BAB 123 jurnal

download BAB 123 jurnal

of 51

description

hgjhj

Transcript of BAB 123 jurnal

BAB I

PAGE 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKader merupakan relawan yang berasal dari masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat. Kader-kader posyandu pada umumnya adalah relawan yang berasal dari tokoh masyarakat yang dipandang memiliki kemampuan lebih dibanding anggota masyarakat lainnya. Mereka inilah yang memiliki peranan besar dalam memperlancar proses pelayanan kesehatan primer. Namun keberadaan kader relatif lebih karena partisipasinya bersifat sukarela sehingga tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang diharapkan. Jika ada kepentingan keluarga atau kepentingan lainnya maka kader akan lebih memilih untuk meninggalkan tugasnya.Perkembangan dan peningkatan mutu pelayanan posyandu sangat dipengaruhi oleh peran serta masyarakat diantaranya adalah kader. Fungsi kader terhadap posyandu sangat besar yaitu mulai dari tahap perintisan posyandu, penghubung dengan lembaga yang menunjang penyelenggaraan posyandu, sebagai perencana pelaksana dan sebagai pembina serta sebagai penyuluh untuk memotivasi masyarakat yang berperan serta dalam kegiatan posyandu di wilayahnya (Depkes RI, 2006).

Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui pusat-pusat kesehatan masyarakat, pos pelayanan terpadu serta berbagai kegiatan masyarakat lainnya. Dengan demikian perlu dikembangkan Sistem Kesehatan Nasional yang terpadu yang dapat mendorong partisipasi masyarakat termasuk swasta untuk mewujudkan tingkat kesehatan yang lebih baik (Kemenkes RI, 2010).

Posyandu adalah wujud peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Kita mengengenal lima program prioritas yang dilaksanakan di Posyandu, yaitu program gizi, kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi dan penanggulangan diare. Selain 5 program tersebut, posyandu mempunyai kegiatan penunjang, yaitu: dana sehat, simpan pinjam dan arisan. Kegiatan posyandu dapat dijadikan sarana bagi masyarakat untuk menunjukkan kontribusi yang nyata dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2012).

Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu di Indonesia sangat menggembirakan, karena disetiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu dirancang pada tahun 1986, jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, sedangkan pada 2004, meningkat menjadi 238.699 posyandu, tahun 2005 menjadi 315.921 posyandu dan pada tahun 2006 menurun menjadi 269.202 posyandu. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih banyak ditemukan masalah, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2006).

Menurut Hemas (2005), pada beberapa tahun terakhir ini, tingkat kinerja dan partisipasi kader posyandu dirasakan menurun, hal ini disebabkan antara lain karena krisis ekonomi, kejenuhan kader karena kegiatan yang rutin, kurang dihayati sehingga kurang menarik, atau juga mungkin karena jarang dikunjungi petugas. Sedangkan posyandu merupakan institusi strategis, karena melalui posyandu berbagai permasalahan kesehatan seperti gizi dan KB dapat diketahui sejak dini, termasuk jika ada anak balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang. Penelitian Festi (2009) menemukan bahwa jumlah responden dengan nilai terbesar yaitu berpendidikan SMP 44%, sedangkan terendah pada tingkat pendidikan PT 12%. Faktor pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja kader di Posyandu.Partisipasi dan keaktifan kader posyandu dipengaruhi oleh status pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan, pendidikan dan pelatihan serta keikutsertaan dengan organisasi lain (Depkes RI, 2006). Hasil penelitian oleh Nofriadi (2005) menyatakan bahwa, pembinaan kader posyandu yang kurang akan menimbulkan kinerja kader yang kurang yaitu sebesar 92,7%, sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan terhadap kader dengan kinerja kader posyandu. Pelatihan merupakan salah satu upaya pembinaan terhadap kader Posyandu.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Propinsi Lampung Tahun 2011 diketahui bahwa cakupan Posyandu dengan strata Purnama dan Mandiri pada tahun 2011 sebesar 50,93, sedangkan sisanya yaitu 49,07 adalah madya dan pratama. Masih banyaknya Posyandu madya dan pratama di tunjang oleh jumlah kader yang tidak aktif pada kegiatan Posyandu yang juga berdampak pada cakupan kedatangan balita ke Posyandu (Bapeda Provinsi Lampung, 2011)Kabupaten Lampung Tengah memiliki sebanyak 1.356 Posyandu dengan tingkat Pratama dan Madya 552 (40,69%), tingkat Purnama 768 (56,26%), tingkat Mandiri 45 (3,3%). Dari jumlah tersebut posyandu yang aktif sebanyak 813 Posyandu (59,56) (Dinkes Lampung Tengah, 2011). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa masih tingginya persentase posyandu yang tidak aktif (43,74%), dan persentase posyandu madya masih cukup tinggi, yang disebabkan masih rendahnya hasil cakupan program utama posyandu, sebagai akibat tidak aktifnya kader hadir setiap diadakan kegiatan posyandu (Dinkes Lampung Tengah, 2011).Puskesmas Punggur adalah satu-satunya Puskesmas di Kecamatan Punggur, merupakan Puskesmas yang berada di Kabupaten Lampung tengah. Menurut data Kecamatan Punggur terdapat 9 desa dengan 1 Puskesmas induk dan 2 Puskesmas Pembatu. Di Puskesmas Punggur terdapat dengan 55 Posyandu dengan 2 Posyandu Mandiri, 20 Purnama, 20 Madya dan 13 Posyandu Pratama, dan 275 kader sampai Juni tahun 2012 terdapat 223 kader aktif dan 22 posyandu dengan kader kurang yang aktif. Hasil presurvey yang dilakukan terhadap 10 posyandu dengan kader yang aktif kurang dari lima orang, diketahui bahwa hanya terdapat 3 (7,1 %)dari 42 kader yang sudah pernah dilatih dan terdapat 20 (47,6 %) dari 42 kader memiliki pendidikan SLTP ke bawah (Puskesmas Punggur, 2012). Dalam pelaksanaan Posyandu menunjukkan bahwa Posyandu belum berjalan dengan baik secara keseluruhan. Rendahnya sumber daya manusia dan kurangnya dukungan lintas sektoral merupakan penyebab terbesar dari masalah masalah yang ada di Posyandu, sehingga masalah-masalah tersebut mempengaruhi pada tingkat perkembangan Posyandu. Peranan lintas sektoral dan lintas program berpengaruh dalam keberhasilan Posyandu. Sumber daya manusia pada posyandu diantaranya adalah pengetahuan, pendidikan dan pelatihan yang berpengaruh pada keaktifan kader dan akhirnya mempengaruhi keberhasilan Posyandu (Effendy, Nasrul, 2004)B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pelatihan dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan tingkat pendidikan dan pelatihan dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 20131. Tujuan Khusus

a. DDiketahui hubungan tingkat pendidikan dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.

b. Diketahui hubungan pelatihan dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Menambah wacana dan sebagai bahan informasi untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat dibidang perilaku kesehatan pada kader.2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang kader dan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah guna mawas diri bidang kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat terjaga dengan baik. b. Bagi Puskesmas Punggur dan Dinas Kesehatan Memberi informasi mengenai pemberdayaan kader dan faktor yang mempengaruhi keaktifan kader sebagai perbaikan program kesehatan masyarakat.E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang meneliti hubungan tingkat pendidikan dan pelatihan dengan keaktifan kader posyandu, subjek penelitian adalah semua kader. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Juni Agustus tahun 2013 .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Keaktifan KaderKeaktifan individu adalah penilaian terhadap intensitas dan keseriusan peserta secara individu dalam mengikuti proses kegiatan. Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan. Keaktifan kader posyandu merupakan suatu perilaku atau tindakan nyata yang bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang kader dalam berbagai kegiatan posyandu baik kegiatan dalam posyandu maupun kegiatan diluar posyandu. Menurut Suryani (2003) Perilaku merupakan aksi dari individu terhadap reaksi hubungan dengan lingkungannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalannya ialah bagaimana cara membentuk perilaku sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Machfoedz, Suryani dkk (2003) ada beberapa cara untuk membentuk perilaku seseorang diantaranya meliputi :

a. Cara pembentukan perilaku dengan condisioning atau kebiasaan.

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan cara membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuk perilaku. Misalnya membiasakan bangun pagi atau menggosok gigi sebelum tidur, membiasakan diri untuk datang tidak terlambat ke tempat kerja, dan sebagainya.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian

Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight. Misalnya kehadiran kader ke posyandu tidak terlambat, karena hal tersebut akan mengganggu kelancaran kegiatan posyandu.

c. Membentuk perilaku dengan menggunakan model

Pembentukan perilaku masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Misalnya perilaku pemimpin atau tokoh masyarakat dijadikan sebagai panutan bagi yang dipimpinnya.

Pembentukan perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan setiap individu memiliki kebutuhan dasar yang merupakan motivasi akan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang merupakan sumber kekuatan untuk menuju kearah tujuan tertentu secara didasari maupun tidak didasari. Menurut teori promosi kesehatan adalah suatu proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan, kemampuan serta pengembangan lingkungan sehat. Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Disamping itu promosi kesehatan juga mencakup berbagai aspek khususnya yang berkaitan dengan aspek lingkungan, atau suasana yang mempengaruhi perkembangan perilaku yang berkaitan dengan aspek sosial budaya, pendidikan, ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan (Notoatmodjo, 2007).Berdasarkan konsep promosi kesehatan individu dan masyarakat bukanlah objek yang pasif (sasaran), tetapi juga sebagai subjek (pelaku). Dalam konsep tersebut masalah kesehatan bukan hanya menjadi urusan sektor kesehatan akan tetapi juga termasuk urusan swasta dan dunia usaha yang dilakukan dengan pendekatan kemitraan. Dengan demikian kesehatan adalah upaya dari, oleh dan untuk masyarakat yang diwujudkan sebagai gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes, 2006).

Menurut Notoatmodjo, 2007, visi promosi kesehatan yaitu masyarakat mampu memlihara dan meningkatkan kesehatannya sehingga mereka dapat hidup sehat, produktif secara sosial maupun ekonomi. Sedangkan misi dari promosi kesehatan adalah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan. Misi promosi kesehatan dapat dirumuskan menjadi tiga butir, yaitu :

1) Advokasi kesehatan para penentu kebijaksanaan, untuk membuat kebijaksanaan yang berwawasan kesehatan.

2) Menjembatani dengan cara melakukan kemitraan pada berbagai program dan sector terkait.3) Pemberdayaan Masyarakat dengan melakukan penyuluhan, pendidikan, pelatihan dan memperkuat sumber daya manusia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

Adapun tujuan dari promosi kesehatan tersebut adalah tersosialisasinya program-program kesehatan dan terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya hidup bersih dan sehat. Sedangkan sasaran promosi kesehatan adalah perorangan atau keluarga, masyarakat, lembaga pemerintahan/lintas sektor/politisi/swasta dan petugas atau pelaksana program Machfoedz, Suryani dkk (2003). Ruang lingkup promosi kesehatan melengkapi 5 area yaitu :

a. Mengembangkan kebijaksanaan pembangunan wawasan kesehatan, yaitu mengupayakan agar kebijaksanaan pembangunan dari setiap sektor mempertimbangkan kemungkinan dampak negatifnya terhadap kesehatan masyarakat.

b. Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung, yaitu mengembangkan jaringan kemitraan dan membina iklim suasana yang memungkinkan masyarakat termotivasi melakukan pembangunan kesehatan.

c. Memperkuat kegiatan masyarakat, yaitu memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat, sehingga lebih dapat berkembang serta memberikan peluang agar masyarakat dapat berperan serta aktif, yakni melakukan kegiatan dan berperan peluang agar serta aktif dalam pembangunan kesehatan.

d. Meningkatkan keterampilan perorangan, antara lain melalui kegiatan pelatihan, penyuluhan dan lain-lain dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya.

e. Mengarahkan pelayanan kesehatan yang lebih memberdayakan masyarakat, yaitu mengarahkan pelayanan kesehatan yang menempatkan dan mendorong masyarakat sebagai subjek yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya.

Adapun strategi promosi kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kelima area ruang lingkup promosi kesehatan yang dilakukan melalui :

1) Advokasi Kesehatan

Advokasi kesehatan yaitu pendekatan kepada para pemimpin atau pengambil keputusan agar dapat memberikan dukungan, kemudahan, dan semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan.

2) Bina Suasana (Social Support)

Bina suasana yaitu upaya untuk membuat suasana atau iklim yang kondusif atau menunjang pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan hidup bersih dan sehat.

3) Gerakan Masyarakat (Empowerment)

Gerakan masyarakat dalam hal ini adalah upaya memandirikan individu, kelompok, dan masyarakat agar berkembang kesadaran, kemauan, dan kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara proaktif masyarakat mempraktikkan hidup bersih dan sehat secara mandiri.

Menurut penelitian Rogers (1974) dikutip Notoatmodjo (2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

a. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Tertarik (interest).

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Menerima (adoption)

Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Hasibuan (2005) menyatakan bahwa pencapaian tujuan (out put) dalam proses suatu kegiatan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

a. Perencanaan (planning)

b. Pengorganisasian (Organizing)

c. Pelaksanaan (Actuating)

d. Pengawasan (Controlling)

Menurut Gibson dkk (Dalam Hasibuan, M. 2005), bahwa kinerja individu dapat diartikan sebagai perilaku dan prestasi kerja individu yang dipengaruhi oleh variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.

Teori harapan mengatakan bahwa kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu serta pada daya tarik hasil tersebut bagi individu. Dalam hal ini ada tiga variabel yang dikemukakan, yaitu (Hasibuan, M. 2005):

a. Daya tarik : pentingnya individu mengharapkan imbalan dan penghargaan yang mungkin dapat dicapai dalam bekerja. b. Kaitan kinerja penghargaan : keyakinan individu bahwa dengan mewujudkan kinerja pada tingkat tertentu akan mencapai outcome yang diinginkan.

c. Kaitan upaya-kinerja : probabilitas yang diperkirakan oleh individu bahwa dengan menggunakan sejumlah upaya tertentu akan menghasilkan kinerja.

Menurut Maryoto (2000) mengutip pendapat Maslow (1970) menyatakan bahwa sebahagian besar perilaku manusia berdasarkan adanya motif (kebutuhan tertentu). Disebut pula bahwa motif memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang terendah sampai tertinggi. Motif terendah adalah kebutuhan psikologis seperti makan, minum, seks dan sebagainya. Di atas kebutuhan dasar adalah kebutuhan aman, kebutuhan akan rasa disukai dan menyukai, kebutuhan akan kedudukan dan status, dan yang tertinggi adalah kebutuhan akan meningkatkan peran serta diri atau pengabdian. Rasa pengabdian sesungguhnya dimiliki oleh orang yang telah mencapai kebutuhan tinggi.Penelitian Amira (2005), tingkat motivasi kader sangat mempengaruhi prestasi kerjanya, sebagian besar (72,24%) mempunyai tingkat motivasi sedang. Sedangkan berdasarkan peran sertanya dalam pelaksanaan kegiatan posyandu pada umumnya kader aktif dengan tingkat motivasi tinggi. Berarti semakin tinggi tingkat motivasi seorang kader semakin aktif pula dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Terry G dalam Notoatmodjo (2007), bahwa motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan- perbuatan (perilaku). Keinginan tersebut akan menjadi daya penggerak terhadap kemajuan kerja seseorang Penelitian Erlinda (2005) ciri-ciri kader yang aktif adalah berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, tidak bekerja, pendidikan tamat SLTP sederajat, mempunyai rasa tanggung jawab dalam tugasnya, dapat mengukuti kegiatan sosial masyarakat, inovatif, tinggal di RT/RW Posyandu berada, dan mempunyai motivasi yang positif.

Hasil penelitian Dodo (2008), terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sikumana. Tingginya tingkat pengetahuan kader menjadikan kinerja kader baik dan berdampak terhadap pelaksanaan program posyandu tersebut. Semakin baik atau semakin tinggi pengetahuan kader, semakin tinggi atau semakin baik pula tingkat keaktifannya dalam proses pelaksanaan kegiatan posyandu. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan. Penelitian Dodo (2008), menunjukan bahwa kader yang ada dalam umur produktif secara konseptual cenderung memiliki keaktifan yang baik karena secara fisik mereka lebih kuat, dinamis, gesit, kreatif dan cekatan. Sementara itu kader yang tergolong dalam kelompok umur tidak produktif biasanya secara fisik telah mengalami degenerasi tetapi memiliki semangat kerja ulet, rasa tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan. Hasil penelitian oleh Nofriadi (2006) menyatakan bahwa, pembinaan kader posyandu yang kurang akan menimbulkan kinerja kader yang kurang yaitu sebesar 92,7%, sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan terhadap kader dengan kinerja kader posyandu.

Melihat beberapa faktor penyebab keaktifan kader diatas menurut Green dalam Notoadmojo (2007), maka faktor-faktor keaktifan kader dapat dikelompokkan kepada tiga faktor yaitu :a. Faktor Predisposisi

1) Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak mulai lahir sampai dengan batas akhir hidupnya. Umur sangat mempengaruhi seseorang di dalam melaksanakan suatu kegiatan ataupun aktifitas. Menurut Erlinda (2005) menyatakan bahwa kader yang muda lebih banyak memberikan kontribusi semangat, motivasi, dan inovasi di dalam melaksanakan waktu luang dalam melaksanakan tugasnya sebagai kader membantu masyarakat.2) Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I, tentang Sistim Pendidikan Nasional). Jenjang pendidikan terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi. Menurut Walihono (2005) pendidikan dasar terdiri dari SD dan SMP dan dilanjutkan dengan pendidikan lanjutan.Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah (Walihono, 2005).

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah tugas utama atau kegiatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang kader untuk membantu, membiayai kehidupan keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang di dalam menjaga kesehatan, baik individu maupun kesehatan keluarga. Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan karena kesibukan membuat seseorang terabaikan akan kesehatannya, termasuk kader posyandu. Kesibukan akan pekerjaan terkadang membuat ibu lupa terhadap tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Sebaiknya seorang kader posyandu itu tidak memiliki pekerjaan yang tetap, dan mempunyai pengalaman yang lama menjadi kader dan tidak adanya pergantian kader dalam satu tahun (Kemenkes, 2011). Disamping itu terlihat bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dan keaktifan sebagai kader, misalnya saja seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu akan mempengaruhi keaktifan kader tersebut di dalam pelaksanaan posyandu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan setiap bulannya.4) Status Perkawinan

Status perkawinan adalah suatu bentuk perkawinan antara laki-laki dan perempuan secara syah dipandang dari segi agama dan Tata Negara yang dibuktikan dengan surat nikah yang dikeluarkan oleh instansi yang ditunjuk pemerintah. Status perkawinan sangat mempengaruhi kegiatan seorang kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu, dimana dukungan dari keluarga pada umumnya menunjang keaktifan kader di dalam menjalankan tugasnya. b. Faktor Enabling (Pendukung)

1) Pelatihan

Pelatihan adalah proses melatih kegiatan atau pekerjaan. Pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian dan keterampilan.

2) Pembinaan

Pembinaan merupakan salah satu kegiatan berkala dengan tujuan agar kader dapat melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan tugasnya dan tercapainya tujuan dari tugas kader tersebut. Pembinaan yang dilakukan meliputi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader serta pembinaan administrasi yang mencakup penyelenggaraan kegiatan dan keuangan. Pembinaan ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain rapat kordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas, kepala desa, TP.PKK, dan BKKBN) yang bertujuan untuk membahas kemajuan dan kendala yang dihadapi kader, kunjungan bimbingan dan fasilitas yang bertujuan untuk melihat operasional kegiatan kader, ataupun dengan melakukan studi banding ke Posyandu lain (Depkes RI, 2006).

3) Kelengkapan Infrastruktur

Kelengkapan infrastruktur merupakan salah satu hal yang terpenting di dalam menunjang keaktifan kader melakukan tugasnya. Kelengkapan infrastruktur ini meliputi sarana (bangunan) dan prasarana pendukung (timbangan berat badan, alat ukur tinggi/panjang badan, buku regristrasi, buku KIA, KMS, dll) di dalam melakukan kegiatan (Kemenkes, 2011).

c. Faktor Reinforcing (penguat)

1) Penghargaan

Sebagai salah satu aspek di dalam mendorong seseorang di dalam melakukan suatu pekerjaan ataupun kegiatan adalah adanya pengakuan ataupun penghargaan yang diberikan baik dari pimpinan maupun kelompok. Penghargaan tersebut dapat berupa pengakuan ataupun dalam bentuk materi salah satu pengaruh yang paling kuat atas prestasi seseorang didalam melakukan suatu kegiatan adalah adanya imbalan. Selain itu imbalan ataupun penghargaan dapat pula dijadikan sebagai daya tarik didalam merekrut anggota sebuah organisasi. Karena dengan adanya perhatian tersebut mengarah kepada rasa tanggung jawab, memiliki ,otonomi dan keberanian didalam mempertahankan prestasi yang telah dicapai 2) Dukungan Tokoh Masyarakat(Notoatmodjo, 2007).Dukungan tokoh agama mempunyai pengaruh di masyarakat. Selanjutnya tokoh agama ini dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat. Pada masyarakat yang masih paternalistik seperti di Indonesia ini tokoh masyarakat dan tokoh agama merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu apabila toma dan toga sudah mempunyai perilaku sehat, maka akan mudah ditiru oleh angota masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan social antara lain : pelatihan-pelatihan para toga dan toma, seminar, loka karya, penyuluhan dan sebagainya. Dukungan dari tokoh agama sangat berperan penting dalam memotivasi perilaku seorang kader untuk aktif dalam kegiatan posyandu (Notoatmodjo, 2007).3) Perundang-undangan

Undang-undang ataupun peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2007 ).

Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku terbagi menjadi 2 faktor, yaitu :a. Faktor Intern

Faktor intern berfungsi untuk mengelola rangsangan dari luar, faktor ini meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi dan motivasi.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern ini meliputi lingkungan fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi dan budaya.

2. PendidikanPendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan dimiliki oleh seorang kader dan mendapatkan bukti kelulusan yang diakui oleh Negara. Selain itu pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan dan keluaran di dalam mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu perubahan perilaku (Notoatmojo, 2005). Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisa serta pengembangan kepribadian. H. L. Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional tujuannya di bedakan ke dalam tiga aspek, yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (efektif) dan ketrampilan (psikomotor).

Menurut Fitriana (2009), membagi tingkat pendidikan menjadi pendidikan perguruan tinggi yaitu pendidikan jenjang perguruan tinggi dan non perguruan tinggi yaitu pendidikan menengah dan dasar. Pendidikan perguruan tinggi berbeda dengan pendidikan non perguruan tinggi dikarenakan kurikulum dan sistem pengajaran yang berbeda. Kurikulum pada pendidikan tinggi memberikan kebebasan pada peserta didik untuk menggali kemampuan dan pola fikir yang lebih luas, sedangkan pada pendidikan non pergguruan tinggi bertugas memberikan dasar pemikiran dan etika serta moral peserta didik dengan aturan yang ketat.Tingkat pendidikan dan pengetahuan kader berpengaruh dalam keaktifan kader di posyandu. Semakin tinggi tingkat pendidikan kader, pengetahuan kader semakin baik. Hal ini akan memberikan kecenderungan kader dalam bersikap dengan memberikan palayanan yang baik karena dibekali oleh ilmu pengetahuan yang telah diterima dari pendidikan. Pendidikan kader-kader dipedesaan pada umumnya masih rendah sehingga memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang pelayanan di posyandu.Menurut Walihono (2005) membagi tingkat pendidikan menjadi yaitu pendidikan dasar yaitu pendidikan SLTP kebawah dan pendidikan lanjutan yaitu pendidikan SLTA keatas. Kurikulum pada pendidikan lanjutan memberikan kebebasan pada peserta didik untuk menggali kemampuan dan pola fikir yang lebih luas, sedangkan pada pendidikan non perguruan tinggi bertugas memberikan dasar pemikiran dan etika serta moral peserta didik dengan aturan yang ketat.

3. Pelatihana. Pengertian

Menurut Frank Sherwood dan Wallace dalam Moekijat (2007) pelatihan adalah Training is the process of aiding employees to gain effectivaness in their present or future work throught the development of appropriate habits of thought and action, skill, knowledge and attitudes (Pelatihan adalah proses membantu pegawai untuk memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran, tindakan dan ketrampilan).

b. Tujuan Pelatihan Kader

Adapun tujuan umum dari pelatihan sebenarnya menurut Moekijat adalah:

a) Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.

b) Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.

c) Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pekerja dan dengan pimpinan.

Pelatihan kader merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka mempersiapkan kader agar mau dan mampu berperan serta dalam melaksanakan kegiatan posyandu di desanya. Kader yang mempunyai ketrampilan serta pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya adalah merupakan kunci keberhasilan kegiatan posyandu. Oleh karena itu pengetahuan dan ketrampilan kader yang diperlukan harus disesuaikan dengan tugas mereka dalam melaksanakan dan mengembangkan kegiatan posyandu tersebut (Kemenkes RI, 2011).

Menurut Soekidjo Notoatmodjojo (2007), pelaksanaan program pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta pelatihan tersebut terjadi suatu proses transformasi dalam:

1) Peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas

2) Perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja.

Diketahui terjadi tidaknya perubahan tersebut dilakukan penilaian atau evaluasi atas pelaksanaan Pelatihan tersebut.

c. Muatan dan Jenis Materi Pelatihan Kader

Pelatihan yang dilakukan kepada kader dapat dilakukan oleh puskesmas setempat dan atau dengan Dinas kesehatan kabupaten I dalam pelatihan dan provinsi. Pelaksanaan dan pelatihan posyandu hanya dilakukan satu jenis saja yang berisi tentang pelayanan Posyandu dan sistem pelaporan posyandu. Adapun muatan materi dalam pelatihan kader adalah : 1) Materi Sistim lima meja

Sistim lima meja adalah urutan pelayanan yang dilaksanakan di Posyandu sesuai dengan standar pelayanan dan operasional Posyandu.

2) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Materi pelatihan yang berisi tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dilakukan di Posyandu yang meliputi :

a) Ibu hamil

Pelayanan meliputi :

(1) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan.

(2) Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang periksa dan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid. Bila ditemukan kelainan maka segera dirujuk ke Puskesmas.

(3) Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada hari buka Posyandu yang kegiatannya antara lain : penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi ibu hamil, perawatan payudara dan pemberian ASI, peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam ibu hamil.

b) Ibu nifas dan menyusui

Pelayanannya meliputi :

(1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan lahir. Pemberian vitamin A dan tablet besi.

(2) Perawatan payudara.

(3) Senam ibu nifas. Bila ada petugas kesehatan dan tersedia ruangan maka dapat dilakukan pemeriksaan payudara, tinggi fundus uteri, dan pmeriksaan lochea.

c) Bayi dan anak balita

Jenis pelayanan untuk bayi dan balita mencakup :

(1) Penimbangan Penentuan status gizi

(2) Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan

(3) Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila ditemukan adanya kelainan akan dirujuk ke Puskesmas.

3) Keluarga Berencana

Materi pelatihan yang berisi tentang pelayanan keluarga berencana yang dilakukan di Posyandu yang meliputi : Pelayanan KB di Posyandu yang diselenggarakan oleh kader adalah pemberian pil dan kondom. Bila ada petugas kesehatan maka dapat dilayani KB suntik dan konseling KB.

4) Imunisasi

Materi imunisasi yang meliputi : Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila ada petugas kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang diberikan yang sesuai program, baik untuk bayi, balita maupun untuk ibu hamil, yaitu : BCG, DPT, hepatitis B, campak, polio, dan tetanus toxoid.5) Gizi

Materi gizi yang meliputi : Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk pelayanannya meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup besi(Fe). Untuk ibu hamil dan ibu nifas diberikan tablet besi dan yodium untuk daerah endemis gondok.

6) Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Materi diare yang meliputi : Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare antara lain dengan cara penyuluhan tentang diare dan pemberian oralit atau larutan gula garam.

7) Kegiatan Pengembangan

Materi pengembangan yang meliputi : Dalam keadaan tertentu Posyandu dapat menambah kegiatan baru, misalnya : perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu demikian disebut dengan Posyandu Plus. Penambahan kegiatan baru tersebut dapat dilakukan bila cakupan kegiatan utamanya di atas 50%, serta tersedianya sumberdaya yang mendukung.8) Sistem Informasi Dan Pelaporan

Materi Sistem Informasi Posyandu (SIP) yang merupakan seperangkat alat penyusunan data atau informasi yang berkaitan dengan kegiatan, kondisi dan perkembangan yang terjadi di setiap Posyandu. Sedangkan untuk pemantauan kesehatan anak yang terekam dalam SIP terdapat pada format register bayi dan register anak balita. Format register ini terdiri dari nama anak, tanggal lahir, berat bayi lahir, nama orang tua, kelompok dasawisma, hasil penimbangan, pemberian pelayanan (sirup besi, vitamin A, dan oralit), pemberian imunisasi (BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis), dan tanggal kematian anak. Dalam Desa Siaga, informasi dari SIP ini sangat dibutuhkan oleh kader, TP PKK melalui Pokja IV, Bidan Desa, PLKB, dan petugas gizi Puskesmas sebagai mitra dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada.4. Posyandu

a. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (Kemenkes RI ,2011).

b. Tujuan Posyandu

1) Mempercepat penurunan kematian ibu dan anak

2) Mempercepat penerimaan (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).

3) Meningkatkan kesehatan ibu dan anak

4) Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan keluarga berencana serta keinginan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera serta berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera (Kemenkes RI ,2011).c. Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1-5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, Wanita Usia Subur, (WUS).

Sedangkan untuk kegiatan posyandu dalam pelaksanaan kegiatan posyandu berupa kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, penanggulangan diare, sanitasi dasar, dan penyediaan obat esensial (Kemenkes RI ,2011).d. Peran Posyandu

Peran posyandu saat ini lebih pada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat. Peran posyandu di desa sangat signifikan dalam memantau masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Kinerja sebuah posyandu lebih relavan untuk mengatasi masalah kesehatan pada balita misal kurang energi protein (KEP) ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) yang dapat dengan mudah ditemukan di posyandu. Meja penyuluhan tidak dimanfaatkan oleh kader untuk penyuluhan pada ibu balita misalnya pada saat balita sakit biasanya langsung diperiksa ke bidan setempat. Pada ibu hamil lebih sering kontrol keadaan kehamilannya pada bidan dengan alasan jika ke Posyandu terlalu lama menunggu (Kemenkes RI ,2011).e. Jenis Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari lama kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu) yaitu untuk kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi, peningkatan kesehatan, penanggulangan diare. Untuk tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana (KB), imunisasi, peningkatan kesehatan, penanggulangan diare, sanitasi dasar serta penyediaan obat essensial. f. Penyelenggara Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu dilakukan secara langsung dari ketua tim PKK dan seksi kesehatan di desa wilayah kerjanya (Budiono, 1997). Penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan pola meja yang meliputi :

1) Meja 1: Pendaftaran

2) Meja 2: Penimbangan bayi dan balita

3) Meja 3: Pengisian KMS

4) Meja 4: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS

5) Meja 5: Pelayanan oleh tenaga peserta profesional meliputi : KIA, KB, gizi, imunisasi, dan pengobatan serta pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan setempat.

Petugas pada meja 1-4 dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja 5 merupakan meja pelayanan paramedis (Kemenkes RI ,2011).5. Kader Kesehatan

a. Pengertian Kader Kesehatan

Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang tertentu yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan, meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan. (Depkes RI, 2006).

Menurut Pramastuti (2004), kader dipilih dari, oleh, dan untuk masyarakat. Tetapi kadang-kadang kenyatannya dipilih oleh pamong atau aparat desa. Adapun kriteria untuk dipilih menjadi kader yaitu :

1) Bisa membaca, menulis.

2) Wanita atau pria

3) Berdomisili tetap di kelurahan setempat.

4) Mau dan mampu bekerja secara sukarela, sukarela untuk kepentingan masyarakat.

5) Mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat disamping usahanya mencari nafkah.

b. Tugas Kader Kesehatan

Menurut Kemenkes RI (2012) tugas kader kesehatan meliputi :

1) Tugas kader dalam kegiatan posyandu

Kegiatan yang dapat dilakukan kader dalam pelayanan posyandu meliputi 5 meja diantaranya :

a) Meja 1 mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan nama balita pada KMS dalam secarik kertas yang diselipkan pada KMS, mendaftar ibu hamil yaitu menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau lembar registrasi ibu hamil dan wanita usia subur (WUS).

b) Meja 2 penimbangan bayi atau balita, mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan di KMS, penimbangan ibu hamil.

c) Meja 3 pengisian KMS dan memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.d) Meja 4 terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

(1) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan.

(2) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.

(3) Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan untuk balita, ibu hamil dan ibu menyusui dengan langkah yaitu dimana balita yang apabila berat badan di bawah garis merah (BGM) pada KMS 2 kali berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan sakit atau lesu, kurus, busung lapar, ibu hamil dan ibu menyusui apabila keadaannya kurus, pucat, adanya bengkak pada kaki, pusing, perdarahan, sesak napas, gondokan dan orang sakit.

(4) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader posyandu misalnya dalam pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, oralit.

e) Meja 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan, Pusat Layanan Keluarga Berencana (PLKB), Pusat Program Layanan (PPL) pelayanan yang diberikan yaitu pelayanan imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB berupa IUD dan suntikan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pemberian tablet zat besi (fe) serta vitamin A (Kemenkes RI ,2011).2) Tugas Kader di Luar Kegiatan Pusyandu

Kegiatan yang dilakukan kader di luar jadwal kegiatan pelayanan posyandu meliputi :

a) Kegiatan yang menunjang pelayanan KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare.

b) Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya sesuai dengan permasalahan yang ada seperti :

(1) Pemberantasan penyakit menular.

(2) Penyehatan rumah.

(3) Pembersihan sarang nyamuk.

(4) Pembuangan sampah.

(5) Penyediaan sarana air bersih.

(6) Penyediaan sarana jamban keluarga.

(7) Pembuatan sarana pembuangan air limbah.

(8) Pemberian pertolongan pada penyakit.

(9) Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.

(10) Dana sehat.

(11) Kegiatan pembangunan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.c. Peran Kader Kesehatan

Menurut Depkes RI (2010), peranan kader di luar jadwal kegiatan pelayanan posyandu :

1) Merencanakan kegiatan

Dalam merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kader adalah :

a) Menyiapkan dan melaksanakan survey mawas diri bersama petugas kesehatan. Misalnya merencanakan berapa balita yang harus didatangi di rumahnya.

b) Membahas hasil survey mawas diri bersama petugas puskesmas.

c) Menyajikan hasil survey mawas diri dalam musyawarah masyarakat desa (MMD).

d) Menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat pada musyawarah masyarakat desa (MMD).

e) Menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat.

f) Bersama anggota masyarakat membahas pembagian tugas (pengorganisasian) dan membuat jadwal kerja dan sumber dananya. 2) Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi (KIM)

KIM adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari 3 fase dimana fase pertama adalah memperkenalkan diri, membuat hubungan dan memperkenalkan masalah, lalu disusul dengan penjelasan dan fase akhir mendorong, membina masyarakat sehingga masyarakat mau melaksanakan cara hidup sehat (Depkes RI, 2010)..

Cara melaksanakan KIM adalah meliputi :

a) Tatap muka

(1) Perorangan pada kunjungan ke rumah warga.

(2) Pada kelompok arisan, pengajian, atau pada pertemuan lainnya.

(3) Cara yang dapat digunakan dalam tatap muka adalah tanya jawab, ceramah, diskusi atau demonstrasi.

(4) Persiapan yang diperlukan kader sebelum melaksanakan KIM adalah : menguasai materi yang akan disampaikan kepada sasaran, memilih bahan dan alat peraga yang diperlukan dan tersedia, memilih pesan-pesan sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan sasaran, membuat jadwal penyuluhan.b) Alat (Media)

Alat yang bisa digunakan dalam KIM adalah pengeras suara, selebaran, poster dengan memasang poster pada tempat yang mudah dan banyak dikunjungi warga masyarakat, berarti isi pesan telah meluas.3) Menggerakkan Masyarakat

Menggerakkan masyarakat adalah usaha yang dilakukan agar masyarakat mau berperan serta nyata dengan memberikan tenaga, dana dan sarana yang ada untuk keberhasilan kegiatan yang dilakukan.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh kader dalam penggerakkan masyarakat adalah :

a) Membicarakan bersama masyarakat mengenai masalah yang ada.

b) Memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan mengenai kegiatan apa yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah.

c) Mendorong masyarakat untuk mengumpulkan dana secara gotong-royong.

d) Membagi tugas kegiatan diantara masyarakat.

e) Menentukan jadwal kerja.

f) Menjelang kegiatan akan dilaksanakan, mengingatkan masyarakat kembali tentang kegiatan-kegiatan yang harus mereka lakukan sesuai kesepakatan bersama.4) Memberikan Pelayanan

Pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan oleh kader di luar hari pelaksanaan kegiatan posyandu antara lain adalah sebagai berikut :

a) Membagi obat (obat malaria, obat TBC dan lain-lain).

b) Mengumpulkan bahan pemeriksaan (dahak untuk BTA dan lain-lain).

c) Mengawasi pendatang di daerahnya dan melaporkan bila sakit.

d) Memberikan pertolongan pertama pada penyakit seperti pada panas atau demam : berikan minum banyak, kompres dengan air hangat, memberikan obat penurun panas dan merujuk ke petugas kesehatan bila perlu.

e) Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan seperti membalut luka, pertolongan pertama pada luka bakar dan lain-lain (Depkes RI, 2010).5) Melakukan Pencatatan

Kegiatan yang perlu dicatat secara berkala oleh kader adalah :

a) Kegiatan di posyandu KB-kesehatan meliputi :

(1) KB antara lain mencatat jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), jumlah peserta KB dan alat yang diperlukan, jumlah pil KB dan kondom yang dibagikan.

(2) KIA antara lain mencatat jumlah ibu hamil, jumlah tablet vitamin A yang dibagikan, jumlah tablet tambah darah yang dibagikan.

(3) Imunisasi antara lain mencatat jumlah ibu hamil yang diimunisasi TT, jumlah balita yang diimunisasi dan jenis imunisasi yang diperoleh.

(4) Gizi antara lain mencatat jumlah balita yang ada, jumlah balita yang mempunyai KMS, jumlah balita yang ditimbang, jumlah balita yang naik timbangannya.

(5) Diare antara lain mencatat jumlah oralit yang dibagikan, jumlah penderita yang ditemukan dan dirujuk.

b) Kegiatan di luar jadwal posyandu KB-kesehatan meliputi : penanggulangan penyakit menular antara lain mencatat jumlah penderita yang ditemukan, jumlah obat yang dibagikan, jumlah jamban yang dibuat, jumlah penyediaan air bersih.

Kader dapat melakukan pencatatan pada buku harian kader atau formulir misalnya formulir untuk gizi, diare, rujukan dan lain-lain. Adapun hal-hal yang perlu dicatat antara lain adalah catatan terutama tentang keluarga binaan, jadwal kegiatan yang ditentukan sendiri dan hasil kegiatan yang telah dilakukan, hasil pertemuan dengan keluarga binaan, hasil pertemuan dengan kepala desa, hasil pertemuan dengan pimpinan/staf puskesmas dan pembinaan teknis lainnya.

Adapun tujuan dari kader melakukan pencatatan antara lain supaya kader dapat memberikan informasi terutama kepada masyarakat tentang hasil kegiatan dan perkembangan dananya, serta dapat melihat kemajuan yang terjadi pada keluarga binaannya (jumlah balita yang sakit berkurang, jumlah ibu yang meninggal berkurang).6) Melakukan pembinaan mengenai 5 program terpadu KB-kesehatan dan upaya kesehatan lainnya.

Kader perlu melakukan pembinaan untuk meningkatkan, memantapkan dan melestarikan upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat. Adapun sasaran pembinaan kader adalah keluarga binaan yang masing-masing kader berjumlah 10-20 keluarga atau disesuaikan dengan keadaan setempat, serta sasaran masing-masing kegiatan. Cara yang dilakukan kader dalam membina antara lain dengan memberikan informasi atau pengenalan tentang upaya kesehatan yang dilakukan di daerahnya, melakukan kunjungan kepada masyarakat terutama pada keluarga binaan, melakukan pertemuan kelompok (Depkes RI, 2010).B. Kerangka Teori Dan Kerangka Konsep1. Kerangka TeoriPerilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut teori Green dalam Notatmodjo, 2007, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 (dua) hal pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, maka dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut :Gambar 2.1

Kerangka Teori Perubahan Perilaku

Sumber : Green (1980) dalam Notoatmojo (2007)2. Kerangka KonsepKerangka kerja penelitian adalah suatu hubungan / kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti, konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian oleh karena itu konsep tidak dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan kedalam variabel-variabel, dari variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur (Notoatmodjo, 2005),

Variabel IndependentVariabel Dependent

Gambar 2 : Kerangka KonsepAlasan pemilihan variabel tingkat pendidikan dan pelatihan adalah karena masih terdapat banyak kader posyandu yang belum dilatih dan memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga menimbulkan pertanyaan apakah variabel tingkat pendidikan dan pelatihan memiliki hubungan dengan masih banyaknya kader posyandu yang tidak aktif.

C. Hipotesis1. Hipotesis Alternatif

a. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.

b. Ada hubungan pelatihan dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.2. Hipotesis Nola. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.

b. Tidak ada hubungan pelatihan dengan keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif (Notoatmodjo, 2005).B. Waktu dan Lokasi PenelitianPenelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Juni Agustus Tahun 2013.C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Hastono, 2007).

D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari satu variabel yang diteliti. Variabel tersebut dapat berupa orang. perilaku atau sesuatu yang lain yang akan dilakukan penelitian (Nursalam, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Punggur 275 orang.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek peneliti yang dianggap mewakili seluruh populasi. Penentuan besarnya sampel peneliti menggunakan rumus Notoatmodjo (2005):

n = N

1+N(d 2 )

Keterangan:

n: Besar sampel

N: Besar populasi

d: Tingkat penyimpangan yang diinginkan (5%)

Sehingga didapatkan sampel sebanyak:

n = 275

1 + 275 (0,05 2 )

n= 162,96 dibulatkan menjadi 163 responden

3. Cara pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel ini secara acak proporsional (Proposi Non Random sampling) yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel dan dibagi berdasarkan jumlah sasaran posyandu pada tiap desa, dengan menggunakan rumus :

Jumlah kader pada desa = Jumlah sampel desa

Jumlah kader keseluruhan(populasi)Adapun pembagian sampel menurut jumlah posyandu pada desa adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Sampel Menurut Desa

NoNama DesaJumlah PosyanduJumlah KaderJumlah Sampel

1Mojo Pahit84024

2Astomulyo52515

3Badran Sari42012

4Sri Sawahan42012

5Ngesti Rahayu52515

6Tanggul Angin73520

7Totokaton84024

8Nunggal Rejo63017

9Sidomulyo84024

Jumlah55275163

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas nilai. Arikunto (2006) mengemukakan bahwa variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel Independen pada penelitian adalah tingkat pendidikan dan pelatihan, sedangkan variabel dependennya adalah kejadian keaktifan kader.E. Definisi OpersionalDefinisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan atau mengamati variabel -variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument penelitian (alat ukur). Definisi operasional variabel variabel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :Tabel 2 Definisi OperasionalNoVariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala

Variabel Dependen

1Keaktifan kaderPerilaku atau tindakan nyata dari kader yang bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang kader dalam berbagai kegiatan posyandu baik kegiatan dalam posyandu maupun kegiatan diluar posyanduWawancaraKuisioner0. Tidak Aktif baik: nilai skor < median (62,5)1. Aktif : nilai skor median ( 62,5)Ordinal

Variabel Independen

1PendidikanJenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti dan mendapatkan tanda lulus.Wawan caraKuisioner0. Pendidikan Dasar, jika pendidikan responden SLTA

1. Pendidikan Lanjutan, jika pendidikan responden > SLTA

Ordinal

2PelatihanPelatihan khusus bagi kader tentang peran dan tanggun jawab kader posyanduWawancaraKuisioner0. Tidak bila tidak pernah mengikuti pelatihan1. Ya bila pernah mengikuti pelatihan

Nominal

G. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan sumber data pada penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Data primer

Yaitu data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap pertanyaan dalam kuesioner tentang pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti oleh kader.2. Data Sekunder

Yaitu data dasar kader dan posyandu dan data yang mendukung kelengkapan data yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada meliputi data responden serta gambaran umum Wilayah Kerja Puskesmas Punggur.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan.2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan.

3. Entry

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer.

4. Cleaning (Pembersihan data)

Data yang telah di entry diperiksa kelengkapan dan kebenarannya.I. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa secara univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi atau besarnya proporsi menurut variabel yang diteliti. Untuk data kategorik dianalisis untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentase. Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus presentase (Arikunto, 2002):

Keterangan:

P

: Presentase

f: Total jawaban responden

N

: Total pertanyaan

Hasil dari presentase dan pemberian skor penelitian untuk variabel diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria kualitatif

2. Analisis Bivariat

Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dengan rumus sebagai berikut:

X 2 = (O-E) 2

E

Keterangan:

X 2: Chi Square

: Jumlah

O

: frekuensi yang diamati (Observed)

E

: frekuensi yang diharapkan (Expected)

Berdasarkan hasil perhitungan statistic dapat dilihat kemaknaan hubungan antara 2 variabel, yaitu:

a. Jika p value 0.05 maka bermakna/signifikan, berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen atau hipotesis (Ho) ditolak

b. Jika p value > 0.05 maka tidak bermakna/signifikan, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen, atau hipotesis (Ho) diterima.

Dalam bidang kesehatan untuk mengetahui derajat hubungan yang beresiko relatif (RR) dan Odds ratio (OR). Nilai OR digunakan untuk jenis penelitian cross sectional dan case control. Penelitian ini menggunakan OR karena merupakan jenis penelitian Cross Sectional. Nilai OR terdapat pada baris Odds Ratio. OR untuk membandingkan Odds pada kelompok terekspose dengan Odds kelompok tidak terekspose. Perubahan satu unit independen akan menyebabkan perubahan OR pada variabel dependen, estimasi confidence interval atau CI, OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%. Interpretasi Odds ratio:OR > 1 Artinya tidak ada hubunganOR