bab 1.docx

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Bagi mereka yang berada di lingkungan rumah sakit seperti pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien, berisiko mendapatkan infeksi di rumah sakit atau disebut dengan healthcare associated infections (HAIs). Oleh karena itu rumah sakit dituntut dapat memberikan pelayanan yang bermutu, efektif dan efisien untuk menjamin patient safety yang telah menjadi program Kementerian Kesehatan dalam 1

Transcript of bab 1.docx

Page 1: bab 1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Bagi mereka yang berada di lingkungan rumah

sakit seperti pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien,

berisiko mendapatkan infeksi di rumah sakit atau disebut dengan healthcare

associated infections (HAIs). Oleh karena itu rumah sakit dituntut dapat

memberikan pelayanan yang bermutu, efektif dan efisien untuk menjamin

patient safety yang telah menjadi program Kementerian Kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (KemenKes RI, 2011)

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia,

termasuk Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal

dari komunitas (Community acquired infection) atau berasal dari lingkungan

rumah sakit (Hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan

istilah infeksi nosokomial. Dengan berkembangnya sistem pelayanan

kesehatan khususnya dalam bidang perawatan pasien, sekarang perawatan

1

Page 2: bab 1.docx

2

tidak hanya di rumah sakit saja, melainkan juga di fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya, bahkan perawatan di rumah (home care). Tindakan medis

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dimaksudkan untuk tujuan

perawatan atau penyembuhan pasien, bila dilakukan tidak sesuai prosedur

berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain)

atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri. Karena seringkali tidak bisa

secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial

(Hospital acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare-

Associated Infections” (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya

di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (DepKes RI,

2008)

Healthcare associated infections (HAIs) dan infeksi yang didapat dari

pekerjaan merupakan masalah penting di seluruh dunia yang terus meningkat

(Alvarado 2000). Sebagai perbandingan, bahwa tingkat infeksi nosokomial

yang terjadi di beberapa negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu

sekitar 1% dibandingkan dengan kejadian di Negara-negara Asia, Amerika

Latin dan Sub-Sahara Afrika yang tinggi hingga mencapai lebih dari 40%

(Lynch dkk 1997). Di Indonesia telah dikeluarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pelaksanaan Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit maupun fasilitas pelayanan

kesehatan lain sebagai upaya untuk memutus siklus penularan penyakit dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Page 3: bab 1.docx

3

melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat yang

menerima pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit atau fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya, sedangkan petugas kesehatan juga terpajan pada risiko

besar terhadap infeksi. Petugas kesehatan harus memahami, mematuhi dan

menerapkan Kewaspadaan Isolasi yaitu Kewaspadaan Standar, Kewaspadaan

Berdasarkan Transmisi agar tidak terinfeksi (Kemenkes RI, 2011)

Cara paling ampuh untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial adalah

dengan menjalankan Universal Precautian yang salah satunya adalah dengan

mencuci tangan pada setiap penanganan pasien di rumah sakit. Sebuah

penelitian mengungkapkan bahwa dengan mencuci tangan dapat menurunkan

20% - 40% kejadian infeksi nosokomial. Namun pelaksanaan cuci tangan itu

sendiri belum mendapat respon yang maksimal. Di negara berkembang,

kegagalan dalam pelaksanaan cuci tangan sering dipicu oleh keterbatasan dana

untuk mengadakan fasilitas cuci tangan. Namun ketika sudah ada dana,

kendala berikutnya yang sebenarnya paling memprihatinkan adalah kurangnya

kepatuhan untuk mentaati prosedur (Rosita dan Natalina, 2010)

Studi di Amerika Serikat menunjukkan tingkat kepatuhan perawat melakukan

cuci tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih sekitar 65%. Sama

halnya dengan program cuci tangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

(RSCM) yang sudah sejak tahun 2008 tetapi sampai saat ini kepatuhan

perawat melakukan cuci tangan hanya sekitar 60%. Hal ini bisa menjadi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Page 4: bab 1.docx

4

tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali infeksi rumah sakit untuk

mempromosikan program cuci tangan ini (Perdalin, 2010).

Pelayanan kesehatan rumah sakit tidak lepas dari pelayanan keperawatan yang

mempunyai peran dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien. Salah satu

peran perawat dalam pelayanan ini sebagai peran pelaksana dalam pelayanan

keperawatan, sedangkan pelayanan keperawatan itu sendiri merupakan suatu

bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang didasari pada ilmu dari kiat keperawatan berbentuk bio, psiko,

sosial, spiritual, yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga

dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh kehidupan

manusia (Lawinto, 2001).

Perawat yang bekerja di rumah sakit mempunyai karakter yang berbeda beda

dan sangat beragam baik tingkat pendidikan, umur, masa kerja, maupun

tingkat pengetahuannya. Perbedaan karakteristik ini tentunya akan

berpengaruh terhadap penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap

profesional seorang perawat dalam menjalankan perannya (rosita dan natalina,

2010)

Rumah Sakit Urip Sumoharjo merupakan salah satu rumah sakit swasta yang

ada di Bandar Lampung yang menyediakan pelayanan kesehatan meliputi

rawat inap maupun rawat jalan, dan memiliki tenaga keperawatan yang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Page 5: bab 1.docx

5

beragam dari jenis pendidikannya, status kerjanya dan lama kerja perawat.

Dengan adanya keberagaman tersebut, perawatan dapat mengimplementasikan

asuhan keperawatan sesuai dengan prinsip pasien safety. Namun sesuai dengan

profesinya, banyak para perawat yang melakukan suatu tindakan keperawatan

tidak menggunakan prinsip pasien safety.

Data yang didapat dari Rumah Sakit Urip Sumoharjo, mengatakan bahwa

hampir 70% perawat yang tidak melaksanakan Hand Hygiene dan 30%

perawat lainnya yang melaksanakan Hand Hygiene. Alasannya perawat

menganggap bahwa tangannya sudah bersih dan pada kondisi tertentu

misalnya pada pasien yang memerlukan pertolongan cepat, ini tidak

memungkinkan perawat untuk melakukan cuci tangan. Padahal perawat

merupakan tenaga profesional yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari

lini terdepan pelayanan rumah sakit, karena tugasnya mengharuskan perawat

kontak paling lama dengan pasien. maka diasumsikan ikut mengambil peran

yang cukup besar dalam memberikan kontribusi kejadian infeksi nosokomial

(data PPIRS, 2014)

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berkaitan dengan " Hubungan pengetahuan perawat tentang

pencegahan infeksi dengan tingkat kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit

Urip Sumoharjo Bandar Lampung 2015”.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Page 6: bab 1.docx

6

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi

rumah sakit dengan kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Urip Sumoharjo

Bandar Lampung 2015?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang pencegahan

infeksi dengan kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Urip Sumoharjo

Bandar Lampung 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan dan lama bekerja di Rumah Sakit Urip Sumoharjo

Bandar Lampung 2015.

b. Mengetahui pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi di

Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung 2015.

c. Mengetahui kepatuhan Hand Hygiene perawat di Rumah Sakit Urip

Sumoharjo Bandar Lampung 2015.

d. Menganalisis hubungan pengetahuan perawat tentang pencegahan

infeksi dengan kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Urip

Sumoharjo Bandar Lampung 2015.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Page 7: bab 1.docx

7

D. Ruang Lingkup

Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah variabel bebas (pengetahuan

perawat tentang pencegahan infeksi) dan variabel terikat (kepatuhan Hand

Hygiene). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perawat di Rumah Sakit

Urip Sumoharjo Bandar lampung, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

juni-juli 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Lembaga

Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah

Pringsewu Lampung yaitu tentang hubungan antara pengetahuan perawat

tentang pencegahan infeksi dengan kepatuhan Hand Hygiene di Rumah

Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung 2015.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit Urip Sumoharjo

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah referensi

ataupun dijadikan dasar bagi bagian diklat rumah sakit urip

Sumoharjo untuk melakukan pelatihan tentang kepatuhan hand

hygiene bagi para perawat.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Page 8: bab 1.docx

8

b. Bagi perawat

Dengan penelitian ini diharapkan perawat memahami tentang cara

pencegan infeksi dan kepatuhan hand hygiene.

c. Bagi peneliti

Merupakan lahan pembelajaran bagi peneliti dalam rangka aplikasi

ilmu pengetahuan yang pernah diterima selama masa perkuliahan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung