuknya karya-karya seni tradisional seperti wayang kulit ke dalam teknologi

media rekam menandakan mulainya kesenian tradisional terlibat dalam "industri

Page 12: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

14

kesenian", yakni sebuah industri yang berorientsi bisnis dengan memanfaatkan

kesenian sebagai komoditas pokoknya. Misalnya, industri kesenian dengan media audio-

visual (TV, radio, dan industn rekaman) dan penyelenggara Pementasan kesenian yang

dikelola dengan manajemen industn. Selanjutnya, ketika karya seni telah menjadi

komoditas industri, maka terjadilah tawar-menawar nilai antara pemilik modal

dengan pemilik dan pelaku seni. Idealnya tawar-menawar tersebut merupakan sesuatu

yang menguntungkan masing-masing pihak sesuai dengan hak-haknya. Disamping itu bagi

pemilik modal tentu pertukaran nilai dari produk-produk yang dihasilkan akan selalu

menghasilkan keuntungan finansial.

Ketika masuk ke dalam industri rekaman, banyak seniman seni pertunjukan

tradisional Bali, termasuk dalang wayang kulit, yang tidak sepenuhnya paham dengan

kontrak kerja dengan produser. Selanjutnya ketika ditanya soal kontrak kerja antara dirinya

dengan pihak produsen (Bali Record), dalang Nardayana terkesan kurang peduli walaupun

ia telah menandatangani kontrak yang terkait dengan produksi karya seninya

(pengakuan I Wayah Nardayana). Menurut pihak produser, perekaman wayang kulit

"Cenk Blonk" tidak semata-mata persoalan bisnis, tetapi lebih dari itu karena pihak

produser ingin ikut menjaga, melestarikan, dan mengembangkan seni tradisional.

Menurut produsen untuk kaset audio atau video tradisional terjual 3000 keping saja sudah

cukup bagus karena fokus pemasarannya sekitar Bali dan hanya sebagian kecil

terjual keluar Bali. Tampaknya I Wayan Nardayana sependapat dengan produser untuk

sekali rekaman karya seninya dihargai dua puluh lima juta rupiah dengan masa

putar dua jam, I Wayan Nardayana pun sadar bahwa secara finansial (sesuai isi

kontrak) hanya mendapatkan imbalan pada saat pertama kontrak untuk setiap judul

Page 13: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

15

karya seninya, dalam arti dia sudah tidak memiliki hak apapun dikemudian hari ketika

karyanya diproduksi ulang dalam bentuk apapun. Kasus wayang kulit "Cenk Blonk"

rupa-rupanya juga terjadi pada seniman-seniman lain. Jika demikian, maka hal itu

menunjukkan sikap stereotip di kalangan seniman tradisional ketika mereka

menghadapi dunia industri. Hal yang kurang lebih serupa juga dialami oleh I

Gusti Ngurah Windia seniman Topeng Tugek Carangsari. Ada sesuatu hal menarik

yang pernah dialami oleh I Gusti Ngurah Windia pada tahun 1974 yang karya seninya

direkam dan diedarkan tanpa adanya kesepakatan terlebih dahulu. Hal ini kemudian

dapat diatasi secara damai karena saling pengertian kedua pihak (Pengakuan I Gusti

Ngurah Windia). Proses perekaman keberikutnya baru dibuatkan kontrak oleh pihak

produser yang berlanjut sampai dua betas judul. Namun dia pun tidak peduli dengan isi

kontrak, artinya dan pihak seniman tradisional kurang menempatkan dini dalam

bargaining position yang semestinya. Pembicaraan hanya sebatas tawar-menawar berapa juta

rupiah yang akan dibayar oleh pihak produser untuk satu paket pertunjukannya.

Pembicaraan tidak pernah sampai kepada hak-hakseniman apabila produksi rekaman

tersebut digandakan ulang.

Bertolak dari kasus di atas, maka dapat diasumsikan bahwa kedua seniman

tersebut, yaitu I Wayan Nardayana dan I Gusti Ngurah Windia belum menyikapi

dan memahami dengan benar keterlibatannya dengan industri kesenian. Perlu dipahami

bahwa ketika senima tradisional besinggungan dengan persoalan bisnis dalam industri

kesenian juga harus merujuk pada hal yang dalam dunia usaha disebut dengan "etika

bisnis". Etika bisnis lebih merujuk pada sikap moral para pelaku bisnis untuk tidak

Page 14: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

16

merugikan satu sama lain, terutama hal-hal yang tidak tercantum dalam hukum formal

(Bertens, 1992:96 dalam GELAR Volume I No. 44 Tahun 1999).

III. Peran Media Massa

Berkembangnya industri kesenian tidak terlepas dari peran media massa radio dan

televisi (TV). Oleh karena TV adalah lambang sesuatu yang modern sehingga dianggap

mampu mengaitkan pemirsa dengan bayangan modernitas yang berasal dari luar

kemudian ditafsirkan kembali dan diolah supaya dapat memenuhi kebutuhan lokal

(Sedyawati, 1994). Melalui TV seni pertunjukan wayang kulit mampu membuka din

dalam tatanan derasnya arus informasi global yang sekaligus merupakan tantangan bagi

dunia pewayangan Bali. Jika seni tradisional seperti wayang kulit mampu masuk ke

dunia global, maka hal ini berarti yang lokal dapat pula ditafsirkan menjadi global

(Glokal), apalagi mulai berkembangnya wayang tradisional Bali yang

dikolaborasikan dengan wayang ala Amerika oleh Lery Reed dalam sebuah produksi

Shadow Light dengan lakon Shida Karya dan kolaborasi antara wayang Bali dengan

wayang ala Australia yang dibidangi oleh I Made Sidia dengan Naegel Jamin Fort

mengambil lakon The Theft of Sita, produksi Performing Lines.

TV memiliki keunggulan sebagai media komunikasi massa mutakhir karena sifatnya

yang audio-visual. TV memiliki keunggulan dalam hal menampilkan tayangan gambar yang

bergerak (motion picture) sehingga khalayak pemirsa secara emosional lebih terikat

dibandingkan jika mereka melihat gambar mati seperti terpampang dikoran dan

majalah.

Page 15: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

17

Secara universal TV berfungsi dalam mendifusikan informasi (to inform), mendidik

(to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence) masyarakat

pemirsa (Ibrahim, 1997:256). Siaran di TV disamping memberikan informasi menank

tentang realitas sosial dalam pembangunan fistk dan mental spititual, TV juga berfungsi

sebagai media hiburan, media pendidikan dan media promosi yang berdampak terhadap

penlaku kehidupan masyarakat.

Melalui program-program, TV, seorang seniman seni pertunjukan bisa dengan mudah

memperoleh popularitas di masyarakat karena pertunjukannya dapat disaksikan oleh

masyarakat luas dari ruang pribadi atau ruang tidur, tanpa harus datang ke tempat-

tempat pertunjukan. Namun, jika tidak diwaspadai penampilan karya seni

pertunjukan melalui program-program TV dapat membuat popularitas seniman seni

pertunjukan menjadi luntur.

3.1 Seni Media

Seni pertunjukan Wayang Kulit "Cenk Blonk" lakon Dyah Ratna Takeshi yang dikemas

dalam media rekam (seni media) pada dasarnya adalah kesenian tradisional telah

berhasil memanfaatkan teknologi modern dalam meraih popularitas di masyarakat.

Memelihara seni tradisional yang dibayangi oleh seni modern memerlukan

ketekunan, kesadaran, dan kehati-hatian menyaring pengaruh budaya modern tersebut

agar itdak merusak sendi-sendi seni tradisi yang telah tertanam dengan baik. Seni

tradisi bersifat dinamis dan kreatif, kreativitas yang tinggi menghasilkan suguhan

menarik bagi penikmatnya, sebaliknya suguhan tanpa kreativitas akan menyebabkan

kemiskinan pada karya seni tersebut (Wibisono (2000:61).

Page 16: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

18

Masuknya teknologi media rekam ke dalam seni pertunjukan tradisional seperti

wayang kulit, bukan saja telah mempercepat berbagai perubahan sosio-kultural, tetapi telah

mengkonstruksi budaya baru berupa budaya media yang bersifatsekuler, populer, dan

efisien. Transformasi seni pertunjukan wayang kulit ke dalam seni media membawa

dampak terkait dengan bentuk, fungsi, dan makna.

Seni media menyuguhkan hiburan yang sifatnya instan atau slap saji dan dapat

ditonton di mana saja dan kapan saja karena tidak terikat oleh ruang dan waktu. Seni

media adalah seni maya yang merupakan ilusi dan aktivitas dalam dimensi ruang ke

dalam aktivitas dimensi bidang (layar monitor). Karena seni media hanyalah sebuah ilusi,

interaksi yang hidup, ekspresif, dan motorik antara penonton dengan seniman dalang dan

penabuh tidak pemah terjadi.

Kehadiran audio kaset dan VCD Wayang Kulit "Cenk Blonk" lakon Dyah Ratna Takeshi

menawarkan efisiensi dalam cara menikmatinya karena dapat dinikmati dalam ruang

pribadi, diputar berkalikali, dipercepat pada adegan yang dianggap membosankan. Seni

media juga cepat menimbulkan kebosanan, karena bersifat monoton, tidak interaktif dan tidak

hadir sebagai kesenian yang hidup (living art). Wayang Kulit "Cenk Blonk" adalah salah

satu dari seni tradisional yang memiliki karakter sebagai seni populer (pop art) dan

sebagai komuditas industri kesenian yang dapat diinterpretasi sebagai bagian dari

aktivitas ekonomi, kesempatan kerja, dan pendapatan melalui kesenian.

Bentuk pertunjukan seni media dimodifikasi ke dalam struktur yang lebih

sederhana, dengan inovasi, substansi sejalan dengan diskutsus yang sedang populer di

masyarakat. Penyuguhan komedi dan humor mengindikasikan bahwa seni media

lebih mementingkan fungsi hiburan yang hangat dan komunikatif. Seni media seperti

Page 17: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

19

Wayang Kulit "Cenk Blonk" penuh dengan komedi, humor problema pergaulan anak muda.

Seni media juga mengemban fungsi sebagai kritik sosial yang melawan hegemoni

kekuasaan, mengedepankan keragaman untuk menghindari kebuntuan dan kejenuhan. Seni

media mencoba melelehkan pakem-pakem seni yang konvensional sebagai refresentasi

karakteristik budaya posmodern dan budaya pop (storey, 2003: 91).

Lakon Dyah Ratna Takeshi adalah produksi industri kesenian diciptakan oleh

pasar hiburan komersial yang memproyeksikan perilaku remaja dalam mengatasi masalah

seksual dan emosional. Nardayana (dalang Wayang Kulit "Cenk Blonk") membuat lakon

tersebut untuk tujuan komersial menunjukan bahwa lakon dan settingnya tidak memiliki

otentisitas tertentu, namun Nardayana mendramatisir perasaan otentis, semuanya itu

mengekspresikan dilema emosional remaja.

Deskripsi diatas merefleksikan bentuk, fungsi, dan makna seni tradisional (Wayang

Kulit "Cenk Blonk" lakon Dyah Ratna Takeshi) yang telah mengalami inovasi dan

adaptasi sesuai dengan perkembangan pasar dan teknologi.

3.2 Dampak Seni Media Terhadap Popularitas Seniman.

Kehadiran seni pertunjukan kedalam media rekam "seni media" yakni berdampak

positif bagi seniman yang mempunyai daya kreativitas tinggi. Seni media dapat

meningkatkan popularitasnya. Tetapi pada sisi yang lain "seni media" juga mempunyai

pengaruh negatif terhadap popularitas seniman yang kurang memiliki daya kreativitas

dan inovasi pada karyanya. Seperti menurunnya popularitas Topeng Tugek Carangsari

yang karyanya beredar secara luas di masyarakat.

Page 18: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

20

Untuk menganalisi dampak Seni medal terhadap popularitas seniman dalam studi

kasus Wayang Kulit "Cenk Blonk" menggunakan beberapa konsep dan teori. Konsep-

konsep itu adalah teknologi media rekam, seni pertunjukan, Wayang Kulit "Cenk Blonk".

Konsep sangat dipentingkan dalam membangun teori. Sebuah teori hanya dapat dibangun

apabila telah ada pemahaman konsep-konsep serta diketahui cara penerapannya. Dan

teori yang digunakan untuk menganalisis bentuk, fungsi dan makna, Wayang Kulit

"Cenk Blonk" dalam Media Rekam yakni teori estetika, teori teknoekonomi, teori SDR

(Stimulation-Drive-Response), dan teori komunikasi. Metode yang digunakan adalah

metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Hubungan Popularitas seniman (dalang wayang kulit) dengan seni media dapat dianalisis

dengan menggunakan teori Stimulation Drive Response (SDR), teon Need for Achievement

(N-Ach), teori tekno ekonomi dan teori komunikasi. Secara matematis hubungan popularitas

seniman dengan seni media dapat dituliskan seperti persamaan berikut:

Pop ~ D

Pop ~ PL

Pop = k(Dk +P1)

Pop adalah popularitas seniman, Dk adalah daya kreativitas, PI adalah penyebarluasan,

dan konstanta k adalah dorongan untuk berprestasi. Arti dan persamaan diatas adalah

popularitas seniman (Pop) berbanding lurus dengan daya kreativitas (Dk) dan

penyebar luasan karyanya (PI). Artinya semakin besar Dk, dan atau PI serta dorongan untuk

berprestasi (k) maka popularitas seniman semakin meningkat. Dorongan berprestasi dan

Page 19: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

21

meningkatkan taraf hidup (k) terjadi karena adanya rangsangan teknologi media rekam,

yang kemudian ditanggapi oleh Mardayana sehingga menghasilkan pakeliran

bentuk batu. Adanya perubahan bentuk karya seni yang dihasilkan Nardayana

berpengaruh pada fungsi dan makna wayang kulit karena telah dipoles denganteknologi.

Wayang Kulit dalam fungsinya sebagai hiburan seni media bermakna ekonomis

disamping makna lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mempengaruhi

pembeli, benda/barang haruslah dikemas dengan baik sehingga secara emosi seseorang

berkeinginan untuk memilikinya. Kemasan yang baik dan indah dihasilkan oleh polesan

kreativitas dan teknolugi yang memadai sehingga ia mempunyai nilai jual yang tinggi.

Kemasan yang dimaksud disini adalah sebagai berikut: 1) Keterampilan mengemas cerita

yang dipertunjukan. 2) Keterampilan mengemas kritik sosial kekinian ke dalam humor.

3) Keterampilan dalam mengatur alur cerita (dramatiknya), 4) Keterampilan menarikan

wayang, dan 5) yang tidak kalah pentingnya adalah pemberian "label" dan kemasan promosi.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan temuan di lapangan masih ada sebagian masyarakat yang menghendaki

seni pewayangan tidak hanyut mengikuti perkembangan zaman. Artinya seni pewayangan

harus sesuai dengan pakem. Hal demikian oleh sebagian informan/seniman akan dapat mem-

belenggu kreativitas "dalang", tetapi sebagian yang lainnya berpandangan bahwa seni

pewayangan harus terus dikembangkan, Oleh karena hanya dengan melakukan kreasi dan

inovasi, pertunjukan wayang kulit akan lebih menarik untuk ditonton.

Keberadaan seniman wayang kulit dalam meraih popularitas tidak bisa terlepas dari

pengaruh teknologi modern, seperti media rekam dan media massa (TV dan radio).

Page 20: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

22

Sebaliknya, menurunnya popularitas seniman, juga diakibatkan oleh teknologi tersebut.

Untuk memperkecil dampak negatif dan pengaruh teknologi modern, maka diperlukan kerja

keras dalam mengolah pikiran dan tenaga untuk menghasilkan kreasi-kreasi baru, di

samping juga dituntut memiliki pengetahuan koprehensif.

Rekaman pertunjukan Wayang Kulit "Cenk Blonk" merupakan hasil perpaduan

teknologi tradisional dengan teknologi modern. Masuknya kesenian tradisional ke

dalam industri rekaman memberikan kontribusi terhadap penyebaran pertunjukan

wayang kulit ke berbagai pelosok, baik di kota maupun di desa yang dapat

memberikan dampak positif bagi dalang Nardayana.

Bentuk pertunjukan Wayang Kulit "Cenk Blonk" mengalami sedikit perubahan

dengan wayang tradisi. Jika pada wayang tradisi terdapat alas arum, akan tetapi

dalam rekaman lakon Dyah Ratna Tajeshi alas arum dihilangkan. Pada pertunjukan

Wayang Kulit "Cenk Blonk" tidak lagi menggunakan gender sebagai pengiringnya, akan

tetapi menggunakan barungan gender rambat yang dipadukan dengan gerong. Di samping

itu, digunakan adegan petangkilan berjalan, sedangkan pada wayang tradisi adegan

petangkilan diam.

Fungsi rekaman pertunjukan Wayang Kulit "Cenk Blonk" mengalami perubahan,

yakni dari fungsi religius ke profan. Adapaun fungsi utama rekaman pertunjukan

Wayang Kulit "Cenk Blonk" adalah sebagai hiburan (Seni balih-hulihan).

Tampilnya Wayang Kulit "Cenk Blonk" dalam rekaman dapat mengaerahkan kembali

seni pewayangan di era teknologi modern dan berdampak pada semakin kuat dan

meningkatkan eksistensi wayang kulit yang dikhawatirkan akan di tinggal pendukungnya.

Page 21: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

23

Sosialisasi Mitigasi Bencana lewat

Wayang "Cenk Blonk" Denpasar,

Cenk Blonk merupakan pertunjukan wayang yang sangat digemari banyak kalangan.

Gaya penyampaian yang penuh jenaka menjadikan wayang yang di dalangi I Wayan

sebelumnya materi wayang lebih ke arah hiburan, kini sudah dimasuki muatan-muatan

sosialisasi, seperti penyuluhan narkoba, HIV/AIDS dan Rabu (25/7) nanti tentang Mitigasi

Bencana. Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Denpasar Ir. Nengah Udiarsa MSi

menyatakan, dipilihnya Wayang Cenk Blonk untuk media sosialisasi mitigasi

bencana mengingat daya tarik dan kepiawaian dalang Nardayana mengemas pesan. "Kita

harapkan melalui media yang tengah digemari masyarakat mi, pesan-pesan dapat lebih

mudah dipahami. Apalagi bahasa yang dipergunakan adalah bahasa sehari-hari.

Berdasarkan pengalaman, pendekatan melalui kesenian tradisional selama ini lebih mudah

diterima masyarakat," ujarnya. (gus)

I Wayan "Cenk Blonk" Nardayana

Saya Ingin Wayang Jadi Hiburan Favorit

Jika mendengar nama dalang I Wayan Nardayana, kening Anda pasti berkerut, siapakah

dia? Tetapi kalau mendengar nama Cenk Blonk, pastilah langsung ingatan Anda melayang

pada pertunjukan wayang yang sangat digemari banyak kalangan. Wayang Cenk Blonk

memang tengah naik daun, namun tahukah Anda bahwa perjalanan suksesnya tidak

gampang? Dalang laris yang tengah mengambil kuliah di Sekolah Tinggi Seni Indonesia

Page 22: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

24

(STSI) Denpasar ini pernah bekerja sebagai tukang parkir di swalayan Tiara Dewata.

Namun demikian ia tetap mengasah kemampuannya dalam mendalang. la mengakui

bahwa lakon wayang yang dibawakan dulunya lebih banyak yang ngomong jorok,

namun sekarang ia berusaha memasukkan banyak tuntunan pada masyarakat. Lantas,

mengapa dalang yang berpentas sedikitnya 20 kali per bulan ini menolak

didokumentasikan pementasannya? Tetapi, mengapa ia justru bangga banyak dalang

yang menirunya? Berikut wawancara Bali Post dengan dalang Cenk Blonk. Hasil

wawancara ini juga disiarkan Radio Global 99,15 FM, Sabtu (28/6) kemarin.

MENGAPA Anda memakai nama Cenk Blonk?

Dalam pewayangan ada beberapa tokoh punakawan yang namanya Nang

Klenceng, Nang Ceblong, Nang Ligir, Nang Semangat dan sebagainya. Tokoh-tokoh itu

sudah dikenal masyarakat. Pada mulanya, nama wayang saya bukan Cenk Blonk, namun

Gitaloka. Makanya setiap pementasan saya cantumkan di kelir nama "Wayang Gitaloka

dari Belayu". Setiap pentas saya menampilkan dua tokoh itu, Nang Kleceng clan Nang

Ceblong selain Tualen, Merdah, Sangut dan Delem. Tetapi setiap pentas, tidak ada orang

yang menyebut nama pertunjukan saya Wayang Gitaloka. Waktu pentas di Jempayah,

Mengwitani, saat saya masih duduk di mobil dan ada penonton yang bertanya pada

temannya, "Wayang apa yang pentas?" Temannya menjawab, "Wayang Cenk Blonk."

Saya kaget, lho saya kok dibilang Wayang Cenk Blonk? Padahal nama wayang saya

Wayang Kulit Gitaloka. Mungkin bagi masyarakat nama itu lebih gampang. Maka

akhirnya saya ubah nama Gitaloka

Page 23: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

25

menjadi Wayang Kulit Cenk Blonk, di kelir saya isi dengan gambar Cenk Blonk,

lalu saya beri tulisan Cenk Blonk. Cenk saya ambil dari nama Nang Klenceng dan

Blonk dari Nang Ceblong.

Anda banyak berimprovisasi dalam pewayangan yang tidak lazim di Bali, mengapa?

Suatu kesenian menurut saya tidak boleh kaku, diam, sementara zaman bergelinding

terus. Jadi, suatu kesenian harus mengikuti zamannya. Saya melirik apa yang disenangi

penonton saat ini. Kita tahu, fungsi wayang sebagal wali, tuntunan dan tontonan.

Sebagai tontonan harus bisa menarik dan menghibur masyarakat. Bagaimana dalang bisa

memberikan tuntunan pada masyarakat, sementara penontonnya enggak suka. Sekarang

kebanyakan orang stres dengan pekerjaannya, jadi mereka menonton itu untuk mencari

hiburan atau menghilangkan kepenatan sehingga banyak lelucon yang saya tampilkan.

Setelah saya kuliah di STSI Denpasar, saya diingatkan terus-menerus bahwa wayang itu

sebagai tontonan dan tuntunan, sehingga saya berusaha mengembalikan ke fungsi semula

yaitu tuntunan. Saya melucu tetap melucu namun leluconnya saya isi dengan muatan-

muatan agama, politik, ekonomi dan sebagainya. Ini mungkin yang membuat kita

semakin eksis.

Dari mana dan bagaimana proses mendapatkan ide pementasan?

Ide-ide itu muncul dari baca buku, koran, banyak bergaul dan banyak bertanya.

Dar] percakapan sehari-hari dengan tidak sengaja kita mendapatkan suatu poin atau

ide. Saya tidak menutup din bahwa saya pun meniru dalang-dalang yang lain.

Misalnya dalang favorit saya IB Ngurah (alm) dari Buduk, dalang Jagra dan

Page 24: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

26

Bongkasa, ada beberapa dialognya yang saya tiru namun tidak jiplak begitu saja,

saya kembangkan sesuai dengan kemampuan saya.

Apa resep yang bisa diterapkan agar wayang semakin menarik?

Saya kembalikan pada saya sendiri. Wayang beberapa tahun yang lalu hanya ditonton

orang-orang dewasa atau orang tua. Lalu saya berpikir, bagaimana caranya agar wayang

itu menarik untuk anak-anak remaja, makanya saya cari apa yang disenangi remaja tanpa

lepas dan normanonna. Melucu boleh, namun ada aturannya. Perlu diketahui, membuat

lelucon lebih sulit daripada membuat filsafat. Membuat filsafat bisa kita dapatkan dan

membaca buku, lalu kita tulis dan hafalkan. Tetapi membuat lelucon? Bisa saja kita

tulis lalu kita bacakan, lantas apakah penonton mau tertawa? Makanya saya mengimbau

kepada dalang-dalang agar terus mengasah din, terjun ke masyarakat dan mencari tahu

apa yang mereka sukai dan apa yang diingini. Kesenian bukan untuk din sendiri sang

seniman, namun hasil karyanya untuk orang lain.

Bagaimana suatu kesenian itu bisa dikatakan bagus kalau yang nonton tidak ada?

Mengapa Anda kuliah di STSI? Denpasar?

Setelah laris seperti sekarang, bagi seniman, ini adalah tantangan. Kita tidak boleh

berdiam diri atau berbangga din sebab penonton punya rasa bosan. Untuk mengantisipasi

ini, saya terus mengasah diri. Setelah kuliah di STSI Denpasar saya dapat rasakan

bergaul dengan seniman-seniman, dengan dosen yang tahu tentang wayang. Akan

semakin terbuka wawasan kita untuk memandang bagaimana wayang itu agar dapat

kita kembangkan sejauh kemampuan kita. Sebelumnya saya tidak punya guru khusus

Page 25: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

27

mendalang. Selain itu, sebelum kita kembangkan harus tahu dasar-dasar tradisinya,

barulah kita akan melangkah pada pengembangan.

Apa ilmu yang dapat Anda terapkan dari kuliah di STSI?

Seperti yang sering penonton lihat, artistik kelir itu saya dapatkan dari STSI.

Pengaruhnya memang banyak dari Jawa, namun saya transfer dengan gaya Bali. Ada

tambahan sinden. Sebelum kuliah, wacana leluconnya pasti agak norak atau porno,

namun sekarang saya berusaha terus-menerus untuk menekan hal-hal seperti itu. Rasa

tidak puas mendapatkan kuliah pasti ada. Itulah sebabnya saya sering bertanya pada dosen

baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Bagaimana awalnya Anda mendalang?

Saya tamat SMA tidak punya pekerjaan. Ekonomi morat-marit. Saya tidak punya

keterampilan sehingga melakoni pekerjaan apa saja, termasuk sebagai tukang parkir.

Namun saya terus berpikir, apakah kehidupan saya akan terus begini? Saya masih

mencari jati diri, itulah sebabnya saya kuliah di IHD (Institut Hindu Dharma, red), namun

terbentur dengan biaya. Akhirnya terpaksa berhenti dan menikah.

Pekerjaan dalang ini sudah saya tekuni. Namun demikian, saat itu pentasnya tidak

tentu. Kalau ada orang yang meminta saya mendalang barulah pentas, enam bulan

belum tentu. Saya lakoni sebagai tukang parkir sambil melirik peluang pekerjaan lain.

Saya rasakan payah sekali waktu itu, sebab dari Blayu ke Gemeh, Denpasar, saya

pulang-perginya naik sepeda gayung. Tetapi waktu itu perasaan sakit atau kurang sehat

tidak pernah saya rasakan. Mungkin karena sering olah raga. Enggak seperti sekarang

Page 26: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

28

sakit-sakitan. Setelah saya kawin, entah bagaimana, pekerjaan mendalang itu mulai laris.

Awalnya saya pentas di Blahkiuh, lalu merembet ke Abiansemal dan seterusnya. Jadi

cerita tentang pementasan wayang saya dan mulut ke mulut, akhirnya banyak sekali

orang yang meminta saya pentas.

Sebelum laris mendalang, seperti apa perangkat wayang yang Anda miliki?

Saya tidak punya warisan wayang dari leluhur. Tetapi sejak kecil saya suka mengukir

dan menggambar. Saya bikin wayang sendiri. Awalnya saya punya 20 buah wayang dan

di-pelaspas di pura. Saya di-winten jro mangku, maka saya sah jadi dalang. Sambil

jalan saya bikin lagi dan kalau punya uang saya beli wayang. Hingga sekarang saya

masih membuat wayang sendiri. Saya punya satu gedog wayang untuk koleksi. Saya belum

pernah terima pesanan wayang. Tetapi kalau dipesan untuk bikin wayang, saya enggak

sanggup, enggak sempat.

Setelah laris, Anda justru membatasi pementasan, mengapa?

Pertama, untuk kesehatan. Sebab pekerjaan dalang banyak begadang. Kalori untuk

begadang lebih banyak dikeluarkan. Di samping itu, untuk menjaga agar penonton tidak

bosan. Semakin sering kita pentas, penonton akan semakin cepat bosan. Sebab kita

akui, sebagai manusia kita mempunyai keterbatasan. Bagaimana kita setiap malam

bisa memuaskan penonton? Sementara penonton terus menginginkan hal-hal yang baru. Kita

belum tentu mendapatkan hal-hal baru. Sekitar dua tahun yang lalu saya pernah tifus dan

opname 10 hari, lalu saya mengaso satu bulan. Ada yang bilang kalau dalang Cenk Blonk

Page 27: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

29

sudah meninggal. Itu namanya gosip, namanya juga seniman atau selebritis kan biasa

diisukan, ha, ha, ha...

Seberapa banyak Anda pentas dalam satu hari?

Kalau dulu saya pernah pentas satu malam dua kali. Misalnya pukul 20.00

sampai 22.30 wita, lalu sisanya ke tempat lain. Karena orang senang, maka jam

berapa pun orang akan menunggu. Sekarang saya enggak mau seperti itu, semalam

hanya pentas sekali saja. Sebab persiapan untuk pentas satu kali itu lama sekali. Selain

itu, sekarang saya bekerja sama dengan sanggar. Personelnya berasal dari desa-desa yang

jauh. Biasanya, personel kami 30 orang termasuk penabuh, gerong, dan pendamping-

pendamping saya. Normalnya, kami mulai pentas pukul 21.00 wita, pukul 19.00 sudah

sampai di tempat.

Apakah ada pesan-pesan yang diselipkan penanggap wayang Anda?

Itu tidak tentu. Kalau penanggapnya ingin memasukkan pesan dalam pertunjukan

wayang, biasanya disampaikan jauh jauh hari saat ia pesan untuk pementasan. Lebih

banyak diserahkan pada kreasi kami. Biasanya saya pentas dalam rangka upacara,

misalnya upacara manusia yadnya atau dewa yadnya.

Usia Anda masih muda, namun seakan sudah jadi dalang senior, bagaimana perasaan

Anda?

Maaf, saya bukan merasa diri senior. Saya masih tetap belajar. Sejak umur

delapan tahun saya sudah mulai belajar mendalang. Saya pakai wayang kertas atau

Page 28: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

30

wayang karton. Di desa kami ngumpul delapan orang lalu membuat satu grup gamelan

wayang yang diiringi tingklik Hampir setiap malam pentas. Kalau ada orang ngotonan,

kami diminta pentas dengan alat sederhana, kelir seadanya dan wayangnya dari karton

serta gedog-nya dari triplek. Saat kenaikan kelas, rapor saya semuanya merah. Lalu

orangtua saya marah. Wayangnya dibakar. Orang tua saya petani dan beliau

menginginkan saya jadi pegawal. Tetapi saya tidak berkeinginan seperti itu. Sebelum

mendalang saya juga punya grup drama gong yang sering juga pentas.

Setamat SMA, saya belum juga serius mendalang. Lalu ada tukang topeng, I

Gusti Ketut Putra yang mengajak saya untuk gabung dengan sekaa topengnya. Sampai

sekarang pun saya masih punya topeng satu set. Kalau ada yang minta menari topeng

Sidakarya, saya ladeni. Kalau di luar desa saya tidak mau, karena saya eksis di

pedalangan.

Bagaimana pengalaman Anda nonton wayang waktu anak-anak?

Sejak kecil saya senang sekali melihat dalang memainkan wayang. Saya enggak

senang melihat bayangannya dari depan, tetapi saya suka lihat dari belakang. Di

samping itu, ketika dalang itu datang, ia sangat dihormati sekali. Melihat itu saya

kagum, "Wah enak sekali jadi dalang, saya ingin seperti itu." Waktu saya kecil

kesenian wayang ini sangat favorit. DI desa saya ada wayang Pan Yusa yang sering

ditanggap, setiap pementasannya saya menonton.

Anda ingin mengembangkan wayang seperti apa?

Page 29: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

31

Saya ingin suatu saat wayang Bali menjadi hiburan yang favorit seperti konser-konser

musik pop Bali sekarang. Makanya, saya terus melakukan pembenahan baik di bidang

manajemen, dengan sanggar, dalam cerita, wacana, teknik-teknik mendalang terus saya

asah. Saya berharap, dalang-dalang yang lain juga melakukan hal itu. Jadi terus

mengasah din agar wayang menjadi hiburan yang favorit. Saya memang belum

berkolaborasi dengan penyanyi pop Bali, walaupun seperti di Jawa ada yang namanya

wayang campur sari. Kita tetap pada inti wayang kulit, namun kita tetap menyelidiki, apa

yang disenangi masyarakat, apa yang harus dibenahi dengan tidak menghilangkan akar-

akar tradisi.

Menurut Anda, pakem wayang itu apa?

Misalnya pakem Sukawati, sebelum ada pakem itu apakah sebelumnya tidak ada

pakem wayang sebelumnya? Bentuknya lain, masyarakat tidak puas, lalu dikembangkan

lagi seperti yang kita temukan di Buduk. Seniman tidak puas, la kembangkan lagi, la ingin

punya ciri tersendiri. Jadi kita keluar dari pakem yang mana? Saya juga punya pakem.

Pakem di Buleleng beda dengan Gianyar, juga beda dengan Buduk. Saya buat pakem

sendiri, syukur kalau ditiru orang lain. Sekarang saya lihat di kelir-kelir itu sudah

banyak diisi tulisan. Gambar kayak Cenk Blonk sudah banyak sekali ditiru, lalu

muncul dengan nama Co Blank, Ce Klin. Kita mendalang bukan menantang hal itu, yang

penting mendalang, itu saja!

Ritual yang dilakukan apa?

Page 30: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

32

Dalam pedalangan ada kitab Dharma Pewayangan untuk aturan dalang. Dalang juga

memiliki pantangan, misalnya jangan makan jejeron. Dari segi medis, jejeron itu panas,

karena kita duduk. Kalau dari segi ilmu pewayangan, jejeron merupakan tempat-tempat

wayang itu berada di dalam diri kita. Untuk protein saya mengkonsumsi kacang, tahu, dan

tempe. Saya suka jalan-jalan supaya keluar keringat. Yang pasti pikiran jangan stres

sebab penyakit berasal dari pikiran.

• Pewawancara: Asti Musman

WAYANG CENGBLONK

Wayang, kesenian tradisional dahulu mungkin akan membosankan jika ditonton

remaja. Sedari aku kecil, sangat jarang pertunjukan wayang bisa menyedot ratusan

penonton yang antusias. Paling hanya Wayang Lemah (Wayang yang dipentaskan

slang hari), sedikit menghias upacara-upacara kecil, yang penontonnya mungkin lebih

tertarik pada gadis-gadis yang bersliweran lewat membawa nampan berisi kopi dan

Camilan. Namun kini Wayang di Bali, telah mulai bangkit dengan begitu banyak kreasinya.

Menyedot perhatian penonton tua muda hingga anak kecilpun antusias menanti, kapan

pertunjukan akan diadakan. Bahkan tak jarang, tanpa pamflet yang ditempelpun, informasi

begitu cepat menyebar dari kuping masyarakat yang memang menantikan hiburan ditengah

krisis Indonesia berkepanjangan. Cenk Blonk Belayu, pertama kali aku kenal dari seorang teman

kerja, Ramaita, yang iseng membeli VCD Original 2 keping, kalo gak salah, tahun 2002, dan tak

bosan-bosan kami tonton saat istirahat, maupun hanya didengar suaranya saja, saat asyik

bekerja, lantas mulai ditularkan pada sanak sodara hingga dibuatkan kopiannya dan dikirim ke

Page 31: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

33

Kanada, untuk kakak yang bersekolah disana. Keluar dari pakem yang ada, menciptakan 2

penokohan baru, kalo tidak salah, Nang Ncenk dan nang Eblonk, yang selalu keluar tampil

menjelang berakhirnya cerita. Hingga kini sudah 3 vcd originalnya yang beredar plus I vcd

bajakan benar-benar menciptakan hiburan yang baru dimata masyarakat, yang mulai sering

dipentaskan saat upacara-upacara besar di Pura maupun ditempat-tempat pertunjukan. Tidak

salah jika kini banyak dalang-dalang yang latah, ikut-ikutan berusaha untuk eksis, seperti

Wayang Joblar, namun bagiku pribadi, sangat disayangkan bahwa baik cerita maupun banyolan

yang dibawakan sangat vulgar dan kasar, bahkan terkesan memaksa. Tidak heran kalau para

peniru ini tidak berumur panjang. Ceng Blonk sampai hari ini, bagi kami pribadi lingkungan

rumah, makin bertambah saja penggemarnya. Anak-anak kecil keponakan kami, bahkan mulai

merayu Bapak maupun Kakek mereka untuk dibuatkan Wayang dari karton maupun kertas

manila, untuk kemudian berandai menjadi Dalang layaknya Cenk Blonk Belayu. Yang

lebih membuatku tersenyum, walaupun dalam hati, Istriku bahkan mulai ikut menyukai

walau hanya baru sebatas mendengarkan banyolannya saja, yang iseng-iseng aku

potong dan kumpulkan, hanya pada bagian lawakannya saja -Sangut Delem dan tokoh

Cenk Blonk. Ini terjadi, lantaran Om dari Istri baru sebulan ini resmi menjadi Dalang

baru didesanya. Semoga saja, apa yang telah dirintis oleh Cenk Blonk, benar-benar

dapat membangkitkan Dalang-dalang baru yang tentunya diharapkan tanpa menjadi

penjiplak, apa yang telah dilakukan Cenk Blonk sebelumnya.

Cenk Blonk, Wayang Lima Ribu Penonton

Ketika ribuan penggemar bola nonton tayangan Piala Dunia di layar televisi beberapa

waktu lalu, ribuan masyarakat Bali justru berjubel di depan layar wayang. Lho? Ya,

Page 32: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

34

sebuah pementasan wayang kulit Bali yang disaksikan bak tontonan sepak bola baru kali

itu terjadi sepanjang sejarah. Ini adalah peristiwa fenornenal, di tengah kian lesunya minat

masyarakat Bali pada umumnya menonton wayang. Membludaknya penonton wayang di

forum Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-28 itu sungguh fantastis.

Panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar, yang berkapasitas lima ribu

penonton itu penuh sesak. Tua-muda, pria-wanita, dengan membeli tiket berduyun-duyun

datang untuk dapat menyaksikan pertunjukan yang dimulai pukul 21.00 wita itu. Penonton

yang tak dapat tempat duduk terpaksa merangsek ke belakang dalang. Tembok dan

pepohonan pun dipanjat penonton untuk dapat menyaksikan pertunjukan itu.

Itulah pentas wayang oleh dalang yang sedang naik daun, I Wayan Nardayana.

Wayang ini populer dengan sebutan Cenk Blonk (baca: Cengblong). Nama ini adalah

pemberian para penonton, karena dalam pementasan wayangnya, dalang asal Belayu,

Tabanan, ini hadir dengan dua karakter tokoh rakyat yaitu Nang Klenceng dan Pan Eblong

yang dalam penampilannya selalu mengundang perhatian penonton dengan celetukan-

celetukannya nan kocak menggelitik. Dua tokoh tambahan yang hanya ada dalam wayang

kulit daerah Tabanan ini lalu jadi merek khusus Nardayana. Pada bagian atas layar

wayangnya ditulisi "Cenk Blonk". Pun pada kaca depan kendaraan yang membawa

rombongannya pentas keliling Bali sejak sekitar tiga tahun terakhir ini.

Sangat jarang dijumpai dalang wayang kulit di Bali yang diundang pentas secara

lintas daerah. Biasanya, masing-masing wilayah di Bali hanya mementaskan wayang

yang dibawakan oleh dalang dari desa atau kabupatennya sendiri. Namun kini, wayang ala

Nardayana hampir bisa diterima di seluruh Bali. Lantas, mengapa wayang Cenk Blonk

mampu menyihir penonton?

Page 33: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

35

Nardayana berani tampil beda. Pemanggungan wayang kulit Bali yang bersahaja

ditinggalkannya. Panggung pentas Cenk Blonk dibuat megah, semacam gapura yang

berukir ornamen meriah khas Bali. Sementara para dalang Bali lainnya masih

memakai lampu blencong, Nardayana sudah memakai lampu listrik warna-warni.

Sejak kuliah di Jurusan Pedalangan, Instutut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tiga tahun lalu,

dalang yang pernah jadi satpam pasar swalayan ini mulai memakai ensambel gamelan

semarapagulingan lengkap yang dimainkan puluhan pengerawit. Alunan tembang koor

vokalis wanita (sinden di Jawa) kin] juga selalu menyertai pentas Nardayana.

Berbagai terobosannya itu sesungguhnya dibekali dengan kemampuan mendalang

yang sudah mapan. Sebelum berinovasi, Nardayana sudah dikenal laris, khususnya di

lingkungan Tabanan dan Bali Selatan khususnya. Dalang yang sempat belajar sabetan

hingga ke Jawa Tengah ini memiliki teknik permainan wayang yang komplet. Olah

vokalnya lentur dan matang. Wawasannya terhadap sastra tradisional Bali cukup

memadai dan interpretasinya terhadap sumber cerita Mahabharata dan Ramayana sarat

dengan imaji yang kreatif.

Malam itu, di tengah kepungan ribuan penonton, Nardayana mengetengahkan lakon

"Kumbakarna Lina" yang bergulir lebih dan tiga jam. Struktur dramatiknya dimulai

dengan adu argumentasi kakakberadik Rahwana dan Kumbakarna. Di sini, misalnya,

tampak kepekaan Nardayana mengkontekstualisasikan tema-tema kekinian dalam

bangunan gaya berkisahnya yang memikat.

Urgennya rasa cinta Tanah Air di era global ini digedor-gedornya. Sikap kepahlawanan

yang aji mumpung diolok-oloknya. Tentang para pemimpin yang rakus kekuasaan

diobok-oboknya. Dua punakawan, Delem dan Sangut, saat memberi ilustrasi retorika

Page 34: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

36

terjemahan bahasa Kawi (bahasa Jawa Kuno) tokoh Rahwana dan Kumbakarna,

diartikulasikannya secara jenaka, mengena, usil, dan mengetuk relungrelung moral.

Semangat penjelajahannya menangkap berbagal persoalan sosial dan fenomena

kehidupan yang kemudian diolah menurut versinya inilah yang menjadi keunggulan

Nardayana. Ia tak hanya menggali bahan-bahan itu dari peristiwa hangat kekinian, namun

menyuruk dalam-dalam ke tengah-tengah kehidupan masyarakat kebanyakan di

sekelilingnya. Kearifan-kearifan lokal diadopsi dan dikais-kaisnya yang direlasikan atau

dikonfrontasikannya dengan pandangan kekinian. Olah pikir dan kreativitasnya itu ia

representasikan pada tokoh-tokoh punakawan seperti Delem, Sangut, Malem, dan

Merdah, atau pada dua maskotnya, Ceng clan Blong.

Struktur dramatik wayang Wit Bali tak mengenal adegan goro-goro seperti halnya

wayang Jawa. Kendati tak disajikan secara khusus, adegan semacam itu mengalir dalam

untaian cerita. Topik yang dimunculkan tak begitu jauh melenceng dari lakonnya. Dalang

Nardayana tampak mahir mengayun penonton dalam hal ini. Gelak tawa dan tepuk tangan

bergemuruh mewarnai penampilan tokoh Ceng dan Blong yang berinteraksi dengan

empat punakawan tadi. Kepiawaian Nardayana mengungkapkan mated dalam

konsistensi karakter warna suara dari tokoh-tokoh yang dimainkannya itu mengagumkan.

Pada bagian akhir pentas ini, anehnya, menonton hampir secara berbarengan

menggeliat bubar. Kematian tragis Kumbakarna tak dihiraukan penonton lagi, padahal

bagian inilah intinya. Simpul nilainilai kepahlawan yang dilontarkan sang dalang menguap

dalam keriuhan penonton yang beranjak pulang. Ini artinya apa? Ini artinya, mungkin,

penonton hanya membutuhkan hiburannya dan bukan nilai tuntunannya.

Page 35: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

37

Di tengah popularitasnya yang sedang meroket, Nardayana kiranya punya peluang

besar memberikan pencerahan budi kepada masyarakat penonton dengan kiat sajian

berimbang antara porsi hiburannya dengan nilai-nilai ideal seperti keapikan binar

estetiknya, persuasi muatan etiknya, dan pengayaar cakrawala bobot dialektika

pemikirannya, untuk merehabilitasi selera instan dan budaya manja masyarakat penonton.

Para dalang, di Jawa dan Bali, dulu memiliki idealisme mulia seperti itu dan

kontribusinya pernah dijadikan acuan teladan dan panutan karismatik masyarakat.

Fenomena wayang Cenk Blonk belakangan memang sedang dikunyah-kunyah nikmat

oleh masyarakat Bali. Tarif per pentasnya yang sudah sebesar Rp 7 juta (wayang kulit

Bali umumnya hanya diupah Rp 1-2 juta) tak mengurungkan niat masyarakat untuk

mengundangnya. Alhasil, tiap bulan Nardayana hanya berkesempatan libur tak lebih dari

seminggu. Permintaan pentas mulai klan deras sejak VCD pentas wayangnya

dikomersialkan dengan harga murah meriah. Untuk sementara, dampak peredaran VCD itu

menguntungkan dan menjadi media promosi secara tidak langsung.

Jika saja Nardayana tetap konsisten menyalakan api kreativitasnya, mungkin ia tak

akan kehilangan penonton seperti yang pernah dialami Grup Arja Cowok yang begitu cepat

terkenal pada 1990-an tapi tak lama kemudian terj ungkal, ditengarai karena sebuah lakon

favoritnya ditayangkan sebuah televisi lokal di Bali. Sebelumnya, pada tahun 1970-an,

Topeng Carangsari dengan bintangnya I Gusti Ngurah Windia, juga sempat merengkuh

popularitas yang menjulang tapi kemudian disungkurkan oleh perekam gelap yang tanpa

izin memperbanyak dan menjual pita kaset rekaman pementasan topengnya yang

materinya sama dengan yang biasanya disajikan grupnya di tengah masyarakat.

Page 36: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

38

Namun, tiga volume rekaman VCD komersial Nardayana yang kini banyak dikoleksi

masyarakat penggemarnya, "Diah Ratna Takesi", "Katundung Anggada", dan "Rudra

Murthi" agaknya belum mengusik pamor Wayang Cenk Blonk. Justru ia melesat bak meteor,

sendiri, tanpa saingan, tanpa tandingan.

kadek suartaya

Wayang, Cermin Kehidupan

Wayang sebagai pertunjukan seni teater komplek yang memadukan keselarasan gerak

tari, musik, vokal, lukis, dan sastra secara filosofi merupakan cermin prilaku kehidupan.

Semua karakter kehidupan - manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan - ada di sana. Menurut

Dewa Wicaksana, Ketua Jurusan Pedalangan 1SI Denpasar, sampai saat ini belum ada yang

mengetahui kapan wayang itu lahir. Ada yang mengatakan, wayang berasal dari India

karena dikuatkan dengan cerita yang diambil dari Epos Ramayana dan Mahaberata.

Namun, secara etimologi kata wa-yang serta aparatus lainnya seperti damar wayang,

kelir, cepala, keropak, blencong, gedebong terdapat di dalam bahasa Jawa Kuno.

Wayang diperkirakan sudah ada sebelum masehi, jauh sebelum masuknya berbagai

pengaruh kebudayaan luar. Dulu, wayang bentuknya sederhana yang dipertunjukkan

pada malam hari sebagai sebuah persembahan kepada leluhur. Bahkan kesenian wayang

ini dulu hanya dimainkan oleh Saman (seorang ahli yang mampu berkomunikasi dengan

leluhur). Setelah masuknya budaya Hindu yang kebetulan memiliki persamaan budaya,

wayang rnulai mengarah kepada seni pertunjukan dengan menggandeng berbagai jenis

cerita. "Di Indonesia, wayang Bali diperkirakan tertua. Hal itu dibuktikan dengan adanya

Page 37: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

39

relief berwujud wayang yang bentuknya persis wayang Bali di Candi Penataran,

Jawa Timur," katanya. Meski sebagai seni pertunjukan yang populer di mata masyarakat,

tidak gampang menjadi seorang dalang. Di samping memerlukan konsentrasi tinggi dan

stamina yang fit, seseorang dalang dituntut juga menguasai bahasa kawi, mecepala,

memainkan dan menyuarakan masing-masing karakter dari pada tokoh wayang. "Paling

tidak, dalang harus mengetahui rasa seni musik, tari dan mengetahui sastra,"

lanjutnya. Kesenian wayang dalam perjalanannya hingga kini, selain sebagai pertunjukan

seni wall (pelengkap upacara), juga sebagai bebali (penunjang upacara), dan balih-

balihan (hiburan). Menjadi seorang dalang dalam tradisi masyarakat Bali tidak gampang.

Pertama-tama harus melakukan penyucian diri lewat pewintenan dan mesakapan (kawin)

dengan wayang dengan tujuan menyatukan wayang dan dalang sehingga dalam setiap

pertunjukannya muncul taksu (inner power) wayang sesungguhnya. Proses ritual itu juga

sebagai tanda bahwa dalang berfungsi sebagai pandita bergelar Jero Dalang yang

bertugas untukmembuat tirta (air suci). Sebagai Wall, kesenian ini dapat dikategorikan

menjadi tiga: wayang lemah, Wayang Sapu Leger dan Wayang Sudamala. Wayang

lemah dipentaskan sebagai pelengkap upacara (Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa

Yadnya, Pitra Yadanya, Bhuta Yad-nya) yang lebih menekankan pada sebuah

persembahan. Wayang lemah dipertunjukkan siang hari dan cerita yang diangkat

disesuaikan dengan jenis upacara yang digelar. Wayang Sapu Leger dan Wayang Sudamala

merupakan pertunjukan wayang Wit biasa yang digelar malam hari. Namun, dalam

pentasnya khusus untuk meruwat anak yang lahir pada tumpek wayang sehingga

mengangkat cerita dan memakal banten yang khusus pula. Pertunjukan Wayang Sapu

Leger biasanya mengambil kisah Dewa Kala atau Siwa Rare Kumara. Sedang Wayang

Page 38: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

40

Sudamala, memakai cerita Durga yang diruwat oleh Sahadewa. Menurut I Nyoman

Sumandhi, sebelum tahun 60-an pertunjukan wayang sudah banyak mengarah pada dunia

hiburan. Misalnya, kehadiran Wayang Buduk dengan dalang 113 Ngurah. DI samping

sarat dengan filsafat, dipadukan de-ngan unsur-unsur modem yang bersifat kekinian. DI

sisi lain pertunjukan wayang ini juga menampilkan banyolan sehingga sibuk meladeni

penanggap. Demikian pula Dalang Jagra dari Bongkasa yang khas dengan Wa-yang

Ramayana dan Wayang Bangli khas dengan lelucun dan tafsiran nomer lotre (buntut).

Perkembangan kemudian, muncul Wayang Aria dan Wayang Tantri dengan binatang

sebagai tokoh sentral, serta Wayang Wakul yang memasukkan unsur modem se-perti ada

kapal udara dan robot ke dalam tokoh-tokohnya,. DI tahun 90-an dikejutkan dengan

munculnya wayang Cenk Blonk yang sangat inovatif.

Dalam pentasnya, diiringi oleh puluhan pendukung serta berbagai elemen gamelan Bali.

Menjadi khas adalah dua tokoh punakawan Cenk dan Blonk yang secara kocak

melontarkan keadaan masa kini. Estetika betul-betul menjadi kebutuhan utama sehingga

lampu, soundsystem, dan efek suara alam betul-betul ditata. Wajarlah dalam belasan tahun

terakhir ini, Cenk Blonk menjadi pertunjukan wayang terlaris di Bali. Sebab, untuk bisa

menanggap harus memesan 5 - 9 bulan sebelumnya dan upahnya berkisar antara Rp 8

hingga Rp 9 juta.(BTN/015)

Wayang Gaul Munculkan Minat Masyarakat

Denpasar - Tak dipungkiri, saat ini pentas kesenian tradisional seperti wayang sudah

kurang diminati masyarakat, terutama kaum muda. Justru sebaliknya, pementasan wayang

Page 39: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

41

banyak disenangi masyarakat di mancanegara. Tak pelak muncul rasa khawatir bahwa

kesenian tradisional wayang terancam punah. Bagaimana dengan kegairahan

masyarakat Bali menonton pertunjukan wayang kulit? Menurut budayawan Dr I Nyoman

Catra, la menangkap adanya fenomena menggembirakan di mana pentas wayang kulit

kembali "diburu" masyarakat di Bali. Salah satunya, wayang Cenk Blonk yang

"kemasannya" dinilai sangat gaul, tapi tidak keluar dari pakem pertunjukan wayang

tradisi. "Saya melihat masyarakat kita kembali bergairah menonton wayang. Lebih-lebih

dengan dimasukkan unsur-unsur teknologi ke dalam seni pertunjukan wayang, ini

sebuah babak awal yang positif untuk menggairahkan kembali kesenian ini," katanya,

beberapa waktu lalu di Denpasar. Agar sebuah seni pertunjukan bisa tetap bertahan

dan tidak ditinggalkan penonton, menurutnya, seniman dituntut senantiasa kreatif untuk

melahirkan karya-karya segar. Begitu pula dengan kesenian wayang, kreativitas itu

tidak boleh bergerak stagnan sehingga pertunjukan wayang kulit itu tak pernah

menjemukan untuk ditonton. "Kuncinya kembali kepada kreativitas. Saya optimistis,

kreativitas-kreativitas baru dari para seniman akan terus bermunculan, sehingga

pertunjukan wayang kulit itu tidak akan pernah ditinggalkan masyarakat," tuturnya.

Kendati ide-ide segar terus bermunculan, Catra mengaku optimistis seni pertunjukan

wayang konvensional tidak akan pernah mati. Alasannya, kesenian wayang

(konvensional-red) di Bali juga melekat dengan prosesi upacara keagamaan.

Misalnya, dijadikan sarana panglukatan bagi generasi Bali yang lahir pada wuku Wayang

yang dikenal dengan Wayang Sapuleger. "Ketika wayang sudah akrab dengan teknologi

canggih, wayang konvensional pun tidak serta-merta boleh dibunuh atau dihilangkan, tapi

tetap bertahan karena seni wayang di Bali juga merupakan seni persembahan. Ketika kita

Page 40: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

42

menggelar upacara Nyapuleger, jelas kita tak mungkin menggunakan wayang listrik

ataupun wayang multimedia. Jadi, wayang konvensional itu tetap akan bertahan selama

manusia Bali masih memeluk agama Hindu," paparnya. (cinta malem ginting) Copyright

© Sinar Harapan 2003

2.1.2 Wawancara

Wayang Ceng Blonk, lahir pada tahun 1990-an yang di ciptakan oleh I Wayan

nardayana. Beliau merubah citra wayang yang ada selama ini. Dengan menyisipkan pesan

sosial di setiap penampilannya seperti penyuluhan narkoba, HIV/AIDS, sampai

penanggulangan bencana serta membahas agama, politik, dan ekonomi. Selain itu Wayang

Ceng Blonk juga disesuaikan dengan perkembangan jaman yang semakin modem.

Pennainan Dalang penuh dengan humor sangat membantu keberadaan wayang ini. Apalagi

wayang mempunyai fungsi sebagai wall, tuntunan, dan tontonan. Sehingga dengan

menyertakan humor yang kucu, maka diharapkan fungsi dari wayang tersebut terlaksana

dengan baik. Oleh karena itu wayang ini di nilai sangatlah komunikatif untuk

menyampaikan pesan tersebut.

Nama dari wayang Ceng Blonk tersebut merupakan kependekan dari karakter yang

digunakan, yaitu Nang Klenceng dan Nang Ceblonk. Penggabungan kedua nama karakter

tersebut yang digabungkan, sehingga tercipta Wayang Ceng Blonk.

Page 41: Bab 2 DATA dan ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00176-DS bab 2.pdfBentuk sanggul atau gelung pada tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, lebih gemuk, dan

43

2.2 Target Komunikasi

• Behavior : suka akan budaya

• Psikografi : Masih mudah diyakinkan, memiliki rasa ingin tahu yang besar,

• Demografi : Remaja sampai Dewasa, umur 20-25 tahun, kelas ekonomi A & B

Geografi : modern, domisili di kota besar

2.3 Anlisa SWOT

Analisa S.W.O.T ini dibuat berdasarkan literature dan data yang diperoleh serta hasil

pengamatan langsung.

Strength

Pertunjukan Wayang menarik dengan permainan tata cahaya clan suara.

Weakness

Memerlukan perhatian yang lebih agar para remaja sampai dewasa dapat menerima dan

menyaksikan film semi-dokumenter wayang ini.

Opprtunity

Remaja sampai dewasa suka sesuatu hal yang lucu

Threat

Remaja sampai Dewasa suka menganggap wayang adalah hal yang kuno.