Bab 2 Blok 10 Sk 5 Gtp

60
BAB 2 GIGI TIRUAN PENUH 2.1. Analisis Kasus 2.1.1. Pemeriksaan Klinis 1. Pemeriksaan Subjektif Anamnsesis yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan tanya jawab. Cara ini umumnya dilakukan untuk mencari riwayat penyakit dan data pribadi pasien dan keluarga. Beberapa hal yang ditanyai dalam anamnesis antara lain: 1. Daftar pribadi (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,dll) 2. Data kesehatan umum - Penyakit sistemik, misalnya hipertensi diabetes mellitus. - obat yang digunakan. - kebiasaan pasien untuk mengontrol kesehatannya. 3. Data jenis kesehatan gigi mulut - Jenis penyakit yang ada atau sedang diderita - Riwayat hilangnya gigi - Kebiasaan jelek,misalnya mengunyah satu sisi atau bruksism - Apakah pernah memakai gigi tiruan, jika pernah bagaimana keluhan - keluhan gigi tiruan yang lama. - Frekuensi kunjungan ke dokter gigi - Keinginan khusus tentang gigi tiruannya.

description

fkg

Transcript of Bab 2 Blok 10 Sk 5 Gtp

BAB 2

GIGI TIRUAN PENUH

2.1. Analisis Kasus

2.1.1.Pemeriksaan Klinis

1. Pemeriksaan Subjektif

Anamnsesis yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan tanya jawab. Cara

ini umumnya dilakukan untuk mencari riwayat penyakit dan data pribadi pasien

dan keluarga.

Beberapa hal yang ditanyai dalam anamnesis antara lain:

1. Daftar pribadi

(nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,dll)

2. Data kesehatan umum

- Penyakit sistemik, misalnya hipertensi diabetes mellitus.

- obat yang digunakan.

- kebiasaan pasien untuk mengontrol kesehatannya.

3. Data jenis kesehatan gigi mulut

- Jenis penyakit yang ada atau sedang diderita

- Riwayat hilangnya gigi

- Kebiasaan jelek,misalnya mengunyah satu sisi atau bruksism

- Apakah pernah memakai gigi tiruan, jika pernah bagaimana keluhan

- keluhan gigi tiruan yang lama.

- Frekuensi kunjungan ke dokter gigi

- Keinginan khusus tentang gigi tiruannya.

- Perawatan yang ada atau yang sedang diterimanya.

2. Pemeriksaan Objektif

Terbagi dua:

1. Pemeriksaan ekstraoral

2. Pemeriksaan intraoral

Pada pemeriksaan objektif ini pemeriksaan dapat dilakukan dengan :

1. Melihat

2. Palpasi

3. Perkusi

4. Sonde

5. Termis

6. Roentgen foto

Pemeriksaan ekstraoral

Pemeriksaan ekstraoral meliputi pemeriksaan terhadap:

1. Bentuk muka/wajah dilihat dari arah depan:

- Oval/ovoid

- Persegi/square

- Lonjong/tapering

2. Dilihat dari arah samping

- Cembung

- Lurus

- Cekung

3. Bentuk bibir

-  Panjang, pendek

-  Normal

-  Tebal,tipis

- Flabby

4. Sendi Rahang

-  Menggeletuk

-  Krepitasi

-  Sakit

Pemeriksaan intraoral

Pemeriksaan intraoral meliputi pemeriksaan terhadap gigi, antara lain:

1. Gigi yang hilang

2. Keadaan gigi yang tinggal:

-   Gigi yang mudah terkena karies

-   Banyaknya tambalan pada gigi

-   Mobilitas gigi

-   Elongasi

-  Malposisi

-  Atrisi

Jika dijumpai adanya kelainan gigi yang mengganggu pada pembuatan gigi tiruan,

maka sebaiknya gigi-gigi tersebut dicabut.

3. Oklusi: diperhatikan hubungan oklusi gigi atas dengan gigi bawah yang ada,

apakah hubungan Angle Kelas I, II, III.

4. Adanya overclosedocclusion pada gigi depan dapat disebabkan antara lain

karena:

- Erupsi yang tidak teratur.

- Kehilangan gigi posterior dalam waktu yang lama.

- Atrisi gigi geligi.

Overclosed occlusion dapat menyebabkan:

1. Angular cheilosis

2. Disfungsi TMJ

3. Spasme otot kunyah

5. Warna gigi

Warna gigi pasien harus dicatat sewaktu akan membuat gigi tiruan sebagian

lepasan, terutama pada pembuatan gigi tiruan di daerah anterior untuk

kepentingan estetis.

6.  Oral Hygiene

- Adanya karang gigi

- Adanya akar gigi tertinggal

- Adanya gigi yang karies

- Adanya peradangan pada jaringan lunak, misalnya gingivitis.

7.  Resesi gingival

Terutama pada gigi tiruan sebagian lepasan yang dilihat untuk gigi

penyangga dari gigi tiruan tersebut.

- Pemeriksaan terhadap mukosa/ jaringan lunak yang menutupi tulang

alveolar,seperti:

1. Inflamasi

2. Keras/ lunak.

- Pemeriksaan terhadap bentuk tulang alveolar; bentuk U atau V, datar, sempit,

luas

- Pemeriksaan ruang antar rahang

1. Besar , dapat disebabkan karena pencabutan yang terlalu lama.

2. Kecil, dapat disebabkan karena elongasi

3. Cukup, minimal jaraknya 5 mm

-  Pemeriksaan torus:

1. Pada palatum, disebut torus paltina

2. Pada mandibula disebut torus mandibula

Torus ini bila mengganggu pada pembuatan gigi tiruan harus dibuang.

-  Pemeriksaan jaringan pendukung gigi

Pemeriksaan terhadap frenulum, apakah perlekatannya tinggi atau rendah

sampai     puncak tulang alveolar.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiograf

Berfungsi sebagai informasi tambahan bagi pemeriksan klinis. Dapat diketahui

adanya:

1. Kualitas tulang pendukungdari gigi penyangga

2. Gigi yang terpendam, sisa-sisa akar

3. Kista

4. Kelainan periapikal

5. Resorpsi tulang

6. Sklerosis

Pemeriksaan  Laboratorium

1. Penyakit tulang

Tingkat kalsium dan fofsor dalam serum darah dan urin dan serum enzim da

alkalin fosfat melibatkan penyakit tulang.

a. Normal kalsium dalam darah 8,9-10,1 mg/dl dan diseimbangkan oleh beberapa

faktor. Hormon paratiroid (PTH) mempengaruhi keseimbangan kalsium dalam

ginjal, tulang, intestinal, dan kelenjar laktasid mammary. Jika sirkulasi PTH

secara abnormal tinggi, maka resiko terhadap osteoporosis.

b. Normal Fosfor dalam darah 2,5-2,4 mg/dl. Tingginya fosfor diasosiasikan

dengan hiperparatyroidisme dan juga bisa dikaitkan dengan penyebab kanker.

2. Hematology

Pemeriksaan ini berfungsi untuk:

-         kapisitas daya angkut oksigen

-         identifikasi elemen selular

-         analisis mekanisme pembekuan darah

penjelasan beberapa komponen dalam darah:

a. Hemoglobin

Normal laki-laki 14-17 g/dl

Normal perempuan 12-15 g/dl

b. Hematokrit

Normal laki-laki 42-54 %

Normal perempuan 38-46 %

c. Eritrosit

Normal laki-laki 4,5-6,2 million/mm3

Normal perempuan 4,2-5,4 million/mm3

d. Leukosit

Normal 4100-10900/mm3

e. Glukosa dalam darah

Normal 70-100mmg/dl (puasa)

jika terjadi peningktan maka terjadi DM atau penyakit lever kronik

3. Urinalisis

Yang dianalisis adalah :

a. Warna

Normal urin berwarna kuning bersih. Jika berwarna merah, coklat, atau hitam

menunjukkan adanya konsistensi darah pada beberapa tahap fisiologis

abnormal pada urine.

b. PH

Normal PH 4,8-8,0

c. Gravity spesifik

Normal 1003-1026. kapasitas fungsional ginjal ditentukan oleh kemampuannya

untuk mecairkan atau konsentrasi urin.

Temuan mikroskopik :

a. Gula

Normalnya tidak ada gula dalam urin. Jika ada maka pasien menderita DM.

b. Keton

Memproduksi metabolisme lemak. Ada dalam urin pasien yang menderita busung

lapar, dehidrasi, atau acidosis saat mengalami DM.

c. Protein

`     Tidak biasa terdapat dalam urin, tapi normal ada pada saat sedang hamil.

1. Pemeriksaan dan tes lainnya

2. Tes serology

Untuk konfirmasi penyakit kelamin, seperti sifilis.

1. Tes patch (kulit)

Biasanya digunakan untuk mengetahui atau membuktikan adanya alergi dalam

pemakaian basis material. Kontak lokal dermatitis biasanya terjadi antara 24-48

jam setelah aplikasi material.

Bolender, Zarb. Prosthodontic Treatment for Edentelous Patient. Twelfth

Edition.Elsevier Saunders.

2.1.2.Diagnosis

Kehilangan semua gigi yang memerlukan rehabilitasi GTP dengan bahan akrilik.

2.1.3.Rencana Perawatan

Preprostetik : Ekstraksi radiks

Prostetik : GTP

2.1.4.Prognosis

Baik, dengan beberapa pertimbangan yaitu :

- Tinggi tulang alveolar

- Tahanan jaringan

- Vestibulum

- Serta Ibu UUD juga memiliki keinginan yang kuat untuk memakai Gigi

Tiruan

2.2. Gigi Tiruan Penuh

2.2.1.Jenis-jenis

2.2.2.Komponen

2.2.3. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi

− Pasien tanpa gigi

− Gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan

− Gigi yang tersisa tidak dapat mendukung suatu gigi tiruan lepasan,

dan tidak menerima alternatif lain yang tersedia.

− Pasien menolak alternatif perawatan lain yang direkomendasikan.

Kontraindikasi

− Masih terdapat alternatif yang tersedia

− Gangguan fisik dan mental yang berpengaruh pada kemampuan

kooperatif pasien pada saat pembuatan gigi tiruan dan untuk

menerima atau memakai gigi tiruan.

− Pasien yang hipersensitivitas terhadap bahan gigi tiruan.

− Pasien tidak berminat untuk menggantikan gigi yang hilang.

(Anonim) Chapter 52 Removable Prosthodontics. Ppt. USA. Elsevier science. 2003.

2.2.4.Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan :

- Mengembalikan fungsi oklusi, estetik, bicara serta mastikasi

- Kesehatan, gigi tiruan mendukung struktur otot dan wajah dan

mengurangi resorpsi tulang alveolar.

- Operator dapat mengontrol perubahan yang dilakukan

- Perubahan hubungan rahang yang bersama dengan jaringan

pendukung kemungkinan dimodif dan diperiksa dengan parameter

yang ideal.

Kekurangan :

- Kebersihan GTP

- GTP yang tidak pas dapat menimbulkan ketidaknyamanan, rasa

sakit dan kesulitan pada saat mengunyah.

(Anonim) Chapter 52 Removable Prosthodontics. Ppt. USA. Elsevier science. 2003.

2.2.5.Retensi dan Stabilisasi GTP

Cetakan yang cermat sesuai dengan permukaan mukosa jaringan

pendukung, penting sekali untuk stabilisasi terutama untuk melawan tekanan

dalam arah horizontal. Stabilisasi atau tekanan terhadap gerakan horizontal dan

berkurang dengan kurangnya tinggi prossesus alveolaris atau bertambahnya

jaringan mukosa yang mudah bergerak atau flabby.Kehilangan stabilisasi

menyebabkan gigitiruan bergerak bila menerima tekanan horizontal. Hal demikian

secara vertahap akan menyababkan kerusakn jaringan lunak dan perubahan tulang

dibawahnya.

Retensi adalah kekuatan yang menahan gigitiruan terhadap gaya yang

arahnya berlawanan dengan arah pemasangan. Retensi sangat dibutuhkan oleh

hubungan antara basis gigitiruan dengan jaringan pendukung dibawahnya. Kontak

yang rata dan baik antara basis gigitiruan dan mukosa sangat diperlukan untuk

retensi yang optimal.

2.2.6.Syarat GTP yang Baik

Kriteria gigi tiruan yang baik dan dapat dipasang ke dalam mulut pasien antara

lain:

Nyaman dipakai dan tidak meyebabkan trauma pada jaringan pendukung.

Permukaan luar gigi licin dan mengkilap

Gambaran gingival, papilla interdental, garus servikal dan gum stippling

terlihat jelas.

Batas-batas tepi basis dan sayap sesuai dengan batas-batas anatomis mulut

dan tidak tajam

Elemen gigi tiruan tersusun dengan teratur serta pemukaan oklusal

mengkilap

Permukaan yang menghadap ke mukosa tidak kasar

Kwan, sm hanjanti dan fardhaniah siti. Diktat kuliah prostodonti III . Jakarta. FK

UI . 2013.

2.3. Prosedur Pembuatan

2.3.1.Pencetakan Pendahuluan (Preleminary Edentulous Impressions)

Bahan mencetak : Hydrokoloid irreversible/alginate

Sendok mencetak : Stock tray yang berlubang dan tanpa sudut

Teknik mencetak : Mukostatis

Tujuan mencetak : untuk mendapatkan model studi dan mendapatkan

sendok cetak fisiologis

Sendok cetak siap pakai (Stock Tray)

Sendok jenis ini biasanya terbuat dari logam dan tersedia dalam ukuran

S,M,L dengan bentuk Ovoid, tapering , square. Sendok cetak harus dipilih dengan

ukuran lebih lebar atau besar kira-kira 4-5 mm dari ukuran rahang yang akan

dicetak supaya bahan cetak yang menempati bagian lateral cukup tebal dan tidak

akan mengalami perubahan bentuk.

Sendok cetak siap pakai dapat digolongkan menurut beberapa hal :

1. Menurut bagian rahang yang akan dicetak normal stok tray untuk

kehilangan gigi paradental, depressed anterior tray untuk kasus kelas I

kennedy dan sendok cetak untuk sebagian rahang. Sendok cetak untuk

rahang tak bergigi mempunyai bentuk khusus.

2. Menurut bahan cetak yang dipakai dikenal sendok cetak perforasi untuk

alginate, sendok cetak tak berpeforasi untuk impression compound dan

plaster of paris. Bila bahan yang akan digunakan adalah reversible

hydrokoloid digunakan sendok cetak dengan pendingin air (water cooled

tray).

Prosedur mencetak:

Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan

Instruksi pada pasien

Persiapan pasien seperti preparasi dan profilaksis, control saliva, dan

control pasien hipersensitif

Posisi pasien dan operator untuk rahang atas operator berada di belakang

kanan pasien, kepala pasien setinggi dada operator, mulut pasien setinggi

siku operator, dan kalau rahang bawah operator berada sebelah kanan

depan pasien, mulut pasien setinggi antara bahu dan siku operator

Try in sendok cetak ke mulut pasien

Aduk bahan cetak dengan perbandingan 1 : 2 hingga homogen (halus dan

mengkilat)

Masukkan bahan ke sendok cetak

Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien

Mengisi daerah undercut

Sentering

Mengangkat bibir atas atau menurunkan bibir bawah

Menekan sendok cetak, ditekan bagian tengah palatum supaya bahan

mengalir secara merata kemudian baru tekan bagian posterior dan anterior

Melepas sendok cetak dari rahang

Mengeluarkan sendok cetak dari dalam mulut

Evaluasi hasil cetakan anatomis:

Hasil cetakan tidak boleh poreus, robek atau terlipat

Hasil cetakan harus mencakup batas anatomis

Tepi cetakan harus bulat

Tepi sendok cetak tidak boleh terlihat

Semua bagian ridge dan daerah jaringan lunak sampai batas mukosa

bergerak dan tidak bergerak tercetak dengan baik

Pengecoran dengan dental stone (gips tipe III)

Robert W. Loney. Complete Denture Manual. Dalhouse University. 2009; p. 7-9

2.3.2.Pembuatan SCP dan Border Moulding

Membuat sendok cetak buatan

- Alat dan bahan: self curing akrilik, api spiritus, scalpel/lecron, bur, malam

merah

- Gambar 2 batas pada model studi dengan pensil yiatu batas untuk muscle

triming tepat difornik pada model dan batas untuk untuk sendok cetak

buatan yaitu 2 mm dari fornik.

- Selapis lembar malam merah diatas permukaan jaringan sebagai wax

spacer untuk bahan cetak

- Buat lobang pada malam di daerah molar dan caninus kiri atau kanan

untuk stop vertical

- Aduk resin akrilik dan letakkan adonan merata di atas malam dan lubang

stop vertical serta meliputi garis tepi

- Buat tangkai dari resin, untuk rahang atas cukup satu ditengah bagian

anterior dengan posisi tangkai kearah bawah supaya tidak mengganggu

pada saat muscle trimming

- Setelah resing mengeras lepaskan sendok cetak perotangan dari model

- Sempurnakan tepi sendok cetak

- Mencoba sendok cetak perorangan dalam mulut pasien dan periksa apakah

sendok cetak perlu disempurnakan sebelum dilakukan border

molding/muscle trimming

Border molding/muscle trimming

a. Teknik

Teknik yang diguanakan dalam muscle triming adalah teknik kombinasi

dimana teknik ini adalah gabungan dari beberapa teknik muscle triming

yang lainnya.

b. Rahang atas

- Letakkan green stick compound yang telah dipaskan pada tepi sendok

cetak, dari ujung distal atau hamular notch ke frenulum bukalis.

- Panaskan lagi diatas api spiritus kemudian celupkan kedalam air

hangat/tampering. Sendok cetak dengan GSC yang hangat tadi

dimasukkan kedalam mulut pasien yang dibuka lebar, gerakkan

rahang bawah ke kanan, kiri dan protrusive.

- Daerah frenulum bukalis secara unilateral, tarik pipi keluar ke bawah

kemudian kedepan, ke belakang, ulangi pada posisi berlawanan.

- Lunakkan lagi compound pada frenulum bukalis secara unilateral.

- Sayap labial secara unilateral, lunakka compound, tarik bibir keluar

dan kebawah atau pasien diminta melakukan gerakan menghisap.

Lunakkan compound pada frenulum labialis serta tarik bibir atas ke

depan.

c. Rahang bawah

- Sayap disto lingual dan area buccal self

- Daerah disto lingual dan post mylohyoid secara bilateral

- Lunakkan compound, masukkan ke mulut dan lidah, ditekan di distal

palatum, kemudian ke vestibulum bukalis kanan dan kiri

Membuat lubang pada sendok cetak

Tujuan pembiatan lubang adalah untuk mengurangi tekanan waktu

mencetak dan sebagai retensi bahan cetak terhadap sendok cetak serta

mengalirkan sisa bahan cetak.lubang dibuat setelah sendok cetak siap untuk

dicetak,karna jika dibuat kubang dulu,daerah yang nenerima tekanan berlebihan

tidak dapat dikontrol (tekanan hidrolok terbebas), Teknik pembuatannya:

- Setelah sendok cetak dudukan tepat dan tepi sempurna, maka buatlah lubang

pada: di atas puncak ridge molar atas dan bawah, daerah palatum keras sekitar

garis tengah, daerah mukosa rahang yang mudah bergerak (flabby) untuk

mencegah distorsi jaringan tersebut

- Lubang dibuat dengan bur bulat no.8

- Berjarak tiap lubang 5mm

Boxing dan Beading

Tujuanya adalah untuk mempertahankan bentuk tepi hasil yang tercatat pada

model kerja.bentuk tepi dari hasil cetakan akan direproduksi menjadi bentuk tepi

gigitiruan. Teknik pembuatannya :

- siapkan gulungan lilin atau beading wax setebal lebih 3-5 mm kemudian

dicetakan dibawah ditepi seluruh hasi ceakan.

- untuk rahang atas penempelan beading wax berakhir dibelakang prossesus

alveolarbagian posterior sebelah kiri kanan.untuk rahang bawah meliputi

seluruh tepi hasil cetakan bagian labial,bukal dan lingual.

- untuk bagian lingual ,tempat lidah ditutupi dengan selembar wax yang

digabung dengan beading wax yang sudah dicetakan. dibaguan luar

beading wax diletakan untuk memebntuk basis dari model.

- kemudian hasil cetakan yang dilakukan boxing dicor dengan gips stone untuk

mendapatkan model kerja (model). beading dan boxing juga menggunakan

wax sebelum diisi dengan gips dan metode ini yang lebih sering

digunakan.bahan gips pada sendok cetak menggunakam algianat untuk

menstabilkan posisi sendok cetak.

Johnson T, Patrick DG, Stokes CW, Wildgoose DG, Wood D. Basic of dental

technology: a step by step approach. USA: Blackwell Publishing, 2011; p. 9-12.

2.3.3.Pencetakan Model Kerja

Mencetak adalah suatu tindakan membuat suatu bentuk negative dari

jaringan pendukung dirongga mulut, menggunakan bahan plastis yang relative

mengeras pada saat berkontak dengan jaringan.

Tujuan membuat cetakan adalah untuk mendapatkan duplikat jaringan

pendukung gigi tiruan sehingga memungkinkan dibuat nya basis gigi tiruan yang

dapat dipakai dengan cekat, enak dan nyaman, baik dalam keadaan tidak berfungsi

maupun dalam keadaan berfungsi.

Tujuan mencetak model kerja adalah untuk mendapatkan cetakan dari

semua gigi - gigi yang masih ada dan jaringan pendukung GT dari tiap - tiap

rahang agar dapat dibuat model.

Macam-macam teknik mencetak

Teknik dengan tekanan

Teknik dengan tekanan atau dalam keadaan mulut tertutup (closed mouth

technique) menyatakan bahwa tepi gigi tiruan harus ditentukan selama berfungsi.

Teknik mencetak dengan tekanan, menggunakan basis dan galengan gigit.

Diperlukan kontak yang rata antara kedua galengan gigit untuk mencegah

perubahan permukaan jaringan/mukosa yang dicetak. Galengan gigit yang

dibentuk pada model studi/pendahuluan harus menyerupai bentuk gigi tiruan yang

diharapkan.

Bahan cetak diletakkan pada basis galengan gigit yang menghadap mukosa

dan dimasukkan kemulut dalam keadaan kontak dengan galengan gigit lawan.

Pasien dianjurkan menggerakkan rahang seperti gerakan fungsional unt

membentuk cetakan akhir. Gigi tiruan yang dibuat dengan cara ini akan berkontak

rapat selama pengunyahan, tetapi tidak akan berkontak, rapar secara keseluruhan

kejaringan bila pasien tidak dalam keadaan mengunyah.

Teknik tanpa tekanan

Teknik tanpa tekanan/mukostatis bertumpu pada tegangan antar permukaan

sebagai factor utama dalam retensi gigi tiruan penuh. Oleh karenanya cetakan

yang diperlukan hanya menutupi jaringan pendukung mukosa yang tidak

bergerak. Pada cetakan ini jaringan pendukung tidak boleh ditekan.

Gigi tiruan yang dihasilkan dari teknik mukostatik mempunyai sayap yang

pendek. Sayapnya hanya digunakan untuk menjaga gigi tiruan dari pergerakan

kearah lateral. Teknik tanpa tekanan berusaha untuk mencatat secara detail

mukosa pendukung dalam keadaan tidak berubah bentuk. Bahan yang digunakan

harus lebih lunak dari mukosa pendukungnya.

Teknik dengan tekanan selektif

Prinsipnya teknik ini adalah kombinasi dari teknik dengan tekanan dan

teknik tanpa tekanan. Daerah yang tidak boleh ditekan, dicetak dengan tekanan

minimal dalam kondisi menutupi jaringan pendukung secara maksilam dan tidak

mengganggu kesehatan jaringan disekitarnya. Filosofi dari teknik ini bahwa

daerah tertentu dimaksila dan mandibula secara alami adaptasinya lebih baik

untuk melawan/menahan beban yang berlebihan dari kekuatan mastikasi.

Syarat-syarat hasil cetakan yang baik:

1. Bahan cetakan tidak terlepas dari sendok cetak.

2. Pada hasil cetakan tidak boleh terdapat gelembung udara, sobek dan lipatan.

3. Bagian sendok cetak tidak boleh terlihat.

Gigi-gigi, mukosa, frenulum vestibulum, batas mukosa bergerak dan tidak

bergerak, retro molar pad, tuber maksila, batas palatum mole dan palatum durum,

batas gingival dengan gigi, perlekatan otot-otot, harus terlihat dengan jelas.

Gunadi HA. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid II. Hipokrates.

Jakarta. 1995.

Philips, Dental material

2.3.4.Penentuan DV dan Relasi Sentris

a. DIMENSI VERTIKAL

Dimensi vertikal merupakan relasi rahang bawah terhadap rahang atas dalam arah

vertikal. Ada 3 macam ukuran vertikal hubungan rahang:

1. Tinggi vertikal (vertical height)

Ialah hubungan/jarak vertikal antara rahang bawah terhadap rahang atas pada

waktu oklusi sentrik

2. Posisi istirahat fisiologis (physiological rest position)

Hubungan/jarak vertikal antara rahang bawah terhadap rahang atas pada

waktu otot-otot dalam keadaan istirahat (rest)

3. Ruang bebas (freeway space inter occlusal distance)

Jarak antara bidang oklusal gigi rahang bawah terhadap bidang oklusal gigi

rahang atas. Menurut penelitian jarak tersebut yaitu 3-5mm.

Posisi istirahat fisiologis (physiological rest position)

Adalah posisi ketika semua otot yang mengontrol posisi mandibula berada

dalam keadaan relaks. Keadaan ini dianggap dikendalikan oleh mekanisme refleks

yang dipicu oleh reseptor regangan pada otot mastikasi, khususnya otot temporal.

Posisi ini dapat dipertahankan untuk waktu lama tanpa menimbulkan

kelelahan, melalui kontraksi intermiten dan relaksasi dari kelompok serabut pada

otot tersebut. Keadaan ini mencerminkan resistensi refleks terhadap regangan otot

akibat gaya gravitasi yang mengenai mandibula. Di sini dianggap bahwa tidak ada

stimulus-stimulus lain yang dapat menimbulkan gerakan atau postur lain.

Ciri posisi istirahat fisiologis :

1. Gigi-gigi dalam keadaan tidak berkontak dan jarak antara gigi-gigi biasanya

sekitar 3 mm.

2. Posisi mandibula ini dianggap terbentuk secara endogen dan dipengaruhi oleh

panjang serta arah otot yang berjalan antara mandibula dan kranium.

3. Terdiri atas pola aktivitas minimal yang stabil dan posisi ini tetap konstan

asalkan otot tetap dalam keadaan sehat. Posisi ini dianggap tidak terpengaruh

oleh postur kepala atau tubuh dan karena itu dikontrol oleh pusat otak yang

lebih tinggi serta oleh panjang istirahat dari otot.

4. Pada postur mandibula ini, wajah berada pada relasi vertikal istirahat.

5. Posisi istirahat pada kebanyakan kasus adalah sedemikian rupa hingga ada

celah beberapa milimeter antara gigi-gigi atas dan bawah. Celah ini disebut

free ways space atau jarak antar oklusal.

Relasi sentrik (relasi retrusi)

Relasi sentris adalah hubungan mandibula dengan maksila, dimana kedua

kepala sendi (kapituli) berada dalam keadaan paling dorsal (terdorong ke

belakang) dalam cekungan sendi (glenoid fossa) tanpa mengurangi kebebasannya

untuk bergerak ke lateral.

b. PENETAPAN RELASI RAHANG

A. Dimensi vertical

Cara-cara penetapan dimensi vertical :

Cara Mekanis

1. Relasi Alveolar

Papilla incissivus digunakan untuk mengukur dimensi vertical pasien. Jarak

papilla dari tepi insisal gigi-gigi anterior bawah pada model diagnostic kira-kira

mencapai 4 mm pada gigi geligi. Tepi incisal gigi Insisivus satu atas, rata-rata 6

mm dibawah papilla insisiv. Oleh karena itu, pemakaian tumpang gigit dari insisiv

satu adalah kira-kira 2 mm.

2. Pengukuran gigi tiruan lama

Gigi tiruan yang masih dipakai oleh pasien dapat diukur dan ukurannya

dapat dibandingkan dengan hasil pengamatan terhadap wajah pasien untuk

menentukan besarnya perubahan yang perlu dilakukan. Pengukuran ini dilakukan

diantara tepi-tepi GT atas dan bawah dengan bantuan jangka buley. Kemudian

jika pengamatan pada wajah pasien menunjukkan bahwa jaraknya terlalu pendek,

dapat dilakukan perubahan yang sesuai pada GT yang baru.

3. Cetakan Pra Pencabutan

− Radiograf profil dapat digunakan tetapi masalah dalam penentuan dimensi

vertical istirahat serta pembesaran gambarnya menimbulka ketidaktepatan.

− Model gigi geligi dalam oklusi. Cara sederhana ini untuk mencatat relasi

tumpang gigi vertical serta besar dan bentuk gigi dengan menggunakan

model diagnostic yang dipasang di articulator. Model memberikan petunjuk

besarnya ruangan yang diperlukan diantara tulang alveolar bagi gigi-gigi

dengan ukuran tersebut.

− Pengukuran fasial. Dengan menempatkan busur wajah dengan meatus

akustikus dalam posisinya dengan penahan kacamata untuk mencatat

hubungan kepala terhadap I1 dalam arah vertical dan anteroposterior. Cara

lain adalah dengan mencatat jarak dari dagu ke dasar hidung dengan

bantuan sebuah jangka sebelum gigi nya dicabut.

Cara Fisiologis

1. Cara posisi istirahat fisiologis

Pasien diminta istirahat ketika galangan gigit berada di mulut, dengan

duduk tegak dan kepala tidak ditopang. Setelah galangan gigit dipasang dalam

mulut pasien, pasien menelan dan mandibular diistirahatkan. Setelah pasien

terlihat santai, bibir dibuka untuk melihat besrnya ruangan yang tersedia diantara

galangan gigit. Jarak antara oklusal pada pasien dalam posisi istirahat ini besarnya

sekitar 2-4 mm dilihat diidaerah gigi P.

2. Fonetik dan estetik

Fonetik, produksi suara di S dan J membawa gigi anterior saling

mendekat. Apabila susunannya besar,I RB harus bergerak maju ke posisi hampir

menyinggung gigi I RA. Jika jaraknya terlalu besar, berarti dimensi vertikalnya

rendah. Jika gigi anterior besentuhan ketika suara itu dibunyikan, dimensi

vertikalnya mungkin terlalu tinggi dan gigi-gigi bersentuhan ketika berbicara.

Estetis, pedoman estetika bagi relasi maksila mandibular yang benar dalam

arah vertical :

− Pengamatan kulit bibir dibandingkan dengan kulit bagian lain dari wajah

− Tonus kulit harus sama

− Kontur gigi tergantung dari kontur insisivusnya serta dukungan dari

belakang

− Pemulihan gigi dengan ukuran yang sama dengan gigi asli

− Memperkirakan secara tepat jumlah jaringan alveolar yang telah hilang

3. Ambang penelanan

Posisi mandibular pada awal posisi menelan dipakai sebagainpedoman

dalam menentukan dimensi vertical oklusi. Jika seseorang menelan, gigi geliginya

bertemu dan kontak sangat ringan pada awal siklus menelan. Jika oklusi GT

hilang saat menelan maka dimensi vertikalnya rendah.

4. Perabaan dan kenyamanan yang dilaporkan pasien

Indera perabaan pasien digunakan sebagai pedoman dalam dimensi

vertical oklusi. Sebuah sekrup yang dipasang di pusat rahang dan dapat disekel

dan dilekatkan di bagian langit-langit basis GT dan galangan gigit dan sebuah

lempeng pencatat dilekatkan pada galangan gigit bawah atau basis GT bawah.

Sekrup disekel mula-mula terlalu panjang, kemudian secara bertahap sekrup

diturunkan. Prosedur diulangi dengan arah sebaliknya. Prosedur diulangi sampai

giginya berkontak dengan benar.

5. Relasi sentris

Model pencatatan relasi sentris :

− Cara statis

Cara statis meliputi mandibula dalam hubungan relasi sentris terhadap

maksila. Kemudian mencatat hubungan kedua galangan gigit satu dengan yang

lain. Metode ini mempunyai kesinambungan karena pergeseran basis pencatat

terhadap tulang pendukung minimal. Penatalaksanaan statistic IO dilakukan

dengan malam atau gips dengan atau jarum pencatat ditengah serta dengan/tanpa

alat pencatat IO atau EO gun menunjukkan hubungan relasi antara RA & RB.

− Cara Fungsional

Cara fungsional melibatkan aktivitas atau gerakan fungsional mandibular

pada saat dibuat pencetakan. Cara-cara ini mempunyai keburukan karena

menyebabkan pergeseran basis pencatatan ke lateral dan anteroposterior terhadap

tulang pendukung pada saat pencatatan dilakukan.

Phoenix, RD : Cagna DR, Defreost CF. Clinical Removable Partial Prosthdontic.

3 ed. London : Quickesence. 2003

Nallaswamy D. 2003. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers

Medical Publishers.

Gunadi, Haryanto. A; Burhan, Lusiana A.; Suryatenggara, Freddy. 1995. Ilmu

Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta: Hipokrates. Pp : 112-116

2.3.5.Basis dan Galengan Gigi

Modelir malam (wax contouring/waxing) dari gigi tiruan ialah membentuk

dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-

otot orofasial penderita dan semirip mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan

lunak mulut. Sehingga kontur geligi tiruan malam yang sama dengan kontur

jaringan lunak dalam mulut akan menghasilkan geligi tiruan yang stabil, menjaga

denture pada tempatnya secara tetap dan selaras dengan otot-otot orofasial

penderita.

Trial Denture adalah geligi tiruan malam yang sudah dilakukan waxing, dan

dicoba didalam mulut pasien untuk melihat estetik, fonetik dan fungsinya. Trial

denture harus sudah seperti geligi tiruan jadi, demikian juga mengenai tebal,

batas-batas perifer dan anatomisnya.

Daerah yang dimodelir :

1. Bagian anatomis : dibentuk sama dengan tebal tepi cetakan. Membuat bagian

ini sedikit lebih tebal masih dapat diterima, untuk mengimbangi kemungkinan

pengasahan basis pada waktu dipoles.

2. Bagian bukal dan labial : dibuat tebal pada RA dan RB.

3. Bagian palatal : dibuat tipis,untuk menyediakan ruang yang cukup bagi lidah.

4. Sayap lingual RB : harus setipis mungkin kecuali daerah tepinya (harus cukup

tebal).

5. Permukaan lingual RB : dibuat agak cekung tetapi kecekungannya tidak

sampai di bawah permukaan lingual gigi.

6. Permukaan palatal RA : harus dibuat sama tebal yaitu 2,5 mm.

7. Prominance: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.

8. Servikal: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.

9. Distal RA: sampai tuberositas maksilaris.

PROSEDUR KERJA

Ada 2 cara memodelir malam :

A. Cara Langsung

Membentuk kontur gusi secara langsung dilakukan dalam dalam mulut pasien

pada saat dilakukan uji coba geligi tiruan malam.

1. Ketebalan sayap dikurangi dan diganti dengan malam lunak lalu tempatkan

kembali dalam mulut pasien.

2. Untuk bagian fasial : pasien diminta untuk mengerut-ngerutkan bibirnya dan

pipinya kita gerakkan.

Untuk bagian lingual : pasien diminta menggerakkan lidahnya kesemua arah.

Dengan demikian malam lunak akan mengikuti bentuk otot saat berfungsi dan

ketebalannya sesuai dengan ruangan vestibulum dalam keadaan berfungsi.

3. Setelah tampak hasilnya baik, secara hati-hati geligi tiruan malam

dikeluarkan satu persatu dari mulut pasien dan segera dicelupkan dalam air es

agar permukaan malam lunak tidak mengalami perubahan.

Hasilnya akan lebih akurat daripada yang secara tidak langsung.

B. Cara tidak langsung

1. Membentuk kontur gusi secara tidak langsung yang paling sering dan lazim

dilakukan:

2. Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam pada model kerja

sambil disesuaikan dengan bentuk cetakan akhir rahang.

3. Lunakkan lempeng lilin (lebar 1 cm) di atas lampu spiritus sampai lunak dan

bisa dibentuk.

4. Tekankan lilin lunak tersebut pada bagian bukal dan labial dari geligi tiruan

atas dan bawah sampai sekitar leher gigi dan bentuk dengan tekanan jari

(keret penghapus yang dibentuk).

5. Bentuk alur tonjoan akar dari setiap gigi, alurnya makin kearah apikal makin

sempit, kadang-kadang tidak jelas.

Ketika mengukir harus diperhatikan :

− Tonjolan-tonjolan akar, dengan mengukir bentuk-bentuk huruf V.

− Daerah servikal jarang ada ”step” pada kontur gusi antara gigi kaninus

dan premolar 1 atas.

− Kontur gusi anterior berbeda-beda, gigi kaninus atas yang terpanjang,

gigi insisivus lateral atas yang terpendek.

6. Daerah interproksimal harus sedikit cembung, meniru daerah-daerah

interdental papilla sehingga higienis serta mencegah pengendapan sisa-sisa

makanan dan plak.

7. Penyelesaian bagian posterior :

ATAS : daerah bukal sampai menutupi tuberositas (sedikit cembung) dan

daerah palatal sampai garis ”A-H” yaitu antara mukosa bergerak dan tak

bergerak.

BAWAH : daerah bukal bila resorpsi sampai minimal, biasanya didaerah

molar di buat cekung dan daerah lingual dibuat cekung untuk ruang gerak

lidah.

8. Bentuk rugae pada langit-langit.

9. Bentuk postdam pada model kerja.

10. Haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam dengan melewatkan di

atas apa/ digosok dengan kain sutra sampai kilat.

11. Buat stippling seperti keadaan jaringan yang sehat dengan menggunakan sikat

yang berbulu kaku.

12. Bila keadaan rahang pasien sangat protrusive, sayap labialnyadibebaskan dan

di buatkan lidah-lidah. Linggir regio gigi anterior atas dari model rahang

diradir sedikit, sehingga ketika geligi tiruan dipakai akan menekan gusi dan

kelihatan gigi seolah-olah keluar dari gusi (estetik lebih baik).

13. Bila bagian lingual dan palatal terlalu tebal dapat mengganggu bicara dan bila

bagian lingual geligi tiruan terlalu mencuat maka lidah dapat mengangkat

geligi tiruan sehingga geligi tiruan tidak stabil.

14. Sayap labial harus duduk dengan baik sekitar frenulum labialis, dibuat labial

notch.

Phoenix, RD : Cagna DR, Defreost CF. Clinical Removable Partial Prosthdontic.

3 ed. London : Quickesence. 2003

Nallaswamy D. 2003. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers

Medical Publishers.

Gunadi, Haryanto. A; Burhan, Lusiana A.; Suryatenggara, Freddy. 1995. Ilmu

Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta: Hipokrates. Pp : 112-116

2.3.6.Pemilihan dan Penyusunan Gigi

1. Pemilihan Gigi

Sebenarnya tidak ada aturan yang terlalu kaku dalam pemilihan warna

mengingat banyaknya variasi pada gigi asli. Pemilihan warna gigi salah satunya

ditentukan oleh usia dan ras. Semakin tua usia, gigi asli menjadi semakin tua

warnanya. Penampilan yang tidak terlalu palsu didapatkan bila pasien berkulit

gelap diberi gigi dengan warna yang lebih gelap, sedangkan pasien berkulit pucat

diberi gigi yang lebih terang.

Lebar gigi anterior ditentukan dari lebar keseluruhan gigi insisif sentral

yang biasanya sama dengan lebar filtrum bibir atas. Kemudian proyeksikan garis

yang ditarik dari sudut sebelah dalam mata.

(Basker RM, Davenport JC. Prosthetic Treatment of Edentulous Patient. 4th ed.

Great Britain: Blackwell Publishing Company; 2002. p.58, 71, 146-7, 177, 188,

211, 260,263-4.)

Pada kasus pasien edontolous, pemlihan gigi berpedoman pada bentuk

wajah, jenis kelamin, dan umur pasien untuk menentukan warnanya dan tingkat

keausannya. Sedangkan ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada

tanggul gigitan.

1. Bentuk Wajah dan Rahang

Menurut William’s : bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk

rahang yaitu persegi (squere), lancip (tapering), lonjong (ovoid), dilihat dari

pandangan fasial.

Selain itu kita juga mengenal tiga tipe profil wajah yaitu : datar (straight),

cembung (konkaf), dan cekung (konfeks), yang sesuai dengan bentuk kontur gigi

dari bagian proksimal.

2. Jenis Kelamin

Perbedaan kecembungan kontur labial ada kaitannya dengan jenis kelamin.

Pria mempunyai permukaan labial lebih datar, sedangkan wanita lebih cembung.

3. Umur

Makin lanjut umur pasien biasanya warna gigi makin tua dan gigi makin

aus. Untuk menentukan warna hendaknya dalam mulut pasien, karena lingkungan

dapat mempengaruhi penglihatan dan dalam keadaan basah, seakan-akan diliputi

air ludah latar belakang yang gelap akan menghasilkan warna yang sesuai setelah

gigi tiruan dipasang dalam mulut pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat memilih gigi-gigi anterior adalah :

1. Ukuran gigi disesuaikan dengan sisa gigi asli

2. Bentuk gigi sesuai dengan bentuk wajah

3. Warna gigi sesuai dengan warna wajah. Ada empat warna gigi yaitu :

- Warna 1 :warna paling muda untuk gigi I lateral rahang atas dan I sentral

rahang bawah.

- Warna 2 :warna muda untuk gigi I sentral rahang atas dan I lateral

rahang bawah.

- Warna 3 :warna tua untuk gigi P1 dan P2 rahang atas dan bawah.

- Warna 4 :warna paling tua untuk gigi C, M1, dan M2 rahang atas dan

bawah.

Untuk pemilihan gigi posterior yaitu :

1. Elemen gigi tiruan dipilih sesuai dengan edontolous dimana komposisi,

ukuran dan bentuk anatomis oklusinya mempunyai hubungan harmonis

terhadap sisa gigi asli.

2. Panjang gigi disesuaikan dengan jarak antar linger rahang.

3. Lebar mesio-distal :gigi yang diganti maksimal sampai M2. Diukur dari distal

C sampai batas lereng linger di posterior.

4. Lebar buko-lingual atau palatal yang telah disesuaikan dengan lebar mesio-

distalnya sehingga bentuknya sebanding.

5. Bentuk oklusalnya ada dua macam yaitu gigi anatomic dan nonanatomik,

yang tidak mempunyai ketinggian cusp, sehingga tidak terjadi gigitan

mengunci seperti pada gigi bercusp atau anatomic sehingga mengunyah tidak

timbul sangkutan antar cusp.

2. Penyusunan Gigi

Prosedur penyusunan gigi anterior rahang atas yaitu :

1. I sentral atas, tepi insisal menyentuh bidang oklusal dan sumbu panjang gigi

tegak lurus bidang oklusal.

2. Tepi insisal I lateral atas 0.5-1mm diatas bidang oklusal dengan sumbu

tegak lurus bidang oklusal, hanya setengah permukaan labial bagian mesial

yang tampak dari depan.

3. I sentral, I lateral, dan C atas sisi kiri disusun dengan cara yang sama.

Prosedur penyusunan gigi anterior rahang bawah yaitu :

1. Tepi insisal gigi I sentral, I lateral, dan C terletak 1-2mm diatas bidang

oklusal.

2. Sumbu panjang gigi I sentral tegak lurus bidang oklusal.

3. Sumbu panjang gigi I lateral agak miring ke mesial.

4. Sumbu panjang gigi C miring ke mesial.

5. Servikal I lateral lebih ke labial dari servikal I sentral.

6. Servikal C lebih ke labial dari servikal I lateral.

Untuk menyusun gigi-gigi posterior, terdapat tiga cara yaitu :

1. Mula-mula disusun gigi P1 ,P2, M1, dan M2

2. Gigi M1, lalu P2, P1, dan M2¬

3. Gigi M1 lalu M2, P2, dan P1

2.3.1.Try In GTP Malam

Tahap percobaan gigi tiruan penuh wax di dalam mulut

Pada tahap ini, gigi tiruan yang telah disusun dicobakan dalam mulut, setiap

kesalahan diidentifikasi dan dikoreksi sebelum gigi tiruan diproses menjadi gigi

tiruan akrilik.

Untuk mencegah terjadinya perubahan dari gigi tiruan wax didalam mulut,

gigi tiruan perlu dikeluarkan setiap 3 menit dan dicelupkan dalam air dingin

selama 1 menit.

Yang diperiksa didalam mulut adalah :

1. Perluasan sayap, retensi dan stabilisasi gigi tiruan

2. Pemeriksaan estetik

3. Pemeriksaan dimensi vertical (DV) dan Pemeriksaan relasi sentrik

1. Pemeriksaaan perluasan sayap, retensi dan stabilisasi gigi tiruan

Mula-mula diperiksa gigi tiruan penuh wax atas di dalam mulut,

dengan menyuruh pasien melakukan gerakan fungsional dari bibir dan

pipi. Apabila pada waktu melakukan gerakan tersebut gigi tiruan penuh

bergerak dan terlepas, periksa panjang dan tebal tepi sayap basis; bila

terlalu panjang dikurangi, serta tepi yang terlalu tebal ditipiskan.

Untuk memeriksa gigi tiruan bawah perlu diperiksa hubungan gigi

tiruan dengan lidah. Mulut pasien dalam keadaan setengah terbuka

diperiksa permukaan oklusal gigi-gigi posterior sedikit lebih tinggi dari

tepi lateral dari lidah. Perlu diperhatikan agar basisi gigi tiruan tidak

terangkat waktu pengecekan.

2. Pemeriksaan estetik

Gigi tiruan atas dan bawah dimasukkan dalam mulut. Pertama-

tama diperiksa penampilan pasien dari arah frontal dan leteral dalm

keadaan beroklusi, kemudian diperiksa pada waktu mulut setengah

terbuka.

Perlu diperhatikan :

Dukungan bibir dan pipi cukup atau tidak, terlihat dukungan

memberikan ekspresi wajah normal dari pasien

Garis tengah (midline) dari gigi anterior berimpit debgan garis

tengah muka

Permukaan insisal dari gigi-gigi atas harus sejajar dengan garis

inter pupil dan permukaan oklusal gigi-gigi posterior sejajar

dengan ala-tragus (garis camper)

Tinggi bidang insisal atas setinggi bibir atas bila tonus bibir

normal.untuk mengecek dengan melihat tinggi bidang oklusal

rahang bawah posterior setinggi 2/3 retro molar pad pada dimensi

vertical oklusal yang sudah tepat.

Pada keadaan mulut setengah terbuka atau pada waktu pasien

disuruh tersenyum gigi-gigi anterior terlihat 2/3 dari gigi terlihat.

Bentuk gigi insisif pertama atas disesuaikan dengan bentuk muka.

Warna sesuai dengan warna kulit dan rambut. Susunan gigi sesuai

dengan kepribadian / watak dan jenis kelamin serta usia pasien.

Pasien diberi cermin untuk member komentar. Untuk tipe pasien

yang exact dan indiferen sebaiknya mengikut sertakan anggota

keluarga terdekat.

Bila ada perubahan yang perlu dilakukan, kalau sedikit dapat

dilakukan penyesuaian pada kunjungan ini. Apabila perubahan yang

dilakukan besar atau banyak, misalnya mid line, letak bisang oklusal,

perbaikan diperiksa pada kunjungan berikutnya sebelum gigi tiruan

diproses menjadi gigi tiruan akrilik.

3. Pemeriksaan dimensi vertikal (DV)

Relasi rahang dalam arah vertical dan arah horizontal perlu dicek dan

diperiksa dengan cermat.

a. Pemeriksaan relasi dalam arah vertical

Dengan cara:

Pengukuran

Dibuat tanda pada hidung dan dagu seperti pada

penetapan DV. Dipasangkan gigi tiruan wax bawah saja,

kemudian jarak kedua tanda diukur dan ini merupakan DV

fisiologis. Ulang beberapa kali sampai diperoleh nilai yang

tetap.

Kemudian gigi tiruan wax atas dipasangkan, pasien

disuruh menggigit dalam sentrik oklusi dan jarak tanda

tersebut diukur lagi hingga diperoleh DV oklusal. Perbedaan

jarak kedua DV ini besarnya 2-4mm.

Cara fonetik “CSS”

Pasien disuruh mengucapkan kata-kata yang

mengandung huruf “S”. yang diamati atau diperiksa adalah

akhir dari pengucapan S tersebut dan dilihat gigi-gigi atas dan

bawah hampir tidak berkontak atau berkontak ringan. Ini

menunjukkan bahwa DV tidak terlalu tinggi. Bila pada akhir

pengucapan huruf S gigi-gigi atas dan bawah berkontak/

membentur DV okluslanya terlalu tinggi.

b. Pemeriksaan relasi horizontal

Relasi rahang dalam hubungan horizontal disebut relasi sentrik.

Kedudukan oklusi sentik yang dicatat pada keadaan relasi sentrik, dan

bila pada pengecekan kedua sentrik ini tidak berhimpit harus dilakukan

pencatatan ulang.

Caranya:

Gigi-gigi posterior bawah dibongkar dan diganti dengan oklusal

rim. Tinggi oklusal rim/galengan gigit dibuat setinggi bidang oklusal

gigi bawah. Kemudian pasien disuruh menelan tau dibantu oleh

operator seperti pada waktu penentuan DV dan RS. Diulangi beberapa

kali dan difiksir. Yang perlu diperatikan ialah pemasangan ulang

model di articulator dengan memperhatikan komponen articulator

dengan benar. Setelah gips mengeras, gigi-gigi dapat disusun ulang

dan dicobakan pada kunjungan berikutnya.

Basker, RM. Prostethetic Treatment of the Edentolous Patient. 4th

edition.BlackWell.

2.3.2.Tahap Lab

A. Flasking

Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture” malam

dalam suatuflasfk/cuvet untuk membuat sectional mold. Berikut prosedur kerja

flasking :

1. Pilih flask yang ukurannya sesuai dengan model, kemudian letakkan model

dalam flask bagian bawah untuk memastikan bahwa flasknya cukup.

2. Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan vaselin

tipis dan plug bagian bawah flask diletakkan.

3. Bagian tepi/dasar model dikuas dengan separating medium (vaselin/ air

sabun).

4. Aduklah adonan gips, kemudian letakkan di flask bagian bawah lalu model

ditanam dalm flasktersebut, setelah gips agak mengeras dirapikan.

5. Setelah gips mengeras, bagian gips dicat dengan vaselin/ air sabun.

6. Buatlah adonan stone dan kuaskan pada gigi-gigi dan malam geligi tiruan

sambil digetarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung udara.

Pasang flask bagian atas tanpa tutup, lalu isikan stone kedalam flask sampai

batas permukaan oklusal gigi-gigi.

7. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuangkan kedalam

flask sampai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah press (bagian-

bagian flask kontak antar metal).

Cara flasking ada 2, yaitu:

a) Pulling the casting ialah seperti cara di atas: dimana setelah boiling out, gigi-

gigi akan ikut pada flask bagian atas. keuntungannya adalah memulaskan

separating medium dan packingnya mudah, karena seluruh mold terlihat.

b) Holding the casting: permukaan labial gigi-gigi ditutup stone/gips sehingga

setelah boiling out akan terlihat seperti gua kecil. Pada waktu packing adonan

akrilik harus melewaqti bagian bawah gigi untuk mencapai daerah sayap,

yang disebut packing through).

B. Boiling Out

Setelah flasking dilakukan, mold harus betul-betul keras paling tidak kurang

lebih 1 jam sebelum bagian kuvet dipisahkan, dan malam dibuang. Kuvet ditaruh

pada dalam air yang mendidih dengan suhu 130oF, selama 15 menit untuk

melunakkan malam, dan memisahkan kuvet. Setelah pemisahan malam, bagian

mold dicuci dengan air panas hingga tidak terdapat lagi sisa residu.

Mold yang telah dicuci ditinggalkan untuk pendinginan selama 10 menit.

Panas membantu mempercepat penetrasi dalam pemisahan dental plaster dan

mempercepat pengeringan. Jika separator tidak sengaja menutupi bagian denture

gigi, maka material yang terkontaminasi dapat dihilangkan menggunakan sikat

atau alat yang lain. Setelah pemisahan kuvet telah mengering dan kuvet telah

mengering dengan suhu yang sesuai dengan suhu kamar, maka mold siap untuk

pembuatan resin akrilik.

C. Packing Acrylic

Packing acrylic adalah proses mencampur monomer dan polimer resin

akrilik. Yang mempunyai dua metode yaitu:

1. Dry method ialah cara mencampur monomer dan polimer langsung didalam

mold.

2. Wet method ialah cara mencampur monomer dan polimer di luar mold dan

bila sudah mencapai dough stage baru dimasukkan ke dalam mold.

Resin akrilik adalah suatu polimer yang berbentuk bubuk dan monomer

yang berbentuk cair. Penggunaannya adalah dengan mencampur kedua kemasan

tersebut sampai didapatkan massa yang plastis agar dapat dibentuk sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan.

Nama acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau tajam.

Bahan ini berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehida.

Macam-macam bahan akrilik adalah:

1. Bahan akrilik heat cured

2. Bahan akrilik self cured

3. Bahan akrilik light cured

Komposisi dari bahan polimerisasi:

1. Powder: polimer, polimetil metakrilat baik serbuk yang diperoleh dari

polimerisasi metal metakrilat dalam air maupun partikel yang tidak teratur

bentukannya yang diperoleh dengan cara menggerinda batangan polimer.2.

Ciran: monomer yaitu metil metakrilat.

2. Stabiliser sekitar 0,006% hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya

polimerisasi selama penyimpanan.

Initiator peroksida berupa 0,2-0,5% benzoil peroksida

Pigmen, sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer.

Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:

1. Wet sand/sandy stage: adoan seperti pasir

2. Puddled sand: adonan seperti lumpur basah

3. Stringy/sticky stage: adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat lekat,

apabila ditarik membentuk serat. Butir-butir polimer mulai larut, monomer

bebas meresap ke dalam polimer.

4. Dough/packing stage: adonan bersifat plastis. Pada tahap ini sifat lekat hilang

dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita inginkan.

5. Rubbery stage: kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah banyak monomer

yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan

yang kasar.

6. Rigid stage: kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan

getas pada permukaannya, sedang keadaan dibagian dalam adukan masih

kenyal.

Dua metode flasking yaitu:

a. Holding the casting:

1. Polimer dicampurkan kedalam monomer dalam mixing jar, lalu aduk

perlahan-lahan sebentar, lalu mixing jar ditutup rapat-rapat, tunggu sampai

akrilik mencapai dough stage,

2. Ambil sedikit akrlik, lalu tekankan perlahan-lahan masuk kedalam sayap,

hatu-hati gigi jangan sampai lepas, dengan jari yang dibungkus kertas

selopan.

3. Sisa adonan diletakkan didalam mold lalu ratakan kedalam tepi, tutup dengan

kertas selopan yang demek tak berair lalu pasang flask atas dengan tutupnya,

kemudian press,

Pekerjaan selanjutnya sama.

b. Pulling the casting, dalam hal ini gigi berada di flask bagian atas sehingga

meletakkan adonan akrilik agak berbeda. Adonan akrilik dibagi 2, sebagian besar

diletakkan pada mold di flask bawah dan sisanya diletakkan di atas gigi-gigi yang

berada di flask atas atau flask ditutup dengan diberi kertas selopan diantaranya,

lalu di press. Pekerjaan selanjutnya sama.

Prosedur kerja packing:

1. Pencampuran resin akrilik. tuang monomer kedalam mixing jar porselen

yang bersih dan masukkan polimer sampai semua cairan terserap dalam

bubuk (polimer:monomer, 3:1),

2. Aduk campuran dengan spatula stainless steal sampai monomer dan polimer

tercampur dengan baik,

3. Pasang tutup mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer saat

polimerisasi dan diamkan selama waktu yang dianjurkan pabrik,

4. Jar dibuka dan bahan di tes dengan spatula, jika sudah lunak dan tidak

lengket (dough stage), adonan siap dimasukkan kedalam mold,

5. Packing resin akrilik yang sudah dough stage kedalam mold dengan jari

telunjuk yang terbungkus kertas selopan. Adonan dipacking satu arah untuk

menghindari terjebaknya hawa udara antar resin akrilik dan mold,

6. Letakkan kertas selopan diatas resin akrilik, dan pasang kuvet antagonis.

7. Press dan buang kelebihan sebanyak 2 kali, lepas kertas selopan, kemudian

press dan pasang baut.

D. Curing

Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan

polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.

Polimerisasi ada 2 cara yaitu,

1. Secara thermis yang disebut heat curing

2. Secara khemis (zat kimianya sudah ditambah dengan monomer) yang disebut

dengan cold/self curing.

Pemberian panas dapat secara :

a. Dry heat : dipanaskan dengan udara kering

b. Vapour heat : dipanaskan dengan uap panas

c. Water heat : dipanaskan dengan air panas yang biasa digunakan di

laboratorium

Pemberian panas ini harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan

polimer itu sendiri bersifat exsothermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka

temperature resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomernya akan

mendidih pada temperature 1000C. Oleh karena itu, pada tahap permulaan

polimerisasi, temperature air harus dijaga jangan terlalu tinggi. Dengan demikian

panas yang timbul dari reaksi polimerisasi dapat dialihkan ke bahan investingnya,

dan pemanasan yang berlebihan sehingga monomer mendidih akan

mengakibatkan terjadinya porositas pada hasil curing. Porositas dapat juga

disebabkan oleh mold yang kurang terisi atau selama curing kurang di press

sehingga terjadi shrinkage porosity.

Komposit pertama yang dikeraskan oleh proses polimerisasi teraktivasi

kimia, kadang kadang disebut sebagai cold curing. Cold curing diawali dengan

pengadukan kedua pasta. Selama proses pengadukan, hampir tidak mungkin

mencegah masuknya gelembung udara kedalam adukan. Gelembung udara ini

mengandng oksigen yang menyebabkan penghambatan oksigen selama

polimerisasi. Masalah lain dengan cold curing adalah bahwa operator tidak

memiliki pengendalian waktu kerja setelah bahan diaduk. Jadi, memasukkan

bahan dan pembentukan bahan pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan

begitu tahap inisiasi selesai. Jadi, proses polimerisasi terus menerus terganggu

sampai operator telah menyelesaikan proses pembentukan kontur restorasi.

Untuk mengatasi masalah ini, bahan-bahan yang tidak memerlukan

pengadukan mulai dikembangkan. Tujuan ini dicapai dengan menggunakan

sumber sinar untuk mengaktifkan sistem inisiator. Dengan mempertimbangkan

kekurangan resin cold curing, adalah bahwa bahan-bahan dengan pengerasan

sinar memiliki keuntungan dengan memungkinkan operator menyelesaikan baik

pemasukan bahan dan pembentukan kontur restorasi sebelum pengerasan

dimulai.

Alat dan bahan curing:

1. Alat perebus cuve (panci dan kompor)

2. Timer

3. Air

Prosedur kerja curing:

1. Masukkan kuvet dan air di dalam panci (air yang masih dingin)

2. Panaskan kuvet hingga air mendidih dan pertahankan selama 15 menit.

3. Matikan api dan biarkan kuvet dalam panci sampai dingin.

4. Setelah kuvet dingin, buka dan lepaskan model dari kuvet.

5. Bersihkan sisa gips yang masih melekat pada gigi tiruan akrilik.

E. Finishing dan Polishing

1. Finishing

Finishing merupakan proses atau tahap penyelesaiaan geligi tiruan dari

menyempurnakan bentuk akhir geligi tiruan dengan membuang sisa-sisa resin

akrilik di sekitar gigi. Tonjolan tonjolan akrilik pada permukaan landasan geligi

tiruan akibat dari processing.

Waktu proses penyelesaian berhati-hatilah melindungi batas dan kontur

geligi tiruan . jika cetakan telah diboxing dengan baik dan geligi malam/ trial

denture telah diwaxing dengan baik, garis luar geligi tiruan dengan mudah dapat

ditentukan. Selain itu, jika geligi tiruan malam telah di wax contouring dengan

seksama sesuai dengan bentuk yang diinginkan, proses penyelesaian yang

diperlukan akan lebih sederhana.

Flash adalah resin akrilik yang menonjol keluar atara kedua mould karena

tekanan yang dilakukan selama prosedur processing . buanglah flash dari geligi

tiruan de ngan menekan sedikit batas geligi tiruan pada arbon band yang berputar

perlahan lahan. Jika geligi tiruan ditrial packing dengan hati hati ,aka flash hamya

sedikit sekali. Berhati-hatilah membuang flash dan sisa stone yang berada

disekitar leher gigi dengan sebuah cungkil kecil/pahat yang tajam.

Gelembung air atau bahan asing lainnya yang terjebak dibawah permukaan

stone akan membentuk ruang kosong didalam mould. Tekanan yang digunakan

waktu prosedur packing dapat menyebabkan resin akrilik patah didalam ruang

kosong tersebut dan akan terlihat sebagai gumpalan/nodul diperukaan geligi tiruan

yang telah diproses. Periksalah geligi tiruan dengan jari tangan terhadap

gelembung resin akrilik dan hati-hati buanglah bila ada dengan stone/bur bulat

kecil.

2. Polishing

Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan geligi

tiruan tanpa mengubah konturnya .

Untuk mengkilapkan resin akrilik, semua guratan dan daerah kasar harus

dibuang, sehingga alat-alat abrasive harus digunakan untuk menghasilkan

permukaan geligi tiruan ang licin dan mengkilap. Suatu rag wheel khusus dan

brush wheel harus difunakan dengan salah satu bahan poles. Roda-roda ini tidak

boleh digunakan secara bergantian dengan bahan abrasive yang berbeda. Rag

wheel harus dibiarkan lembut dan basah dan digunakan dengan pumice basah

untuk mencegah panas yang berlebihan dari landasan geligi tiruan.

Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles tepi

permukaan lingual dan palatal geligi tiruan. Karena rag wheel dapat merusak

kontur asli dan stain pada permukaan fasial, maka tidak boleh menyentuh

permukaan fasial geligi tiruan.

Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial yang distain dengan

brush wheel putih dan bubuk pumice halus yang basah. Pada permukaan fasial

digunakan tekanan seringan mungkin dan putaran roda serendah mungkin.

Permukaan landasan geligi tiruan yang berhadapan dengan jaringan tidak

boleh dipoles.

Bila gigi-giginya dari akrilik, maka pada waktu pemolesan gigi-gigi akrilik

tersebut harus dilindungi dengan menutupi gigi-gigi akrilik tersebut dengan tape,

sehingga anatomi gigi tidak akan rusak.

2.3.3. Insersi dan Evaluasi

Pada tahap pemasangan gigi tiruan penuh, sering timbul masalah- masalah

yang meliputi evaluasi dan perawatan terhadap estetis, fonetik, iritasi, dan

kurangnya retensi dan stabilisasi.

1. ESTETIS

Seperti:

- Kesempurnaan di bawah hidung

- Bibir atas konkaf

- Gigi dan basis terlihat secara berlebihan

2. FONETIK

Untuk sesaat cara berbicara akan berubah

3. IRITASI JARINGAN LUNAK

Iritasi merata pada daerah pendukung gigi tiruan. Hal ini disebabkan oleh:

- Dimensi vertikal oklusi yang tinggi

- Disharmoni antara oklusi sntrik dan relasi sentrik

- Gangguan oklusi pada posisi eksentrik

- Kebiasaan jelek, bruksisim, xerostomia

Iritasi pada puncak linggir alveolus

- Tulang yang tajam

- Kontak oklusal yang defleksi

- Tidak teratur permuakaan gigi tiruan

- Puncak linggir yang tajam

- Penekanan basis gigi truan

Iritasi dekat vestibulum

- Tepi gigi tiruan tajam

- Tepi gigi tiruan tidak dipoles

Iritasi pada lereng lingual anterior dan lereng lateral dan linggir rahang bawah.

- Relasi sentrik dan oklusi sentrik tidak serentak

- Kontak oklusal defleksi pada molar 2

- Kontak oklusal defleksi unilateral

- Penekanan dari basis gigi tiruan

Iritasi pada daerah retro milohioid

- Perluasan berlebihan dari tepi gigi tiruan

- Gangguan oklusal anterior pada gerakan protrisif

- Kontak oklusal

Iritasi pada daerah tuberositas

- Perubahan dimensi dari gt ra

- Penekanan dari basis gt

Iritasi pada daerah raphe mediana

- Hilang dukungan

- Relief tidak cukup

- Kontak incisal berlebihan pada relasi sentrik

Iritasi mukosa labial

- Bentuk berlebihan dari permuk. Labial gigi tiruan

- Tekanan dari bibir

Iritasi yang seiringan pada sulkus labial, daerah retro milohioid

- Kebiasaan mengunyah yang jelek

- Gigi tiruan Rahang Atas longgar

4. HILANGNYA RETENSI DAN STABILISASI

Pada rahang atas :

Gigi tiruan jatuh saat mulut dibuka lebar

- Basis posterior kurang luas

- Kurang post. Palatal seal

- Perluasan berlebihan pada bukkal, labial, hamular notch

Gigi tiruan jatuh saat bernyanyi atau berbicara

- Kesalahan oklusi

- Kurang posterior palatal seal

- Perluasan kurang

- Perluasan berlebihan

Gigi tiruan jatuh atau bergesr dari sisi seimbang

- Hubungan gigi terhadap linggir alveolus tidak tepat

- Gangguan di atas tonjol bukkal, rahang atas, dan gigi rahang bawah, pada

satu sisi kerja atau fungsioanal

- Kontak oklusal defleksi pada tonjol – tonjol sisi seimbang.

Hilang retensi bila ketawa

- Perluasan gigi tiruan tidak tepat

- Aktivitas otot wajah ekstrim

Hilang retensi bila mencoba bersiul:

- Gangguan pada border seal

- Kurangnya retensi menyeluruh

- Gangguan oklusi berlebihan

- Kurang border seal

- Bentuk tepi gigi tiruan yang salah

- Menurunnya jaringan daerah pendukung gigi tiruan.

Pada rahang bawah :

Gigi tiruan terlepas

- Gangguan oklusal

- Hubungan susunan gigi dengan otot di sekitarnya

- Bentuk permukaan Gigi tiruan yang dipoles

- Posisi lidah yang retraksi

- Masalah pysikogenik

2.3.4.Kontrol

1. Pasien diinformasikan bahwa akan ada perubahan suara dan rasa tidak

nyaman setelah pemasangan gigi tiruan, namun hal itu tidak berlangsung

lama dan akan kembali normal

2. Pasien diintruksikan untuk memakai prothesa siang dan malam untuk 2-3 hari

pertama pemakaian dan hanya dilepas untuk dibersihkan setelah makan,

sebelum tidur, dan pagi hari. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat

penyesuaian mukosa terhadap bentuk gigi tiruan yang baru

3. Pasien diintruksikan untuk membaca atau bicara keras-keras selama

20menit/hari untuk penyesuaian dengan prothesa serta sering minum untuk

membasahi rongga mulutnya

4. Pasien diintruksikan untuk kontrol 3-4 haro setelah pemakaian prothesa untuk

pasien biasa dan 1-2 hari untuk pasien yang memiliki kasus mukosa yang

sudah menua dan mudah luka.

5. DHE

6. Gigi tiruan dibersihkan dengan sikat gigi dan pembersih khusus, maca

pembersihnya yaitu :

- Pembersih yang dapat beroksidasi ( mengandung alkali perkarbonat)

- Larutan hipoklorida

- Pembersih asam mineral

- Bubuk dan pasta yang mengandung bahan abrasif ringan

7. Gigi tiruan hendaknya dibersihkan setelah selesai makan dan direndam

dengan air untuk mencegah pengeringan

8. Mukosa pendukung dibersihkan dengan sikat gigi yang lembut dan perlahan

untuk menghindari kerusakan mukosa selama 1-2 menit tiap pagi dan malam

hari.