Bab 1 proposal ilmu kesehatan masyarakat
-
Upload
jonathan-jeffry-pratama -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
description
Transcript of Bab 1 proposal ilmu kesehatan masyarakat
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengobatan sendiri dengan antibiotika yang semakin luas telah menjadi
masalah yang penting di seluruh dunia. Salah satunya adalah terjadinya peningkatan
resistensi kuman terhadap antibiotika (WHO, 2001). Hal ini mengakibatkan
pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien
dan meningkatnya biaya kesehatan pasien. Dampak tersebut harus ditanggulangi
secara efektif sehingga perlu diperhatikan prinsip penggunaan antibiotika harus sesuai
indikasi penyakit, dosis, cara pemberian dengan interval waktu, lama pemberian,
keefektifan, mutu, keamanan, dan harga. (Refdanita, 2004).
Antibiotik adalah zat kimiawi dihasilkan mikroorganisme yang mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain
(Dorland, 2002). Konsumsi antibiotik yang tidak tuntas dapat menyebabkan resistensi
kuman. Resistensi adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel
mikroorganisme oleh antibiotik (Setiabudy dan Gan, 1995). Kebanyakan masyarakat
tidak mengetahui hal ini sehingga terkadang menghentikan konsumsi antibiotik saat
gejala penyakit sudah hilang padahal belum sesuai durasi yang dianjurkan, atau
mengonsumsi antibiotik dengan tidak teratur dan terputus-putus.
Penggunaan antibiotik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengetahuan
dokter dan pasien tentang antibiotik, status ekonomi, masyarakat dan kondisi
karakteristik pelayanan system kesehatan, regulasi lingkungan di suatu Negara.
Antibiotik yang digunakan secara bebas tanpa resep dokter, sering menyebabkan
kesalahan dalam penggunaannya, antara lain sering tidak teratur makan obat dan
tidak menyelesaikan pengobatan, karena sudah merasa sembuh atau tidak mampu
membiayai pengobatan sampai selesai. Kondisi ini menyebabkan tidak tuntasnya
proses eradikasi bakteri, yang menyebabkan terjadinya proses mutasi kuman,
sehingga menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Jia pasien terinfeksi kembali
oleh bakteri yang sama atau jika bakteri tersebut menginfeksi individu yang lain,
maka pengobatannya menjadi sulit. Untuk mengatasi hal ini diperlukan antibiotic
golongan lain, yang biasanya lebih mahal. (WHO, 2002)
Di Indonesia, kesalahan penggunaan antibiotik didukung oleh banyaknya
penjualan obat antibiotik yang termasuk golongan obat keras secara bebas.
Masyarakat masih dapat memperoleh obat keras secara bebas tanpa resep dokter
meskipun telah dilarang oleh undang-undang yang berlaku, yaitu Undang-undang
Obat Keras St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949. Pada pasal 1 undang-undang tersebut
juga disebutkan yang dimaksud dengan obat keras adalah termasuk obat-obatan yang
mempunyai khasiat mendesinfeksikan tubuh manusia seperti antibiotik.
Tingkat pengetahuan masyarakat dalam penggunaan antibiotik telah diteliti di
berbagai daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Lim dan Teh (2012) di Putrajaya,
Malaysia, menyebutkan bahwa 83% responden tidak mengetahui bahwa antibiotik
tidak bekerja untuk melawan infeksi virus dan 82% responden tidak mengetahui
bahwa antibiotik tidak dapat mengobati batuk dan flu, sementara 82.5% responden
terlihat sangat berhati-hati dengan penggunaan antibiotik yang dapat menyebabkan
alergi. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa sekitar setengah dari mereka
(52,1%) tidak mengetahui bahwa antibiotik dapat menimbulkan banyak efek
samping. Beberapa pernyataan dari responden diantaranya adalah tidak masalah
menghentikan pemakaian antibiotik ketika gejala telah membaik dan mengkonsumsi
sedikit antibiotik dari yang diresepkan dokter akan lebih sehat daripada
mengkonsumsi seluruh antibiotik yang diresepkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Widayati dkk tahun 2012 di Yogyakarta,
menyatakan bahwa dari 559 responden, sejumlah 283 responden mampu
menyebutkan nama antibiotik dengan benar, sementara 276 responden mengaku tidak
mengenal antibiotik. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan 85% responden
berhati-hati dengan penggunaan antibiotik yang dapat menyebabkan resistensi.
Responden mampu menjawab dengan benar bahwa antibiotik dapat mengobati infeksi
bakteri sebanyak 76%, sedangkan 70% menyebutkan orang-orang dapat memiliki
reaksi alergi terhadap penggunaan antibiotik, dan antibiotik tidak harus segera
digunakan ketika seseorang mengalami demam sebanyak 50%. Untuk tingkat
pengetahuan responden mengenai antibiotik dinyatakan bahwa sebanyak 70%
responden tidak memiliki pengetahuan yang cukup tepat mengenai kegunaan
antibiotik pada infeksi virus. Sehingga, median dari skor keseluruhan pengetahuan
adalah 3 dari range 0-5. Sementara 31% responden berada pada level yang rendah
dari skor pengetahuan, 35% berada pada tingkat moderate dari skor pengetahuan, dan
34% responden memiliki pengetahuan yang adekuat.
Menurut pengalaman penulis, banyak kerabat dekat maupun tetangga dari
penulis yang cenderung tidak rasional dalam menggunakan obat antibiotik.
Pernyataan-pernyataan yang sering penulis dengar dari kerabat atau tetangga penulis
mengenai penggunaan obat antibiotik antara lain mereka berhenti menggunakan
antibiotik setelah tidak merasa sakit lagi atau mereka membeli obat antibiotik sendiri
tanpa peresepan dari dokter karena malas untuk pergi ke dokter.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai penggunaan antibiotik di
kalangan masyarakat baik masyarakat menengah ke atas, maupun pada masyarakat
dengan kehidupan sosial ekonomi menengah ke bawah.
1.2. Rumusan masalah
Penggunaan antibiotik secara bebas tanpa resep dokter mengakibatkan
penggunaan yang tidak tepat indikasi, tidak tepat dosis, tidak tepat cara dan
waktu pemberiannya oleh pengguna. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab
meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotik. Oleh karena itu ingin
diketahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap
penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di kelurahan Tanjung
Merdeka.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat Kelurahan
Tanjung Merdeka terhadap penggunaan antibiotik.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
tentang penggunaan antibiotic berdasarkan tingkat pendidikan
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
tentang penggunaan antibiotik berdasarkan jenis kelamin
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
tentang penggunaan antibiotik berdasarkan umur.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi kepada masyarakat mengapa penting untuk melakukan
pembatasan penggunaan antibiotik.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah studi kepustakaan dan diharapkan dapat
menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana pembelajaran sehingga menambah pengetahuan dan wawasan
dalam melakukan penelitian dalam bidang kesehatan.