Bab 1 Pendahuluan

download Bab 1 Pendahuluan

of 12

description

skripsi trus

Transcript of Bab 1 Pendahuluan

12

BAB 1 PENDAHULUAN

1 .1 Latar Belakang MasalahKehidupan masyarakat kita bahwasannya jenis kelamin seseorang hanyalah ada dua yakni laki- laki dan perempuan. Selain jenis kelamin tersebut dianggap suatu ketidaknormalan. Ketidak normalan tersebut masih dianggap tabu dan harus dinormalkan agar tidak menjadikannya suatu aib dalam masyarakat. Sebagi individu yang normal maka kita setidaknya harus berprilaku dan berpenampilan sebagaimana dengan jenis kelamin kita. Laki- laki berpenampilan dan berprilaku layaknya laki- laki pada layaknya, begitu pula dengan perempuan berprilaku dan berpenampilan layaknya perempuan pada dasarnya. Namun pada kenyatannya dalam kehidupan masyarakat banyak sekali individu yang tidak berprilaku dan berpenampilan layaknya jenis kelamin mereka. Meskipun banyak masyarakat yang menganggap keberadaan waria sebagi suatu masalah namun dewasa ini komunitas mereka kian semakin bertambah banyak. Di Indonesia jumlah waria adalah 7 juta jiwa atau tengah 10% dari jumlah penduduk Indonesia (Muslim, 2011) Lelaki mempunyai pelbagai ciri jenis kelamin yang membedakan mereka daripada perempuan. Serupa dengan perempuan, organ seks mereka merupakan sebagian dari sistem pembiakan yang terdiri dari zakar, testis, vas deferens serta korda spermatik yang lain, dan kelenjar prostrat. Sistem reproduksi lelaki berfungsi semata-mata untuk penghasilan dan pemancaran air mani yang mengandung sperma. Informasi genetik terkandung dalam sel zoosperma. Sperma kemudian memasuki rahim perempuan dan kemudian tuba falopi untuk membuahi telur yang akan berkembang menjadi janin, dengan kata lain sistem perkembangbiakan lelaki tidak memainkan peranan apapun sewaktu gestasi.Ciri-ciri kelamin sekunder seperti bulu roma dan pertumbuhan otot dipergunakan untuk menarik perhatian pasangan atau untuk menaklukkan pesaing. Bagaimanapun, semua ciri sekunder itu sering berkaitan dengan pembiakan. Berbeda dengan perempuan, kebanyakan dari organ seks lelaki terdiri dari bagian-bagian luar, walaupun terdapat juga bagian dalam, umpamanya kelenjar prostrat. Penyelidikan pembiakan lelaki dan organ-organ berkait disebut andrologi. Kebanyakan meski tak semuanya lelaki mempunyai jumlah kromosom 46/XY.Faktor-faktor biologi biasanya bukan merupakan penentu tunggal untuk menganggap adakah seseorang itu lelaki atau tidak. Umpamanya, banyak lelaki dilahirkan tanpa fisiologi lelaki yang tipikal (perkiraannya berbeda-beda di antara satu per-2.000, dan satu per-100.000), dan sebagian individu dengan kromosom XY mungkin mempunyai perbedaan hormon ataupun perbedaan genetik (seperti sindrom ketidaksensitifan androgen), atau keadaan interseks yang lain; seseparuh orang interseks dan orang-orang lain yang mempunyai jenis kelamin tertentu sewaktu dilahirkan, kemudian menggantikan jenis mereka. Secara fisik, laki-laki memiliki struktur fisiologi yang tangguh, seperti masa otot yang jauh lebih banyak daripada perempuan, tubuh wanita memiliki kekuatan hanya 1/3 dari tubuh laki-laki, pengaruh hormon pria seperti testosreron memengaruhi dengan kental tubuh pria sehinngga pria dengan mudahnya membangun otot, laki-laki mempunyai suara besar, berkumis, berjenggot, pinggul lebih ramping, dada yang datar. (Herdiana, 2012) Dari segi rupa dan perawakan, tidak banyak lelaki menggunakan kosmetik atau pakaian yang secara umum terkait kepada perempuan. (Berbuat demikian dikenal sebagai bencong alias waria dan, secara umum dipandang hina.)Laki-laki yang menggunakan kosmetik atau pakaian yang secara umum terkait kepada perempuan yang biasa dikenal sebagai waria merupakan laki- laki yang tidak normal secara biologis atau hormonal. Karena mengalami suatu ketidaknormalan pada hormon inilah yang membuat seorang laki-laki berkeinginan untuk berpenampilan seperti wanita atau biasa dikenal wanita dalam pria atau waria. Waria adalah seorang yang terlahir sebagai laki-laki, kemudian berdasarkan faktor internal dan eksternal orang tersebut mempunyai keinginan untuk mengubah identitas kelaminnya ( identitas gender) menjadi seseorang yang menyerupai wanita baik fisik maupun tingkah lakunya. Faktor penyebab munculnya perubahan prilaku laki-laki menjadi seorang waria dapat ditinjau dari beberapa perspektif yaitu; Perspektif biologis yaitu berhubungan dengan masalah hormonal, perspektif bihavioristik berkaitan dengan penguatan yang diberikan oleh keluarga atau orang lain ketika anak berprilaku / berpenampilan seperti perempuan sedangkan perspektif sosiokultural berkaitan dengan faktor budaya yang diduga mempengaruhi perubahan prilaku dari laki-laki menjadi waria. Karena faktor- faktor itulah seorang laki- laki bisa berubah serta berkeinginan untuk menjadi seorang waria.Secara umum laki-laki yang bersikap dan berpenampilan seperti wanita dianggap hina oleh masyarakat. sehingga banyak masyarakat yang menentang serta mengucilkan seorang laki-laki yang berpenampilan serta bersikap seperti wanita atau menjadi seorang waria. Penentangan-penentangan dan pengucilan yang masyarakat lakukan pada seorang waria biasanya berupa suatu tindakan pendiskriminasian seperti penghinaan (menjadikan keluarga dan diri waria tersebut sebagai buah bibir atau bahan pembicaraan), kendala-kendala dalam kehidupan bersosial masyarakat serta pencabutan sebagian hak-hak asasi manusianya sebagai warga negara Indonesia, misalnya kendala-kendala diberbagai instansi sekolah. Namun, meskipun mereka tahu bahwa dengan menjadi seorang waria mereka akan memperoleh pendiskriminasian sosial serta kendala-kendala dalam kehidupan bersosial masyarakat, hal tersebut tidaklah menyurutkan keinginan mereka untuk menjadi seorang waria.Umumnya di dalam pergaulan sehari-hari kaum waria atau penyandang gangguan identitas gender ini cenderung menutup diri dari masyarakat karena kehadiran mereka ditengah-tengah masyarakat belum sepenuhnya bisa diterima. Gangguan identitas gender harus dibedakan dengan pola rangsangan homoseksual dari laki laki yang kadang berperilaku feminin (dikenal dengan sebutan gay) atau perempuan dengan pola rangsangan homoseksual dan tingkah laku maskulin (disebut juga lesbian). Individu semacam itu tidak merasa sebagai perempuan yang terperangkap dalam tubuh laki laki atau memiliki keinginan untuk menjadi perempuan atau sebaliknya. Individu ini memiliki suatu hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan tidak enak atau tidak sesuai dengan anatomi seksualnya dan menginginkan untuk memperoleh terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkannya. Seorang Gay dan waria memiliki persamaan yaitu sama-sama tertarik pada laki-laki. Perbedaannya adalah bahwa pada waria diikuti dengan pengidentifikasian diri sebagai wanita, sehingga cara berpakaian, cara bicara dan dalam banyak hal berusaha untuk sama seperti wanita sesungguhnya. Pada gay penampilan dirinya masih sebagai laki-laki, sehingga cara berpakaiannya pun sama seperti laki-laki heteroseksual pada umumnya, namun orientasi seksualnya sejenis. Sementara pada waria memiliki preferensi seksual menyukai sejenisnya dengan pengidentikasian diri sebagai seorang wanita yang sudah sewajarnya menyukai laki-laki.Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, pandangan terhadap perbedaan orientasi seksual dan identitas gender di luar hubungan antara laki-laki dengan perempuan masih sangat tabu dan masih menjadi perdebatan. Hal itu disebabkan karena secara umum hubungan yang dianggap normal hanyalah hubungan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi pemikiran, bagaimana kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender/ Transseksual) bisa diterima dan dapat hidup berdampingan dengan kaum heteroseksual pada khususnya dikalangan masyarakat dan ditengah-tengah lingkungannya, serta manusia pada umumnya. Perilaku yang timbul di tengah masyarakat yang sejak dulu hingga sekarang terhadap kaum LGBT akhirnya menciptakan konstruksi sosial yang menjustifikasi bahwa kaum LGBT terutama waria, adalah penyakit masyarakat, kutukan tuhan, sehingga wajar didiskriminasi dan perlu disembuhkan. Inilah yang disebut stigmatisasi. Namun jika kita berpijak pada hak asasi manusia seharusnya pandangan-pandangan atau penafsiran-penafsiran miring terhadap kaum LGBT haruslah dibuang. Karena mereka sebagai manusia juga mempunyai hak-hak yang sama dengan manusia lainnya dan mereka juga berhak untuk bisa hidup sejahtera. Dari pandangan yang menabukan kaum LGBT terutama kaum waria, hal ini berimbas juga ke dalam strata kehidupan bermasyarakat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan mereka juga ada yang menerima dan ada juga yang menolak.Dari fakta-fakta yang ada di dalam kehidupan masyarakat dapat kita mengerti bahwasannya Waria merupakan masalah sosial yang berada ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Karena semakin banyaknya jumlah waria yang ada dalam kehidupan masyarakat pastinya membuat masyarakat khawatir. Kekhawatiran masyarakat terjadi karena semakin banyaknya jumlah waria maka semakin banyak pula masalah yang berkaitan dengan waria tersebut. Karena dalam kehidupannya waria selalu dikaitak dengan suatu ketidak mampuan bersosialisasi (disorganisasi sosial), diskriminasi sosial dalm bentuk-bentuk pengucilan oleh masyarakat serta penyakit menular HIV/ AIDS karena hubungan sex yang tidak diperkenankan. Masalah sosial yang terkait dengan waria ini akan banyak menimbulkan kerugian. Dalam hal ini interaksi sosial sangat dibutuhkan oleh waria, apalagi dalam hubungannya dengan lingkungan dimana ia tinggal. Interaksi sosial antara waria dengan lingkungan sekitar nantinya akan mempengaruhi akses bagi para kaum waria untuk memperoleh kesejahteraan sosial, karena tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa orang lain, bantuan, kerjasama, dan persaingan yang dapat menambah semangat hidup dalam berkompetisi yang baik dan sehat. Kesejahteraan sosial diantaranya juga termasuk kesejahteraan waria. Waria yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik, tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan peluang-peluang sosial tidak lagi terbuka lebar untuknya. Selain mereka mengalami masalah pada dirinya (secara biologis) mereka juga tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan mereka serta mendapatkan pendiskriminasian sosial dari masyarakat sehingga para waria sulit untuk mencapai suatu kesejahteraan sosial karena kebanyakan dari waria sulit memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri dan bertumbuh.Sulitnya menjalankan interaksi sosial bagi kaum waria akan mempersulit para waria itu sendiri dalam hal sosial inklusi dan membuka lebar masuknya budaya diskriminasi sosial bagi kaum waria yang akan mempersulit para waria dalam memenuhi kebutuhan hidup dan memperoleh kesejahteraan sosial. Sosial inklusi merupakan kondisi dimana semua masyarakat akan membuka diri bagi para waria dan memberikan kesempatan dan hak yang sama bagi semua kaum waria untuk bisa hidup seperti layaknya manusia pada umumnya atau normal (tidak disability). Tantangan yang harus dihadapi dan dilalui oleh seorang waria tidak hanya setelah mereka berproses dari seorang laki-laki hingga menjadi seorang waria, namun tantangan yang ada dihadapan mereka sudah ada sejak mereka hendak berproses, pada saat berproses hingga mereka benar-benar menjadi seorang waria, dalam prosesnya kendala-kendala yang harus dihadapi seorang laki-laki yang ingin menjadi seorang waria tidak hanya berasal dari satu pihak saja tetapi dari beberapa pihak. Dalam hal ini yang dimaksud dengan kendala-kendala berdasarkan sudut pandang waria adalah suatu halangan, rintangan, gendala. Atau bisa dimaknai juga dengan suatu faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi atau mencegah pencapaian sasaran : kekuatan yang memaksa pembatalan pelaksanaan. (Bahasa., 1990)Berdasarkan observasi yang dilakukan pada (Januari, 2011) dan pengalaman yang langsung berhubungan dengan waria pada saat penulis sedang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) menunjukkan fenomena bahwa pihak-pihak yang biasanya menjadi sumber kendala dalam proses pengambilan keputusan seorang laki-laki untuk menjadi waria adalah pihak; ( i) Keluarga Kendala dalam proses pengambilan keputusan seorang laki- laki untuk menjadi waria yang pertama adalah dari pihak keluarga dimana kebanyakan pihak keluarga tidak begitu saja mengijinkan anak atau anggota keluarga mereka untuk menjadi seorang waria dengan alasan hal tersebut merupakan perbuatan dosa karena dilarang oleh agama, akan menebar aib bagi keluarga dan membuat pihak keluarga besar malu dihadapan masyarakat serta akan menjadikan subyek dan keluarganya sebagai bahan gunjingan masyarakat karena telah menjadi dan memiliki anggota keluarga yang bermasalah serta memiliki kelainan atau berbeda dengan laki- laki normal pada umumnya. Perihal tersebut membuat subyek dan pihak keluarga merasa tidak nyaman dan tidak leluasa dalam menjalankan aktifitasnya dalam bermasyarakat karena mereka merasa bahwa saat itu tidak ada masyarakat yang benar-benar mengerti dan memahami tentang posisi mereka. Karena hal itulah sehingga pihak keluarga akan berusaha keras untuk melarang dan menghalangi anak atau anggota keluarga mereka untuk menjadi seorang waria. Artinya fakta dilapangan mengatakan sebagian besar para keluarga tidak merestui dan tidak mengijinkan anak mereka menjadi seorang waria karena pihak keluarga merasa dengan mengijinkan anak mereka menjadi seorang waria maka hal tersebut sama dengan halnya mengijinkan anak mereka berbuat dosa. Selain itu menurut anggota keluarga mereka dengan mengijinkannya anak mereka menjadi seorang waria maka hal tersebut akan membuat nama baik keluarga mereka tercemar sehingga akan dijadikan bahan pembicaraan oleh semua orang dan hal tersebut akan membuat pihak keluarga merasa malu. Untuk mencegah hal tersebut terjadi maka pihak keluarga akan berusaha keras untuk melarang anak mereka menjadi seorang waria. (ii) TetanggaKendala yang kedua dalam proses pengambilan keputusan seorang laki-laki untuk menjadi waria adalah dari pihak tetangga dimana masyarakat kita adalah masyarakat yang sebagian besar bersifat kekeluargaan. Dimana sifat dari masyarakat yang kekeluargaan adalah keperduliannya terhadap lingkungan sekitar sangatlah tinggi sehingga jika ada seorang tetangga mereka diketahui bermasalah dan bersifat menyimpang apalagi hal tersebut masih dianggap tabu dan dilarang oleh agama biasanya mereka akan langsung memberi respon cepat dan akan segera mereka jadikan bahan pembicaraan (gosip). Biasanya masyarakat dan tetangga mereka akan saling membicarakan antara yang satu dengan tetangga yang lain mengenai individu yang memiliki sikap dan sifat seperti seorang waria tersebut. Hal tersebut akan dilakukan hampir setiap hari disaat para tetangganya tersebut berkumpul- kumpul bersama untuk bergosip dan berbincang- bincang. Selain itu masyarakat akan merasa penasaran mengenai apa penyebab dan bagaimana awal mula individu tersebut bisa bersikap menjadi seorang waria. Rasa penasaran tersebut biasanya akan menarik perhatian tetangganya untuk mencari dan mengumpulkan informasi mengenai hal tersebut dari semua masyarakat yang mereka anggap tahu dan memiliki banyak informasi mengenai hal tersebut.Dari hasil pengamatan sementara biasanya para tetangga akan membicarakan dan mengosipkan individu tersebut terutama disaat subyek sedang melitas dan lewat di hadapan mereka. Ini akan berlangsung hingga masyarakat merasa informasi yang mereka miliki cukup lengkap dan ada topik pembicaraan lain yang sedang hangat dibicarakan, namun hal tersebut akan kembali terjadi jika subjek kembali memberikan sensasi yang dianggap menarik atau mengejutkan oleh masyarakat. Hal tersebut membuat pihak keluaraga subjek merasa tidak nyaman hidup secara sosial masyarakat serta merasa malu dan tidak nyaman (risih), demikian halnya dengan subjek secara pribadi. (iii) Teman Seorang anak laki- laki yang memiliki kelainan dalam bersikap dan berpenampilan maka hal tersebut akan dijadikan bahan ejekan yang tidak akan pernah ada henti sampai anak tersebut menyelesaikan sekolahnya dan lulus. Ejekan tersebut akan membuat anak tersebut tidak memiliki banyak teman dan termarjinalkan sehingga akan menciptakan suasana belajar yang kurang nyaman dan tidak kondusif. Misalnya ketika disekolah subjek akan diolok- olok dan dipermainkan oleh teman laki- lakinya, hal ini dilakukan karena teman- teman subjek merasa subjek lemah, lembek, dan tidak akan bisa melawan karena subjek bersikap serta bersifat seperti perempuan atau biasa dikenal dengan sebutan bencong. Hasil pengamatan pengalaman pribadi biasanya ketika dikelas diadakan tugas kelompok maka tidak akan ada teman-teman subjek yang mau bekerja satu kelompok dengan subjek, jikapun ada biasanya subjek hanya dimanfaatkan untuk mengerjakan semua tugas tersebut hingga selesai dan benar. Hal ini membuat subjek merasa tidak nyaman ketika berada dilingkungan sekolah, ini dikarenakan subjek merasa tidak dihargai dan selalu dipermainkan sehingga terkadang membuat subjek emosi dan marah dikelas. Kondisi tersebut merupakan kendala yang harus dihadapi oleh seorang laki- laki yang ingin menjadi seorang waria. Dikatakan kendala karena hal tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman, ketegangan, kegelisahan, kerugian secara mental dan sosial, dll, yang kesemuanya tersebut merupakan dinamika sosial dalam proses pengambilan keputusan laki- laki menjadi seorang waria.Pada proses seseorang untuk mengambil suatu keputusan menjadi seorang waria banyak mengalami kendala- kendala sosial hal ini tidaklah menyurutkan keinginan mereka untuk menjadi seorang waria dan bertahan pada kondisi mereka sebagi seorang laki- laki sebagaimana mereka mestinya seperti kondrat mereka secara lahiriah. Yang menarik hingga saat ini adalah keberadaan waria terus ada dan jumlahnya pun semakin banyak, yakni 700 jiwa atau 10% dari jumlah penduduk di Indonesia. Perbedaan suatu proses pengambilan keputusan seorang laki-laki menjadi waria yang satu dengan waria yang lainnya ini yang membuat penelitian ini menarik dan unik. Permasalahan sosial seperti inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang bertema: PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN dan mengambil judul penelitian tentang Proses Pengambilan Keputusan Laki-laki Menjadi Waria (studi kasus, waria di Jalan Jawa, Tegal Boto, Kecamatan Sumber Sari, Jember)

1.2 Rumusan MasalahKehidupan sehari-hari jika seorang laki- laki berpenampilan serta berperikalu layaknya seorang laki- laki pada umumnya maka hal itu sudahlah wajar, jika laki- laki berpenampilan serta berperilaku seperti wanita atau menjadi seorang waria hal ini tidaklah wajar dan masih dianggap tabu dalam kehidupan masyarakat. Meskipun demikian dewasa ini jumlah waria dalam kehidupan masyarakat semakin banyak. Di Jember waria membangun komunitas di sekitar kampus dan stasiun kereta api Jember, serta biasa mengadakan pertemuan anggota waria di depan kantor DPRD Jember. Dan sampai saat ini jumlah waria yang berada di kabupaten Jember yakni adalah 250 orang waria yang tersebar di berbagai kecamatan di jember (Interaktif, 2010).Pada dasarnya waria juga manusia yang memiliki keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan diterima oleh semua masyarakat yang ada disekelilingnya. Waria juga berhak atas semua Hak Asasi Manusia yang diperoleh semua orang, karena waria juga berhak untuk sejahtera. Namun pada kenyataannya waria banyak mendapat kendala-kendala-kendala-kendala dari semua kalangan ( baik itu dari dunia pendidikan, lapangan pekerjaan atau pangsa kerja, maupun dari lingkungan masyarakat disekitar waria tersebut tinggal).Pada satu surat kabar (Ichal, 2008) dituliskan, " suara perwakilan dari kaum waria bahwasannya mereka ingin diperlakukan sama seperti masyarakat biasanya, mereka ingin diakui, tidak diasingkan atau termarjinalkan baik secara sexualitas maupun sosial," sementara itu dalam (Banyumas, 2005) dikabarkan " seorang waria dibunuh oleh adik costnya lantaran perbedaan persepsi". Diberitakan dalam (Interaktif, 2010) bahwa " ratusan waria dalam persatuan WAGAYO ( Waria dan Gay Organisation) berdemo di Alun-alun kota Jember menuntut persamaan Hak Asasi Manusia, mereka menuntut bahwasannya kaum mereka untuk menuntut ilmu dibangku pendidikan dan diberikan hak-haknya sebagai warga Negara Indonesia sama dengan individu-individu lainnya yang dianggap normal oleh masyarakat pada umumnya tanpa diskriminasi sosial." Gambar 1.1 : Foto dokumentasi waria saat berdemo menuntut persamaan HAM

Sumber : Diolah berdasarkan pada (Interaktif, 2010)Seharusnya jika seseorang sudah mengetahui bahwa masalah dan tantangan sosial yang akan mereka hadapi disaat maupun setelah mereka berproses menjadi seorang waria begitu banyak, sehingga mempersulit mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka akan merubah keputusan mereka untuk berproses dan menjadi seorang waria. Namun, pada kenyataannya walaupun demikian mereka masih tetap berkeinginan untuk menjadi seorang waria. Hal inilah yang membuat penelitian tentang bagaimana proses pengambilan keputusan laki- laki menjadi waria menarik untuk dilakukan.Walaupun masyarakat di sekitar mereka ada yang menerima dan ada yang menolak akan kehadiran mereka namun kaum LGBT tetap hidup di tengah-tengah masyarakat. Mereka tumbuh hidup, berusaha dan bersosialisasi layaknya seperti manusia yang lain. Mereka dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga. Karena itu mereka juga layak untuk hidup, memperoleh pendidikan, dijauhkan dari rasa takut, memperoleh perlakuan hukum yang adil dan setara, memperoleh pekerjaan sebagaimana konsep universal Hak Asasi Manusia. Fakta sosial mengatakan bahwasannya lahirnya seorang waria disebuah lingkungan sosial akan menimbulkan dan memicu suatu tindakan diskriminasi sosial yang akan menghambat timbulnya kehidupan sosial masyarakat yang tidak harmonis, sehingga kesejahteraan sosial waria akan sulit untuk dicapai.Meskipun demikian, adanya seorang waria dalam kehidupan masyarakat tidak serta merta muncul begitu saja. Ada faktor yang mendorong dan memicu lahirnya seorang waria. faktor-faktor pemicu seorang laki-laki menjadi waria sangatlah komplek dan beragam, baik itu berasal dari faktor biologis, bihavioristik maupun sosiokultural. Faktor- faktor inilah yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan dalam proses untuk menjadi seorang waria. Dan perbedaan- perbedaan faktor ini juga yang nantinya akan membuat suatu proses seorang laki-laki menjadi seorang waria yang satu dengan yang lain akan berbeda dan unik. Mengacu pada latar belakang tersebut maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses pengambilan keputusan seorang laki-laki menjadi Waria?2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pengambilan keputusan laki-laki menjadi waria?

1.3 Tujuan Penelitian Setiap aktivitas dalam sebuah penelitian pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Hal ini bertujuan untuk memberi arah pada saat seorang penulis melakukan aktivitas penelitiannya agar dalam proses tersebut penulis tidak keluar dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:1) Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan laki-laki menjadi waria2) Untuk mengetahui tentang kendala-kendala dalam proses pengambilan keputusan laki- laki menjadi waria

1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan dari suatu penelitian diharapkan mempunyai manfaat dari hasil penelitian. Dalam hal ini manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :a. Dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas tentang kehidupan dan dampak menjadi seorang waria, b. Dapat menginformasikan tentang faktor-faktor pemicu seorang laki-laki menjadi seorang waria, c. Dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana antisipasi dalam cara mendidik anak laki-laki agar tidak menjadi waria, dll.

1