BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis,...

15
6 BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas definisi, etiologi, penularan dan patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, dan pengobatan tuberkulosis. Selanjutnya dibahas pula mengenai tinjauan OAT, tinjauan tanaman obat, serta tinjauan studi praklinis dan klinis sebelumnya. 1.1 Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh M. tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan terjadinya hipersensitif yang diperantarai oleh sel. Pada umumnya penyakit ini menyerang paru-paru, tetapi organ-organ lain juga dapat terkena (Zeind, 2000; Depkes R.I., 2002). 1.2 Etiologi Tuberkulosis M. tuberculosis (basil tuberkel) adalah jenis bakteri yang termasuk ke dalam marga Mycobacterium, suku Mycobacteriaceae dan bangsa Actinomycetales. Bersama dengan M. bovis dan M. africanum, M. tuberculosis dapat menyebabkan TB pada manusia (Zeind, 2000). Mikobakterium berbentuk batang, lebar 0,4 μm, panjang 3-4 μm, tidak mempunyai spora dan tidak bergerak. Bakteri ini dapat diwarnai dengan pewarna khusus (Ziehl Neelsen). Setelah terwarnai, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan larutan asam, karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (Kayser, 2005). Struktur dinding sel mikobakterium terdiri dari lapisan lilin dan lemak yang terdiri dari glikolipid (misalnya, lipoarabinogalaktan), asam mikolat dan mikosida (Kayser, 2005).

Transcript of BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis,...

Page 1: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

6

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas definisi, etiologi, penularan dan patogenesis,

manifestasi klinis, diagnosis, dan pengobatan tuberkulosis. Selanjutnya dibahas

pula mengenai tinjauan OAT, tinjauan tanaman obat, serta tinjauan studi praklinis

dan klinis sebelumnya.

1.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh

M. tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang

terinfeksi dan terjadinya hipersensitif yang diperantarai oleh sel. Pada umumnya

penyakit ini menyerang paru-paru, tetapi organ-organ lain juga dapat terkena

(Zeind, 2000; Depkes R.I., 2002).

1.2 Etiologi Tuberkulosis

M. tuberculosis (basil tuberkel) adalah jenis bakteri yang termasuk ke dalam

marga Mycobacterium, suku Mycobacteriaceae dan bangsa Actinomycetales.

Bersama dengan M. bovis dan M. africanum, M. tuberculosis dapat menyebabkan

TB pada manusia (Zeind, 2000).

Mikobakterium berbentuk batang, lebar 0,4 µm, panjang 3-4 µm, tidak

mempunyai spora dan tidak bergerak. Bakteri ini dapat diwarnai dengan pewarna

khusus (Ziehl Neelsen). Setelah terwarnai, warna tersebut tidak dapat dihilangkan

dengan larutan asam, karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (Kayser,

2005).

Struktur dinding sel mikobakterium terdiri dari lapisan lilin dan lemak yang terdiri

dari glikolipid (misalnya, lipoarabinogalaktan), asam mikolat dan mikosida

(Kayser, 2005).

Page 2: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

7

1.3 Penularan dan Patogenesis Tuberkulosis

Meskipun beberapa spesies mikobakterium dapat menyebabkan tuberkulosis,

M. tuberculosis merupakan bakteri penyebab TB yang utama. Organisme ini

mudah menyebar, dan infeksi baru biasanya disebabkan karena inhalasi droplet-

droplet (tetesan kecil berukuran 1-5 µm) mencapai alveolar. Penderita TB dengan

BTA positif dapat mengeluarkan droplet yang mengandung M. tuberculosis ketika

batuk, bersin, dan berbicara; partikel-partikel dapat tetap berada di udara selama

beberapa jam sehingga dapat terjadi pemaparan terhadap orang yang peka. Faktor-

faktor yang dapat menentukan kemungkinan terjadinya infeksi adalah kontak

yang intensif dan efektivitas daya tahan tubuh. Penularan dapat dikurangi dengan

ventilasi yang cukup dan penerangan dengan ultraviolet (Zeind, 2000).

Pada beberapa kasus, infeksi dapat cepat berkembang menjadi penyakit. Akan

tetapi pada kasus lain, M. tuberculosis mungkin ‘tertidur’ setelah dikendalikan

oleh daya tahan tubuh. Kemudian di saat terjadi suatu penurunan daya tahan

penderita, misalnya karena kurang gizi, penyakit lain (misalnya infeksi HIV) atau

usia tua, ada kemungkinan dapat timbul penyakit (Zeind, 2000).

1.4 Manifestasi Klinis Tuberkulosis

TB dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: TB paru dan TB ekstra paru. TB

paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura

(selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi menjadi TB

paru BTA positif dan TB paru BTA negatif. TB ekstra paru adalah TB yang

menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput

jantung, kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat

kelamin, dan lain-lain. Berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, TB ekstra

paru dibagi menjadi TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe, pleuritis

eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

TB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis

eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat

kelamin (Depkes R.I., 2002).

Page 3: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

8

1.5 Diagnosis Tuberkulosis

Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya

BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan

positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen sewaktu pagi sewaktu (SPS)

BTA hasilnya positif. Apabila hanya satu spesimen yang positif perlu diadakan

pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS

diulang.

- Jika hasil rontgen mendukung TB maka penderita didiagnosis sebagai

penderita TB BTA positif.

- Jika hasil rontgen tidak mendukung TB maka pemeriksaan dahak SPS

diulangi.

Apabila fasilitas memungkinkan maka dapat dilakukan pemeriksaan lain,

misalnya biakan.

Apabila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum

luas (misalnya kotrimoksazol atau amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak ada

perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, pemeriksaan dahak SPS

diulangi.

- Jika hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.

- Jika hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk

mendukung diagnosis TB.

• Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis sebagai penderita TB BTA

negatif rontgen positif

• Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.

(Depkes, 2002)

1.6 Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan TB mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Menyembuhkan penderita dengan gangguan seminimal mungkin dalam

hidupnya.

b. Mencegah kematian pada penderita dengan sakit yang sangat berat.

c. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait.

d. Mencegah kambuhnya penyakit.

Page 4: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

9

e. Mencegah M. tuberculosis menjadi resisten (resisten yang diperoleh).

f. Melindungi keluarga dan masyarakat penderita terhadap infeksi (Crofton,

2002; Depkes R.I., 2002).

1.6.1 Prinsip Pengobatan

OAT diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup

dan dosis tepat dalam waktu yang cukup lama (6-8 bulan) agar semua kuman

(termasuk yang persisten) dapat dieradikasi. Apabila paduan obat yang digunakan

tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman TB akan

berkembang menjadi kuman yang resisten. Pengobatan TB dilakukan dalam dua

fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan.

a. Fase intensif

Pada fase intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi

langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama

rifampisin. Apabila pengobatan fase intensif tersebut diberikan secara tepat,

biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu dua

minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) pada akhir pengobatan intensif.

b. Fase lanjutan

Pada fase lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

jangka waktu yang lebih lama (Depkes R.I., 2002).

1.6.2 Paduan OAT di Indonesia

Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia menggunakan paduan OAT

sebagai berikut:

a. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

Fase intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan

Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE).

Kemudian diteruskan dengan fase lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H) dan

Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).

Obat ini diberikan untuk:

1). Penderita baru TB paru BTA positif

Page 5: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

10

2). Penderita TB paru BTA negatif, rontgen positif, yang sakit berat, dan

3). Penderita TB ekstra paru berat.

b. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Fase intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid

(H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan Streptomisin

(S) setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniasid (H), Rifampisin (R),

Pirasinamid (Z), dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan fase

lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu.

Suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat. Obat ini

diberikan untuk:

1). Penderita kambuh (relaps)

2). Penderita gagal (failure)

3). Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).

c. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)

Fase intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),

diteruskan dengan fase lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali

seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk:

1). Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan,

2). Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis

eksudatif unilateral, TB kulit, TB tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan

kelenjar adrenal.

d. OAT Sisipan (HRZE)

Bila pada akhir fase intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan

kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil

pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari

selama 1 bulan (Depkes R.I., 2002).

1.7 Tinjauan OAT

OAT yang digunakan dalam Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia

adalah Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Etambutol, dan Streptomisin.

Page 6: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

11

1.7.1 Isoniasid

Isoniasid (H) atau yang lebih dikenal dengan INH pertama kali diperkenalkan

sebagai OAT pada tahun 1952, merupakan obat yang paling luas digunakan

sebagai OAT. Obat ini bersifat bakterisid, relatif nontoksik, tidak mahal, dan

diabsorpsi dengan baik secara oral atau parenteral (Zeind, 2000).

Isoniasid merupakan prodrug yang diaktifkan oleh enzim katalase-peroksidase

mikobakterium (KatG). Bentuk aktif isoniasid memberikan efek letalnya dengan

membentuk kompleks kovalen dengan protein pembawa asil (AcpM) dan protein

pembawa-beta-ketoasil sintetase (KasA), yang menghambat sintesis asam

mikolat. Resistensi isoniasid berhubungan dengan mutasi yang disebabkan oleh

ekspresi yang berlebihan dari inhA, yang mengkode reduktase protein pembawa

asil tergantung NADH; mutasi katG; mutasi yang disebabkan oleh ekspresi yang

berlebihan dari ahpC, gen virulen yang diduga terlibat dalam proteksi sel terhadap

stres oksidatif; dan mutasi pada kasA. InhA mengekspresikan resistensi isoniasid

pada tingkat yang rendah dan resistensi silang dengan etionamida. Mutan-mutan

KatG mengekspresikan resistensi isoniasid pada tingkat yang tinggi dan biasanya

tidak ada resistensi silang dengan etionamida (Zeind, 2000; Chambers, 2004).

Mutan-mutan yang resisten terjadi pada populasi mikobakteri yang peka dengan

frekuensi sebesar 1 basil di dalam 106. Oleh karena lesi tuberkulus sering

mengandung lebih dari 108 basil tuberkel, mutan-mutan resisten dapat terjadi jika

isoniasid digunakan sebagai obat tunggal. Meskipun demikian, penambahan obat

kedua dapat efektif (Chambers, 2004).

INH secara umum diberikan sebagai dosis tunggal 300 mg untuk dewasa dan 10-

20 mg/kg (maksimum 300 mg) untuk anak. Setelah pemberian peroral, absorpsi

terjadi dengan cepat dan sempurna, konsentrasi puncak sebesar 3-5 µg/mL

dicapai setelah dosis 3-5 mg/kg. Ketika INH diberikan secara peroral dengan

makanan, pengurangan kecepatan absorpsi dan konsentrasi plasma puncak INH

dapat terjadi. Antasida yang mengandung aluminium dapat menurunkan absorpsi

INH di saluran pencernaan. Obat secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh;

Page 7: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

12

jumlah yang signifikan dapat ditemukan di pleura, cairan asites, dan cairan

serebrospinal; saliva; kulit; dan otot (Zeind, 2000).

Efek samping INH yang berat berupa hepatitis dapat timbul pada kurang lebih

0,5% penderita. Apabila terjadi ikterus, hentikan pengobatan sampai ikterus

membaik. Bila tanda-tanda hepatitisnya berat maka penderita harus dirujuk ke

spesialis. Efek samping yang ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot atau

gangguan kesadaran. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin

(vitamin B6 dengan dosis 5-10 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks).

Efek samping lain berupa kelainan yang menyerupai defisiensi piridoksin

(sindrom pellagra) dan kelainan kulit yang bervariasi antara lain gatal-gatal.

Apabila terjadi efek samping ini pemberian OAT dapat diteruskan sesuai dosis

(Depkes R.I., 2002).

1.7.2 Rifampisin

Rifampisin (R) adalah derivat semisintetik dari rifamisin, antibiotik yang

dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Obat ini aktif secara in vitro terhadap

bakteri kokus gram negatif dan gram positif, beberapa bakteri usus,

mikobakterium dan klamidia. Organisme yang peka dihambat oleh konsentrasi

kurang dari 1 µg/mL. Mutan yang resisten ada pada semua populasi mikroba

dengan frekuensi 1:106. Pemberian rifampisin sebagai dosis tunggal dipilih untuk

organisme yang sangat resisten ini. Tidak terdapat resistensi silang untuk

kelompok OAT lain, tetapi dapat terjadi dengan turunan rifamisin lain misalnya

rifabutin (Chambers, 2004).

Rifampisin mengikat kuat subunit β DNA dependent RNA polymerase bakteri

sehingga menghambat sintesis RNA. Resistensi ditimbulkan dari satu atau

beberapa titik mutasi gen untuk subunit β RNA polimerase (rpoB). RNA

polimerase manusia tidak mengikat rifampisin dan tidak dihambat olehnya.

Rifampisin bersifat bakterisid untuk mikobakterium dan segera berpenetrasi ke

dalam banyak jaringan dan ke dalam sel fagositik. Obat ini dapat membunuh

Page 8: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

13

organisme yang kurang dapat dicapai oleh banyak obat lain, misalnya organisme

intrasel, organisme di dalam abses dan di dalam kavitas paru (Chambers, 2004).

Rifampisin dapat menyebabkan kemerahan pada urin, keringat, air mata, dan

lensa kontak. Pemberian rifampisin dalam dosis terapi dapat menyebabkan ruam

kulit, trombositopenia dan nefritis. Obat ini juga dapat menyebabkan kolestatik

jaundice, hepatitis, dan proteinurea ringan. Ketika diberikan kurang dari dua kali

seminggu, rifampisin dapat menyebabkan sindrom mirip flu yang ditandai dengan

demam, menggigil, mialgia, anemia, trombositopenia, dan kadang-kadang

berhubungan dengan nekrosis tubular akut. Rifampisin secara kuat menginduksi

sistem enzim sitokrom P450, yang dapat meningkatkan eliminasi metadon,

antikoagulan, beberapa antikonvulsi, inhibitor protease, dan kontrasepsi.

Pemberian rifampisin dengan ketokonazol, siklosporin, atau kloramfenikol dapat

menurunkan kadar obat-obat tersebut di dalam serum. Ketokonazol pada

gilirannya dapat mengurangi konsentrasi serum rifampisin dengan mempengaruhi

absorpsinya (Chambers, 2004).

1.7.3 Pirasinamid

Pirasinamid (PZA atau Z) terkait dengan nikotinamida. Pada pH netral, obat ini

tidak aktif secara in vitro, tetapi pada pH 5,5 dapat menghambat basil tuberkel dan

beberapa mikrobakterium lain pada konsentrasi 20 µg/mL. Obat ini kontak

dengan makrofag, kemudian memberikan aktivitas terhadap organisme intrasel di

dalam lingkungan asam (Chambers, 2004).

Pirasinamid diubah menjadi asam pirasinoat, bentuk aktif obat, oleh

pirasinamidase dari mikobakterium. Target dan mekanisme kerjanya masih belum

diketahui. Resistensi terjadi karena mutasi di dalam pncA yang mengganggu

konversi pirasinamid menjadi bentuk aktifnya. Gangguan pada uptake pirasinamid

juga dapat menyebabkan resistensi (Chambers, 2004).

Page 9: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

14

Efek samping utama pirasinamid termasuk hepatitis (pada 1-5% penderita), mual,

muntah, demam, dan hiperurikemia. Hiperurikemia dapat menyebabkan terjadinya

artritis gout akut (Chambers, 2004).

1.7.4 Etambutol

Etambutol (E) merupakan obat sintetik yang secara in vitro dapat menghambat

strain yang peka dari M. tuberculosis dan mikobakterium lain pada konsentrasi 1-

5 µg/mL. Etambutol merupakan penghambat enzim arabinosil transferase

bakteri yang terlibat dalam reaksi polimerisasi arabinoglikan, komponen yang

esensial untuk dinding sel mikobakterium. Resistensi dapat terjadi akibat

terjadinya mutasi yang disebabkan oleh ekspresi yang berlebihan (overexpression)

produk-produk gen emb atau di dalam gen struktural embB. Resistensi etambutol

dapat terjadi dengan cepat apabila obat ini digunakan sendiri. Oleh karena itu,

etambutol harus diberikan di dalam kombinasi dengan OAT lain (Chambers,

2004).

Hipersensitivitas terhadap etambutol jarang terjadi. Efek samping yang paling

serius adalah neuritis optik. Efek samping ini berhubungan dengan dosis, biasanya

terjadi setelah penggunaan dosis 25 mg/kg/hari selama beberapa bulan. Perlu

dilakukan penilaian fungsi visual secara periodik apabila menggunakan etambutol

dengan dosis 25 mg/kg/hari. Etambutol dikontraindikasikan untuk anak yang

terlalu muda untuk menjalani penilaian fungsi visual (Chambers, 2004; Zeind,

2000).

1.7.5 Streptomisin

Streptomisin (S) adalah antibiotik aminoglikosida, yang dahulu merupakan OAT

pertama yang efektif secara klinis. Obat ini dihasilkan oleh Streptomyces griseus,

bersifat bakterisid pada lingkungan basa dan bekerja dengan menghambat sintesis

protein. Streptomisin dianjurkan hanya diberikan secara intramuskular (Zeind,

2000).

Page 10: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

15

Efek samping utama dari streptomisin adalah kerusakan saraf kedelapan yang

berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut

akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur

penderita. Kerusakan alat keseimbangan biasanya terjadi pada dua bulan pertama

dengan tanda-tanda telinga mendenging, pusing dan kehilangan keseimbangan.

Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi

dengan 0,25 g. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan

makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli). Risiko ini terutama

akan meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Reaksi

hipersensitif kadang-kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai

dengan sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Pengobatan harus dihentikan

dan penderita dirujuk ke tenaga spesialis. Efek samping sementara dan ringan

misalnya reaksi setempat pada bekas suntikan, rasa kesemutan pada sekitar mulut

dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini

mengganggu (jarang terjadi) maka dosis dapat dikurangi dengan 0,25 g.

Streptomisin dapat menembus barier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada

wanita hamil sebab dapat merusak saraf pendengaran janin (Depkes R.I, 2002,

Chamber, 2004).

1.8 Tinjauan Tanaman Obat

1.8.1 Jahe Merah

Jahe merah termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,

kelas Monocotyledoneae, bangsa Zingiberales, suku Zingiberaceae, marga

Zingiber, jenis Zingiber officinale Rosc. (Depkes dan Kessos R.I., 2001).

Jahe merah merupakan habitus herba, tanaman semusim, tegak, tinggi 40-50 cm.

Batang jahe merah merupakan batang semu, beralur, membentuk rimpang, dan

berwarna hijau. Daun jahe merah tunggal, bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing,

pangkal tumpul, berwarna hijau tua. Bunga jahe merah merupakan bunga

majemuk, bentuk bulir, sempit, ujung runcing, panjang 3-5 cm, lebar 1,5-2 cm,

tangkai panjang kurang lebih 2 cm, hijau merah, kelopak bentuk tabung, bergigi

Page 11: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

16

tiga, mahkota bentuk corong, panjang 2-2,5 cm, dan berwarna ungu. Buah jahe

merah berbentuk kotak, bulat panjang, coklat dan berbiji bulat hitam. Akarnya

serabut dan putih kotor (Depkes dan Kessos R.I., 2001). Morfologi rimpang jahe

merah terdapat pada Lampiran A.

Jahe merah telah dikenal di Cina lebih dari 2.500 tahun yang lalu, dan hingga

sekarang terus digunakan di dunia sebagai rempah-rempah atau untuk memberi

cita rasa pada makanan. Dalam dunia pengobatan terutama di Asia, jahe dikenal

sebagai karminatif, stimulan, diuretik, obat malaria, obat demam dan antiemetik

(Foster, 1999, Mills, 2000). Jahe bersama dengan lemon dan garam secara

empirik digunakan untuk menambah nafsu makan dan menstimulasi sekresi cairan

lambung. Jahe juga digunakan untuk nyeri abdomen, anoreksia, artritis, dispepsia

atonik, perdarahan, kanker, kongesti dada, cacar, kolera, bronkhitis kronis, cold

extrimities, kolik, kolitis, flu, batuk, fibrosis sistis, diare, kesulitan bernafas,

demam, flatulensi, gangguan pencernaan, gangguan empedu, hiperasiditas,

hiperkolesterolemia, hiperglikemia, morning sickness, mual, rematik, sakit

tenggorokan, sakit perut dan muntah (Mills, 2000).

Berdasarkan studi farmakologi dan klinis, jahe merah mempunyai aktivitas

sebagai antiemetik, meningkatkan fungsi pencernaan, antitukak, antiplatelet,

antiinflamasi, antipiretik, efek kardiovaskular, antioksidan, dan efek-efek lain

(Mills, 2000).

Farnsworth dan Mahmoud telah mengamati aktivitas mutagenik ekstrak jahe

pada beberapa strain mencit. Nakamurah menyatakan bahwa 6-gingerol

diketahui mempunyai potensi mutagen. Farnworth dan Qian mengamati bahwa

ketika mutagenisitas gingerol atau shogaol diuji dengan adanya zingeron,

diketahui bahwa zingeron menurunkan aktivitas mutagenik kedua komponen

tersebut (Mills, 2000).

Mascolo mengamati bahwa ekstrak jahe tidak menyebabkan kematian pada dosis

di atas 2,5 g/kg mencit (ekuivalen dengan sekitar 75 g/kg rimpang jahe segar.

Page 12: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

17

Pada studi terpisah yang dilakukan oleh Qureshi diketahui bahwa ekstrak jahe

100 mg/kg perhari selama tiga bulan tidak menyebabkan toksisitas kronik. Futrell

mengamati bahwa pemberian jahe secara topikal dapat menyebabkan dermatitis

kontak pada penderita yang sensitif (Mills, 2000).

Penelitian Chang, Mowrey, Kawai, Blumberger menunjukkan bahwa jahe

biasanya mengandung minyak atsiri 1-3%, komponen yang pedas (pungent) yaitu

gingerol dan shogaol dan sekitar 6-8 lipid, dan komponen lain. Minyak jahe

mengandung zingiberen dan bisabolin sebagai konstituen utama bersama dengan

seskui- dan monoterpen lain. Oleoresin jahe terutama mengandung komponen

yang pungent yaitu gingerol dan shogaol dan zingiberon. Shogaol diketahui dua

kali lebih pedas daripada gingerol (Mills, 2000).

1.8.2 Mengkudu

Mengkudu termasuk ke dalam divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida,

subkelas Asteridae, bangsa Rubiales, suku Rubiaceae, marga Morinda, jenis

Morinda citrifolia Linn. (Jones, 1987). Morfologi buah mengkudu terdapat pada

Lampiran A.

Mengkudu ditemukan di wilayah tropis Asia hingga Polinesia. Kulit kayu, batang,

akar, daun, bunga dan buahnya digunakan secara tradisional untuk banyak

penyakit termasuk penuaan dini, diabetes, halitosis, hemoroid, tumor,

tuberkulosis, hipertensi, dan sebagai tonik. Akarnya digunakan untuk tonik,

roboransia, obat disentri, antitetanus, penurun tekanan darah, antikongestif untuk

hemoroid, nasal kongesti dan perdarahan serebral, antiseptik, serta

antituberkulosis. Daun digunakan untuk antitukak, obat luka akibat teriris, obat

cacing, obat batuk, antimual, obat pembengkakan ginjal, antikolik, emolien, dan

antiartritis. Buah mengkudu digunakan untuk obat cacing, untuk penanganan

lumbago, obat asma, obat disentri, emolien, obat batuk, penurun panas, obat

pembengkakan limfa, obat anuria, antidiabetes, dan antelmintik (Perry, 1980,

Longe, 2005).

Page 13: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

18

Pada penelitian farmakologi diketahui bahwa jus buah mengkudu dapat

memperpanjang umur mencit yang mengalami kanker paru Lewis. Efek analgesik

ekstrak akar mengkudu telah diuji dan menunjukkan aktivitas analgesik sentral

yang signifikan dan berkaitan dengan dosis pada mencit (Mingfu, 2000).

Buah mengkudu mengandung morindin, morindon, antrakinon, damnakantal,

rubidin, glikosida, lemak, triterpenoid, alkaloid, asperulosid, asam kaproat, asam

kaprilat, asam benzoat, asam oleat, asam palmitat, skopoletin, alizarin, glukosa

dan eugenol (Marderosian, 1988).

Kandungan bioaktif lain yaitu prokseronin, dalam tubuh diubah menjadi alkaloid

seronin yang mempunyai khasiat menurunkan tekanan darah, sakit menstruasi,

artritis, tukak lambung dan gangguan pencernaan. Buah mengkudu diketahui

mempunyai aktivitas antimikroba dari senyawa yang aktif sebagai

antituberkulosis yaitu E-phytol (campuran 2 ketosteroid) dan turunan

epidioksisterol dari campesta-5, 7, 22-trien-3 beta-ol (Saludes, 2000).

1.9 Tinjauan Studi Praklinis dan Klinis Sebelumnya

Penelitian Sugihartina (2004) menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe

(Zingiber officinale Rosc.) dan buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) mampu

menghambat pertumbuhan M. tuberculosis yang sensitif maupun yang resisten

terhadap OAT secara in vitro pada konsentrasi 10 µg/mL. Hasil tersebut

diperoleh setelah menguji aktivitas ekstrak etanol sebelas tanaman yang sering

digunakan oleh masyarakat untuk mengobati batuk berdarah ataupun batuk

menahun terhadap M. tuberculosis yang sensitif dan resisten. Kesebelas tanaman

tersebut yaitu bulbus bawang putih (Allium sativum Linn.), bulbus bawang

merah (Allium cepa Linn.), lendir-daun lidah buaya (Aloe vera L. Webb.),

rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.), rimpang temu putih (C. zedoaria (Berg.)

Rosc.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), rimpang lempuyang wangi (Z.

aromaticum Val.), antanan (Centela asiatica (L.) Urb.), bunga kembang sepatu

Page 14: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

19

(Hibiscus rosa-sinensis Linn.), biji selasih (Ocimum basilicum L.), dan buah

mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) (Sugihartina, 2004).

Penelitian Surya (2005) menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. sunti Val.) memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan M. tuberculosis galur H37Rv dan galur 552 yang paling kuat dengan konsentrasi hambat minimum (KHM) 5 µg/mL dibandingkan dengan varietas jahe lainnya yaitu jahe gajah dan jahe emprit (Surya, 2005).

Agusta (2005) mengamati bahwa kombinasi ekstrak etanol jahe merah dan mengkudu pada perbandingan 2,5 : 2,5 µg/mL, 250 : 250 µg/mL, dan 500 : 500 µg/mL berturut-turut menghambat pertumbuhan M. tuberculosis galur H37Rv, galur 552, dan galur 223 (Agusta, 2005).

Uji toksisitas subkronis ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. sunti Val.), ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.), dan kombinasinya yang dilakukan Qowiyyah (2006) menunjukkan bahwa penggunaan berulang ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb tidak mempengaruhi perilaku dan aktivitas motorik, parameter hematologi, parameter urin, dan indeks tukak. Penggunaan berulang ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb dapat meningkatkan bobot badan tikus jantan bermakna terhadap kontrol (p<0,05). Aktivitas imunomodulator diperlihatkan oleh kelompok ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb. Penggunaan berulang ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb tidak memberikan efek toksik sedangkan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu dosis 1.000 mg/kg bb bersifat hepatotoksik ringan dan nefrotoksik yang dapat pulih (Qowiyyah, 2006).

Hasil penelitian Sovia (2006) menunjukkan bahwa konversi dahak BTA positif menjadi BTA negatif pada minggu keenam setelah pemberian ekstrak buah mengkudu dosis 0,5 g perhari disamping OAT lebih cepat daripada setelah

Page 15: BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi · PDF fileTB ekstra paru berat misalnya meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, ... kelompok

20

pemberian ekstrak rimpang jahe merah dosis 0,5 g perhari maupun plasebo. Selain itu, ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak buah mengkudu tidak mempengaruhi fungsi hati dan fungsi ginjal. Angka kejadian yang tidak diinginkan pada penderita yang diberi ekstrak rimpang jahe merah dosis 0,5 g perhari dan buah mengkudu dosis 0,5 g perhari lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok plasebo (Sovia, 2006).

Penelitian Surialaga (2006) tentang penggunaan kombinasi ekstrak rimpang jahe

merah dan buah mengkudu sebagai obat komplementer pada penanganan TB

selama fase intensif (dua bulan pertama pengobatan) menunjukkan bahwa

konversi dahak BTA positif menjadi BTA negatif pada minggu kedua setelah

pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu (1:1) dosis

1 g perhari berbeda secara bermakna dengan kelompok plasebo sedangkan dosis

0,5 g perhari tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok plasebo. Selain itu,

kecenderungan penambahan berat badan pada kelompok yang menerima

kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu (1:1) dosis 1 g perhari

lebih besar dibandingkan dengan kelompok dosis 0,5 mg perhari dan kelompok

plasebo (Surialaga, 2006).