Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

9
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era masa kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang sudah go public pada umumnya menginginkan agar laporan keuangan mereka sudah sesuai dengan yang standar yang berlaku umum dan tidak adanya kesalahan-kesalahan pada laporan keuangan yang telah dibuat. Oleh karena itu dibutuhkan jasa akuntan publik untuk memeriksa apakah laporan keuangan yang sudah mereka buat sudah sesuai dan tidak terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan tersebut, selain memberikan jasa akuntan publik auditor pun dapat memeriksa apakah adanya tindakan kecurangan yang dibuat oleh perusahan dalam laporan keuangan yang dihasilkan. Akan tetapi Banyaknya kasus kegagalan auditor dalam menemukan kecurangan telah membuat kepercayaan masyaraka terhadap auditor sebagai bagian pemeriksa t menjadi menurun. Dikarenakan kegagalan auditor dalam melakukan proses audit dan proses pendeteksian kecurangan. Dalam melakukan pekerjaannya seorang auditor dituntut untuk bertindak secara profesional, memiliki pengalaman yang baik dan sikap yang independen dan skeptisme terhadap informasi yang diberikan oleh perusahan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan bahwa tujuan auditor adalah memberikan assurance yang memadai (Reasonable Assurance) bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan (error)

description

jkjh,h,j,hgjn,nm,mn,mnbm,nbm,nbm,mnbnm,mnbnm,mnbnm,mjhjk,kjhjk,gfiofpohsjphojpfosjgphojpfosjh e8fuhsjc;pvokcx[pojkpodjflgvcviuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuxhoivhofidhosihdofihgofihdoishodifhgfdfg

Transcript of Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

Page 1: Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam era masa kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang

sudah go public pada umumnya menginginkan agar laporan keuangan mereka

sudah sesuai dengan yang standar yang berlaku umum dan tidak adanya

kesalahan-kesalahan pada laporan keuangan yang telah dibuat. Oleh karena itu

dibutuhkan jasa akuntan publik untuk memeriksa apakah laporan keuangan yang

sudah mereka buat sudah sesuai dan tidak terjadinya kecurangan dalam laporan

keuangan tersebut, selain memberikan jasa akuntan publik auditor pun dapat

memeriksa apakah adanya tindakan kecurangan yang dibuat oleh perusahan dalam

laporan keuangan yang dihasilkan. Akan tetapi Banyaknya kasus kegagalan

auditor dalam menemukan kecurangan telah membuat kepercayaan masyaraka

terhadap auditor sebagai bagian pemeriksa t menjadi menurun. Dikarenakan

kegagalan auditor dalam melakukan proses audit dan proses pendeteksian

kecurangan.

Dalam melakukan pekerjaannya seorang auditor dituntut untuk bertindak

secara profesional, memiliki pengalaman yang baik dan sikap yang independen

dan skeptisme terhadap informasi yang diberikan oleh perusahan. ISA

(International Standard on Auditing) menegaskan bahwa tujuan auditor adalah

memberikan assurance yang memadai (Reasonable Assurance) bahwa laporan

keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan (error)

Page 2: Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

2

atau manipulasi (fraud). Salah satu definisi fraud adalah (1) perbuatan melawan

hukum, (2) perbuatan yang mengandung unsur kesengajaan, niat jahat penipuan

(deception), penyembunyian (concealment), penyalahgunaan kepercayaan

(vialtion of trust), (3) perbuatan yang bertujuan mengambil keuntungan haram

(illegal advantage) yang bisa berupa uang, barang/harta atau tidak membayar jasa.

(Tuanakotta, 2013: 28)

Seorang auditor diharuskan bersifat skeptisme terhadap berbagai hal yang

ada disekitarnya. Salah satu terjadinya kegagalan audit (Audit failure) adalah

rendahnya skeptisme profesional dari auditor itu sendiri. Skeptisme profesional

yang rendah ini menumpulkan kepekaan auditor terhadap kecurangan baik yang

nyata maupun yang berupa potensi, atau terhadap tanda-tanda bahaya (red flags,

warning signs) yang mengindikasi adanya kesalahan (Accounting error) dan

kecurangan (fraud) (Tuanakotta, 2011:77)

Pengguna kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut

auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Skeptisme profesional itu

sendiri adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan

melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Pengumpulan dan penilaian bukti

audit secara objektif menuntut auditor mempertimbangkan kompetensi dan

kecukupan bukti tersebut. Oleh karena itu bukti dikumpulkan dan dinilai selama

proses audit, skeptisme profesional harus digunakan selama proses tersebut.

(SPAP, 2011: 230. 2)

Page 3: Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

3

Dalam paper yang dilakukan oleh Plumlee, Breet dan Andrew (2012)

dijelaskan bahwa dalam The public companies accounting oversight board

(PCAOB) melaporkan bahwa ini kekurangan berlanjut antara tahun 2004 dan

2007 dengan delapan perusahaan audit terbesar memiliki audit kekurangan yang

disebabkan, setidaknya sebagian oleh kegagalan untuk menerapkan tingkat yang

sesuai profesional skeptisme (PCAOB 2008). Hal ini memberikan bukti bahwa

lebih jauh tentang kegagalan audit yang kemudian membawa efek yang cukup

serius kepada masyarakat bisnis maupun perusahaan.

Seorang auditor dalam melakukan proses audit harus dengan dibekali

keahlian yang didapat dari pengalaman dia bekerja sebagai auditor. Menurut

SPAP (2011: 210.1) menjelaskan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang

atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai

auditor. Dengan bertambahnya pengalaman auditor dalam melakukan proses

audit ini akan mengembangkan diri auditor itu sendiri dalam melakukan proses

audit. Menurut Mulyadi (2002) dijelaskan bahwa seorang auditor harus

mempunyai pengalaman dalam kegiatan auditnya, pendidikan formal, dan

pengalaman kerja dalam profesinya. Semakin bertambahnya pengalaman dapat

dilihat dari pelatihan teknis yang dilakukan oleh auditor tersebut, lamanya dia

bekerja, seberapa banyak klien yang telah diauditnya, dan berapa lama masa dia

bekerja sebagai auditor itu sendiri. Sharma (2012) menjelaskan bahwa seorang

auditor yang tidak memiliki pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan untuk

mendeteksi kecurangan dan mencegah penipuan akan sulit untuk melakukan

Page 4: Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

4

pendeteksian, hal ini memperlihatkan bahwa pengalaman dibutuhkan agar

membuat auditor tersebut mampu mendeteksi dan mencegah kecurangan.

Beberapa kasus terjadinya kegagalan auditor dalam menemukan

kecurangan seperti halnya kasus PT. Kimia Farma, pada tahun 2002. Dalam

kasus ini terjadi penggelembungan laba yang terjadi dikarenakan kesalahan yang

mendasar yang mungkin terjadi karena kesalahan perhitungan matematis,

kesalahan penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, dan

indikasi kecurangan maupun kelalaian. Pada kasus ini auditor yang menangani

pemeriksaan pada perusahaan ini dikenakan sanksi dikarenakan tidak berhasil

mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT. Kimia farma

tersebut (www.tempo.co).

Lalu kasus lain ditahun 2012 yang memperlihatkan kurangnya sikap

skeptisme oleh auditor yang mengaduit pemeriksaan laporan keuangan tahun

2012 pada kementrian agama dan kementrian dalam negeri. Dalam pemeriksaan

ini kementrian dalam negeri dan kementrian agama sebenarnya telah mendapat

opini WTP DPP (Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan), namun

BPK akan tetap melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu pada kedua

kementrian tersebut. Menurut salah satu anggota V BPK rencana pemeriksaan

tersebut dikarenakan di kementrian dalam negeri banyak menemukan penyajian

persediaan blanko e-ktp yang tidak seluruhnya didukung hasil rekonsiliasi antar

dokumen secara memadai, serta pencatatan dan pelaporan aset tetap yang berasal

dari tugas pembantuan yang tidak tertib. Audit investigasi terhadap kementrian

agama terkait aset. Satuan kerja dikementrian ini mencapai 4,467, sehingga butuh

Page 5: Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

5

pemeriksaan untuk memastikan keberadaannya, peruntukan, kepemilikan dan

nilai aset tersebut. (www.Akuntanonline.com)

Lalu kasus lain adalah terjadinya penggelembungan aset ditahun 2005

pada PT (Persero) Waskita Karya. Penggelembungan aset ini mencuat ketika

terjadi pergantian direksi. Direksi utama pengganti tidak menerima begitu saja

laporan keuangan manajemen lama dan kemudian meminta pihak ketiga lain

untuk melakuan audit mendalam atas akun tertentu. Dalam laporan keuangan di

tahun 2008, diungkapkan bahwa terdapat salah saji penggelembungan aset di

tahun 2005 sebesar Rp. 5 miliar. Nilai Rp. 5 miliar tersebut terdiri dari dua proyek

yang sedang berjalan, proyek yang pertama adalah proyek renovasi kantor

gubernur riau dan proyek yang keduadalah proyek pembangunan gelanggang olah

raga bulian jambi. Sebagai gambaran tentang seberapa besar materi kas nilai

dugaan penggelembungan aset pada tahun 2005. Tahun 2005. Nilai aset PT.

Waskita Karya Persero adalah sebesar Rp. 1,6 triliun, dan nilai yang diduga

digelembungkan oleh manajemen pada tahun 2005 adalah sebsar Rp. 5 miliar atau

sebesar 0,3% dari nilai aset tersebut. dalam kasus ini terlihat bahwa adanya mark

up oleh manajemen dan izin Akuntan Publik Waskita terancam jika terbukti ikut

membantu dalam penggelembungan akan tetapi akibat kasus ini KAP yang

menaungi PT Waskita Karya kehilangan stastus rekanan dengan lima anak

BUMN dikarenakan gagal mengaudit.

Dari berbagai kasus diatas terlihat bahwa auditor kurang adanya sikap

skeptisme dalam melakukan proses audit sehingga mempengaruhi dalam

melakukan pendeteksian pada perusahaan tersebut. para pengguna laporan

Page 6: Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

6

keuangan mengharapkan auditor untuk mendeteksi kecurangan. (Boyton,1996

:67). Dalam mendeteksi kecurangan seorang auditor diharuskan untuk memahami

jenis, gejala dan tanda-tanda kecurangan. Fullerton dan Durtschi (2004)

mengemukakan dalam mendeteksi kecurangan dapat dilihat dari segi fraud

symptoms atau gejala kecurangan apakah ada atau tidak. Jaffar (2009) dalam

kemampuan mendeteksi kecurangan dilihat apakah auditor mampu menilai resiko

kecurangan yang akan terjadi apakah tingkatnya tinggi atau kecil.

Beberapa penelitian yang belum memberikan hasil yang seragam adalah

hasil penelitian yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2004), Carpenter

(2002), Noviyanti (2008) yang menyatakan bahwa skeptisme profesional yang

tinggi akan mempengaruhi dalam mendeteksi kecurangan. Sementara menurut

penelitian yang dilakukan oleh Jamal, Jhonson dan Berryman (1995), Zimbelman

(1997) dalam Carpenter (2002) menunjukan bahwa auditor dengan sikap skeptis

masih gagal dalam mendeteksi fraud, lalu peneliti Hoffman & patton (1997),

Braun (2000) mencatat bahwa auditor dengan sikap skeptis terkadang gagal untuk

mendeteksi kecurangan. Peneliti menambah variabel pengalaman dikarenakan

menurut penelitian Moyes dan Hasan (1996), Owusu Ansah et al (2002) dalam

Alwee (2010) menyatakan pengalaman berpengaruh positif terhadap

pendeteksian kecurangan.

Penelitian ini adalah penelitian yang melanjutkan dan mengikuti

penelitian mengenai kemampuan mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh

Widiyastuti dan Pamudji (2009), Nasution dan Fitriany (2012) dan Florensia

(2012) dan penelitian yang dilakukan oleh Jaffar (2009) dari malaysia dan

Page 7: Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

7

Fullerton (2004). Penelitian ini dilakukan kepada auditor yang bekerja pada

beberapa kantor akuntan publik yang tercatat di IAI dictionary (www.iapi.or.id)

pada kota Jakarta, Bandung, Semarang, Tangerang, Depok, Bekasi, Yogyakarta,

Bogor berdasar latar belakang diatas peneliti ingin melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Skeptisme Profesional Dan Pengalaman Auditor Terhadap

Kemampuan Mendeteksi Kecurangan” (Studi survei pada Beberapa Kantor

Akuntan Publik).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas oleh

penulis pada penelitian ini adalah:

1. Apakah skeptisme profesional mempengaruhi terhadap kemampuan

auditor mendeteksi kecurangan.

2. Apakah pengalaman auditor mempengaruhi terhadap kemampuan

mendeteksi kecurangan.

3. Apakah skeptisme profesional dan pengalaman auditor mempengaruhi

secara bersama- sama terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah

skeptisme profesional (professional scepticism) dan pengalaman seorang auditor

akan mempengaruhi terhadap kemampuan dalam mendeteksi kecurangan.

Page 8: Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

8

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan

jawaban dari permasalahan yang diangkat dari topik diatas yaitu:

1. Mengetahui skeptisme profesional berpengaruh terhadap kemampuan

auditor dalam mendeteksi kecurangan.

2. Mengetahui pengalaman seorang auditor dapat mempengaruhi

terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.

3. Mengetahui skeptisme profesional dan pengalaman auditor dapat

mempengaruhi kemampuan dalam mendeteksi kecurangan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian diatas, maka diharapkan

penelitian diatas bermanfaat bagi:

1. Bagi Penulis

a. Diharapkan penelitian ini penulis mampu memenuhi syarat untuk

menempuh Sidang Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Universitas Widyatama.

b. Menambah wawasan serta menambah ilmu dan mengetahui

apakah faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini

mempengaruhi terhadap kemampuan pendeteksian kecurangan.

Page 9: Bab 1jkhgkjhkjhjkjhkjhkjghkhgkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

9

2. Bagi Kantor Akuntan Publik

Diharapkan dapat memberi masukan dan saran yang membangun guna

meningkatkan profesionalisme, dan memberikan pengetahuan lebih

terhadap pendeteksian akan kecurangan.

3. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat memberikan manfaat dan juga menambahkan

wawasan dalam perguruan tinggi sebagai bahan bacaan. Dan juga

memberikan pengetahuan lebih terhadap hal hal yang dapat

mempengaruhi auditor dalam mendeteksi kecurangan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan penelitian responden

yang akan diteliti adalah auditor-auditor yang bekerja di beberapa kantor akuntan

publik pada kota Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Bekasi, Tangerang,

Depok, Bogor dan juga yang tercatat di IAI dictionary (www.iapi.or.id). Adapun

waktu dan pelaksanaan Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret 2014 hingga

penelitian selesai.