BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan...

29
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2012). Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012).Teori ini disebut teori S-O- R (stimulus-organisme-respon) (Skiner dalam notoatmodjo, 2012). 2.1.2 Bentuk Perilaku Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang belum dapat untuk diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan nyata sehingga dapat untuk diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011). 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2012) faktor yang mempengaruhi perilaku adalah :

Transcript of BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan...

Page 1: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012).Teori ini disebut teori S-O-

R (stimulus-organisme-respon) (Skiner dalam notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Bentuk Perilaku

Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tertutup

(covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup

merupakan respon seseorang yang belum dapat untuk diamati secara jelas

oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari

seseorang dalam bentuk tindakan nyata sehingga dapat untuk diamati

lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011).

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012) faktor yang mempengaruhi perilaku

adalah :

Page 2: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

1. Faktor Intrinsik

a. Umur

Semakin bertambahnya umur, pengalaman hidupnya juga

semakin banyak, maka diharapkan dengan pengalaman yang

dimiliki perilaku orang tersebut juga positif.

b. Integensi

Seseorang yeng memiliki integensi tinggi akan lebih cepat

menerima informasi.

c. Tingkat Emosional

seseorang yang sedang dalam keadaan emosi cenderung

tidak terkontrol sehinga akan mempengaruhi perilakunya.

2. Faktor Ekstrinsik

a. Lingkungan

Seseorang yang bergaul dengan lingkungan orang-orang

yang mempunyai pengetahuan tinggi maka akan secara

langsung atau tidak langsung pengetahuan yang dimiliki akan

bertambah, dan perilakunya akan lebih baik. Orang yang

bertempat tinggal di lingkungan yang keras tentu akan

berpengaruh terhadap perilaku kesehatan keseharian.

b. Pendidikan

Orang yang memiliki pendidikan yang tinggi cenderung

memiliki perilaku yang otomatis positif karena sebelum

melakukan sesuatu orang tersebut pasti akan berpikir secara

matang dan dapat tahu apa akibat yang akan ditimbulkan.

Page 3: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

c. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap

perilaku seseorang.

d. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan suatu hasil berinteraksi antar

manusia dalam wilayah tertentu. Sehingga orang tinggal di

wilayah itu perilakunya sedikit demi sedikit akan

menyesuaikan sesuai dengan kebudayaan di wilayah tersebut.

2.1.4 Proses Pembentukan Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2012), dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan.

Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness

Orang (subyek) menyadari dalam dalam arti dapat

mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.

2. Interest

Orang ini sudah mulai tertarik kepada stimulus yang

diberikan. Sikap subyek sudah mulai timbul.

Page 4: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

3. Evaluation

Orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya sendiri. Berarti sikap

responden sudah mulai lebih baik.

4. Trial

Orang (subyek) mulai mencoba perilaku baru sesuai dengan

apa yang dikehendaki stimulus.

5. Adoption

Orang (subyek) tersebut telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru melalui tahap seperti

diatas, yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.

2.1.5 Domain Perilaku

Berdasarkan dari Teori Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga

yaitu cognitive domain, affective domain, dan psicomotor

domain.(Notoatmodjo, 2012). Dalam perkembangan selanjutnya

para ahli pendidikan dan untuk kepetingan pengukuran hasil,

ketiga domain tersebut diukur dari :

1. Cognitive Domain diukur dari pengetahuan (knoeledge)

Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses

pembelajaran seseorang terhadap sesuatu baik itu yang

Page 5: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

didengar maupun yang dilihat (Fitriani, 2011). Tercakup dalam

6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini merupakan mengingat kembali (recall) sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui

dan dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara

benar.

3. Aplikasi (appication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(yang sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

Page 6: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

5. Sintesis (synthesis)

Merupakan kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

2. Affective Domain diukur dari sikap (attituade)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Alport

(1954) yang dikutip notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa

sikap memiliki 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend tobrhave).

Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan.Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti

fasilitas atau sarana dan prasarana.

Page 7: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

3. Psicomotor Domain diukur dari praktik atau tindakan

(practice)

Menurut Notoatmodjo (2012), praktik atau tindakan ini dapat

dibedakan menjadi beberapa tingkatan :

1. Praktik terpimpin (guided respons)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu

tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan

panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis.

3. Adopsi (adoption)

Suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang. Artinya apa yang telah dilakukan tidak

sekedar ritunitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang

berkualitas.

Cara menilai prakik dapat diartikan melalui observasi,

check list dan kuesioner. Check list berisi daftar variabel yang akan

dikumpulkan datanya. Selain menggunakan obsevasi, check list,

penilaian praktik juga dapat dilakukan dengan kuesioner (Arikunto,

2010).

Page 8: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

2.2 Konsep Cedera

2.2.1 Pengertian Cedera

Cedera adalah dampak dari suatu agen eksternal yang

menimbulkan kerusakan baik fisik maupun mental (Dewi ratna, 2011).

Cedera adalah rusaknya struktur atau fungsi tubuh akibat pertukaran

energi yang terjadi secara mendadak. Energi ini dapat muncul dalam

berbagai bentuk, seperti panas atau dingin, listrik maupun benda-benda

lainnya (Oktavia, 2008).

Cedera adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh

yang disebabkan karena suatu tekanan fisik maupun kimiawi, luka dapat

juga merujuk pada batin dan perasaan (Wikipedia, 2008).

Menurut Suma’mur (2009), World Health Organization (WHO)

mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai suatu kejadian yang tidak dapat

dipersiapkan penanggualangan sebelumnya sehingga menghasilkan

cedera yang riil.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi Suma’mur (2009) disebabkan oleh dua

fakor, yaitu :

1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan

atau cedera meliputi aturan kerja, kemampuan bekerja (usia, masa

kerja/pengalaman), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang

mendatangkan kecelakaan atau cedera, ketidakcocokan fisik dan

mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan

Page 9: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak

mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja

sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan

sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan.

Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan

penyakit. Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja maupun cedera

kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini

dikarenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak memenuhi

keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk dan lelah.

2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi

dengan alat pelindung, alat pelindung tidak dipakai, alat-alat kerja

yang telah rusak. Faktor mekanik dan lingkungan dapat pula

dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu.

Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-

faktor keadaan lingkunga kerja yang penting dalam kecelakaan kerja

maupun cedera kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house

keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara

penyimpanan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya.

Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu,

keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja.

Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat

kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

Page 10: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

2.2.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan International (ILO) tahun 1962

dalam Suma’mur (2009), klasifikasi kecelakaan kerja sebagai berikut :

1. Berdasarkan jenis pekerjaan

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Tertumpuk atau terkena benda-benda

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tubuh

g. Terkena arus listrik

h. Kontak bahan berbahaya atau radiasi

2. Berdasarkan penyebab

a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin

pengergajian kayu

b. Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan peralatannya,

alat angkut darat, udara dan air

c. Peralatan lain misalnya, dapur terbakar dan pemanas, instalasi

pendingin, alat-alat listrik.

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, debu,

gas, zat-zat kimia

e. Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan

dibawah tanah)

Page 11: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

3. Berdasarkan sifat luka atau kelainan

a. Patah tulang

b. Dislokasi (keseleo)

c. Regang otot

d. Memar dan luka dalam yang lain

e. Amputasi

f. Luka dipermukaan

g. Gegar dan remuk

h. Luka bakar

i. Keracunan-keracunan mendadak

j. Pengaruh radiasi

4. Berdasarkan letak kelainan ata luka di tubuh

a. Kepala

b. Leher

c. Badan

d. Anggota gerak atas

e. Anggota gerak bawah

2.2.4 Kerugian oleh karena Kecelakaan

Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita, sedangkan

sesama pekerja ikut bersedih dan berduka cita. Kecelakaan seringkali

disertai terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan juga kematian.

Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi

pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan tempat ia bekerja.

Page 12: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

Tiap kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian yang antara lain

tergambar dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang

dikeluarkan akibat terjadinya kecelakaan seringkali sabgat besar, padahal

biaya tersebut bukan semata-mata beban suatu perusahaan melainkan

juga beban masyarakat dan negara secara keseluruhan. Biaya ini dapat

dibagi menjadi biaya langsung meliputi biaya atas P3K, pengobatan,

perawatan, biaya angkutan, upah selama tidak mampu bekerja,

kompensasi cacat, biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan-

perlengkapan, mesin dan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang

tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi,

seperti berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja lainnya

menolong korban, biaya yang harus dipertimbangkan untuk mengganti

orang yang tertimpa kecelakaan dan sedang sakit serta berada dalam

perawatan dengan orang baru yang belum biasa bekerja pada pekerjaan

di tempat terjadinya kecelakaan (Suma’mur, 2009).

2.2.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang

penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan

diketahui degan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi.

Metode analisis penyebab kecelakaan harus benar-benar diketahui dan

diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab

terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan

kerja yang sangat penting, artinya dilakakukan identifikasi bahaya yang

Page 13: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan

serta mengakses besarnya resiko bahaya.

Pencegahan kecelakaan kerja Suma’mur (2009) ditujukan kepada

lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama

faktor manusia.

1. Lingkungan

Syarat lingkunga kerja dibagi tiga bagian, yaitu :

a. Memenuhi syarat aman, meliputi hygiene umum, sanitasi,

ventilasi udara, pencahayaan dan penerangan ditempat kerja dan

pengaturan suhu udara ruang kerja.

b. Memenuhi syarat keselamayan, meliputi kondisi gedun dan

tempat kerja yang dapat menjamin keselamatan.

c. Memenuhi penyelengaraan ketatarumahtanggaan, meliputi

pengaturan penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan

mesin, penggunaan tempat, dan ruangan.

2. Mesin dan peralatan kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didarakan pada perencaaan yang

baik dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan

yang baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman pada

bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak, antara lain bagian

yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus

diketahui dengan pasti efektif tidaknya padar atau penutup

pengamana tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang

Page 14: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya

keselamatan pekerja dilindungi.

3. Perlengkapan kerja

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus

terpenuhi bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja,

sarung tangan, pelindung kepala, kacamata, pelindung wajah,

pelindung kaki, yang semuanya harus cocok ukurannya sehingga

menimbulkan kenyamanan dalam pengunaanya.

4. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan

kerja, mempertimbangkan batas kemampuan dan keterampilan

pekerja. Meniadakan hal-hal yang mengurangi konsetrasi kerja,

menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang

mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya

ketidakcocokan fisik dan mental.

2.3 Konsep Alat Pelindung Diri

2.3.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai

untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya kecelakaan kerja,

dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan

kerja yang terjadi.Peralatan pelindung diri tidak menghilangkan ataupun

mengurangi bahaya yang ada.Peralatan ini hanya mengurangi jumlah

kontak dengan bahaya (Suma’mur, 2009).

Page 15: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang

digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya

dari kemungkinan adanya paparan potensi bahaya lingkungan kerja

terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan

tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu di utamakan

namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat di kendalikan

sepenuhnya,sehingga di gunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung

haruslah enak di pakai, tidak menggangu kerja dan memberikan

perlindungan yank efektif (Suma’mur, 2009). Suma’mur (1996)

menunjukan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat

pelindung diri, yaitu :

1. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai

dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar

benar-benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada

tenaga kerja.

2. Penguji Mutu

Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan

untuk menjamin bahwa lat pelindung diri akan memberikana perlindungan

sesuai dengan yang diharapkan.

Page 16: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

3. Ukuran Harus Tepat

Untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga

kerja, maka ukuran alat pelindung diri harus tepat.

4. Cara Pemakaian Yang Benar

Seharusnya alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-

alat ini tidak akan memberikan manfaat yang maksimal jika cara

memakainya tidak benar. Tenaga kerja seharunya diberikan pengarahan

tentang :

a. Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi

bahaya yang ada.

b. Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan

diterima oleh tenaga kerja jika tidak pakai alat pelindung diri yang

diwajibkan.

c. Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus

dijelaskan pada tenaga kerja.

d. Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja menggunakan alat

pelindung diri.

e. Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar

tidak menimbulkan kerusakan ataupun penurunan fungsi alat.

2.3.2 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

Jenis-jenis alat pelindung diri melipui (Tarwaka,2009) :

1. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata

dari percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil

Page 17: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan

iritasi mata, radiasi gelomabng elektronik, panas radiasi sinar

matahari, pukulan atau benturan benda keras.

Jenis APD :Spectacles, Google

2. Alat Pelindung Kepala

Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin

yang berputar dan untuk melindungi kepala dari terbentur benda

tajam atau keras, bahaya kajatuhan benda atau terpukul bendayang

melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari.

Jenis APD :Safety Helmets, Helm, Hats/cap

3. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi

intensitas yang masuk kedalam telinga.

Jenis APD :Ear Plug, Ear Muf

4. Alat Pelindung Tangan

Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya

dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan

dingin, kontak dengan arus listrik. Sarung tangan terbuata dari

karet untuk melindungi kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus

listrik; sarung tangan dari kain/katun untuk melindungi kontak

dengan panas dan dingin.

Page 18: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

5. Pakaian Pelindung

Digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh

dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia.

Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian

tubuh pemakainya yaitu mulai dari daerah dada sampai lutut atau

overall yaitu menutupi seluruh bagian tubuh.Apron dapat terbuat

dari kain dril, kulit, plastik PVC/polyethyline, karet, asbes atau

kain yang dilapisi aluminium. Apron tidak boleh digunakan di

tempat-tempat kerja yang dimana terdapat mesin-mesin yang

berputar.

6. Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi

pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara

terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan.

Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung

pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang

potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan

kerja.

Jenis APD :Masker, Respirator.

7. Alat Pelindung Kaki

Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari

benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda

panas, kontak dengan arus listrik.

Page 19: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

8. Sabuk Pengaman Keselamatan

Digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan

terjatuh dari ketinggian, seperti pekerjaan mendaki, memanjat, dan

pada pekerjaan kontruksi bangunan.

2.3.3 Pemilihan Alat Perlindungan Diri

Setiap tempat kerja mempunyai potensi bahaya yang berbeda-beda

sesuai dengan jenis, bahan dan proses produksi yang dilakukan. Dengan

demikian, perlu adanya adanya pemilihan alat perlindungan diri sesuai

potensi bahaya di tempat kerja masing-masing. Pemilihan dan

penggunaan alat perlindungan diri harus memperhatikan aspek-aspek

sebagai berikut (Tarwaka, 2008) :

1. Aspek Teknis, meliputi :

a. Pemilihan berdasarkan jenis dan bentuknya. Jenis dan bentuk alat

perlindungan diri harus disesuaikan dengan bagian tubuh yang

dilindungi.

b. Pemilihan berdasarkan mutu dan kualitas. Mutu perlindungan diri

akan menentukan tingkat keparahan dan suatu kecelakaan dan

penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.

c. Pemilihan penentuan jumlah alat perlindungan diri. Jumlah yang

diperlukan harus sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang terpapar

potensi bahaya di tempat kerja.

d. Pemilihan teknik penyimpanan dan pemeliharaan. Penyimpanan

investasi untuk penghematan daripada pemberian alat

perlindungan diri.

Page 20: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

2. Aspek Psikologis

Disamping aspek teknis, terdapat juga aspek psikologis yang

menyangkut masalah kenyamanan dalam penggunaan alat pelindung

diri juga sangat penting untuk diperhatikan. Timbulnya masalah baru

bagi pemakai harus dihilangkan, seperti terjadi gangguan terhadap

kebebasan gerak pada saat memakai alat pelindung diri. Penggunaan

alat pelindung diri tidak menimbulkan alergi, gatal-gatal pada kulit,

tidak malu saat memakainya karena bentuknya kurang menarik.

Ketentuan pemilihan alat pelindung diri meliputi (Tarwaka,2008) :

a. Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang

adekuat terhadap bahaya yang dihadapioleh tenaga kerja.

b. Alat pelindung hendaknya ringan untuk dipakai dan alat tersebut

tidak menyebabkan ketidaknyamanan.

c. Bentuknya harus cukup menarik.

d. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

e. Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ada.

f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi

pemakainya.

g. Alat tersebut tidak membatasi gerak bagi pemakainya.

h. Alap pelindung tahan lama untuk pemakain yang lama.

i. Suku cadangnya mudah didapat guna untuk mempermudah

pemeliharaanya.

Page 21: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

2.3.4 Kriteria Alat Perlindungan Diri

Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu diperhatikan

pula beberapa kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai

berikut (Tarwaka, 2008) :

1. Alat pelindung diri harum mampu melmberikan perlindungan efektif

kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja.

2. Alat pelindung diri mempunyai berat seringan mungkin. Nyaman

dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.

3. Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu

memakainya.

4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis

bahayanya maupun kenyamananya dan pemakainya.

5. Mudah untuk dilepas dan dipakai kembali.

6. Tidak menggangu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta

gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu ang

cukup lama.

7. Tidak mengurangi perserpsi sensoris dalam menerima tanda-tanda

peringatan.

8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia

dipasaran.

9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang

ditetapkan.

Page 22: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

2.4 Konsep Pekerja

2.4.1 Pengertian Pekerja

Pekerja merupakan orang yang bekerja dengan maksud

memperoleh penghasilan paling sedikit dua hari dalam seminggu sebelum

hari pencacahan dinyatakan sebagai pekerja, penduduk usia kerja yang

bekerja dan mencari pekerjaan untuk mendapat upah (Barthos, 2009).

Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain. Batasan umur diindonesia dipilih batasan

umur minimum 21 tahun tanpa batas umur maksimum. Pemilihan umur

21 tahun sebagai batas umur minimum merupakan berdasarkan kenyataan

bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk yang sudah bekerja

atau yang mencari pekerjaan satu tugas perkembangannya merupakan

bekerja (UU No. 13 tahun 2003).

2.5 Industri Mebel

2.5.1 Pengertian Industri Mebel

Mebel kayu adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah

tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, tempat duduk,

tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh

barang di permukaannya, misalnya mebel kayu sebagai tempat

penyimpanan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, Contoh

lemari pakaian, lemari buku, dan lain-lain. Mebel kayu dapat terbuat dari

kayu, bambu, logam, plastik dan lain sebagainya. Mebel kayu sebagai

produk artistik biasanya terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan

tekstur indah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus.

Page 23: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

Menurut Depkes RI (2002), industri mebel kayu adalah pekerja sektor

informal yang menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan

baku/utama alam proses produksinya serta menerapkan cara kerja yang

bersifat tradisional.

2.5.2 Proses Produksi Industri Mebel Kayu

Pada dasarnya pembuatan mebel dari kayu melalui lima proses

utama yaitu : proses pengergajian kayu, penyiapan bahan baku, proses

penyiapan komponen, proses perakitan dan pembentukan (bending), dan

proses akhir. (Depkes RI 2002) :

1. Pengegergajian Kayu

Bahan baku kayu tersedia dalam bentuk kayu gelondongan

sehingga masih perlu mengalami penggergajian agar ukutannya

menjadi lebih kecil seperti balok atau papan. Pada umunya,

pengergajian ini menggunakan gergaji secara mekanis atau dengan

gergaji besar secara manual. Proses ini menimbulkan debu yang sangat

banyak dan juga menumbulkan bising.

2. Penyiapan Bahan Baku

Proses ini dilakukan dengan menggunakan gergaji baik dalam

benuk manual maupun mekanis, kampak, parang, dan lain-lain. Proses

ini juga menghasilkan debu terutama ukuran yang besar karena

menggunakan mata gergaji atau alat yang lainnya yang relatif kasar

serta suara bising.

Page 24: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

3. Penyiapan Komponen

Kayu yang sudah dipotong menjadi ukuran dasar bagian mebel,

kemudian dibentuk menjadi komponen-komponen mebel sesuai yang

diinginkan dengan cara memotong, meraut, mengamplas, melobangi,

dan mengukir, sehingga jika dirakit akan membentuk mebel yang

indah dan menarik.

4. Perakitan dan Pembentukan

Komponen mebel yang sudah jadi, dipasang dan dihungkan satu

sama lain hingga menjadi mebel. Pemasagan ini dilakukan dengn

mengunakan baut, sekrup, lem, paku ataupun pasak kayu yang kecil

dan lain-lain untuk merekatkan hubungan antara komponen.

5. Penyelesaian Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada penyelesaian akhir ini meliputi :

(1) Pengamplasan / penghalusan permukaan mebel

(2) Pendempulan lubang dan sambungan

(3) Pemutihan mebel dengan H202

(4) Pemlituran atau ”sanding sealer”

(5) Pengecatan dengan ”wood stain” atau bahan pewarna lain

(6) Pengkilapan dengan menggunakan melamic clear.

Pada bagian ini menimbulkan debu kayu dan bahan kimia serta

pewarna yang tersedia di udara, seperti H2O2, sanding sealer, melamic

clear, dan wood stain yang banyak menguap dan berterbangan di

udara, terutama pada penyemprotan yang mengggunakan sprayer.

Page 25: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

6. Pengepakan

Proses pengepakan sebenarnya bukan lagi bagian pembuatan mebel

karena sebelum masuk proses ini mebel telah selesai. Tahap ini

merupakan langkah penyiapan mebel untuk dipasarkan dan hanya

ditemukan terutama pada industri mebel sektor formal.

2.5.3 Bahaya dan Akibat yang Terjadi Pada Industri Mebel

a. Pengergajian

1. Debu Kayu

Debu kayu terjadi akibat proses penggergajian dapat masuk kedalam

tubuh melalui saluran pernafasan dan dapat pula menyebabkan alergi

terhadap kulit.

Dampak negatif dari debu terhadap kesehatan dapat berupa :

Iritasi dan alergi terhadap saluran pernafasan.

Alergi terhadap kulit.

2. Bising

Kegiatan pengergajian, pemotongan, pelubangan, dan penyambungan

umumnya akan menimbulkan kebisingan yang dapat meneyebabkan

gangguan aktivitas, konsentrasi dan pendengaran, gangguan

pendengaran yang timbul pada awalnya masih bersifat sementara,

tetapi pada pemajanan tingkat kebisingan tertentu, misalnya lebih dari

85 Db (A) dan dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan

kerusakan pendengaran yang menetap sehingga menyebabkan tuli

yang tidak diobati dari pekerja yang bersangkutan.

Page 26: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

3. Posisi kerja yang tidak benar/tidak ergonomis (seperti jongkok,

membungkuk, akan menimbulkan nyeri otot dan punggung).

b. Penyiapan Bahan Baku/Penyiapan Komponen

Debu dan pertikel kecil kayu banyak terjadi pada kegiatan ini

yaitu pada proses pemotongan kayu sebagai persiapan

komponen mebel, juga pada proses pembentukan kayu. Debu

kayu ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran

pernafasan, serta dapat pula menyebabkan iritasi dan alergi

terhadap saluran pernafasan pernafasan dan kulit.

Kebisingan yang ditimbulkan pada proses ini dapat

menyebabkan gangguan aktivitas, konsentrasi dan pendengaran,

baik sementara maupun tetap. Akibat cara kerja yang kurang

konsentrasi dapat menimbulkan kecelakaan/bahaya seperti

tertusuk paku, sekrup dan lain-lainnya.

Sikap dan posisi kerja yang tidak benar/tidak ergonomis (seperti

jongkok, membungkuk) akan menimbulkan nyeri otot dan

punggung serta gangguan fungsi dan bentuk otot.

Cara kerja yang kurang hati-hati dapat menimbulkan luka

terpukul, tersayat atau tertusuk.

c. Penyerutan dan Pengamplasan

Debu yang terjadi akibat proses penyerutan dan pengamplasan

dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan serta dapat

menyebabkan alergi pada kulit. Dampak negatif terhadap terhadap

kesehatan dapat berupa:

Page 27: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

Iritasi dan alergi saluran pernafasan.

Alergi terhadap kulit.

d. Perakitan

Suara bising berupa ketukan dan suara nyaring lainnya dapat

menggangu konsentrasi, aktivitas dan gangguan pendengaran.

Akibat cara kerja yang kurang konsentrasi dapat menimbulkan

kecelakaan/bahaya seperti tertusuk paku, sekrup dan lain-lainnya.

e. Pemutihan/Pengecatan

Uap cat/zat kimia seperti H2O2, thinner, sanding sealer, melamic

clear, wood stain serta jenis cat lainnya dapat mengakibatkan :

Peradangan pada saluran pernafasan, dengan gejala batuk,

pilek, sesak nafas, demam.

Iritasi pada mata dengan gejala mata pedih, kemerahan,

berair.

Page 28: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada

2.6 Kerangka Konsep

Keterangan :

: diteliti : tidak diteliti

: berhubungan

: berpengaruh

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Perilaku Pencegahan Cedera dengan Penggunaan APD

(Alat Pelindung Diri) pada Pekerja Industri Mebel Di Kelurahan Patihan

Wetan, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo.

Faktor ekstrinsik :

a. Lingkungan

b. Pendidikan

c. Sosial

ekonomi

d. Kebudaayaan

n

Faktor instrinsik :

a. Umur

b. Intelegensi

c. Tingkat

emosional

Perilaku pencegahan cedera dengan

pengguanaan APD pada pekerja mebel

meliputi :

1. Alat Pelindung Diri (APD) Mata

2. Alat Pelindung Diri (APD)

Pernafasan

3. Alat Pelindung Diri (APD) Tangan

4. Alat Pelindung Diri (APD) Kaki

5. Pakaian Pelindung

6. Pemakaian Alat Pelindung dengan

Benar.

Pekerja Industri

Mebel

Beresiko

terjadinya

kecelakaan kerja

maupun cedera

kerja

Kecelakaan kerja

Negatif Positif

Page 29: BAB 2 - eprints.umpo.ac.ideprints.umpo.ac.id/4445/2/BAB 2 KTI THITA.pdf · Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan pada