Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar...

21
Bab 2 Data dan Analisa 2.1 Sumber Data 2.1.1 Referensi Buku a. Buku Pintar Wayang” Buku Pintar Wayang” merupakan sebuah buku yang memuat hal-hal mendasar yang perlu diketahui tentang wayang di Indonesia. Buku ini menjabarkan asal-usul wayang, jenis-jenisnya, dan filosofi yang terkandung dalam pementasannya. b. “Ensiklopedi Wayang Indonesia” Buku yang memuat A-Z tentang wayang. Buku ini menambah referensi penulis tentang sejarah wayang dan asal-usulnya. c. “Understanding Comics” Buku tentang apa itu komik. Melalui buku ini, penulis mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan eksekusi terhadap strategi kreatif yang penulis lakukan, yaitu membuat buku pengetahuan bergambar. 2.1.2 Angket 2.1.3 Survei lapangan Untuk lebih mengerti wayang secara mendalam, maka penulis perlu menonton langsung pergelaran wayang. Pergelaran wayang yang penulis tonton adalah pergelaran wayang kulit purwa di gdeung wayang. 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang A. Sejarah Wayang Asal usul dan perkembangan wayang tidak tercatat secara akurat seperti sejarah. Namun orang selalu ingat dan merasakan kehadiran wayang dalam masyarakat. Wayang merupakan salah satu buah usaha akal budi bangsa Indonesia. Wayang tampil sebagai seni budaya tradisional dan merupakan puncak budaya daerah. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini banyak para cendekiawan dan budayawan berusaha meneliti dan menulis tentang wayang, diantaranya Hazeu dan Rassers. Dan pandangan dari pakar Indonesia, seperti K.P.A, Kusumadilaga, Ranggawarsita, Suroto, Sri Mulyono, dan lain-lain. Dan menurut para cendekiawan, wayang sudah ada dan berkembang sejak lama, sekitar tahun 1500 SM. 3

Transcript of Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar...

Page 1: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

3

Bab 2

Data dan Analisa 2.1 Sumber Data

2.1.1 Referensi Buku a. “Buku Pintar Wayang” “Buku Pintar Wayang” merupakan sebuah buku yang memuat hal-hal

mendasar yang perlu diketahui tentang wayang di Indonesia. Buku ini menjabarkan asal-usul wayang, jenis-jenisnya, dan filosofi yang terkandung dalam pementasannya.

b. “Ensiklopedi Wayang Indonesia” Buku yang memuat A-Z tentang wayang. Buku ini menambah referensi

penulis tentang sejarah wayang dan asal-usulnya. c. “Understanding Comics” Buku tentang apa itu komik. Melalui buku ini, penulis mendapatkan

pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan eksekusi terhadap strategi kreatif yang penulis lakukan, yaitu membuat buku pengetahuan bergambar. 2.1.2 Angket 2.1.3 Survei lapangan

Untuk lebih mengerti wayang secara mendalam, maka penulis perlu menonton langsung pergelaran wayang. Pergelaran wayang yang penulis tonton adalah pergelaran wayang kulit purwa di gdeung wayang.

2.2 Naskah Buku

BAB 1 Mengenal Wayang

A. Sejarah Wayang

Asal usul dan perkembangan wayang tidak tercatat secara akurat seperti sejarah. Namun orang selalu ingat dan merasakan kehadiran wayang dalam masyarakat. Wayang merupakan salah satu buah usaha akal budi bangsa Indonesia. Wayang tampil sebagai seni budaya tradisional dan merupakan puncak budaya daerah.

Sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini banyak para cendekiawan dan budayawan berusaha meneliti dan menulis tentang wayang, diantaranya Hazeu dan Rassers. Dan pandangan dari pakar Indonesia, seperti K.P.A, Kusumadilaga, Ranggawarsita, Suroto, Sri Mulyono, dan lain-lain. Dan menurut para cendekiawan, wayang sudah ada dan berkembang sejak lama, sekitar tahun 1500 SM.

3

Page 2: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

4

Wayang ialah asli Indonesia. Wayang memiliki landasan yang kokoh. Landasan utamanya memiliki sifat ‘Hamot’ ( keterbukaan untuk menerima pengaruh dan masukan dari dalam dan luar ) , ‘Hamong’ ( kemampuan untuk menyaring unsur-unsur baru itu sesuai nilai-nilai warna yang ada) , ‘Hamemangkat’ (memangkat suatu nilai menjadi nilai baru. Periodisasi perkembangan budaya wayang juga merupakan suatu hahasan yang menarik)

Bermula zaman kuna ketika nenek moyang bangsa Indonesia masih menganut animisme dan dinamisme. Paduan dari animisme dan dinamisme ini menempatkan roh nenek moyang yang dulunya berkuasa, tetap mempunyai kuasa. Mereka tetap dipuja dan dimintai pertolongan. Roh nenek moyang yang dipuja ini disebut ‘hyang atau dahyang’. Orang bisa berhubungan dengan ‘hyang atau dahyang’ ini melalui seorang medium yang disebut ‘syaman’. Ritual pemujaan nenek moyang ‘hyang’ dan ‘syaman’ inilah yang akhirnya menjadi asal mula pertunjukkan wayang. ‘hyang’ menjadi wayang dan ‘syaman’ menjadi dalang. Sedangkan ceritanya ialah petualangan dan pengalaman nenek moyang. Bahasa yang digunakan ialah bahasa Jawa asli yang masih dipakai hingga sekarang. Jadi, wayang berasal dari ritual kepercayaan nenek moyang bangsa Indonesia disekitar tahun 1500 SM.

Berjalan dengan seiringnya waktu, wayang terus berkembang sampai pada masuknya agama Hindu di Indonesia sekitar abad keenam.

Dalam pewayangan cerita, bermula dari kisah Ramayana yang terus bersambung dengan Mahabrata, dan diteruskan dengan kisah zaman kerajaan kediri. Falsafah Ramayana dan Mahabrata yang Hinduisme diolah sedemikian rupa sehingga diwarnai nilai-nilai agama Islam.

Masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad ke-15, membawa perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan besar-besaran tersebut, tidak saja terjadi dalam bentuk dan cara pergelaran wayang, melainkan juga isi dan fungsinya. Bentuk wayang yang semula realistik proporsional seperti tertera dalam relief candi-candi, distilir menjadi bentuk imajinatif seperti sekarang ini. Selain itu, banyak sekali tambahan dan pembaharuan dalam peralatan seperti kelir atau layar, blencong atau lampu sebagai alat penerangan pada pertunjukkan wayang kulit dan juga mempunyai makna simbolik, yaitu memanfaatkan masukan serta pengaruh budaya lain baik dari dalam maupun dari luar Indonesia, debog yaitu pohon pisang untuk menancapkan wayang, dan masih banyak lagi.

Asal usul wayang Indonesia menjadi jelas dan mudah dibedakan dengan seni budaya sejenis yang berkembang di India, Cina, dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Tidak saja berbeda bentuk serta cara pementasannya, cerita Ramayana dan Mahabrata yang digunakan juga berbeda. Cerita terkenal ini sudah digubah sesuai nilai dan kondisi yang hidup dan berkembang di Indonesia. Keaslian Wayang bisa ditelusuri dari penggunaan bahasa seperti Wayang, kelir, blencong, kepyak, dalang, kotak dan lain-lain. Kesemuanya itu

Page 3: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

5

menggunakan bahasa Jawa asli. Berbeda dengan cempala, yaitu alat pengetuk kotak yang menggunakan bahasa sansekerta. Biasanya wayang selalu menggunakan bahasa campuran yang biasa disebut ‘basa rinengga’.

B. Filosofi Wayang

Kekuatan utama budaya Wayang ialah kandungan nilai falsafahnya. Wayang yang tumbuh dan berkembang sejak lama itu ternyata berhasil menyerap berbagai nilai-nilai keutamaan hidup dan dapat terus dilestarikan dalam pertunjukkan wayang.

Memasuki pengaruh agama Islam, kokoh sudah landasan wayang sebagai tontonan yang mengandung tuntunan, yaitu acuan moral budi luhur menuju terwujudnya ‘akhlaqul karimah’. Wayang bukan lagi sebagai tontonan bayang-bayang atau ‘shadow play’, melainkan sebagai ’wewayangane ngaurip’, yaitu bayangan hidup manusia.

Wayang juga dapat secara nyata menggambarkan konsepsi hidup ‘sangkan paraning damadi’, yang berarti : manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali keribaan-Nya.

banyak ditemui seni budaya semacam wayang yang terkenal dinegara lain dengan sebutan ‘puppet show’, namun tidak seindah dan sedalam maknanya Wayang Kulit Purwa.

C. Perkembangan Wayang Berasal dari zaman animisme, wayang terus mengikuti perjalanan sejarah

bangsa sampai pada masuknya agama Hindu di Indonesia sekitar abad keenam. Pertunjukan roh nenek moyang itu kemudian berkembang menjadi cerita Ramayana dan Mahabarata. Selama abad X hingga XV, wayang berkembang menjadi ritual agama dan pendidikan kepada masyarakat.

Semasa Kerajaan-kerjaan Hindu-Budha ini, kepustakaan wayang mencapai puncaknya. Pegelaran wayang yang sudah bagus, diperkaya lagi dengan penciptaan peraga wayang dari kulit yang dipahat, diiringi gamelan dengan tatanan pentas yang bagus.

Wayang seolah-olah identik dengan Ramayana dan Mahabarata yang aslinya berasal dari India. Namun perlu dimengerti bahwa Ramayana dan Mahabarata versi India itu sudah banyak berubah di versi indonesianya.

Yang sangat menonjol perbedaannya adalah falsafah yang mendasari kedua cerita itu, terlebih setalah masuknya agama Islam. Hinduisme dioleh sedemikian rupa sehingga menjadi diwarnai nilai-nilai agama Islam. Wayang diperkaya lagi dengan begitu banyaknya cerita gubahan baru yang disebut lakon ‘caranga’ , sehingga cerita Ramayana dan Mahabarata menjadi benar-benar berbeda dari aslinya.

Page 4: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

6

Masuknya agama Islam pada abad ke-15 membawa perubahan besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk juga wayang. Dalam agama Islam, penggambaran dari mahluk hidup dilarang, oleh karena itu, bentuk wayang yang semula realistik dan proporsional , diperbaharui oleh para Wali dan pujangga Jawa sehingga mengalami stilasi menjadi bentuk imajinatif seperti sekarang ini.

Pada masa itu, wayang digunakan sebagai digunakan sebagai sarana dakwah Islam. Fungsi wayang bergeser dari ritual agama, menjadi sarana pendidikan, dakwah, penerangan, dan komunikasi massa. Fungsi dan peranan ini terus berlanjut hingga dewasa ini.

Jadi bisa kita simpulkan bahwa wayang merupakan suatu karya seni yang mampu mengikuti perkembangan zaman. Wayang saat ini tidaklah sama dengan wayang pada masa lampau, dan wayang masa depan, tidaklah sama dengan wayang masa kini. Hal ini disebabkan wayang memiliki landasan yang kokoh, yaitu hamot , hamong, dan hamemangkat.

Hamot sendiri berarti keterbukaan menerima pengaruh dan masukan baik dari dalam maupun luar. Hamong adalah kemampuan untuk menyaring unsur yang baru dan sesuai dengan nilai yang ada. Dan Hamemangkat berarti perubahan dari suatu nilai menjadi nilai baru yang melalui suatu proses yang panjang dan dapat dicerna secara cermat.

Untuk itulah , banyak budayawan yang mengatakan bahwa kesenian wayang merupakan suatu kebudayaan yang terus berkembang dan setia pada misinya dan fungsi yang diembannya, yaitu sebagai sarana penerangan, pendidikan, dan komunikasi massa.

Pada titik inilah, wayang kemudian menjadi pertunjukan yang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudyaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (masterpiece of oral and intangible heritage of humanity)

BAB II Jenis-Jenis Wayang A. Wayang kulit :

Apa wayang kulit itu? Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia, terutama berkembang di Jawa dan di sebelah timur semenanjung Malaysia, seperti di Kelantan dan Terengganu. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narrator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan iringan musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden.

Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.

Secara Umum, wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standar) tersebut. Sebab, seorang dalang atau biasa dipanggil ki dalang juga bisa memainkan lakon

Page 5: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

7

carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji. wayang kulit lebih popular di Jawa tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa barat. Wayang Kulit dibagi lagi menjadi :

1.Wayang Purwa Kata Purwa (pertama) dipakai untuk membedakan wayang jenis ini dengan wayang kulit lainnya. banyak jenis wayang kult, mulai dari wayang wahyu, wayang sadar, wayang gedhog, wayang kancil, wayang pancasila, dan sebagainya. Wayang purwa diperkirakan mempuyai umur paling tua di antara wayang kulit lainnya. Wayang purwa terbuat dari bahan kulit kerbau yang ditatah, diberi warna sesuai dengan kaidah pulasan wayag pedalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbaubule, yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit, yang terdiri dari ntuding dan gapit.. 2.Wayang Parwa Wayang parwa adalah wayang kulit yang paling popular dan terdapat di seluruh Bali. Wayang Parwa merupakan wayang kulit yang membawakan lakon-lakon yang bersumber dari cerita Mahabharata yang juga dikenal sebagai Astha Dasa parwa. Nah, wayang ini dipentaskan pada malam hari, dengan memakai kelir dan lampu blencong, diiringi dengan gamelan gender wayang. Wayang Parwa dipentaskan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara adapt dan agama, walaupun pertunjukkannya sendiri berfungsi sebagai hiburan yang bersifat modern. Dalam pertunjukkannya, dalang wayang parwa bisa saja mengambil lakon dari cerita Bharatayuda atau bagian lain dari cerita Mahabharata. Oleh sebab itu, jumlah lakon wayang parwa paling banyak. 3. Wayang Madya wayang madya adalah wayang kulit yang diciptakan oleh Mangkunegara IV sebagai penyambung cerita wayang purwa dengan wayang gedog. Cerita wayang madya merupakan peralihan cerita purwa ke cerita panji. Salah satu cerita wayang madya yang terkenal adalah cerita Anglingdarma. Wayang madya tidak sempat berkembang di luar lingkungan Pura Mangkunegara. 4. Wayang Gedog Wayang gedog atau wayang panji adalah wayang yang memakai cerita dari serat Panji. Wayang ini mungkin telah ada sejak zaman Majapahit. Bentuk wayangnya hamper sama dengan wayang purwa. Tokoh-tokoh ksatria selalu memaki tekes dan repekan. Tokoh-tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan galung keeling. Dalam cerita Panji, tidak ada tokoh raksasa atau kera. Sebagai gantinya terdapat tokoh Prabu Klana dari Makassar yang memiliki tentara orang-orang bugis. Namun, tidak selamanya tokoh klana berasal dari Makassar. Dalam pementasannya, wayang gedog memakai gamelan berlaras pelog dan memakai Punakawan Bancak dan Doyok untuk tokoh Panji tua, Ronggotono dan Ronggontani untuk Klana, dan Sebut-

Page 6: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

8

Palet untuk panji muda. Sering kali dalam wayang gedog, muncul figure wayang aneh, seperti gunungan sekaten, siter (kecapi), paying yang terkembang, perahu, dan lain-lain. 5. Wayang Calonarang Wayang calonarang juga sering disebut sebagai wayang leyak, adalah salah satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena dalam pertunjukkannya banyak mengungkapkan nilai-nilai magis dan rahasia pangiwa dan panengen. Wayang ini pada dasarnya adalah pertunjukan wayang yang mengkhususkan lako-lakon dari cerita calonarang. Pargelaran wayang kulit calonarang melibatkan sekitar 12 orang pemain, yang terdiri dari 1 orang dalang, 2 orang pembantu dalang, dan 9 orang penabuh. 6. Wayang Krucil Wayang krucil pertama kali diciptakan oleh pangeran Pekik dari Surabaya. Wayang ini terbuat dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut wayang krucil. Dalam perkembangannya, wayang ini menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal sebagai wayang klithik. Gamelan yang digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bagomati (srepegan). Namun, ada kalanya wayang krucil menggunakan gending, gending besar.

B. Wayang kayu : Dibagi lagi menjadi :

1. Wayang Golek Wayang golek adalah suatu seni pertunjukkan wayang yang

terbuat dari boneka kayu. Wayang jenis ini sangat popular, terutama di wilayah tanah Pasundan.

Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Banyak diminati masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah. Di Jawa Barat misalnya, selain wayang kulti, yang paling populer adalah wayang golek.Yang menarik, wayang golek ini terdapat dua macam, yaitu wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah sunda. Kedua macam wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukkan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan, mengatur lagu, dan lain-lain.

Saat ini, wayang golek lebih dominant sebagai seni pertunjukkan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan degan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat, misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam

Page 7: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

9

rangka khitanan, pernikahan, dan lain-lain.

2. Wayang Menak Wayang menak atau disebut juga wayang golek menak merupakan

wayang berbentuk boneka kayu yang diyakini muncul pertama kali di daerah kudus pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwana II. Sumber cerita wayang menak berasal dari kitab Menak, yang ditulis atas kehendak Kanjeng Ratu Mas Balitar, permaisuri Sunan Paku Buwana I, pada tahun 1717 M.

Induk dari kitab Menak berasal dari Persia, menceritakan Wong Agung Jayeng Rana atau Amir Ambyah (amir Hamzah), paman Nabi Muhammad SAW. Isi pokok cerita adalah permusuhan antara Wong Agung Jayeng Rana yang beragama Islah dengan Prabu Nursewan yang belum memeluk agama Islam.

3. Wayang Klithik Wayang klithik pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik,

adipati Surabaya, dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan wayang krucil. Munculnya wayang menak yang terbut dari kayu, membuat Sunan Pakubuwono II kemudian menciptakan wayang klithik yang terbuat dari kayu pipih (dua dimensi). Tangan wayang ini dibuat dari kulit yang ditatah. Berbeda dengan wayang lainnya, wayang klithik memiliki gagang yang terbuat dari kayu.

Cerita yang dipakai dalam wayang klithik umumnya mengambil dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit.

Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (spregan). Ada kalanya wayang klithik menggunakan gending-gending besar.

C. WAYANG SUKET Wayang suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figure wayang

kulit yang terbuat dari rumput (bahasa jawa : suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau penyampaian cerita pewayangan pada anak-anak di desa-desa Jawa. Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan dijalin, lalu dirangkai (dengan melipat) membentuk figure serupa wayang kulit. Karena bahannya, wayang suket tdak bertahan lama.

kelebihan wayang suket adalah ruang yang sangat bebas bagi penonton untuk membangun imajinasinya. Menafsir kembali siapa itu wayang-wayang sebagai bayangan hidup. Manusia terus tumbuh, tapi wayang kulit tidak.

Filosofi suket sebagai sesuatu yang terus tumbuh adalah spirit yang luar biasa. Suket hanya butuh air dan sinar matahari. Kekuatan filosofi ini menggambarkan kekuatan ruang imajinasi dari wayang suket. Pertunjukkannya merupakan symbol masyarakat bawah (grass root) yang mempertanyakan tentang diri, bukan memberontak atau merusak.

D. WAYANG BEBER

Page 8: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

10

Wayang beber adalah wayang yang muncul dan berkembang di jawa pada masa pra-Islam dan masih berkembang daerah-daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran-lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh-tokoh dalam cerita wayang, baik Mahabharata maupun Ramayana.

Konon, wayang beber ini dimodifikasi bentuk oleh para wali menjadi wayang kulit dengan bentuk-bentuk yang bersifat ornament yang dikenal sekarang. Kata para wali, ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar mahluk hidup (manusia dan hewan). Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang dipergunakan untuk menyebarkan ajaran islam dan yang kita kenal sekarang.

Yang menarik, wayang beber yang pertama (yang masih asli) sampai sekarang bisa dilihat. Wayang beber yang asli ini bisa dilihat di daerah Donorojo, Pacitan. Wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda. Sebab, ada sebuah amanat luhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan, sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masih dimainkan di dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karang mojo, Gunungkidul.

E. WAYANG GUNG Wayang gung adalah sejenis kesenian wayang orang pada suku banjar di

Kalimantan Selatan. F. WAYANG TIMPLONG Wayang timlpong merupakan kesenian tradisional yang konon mulai ada

sejak tahun 1910 dari dusun Kedung Bajul, Desa Jetis, Kecamatan Pace, Provinsi Jawa Timur. WAyang ini terbuat dari kayu, baik kayu waru, mentaos, maupun pinus.

Wayang ini menarik karena menggunakan instrument gamelan sebagai musik pengiring. Sangat sederhana, yaitu hanya terdiri dari gambang yang terbuat dari kayu atau bamboo, ketuk kenong, kempul dan kendang.

G. WAYANG POTEHI Wayang potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Wayang

ini merupakan salah satu kesenian kebudayaan gabungan Tionghoa-Indonesia. Potehi berasal dari kata poo (kain), tay (kantung), dan hie (wayang). Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya jenis wayang lain. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3000 tahun dan berasal dari daratan Cina asli.

Diperkirakan, jenis kesenian ini sudah ada pada masa Dinasti Jin, yaitupad abad ke-3 sampai dengan abad ke-5 Masehi dan berkembang pada masa Dinasti Song di abad ke-10 hingga ke-13 masehi. Wayang potehi masuk ke Indonesia (dulu nusantara) melalui orang-orang Tionghoa yang masuk ke Indonesia di sekitar abad ke-16 sampai abad ke-19. Bukan sekedar seni pertunjukan, wayang potehi, bagi keturunan Tiong Hoa, memiliki fungsi social serta ritual. Tidak berbeda dengan wayang-wayang lain di Indonesia.

Alat musik wayang potehi terdiri atas gambreng, sulibng, gwik gim (gitar), rebab, tambur, terompet, dan bek to. Alat terakhir ini berbentuk silinder sepanjang lima sentimeter, mirip kentongan kecil penjual bakmi,

Page 9: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

11

yang jika salah pukul tidak akan mengelurakan bunyi trok-trok seperti seharusnya.

H. WAYANG GAMBUH wayang Gambuh adalah salah satu jenis wayang Bali yang langka, pada

dasarnya adalah pertunjukkan wayang kulit yang melakonkan ceritera Malat, speerti wayang panji ynag ada di Jawa. Karena lakon dan pola acuan pertunjukan adalah Dramatari gambuh, maka dalam banyak hal wayang Gambuh merupakan pementasan Gambuh melalui wayang kulit. Tokoh-tokoh yang ditampilakn ditransfer dari tokoh-tokoh Pegambuhan, demikian pula gamelan pengiring dan bentuk-betuk ucapannya.

Konon, perangkat wayang Gambuh yang kini tersimpan di Blahbatuh adalah pemberian dari raja Mengwi yang bergelar I Gusti Agung Sakti Blambangan, yang membawa wayang dari tanah Jawa (Blambangan) setelah menaklukan raja Blambangan sekitar tahun 1634. Alamarhum I Ketut Rinda adalah salah satu wayang Gambuh angkatan terakhir yang sebelum meninggal sempat menurunkan kaehliannya kepada I Made Sidja dari (Bona) dan I Wayang Nartha (Dari Sukawati).

I. WAYANG ORANG Wayang orang adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan

orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa).

Sesuai dengan sebutannya, wayang tersebut tidak lagi digelar dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemaiin wayang orang ini diubah atau dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.

Pertunjukkan wayang orang masih ada saat ini, salah satunya wayang orang barata (dikawasan Pasar Senin, Jakarta), Taman Mini Indonesia Indah, Taman Sriwedari Solo, dan lain-lain.

J. WAYANG KULIT GAGRAG BANYUMASAN Wayang kulit gagrag banyumasan merupakan salah satu gaya

pedalangan di tanah Jawa. Wayang ini lebih dikenal dngan istilah pakeliran, dan berperan sebagai bentuk seni klanengan serta dijadikan wahana untuk mempertahankan nilai etika, devosional, dan hiburan, yang kualitasnya selalu terjaga dan ditangani sungguh-sungguh oleh para pakar yang memahami benar. Pakeliran ini mencakup unsur-unsur lakon wayang (penyajian alur cerita dan maknanya), sabet (seluruh gerak wayang), catur (narasi dan cakapan), dan karawitan (gendhing, sulukan dan property, panggung).

Yang menarik, pakeliran gagarag banyumasan mempunyai nuansa kerakyatan yang kental, sebagaimana karakter masyarakatnya, yaitu jujur dan terus terang serta hidup dan berkembang di daerah Karesidenan

Page 10: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

12

Banyumas. Selain itu, wayang ini memiliki ekspresi yang indah dan sifatnya lebih bebas, sederhana, serta lugas dan mampu bertahan sampai saat ini.

K. WAYANG KULIT BANJAR Wayang kulit banjar adalah wayang kulit yang berkembang dalam

budaya suku Banjar di Kalimantan Selatan maupun di daerah perantauan suku seperti di Indragiri Hilir.

Konon, sejarah wayang ini dimulai dari pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Andayaningrat yang membawa serta seorang dalang wayang kulit bernama R. Sakar Sungsang lengkap debgan pengrawitnya. Pergelaran langsung (sesuai pakem tradisi Jawa) yang dimainkannya kurang dapat dinikmati oleh masyarakat Banjar, karena lebih banyak menggunakan idion-idion Jawa yang sulit dimengrti masyarakat setempat.

Menurut catatan sejarah, masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan Sejatinya telah mengenal pertunjukkan wayang kulit sekitar awal abad XIV. Pernyataan ini diperkuat karena pada kisaran tahun 1300 sampai dengan 1400, Kerajaan Majapahit telah menguasai sebagian wilayah Kalimantan (Tjilik Riwut, 1993), dan membawa serta menyebarkan pengaruh agama Hindu dengan jalan pertunjukkan wayang kulit.

K. WAYANG SIAM KELANTAN

Wayang siam kelantan adalah kesenian tradisional wayang yang populer di Kelantan, Malaysia. Wayang siam dimainkan oleh seorang dalang, didampingi oleh delapan orang pemain musik. Wayang siam dimainkan dalam bahasa Melayu logat Kelantan.

Asal wayang siam tidak jelas. beberapa bukti menunjukkan kesenian ini berasal dari Jawa, terlihat dari istilah-istilah panggung yang berasal dari bahasa Jawa. Namin, munurut para dalang di Kelantan, waayng siam berasal dari Patani, yang sekarang menjadi wilayah Thailand. Itulah sebabnya kesenian ini diberi nama wayang siam.

Kisah yang ditampilkan dalam kesenian wayang siam, didasarkan pada versi cerita rakyat Melayu dari Ramayana, Cerita Maharaja Wana. Nama Wana adalah versi melayuy dari Rahwana. Kisah ini berbeda dari versi dalam satra Melayu, Hikayat Seri Rama.

Perlu diketahui, di Kelantan terdapat pula jenis kesenian wayang lain, yang disebut sebagai wayang Jawa. Seperti namanya, wayang Jawa tidak lebih dari versi Kelantan dari wayang Purwa, namun ditampilkan dalam logat Kelantan. Wayang Jawa merupakan kesenian istana, berbeda dengan wayang siam yang merupakan kesenian rakyat.

BAB III SEKILAS CERITA DAN TOKOH WAYANG A. PUNAKAWAN

Punakawan adalah sebutan umum untuk para pengikut ksatriya dalam khasanah kesusastraan Indonesia, terutama di Jawa. Pada umumnya para panakawan ditampilkan dalam pementasan wayang, baik itu wayang kulit, wayang golek, ataupun wayang orang sebagai kelompok penebar humor untuk mencairkan suasana. Namun di samping itu, para panakawan juga

Page 11: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

13

berperan penting sebagai penasihat nonformal ksatriya yang menjadi asuhan mereka.

1. Peran Punakawan Istilah punakawan berasal dari kata pana yang bermakna "paham", dan kawan yang bermakna "teman". Maksudnya ialah, para panakawan tidak hanya sekadar abdi atau pengikut biasa, namun mereka juga memahami apa yang sedang menimpa majikan mereka. Bahkan seringkali mereka bertindak sebagai penasihat majikan mereka tersebut. Hal yang paling khas dari keberadaan panakawan adalah sebagai kelompok penebar humor di tengah-tengah jalinan cerita. Tingkah laku dan ucapan mereka hampir selalu mengundang tawa penonton. Selain sebagai penghibur dan penasihat, adakalanya mereka juga bertindak sebagai penolong majikan mereka di kala menderita kesulitan. Misalnya, Sewaktu Bimasena kewalahan menghadapi Sangkuni dalam perang Baratayuda, Semar muncul memberi tahu titik kelemahan Sangkuni. Dalam percakapan antara para panakawan tidak jarang bahasa dan istilah yang mereka pergunakan adalah istilah modern yang tidak sesuai dengan zamannya. Namun hal itu seolah sudah menjadi hal yang biasa dan tidak dipermasalahkan. Misalnya, dalam pementasan wayang tokoh Petruk mengaku memiliki mobil atau handphone, padahal kedua jenis benda tersebut tentu belum ada pada zaman pewayangan. 2. Tokoh-Tokoh Punakawan wayang versi Jawa, antara lain

sebagai berikut : a. Semar : atau bernama lengkap Kyai Lurah Semar

Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa. Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439. Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang. Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya

Page 12: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

14

Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala. Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.

b. Gareng : Nama lengkap dari Gareng sebenarnya adalah Nala Gareng, hanya saja masyarakat sekarang lebih akrab dengan sebutan “Gareng”. Gareng adalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul. Dalam suatu carangan Gareng pernah menjadi raja di Paranggumiwayang dengan gelar Pandu Pragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan Prabu Welgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu Petruk. Dulunya, Gareng berujud satria tampan bernama Bambang Sukodadi dari pedepokan Bluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para satria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua satria yang baru saja berkelahi itu. Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah Karang Kadempel, titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari Semar.

c. Petruk : Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, di pihak keturunan/trah Witaradya.

Page 13: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

15

Petruk tidak disebutkan dalam kitab Mahabarata. Jadi jelas bahwa kehadirannya dalam dunia pewayangan merupakan gubahan asli Jawa. Di ranah Pasundan, Petruk lebih dikenal dengan nama Dawala atau Udel. Menurut pedalangan, ia adalah anak pendeta raksasa di pertapaan dan bertempat di dalam laut bernama Begawan Salantara. Sebelumnya ia bernama Bambang Pecruk Panyukilan. Ia gemar bersenda gurau, baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi. Ia seorang yang pilih tanding/sakti di tempat kediamannya dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu ia ingin berkelana guna menguji kekuatan dan kesaktiannya. Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi dari pertapaan Bluluktiba yang pergi dari padepokannya di atas bukit, untuk mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka berkelahi sangat lama, saling menghantam, bergumul, tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi cacat dan berubah sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Perkelahian ini kemudian dipisahkan oleh Smarasanta (Semar) dan Bagong yang mengiringi Batara Ismaya. Mereka diberi petuah dan nasihat sehingga akhirnya keduanya menyerahkan diri dan berguru kepada Smara/Semar dan mengabdi kepada Sanghyang Ismaya. Demikianlah peristiwa tersebut diceritakan dalam lakon Batara Ismaya Krama. Karena perubahan wujud tersebut masing-masing kemudian berganti nama. Bambang Pecruk Panyukilan menjadi Petruk, sedangkan Bambang Sukodadi menjadi Gareng.

d. Bagong : Ki Lurah Bagong adalah nama salah satu tokoh punakawan dalam kisah pewayangan yang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu Semar. Dalam pewayangan Sunda juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan Bagong, yaitu Cepot atau Astrajingga. Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah anak tertua Semar. Dalam wayang banyumasan Bagong lebih dikenal dengan sebutan Bawor. Beberapa versi menyebutkan bahwa, sesungguhnya Bagong bukan anak kandung Semar. Dikisahkan Semar merupakan penjelmaan seorang dewa bernama Batara Ismaya yang diturunkan ke dunia bersama kakaknya, yaitu Togog atau Batara Antaga untuk mengasuh keturunan adik mereka, yaitu Batara Guru. Togog dan Semar sama-sama mengajukan permohonan kepada ayah mereka, yaitu Sanghyang Tunggal, supaya masing-masing diberi teman. Sanghyang Tunggal ganti mengajukan pertanyaan berbunyi, siapa kawan sejati

Page 14: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

16

manusia. Togog menjawab "hasrat", sedangkan Semar menjawab "bayangan". Dari jawaban tersebut, Sanghyang Tunggal pun mencipta hasrat Togog menjadi manusia kerdil bernama Bilung, sedangkan bayangan Semar dicipta menjadi manusia bertubuh bulat, bernama Bagong. Versi lain menyebutkan, Semar adalah cucu Batara Ismaya. Semar mengabdi kepada seorang pertapa bernama Resi Manumanasa yang kelak menjadi leluhur para Pandawa. Ketika Manumanasa hendak mencapai moksha.

B. RAMAYANA Ramayana dari berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa yang berarti

"Perjalanan Rama", adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata.Ramayana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini.Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna.

1. Ringkasan Cerita : Wiracarita Ramayana menceritakan kisah Sang Rama yang memerintah di Kerajaan Kosala, di sebelah utara Sungai Gangga, ibukotanya Ayodhya. Sebelumnya diawali dengan kisah Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Dari Dewi Kosalya, lahirlah Sang Rama. Dari Dewi Kekayi, lahirlah Sang Bharata. Dari Dewi Sumitra, lahirlah putera kembar, bernama Lakshmana dan Satrugna. Keempat pangeran tersebut sangat gagah dan mahir bersenjata. Pada suatu hari, Rsi Wiswamitra meminta bantuan Sang Rama untuk melindungi pertapaan di tengah hutan dari gangguan para rakshasa. Setelah berunding dengan Prabu Dasarata, Rsi Wiswamitra dan Sang Rama berangkat ke tengah hutan diiringi Sang Lakshmana. Selama perjalanannya, Sang Rama dan Lakshmana diberi ilmu kerohanian dari Rsi Wiswamitra. Mereka juga tak henti-hentinya membunuh para rakshasa yang mengganggu upacara para Rsi. Ketika mereka melewati Mithila, Sang Rama mengikuti sayembara yang diadakan Prabu Janaka. Ia berhasil memenangkan sayembara dan berhak meminang Dewi Sita, puteri Prabu Janaka. Dengan membawa Dewi Sita, Rama dan Lakshmana kembali pulang ke Ayodhya. Prabu Dasarata yang sudah tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas permohonan Dewi Kekayi, Sang Prabu dengan berat hati menyerahkan tahta kepada Bharata sedangkan Rama harus meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Bharata menginginkan Rama sebagai penerus tahta, namun Rama menolak dan menginginkan hidup di hutan bersama istrinya dan Lakshmana. Akhirnya Bharata memerintah Kerajaan Kosala atas nama Sang Rama. Dalam masa pengasingannya di hutan, Rama dan Lakshmana bertemu dengan berbagai rakshasa, termasuk Surpanaka. Karena Surpanaka

Page 15: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

17

bernafsu dengan Rama dan Lakshmana, hidungnya terluka oleh pedang Lakshmana. Surpanaka mengadu kepada Rawana bahwa ia dianiyaya. Rawana menjadi marah dan berniat membalas dendam. Ia menuju ke tempat Rama dan Lakshmana kemudian dengan tipu muslihat, ia menculik Sinta, istri Sang Rama. Dalam usaha penculikannya, Jatayu berusaha menolong namun tidak berhasil sehingga ia gugur. Rama yang mengetahui istrinya diculik mencari Rawana ke Kerajaan Alengka atas petunjuk Jatayu. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Sugriwa, Sang Raja Kiskindha. Atas bantuan Sang Rama, Sugriwa berhasil merebut kerajaan dari kekuasaan kakaknya, Subali. Untuk membalas jasa, Sugriwa bersekutu dengan Sang Rama untuk menggempur Alengka. Dengan dibantu Hanuman dan ribuan wanara, mereka menyeberangi lautan dan menggempur Alengka. Rawana yang tahu kerajaannya diserbu, mengutus para sekutunya termasuk puteranya – Indrajit – untuk menggempur Rama. Nasihat Wibisana (adiknya) diabaikan dan ia malah diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Indrajit melepas senjata nagapasa dan memperoleh kemenangan, namun tidak lama. Ia gugur di tangan Lakshmana. Setelah sekutu dan para patihnya gugur satu persatu, Rawana tampil ke muka dan pertarungan berlangsung sengit. Dengan senjata panah Brahmāstra yang sakti, Rawana gugur sebagai ksatria. Setelah Rawana gugur, tahta Kerajaan Alengka diserahkan kepada Wibisana. Sita kembali ke pangkuan Rama setelah kesuciannya diuji. Rama, Sita, dan Lakshmana pulang ke Ayodhya dengan selamat. Hanuman menyerahkan dirinya bulat-bulat untuk mengabdi kepada Rama. Ketika sampai di Ayodhya, Bharata menyambut mereka dengan takzim dan menyerahkan tahta kepada Rama.

2. Tokoh-Tokoh Sentral dalam cerita Ramayana mencakup : a. Rama : Dalam agama Hindu, Rama (atau Ramacandra )

adalah seorang raja legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang disebut Ramayana, tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.

b. Sita : Sita (Sītā, juga dieja Shinta) adalah tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana. Ia merupakan istri dari Sri Rama, tokoh utama kisah tersebut. Menurut pandangan

Page 16: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

18

Hindu, Sita merupakan inkarnasi dari Laksmi, dewi keberuntungan, istri Dewa Wisnu. Inti dari kisah Ramayana adalah penculikan Sita oleh Rahwana raja Kerajaan Alengka yang ingin mengawininya. Penculikan ini berakibat dengan hancurnya Kerajaan Alengka oleh serangan Rama yang dibantu bangsa Wanara dari Kerajaan Kiskenda. Dalam tradisi pewayangan Jawa, Sita lebih sering dieja dengan nama Shinta.

c. Rahwana : Dalam mitologi Hindu, Rahwana (kadangkala dialihaksarakan sebagai Raavana dan Ravan atau Revana) adalah tokoh utama yang bertentangan terhadap Rama dalam Sastra Hindu, Ramayana. Dalam kisah, ia merupakan Raja Alengka, sekaligus Rakshasa atau iblis, ribuan tahun yang lalu. Rawana dilukiskan dalam kesenian dengan sepuluh kepala, menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan dalam Weda dan sastra. Karena punya sepuluh kepala ia diberi nama "Dasamukha" (bermuka sepuluh), "Dasagriva" (berleher sepuluh) dan "Dasakanta" (berkerongkongan sepuluh). Ia juga memiliki dua puluh tangan, menunjukkan kesombongan dan kemauan yang tak terbatas. Ia juga dikatakan sebagai ksatria besar.

C. MAHABHARATA Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh

Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.

Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.

Tokoh-Tokoh Sentral dalam cerita Mahabharata mencakup

a. Pandawa : Pandawa adalah sebuah kata dari bahasa Sanskerta, yang secara harfiah berarti anak Pandu , yaitu salah satu Raja Hastinapura dalam wiracarita Mahabharata. Dengan demikian, maka Pandawa merupakan putra mahkota kerajaan tersebut. Dalam wiracarita Mahabharata, para Pandawa adalah protagonis sedangkan antagonis adalah para Korawa, yaitu putera Dretarastra, saudara ayah mereka (Pandu). Menurut susastra Hindu (Mahabharata), setiap

Page 17: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

19

anggota Pandawa merupakan penjelmaan (penitisan) dari Dewa tertentu, dan setiap anggota Pandawa memiliki nama lain tertentu. Misalkan nama "Werkodara" arti harfiahnya adalah "perut serigala". Kelima Pandawa menikah dengan Dropadi yang diperebutkan dalam sebuah sayembara di Kerajaan Panchala, dan memiliki (masing-masing) seorang putera darinya.. Para Pandawa merupakan tokoh penting dalam bagian penting dalam wiracarita Mahabharata, yaitu pertempuran besar di daratan Kurukshetra antara para Pandawa dengan para Korawa serta sekutu-sekutu mereka. Kisah tersebut menjadi kisah penting dalam wiracarita Mahabharata, selain kisah Pandawa dan Korawa main dadu. Pandawa terdiri dari : 1. Yudistira Yudistira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama dan lahir dari Kunti. Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan Dhramasuta (putera Dharma), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Kurukshetra berakhir dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukan kerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan surga. 2. Bima Bima merupakan putra kedua Kunti dengan Pandu. Nama bhimā dalam bahasa Sansekerta memiliki arti "mengerikan". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala dan pandai memasak. Bima juga gemar makan sehingga dijuluki Werkodara. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam pertempuran akbar di Kurukshetra. Ia memiliki seorang putera dari ras rakshasa bernama Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur. Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya,

Page 18: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

20

Yudistira. Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung Himalaya. Di sana ia meninggal dan mendapatkan surga. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya yang lain selain Gatotkaca ialah Antareja dan Antasena. 3. Arjuna Arjuna merupakan putra bungsu Kunti dengan Pandu. Namanya (dalam bahasa Sansekerta) memiliki arti "yang bersinar", "yang bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai ksatria terbaik oleh Drona. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di Kurukshetra. Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara Rajasuya yang diselenggarakan Yudistira); Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa Indra saat berada di surga); Partha (putera Kunti – karena ia merupakan putra Perta alias Kunti). Dalam pertempuran di Kurukshetra, ia berhasil memperoleh kemenangan dan Yudistira diangkat menjadi raja. Setelah Yudistira mangkat, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan duniawai. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai surga. 4. Nakula Nakula merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Sadewa, yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Nakula pandai memainkan senjata pedang. Dropadi berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas permohonan Yudistira. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengasuh kuda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga. 5. Sadewa

Page 19: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

21

Sadewa merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakula, yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Yudistira pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Brihaspati, guru para Dewa. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengembala sapi. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.

b. Kurawa : Korawa atau Kaurawa adalah istilah dalam bahasa Sanskerta yang berarti "keturunan (raja) Kuru." Dalam budaya pewayangan Jawa, istilah ini merujuk kepada kelompok antagonis dalam wiracarita Mahabharata, sehingga Korawa adalah musuh bebuyutan para Pandawa. Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Gandari, istri Dretarastra, menginginkan putra. Kemudian Gandari memohon kepada Byasa, seorang pertapa sakti, dan beliau mengabulkannya. Gandari menjadi hamil, namun setelah lama ia mengandung, putranya belum juga lahir. Ia menjadi cemburu kepada Kunti yang sudah memberikan Pandu tiga orang putera. Gandari menjadi frustasi kemudian memukul-mukul kandungannya. Setelah melalui masa persalinan, yang lahir dari rahimnya hanyalah segumpal daging. Byasa kemudian memotong-motong daging tersebut menjadi seratus bagian dan memasukkannya ke dalam guci, yang kemudian ditanam ke dalam tanah selama satu tahun. Setelah satu tahun, guci tersebut dibuka kembali dan dari dalam setiap guci, munculah bayi laki-laki. Yang pertama muncul adalah Duryodana, diiringi oleh Dursasana, dan saudaranya yang lain. Seluruh putra-putra Dretarastra tumbuh menjadi pria yang gagah-gagah. Mereka memiliki saudara bernama Pandawa, yaitu kelima putra Pandu, saudara tiri ayah mereka. Meskipun mereka bersaudara, Duryodana yang merupakan saudara tertua para Korawa, selalu merasa cemburu terhadap Pandawa, terutama Yudistira yang hendak dicalonkan menjadi raja di Hastinapura. Perselisihan pun timbul dan memuncak pada sebuah pertempuran akbar di Kurukshetra. Setelah pertarungan sengit berlangsung selama delapan belas hari, seratus putera Dretarastra gugur, termasuk cucu-

Page 20: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

22

cucunya, kecuali Yuyutsu, putra Dretarastra yang lahir dari seorang dayang-dayang. Yang terakhir gugur dalam pertempuran tersebut adalah Duryodana, saudara tertua para Korawa. Sebelumnya, adiknya yang bernama Dursasana yang gugur di tangan Bima. Yuyutsu adalah satu-satunya putra Dretarastra yang selamat dari pertarungan ganas di Kurukshetra karena memihak para Pandawa dan ia melanjutkan garis keturunan ayahnya, serta membuatkan upacara bagi para leluhurnya.

BAB IV WAYANG DI ERA GLOBALISASI

Dalam era globalisasi saat ini, tantangan untuk mempertahankan eksistensi wayang terasa semakin berat. Maraknya budaya barat yang masuk ke Indonesia secara halus menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan seni pagelaran wayang. Ditambah lagi menjamurnya media televis, radio, computer, bahkan internet, tentu jika wayang tidak memiliki daya hibur yang tinggi dan disajikan dengan kreatif mengikuti perkembangan zaman, lama-lama akan sulit mencari penggemar.

Di sinilah seni pewayangan mengalami tantangan yang berat. Sebab jika seni wayang hanya mengandalkan hiburan saja tanpa dibarengi dengan makna yang dapat digali di dalamnya, bisa dipastikan akan tergerus dan diabaikan oleh generasi muda sekarang. Sebab, jika ditilik dari segi hiburan, musik-musik zaman sekarang ataupun permainan-permaina, yang beredar saat ini, jelas lebih menarik dinamdingkan wayang.

Oleh karena itu, dalam hiburan wayang, tak hanya menyajikan hiburan semata. Ada banyak hal yang bisa digali dari seni wayang. jika boleh dikata, yang menjadikan seni pewayangan bisa tetap eksis di tengah era globalisasi yang begitu kencang adalah sesuatu yang dapat diandalkan dari seni pewayangan ini. Misalnya dalam seni pewayangan ada nilai-nilai tradisional yang positif dan dapat terus dipertahankan dan dikembangkan, sekaligus mencegah atau mengurangi berkembangnya nilai-nilai baru yang negatif. Dengan kata lain, wayang itu sejatinya memiliki fungsi ganda. Dalam pagelaran wayang, ada hiburan yang dapat dinikmati, ada pendidikan yang bisa dipelajari, ada nilai moral yang perlu diambil, ada nilai kemanusiaan yang perlu ditiru, dan ada nilai spiritual yang perlu diterjemahkan.

Lebih dari itu, wayang sebagai salah satu media komunikasi pembangunan merupakan langkah yang sangat positif dan bijaksana.

Pertama; wayang berfungsi mengembangkan dan melestarikan warisan nilai budaya nenek moyang bangsa. Apalagi, jika diingat bahwa kemajuan yang sangat pesat dalam bidang teknologi dan informasi telah melahirkan berbagai kecenderungan baru dalam kehidupan masyarakat saat ini.

Page 21: Bab 2 Data dan Analisa 2.1.1 a. “ Buku Pintar Wayang”thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00154-ds bab 2.pdf · 2.2 Naskah Buku BAB 1 Mengenal Wayang ... Bahasa yang digunakan

23

Kedua; wayang sebagai suatu bentuk kesenian tradisional telah berakar kuat dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, maka ia relatif memiliki kedekatan-kedekatan nilai, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dengan masyarakat setempat. Sebagai kesenian tradisional, wayang pun relatif memiliki kapasitas tinggi tuntuk ‘dititipi’ pesan-pesan pembangunan, sehingga eksistensinya sebagai media komunikasi tidak hanya pelengkap, melainkan mitra sejajar dari berbagai media komunikasi modern yang selama ini digunakan, baik elektronik maupun cetak.

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kualitas dalang, tampaknya para dalang perlu diberi kesempatan yang lebih luas untuk melakukan pergelaran secara berkesinambungan dengan dukungan dari pemerintah. Sebab, tanpa dukungan pemerintah, seni pewayangan akan mengalamai kseulitan dalam melebarkan sayapnya.

Karenanya, penyediaan berbagai sarana dan prasarana seperti gedung pertunjukan yang representatif dengan biaya sewa yang relatif murah, akan sangat membantu terlaksananya usaha tersebut. Kesempatan lain bagi para dalang untuk memperlihatkan dan meningkatkan kreasi dan ketrampilannya adalah arena festival, seperti Festival Greget Dalang yang pernah diadakan di Solo, di mana para dalang dapat berkompetisi secara sehat dengan dalang-dalang lainnya serta tanggap dan bisa mengikuti perkembangan yang terjadi.

Dalang-dalang yang berkualitas diharapkan mampu tampil sebagai komunikator yang tangguh dan siap menjawab tantangan perkembangan zaman. Mereka haruslah terus diberikan ruang yang seluas-luasnya. Sebab, dalang-dalang berkualitas merupakan ujung tombak untuk menegaskan citra pagelaran wayang dalam rangka menjawab era globalisasi yang terus berjalan ini. Sebab, tanpa dalang yang kreatif dan selalu meng-update wawasan, seni pewayangan barangkali akan mudah tergerus oleh hiburan modern yang semakin akut seperti seperti yang kita lihat belakangan ini.

Lebih menarik lagi, adanya suatu forum dialog yang bisa dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, baik yang berupa seminar, sarasehan, lokakarya, ataupun yang lainnya menjadi sesuatu yang penting untuk menjaga kelestarian wayang. Sebab, dalam kesempatan tersebut, para praktisi bisa dipertemukan, teoritisi juga peminat dan pencinta wayang pun bertukar pikiran, sehingga berbagai masukan untuk pengembangan dan pelestarian seni pewayangan dapat mudah diwujudkan.

Nah, usaha-usaha tersebut merupakan pekerjaan besar, yang tentu saja memerlukan proses panjang. Perlu adanya komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak yang berkepentingan, baik dari pemerintah maupun para pendukung pergelaran wayang (niyaga, pesinden, dan teutama dalang). Dengan adanya komitmen dan kerja sama ini, diharapkan wayang, sebagai salah satu warisan budaya nasional, dapat terus dipelihara dan dipertahankan eksistensinya, sehingga bisa menjadi seni tonton sekaligus tuntunan yang tak lekang oleh zaman.