Bab 123 Basalioma
-
Upload
nurul-fahmi-rizka-laily -
Category
Documents
-
view
296 -
download
4
description
Transcript of Bab 123 Basalioma
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama
di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, mereka
orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut
diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya
matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3
negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain
menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat
fatal bagi penderita.
Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan mengadakan pemeriksaan
biopsi, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh karena itu sebelumnya kanker
kulit dapat dideteksi secara dini. Tetapi kenyataannya masih banyak pasien datang
berobat untuk kanker kulit berada dalam stadium lanjut, disertai kerusakan-kerusakan
setempat yang sulit diobati atau dengan anak sebar. Hal ini sangat disayangkan oleh
karena kalau dideteksi sedini mungkin dapat segera dilakukan tindakan pengobatan,
maka hasilnya akan sangat memuaskan. Oleh karena itu pengetahuan mengenai tanda-
tanda dini dari kanker kulit sangat penting, baik untuk pasien, maupun untuk para
praktisi dokter dan petugas kesehatan.
Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah karsinoma sel basal
(basalioma), karsinoma sel skuamosa, yang tergolong non melanoma dan melanoma
maligna. Karsinoma sel basal adalah paling umum. Di Amerika, sekitar 800.000 orang
mengidap kanker ini setiap tahun, 75% kanker kulit adalah kanker sel basal. Karsinoma
sel skuamosa juga didapati pada 200.000 orang Amerika setiap tahun. Melanoma adalah
yang paling jarang dijumpai tetapi menyebabkan paling banyak kematian. Menurut
WHO, sebanyak 160.000 orang mengidap melanoma setiap tahun dan sebanyak 48.000
kematian dilaporkan setiap tahun. Kanker merupakan penyebab kematian yang ke enam
di Indonesia, sedangkan pada negara-negara maju merupakan penyebab kematian yang
kedua setelah penyakit-penyakit kardiovaskuler. Kanker diderita oleh semua golongan
1
masyarakat. Golongan social yang ekonominya kurang umumnya berobat pada stadium
lanjut, sehingga sangat sukar untuk menyembuhkannya walaupun dengan cara-cara
pengobatan yang mutakhir seperti sekarang ini. Berdasarkan informasi di atas, sebagai
tenaga kesehatan, kami memaparkan lebih lanjut mengenai kanker sel basal di makalah
ini, beserta dengan usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan anatomi dan fisiologi kulit ?
2. Apa yang dimaksud dengan defisini Basalioma ?
3. Apa yang dimaksud dengan etiologi Basalioma ?
4. Apa yang dimaksud dengan patofisiologi Basalioma ?
5. Apa yang dimaksud dengan WOC Basalioma ?
6. Apa yang dimaksud dengan manifestasi klinik Basalioma ?
7. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan diganostik Basalioma ?
8. Apa yang dimaksud dengan penatalaksanaan Basalioma ?
9. Apa yang dimaksud dengan Asuhan Keperawatan Basalioma ?
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan anatomi dan fisiologi kulit
2. Menjelaskan yang dimaksud dengan defisini Basalioma
3. Menjelaskan yang dimaksud dengan etiologi Basalioma
4. Menjelaskan yang dimaksud dengan patofisiologi Basalioma
5. Menjelaskan yang dimaksud dengan WOC Basalioma
6. Menjelaskan yang dimaksud dengan manifestasi klinik Basalioma
7. Menjelaskan yang dimaksud dengan pemeriksaan diagnostik Basalioma
8. Menjelaskan yang dimaksud dengan penatalaksanaan Basalioma
9. Menjelaskan yang dimaksud dengan Asuhan Keperawatan Basalioma
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 ANATOMI FISIOLOGI KULIT
Sistem integumen merupakan bagian dari tubuh manusia, khusunya organ yang menutupi
permukaan atau bagian luat tubuh manusia yang sering disebut kulit. Kulite merupakan
organ yang paling besar pada tubuh manusia dan terletak paling luar sehungga mudahh
mnegalami trauma atau terkontaminasi oleh mikroorganisme serta mudah dilihat
individu maupun orang lain. Kulit merupakan jalinan pemebuluh darah, saraf, dan
kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Luas
kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Secara
mikroskopis, struktur kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis,
dan lapisan subkutis.
A. LAPISAN EPIDERMIS
Lapisan epidermis adalah lapisan paling atas dari kulit serta tidak mengandung
pembuluh darah dan saraf. Tebalnya di kulit biasa 0,3 mm. Ditelapak tangan dan
kaki tebalnya 1,5 mm. Waktu yang diperlukan dari lapisan yang paling bawah
menjadi paling luar 30 hari.
Bagian-bagian lapisan epidermis :
1. Stratum korneum
Adalah lapisan tanduk yang berada paling luar, terdiri atas beberapa lapis sel
gepeng yang mati dan tidak berinti dan mengandung zat keratin.
2. Stratum lucidum
Adalah lapisan yang terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan
lapisan sel gepeng tanpa ini dengan proroplasma yang berubah menjadi protein
yang disebut eleiden.
3. Stratum granulosum
3
Merupakan lapisan epidermis yang mempunyai fungsi penting dalam
pemebntukan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Selnya gepeng, berinti
dan protoplasma berbutir besar.
4. Stratum spinosum
Adalah lapisan yang mengalami proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena
mengandung glikogen dan inti selnya di tengah-tengah. Sel bentuk dan besarnya
berbeda karena proses mitosis.
5. Stratum basale
Merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Terdiri atas sel-sel berbentuk
kubus (kolumnar) yang berbaris seperti pagar (palisade). Didalam lapisan ini
terdpat melanosit, sel pembentuk melanini (melanosit) merupakan sel-sel
berwarna muda menganding pigmen-pigmen melanosom.
B. LAPISAN DERMIS
Adalah lapisan kulit dibawah epidermis yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Pars Papilaris (stratum papilar)
Yaitu bagian yang menonjol ke epidermis. Bagian ini berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis.
Lapisan papila hampir tidak mengandung jaringan ikat, memiliki serabut
kolagen yang tipis. Lapisan ini dikenal dengan lapisan subepitel karena dibawah
lapisan epitel epidermis. Lapisan ini disebut juga lapisan papila karena terdapat
papila (keci, seperti jari-jari) yang berikatan dengan epidermis. Papila dengan
serabut saraf doble ditelapak tangan dan kaki membentuk sidik jari.
2. Pars Retikularis (stratum retikularis)
Lapisan retikuler terdiri dari jaringan ikat, memiliki serabut kolagen yang kasar
dan berkas serabut yang saling bersilangan membentuk seperti jaring. Garis-
garis serabut tersebut membentuk Cleavage yang penting dalam proses
pembedahan. Sayatan bedah yang memotong garis cleavage lebih sulit sembuh
daripada yang paralel dengan garis ini. Lapoisan reticular sangat banyak
mengandung pembuluh darah, syaraf, ujung-ujung syaraf bebas, sel-sel adiposa
(lemak), kelenjar minyak dan akar rambut, reseptor untuk tekanan dalam.
Bagian terbawah lapisan ini mengandung serabut otot polos (khususnya di dada
dan puting susu genital) dan folikel rambut.
Disekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit, histiosit, sel mast, dan
leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di
4
samping itu, di dalam lapisan dermis juga terdapat akar rambut dan kelenjar
keringat.
Ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu :
a. Kelenjar ekrin, yang berukuran kecil, terletak di bagian dangkal dermis dengan
secret yang encer. Kelenjar ini langsung bermuara di permukaan kulit. Kelenjar
ini terdapat di seluruh permukaan kulit, terbanyak pada bagian dahi, tangan,
kaki, dan aksila.
b. Kelenjar apokrin, yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih
kental. Kelenjar apokrin diperngaruhi oleh saraf adrenargi, terdapat di aksila,
aerola mammae, pubis, labia minora dan saluran telinga luar.
Manusia memiliki 2 jenis rambut, yaitu :
1. Rambut lanugo, dengan ciri pendek, tidak berpigmen, halus, dan akarnya di
dalam dermis. Contohnya, rambut yang ada di pipi, rambut yang aa pada tubuh
bayi (biasanya akan hilang setelah lahir).
2. Rambut terminal, dengan ciri lebih panjang, lebih kasar, berpigmen, berkumpul
di daerah tertentu, dan akrnya di dalam subkutis. Rambut ini memiliki siklus
pertumbuhan yang lebih cepat, kurang lebih 1 cm perbulan (misal, rambut
kepala).
C. LAPISAN SUBKUTIS
Lapisan hypodermis atau lapisan subkutan terdiri dari jaringan adipose, nayak
mengandung pembuluh darah darah, pembuluh limfe dan syaraf juga terdapat
gulungan kelenjar keringat dandasar dari folikel rambut. Tidak seperti epidermis
dand ermis, batas dermis dengan lapisan ini tidak jelas. Pada bagian yang banyak
bergerak jaringan hipodermis kurang, pada bagian yang melapisi otot atau tulang
mengandung anyaman serabut yang kuat. Pada area tertentu yang berfungsi sebagai
bantalan (payudara dan tumit) terdapat lapisan sel-sel lemak yang tipis. Distribusi
lemak pada lapisan ini banyak berperan dalam pembentukan bentuk tubuh terutama
pada wanita.
5
D. FUNGSI KULIT
1. Menutupi dan melindungi organ-organ dibawahnya
2. Melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme dan benda asing yang dapat
membahayakan tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi perlindungan pasif. Selain
fungsi perlindungan pasif, lapisan dermis berperan dalam proses menyiapkan
limfosit yang di produksi oleh sumsum tulang sebelum benar-benar dipakai
untuk mnyerang berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Peran kulit
dalam hal ini merupakan peran aktif dalam perlindungan tubuh.
3. Pengaturan suhu. Kulit, jaringan sub kutan dan lemak merupakan penyekat
panas dari tubuh. Lemak menyalurkan panas sepertiga kecepatan jaringan lain
atau dalam kata lain lemak menghambat pengeluaran panas dari tubuh.
Kecepatan aliran darah ke kulit menyebabkan konduksi panas sangat efisien.
Konduksi panas ke kulit diatur oleh sistem saraf simpatis. Saraf simpatis
mengatur kecepatan aliran darah dengan mesntimulasi vasokonstriksi dan
vasodilatasi.
4. Eskresi. Melalui respirasi atau berkeringat, membuang sejumlah kecil urea.
5. Sintesis. Konversi 7-dehydrocholesterol menjadi vit D3 (cholecalciferol) dengan
bantuan sinar UV . kekurangan UV dan Vit D mengakibatkan absorpsi Ca dari
intestinal ke darah menurun.
6. Sensori persepsi. Mengandung reseptor terhadap oanas, dingin, nyeri,
sentuhan/raba, tekanan. Juga mengandung ujung-ujung saraf bebas yang
berfungsi sebagai homeostatis.
2.2 DEFINISI
Basalioma atau karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang paling sering
ditemukan. Berasal dari sel-sel epidermis sepanjang lapisan basal.
Basalioma adalah merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis
atau folikel rambut ; yang paling umum dan jarang bermetastasis ; kekambuhan umum
terjadi (Brunner and Suddarth, 2000).
6
2.3 ETIOLOGI
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi ada berbagai faktor yang menjadi
presdiposisi terjadinya basalioma.
1. Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogenik adalah sinar yang memiliki
panjang gelombang berkisar antara 280 sampai 320 nm. Spektrum ini terutama
bertanggung jawab dalam membakar dan membuat kulit menjadi cokelat.
Pemakaian bahan-bahan yang melindungi kulit dari sinar matahari sangat
dianjurkan pada setiap orang yang dalam keluarganya ada yang menderita kanker
kulit, dan pada orang-orang yang berkulit peka sehingga mudah sekali menderita
luka bakar karena sinar matahari.
2. Orang yang tidak memproduksi (pigmen) melanin dengan jumlah yang cukup di
dalam kulit untuk melindungi jaringan di bawahnya sangat rentan terhadap
kerusakan akibat sinar matahari. Orang yang paling berisiko itu adalah orang
yang berkulit cerah, bermata biru, berambut merah yang nenek moyangnya
berdarah Celtic, atau orang dengan warna kulit yang merah muda atau cerah di
samping orang yang sudah lama terkena sinar matahari tanpa terjadi perubahan
kulit menjadi cokelat kekuningan.
3. Para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat kimia tertentu (senyawa
arsen, nitrat, batubara, ter dan aspal, serta paraffin).
4. Xeroderma pigmentosum: penyakit ini merupakan penyakit resesif autosomal
yang menjadi presdiposisi untuk penuaan dini pada kulit, dimulai dengan
perubahan pigmen dan berubah menjadi karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa, dan melanoma maligna. Efek dari Xeroderma pigmentosum adalah
ketidakmampuan untuk memperbaiki kerusakan DNA akibat sinar ultraviolet dari
matahari.
5. Orang yang menderita kanker sikatriks akibat luka bakar yang berat dapat
mengalami kanker kulit setelah 20 hingga 40 tahun kemudian.
6. Trauma
2.3 PATOFISIOLOGI
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma berasal dari
sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi pada daerah terbuka
yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. Untungnya
7
tumor ini jarang sekali bermetastasis. Pasien dengan kanker sel basal tunggal lebih
mudah mendapat kanker kulit.
Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang
gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar dan
membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal
harus menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar
karsinogen yang terdapat di dalam sinar matahari.
Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi, sebelumnya untuk
menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang (UVA) yang dipancarkan
oleh alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar matahari juga merusak
epidermis dan di anggap sebagai karsinogen. Tumor ini ditandai oleh nodul eritromatosa,
halus dan seperti mutiara, bagian tengah mengalami ulserasi dan perdarahan, meninggi
dan memiliki pembuluh telangiektatik pada permukannya.
8
2.5 WOC
9
Sinar uv, orang yg tidak/kurang pigmen, kontak lama dengan zat2 toksik, sering terpapar dng sinar radiasi, mengalami trauma fisik yg berulang, ps ygdpt pengobatan utk menekan reaksi imun, pembentukknya siktarik yg meluas, genetik, terjadinya melanosti nevi yg brhubungan dengan kelainan genetik/lingkungan.
Terapi imuno supresi
Pada imun yang lemah akan menimbulkan kulit meradang
Lesi, kemerahan timbul nodul
Kemudian berpoliferasi
Nodul ulserasi
Nodul ulserasi yang menimbulkan ulkus
Tipe papilen yg menonjol di atas kulit seperti kemabng kol
Lesi di kulit
Lama kelamaan timbul plak dan nodul
Mengalir melalui aliran limfatik dan aliran darah
10
Mengalir melalui aliran limfatik dan aliran darah
Pertumbuhan sel-sel yg lebih agresif
Karsinoma sel basal
Seperti nodul kecil dengan tepi yang tergulung, translusen dan mngilap
Ulserasi
Lesi yang diabaikan dapat menyebabkan hilangnya hidung, telinga dan bibir
Perubahan citra tubuh
Pasien cemas dengan keadaannya
ansietas
Lesi pada kulit
Inflamasi
Nyeri
2.6 MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah predileksinya terutama pada
wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher. Meskipun jarang
dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan kulit kepala.
Gambaran klinik basalioma bervariasi terbagi menjadi 5 bentuk :
1. Tipe Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens, merupakan jenis yang paling
sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Paling sering
mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata. Pada
awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter
kurang dari 2 cm, denggan tepi meninggi. Permukaannya tampak mengkilat,
sering dijumpai adanya teleangiektasis dan kadang-kadang dengan skuama yang
halus atau krusta tipis. Berwarna seperti mutiara, kadang-kadang seperti kulit
normal sampai eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat
bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi, keras. Jika
terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi (disebut ulkus rodens), dengan
destruksi jaringan di sekitarnya.
2. Tipe Berpigmen, gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodulo-ulseratif.
Bedanya, pada jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintik-bintik atau
homogen, yang secara klinis dapat menyerupai melanoma.
3. Tipe Morfea atau fibrosing atau sklerosing, biasanya terjadi pada kepala dan
leher. Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih
kekuningan dengan batas tidak jelas. Lesi tampak sebagai bercak sklerodermatosa
dan tidak member kesan karsinoma sel basal bila dilihat oleh mata yang tidak
berpengalaman. Pertumbuhan perifer diikuti oleh perluasan sklerosis di
tengahnya.
4. Tipe Superfisial, lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara klinis tampak
sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval
sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang atau
kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik kronis.
5. Tipe Fibroepitelioma, paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis,
lesi berupa papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek, dengan
permukaan halus atau noduler, dengan warna yang bervariasi.
11
Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan
penting, yaitu:
1. Sindroma Epitelioma Sel Basalnevoid, dikenal pula sebagai sindroma Gorlin-
Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi,
ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu :
a. Karsinoma sel basal multipel yang terjadi pada usia muda.
b. Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk.
d. Kista pada tulang rahang.
e. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.
Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ multipel
yang berhubungan dengan sindroma ini.
2. Nevus sel basal unilateral linier, merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai.
Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk striae, distribusi
zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasa dijumpai sejak lahir dan lesi ini
tidak meluas dengan meningkatnya usia.
3. Sindroma bazex, sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex,
diturunkan secara dominan, dengan cirri khas sebagai berikut :
a. Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar,
seperti ice-pick marks, terutama pada ekstremitas.
b. Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul pertama
kali pada saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-kadang dapat
juga timbul pada akhir masa anak-anak.
Disamping itu dapat pula dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis generalisata,
hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.
12
Gambar penderita basalioma :
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Baughman, CD & Hackley J.C, 2000, pemeriksaan diagnostik yang biasa
dilakukan pada penderita. Basalioma adalah :
a. Evaluasi histologist
b. Biopsi
2.8 PENATALAKSANAAN
Terdapat banyak alternatif pengobatan pada karsinoma sel basal yaitu :
1. Kuretase dan elektrodesikasi
Keuntungan :
a. Tehniknya sederhana.
b. Meninggalkan luka yang teratur dan kering.
Kerugian :
a. Tidak efektif untuk tumor primer yang luas atau residif.
b. Tidak didapat konfirmasi batas tepi pembuangan jaringan yang adekuat.
2. Bedah eksisi
Keuntungan :
a. Penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering.
b. Dari segi kosmetik baik, memungkinkan pengambilan jaringan tumor secara
menyeluruh dan dapat ditentukan batas eksisi dengan pemeriksaan
histopatologi.
13
Kerugian :
a. Membutuhkan waktu.
b. Biaya mahal.
c. Memerlukan pengalaman yang luas.
d. Pengambilan jaringan normal dapat berlebihan
3. Radioterapi
Keuntungan :
a. Bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan metode
pembedahan.
b. Bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas yang tidak memungkinkan
untuk dilakukan anestesi umum.
c. Pada umumnya karsinoma sel basal sangat radio-sensitif.
Kerugian :
a. Memerlukan peralatan yang mahal.
b. Memerlukan kunjungan yang berulang kali.
c. Memberikan efek samping yang signifikan.
4. Bedah beku
Keuntungan :
a. Tehniknya cepat.
b. Peralatan yang dibutuhkan sederhana.
c. Tidak mempengaruhi syaraf, pembuluh darah besar, tulang rawan, dan sistem
saluran air mata.
d. Bermanfaat pada daerah tumor yang sulit diterapkan dengan metode
pengobatan lainnya, seperti kelopak mata.
e. Dapat dikombinasi dengan metode lainnya, seperti kuretase.
f. Dapat digunakan untuk pengobatan tumor yang luas bagi penderita rawat
jalan.
Kerugian :
a. Rasa nyeri dan edema.
b. Timbul bula, edema, dan lesi yang basah.
c. Dapat terjadi hipopigmentasi.
d. Batas tepi tumor perlu ditentukan terlebih dahulu.
e. Resisten untuk jenis morfea atau jenis adenoid.
14
5. Bedah mikrografik Mohs
Keuntungan :
a. Evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100% dibandingkan dengan
tehnik seksi vertikal tradisional.
b. Dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan ditelusuri semua
fokus-fokus tumor yang masih tertinggal.
c. Reseksi hanya pada daerah tumor, sehingga dapat menghemat jaringan atau
meminimalkan jaringan yang hilang.
Kerugian :
a. Memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi yang terlatih.
b. Biayanya mahal.
6. Beberapa cara pengobatan baru meliputi : 5-fluorourasil yang dikombinasi
dengan kuretase ringan; retinoat; interferon; terapi fotodinamik.
Tiap metode tersebut pada umumnya memberikan hasil penyembuhan yang hampir sama
baiknya. Tiap klinik mempunyai cara pengobatan tertentu, sesuai fasilitas dan
pengalamannya masing-masing. Dalam memilih metode pengobatan yang tepat untuk
karsinoma sel basal, perlu diperhatikan beberapa faktor berikut :
a) Faktor penderita : keadaan umum dan usia penderita, sosio-ekonomi penderita.
b) Faktor tumor
1. Lokasi dan hubungannya dengan jaringan sekitarnya (perlekatan dengan
tulang rawan, tulang, daerah mata, bibir).
2. Ukuran tumor.
3. Jenis histologi.
4. Riwayat tumor (rekurensi, pengobatan sebelumnya).
5. Terjadinya metastasis.
c) Faktor fasilitas: peralatan yang ada, pengalaman dan keahlian dokter yang
mengobati.
d) Faktor metode yang akan digunakan
1. Mempertimbangkan kemungkinan komplikasi yang terjadi, terutama daerah
wajah.
2. Memilih metode yang telah dikuasai dengan angka kesembuhan yang tinggi
15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Anamnesis biasanya ada keluhan berupa lesi pada kulit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kontak lama dengan sinar ultraviolet matahri, kontak dengan agen arsenik.
3. Pemeriksaan Fisik
Umumnya karsinoma sel basal timbuk di daerah tubuh yang terpajan sinar matahari
dan lebih prevalen pada kawasan tempat populasi penduduk mengalami pajanan sinar
matahari yang intensif serta ekstensif. Insiden tersebut berbanding lurus dengan usia
pasien (rata-rata 60 tahun) serta jumlah total pajanan sinar matahari, dan berbanding
terbalik dengan jumlah pigmen melanin dalam kulit. Karsinoma basal biasanya
dijumpai :
a. Dimulai sebagai nodul kecil seperti malam (lilin) dengan tepi yang tergulung,
transulen dan mengilap; pembuluh darah yang mengalami telangiektasia dapat
dijumpai.
b. Dengan tumbunya karsinoma sel basal akan terjadi ulserasi pada bagian
tengahnya dan kadang terdapat pembentukan krusta.
c. Dapat timbul sebagai plak yang mengilap, datar, berwarna kelabu atau
kekuningan.
d. Ciri khas dari tumor ini adalah berbentuk nodula eritematosa, halus, dan
seperti mutiara. Tepi tumor sering kali meninggi dan memiliki pembuluh
telangiektatik pada permukaannya. Tumor ini sering kali berdarah, menginvasi
dermis, dan merusak jaringan normal.
16
3.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak efek metastasi kanker basal,
respons sekunder intervensi pascabedah.
2. Kecemasan b.d kondisi penyakit, prognosis kanker pada jaringan kulit.
3. Gangguan citra tubuh b.d kecacatan
17
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
Sasaran utama bagi pasien dapat mencakup penurunan respon nyeri dan berkurangnya ansietas atau kecemasan.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri b.d kerusakan
jaringan lunak, erosi
jaringan lunak efek
metastasi kanker basal,
respons sekunder
intervensi pascabedah.
Dalam waktu 1 x 24 jam
nyeri berkurang/ hilang
atau teradaptasi. Dengan
kriteria :
a. Secara subjektif
melaporkan nyeri
berkurang atau dapat
diadaptasi. Skala nyeri
0-1 (0-4).
b. Dapat
mengindentifikasi
aktivitas yang
meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
c. Pasien tidak gelisah.
1. Kaji nyeri dengan PQRST.
2. Jelaskan dan bantu pasien dengan
tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan noninvasif.
3. Lakukan manajemen nyeri
keperawatan.
a. Atur posisi fisiologis dan
imobilisasi ekstrimitas yang
mengalami selulitis.
1. Menjadi parameter dasar untuk
melihat sejauh mana rencana
intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan
dari intervensi manajemen nyeri
keperawatan.
2. Pendekatan dengan
menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
3. a. Posisi fisiologis akan
meningkatkan asupan O2 ke
jaringan yang mengalami
peradangan subkutan.
Pengaturan posisi idealnya
adalah pada arah yang
18
b. Istirahatkan klien.
c. Manajemen lingkungan:
lingkungan tenang dan batasi
pengunjung.
d. Ajarkan teknik relaksasi
berlawanan dengan letak dari
selulitis.
Bagian tubuh yang mengalami
inflamasi lokal dilakukan
imobilisasi untuk menurunkan
respons peradangan dan
meningkatkan kesembuhan.
b. Istirahat diperlukan selama
fase akut. Kondisi ini akan
meningkatkan suplai darah pada
jaringan yang mengalami
peradangan.
c. Lingkungan tenang akan
menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan.
d. Meningkatkan asupan O2
segingga akan menurunkan nyeri
19
pernapasan dalam.
e. Ajarkan teknik distraksi pada
saat nyeri.
4. Kolaborasi dengan dokter,
pemberian analgetik.
sekunder dari peradangan.
e. Distraksi (pengalihan
perhatian) dapat menurunkan
stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin
yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
4. Analgetik memblok lintasan
nyeri sehingga nyeri akan
berkurang.
2 Kecemasan b.d kondisi
penyakit, prognosis kanker
pada jaringan kulit.
Dalam waktu 1 x 24 jam
kecemasan pasien akan
berkurang. Dengan
kriteria:
a. Pasien menyatakan
kecemasan berkurang,
mengenal
perasaannya
b. Dapat
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal
kecemasan. Dampingi pasien dan
lakukan tindakan bila
menunjukkan perilaku merusak.
2. Hindari konfrontasi.
1. Rekasi verbal/nonverbal dapat
menunjukkan rasa agitasi,
marah, dan gelisah.
2. Konfrintasi dapat meningkatkan
rasa marah, menurunkan kerja
sama dan mungkin
20
mengindetifikasi
penyebab atau faktor
yang
memengaruhinya
c. Kooperatif terhadap
tindakan
d. Wajah rileks.
3. Mulai melakukan tindakan untuk
mengurangi kecemasan. Beri
lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat.
4. Bina hubungan saling percaya.
5. Orientasikan pasien terhadap
prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
6. Beri kesempatan kepada pasien
memperlambat penyembuhan.
3. Mengurangi rangsangan
eksternal yang tidak perlu.
4. Pasien harus didorong untuk
mengekspresikan perasaan
terhadap seorang yang mereka
percayai. Mendengarkan
keprihatinan mereka dan selalu
siap untuk memberikan
perawatan yang terampil serta
penuh kehangatan merupakan
intervensi yang penting untuk
mengurangi ansietas.
5. Orientasi dapat menurunkan
kecemasan.
6. Dapat menghilangkan
21
untuk mengungkapkan
ansietasnya.
7. Berikan privasi untuk pasien dan
orang terdekat.
8. Kolaborasi : berikan anti cemas
sesuai indikasi contuhnya :
ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
7. Memberi waktu untuk
mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. Adanya
keluarga dan teman-teman yang
dipilih pasien melayani aktivitas
dan pengalihan (misalnya:
membaca akan menurunkan
perasaan terisolasi).
Pengaturan agar anggota
keluarga dan setiap teman
dekatnya untuk lebuh banyak
mencurahkan waktu mereka
bersama pasien dapat menjadi
upaya yang bersifat supportif.
8. Meningkatkan relaksasi dan
22
diazepam menurunkan kecemasan.
3 Gangguan citra tubuh b.d
kecacatan
Klien dapat menerima
keadaannya. Dengan
kriteria hasil : perasaan
negatif tentang diri sendiri
tidak terjadi
1. Kaji perubahan atau kehilangan
pada pasien.
2. Bersikap positif selama
pengobatan.
3. Berikan kelompok pendukung
untuk orang terdekat.
1. Episode traumatik membuat
perasaan kehilangan aktual yang
dirasakan.
2. Meningkatkan hubungan
kepercayaan antara pasien
dengan perawat.
3. Meningkatkan perasaan dan
memungkinkan respons yang
lebih membantu pasien.
23
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Tumor ganas kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit dan berasal
dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit. Menurut jenis sel
yang berdiferensiasi, tumor ganas kulit diklasifikasikan sebagai berikut: karsinoma sel
basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM).
Menurut etiologinya, tumor ganas kulit dapat disebabkan oleh (1) faktor ekstrinsik
berupa paparan sinar ultraviolet, paparan sinar-X, pemakaian bahan kimia dan adanya
jaringan parut yang luas dan lama; (2) faktor intrinsik berupa genetik, sistem imun yang
rendah dan ras. Karsinoma sel basal biasanya terdapat pada wajah dan leher dengan
gejala klinis berupa nodul ulseratif, berpigmen, morfea, superfisial dan fibroepitelioma.
Biasanya ditandai dengan tepi ulkus yang meninggi tanpa adanya metastasis jauh.
Diagnosis tumor ganas kulit ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang. Penanganan KSB dan KSS biasanya dengan mengangkat tumor, baik dengan
cara kuretase dan elektrodesikasi maupun memotongnya dengan pisau bedah. Sedangkan
penanganan MM prinsipnya adalah melakukan eksisi yang pada awalnya dilakukan
pengukuran ketebalan invasi terlebih dahulu dengan teknik Breslow thickness.
Prognosa dari KSB adalah baik dengan angka kesembuhan skitar 95% sedangkan pada
KSS tergantung dari lokasi, ukuran, tingkat diferensiasi sel-sel dan kedalaman
perluasannya, dan pada MM prognosa ditentukan oleh sifat tumor, stadium klinis, lokasi
metastase dan faktor penderita.
24
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.
Price, Wilson, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.EGC: Jakarta.
25