BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar...

76
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerja anak merupakan masalah yang penting di Indonesia karena semakin tahun jumlahnya semakin bertambah, kebanyakan dari mereka bekerja di sektor informal. Menurut data ketenagakerjaan pemerintah tahun 2007, kebanyakan pekerja anak bekerja di sektor pertanian; yang lainnya seperti tukang parkir, tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah meningkat secara berarti sebagai akibat urbanisasi. Jika dilihat dari sektor formal, pekerjaan anak-anak cenderung ada di garis batas antara ekonomi formal dan informal, seperti bersama-sama dengan orang tua mereka di industri rumah tangga dan di perkebunan, di toko milik keluarga atau pabrik kecil, terutama pabrik yang merupakan “satelit” dari industri besar. 1 Anak yang bekerja di industri besar meskipun jumlahnya tidak diketahui, terutama karena dokumen yang membuktikan usia mereka mudah dipalsukan. Banyak anak yang bekerja di area ini yang merupakan area berbahaya seperti menjadi pemulung dan tukang sampah, atau di kapal-kapal nelayan. 1 www. Depnaker. Com, diakses pada tanggal 20 Juli 2008.

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekerja anak merupakan masalah yang penting di Indonesia karena semakin

tahun jumlahnya semakin bertambah, kebanyakan dari mereka bekerja di sektor

informal. Menurut data ketenagakerjaan pemerintah tahun 2007, kebanyakan

pekerja anak bekerja di sektor pertanian; yang lainnya seperti tukang parkir,

tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di

kota telah meningkat secara berarti sebagai akibat urbanisasi. Jika dilihat dari

sektor formal, pekerjaan anak-anak cenderung ada di garis batas antara ekonomi

formal dan informal, seperti bersama-sama dengan orang tua mereka di industri

rumah tangga dan di perkebunan, di toko milik keluarga atau pabrik kecil,

terutama pabrik yang merupakan “satelit” dari industri besar.1 Anak yang bekerja

di industri besar meskipun jumlahnya tidak diketahui, terutama karena dokumen

yang membuktikan usia mereka mudah dipalsukan. Banyak anak yang bekerja di

area ini yang merupakan area berbahaya seperti menjadi pemulung dan tukang

sampah, atau di kapal-kapal nelayan.

1 www. Depnaker. Com, diakses pada tanggal 20 Juli 2008.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Sesungguhnya waktu yang mereka habiskan adalah waktu yang terbuang

untuk mereka mendapatkan hak di bidang pendidikan. Karena pekerja anak akan

menghambat mereka memperoleh pendidikan yang dibutuhkan untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak di masa depan. Sehingga anak yang

sewajarnya mengenyam bangku pendidikan di sekolah, yang sesuai dengan umur

mereka masih tertinggal jauh dikarenakan waktu yang terbuang untuk mencari

uang. Dalam kenyataanya, pendidikan setelah sembilan tahun merupakan

pendidikan wajib, termasuk latihan kejuruan, merupakan sesuatu yang tidak bisa

diabaikan dalam usaha mengurangi kemiskinan dan membuka kesempatan dalam

bidang ekonomi bagi rakyat miskin.

Sementara itu, pekerja anak menjadi suatu fenomena yang menyedihkan

yang terjadi di tengah potret kemiskinan kita. Masa yang seharusnya begitu

terbimbing dengan orang tua menjadi masa kebebasan tiada batas. Pekerja anak

yang dalam hal ini adalah mereka yang dalam usia sekolah sudah bergelut dengan

pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa, sampai-sampai demi

untuk mendapatkan uang atau sesuap nasi ia merelakan untuk tidak bersekolah.

Mereka meninggalkan masa-masa, untuk meningkatkan pengetahuan dan

wawasan serta pengembangan bakat demi mencari nafkah, membantu orang tua

bekerja.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Jika dicermati lagi, pekerja anak merupakan sebab dan akibat dari

kemiskinan. Keluarga yang miskin biasanya mendorong anak-anak mereka

bekerja mencari penghasilan tambahan keluarga atau bahkan sebagai cara untuk

bertahan hidup. Adanya pekerja anak mengabadikan keluarga miskin turun

temurun, serta pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial yang lambat.

Hal ini berkaitan dengan masalah kesempatan dalam mendapatkan

pendidikan. Anak yang berasal dari keluarga miskin mempunyai kesempatan yang

kecil untuk sekolah. Namun kemiskinan bukan satu-satunya faktor penyebab.

Besarnya biaya pendidikan, rendahnya pendidikan orang tua dan kurangnya

perhatian orang tua terhadap pendidikan anak, ketidaksetaraan, harapan pada

tradisi dan budaya termasuk sebagian faktor penyebab timbulnya pekerja anak.

Di sisi lain, adanya pekerja anak berkaitan dengan asumsi bahwa beberapa

jenis pekerjaan lebih baik dilaksanakan oleh anak-anak daripada orang dewasa.

Selain karena kondisi bekerja yang bersifat eksploitatif , anak “dipilih” sebagai

pekerja yang lebih baik karena tangan-tangan mereka yang kecil dianggap lebih

tepat dan lebih baik kualitasnya. Banyaknya jumlah pekerja anak sangat

tergantung pada permintaan. Tuntutan untuk pekerja anak ini berasal dari

pengusaha yang ingin mendapatkan untung dengan pekerjaan yang murah. Bisa

juga itu merupakan perusahaan kecil atau perusahaan keluarga yang

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

menggunakan pekerja anak untuk tetap bertahan aktifitasnya dengan produktifitas

rendah.2

Alasan-alasan di atas, dikategorikan benar, selain adanya sisi permintaan,

pasti ada sisi penawaran. Meskipun masyarakat menyediakan tenaga kerja anak,

tetapi jika tidak ada perusahaan yang mempekerjakannya, sudah pasti pekerja

anak tidak muncul. Demikian pula sebaliknya, bila permintaan terhadap pekerja

anak tinggi, tetapi masyarakat tidak menyediakan maka pekerja anak tidak akan

muncul. 3

Dalam kenyataannya, anak yang bekerja merupakan salah satu gambaran

betapa rumit dan kompleksnya permasalahan anak. Anak yang bekerja adalah

bentuk penelantaran hak anak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar,

karena pada saat bersamaan akan terjadi pengabaian hak yang harus diterima

mereka. Seperti hak untuk memperoleh pendidikan, bermain, akses kesehatan

dan lain-lain.

Dalam masalah anak yang bekerja ini, bukan berarti anak tidak bekerja sama

sekali. Dalam rangka mendidik dan melatih anak untuk mandiri, harus dilakukan

pembiasaan dengan melakukan pekerjaan di rumah membantu orang tua di

2 www. Suara Karya-online.com, Anak Indonesia yang Dirundung Malang,

diakses Rabu 22 Oktober 2008. 3 Hardius Usman, Pekerja Anak di Indonesia: Kondisi, Determinan dan

Eksploitasi, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), h.4.

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

samping tugas sebagai pelajar. Anak yang bekerja batasannya adalah anak jangan

sampai mengalami eksploitasi -pengertian eksploitasi di sini adalah seorang anak

diminta melakukan pekerjaan dan dijanjikan mendapat upah- secara ekonomi

pada anak.

Di beberapa kota seperti di Bogor, banyak sekali anak yang seharusnya

bersekolah di sekolah dasar dan lanjutan, terpaksa ada di jalanan. Tidak saja di

siang hari tetapi juga hingga larut malam untuk mengais rupiah dari orang lain.

Mereka melakukan hal itu tidak punya pilihan lain yang terbaik. Kehidupan

keseharian mereka sebagai wajarnya seorang anak yang ceria, sehat, rajin

bersekolah dan senang bermain terampas oleh keadaan yang sulit dicegah.4

Hak-hak yang terampas dan seharusnya diperoleh pekerja anak bisa

dilakukan, salah satunya dengan pendidikan yang berlandaskan pada peningkatan

pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan budi pekerti agama. Sehingga pada

saatnya nanti masyarakat mampu memproduksi dengan hasil maksimal. Semua

sepakat bahwa pendidikan adalah instrumen investasi hidup terbaik yang

menjanjikan keuntungan maksimal dari sisi sosial dan ekonomi masyarakat.

4 Susilahati, Jalan Terjal Menuju Kepentingan Terbaik Bagi Anak, (Jakarta:

CV. Pustaka Setia, 2007), h.11.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Hal ini karena pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk

menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, pembukaan UUD 1945 menegaskan bahwa

mencerdeskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan Indonesia merdeka.

Kehidupan bangsa yang cerdas hanya dapat diwujudkan melalui pendidikan,

karena pencerdasan adalah fungsi pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan yang

berkelanjutan dibutuhkan oleh para pekerja anak, terutama pendidikan formal

bagi para pekerja anak yang latar belakangnya berasal dari keluarga tidak mampu.

Masalah pendidikan non formal yang sangat dibutuhkan pekerja merupakan

masalah yang memprihatinkan. Hal inilah merupakan salah satu yang mendasari

Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia sebagai salah satu lembaga yang memiliki

fokus pada program sekolah bagi pekerja anak adalah perlindungan hak anak di

bidang pendidikan, yaitu Program Literacy Class yang merupakan program anak

dampingan para pekerja anak.

Untuk membahas lebih lanjut mengenai program literacy class di Yayasan

Pemerhati Sosial Indonesia, penulis membahas dan menuangkannya dalam skripsi

yang berjudul “Perlindungan Hak Bagi Pekerja Anak Melalui Program

Pendidikan Literacy Class di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

1. Pembatasan Masalah

a). Pelayanan pendidikan bagi pekerja anak melalui program literacy class

b).Usaha perlindungan pekerja anak yang dilakukan oleh Yayasan Pemerhati

Sosial Indonesia

2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a). Bagaimana pelayanan pendidikan bagi pekerja anak melalui program

literacy class?

b). Bagaimana usaha perlindungan pekerja anak yang dilakukan Yayasan

Pemerhati Sosial Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a). Untuk mengetahui pelayanan pendidikan bagi pekerja anak melalui program

literacy class

b). Untuk mengetahui usaha perlindungan hak pekerja anak yang dilakukan

Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

2. Manfaat Penelitian

a). Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi lembaga

yang bergerak di bidang perlindungan hak bagi pekerja anak.

2) Bagi Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia dari penelitian ini bisa

memberikan kontribusi terhadap perkembangan kemajuan dari proses

perlindungan hak bagi pekerja anak.

b). Manfaat Praktis

1). Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis, berkaitan konsep

maupun metodologinya.

2). Diharapkan bisa menambah pengetahuan dan informasi kepada pekerja

anak agar mereka memperoleh haknya.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah

pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi5, Pendekatan Kualiatif dapat diartikan

sebagai rangkaian kegiatan proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya

dalam kehidupan suatu objek dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah baik

5 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada

University, 1992), h 109.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitan Kualitatif dimulai dengan

mengumpulkan informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi

suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.

Sedangkan menurut Bogdan and Tailor definisi metodologi kualitatif

adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.6 Menurut

mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh)

jadi dalam hal ini diarahkan pada latar dan individu atau organisasi ke dalam

variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu

keutuhan.

Peneliti melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang

terjadi secara alamiah dengan menggambarkannya secara rinci semua kegiatan

yang dilakukan. Selain itu penulis menggunakan penelitian lapangan yang

diperlukan untuk mendapatkan data-data pada Yayasan Pemerhati Sosial

Indonesia. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok organisasi

6 Lexy J. Moleong, MA, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2000), h. 3.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau fenomena atau hubungan antar

dua gejala atau fenomena tersebut.7

2. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan mengambil

lokasi daerah dampingan Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia di RW 04 Desa

Kedaung Wetan Kecamatan Neglasari Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian

dilakukan dari November 2008 sampai dengan Februari 2009.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah koordinator lapangan 1 orang dan 2

orang ibu kader sedangkan untuk objek dalam penelitian ini adalah program

literacy class dalam melakukan perlindungan hak bagi pekerja anak. Penulis

sebagai peneliti berupaya melakukan penelitian ini dengan menggunakan sudut

pandang orang yang menjadi sumber data primer penelitian ini.

Adapun mengenai pihak-pihak lain (anak dampingan sebagai peserta

program serta orang tua), peneliti ambil hanya sebagai informan pemerkuat dalam

hal melengkapi data dan informasi lainnya.

7 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), h. 35.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Tabel 1

Subjek Penelitian

No. Nama Posisi

1 Pak Ian Koordinator Lapangan

2 Ibu Aryati Kader

3 Ibu Endah Kader

4. Sumber Data

a. Data Primer yaitu berupa data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

yaitu koordinator lapangan dan para kader baik melalui wawancara atau

observasi.

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen

yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait. Catatan atau

dokumen yang diambil dari berbagai literatur, buku-buku, koran dan internet

yang berhubungan dengan masalah skripsi ini.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

5. Teknik Pencatatan Data

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pencatatan data dengan pengamatan

langsung terhadap subjek penelitian dan kegiatan maupun program yang

menjadi objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pencatatan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung kepada pihak yang terkait dengan penelitian. Jawaban

pertanyaan penelitian direkam dengan alat perekam tape recorder dan

ditulis ulang untuk mendapatkan hasil wawancara yang tertulis dalam

transkrip wawancara dengan bahasa apa adanya.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dilakukan setiap kali setelah melakukan pengamatan

atau wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan

informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas. Catatan lapangan

menurut Bogdan dan Biklen, adalah catatan tertulis tentang apa yang

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data

dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.8

6. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah,

karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna

dalam memecahkan masalah penelitian.9 Setelah data terkumpul dan

informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian, maka

selanjutnya penulis melakukan analisis terhadap data dan informasi tersebut.

Penulis menggunakan analisa deskriptif yaitu mendeskripsikan hasil

temuan penelitian secara sistematis, faktual dan akurat yang disertai dengan

petikan hasil wawancara, data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara

deskriptif. Data-data kualitatif dari hasil wawancara mendalam yang berupa

kalimat-kalimat atau pertanyaan pendapat atau sikap tersebut dianalisa dan

diinterpretasikan untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya

untuk memahami permasalahan yang diteliti.

Data kualitatif dari hasil wawancara, observasi langsung dan

dokumentasi tentang perlindungan hak bagi pekerja anak melalui program

8 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005), h. 208-209.

9 Moh. Nasir D, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h. 405.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

literacy class di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia selanjutnya disusun

dalam catatan lapangan kemudian data tersebut diringkas, dirangkum dam

dipilih hal-hal yang penting dan pokok, dikategorikan dan disusun secara

sistematis dengan mengacu pada perumusan masalah dan tinjauan teoritis

yang berkait dengan penelitian.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik

triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yan memanfaatkan

sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan: (a). Membandingkan

data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (b). Membandingkan hasil

wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang

diajukan.

8. Instrumen dan Alat Bantu

Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak

tergantung pada diri peneliti sendiri. Dengan menjadi instrumen penelitian,

peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur dengan

terlebih dahulu menyusun pertanyaan yang sesuai dengan masalah penelitian.

Jawaban dari setiap pertanyaan dalam pedoman wawancara, terekam dengan

menggunakan alat bantu tape recorder. Penggunaan tape recorder untuk

merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan dari subjek penelitian

yang diwawancara. Catatan lapangan merupakan alat bantu yang penting

dalam penelitian kualitatif. Peneliti membuat catatan lapangan untuk

membantu mencatat pengamatan lapangan dan membantu peneliti ketika

menganalisa data, catatan lapangan dibuat secara lengkap.10

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, literatur yang digunakan penulis antara lain karya

Hardius Usman yang berjudul Pekerja Anak Di Indonesia Kondisi,

Determinan dan Eksploitasi serta skripsi berjudul Upaya Pemberdayaan

Pekerja Anak Usia Sekolah di Yayasan Nanda Dian Nusantara karya Nur

Jamil. Karya Hardius Usman yang membahas pekerja anak dalam masa usia

10 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), cet. Ke- 21, h. 135-154.

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

anak antara usia 5 hingga 18 tahun dilihat dari lapangan pekerjaan, jam dan

upah kerja, kondisi keluarga serta ekspolitasi yang terjadi pada pekerja anak

yang dijelaskan secara gamblang.

Sedangkan skripsi karya Nur Jamil menekankan pada pemberdayaan

pekerja anak dalam pendidikan non formal yang berfokus pada pendidikan

dan pelatihan yang diadakan di luar jam kerja anak. Karya ilmiah ini

menekankan pada pendidikan pekerja anak melaluii pelatihan keterampilan

kerja yang dilakukan untuk menambah penghasilan anak jika pekerja anak

tidak bisa melanjutkan sekolah lagi, sehingga memiliki bekal untuk masa

depannya.

Namun peneliti belum melihat dari kedua literatur tersebut yang

membahas perlindungan pekerja anak melalui haknya dalam mendapatkan

pendidikan. Dalam kedua karya ilmiah tersebut seperti karya Hardius Usman

hanya membahas secara gamblang seluruh aspek yang menjadi sebab dan

akibat dari anak yang bekerja sedangkan karya Nur Jamil menekankan dari

segi keterampilan melalui pelatihan. Melihat belum adanya pembahasan

perlindungan hak pekerja anak usia dini, penulis merasa tertarik dengan tema

ini apalagi dengan adanya program literacy class yang penulis yakin belum

ada sebelumnya.

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

F. Sistematika Penelitian

Penelitian skripsi ini berdasarkan pada pedoman penulisan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yaitu sebagai berikut:

BAB 1: Pendahuluan

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan

Sistematika Penulisan.

BAB II: Landasan Teori

Pengertian Perlindungan Anak, Perlindungan Anak di Bidang

Pendidikan, Urgensi Perlindungan Anak, Pengertian Hak Anak,

Pengertian Pekerja Anak, Dampak dari Anak yang Bekerja, Pengertian

Literacy Class, Pengertian Peranan, Pengertian Pekerja Sosial,

Pengertian Kesejahteraan Sosial.

BAB III: Gambaran Umum Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (YPSI)

Latar Belakang, Visi, Misi, Program YPSI dan Managemen YPSI

BAB IV: Analisa YPSI mengenai pelayanan pendidikan bagi pekerja anak

melalui program literacy class; usaha perlindungan hak pekerja anak

melalui program literacy class.

BAB V : Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Perlindungan Hak Bagi Pekerja Anak

1. Perlindungan Anak

Bahasan tentang perlindungan anak sudah banyak sekali dibahas, salah

satunya menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 pasal 1

menyebutkan bahwa “Perlindungan Anak adalah Segala kegiatan untuk menjamin

dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”11

Masih dalam Undang-Undang yang sama, dalam Pasal 88 disebutkan “Setiap

orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling

lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp. 200 juta”.12

11 UU No. 23 tahun 2002 Pasal 1 tentang Perlindungan Anak. 12 Ibid Pasal 88

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Di sisi lain International Labour Organization/ ILO sebagai lembaga

internasional untuk penghapusan pekerja anak, mengkategorikan bahwa pekerja anak

adalah anak-anak yang berada dalam:

a. Anak-anak yang bekerja telah dirampas hak-haknya secara pribadi.

b. Anak-anak yang bekerja di bawah tekanan yang sangat kuat, walaupun

diberikan upah.

c. Anak-anak yang bekerja pada pekerjaan yang berbahaya, baik bagi

keselamatan jiwa maupun fisik

d. Anak-anak yang bekerja pada usia yang relatif muda, yaitu di bawah 12

tahun.13

Dari pengertian pekerja anak kategori ILO tersebut, anak harus dilindungi

karena:

1). Keadaan darurat atau keadaan yang membahayakan

2). Kesewenang-wenangan

3). Eksploitasi termasuk tindak kekerasan dan penelantaran

4). Diskriminasi.14

13 Progresia; Jaringan Penanggulangan Pekerja Anak Indonesia (Jarak),

Pekerja Anak dalam Hukum Nasional Indonesia,, (Malang, Jarak, 2000), h. 21 - 22. 14 Unicef, Pengertian Konvensi Hak Anak, For Every Child Health, Education,

Equality, Protection Advance Community, ( Unicef, 2003), h. 46.

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Kategori tersebut masih diperjelas dengan lima faktor yang mempengaruhi

kualitas kondisi pekerja anak yaitu:

a). Jam kerja, yaitu jumlah jam kerja anak

b). Jenis-jenis pekerjaan, yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh

anak yang meliputi alat dan bahan, kondisi tempat kerja, posisi kerja atau

tidak adanya perlindungan kerja

c). Upah kerja

d). Kecelakaan kerja

e). Kondisi sosial kerja

Semakin banyak fakta-fakta yang ada di atas, Perlindungan Anak sebenarnya

harus diperhatikan untuk kepentingan:

1. Perlindungan bagi anak-anak

Memberi perlindungan bagi anak merupakan alasan utama mengapa

pemerintah dan berbagai organisasi memberi perhatian kepada pekerja anak,

karena masa anak-anak merupakan masa dimana anak tumbuh dan berkembang

sehingga perlu perlindungan. Anak-anak tersebut jika dari usia dini telah bekerja

yang karena posisi tawarnya masih rendah dan rentan terhadap pelecehan dan

eksploitasi. Oleh karena itu, perlindungan ini perlu diberikan terutama bagi anak-

anak yang bekerja di tempat yang membahayakan.

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

2. Perkembangan anak

Dalam perkembangannya anak tumbuh dengan cepat, mereka membutuhkan

pengetahuan dan keterampilan agar menjadi manusia yang produktif dan berguna.

Anak-anak yang bekerja sambil sekolah perlu mendapat perhatian, karena anak-

anak yang bekerja akan mempengaruhi kehadiran di sekolah dan prestasi belajar.

3. Dampak pasar kerja dan perekonomian pekerja anak

Dampak pasar kerja dan perekonomian terhadap pekerja anak dapat dibagi

menjadi dua, yaitu Pertama, pada tingkat mikro, pendapatan keluarga dan cara

bertahan (survival). Kedua, tingkat perekonomian dan pasar kerja (tingkat upah

dan pengangguran orang dewasa), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Perkembangan anak yang mempengaruhi hingga dewasa yang merupakan hak

dan kewajiban akan kebutuhan itu semua harus disadari oleh semua lapisan

masyarakat, baik yang berada di sekitarnya maupun stakeholder yang berkenaan

menangani masalah perlindungan anak.

Perlindungan anak sangat dibutuhkan untuk perkembangannya baik fisik

maupun mental yang merupakan salah satu keberhasilan apakah suatu individu dapat

berkembang dengan baik ketika semua aspek pelindung tersebut berjalan sesuai

dengan fungsinya.

2. Pengertian Hak Anak

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Hak anak sering diabaikan oleh pihak manapun, terutama oleh keluarga

sebagai unit terkecil, padahal mereka sangat membutuhkan informasi serta

pelaksanaannya tetapi dari unit terkecil pun tidak bisa dipenuhi. Dalam Konvensi Hak

Anak, salah satunya anak harus mendapatkan haknya sebagai anak. Hak anak

merupakan kebutuhan dasar anak yang harus dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh

pemerintah, keluarga dan masyarakat.15

Selain dari itu anak juga mempunyai hak-hak dasar anak yang meliputi:

a. Hak untuk hidup yaitu memperoleh akses dan pelayanan kesehatan dan

menikmati standar hidup yang layak seperti makanan yang cukup, air bersih

dan tempat tinggal yang aman. Anak juga berhak memperoleh nama dan

kewarganegaraan.

b. Hak untuk tumbuh dan berkembang yaitu memperoleh kesempatan untuk

mengembangkan potensial semaksimal mungkin. Anak juga berhak

memperoleh pendidikan yang memadai, diberi kesempatan bermain, berkreasi

dan beristirahat.

c. Hak berpartisipasi yaitu hak untuk diberi kesempatan untuk menyuarakan

pandangan dan ide-idenya, terutama persoalan yang berkaitan dengan anak.

15 Konvensi Hak Anak pasal 6.

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

d. Hak untuk memperoleh perlindungan yaitu hak anak yang harus dipenuhi

untuk melindungi anak dari:

1) Eksploitasi ekonomi dan seksual

2) Kekerasan baik fisik maupun psikologi

3) Segala bentuk diskriminasi

3. Perlindungan Anak di Bidang Pendidikan

Anak yang bekerja seringkali dihubungkan dengan proses belajar atau

bersosialisasi dalam keluarga, agar kelak dewasa mereka lebih siap dan produktif.

Dengan kata lain, pekerjaan yang mereka lakukan adalah sebagai sarana berlatih,

di samping tentunya memberikan kontribusi yang tidak sedikit kepada keluarga.

Kondisi tersebut diperparah dengan posisi pekerja anak sebagai kelompok

marginal di mana mereka kurang dapat mengaktualisasikan dirinya karena

kurangnya kesempatan-kesempatan dan akses untuk menikmati hak-hak mereka.

Dari kondisi pekerja anak yang termarginalkan sesungguhnya anak

mempunyai hak perlindungan di bidang pendidikan yang bisa direalisasikan

sebagai berikut:

a). Semua anak wajib belajar sembilan tahun

b). Anak yang memiliki keunggulan diberi kesempatan dan akses untuk

memperoleh pendidikan khusus

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

c). Dalam lingkungan sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan wajib

dilindungi dari tindak kekerasan yang dilakukan guru, pengelola

sekolah atau teman-teman lainnya.

Perlindungan pendidikan bisa diimbangi ketika dari segi waktu pekerja

anak menjalankan fungsinya tanpa terhalangi haknya untuk memperoleh

pendidikan supaya antara kewajibannya sebagai anak dan tuntutannya sebagai

pekerja anak bisa berjalan.

4. Urgensi Pendidikan Anak

Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak anak dalam proses tumbuh

kembang. Semua anak tanpa kecuali termasuk pekerja anak mempunyai hak

pendidikan optimal. Tumbuh kembang merupakan hak dasar anak dari empati

dasar lainnya dalam Konvensi Hak Anak yaitu:

a. Memenuhi hak anak akan pendidikan

b. Meningkatkan harkat dan martabat dan derajat anak

c. Mencegah anak atau menarik anak dari situasi permasalahan

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

d. Sebagai bekal bagi masa depan mereka.16

Mengingat urgensi pendidikan untuk pekerja anak dini tidak bisa

dilepaskan begitu saja oleh para profesional, maka stakeholder peranannya berarti

dalam menghidupkan kembali atau melanjutkan fungsinya agar urgensi

pendidikan bagi anak tetap terus berjalan.

B. Pekerja Anak

1. Pengertian Pekerja Anak

Salah satu landasan bagi pemerintah tentang peraturan yang

mendefinisikan pengertian pekerja anak yaitu Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa: “Pekerja anak adalah anak-

anak baik laki-laki maupun perempuan yang terlibat dalam kegiatan ekonomi

yang mengganggu atau menghambat proses tumbuh kembang dan membahayakan

bagi kesehatan fisik dan mental anak. Anak-anak boleh dipekerjakan dengan

syarat mendapat izin dari orang tua dan bekerja maksimal 3 jam sehari.17

Dari pernyataan tersebut di atas, kondisi anak yang bekerja, sebenarnya

tidak menguntungkan bagi proses tumbuh kembang anak secara wajar, sebab

anak-anak yang ada saat ini adalah calon generasi muda pemimpin bangsa. Di

16 Tata Sudrajat, Model-model Pendidikan Anak dalam Situasi Khusus,

(Jakarta, KPAI, 2008), h. 2. 17 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Page 26: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

pundak mereka kemudi bangsa akan di bawa, generasi muda yang berkualitas

akan turut mempengaruhi masa depan bangsa Indonesia.

Namun demikian, kesenjangan dalam pembangunan sering mengakibatkan

anak terpaksa bekerja. Jika dalam kondisi yang sangat terpaksa anak harus

bekerja, maka pengusaha dan orang tua yang mempekerjakan anak harus

memperhatikan perlindungan dan hak mereka, misalnya masalah waktu dan upah

yang diberikan termasuk dalam kategori hak dasar anak yang masih terampas

harus terus diperhatikan.

2. Dampak Anak yang Bekerja

Secara khusus dampak anak yang bekerja pada masing-masing sektor berbeda,

seperti dampak anak yang bekerja di sektor pertambangan sangat berbeda dengan

dampak anak yang bekerja di sektor penjualan, produksi dan perdagangan

narkoba.

Selain dampak secara khusus, pekerja anak juga mempunyai dampak

secara umum yaitu:

a). Tidak memiliki waktu luang untuk bermain

b). Terganggunya proses tumbuh kembang anak

c). Terganggunya kesehatan fisik dan mental anak

d). Rasa rendah diri dalam pergaulan

Page 27: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

e). Rentan terhadap perlakuan diskriminatif

f). Rentan mengalami kecelakaan kerja

g).Rentan terhadap perlakuan tindak kekerasan, eksploitasi dan penganiayaan

h). Rentan menciptakan generasi miskin (dari pekerja anak melahirkan pekerja

anak pula):

1). Masa depan suram karena pendidikan rendah atau bahkan tidak

berpendidikan

2). Tidak mampu bersaing dengan pihak lain dalam era globalisasi.

Perlindungan hak pendidikan bagi pekerja anak yang seharusnya hanya

dibutuhkan membantu meringankan kebutuhan keluarga, akan tetapi anak

dijadikan sebagai penopang ekonomi keluarga tanpa memperhatikan faktor

lainnya. Hal tersebut karena akan menimbulkan dampak fisik dan psikologis bagi

anak, yang paling penting terhambatnya hak mereka untuk dapat tumbuh dan

berkembang sesuai dengan usia mereka.

C. Literacy Class

1. Konteks Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (YPSI)

Menurut Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (YPSI), literacy class

merupakan Pendidikan Anak Usia Dini / PAUD.

a. Pengertian Pendidikan

Page 28: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan diartikan sebagai

proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.18

Disebutkan pula menurut Shai Lun A. Nasir, pendidikan adalah suatu

usaha yang sistematis dengan pragmatis dalam membimbing anak didik dengan

cara sedemikian rupa.19

Sedangkan dalam Ketentuan umum, Bab 1 pasal 1 UU Sistem Pendidikan

Nasional No. 2 tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar

untuk menyiapkan anak didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau

latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.” (UU Sisdiknas No. 2 tahun

1989).

b. Faktor-faktor dalam Pendidikan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan

pelaksanaan pendidikan menurut Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Ilmu

Pendidikan adalah:

1) Faktor tujuan

18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Balai Pustaka: 1998), h. 204. 19 Shai Lun A. Nasir, Pendidikan Agama Sejarah, Dasar Hukum dan

Masalahnya, (Yayasan MPA, Surabaya: 1981), h. 11.

Page 29: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan,

disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang melaksanakan

kegiatan pendidikan.

2) Faktor anak didik

Faktor yang mempengaruhi pendidikan salah satunya adalah anak

didik, pengertian anak didik ysitu anak atau orang yang belum dewasa atau

belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang menjadi tanggung jawab

seorang pendidik tertentu; anak didik tersebut adalah anak yang memiliki

sifat ketergantungan kepada pendidik itu, karena ia secara alami tidak

berdaya, ia sangat memerlukan bantuan pendidikan untuk dapat

menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun

rohaniah.

3) Faktor Pendidik

Faktor pendidik pun merupakan faktor penting dan penentu

keberhasilan anak didik maka dari itu pendidik adalah orang yang

bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak. Jadi

Page 30: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

sebenarnya seorang disebut pendidik karena adanya peranan dan tanggung

jawabnya dalam mendidik seorang anak.20

c. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah terbentuknya kehidupan sebagai makhluk yang

sempurna, suatu kehidupan di mana ketiga hakikat manusia baik secara

individu, makhluk sosial dan makhluk religius dapat terwujud secara

harmonis. Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Bab

II pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yang berbunyi

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk

watak serta peradaban bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.21

d. Pengertian Anak Usia Dini

Pengertian dari Anak Usia Dini yaitu proses pertumbuhan anak di

mana kehidupan anak seluruhnya masih tergantung dalam perawatan orang

20 H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press: Desember,

2005), cet. Ke-1, h. 7. 21 Ibid, h. 4.

Page 31: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

tuanya atau ditafsirkan anak usia 0-2 tahun. Sebagaimana disebutkan dalam

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2000 pasal 28 tentang pendidikan

usia dini:

1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang

pendidikan dasar

2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur

pendidikan formal, non formal, dan informal

3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk

taman kanak-kanak, raudhatul athfal atau yang sederajat

4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk

kelompok bermain, taman penitipan anak dan lainnya

5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk

pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh

lingkungan.22

Pembelajaran anak usia dini adalah hasil dari interaksi antara pemikiran

anak dan pengalamannya dengan materi, ide dan orang di sekitarnya. Pendidik

dapat menggunakan pengetahuan tentang perkembangan anak guna

mengidentifikasi tentang ketepatan tingkah laku, aktifitas dan materi yang

22 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2000 pasal 28 Tentang Pendidikan Anak Usia

Dini.

Page 32: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

diperlukan untuk suatu kelompok usia, yang sekaligus dapat dipergunakan untuk

memahami pola perkembangan anak, kekuatan, minat dan pengalaman serta guna

merancang lingkungan pembelajaran yang sesuai. Walaupun gaya pembelajaran

ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tradisi, nilai sosial budaya, harapan

orang tua dan strategi guna mencapai perkembangan yang optimal yang harus

disesuaikan dengan usia dari masing-masing individu.

Kalangan para pendidik pun sudah ada kesepakatan bahwa anak bukanlah

orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai

dengan tahap perkembangannya. Hanya saja dalam praktek pendidikan sehari-hari

tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukan betapa peran

orang tua dan masyarakat umumnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini

adalah masa kehidupan anak yang masih tergantung dan membutuhkan

pertolongan orang lain dalam setiap kegiatannya yakni pada usia 3-6 tahun.

Penulis mengambil kesimpulan ini karena pada umumnya batas usia 6 tahun

itulah orang tua mendidik anak-anak mereka pada pendidikan prasekolah,

kemudian setelah umur 6 tahun biasanya anak akan dimasukan ke sekolah dasar.

Page 33: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

2. Literacy Class Dalam Kamus Bahasa Inggris

Dalam Kamus Bahasa Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojowarsito, kata

literacy class, berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua kata literacy yang

artinya kepandaian membaca dan menulis, serta kata class yang berarti kelas.23

Selanjutnya dalam Webster New Collegiate Dictionary, literacy class berasal

dari bahasa Inggris, literacy yang berarti kepandaian membaca dan menulis; kata

class yang berarti kelas.24

Dibahas pula dalam Wikipedia Online, kata literacy yaitu:

“Traditional literacy has been commonly defined as the ability to read

and write at an adequate level of proficiency that is necessary for

communication more recently however, literacy has taken on several

meaning. Technology literacy, mathematical literacy and visual literacy

are just a few examples. While it may be difficult to gauge the degree to

which literacy has an impact on individuals over all happiness, one can

easily infer that an increase in literacy will read to the improvement of

an individuals and the development of societies.”25

“Literasi secara umum yaitu kemampuan membaca dan menulis, pada

level menengah agar pandai berkomunikasi. Belakangan ini, literasi

cakupannya lebih luas. Dalam perkembangannya, kemampuan dalam

berhitung dan menggambar adalah sebagian contohnya. Kesulitan

pemahaman tentang literasi akan berdampak pada kebahagiaan semua

23 Prof. Drs. S. Wojowarsito, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Jakarta: Dirjen

Pendidikan Dasar dan Menengah: 1991), h.102. 24 Hohn Kols, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

1995), cet. ke-21, h. 301. 25 http://wiki.tigweb.org/index.php?title=Understanding_Literacy"

Page 34: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

orang, satu hal untuk memudahkan bahwa literasi memfokuskan pada

kemampuan membaca serta membawa dampak pada kehidupan individu

dan pengembangan masyarakat”.

Bisa penulis simpulkan bahwa literacy class adalah suatu wadah atau tempat

dimana menjadi tempat perkumpulan anak usia dini yang berkisar antara 3 hingga

6 tahun yang mempunyai tujuan dalam bidang pendidikan yang kegiatanya tidak

hanya membaca dan menulis tetapi juga bernyanyi, menggambar dan berhitung.

D. Pekerja Sosial

1. Pengertian Peranan

a. Peranan merupakan aspek dinamis kehidupan. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup 3 hal yaitu:

1). Meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat.

2). Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu

dalam masyarakat

3). Peranan juga dapat diartikan sebagai individu yang penting bagi struktur

sosial masyarakat.

Page 35: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Peranan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bagian dari tugas

utama yang harus dilaksanakan.26

b. Tinjauan Sosiologi tentang Peranan

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang ebrasal dari pola

pergaulan hidupnya. Hal ini berarti peranan menentukan apa yang diperbuatnya

bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat

kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang.

Hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara

peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh norma-norma yang

berlaku, misalnya norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila

berjalan bersama seorang wanita harus dari sebelah luar.27

2. Pengertian Pekerjaan Sosial

Pada awalnya profesi pekerjaan sosial dikenal sebagai suatu kegiatan amal.

Pekerjaan sosial terjadi tidak hanya di Indonesia saja tetapi ini juga di Inggris dan

di negara-negara lainnya, di mana profesi ini jauh lebih berkembang. Dengan

semakin bervariasi dan kompleksnya masalah sosial yang muncul,

penanganannya tidak cukup dengan kegiatan amal atau dengan kata lain adanya

perubahan pendekatan terhadap masalah sosial, dari pendekatan tradisional ke

26 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 667. 27 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Peranan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,

2001), h. 132.

Page 36: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

pendekatan institusional yang menekankan usaha mengadakan perubahan

berencana yang melibatkan berbagai profesi dan disiplin ilmu. Perbedaan kedua

jenis pendekatan itu terletak pada individu dalam mengatasi masalah sosial yang

ada. Dimana pendekatan tradisional menekankan bahwa pada hakekatnya

menolong sesama manusia telah mendarah daging dalam diri manusia. Membantu

seseorang secara individu dengan membangkitkan rasa iba dalam diri orang lain,

sedangkan pendekatan institusional melihat perlunya suatu pelayanan sosial dan

pendekatan berupa usaha satu tim melalui suatu perubahan berencana. Salah satu

contohnya adalah masalah sosial pekerja anak yang memerlukan penanganan

khusus dan bertahap bagi penyelesaiannya.

Di samping itu, pekerjaan sosial dalam bidang kesejahteraan sosial dapat

digambarkan sebagai berikut:

a) Pekerjaan sosial sebagai seni

Memerlukan keterampilan-keterampilan dalam praktek untuk memahami

manusia dan membantu agar mempunyai kemampuan untuk menolong diri

mereka sendiri. Keterampilan-keterampilan yang diperlukan antara lain adalah

pemahaman identifikasi masalah, mengadakan diagnosis dan mengevaluasi

Page 37: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

masalah serta memberikan terapi-terapi tertentu. Untuk semua ini memerlukan

ilmu pengetahuan yang memadai tentang pribadi, tingkah laku manusia serta

pribadi atau lingkungan sosial di mana manusia itu hidup.

b) Pekerjaan sosial sebagai suatu ilmu

Memerlukan seperangkat ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan

lainnya yang relevan dalam upaya pemecahan masalah. Dalam hal ini ilmu

pemahaman masalah dan penggunaan metode pemecahan masalah dilaksanakan

secara objektif berdasarkan ilmu pengetahuan. Sehingga mampu memahami

fakta-fakta dari setiap permasalahan, dan dapat pula digunakan untuk

mengembangkan prinsip-prinsip dan konsep dalam praktek pekerjaan sosial.

Dengan demikian, pekerja sosial menggunakan ilmu pengetahuan dan seni dalam

arti pekerja sosial menggunakan metode-metode ilmiah dalam melaksanakan

tugasnya secara professional.

c) Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi

Nilai-nilai dan kode etik menjadi penting karena sebagai suatu profesi

bukan hanya perlu memenuhi syarat-syarat profesi, namun yang lebih penting

Page 38: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

dalam mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat terutama

untuk mencapai tujuan sosial.28

Jika dilihat dari gambaran pekerjaan sosial di atas, maka fungsi-fungsi

pekerjaan sosial:

1. membantu orang meningkatkan dan menggunakan secara lebih efektif

kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan pemecahan

masalahnya

2. menciptakan jalur hubungan pendahuluan antara orang dan sistem

sumber

3. mempermudah interaksi, menambah dan menciptakan hubungan baru

antara orang dengan sistem kemasyarakatan

4. memberikan sumbangan bagi perubahan perbaikan dan perkembangan

kebijakan dan perundang-undangan sosial

5. meratakan sumber material

6. bertindak sebagai pelaksana kontrol sosial

Pekerjaan sosial merupakan profesi pertolongan yang bertujuan untuk

membantu individu, kelompok dan masyarakat guna mencapai tingkat

kesejahteraan sosial, mental dan psikis yang setingginya. Oleh karena itu,

28 Ibid, h. 12-13

Page 39: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

pekerjaan sosial selaku bidang keahlian mempunyai tanggung jawab untuk serta

dalam memberikan pertolongan sesuai dengan profesinya.

3. Pengertian Pekerja Sosial

Agar kegiatan pemberian bantuan dapat berhasil dengan baik, seorang pekerja

sosial diharapkan mampu menempatkan dirinya (berperan) sesuai dengan

masyarkat yang mereka hadapi. Mereka berbicara mengenai peranan, berarti juga

membicarakan status keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu

tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa status atau

status tanpa peranan. Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan,

maka ia menjalankan suatu peranan dengan baik.29

Seorang pekerja sosial ataupun sarjana kesejahteraan sosial memiliki

beberapa peran:

a. Enabler

Seorang pekerja sosial membantu masyarakat agar dapat

mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasi masalah mereka, dan

29 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Manajemen

PT. Raja Grafindon Persada, 1990), h. 289.

Page 40: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka

hadapi secara lebih efektif.

b. Advocate

Peran sebagai advocate dalam pengorganisasian masyarakat dicangkok

dari profesi hukum. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah, dimana

pekerja sosial menjalankan fungsi sebagai advokat yang mewakili kelompok

masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan atau layanan, tetapi institusi yang

seharusnya memberikan bantuan atau layanan tersebut tidak mempedulikan

(bersifat negatif atau menolak tuntutan warga).

c. Educator

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, pekerja sosial ataupun sarjana

kesejahteraan sosial diharapkan mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan

pendidik. Pekerja sosial ataupun sarjana kesejahteraan sosial harus mampu

berbicara di depan publik untuk menyampaikan informasi mengenai beberapa hal

tertentu, sesuai dengan bidang yang ditangani.

4. Pengertian Kesejateraan Sosial

Pada dasarnya masalah kesejahteraan sosial ini muncul karena kesulitan

individu, kelompok maupun masyarakat dalam menjalankan fungsi sosialnya.

Masalah sosial itu sendiri diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

Page 41: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungan. Oleh karena itu, usaha

untuk memberikan pelayanan sosial baik secara langsung diarahkan untuk

membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam menjalankan fungsi

sosialnya.

Dalam UU RI No. 6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan

Sosial pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa:

“Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,

materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan

ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk

mengadakan usaha, pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial

yang baik bagi diri, keluara serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak

asasi serta kewajiban manusia dengan Pancasila.”30

Menurut penulis, pekerja sosial adalah suatu pekerjaan professional yang

membutuhkan bantuan dari profesi lain untuk menciptakan jalur hubungan

baru sehingga sangat membutuhkan ilmu pengetahuan untuk menjalankan

fungsinya dengan baik dan keterampilan agar bisa menciptakan inovasi-

inovasi baru untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam

memecahkan masalah.

30 Undang-Undang RI No. 6 tahun 1974 tentasng Ketentuan Pokok

Kesejahteraan Sosial.

Page 42: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN PEMERHATI SOSIAL INDONESIA (YPSI)

A. Latar Belakang

Sejarah singkat mengenai keberadaan yayasan ini, pada awalnya dengan

landasan Pancasila dan Undang-Undang salah satunya UU No. 4 Tahun 1979

tentang Kesejahteraan Anak yang membutuhkan banyak pihak dalam

melaksanakannya karena jika pemeritah saja di satu pihak tidak cukup menangani

masalah anak yang sangat rumit.

Oleh sebab itu, Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (YPSI) atau Social

Concern Foundation of Indonesia, -yang selanjutnya penulis menggunakan kata

YPSI-. YPSI didirikan pada tahun 1992 dan mulai melakukan kegiatan pada tahun

1996. Yayasan ini terletak di Jl. Mpu Tantular No. 26 Perumnas 3 Tangerang.

YPSI berpusat di Nangroe Aceh Darusssalam (NAD) dan membuat cabang

di Tangerang atas prakarsa Ibu Titin Kustini yang saat ini menjabat sebagai

direktur program cabang Tangerang. YPSI berdiri di NAD awalnya karena

banyaknya jumlah pekerja anak yang menjadi pusat perhatian para NGO baik dari

luar negeri ataupun dari dalam negeri sendiri yang konsen terhadap pekerja anak.

Page 43: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Awalnya para NGO berdiri untuk membantu pemerintah dalam menangani

masalah pekerja anak. Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia lalu menjalin kerja

sama dengan Pemerintah Tangerang menunjuk daerah-daerah di Kabupaten

Tangerang yang termarginalkan dan jumlah pekerja anak yang dominan, misalnya

Kedaung Wetan yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai

pemulung sampah.

B. Visi

Mendorong perubahan yang positif secara terus menerus dalam kehidupan

anak-anak, keluarga dan masyarakat kurang beruntung.

C. Misi

Memenuhi kebutuhan anak melalui program-program kemandirian

masyarakat secara partisipatoris yang memperkuat kapasitas organisasi

masyarakat untuk mencapai hasil yang dapat diukur dan peningkatan kualitas

kehidupan secara berkesinambungan.

Dari visi dan misi, sesungguhnya YPSI hadir di tengah masyarakat marginal

dengan dilatar belakangi:

• Masih banyaknya masyarakat di bawah garis kemiskinan

• Belum meratanya pendidikan yang diperoleh anak-anak di usia sekolah

Page 44: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

• Belum tersosialisasi secara menyeluruh hak-hak dasar anak bagi masyarakat

lapisan bawah yang masih terlupakan dan tersingkirkan baik dari orang tua

stakeholder maupun pemerintah

• Dorongan untuk serta memberikan kontribusi dalam pembangunan khususnya

bagi masyarakat lapisan bawah.

D. Program YPSI

Untuk menjalankan visi dan misi tersebut YPSI membuat program-program

kegiatan anak yang ada diantaranya:

1. Kelompok belajar formal antara kelas 1 SMP sampai 3 SMP yang dipandu

dengan tenaga professional dan ada juga yang difasilitasi oleh kader, -kader

dalam hal ini adalah orang yang sudah dilatih untuk pendamping anak dan

biasa disebut oleh para anak dampingan sebagai guru-.

2. Kejar Paket B untuk SMP dan Kejar Paket C untuk SMA (tujuan diadakannya

Kejar Paket B dan C adalah untuk memberikan pemerataan pendidikan pada

anak di Kedaung Wetan, selain mengurangi jumlah angka putus sekolah juga

bisa dijangkau oleh anak dari semua level, terutama anak-anak tidak mampu

dan pekerja anak, bea siswa, pengelolaan kelompok tabungan, Perpustakaan,

Pertemuan orang tua dan anak.

3. Pelatihan Fasilitator Class yaitu pelatihan kegiatan awal untuk pemandu yang

dikenal dengan kader, kegiatan rutinnya adalah membuat modul.

Page 45: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

4. Bea siswa

Pemberian bea siswa yang dibayarkan langsung ke sekolah oleh kader setiap

empat bulan sekali bagi keluarga pra sejahtera mulai dari tingkat SD hingga

SMA.

5. Pelatihan/ Pelayanan Kesehatan

Ada dua fokus pada anak seperti pelatihan P3K dengan tujuan bisa

mempraktekannya; dan pelatihan kesehatan lingkungan, sedangkan fokus

yang kedua yaitu pada orang tua bagaimana mereka bisa mempraktekkan

hidup sehat dalam lingkungan. Pengobatan masal untuk anak dan ibu. Selain

itu ibu-ibu juga diajarkan tentang kesehatan reproduksi.

6. Pengelolaan Kelompok Tabungan

Dikoordinasi oleh satu dari semua siswa lalu dikumpulkan dan dimonitor oleh

kader.

7. Distribusi makanan

Diberikan setiap seminggu sekali fungsinya untuk meningkatkan status gizi

dari para ibu kader.

8. Perpustakaan Anak:

Page 46: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Adanya perpustakaan di lingkungan kelompok belajar anak. Buku-buku yang

disediakan tidak hanya buku sekolah tetapi juga buku non fiksi dan buku fiksi,

yang tidak hanya mebuat siswa pintar dalam ilmu pengetahuan tetapi juga

dalam wawasan.

9. Buletin Anak

Buletian anak yang dibuat sendiri oleh mereka yang bertujuan untuk memacu

daya kreatifitas. Program ini diadakan untuk memahami seberapa besar

pemahaman anak dampingan selama diberikan materi di luar materi dasar

berbentuk murikulum untuk komepetensi sekolah.

10. Dewan Anak

Kelompok dewan anak di YPSI ini diadakan tingkat kelurahan. Diharapkan

bisa menyuarakan tentang permasalahan anak ketika dalam agency meeting.

Fungsinya mengkoordinasidan memfasilitasi harapan anak terhadap isu di

sekitarnya misalnya tentang pendidikan dan sampah yang masih harus

diperhatikan para stakeholder.

11. Pertemuan rutin dengan tokoh formal dan informal sosialisasi Konvensi Hak

Anak.

Page 47: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Pertemuan non formal dilakukan setiap satu bulan sekali dengan kader dan

tokoh informal yaitu masyarakat dan pihak YPSI sendiri. Sedangkan

pertemuan formal dilakukan tiga bulan sekali. Membina rekan tentang

permasalahan yang ada di masyarakat dan membangun peran-peran kader

yang ada.

12. Pembentukan panitia penanggulangan pekerja anak dari masyarakat yang

bersifat insidentil. Maksud dari insidentil di sini adalah pembentukan panitia

yang fleksibel dan conditional yang sebelumnya sudah dilatih, berupa para

kader yang sudah ada dan beberapa kader yang akan dan segera dilatih untuk

menghadapi jumlah pekerja anak yang semakin bertambah.

13. Advokasi Perlindungan Hak Anak

Dalam menjalankan program-programnya YPSI berhak melindungi para

pekerja anak yang menjadi anak dampingan YPSI dengan bekerja sama

dengan NGO-NGO yang ada di Indonesia yang berfokus kepada pekerja anak

dan beberapa lembaga bantuan hukum, misalnya LPBH (Lembaga

Perlindungan Bantuan Hukum) agar perlindungan yang disediakan tidak

meluas ke beberapa perlindungan hukum lainnya seperti permasalahan intern

keluarga.

E. Manajemen YPSI

Page 48: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lembaga harus digerakkan

dengan suatu kegiatan yang dinamis dan berkesinambungan yang disebut dengan

proses manajemen. Tujuan manajemen tersebut harus diwujudkan dalam bentuk

target atau sasaran yang konkret, yang diharapkan dan diperjuangkan untuk

dicapai. Sehingga dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan tindakan kolektif

dalam bentuk kerja sama, sehingga masing-masing anggota organisasi dapat

memberikan andil dalam sumbangan menurut fungsi dan tugas masing-masing.

Arti manajemen berasal dari kata manage dan bahasa Latin manus, yang

berarti memimpin, menangani, mengatur atau membimbing. George R. Terry

mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses yang khas, yang terdiri dari

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan

yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya.31

YPSI menurut prinsip-prinsip manajemen, merupakan usaha kolektif yang

masing-masing bagian saling bekerja sama menurut fungsi dan tugas yang telah

ditetapkan. Sedangkan target manajemen yang ingin dicapai itu menentukan arah

dari proses manajemen dan sekaligus juga sebagai alat ukur keberhasilan

31 Rosady Ruslan, Humas dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 2001), cet.Ke- 3, h. 1.

Page 49: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

manajemen tersebut. Dalam usaha pencapaian yang telah ditargetkan tersebut

paling tidak akan melahirkan berbagai alternatif, yakni keberhasilan dan

kemajuan atau mungkin sebaliknya ketidak berhasilan (miss managemen).

Adapun gambaran umum tentang aplikasi manajemen di lingkungan YPSI

dapat dilihat sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam hal perencanaan, YPSI merumuskan sasaran dan tujuan yang hendak

dicapai melalui program-program yang diwujudkan dalam program kerja jangka

pendek yaitu dengan melindungi hak-hak pendidikan bagi pekerja anak yang telah

dan akan dilaksanakan program-program yang dibuat. Dari program jangka

panjang yaitu mengurangi jumlah dan jam kerja anak dengan memberikan

terlebih dahulu pengetahuan apa dan bagaimana hak anak sehingga mereka bisa

memahami haknya sebagai pekerja anak tanpa adanya eksploitasi dari pihak

manapun.

2. Pengorganisasian (Organizing)

YPSI mengadakan pertemuan sebulan sekali, untuk membicarakan kebutuhan

dari masing-masing pihak, baik manajer program maupun para kader dengan

Page 50: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

tujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan, sehingga dapat

diketahui sejauh mana perkembangan program untuk pekerja anak, apa dan

bagaimana pelaksanaan kerja yang dilaksanakan pengurus serta melaporkan

berapa banyak dana yang masuk dan keluar dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

Sehingga nantinya dapat diketahui kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan

apakah sudah sesuai atau tidak dan apakah mengalami perubahan atau

peningkatan baik dari segi manajemen ataupun sumber dayanya.

Dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut, koordinator menentukan

koordinasi yang akan menjalankan operasional program-program pekerja anak.

YPSI yang langsung di bawahi oleh direktur program dan beberapa staf yang

yaitu koordinator program anak yang berperan sekaligus sebagai koordinator

lapangan dan koordinator keuangan yang terdiri dari 2 (dua) orang staf dan hingga

saat ini peran mereka sesuai dnegan fungsinya masing-masing

Dari gambaran ini, job description atau pembagian kerja tertata dengan rapi,

sehingga kondisi ini akan melahirkan sebuah iklim kerja yang sehat, dan hal ini

diharapakan akan sangat menunjang keberhasilan dan tujuan yang hendak dicapai.

Page 51: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Struktur Organisasi Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia

3. Pergerakan (Actuating)

Pergerakan (Actuating) merupakan manajemen organisasi yang terpenting,

berhasil atau tidaknya rencana yang dibuat, tergantung kepada mampu tidaknya

seorang pemimpin melaksanakan fungsi pergerakan.32

32 Subandi dan Mochtar, Dasar-dasar Manajemen, (Surabaya: Institut

Dagang, 1991, cet. Ke-8, h. 70.

Program Manager

Titin Kustini

Adm./ Finance

Coordinator

Ria Srimunijar

Children Program

Coordinator

Ian

Adm./ Finance

Assistant

Nunu Nurjaman

Field Coordinator

Habibah Rahmawati

Page 52: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Dengan adanya pergerakan maka seluruh bawahan yang ada dapat dibimbing,

dibina dan diarahkan untuk mencapai tujuan seperti yang ditetapkan dalam

perencanaan.

Hal ini nampaknya diperhatikan besar seksama oleh seluruh staf di YPSI

mulai dari manajer program hingga para kader, yang selalu berkoordinasi kepada

koordinator sehingga program-program bisa terus berjalan hingga sampai saat ini.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah proses pengawasan dari pelaksanaan seluruh bagian

organisasi untuk menjamin agar semua tugas berjalan sesuai dengan perencanaan

yang sudah ditentukan. Kontrol adalah tugas dari pimpinan dalam lembaga ini

disebut sebagai manajer program yang berwenang untuk mengawasi dan menilai

tugas yang sedang atau sudah dijalankan sesuai dengan perencanaan atau tidak,

sehingga tidak terjadi penyimpangan dari apa yang sudah ditetapkan dalam

rencana kerja dan anggaran belanja, pengawasan dilakukan langsung oleh manajer

program sebagai ketua yang meliputi manajemen organisasi dan sumber daya

manusia dan keuangan.

Sistem pengawasan di YPSI dilakukan dengan cara mengawasi secara umum,

baik formal maupun informal, selain itu dilakukan dengan cara penyampaian

masukan dan saran sebagai tindakan korektif. YPSI mengadakan pertemuan

Page 53: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

denganpemerintah setempat setelah terlebih dahulu lalu berdiskusi untuk

menentukan kriteria anak dampingan. Berikut adalah kriteria anak dampingan

YPSI adalah:

a. Pekerja anak

Anak-anak yang bekerja mayoritas membantu pekerjaan orang tua sebagai

pemulung sampah, penyobek plastik kresek dan pembungkus blau/ pemutih

pakaian yang berbentuk batangan kotak padat berwarna biru.

b. Masyarakat yang kurang beruntung dan termarginalkan, yang diharapkan

nanti setelah lepas dari YPSI bisa mandiri tanpa bantuan dari pihak

manapun.

Page 54: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

BAB IV

ANALISA DAN TEMUAN DATA

Pada bab ini penulis akan menganalisis berbagai temuan di lapangan yaitu

yang sesuai dengan pembatasan masalah. Penulis akan menyajikan analisis tentang

pelayanan pendidikan yang diberikan YPSI dan perlindungan hak melalui program

pendidikan literacy class.

1. Pelayanan Pendidikan Pekerja Anak Melalui Program Literacy Class

Pekerja anak merupakan salah satu perhataian banyak pihak yang harus

diperhaikan, apalagi jika pekerja anak tersebut masih usia dini.

Program literacy class ini diadakan karena banyak anak usia dini yang

membutuhkan pendidikan sebelum sekolah formal. Sehingga pihak YPSI

berinisiatif untuk mengadakan program literacy class. Selain dari alasan di atas

juga seperti hasil wawancara:

“Banyak pekerja anak disini yang usianya 3 sampe 6 tahun nggak bisa

sekolah karena buat masyarakat biaya yang dikeluarin lumayan besar dibandingin

Page 55: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

untuk biaya Sekolah Dasar (SD) makanya masyarakat sini mikir-mikir lagi buat

nyekolahin anaknya, hehehe…” 33

Dari keprihatinan itu, berdasarkan hasil wawancara sebagai berikut:

“Begini, YPSI berusaha meringankan beban para orang tua agar anaknya

terfasilitasi dengan tepat dari usia dini dalam hal pendidikan. Yaaa, sejak

dibukanya program baru ini, awalnya anak-anak yang datang untuk mendaftar

cukup banyak, tetapi yang diharapkan adalah kualitas bukan kepada kuantitas

dan suasana belajar juga harus berjalan efektif, kan enak…” 34

Proses dari program literacy class ini yaitu:

a. Proses Awal Program Literacy Class

Sejak pertama, YPSI yang memiliki komitmen awal melalui kontrak dengan

wilayah setempat untuk dijadikan daerah dampingan, kurang lebih setiap 2 tahun.

Kontrak ini yang biasanya dilaksanakan atas persetujuan 3 pihak yaitu YPSI,

Pemda Tangerang dan masyarakat setempat. Kontrak bisa dilakukan kembali jika

dari berbagai pihak seperti kader, orang tua dan pekerja anak yang mengikuti

program literacy class belum mandiri, dan belum berhasil mendidik anak

dampingannya dengan baik dan belum bisa mengurangi angka pekerja anak di

daerahnya, orang tua yang belum mengerti dan belum sadar akan pentingnya

perlindungan hak pendidikan dan hak-hak dasar anak di samping profesinya

sebagai pekerja anak.

33 Wawancara pribadi dengan ibu Aryati, di depan ruang kelas, tanggal 09 Februari 2009. 34 Wawancara dengan pak Ian, di kantor YPSI, tanggal 13 Februari 2009.

Page 56: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Sebagai langkah awal untuk melaksankan program literacy class,

sebagaimana hasil wawancara:

“YPSI melakukan pendataan terhadap anak dampingan dalam kategori

pekerja anak. Pendataan tersebut dilakukan dengan menetapkan kategori yang

menjadi anak dampingan yang telah ditetapkan YPSI itu berusia 3 hingga 6 tahun

dan merupakan daerah dampingan YPSI

Setelah melakukan pendataan tersebut, eee... kemudian YPSI menetapkan

anak dampingan yang memenuhi kualifikasi tersebut. Untuk melaksanakan

program literacy class dengan menggunakan tempat-tempat atau rumah warga

yang tidak ditempati, lalu jika rumah tersebut sudah memenuhi kriteria untuk

kegiatan program literacy class, yaitu sesuai untuk ruangan dimana anak

melakukan proses aktivitas belajarnya. Untuk itu bulan Januari tahun 2008 saat

program literacy class berdiri, YPSI memberikan fasilitas yang pada umumnya

seperti bangku, meja, papan tulis, penghapus, poster huruf dan angka, seragam

olahraga.

Selain itu pembekalan materi untuk para anak dampingan dilakukan dalam

kelas yang telah ditentukan sebagai sarana belajar. Pekerja anak dampingan ini

dibimbing oleh masing-masing 2 orang kader di setiap kelas, kader di sini sudah

dipilih dan tersaring yang memiliki karakteristik dan emosional sebagai seorang

guru, peran sebagai guru ini sebelumnya sudah melewati pelatihan-pelatihan yang

diberikan YPSI dan komitmen untuk memberikan kemajuan pada program

literacy class ini, yaaa... begituu...”35

Pada awalnya program literacy class ini berupa pendataan calon peserta

yang dibuka sejak Januari 2008, jumlah peserta program literacy class berjumlah

51 orang yang terdiri dari 4 RT, jumlah murid perempuan sebanyak 26 jiwa dan

jumlah murid laki-laki 24 jiwa.

35 Ibid,.

Page 57: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Tabel 2

Data peserta program literacy class

di RW 04 Desa Kedaung Wetan

No. Nama Umur (tahun) RT

1. M. Ridwan 4 1

2. M. S. Amri 4 1

3. Saniatun 4 1

4. Aldi 4 1

5. Riana 4, 5 1

6. Imron 4 1

7. M. Mahesa 5 1

8. Arum 5 1

9. Wulan 4 1

10. Syifa Nur Jannah 4 1

11. Vera 4 1

12. Wildan 5 1

13. Rio Saputra 4 1

14. Siti Kurnia 5 1

15. Putri Lestari 5 1

16. Putri Febrianti 5 1

17. Iqbal Ramdani 5 1

Page 58: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

18. M. Farhan 6 1

19. Haikal 6 1

20. Riziq 6 1

21. Nani 6 1

22. Nurul Jannah 5 1

23. Abdul Jafar 6 1

24. Rafi 5 1

25. Usman 6 2

26. Ika 6 3

27. Putri 6 2

28. Nova 6 2

29. Herti 6 3

30. Aldi 6 2

31. Yadi 6, 5 3

32. Samsudin 6 3

33. Putri H 6 2

34. Arjaya 6 4

35. Sri Wahyuni 6 4

35. Nita 5, 5 4

37. Rizki 5 3

38. Nuryadi 5 2

Page 59: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

39. Ganda Saputra 6 3

40. Pebrian 6 2

41. Anita 4, 5 3

42. Rangga 6 2

43. Siti Warda 4, 5 3

44. Tasya 4, 5 4

45. Yanah 5 4

46. Rindi 5, 5 4

47. Amirah 4 2

48. Dila 4 3

49 Ratna 6 2

50. Samsuri 6 3

b. Proses Belajar Program Literacy Class

YPSI melalui program literacy class dalam pelaksanaannya dilakukan salah

satunya melalui kegiatan membaca, menulis, berhitung, bernyanyi, bercerita dan

bermain. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan kurikulum untuk pendidikan

anak usia dini yang berkisar antara 3-6 tahun.

Page 60: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Adapun proses pelaksanaan dari kegiatan program literacy class

berdasarkan hasil wawancara sebagai berikut:

“Pekerja anak kan disini sebagai murid, kesehariannya datang sesuai

jadwal, 07.30-09.30 setiap hari Senin-Jumat. Setiap pertemuan, kita

para kader yang berperan sebagai guru atau pendidik, memberikan

materi yang berbeda setiap harinya, materi yang sama bisa di ulang

lagi, heeee... jika materi yang disampain belum selesai dan

pemahaman anak tentang materi-materi yang disampain masih terasa

kurang.”36

Dalam memberikan materi, usia para murid anak dampingan dengan kisaran

usia antara 3 hingga 6 tahun lebih baik dilakukan praktek tanpa menggunakan

teori, dikarenakan dalam usia ini adalah tahap awal proses dalam membaca,

menulis, berhitung, bernyanyi dan bercerita. Dalam usia ini saraf motoriklah yang

berfungsi sehingga pemahaman akan benda-benda anak-anak dikuasai dengan

cepat dibandingkan dengan memberikan materi yang menggunakan kecepatan

saraf sensorik dikarenakan saat usia ini saraf sensorik yang seharusnya digunakan

untuk menghafal huruf-huruf kurang tepat digunakan di tingkatan usia ini.

Catatan lapangan: No. 1

Pengamatan: Observasi

Waktu: tanggal 12 Januari 2009, pukul 08.00-10.00

Disusun jam: 13.00

Tempat: teras kelas RT 01

36 Wawancara pribadi dengan ibu Endah, tanggal 13 Februari 2009.

Page 61: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

(Anak-anak yang bersemangat)

Ketika peneliti melihat langsung kegiatan dari luar kelas terlihat

mereka sangat senang. Wajah yang berseri, anak perempuannya

bersolek dengan ibunya sedangkan anak lakinya menggunakan peci

dan minyak rambut, suara mereka pun riang. Bahkan saya yang ada di

luar ruangan pun menutup telinga karena gerakan tubuh mereka yang

gesit.

(Tanggapan peneliti)

Anak-anak menikmati masa kecilnya walau sebenarnya mereka mempunyai

tanggung jawab sebagai pekerja.

Kegiatan belajar ini lebih menekankan langsung praktek dalam proses

belajarnya, misalnya dengan materi Panca Indera, seperti biasa sebelum belajar

murid dibimbing berdoa bersama-sama dengan disuarakan setelah selesai berdoa

murid di absent satu persatu, setiap anak bersemangat dan ceria melihat dengan

seksama bagaimana guru menunjukkan satu persatu panca indera, setelah

diperagakan satu per satu panca indera sambil dinyanyikan agar murid tidak

merasa monoton dan merasa suasana kelas hidup supaya anggota tubuh anak-anak

semua bergerak, lalu guru menunjuk salah satu murid untuk maju ke depan dan

memperagakannya sambil bernyanyi seperti yang sama dicontohkan ibu guru.

Dari hasil menggambar panca indera, berdasarkan hasil wawancara, yaitu

sebagai berikut:

“Hasil gambar kelihatan kan bahwa beberapa anak nunjukin kreatifitas

juga berbakat, hasil gambarnya terlihat sempurna hasil karyanya bisa lebih

Page 62: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

dihias lagi dan dibuat Majalah Dinding (Mading) buat ngerangsang

masing-masing otak anak bisa berkreasi dan semakin hari bentuk

kreatifitas semakin tinggi. Dari hasil pengamatan sebagai guru, terlihat

anak-anak yang terlihat cerdas, aktif dan kreatif, iya kan???.”37

Selain materi panca indera ada juga mengeja huruf, misalnya, para guru

bersemangat menyampaikan materi tetapi suasana tidak terkondisi dikarenakan

ibu-ibu dari para murid ikut serta masuk ke dalam kelas dan suasananya sangat

mengganggu konsentrasi anak-anak mereka, tetapi ini terjadi tidak hanya satu hari

itu saja bahkan dari awal-awal kegiatan belajar ini berlangsung sehingga anak-

anak juga sibuk dengan dunianya sendiri, misalnya dengan mencoret-coret buku,

berjalan-jalan di dalam kelas bahkan di luar kelas dan ada yang sedang mengobrol

antara murid yang satu dengan murid yang lainnya.

c. Perkembangan Program Kegiatan Literacy Class

Perkembangan perlindungan hak pendidikan yang diberikan YPSI

koordinator lapangan beserta 4 ibu kader selain memonitor pelaksanaan program

literacy class juga adanya home visit yang kegiatannya yaitu:

Koordinator lapangan dan 4 orang ibu kader mengadakan home vist dengan

mendatangi langsung rumah-rumah anak dampingan yang mengikuti program

37 Ibid,.

Page 63: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

literacy class untuk memberitahukan perkembangan anak dampingannya dan

untuk pertemuan selanjutnya orang tua mereka memberitahukan kondisi

sebenarnya anak-anak dampingan setelah mengikuti program literacy class

Home visit merupakan proses evaluasi dari masing-masing peserta anak

dampingan yang mempunyai beberapa tujuan, alasan ini berdasrkan hasil

wawancara:

“Koordinator lapangan dan kader memberikan masukan-masukan cara mendidik

anak yang benar sesuai dengan usia dan keadaan anak. Diadakanya home visit

juga untuk menyampaikan program-program YPSI yang akan direalisasikan untuk

menambah metode dan materi dalam mengajar. Selain itu juga menyampaikan

program-program yang sudah berjalan, orang tua dan anak dampingan itu sendiri

diharapkan memberikan tanggapan serta kritik selama ini anak mereka mengikuti

kegiatan program literacy class supaya dari pihak YPSI bisa membenahi dan

membuat solusi yang tepat.”38

Catatan lapangan: No. 2

Pengamatan: Observasi

Waktu: tanggal 23 Januari 2009, pukul 13.00-15.00

Disusun: Pukul 17.00

Tempat: Teras rumah masing-masing orang tua anak dampingan

Subjek penelitian: Koordinator lapangan dan 2 ibu kader

(Kunjungan yang melelahkan)

Koordinator dan para kader terlihat semangat ketika memberikan

pengarahan kepada orang tua. Tetapi yang peneliti amati ketika mengikuti

kegiatan ini, orang tua merasa malas-malasan untuk mendengarkan arahan

dari pihak YPSI. Di salah satu rumah, seorang ibu ketika diberi pengarahan

dan memberi masukan sambil memangku tangan di atas paha sembari

38 Wawancara dengan pak Ian, tanggal 10 Ffebruari 2009.

Page 64: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

makan, sedangkan anaknya lari-larian. Padahal sesuai peraturan yang ada di

YPSI ketika ada home visit untuk acara resmi seperti pertemuan formal dan

diharapkan ada take and give. Ibu yang diajak berbicara serius malah ada

yang memotong bawang merah serta sayuran dengan alasan sekalian kerja.

(Tanggapan peneliti)

Masyarakat kurang berpartisipasi dalam kegiatan ini, hambatannya mungkin

karena selama setahun YPSI berdiri hanya ada 1 orang koordinator lapangan

dan 4 orang ibu kader).

Catatan lapangan No. 3

Pengamatan: Observasi dan Wawancara

Waktu: 26 Januari 2009, pukul 13.00-15.00

Disusun: pukul 16.00

Tempat: teras ruangan kelas RT 01

Subjek penelitian: Koordinator lapangan dan 2 orang ibu kader

(Ibu-ibu agak antusias)

Pihak YPSI memberitahukan di pertemuan home visit yang terakhir bahwa

akan membawa orang baru. Ketika semua datang ternyata ibu-ibu sudah siap

dengan menggunakan celana panjang dan menyediakan bangku plastik di

depan rumahnya.

(Tanggapan peneliti)

Perlu ada suasana baru karena ketika peneliti datang langsung mereka

sempat memberi masukan kepada pihak YPSI bahwa kalau bisa diha dirkan

tamu atau orang baru).

Kegiatan home visit berguna untuk mengetahui bagaimana

perkembangan anak dampingan peserta program, home visit merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan YPSI untuk mendampingi pekerja anak,

program literacy class memiliki beberapa keleibihan dibandingkan dengan

Play Group atau Taman Kanak-Kanak yaitu:

Page 65: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

1). Program literacy class adalah sekolah yang dibuka untuk pekerja anak di

daerah dampingan YPSI.

2) Berbeda dengan sekolah dini lainnya yang membutuhkan banyak uang dan

yang menjadi peserta hanya dari kalangan ekonomi menengah, sedangkan

literacy class diperuntukkan khusus anak usia dini.

3). Tenaga pengajar bukanlah dari pendidikan guru tetapi adalah tenaga sukarela

yang bersedia membantu berjalannya proses kegiatan literacy class.

Program literacy class ini agak sedikit unik, berdasarkan hasil wawancara

diperoleh:

“Emang lucu ya, pemilihan lokasi atau tempat belajar adalah tempat yang

disediakan dari para relawan atas keikhlasannya agar program literacy class

berjalan dan para tenaga pengajar atau pendidik bukan yang ahli pendidikan

misalnya lulusan Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK), dari segi

waktu pun terbatas karena waktu yang digunakan untuk bekerja. Lalu dari kita

para kader pun sebelum di bawah naungan YPSI malah sampe sekarang

sebagian dari kita itu kader Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) sehingga tidak

fokus ke YPSI aja, jadi sama-sama harus bisa pinter bagi waktu. Yaa

gitulah…”39

Catatan lapangan: No. 4

Pengamatan: Wawancara

Waktu: tanggal 08 Januari 2009, pukul 15.00-15.30

Disusun: pukul 16.00

Tempat: rumah salah satu kader, ibu Aryati

39 Wawancara dengan ibu Aryati, tanggal 13 Februari 2009 .

Page 66: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

(Lagi pada Curhat)

Bu Aryati yang orangnya kalem, kalau ingat waktu pertama YPSI datang

merekrut calon ibu kader, dia jadi semangat sambil memainkan tangannya

dan memegang gelas untuk minum, tidak lama dia tersentak karena

handphone- nya bunyi. (Tanggapan peneliti)

YPSI yang bisa meyakinkan kader bahwa semua orang bisa (kader) asal

ada kemauan.

YPSI yang memberikan pengarahan kepada kader untuk dilatih menjadi

guru atau pendidik dengan pelatihan yang berkesinambungan sehingga memiliki

kepandaian menjadi guru yang bisa mendidik anak usia dini yang membutuhkan

kesabaran. Tidak cukup dengan kader, pekerja sosial profesional yang berperan

sebagai educator atau pendidik. Peran sebagai pendidik tidak mudah untuk

batasan anak usia dini dan pekerja anak, dibutuhkan banyak kesabaran dalam

prosesnya, ada anak yang tidak konsentrasi ketika belajar karena lelah bekerja

atau anak yang masih belum siap masuk kelas untuk belajar karena umur mereka

yang masih Balita (di bawah lima tahun). Untuk mengatasinya pekerja sosial

sebelum proses belajar berlangsung, melakukan pendekatan dengan anak yang

mengalami sedikit permasalahan, misalnya dengan menanyakan apa yang

diinginkannya atau membuat gambar dan mendongeng agar mereka konsentrasi,

menerima dan terbiasa mengikuti kegiatan belajar. Pekerja sosial profesional juga

bisa membantu mendengarkan cerita dan keluhan tentang kegiatan mereka selama

bekerja.

Page 67: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Dengan langkah awal tersebut, educator bisa menjelaskan hak dasar anak

yang harus mereka dapatkan, agar tanggung jawabnya sebagai pekerja anak juga

searah dengan pemenuhannya akan hak. Hal ini merupakan pelayanan yang

diberikan oleh pekerja sosial profesional juga salah satu bentuk yang bisa

didedikasikan pekerja sosial profesional sebagai educator.

2. Perlindungan Hak melalui Program Literacy Class

Perlindungan hak yang diberikan YPSI salah satunya dengan diadakannya

program literacy class. Program ini tujuannya secara umum dikhususkan untuk

peserta program anak dampingan usia dini sedangkan tujuan umumnya adalah

memberikan pelatihan kepada orang tua dan semua lingkungan sekitar agar

penyadaran tentang pentingnya perlindungan hak anak serta melarang anak

bekerja.

Perlindungan akan hak anak yang terdiri dari dua hak asasi manusia yaitu hak

untuk mendapat perlindungan dan hak untuk mendapatkan pendidikan, tetapi

karena pekerja anak masih usia dini tidak mengetahuinya, maka dengan

ketidaktahuannya, anakpun menikmati pekerjaannya. Seperti Andi (nama

samaran), 6 tahun, yang menjadi salah satu anka dampingan di program literacy

class, pekerjaannya sebagai pemulung mengakibatkan anak lelah ketika belajar

Page 68: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

sedang berlangsung, padahal pekerjaannya sebagai pemulung hanya untuk

menambah uang jajan sehari-harinya.

Andi melakukan pekerjaan sebagai pemulung atas kemauannya sendiri karena

uang jajan tidak bisa diberikan orang tua. Dampak dari Andi bekerja ini adalah

kesehatan tubuhnya yang terganggu terutama masalah kulit yang iritasi dan

menimbulkan sedikit luka. Hal ini terjadi karena Andi, sering mengambil gelas-

gelas plastik aqua yang ada di selokan dan di genangan air (jika pada musim

hujan) sekitar rumah tetangganya dengan menggunakan tangan dan kakinya

langsung tanpa menggunakan alas.

Hal ini penulis ambil dan senada dengan hasil wawancara yaitu:

“Ya Mbak, saya kasihan ngeliat Andi, orang tuanya ngebiarin aja anaknya

mulung sampah, padahal Mbak sehari palingan dapetnya sekitar Rp

1.000,00 sampe Rp 2.000,00. dah gitu kan sekarang musim hujan, si Andi

tuh kaki ama tangannya sering masuk ke selokan buat ngambil botol-botol

aqua, tar kalo udah ngumpul biarin belum sekarung langsung dijual Mbak

ama orang yang suka beli barang-barang bekas kalo udah dapet uangnya

langsung dijajanin..., Eh tu tangan yang tadi abis dari selokan buat

ngambil makanan langsung dimasukin mulut dahhh.... Tapi si Andi

ngerasa puas bisa nyari uang sendiri.. Orang tua Andi nggak masalahin

kerja mulung botol-botol aqua biarin belajar mandiri dari kecil, soalnya

orang tuanya juga nggak bisa ngasih uang buat jajan kadang buat

kebutuhan pokok masih kuranggg....”

Catatan lapangan: No. 5

Pengamatan: Observasi dan Wawancara

Waktu: 20 Februari 2009, pukul 08.00-10.00

Page 69: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Disusun: pukul 13.00

Tempat: ruangan kelas RT 04

(Berbicara masalah Andi)

Ketika peneliti melihat langsung kondisi Andi terlihat seperti anak

dampingan yang lainnya, bahkan lebih rapih tetapi tubuhnya ada

beberapa luka karena sering masuk ke dalam selokan. Andi ketika

memasuki kelas menggunakan peci, padahal tidak ada perintah

menggunakan peci, tetapi ketika belajar Andi sering berdiri dan

berlarian memegang kayu, sehingga anak perempuan terkadang

menjerit karena takut terkena pukulan. Sehingga kelas menjadi gaduh

dan tak terkendali.

(Tanggapan peneliti)

Andi hanya membuat ramai kelas sehingga tidak kondusif, saran yang

bisa diberikan peneliti ada satu ibu kader yang khusus mengawasi

Andi atau anak dampingan lainnya agar suasana tenang.

Ketidakkonsentrasian dan penyakit kulit yang diderita Andi dikarenakan sikap

orang tua Andi yang membiarkan anaknya bekerja menjadi pemulung sampah,

sehingga Andi tidak mendapat perlindungan meskipun hak pendidikannya di dapat

tetapi ketika proses belajar Andi merasa terganggu. Andi yang seharusnya bisa

mengikuti kegiatan belajar dengan anak dampingan lainnya dan ditemani oleh ibunya,

tetapi tidak dengan Andi, ibu Andi menginginkan Andi mandiri dan tidak

menginginkan Andi menjadi anak yang mudah putus asa.

Sikap orang tua yang menjadikan anaknya mandiri memang benar, tetapi hak

Andi yang seharusnya mendapatkan perlindungan oleh orang tuanya sendiri hilang.

Page 70: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Padahal dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam surat Al-Ma’un ayat 1-3 yang

berbunyi:

��������� �� ��� ��������

����������� �� !"�#$⌧��&

'�� ��� �()*+� ,-.�/�.0#�� �1

23�� 456+�7 89:;+ �<�=>�

@AB�CD�☺0#�� �F

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. Itulah orang yang

menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi Makan orang

miskin.

Selanjutnya pula firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 233:

G )H$+���$�I0#���� ,J�>B�KL�

MJ>N=*O�#��� @�P��KI=Q

@�A:R�S�⌧T U VJ=☺�# =.���� W�

XY�Z� �[+���\L#�� 8 9:;+��

�.I�#KI[]&<�� ^�� MJ)_>�0`�

MJbc>d�ICD�T��

B��L�>[]&<���� 8 23 )�eR��>;

f\0g+] h3�i �=_=>Cj� 8 23 \���2k>;

lm+���$�� �=N�����I�� 23��

.I�#KI+S ^6Q # o:�����I�� 8

9:;+�� �p���I0#�� q�r�S

=s�#$�t � �W�G�& �=.���� O3��u�& J+ vw�+L�; ��/bc�x�yS

#���+z�;�� 2⌧�& ==�m{|

�=☺cK}:R+ � �W�i�� KH~;.���

W� U��I>B��}+�CD:q

K��T=*O�#��� 2⌧�& ==���|

K���0�:R+� ��t�i H6�V☺eR=j ��XS

Page 71: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Y�Z0��;��� B�����>[]&<���� �

U�I�iX;���� ���

U��I)☺:RV���� XW� ��� �mg��

+WI>R�/�>�; }LBu+� �1FF

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan

kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan

cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan

karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun

berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum

dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka

tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan

oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang

kamu kerjakan.

Dari ayat di atas, seharusnya orang tua Andi memenuhi kebituhan pokok,

meskipun hanya untuk unag jajan, tetapi bagi Andi merupakan kebutuhan untuk anak

seusianya. Apabila orang tua Andi membiarkan anaknya untuk memulung sampah

padahal seharusnya Andi tidak mengerjakan karena bagaimanapun, seperti dikatakan

ayat 3 surat Al-Ma’un di atas, orang tua Andi tidak memberi makan yang dalam hal

ini uang untuk jajan yang merupakan salah satu kebutuhan anaknya.

Page 72: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Disebutkan pula oleh Santo Pais, “Pemenuhan hak asasi yang diambil dari

program Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), berarti pemenuhannya tidak tergantung

pada kebutuhan area tetapi suatu keadaan pemenuhan hak individual. Ini adalah dasar

kekuatan rakyat untuk menuntut keadilan pemenuhan akan hak bukan karena belas

kasihan.”40

Pemenuhan hak anak harus dipandang dalam perspektif pemenuhan hak

individual bukan sebagai bentuk belas kasihan. Jika memandang hal itu dalam

perspektif hak asasi, maka pendekatan yang kita lakukan adalah dengan melibatkan

setiap pihak termasuk anak itu sendiri.

YPSI menanggapi pekerja dalam memberikan perlindungan baik hak maupun

pendidikannya. Dari perlindungan hak, YPSI menjalin kerja sama dengan Lembaga

Bantuan Perlindungan Anak, sehingga anak merasa aman dan tidak terancam karena

bekerja.YPSI memberikan perlindungan hak kepada anak melalui Lembaga Bantuan

Perlindungan Anak dengan mengadakan pertemuan dengan para advocate langsung

untuk menyuarakan keinginan mereka karena kebutuhan akan pendidikan masih

besar.

Catatan lapangan: No. 6

Pengamatan: Observasi dan Wawancara

40 Unicef, Kutipan Santo Pais dalam bukunya Human Rights Conceptual

Framework for Unicef, dalam judul Kondisi dan Situasi Pekerja Anak pada Beberapa

Sektor di Tulungagung dan Probolinggo Jawa Timur, (Jakarta,: Unicef, 2003, h. 51.

Page 73: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Waktu: 21 Februari 2009, pukul 10.00-13.00

Disusun: pukul 17.00

Tempat: Aula Kelurahan Kedaung Wetan

(Anak-anak bahagia)

Sekitar 40 anak beserta ibunya datang menghadiri acara pertemuan formal

YPSI, Lembaga Bantuan Perlindungan Anak (LBPH) serta masyarakat

Kedaung Wetan. Anak dampingan datang dengan rapih, ketika acara

dimulai ada salah satu anak berkata: “Bapak ganteng jangan jahat-jahat ya”

(sambil emnunjuk tangannya ke depan quorum). Ibu-ibu yang lain tertawa

kencang tetapi suasana kembali pulih sehingga peserta bisa mengeluarkan

aspirasinya lagi.

(Tanggapan peneliti)

Peneliti memberikan saran agar pertemuan formal yang biasanya 3 bulan sekali

menjadi 1 bulan sekali.

Peran pekerja sosial profesional dalam perlindungan hak pekerja anak

berperan sebagai advocator. Dengan melakukan kerja sama dengan Lembaga

Bantuan Perlindungan Anak yang sudah menjalin hubungan dengan YPSI. Pekerja

sosial profesional melihat langsung program literacy class dalam kaitannya

melindungi hak pekerja anak. Selama literacy class berjalan, apakah ada pelanggaran

hak dan hukum dengan melihat sympthom atau gejala dan dampak yang dilakukan

oleh lingkungan sekitar anak tersebut. Untuk menanyakan dengan kegiatan sebagai

pekerja anak menganggu mereka untuk mendapatkan haknya, baik pelanggaran hak

tersebut dilakukan oleh orang tua kandung atau oleh lingkungan sekitar.

Page 74: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

Batasannya adalah pemberian perlindungan yang diberikan pekerja sosail

profesional adalah tidak mencampuri urusan intern atau keluarga pekerja anak.

Pekerja sosial profesional bisa bertanya dan belajar dengan para kader dan

koordinator lapangan yang mengetahui langsung sekitar pekerja anak daerah

dampingan. Dengan belajar ilmu advocate, mempermudah pekerja sosial profesional

ketika berkoordinasi dengan para advocator.

Page 75: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelayanan pendidikan melalui program literacy class:

a. Pelayanan pendidikan yang diberikan YPSI berawal dari proses awal

memilih kriteria anak dampingan yang terpilih sekitar 50 anak di RW 04

serta 4 orang ibu kader yang dilatih mrnjadi guru.

b. Kegiatan literacy class yang diikuti anak dampingan pekerja anak

merupakan sekolah anak usia dini yang materi belajarnya langsung kepada

saraf motorik berupa gerakan tubuh.

c. Dalam mengetahui perkembangan program literacy class, YPSI

mengadakan home visit yang bertujuan untuk memberitahukan kepada

orang tua tentang perkembangan anaknya serta orang tua diharapkan

memberikan kritik dan saran kepada YPSI.

2. Perlindungan Hak melalui program literacy class

a. Dalam melakukan perlindungan terhadap pekerja anak YPSI bekerja sama

dengan Lembaga Bantuan Perlindungan Anak (LBPA).

Page 76: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7218/1...tukang semir, tukang koran dan sebagainya. Meskipun jumlah pekerja anak di kota telah

b. YPSI melakukan pertemuan dengan LBPA atau lemabag abntuan hukum

lainnya kepada pekerja anak supaya anak dampingan bisa menyalurkan

aspirasinya.

B. Saran

1. YPSI

a. Program literacy class fasilitas baik sarana maupun prasarana lebih

ditingkatkan agar LSM lain berinisiatif mendirikan program yang sama.

b. YPSI merekrut pekerja sosial professional agar acra memberdayakan serta

mensejahterakan masyarakat sesuai dengan ilmunya, tidak hanya learning

by doing.

2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Diharapkan untuk sering mengadakan seminar atau kajian yang membahas

pekerja anak pekerja tentang perlindungan hak pekerja anak. Karena selama

ini isu pekerja anak kebanykan eksploitasi dan diskriminasi. Serta

mendatangkan langsung pekerja anak agar bisa berkomunikasi langsung

dengan stakeholder.