Bab 1 Pendahuluan

31
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill) merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Pembelajaran Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai bagian dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni yang diharapkan setelah menamatkan studi, Mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang. Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu:Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Speaking (berbicara) merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat kemampuan berbicara (speaking ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, pronunciation (pelafalan) dan kemampuan siswa dalam penyampaian kata atau kalimat yang bisa diterima. Perbedaan secara pelafalan antara bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul pada saat belajar berbicara dalam bahasa Inggris. Kemampuan siswa bahasa inggris siswa kelas

description

1

Transcript of Bab 1 Pendahuluan

Page 1: Bab 1 Pendahuluan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill) merupakan sebuah syarat

mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Pembelajaran

Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai

bagian dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi

dan Seni yang diharapkan setelah menamatkan studi, Mereka mampu tumbuh dan

berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal

hidup di masa mendatang.

Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat

keterampilan berbahasa, yaitu:Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis. Semua itu

didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan

Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat

keterampilan berbahasa di atas, Speaking (berbicara) merupakan salah satu kemampuan

berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran

Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat kemampuan

berbicara (speaking ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata,

pronunciation (pelafalan) dan kemampuan siswa dalam penyampaian kata atau kalimat

yang bisa diterima. Perbedaan secara pelafalan antara bahasa Inggris sebagai bahasa asing

dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul pada

saat belajar berbicara dalam bahasa Inggris. Kemampuan siswa bahasa inggris siswa kelas

Page 2: Bab 1 Pendahuluan

2

VII A SMP MA’ARIF 03 Batu dari pengamatan penulis masih rendah. Hal ini

diindikasikan dengan mengekspresikan ide dalam bahasa Inggris secara lisan sering

berhenti di tengah pembicaraan, durasi bicara rata – rata di bawah 5 menit, menggunakan

kosa kata sangat terbatas, kurang keberanian untuk memulai berbicara dalam bahasa

Inggris baik kepada guru maupun teman sekelas (Suganda, et al:2007). Pembelajaran

bahasa Inggris hanya terfocus pada transactional interpersonal dan functional

menunjukkan bahwa siswa hanya menjawab pada pokok gagasan saja, kurang dapat

mengembangkan jawaban bahkan bertanya dalam bahasa Inggris. Singkatnya jawaban

yang diberikan kepada siswa bukan menunjukkan ketebatasan ide, akan tetapi lebih pada

kemampuan berbicara bahasa inggris yang masih rendah (Suganda, et. Al: 2007)

Model pembelajaran bahasa Inggris dengan menekankan pola permainan terbukti

dapat lebih meningkatkan kemampuan siswa menguasai materi ajar. Tingkat permainan

model pembelajaran yang tidak murni belajar di kelas menjadikan siswa menyenangi

pembelajarannya. Menggunakan permainan dalam bahasa Inggris sangat disarankan untuk

membangun kemampuan yang dirasa cukup kompleks.

Snake and Ladder adalah permainan yang sudah dikenal siswa sebelumnya. Dalam

domain / alamiah Snake and Ladder lebih menekankan siswa untuk menggunakan

komunikasi verbal dari komunikasi visual dan motorik. Oleh karenanya menggunakan

permainan Snake and Ladder yang memodifikasi dalam pembelajaran bahasa Inggris

perlu untuk dilakukan. Peneliti melihat perlu untuk meningkatkan kemampuan berbicara

siswa dengan menggunakan permainan snake and Ladder ini. Diharapkan dapat

meningkatkan komunikasi verbal dalam bahasa Inggris kemampuan berbicara siswa dalam

bahasa Inggris dapat ditingkatkan..

Page 3: Bab 1 Pendahuluan

3

Setelah mengamati uraian di atas, dapat dilihat sebuah gambaran kegagalan terhadap

hasil dan proses belajar dan hal tersebut merupakan masalah yang harus segera diatasi.

Sebagai upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari metode dan

strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar bahwa di era

Kurikulum 2013 ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu mencari

satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM

GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif ,Menyenangkan, Gembira dan

Berbobot) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan

pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu

memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang

mereka butuhkan.

Berlatar belakang paparan diatas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Kemampuan Bicara Siswa Dalam Bahasa Inggris Melalui

Permainan Snake and Ladder di Kelas VII-A SMP MA’ARIF 03 BATU”

1.2 Rumusan Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Factor – factor apa saja yang menyebabkan rendahnya kemampuan berbicara

bahasa Inggris siswa?

2. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa

Inggris siswa?

3. Apakah penggunaan permainan snake and ladder dapat meningkatkan

kemampuaan berbicara siswa dalam bahasa Inggris?

Page 4: Bab 1 Pendahuluan

4

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa

Inggris.

2. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara dalam bahasa

Inggris.

3. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan metode dan

media pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berbicara

siswa.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi Guru

a. Dapat mengembangkan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat

memotivasi siswa untuk lebih terlibat secara aktif dalam pembelajaran

bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi berbicara siswa

b. Memberi masukan bagi rekan – rekan guru dalam meneliti guna

meningkatkan kemampuan siswa dan pembelajaran di kelas.

2. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa inggris yaitu

kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa Inggris secara lisan dalam

menggunakan ide/gagasan.

b.Dapat meningkatkan memotivasi belajar siswa dan member pengalaman

belajar yang menyenangkan serta bermakna

3. Bagi Sekolah

Dapat memberikan masukan bagi siswa sekolah mengenai penggunaan

permainan Snake and Ladder dalam meningkatkan kemampuan berbicara

bahasa Inggris siswa.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan baru mengenai inovasi dalam pembelajaran yang

nantinya akan dijadikan bekal saat terjun di dunia pendidikan

Page 5: Bab 1 Pendahuluan

5

1.5 Definisi Operasional

1. Berbicara bahasa Inggris (speaking) adalah kemampuan untuk

menggungkapkan bahasa Inggris secara lisan dengan menggunakan kosa kata

bahasa inggris serta ide / gagasan yang tersampaikan dengan baik dan benar.

2. Permainan snake and ladder adalah permainan yang menggunakan papan

permainan (board game) dan sebuah dadu (dice) berisikan 10 kotak perintah

yang harus dilakukan oleh pemain (siswa). Kotak perintah sudah di modifikasi

agar siswa menjawab sesuai dengan pertanyaan yang ada di masing – masing

kotak.

Gambar 1. Gambar Snake and Ladder

3. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak

melakukan sesuatu. Dalam hal ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar bahasa

Inggris yaitu dorongan / daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, dan dorongan ini tidak merupakan suatu energy yang menggerakkan siswa untuk

belajar bahasa Inggris tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan kegiatan siswa pada

tujuan belajar bahasa Inggris.

Page 6: Bab 1 Pendahuluan

6

1.6 Batasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan supaya penelitian ini lebih efektif dan terarah. Adapun

hal – hal yang membatasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Materi yang di bahasa adalah materi Introduction, time, and family members pada

penerapan media Snake and Ladder.

2. Hasil yang diharapkan adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas VII A dalam

meningkatkan kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris.

3. Peran keaktifan siswa dalam berbicara dalam bahasa Inggris menunjukkan

pemahaman siswa ketika belajar di kelas.

Page 7: Bab 1 Pendahuluan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2. 1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktifitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap orang

yang mengalami belajar dalam hidupnya. Setiap manusia perlu proses pendewasaan, baik

pendewasaan secara fisik maupun psikis atau kejiwaan. Pendewasaan pada diri seseorang

tidak bisa sempurna tanpa dukungan dengan pengalaman berupa pelatihan, pembelajaran,

serta proses belajar. Artinya, belajar dan pemberlajaran merupakan proses penting bagi

seseorang untuk menjadi dewasa.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang

hidupnya, sejak dilahirkan hingga manusia mati. Proses belajar terjadi karena ada interaksi

antara seseorang dan lingkungan sekitarnya. Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana

saja. Salah satu pertanda seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada

diri seseorang, yang telah terjadi perubahan tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau

sikapnya.

Proses belajar bisa dilakukan disekolah maupun di luar sekolah, yaitu masyarakat

dan keluarga. Belajar juga bisa melalui jalur formal, nonformal, dan jalur informal.

Apabila proses belajara diselenggarakan secara formal di sekolah – sekolah dimaksudkan

untuk mengarahkan perubahan pada duru siswa secara terencan, baik dalam aspek

pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Arsyad, 2006:1). Sebab proses belajar

disekolah dijalankan berdasarkan kurikulum dan program pembelajaran yang telah

disusun secara sistematis.

Menurut sabri (2005:20), belajar adalah proses perubahan perilaku berkat

pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku,

baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek

pribadi.

Di sisi lain , belajar berarti kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang oendudukan. Artinya,

berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses

Page 8: Bab 1 Pendahuluan

8

belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah, masyarakat, serta di

lingkungan keluarganya sendiri (Syah, 2004:63)

Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning: The View from Cognitive

Psychology mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu: rumusan: rumusan

kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

Secara kualitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau

pengembangan kemampuan kognitif denganfakta sebanyak – banyaknya. Jadi belajar

dalm hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa

Secara Institusional (ditinjau kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi

(pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atau materi – materi yang telah dipelajari. Bukti

institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya

dengan proses mengajar. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan

guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa, yang kemudian dinyatakan

dalam bentuk skor atau nilai.

Berdasarkan pengertian – pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan secara umum bahwa pada dasarnya belajar adalah proses kegiatan yang

mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang, perubahan itu dpaat

berupa sesuatu yang akan terlihat nyata atau yang masih tersembunyi, dapat berupa

pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan sikap yang lebih baik, dan perubahan yang

terjadi berlaku dalam tempo yang relative lama dan disertai usaha. Muhibbin Syah.

Psikolog Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2004)Cet.IX,h.91-92

2.1.2 Faktor – factor yang mempengaruhi belajar

Meski melalui proses belajar yang sama, hasil belajar yang dicapai seseorang tidak

bisa sama. Sebab proses belajar dipengaruhi berbagai factor yang bisa menyebabkan

pencapaian hasil belajar menjadi beragam karena berbagai factor, baik factor internal

maupun factor eksternal.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua factor utama, yaitu factor internal dari

dalam diri siswa (internal factor) dan factor yang dating dari luar dari siswa atau factor

lingkungan (external factor). Factor dari dalam diri siswa terutama menyangkut

Page 9: Bab 1 Pendahuluan

9

kemampuan yang dimiliki siswa. Factor ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil

belajar yang akan dicapai.

Teori belajar disekolah (Theory of School Learning) dari Bloom, menunjukkan ada

tiga variable utama dalam teori belajar disekolah, yaitu karakteristik individu, kualitas

pengajaran, dan hasil belajar siswa. (Angkowo, 2007:51). Karakter individu ini terkait

dengan psikologis seseorang, mulai IQ, WQ, dan SQ. sedangkan kualitas pengajaran

terkait dengan proses dimana seseorang belajar. Ketiganya saling mempengaruhi secara

stimultan dan bersifat korelatif.

Menurut Yamin (2007:141), factor – factor yang memepengaruhi belajar diantaranya:

a. Bakat dan kecepatan belajar

Bakat ini terkait dengan instensi dan keinginan. Semakin tinggi keinginan siswa maka

akan semakin kelihatan bakatnya. Masing – masing siswa memiliki kecepatan belajar

yang berbeda – beda dalam mempelajari suatu pelajaran, dan kecepatan belajar siswa

berbeda dalam mempelajari pelajaran yang berbeda.

b.Kemampuan untuk menguasai pelajaran

Setiap mata pelajaran, tergantung dari mode pembelajaran (Instructional mode) yang

diguanakan dalam mata pelajaran tersebut,mempersyaratkan kemampuan atau

keterampilan siswa yang berbeda (verbal ability, oral ability, dll). Kemampuan siswa

dalam menguasai materi pembelajaran menjadi factor tersendiri dalam belajar.

c. Mutu program pembelajaran

Mutu program pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:

- Kejelasan dan ketepatan teknik pembelajaran untuk setiap siswa

- Jumlah partisipasi dan latihan dalam belajar untuk setiap siswa

- Jumlah dan jenis penguatan serta unpan balik yang diberikan untuk setiap siswa.

d.Ketahanan ( perseverance )

Setiap siswa berbeda dalam ketahanan dan keuletannya ( persistence ) dalam

mempelajari suatu mata pelajaran berdasarkan pengalaman keberhasilannya dan

pengalamannya dalam mempelajari mata pelajaran tersebut. Ketahanan ini dapat

terpengaruh pada kondisi psikis seseorang. Anak yang psikisnya normal maka daya

konsentrasinya lebih lama dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang psikisnya

Page 10: Bab 1 Pendahuluan

10

kurang. Kondisi ini akan mempengaruhi belajar seseorang. Guru pun harus

memperhatikan dua kondisi peserta didik.

e. Waktu

Setiap siswa membutuhkan jumlah waktu yang berbeda untuk mempelajari dan

menguasai satu mata pelajaran. Kecepatan waktu dalam belajar ini sebenarnya juga

dipengaruhi factor – factor diatas secara simultan.

2.2 Definisi Bahasa Inggris

Sebelum kita faham akan apa definisi bahasa Inggris, terlebih dahulu kita harus paham

mengenai definisi bahasa itu sendiri. Menurut Wittgenstein, bahsa merupakan bantuk

pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan

struktur yang logis. Sedangkan menurut Ferdinand De Saussure, bahasa adalah cirri

pembeda yang menonjol karena dengan bahasa tiap kelompok social mereasa dirinya

sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Ronald Wardhaugh, seorang Linguis

Barat, dalam Introduction to Linguistic memberikan definisi sebagai berikut: bahasa ialah

suatu system symbol – symbol bunyi yang digunakan untuk komunikasi manusia (Asep

Ahmad Hidayat, 2006:22)

Bahasa Inggris sendiri adalah media komunikasi utama bagi manusia di Negara

Inggris, Amerika serikat, Kanada, Australia, New Zeland, Afrika Selatan, dan di banyak

negara lainya. Bahasa Inggris (English) merupakan bahasa resmi dari Negara – Negara

persemakmuran dan dipahami serta dipergunakan secara meluas. Bahasa Inggris

dipergunakan di lebih banyak Negara di dunia di bandingkan dengan bahasa yang lain

kecuali Cina. Bahasa ini juga lebih banyak dipergunakan orang.

Oleh sebab itu dalam dunia pendidikan perlunya bahasa Inggris guna mengenalkan

bahasa internasional yang dipergunakan untuk komunikasi, dan untuk menambah

wawasan tentang berbahasa yang baik dan benar. Keterampilan bahasa juga bermacam –

macam , dalam bahasa inggris ada empat macam keterampilan berbahasa: Speaking,

Reading, Writing and Listening. Keempat keterampilan itu sangat penting dalam belajar

bahasa inggris. Karena dalam belajar bahasa inggris guru mengupayakan ke empat

keterampilan itu di berikan kepada peserta didik.

Page 11: Bab 1 Pendahuluan

11

2.2.1 Keterampilan Berbicara (Speaking Skill)

Keterampilan berbicara (speaking skill) dalam bahasa Inggris merupakan suatu

keterampilan seseorang untuk menyampaikan hasrat dan pemikirannya kepada siapa saja

melalui lisan, akan tetapi, keterampilan berbicara sulit berkembang kalau tidak dilatih

secara terus menerus dan bisa dilakukan dengan rekan-rekan di dalam kelas, guru-guru

bahasa Inggris, atau guru-guru lainnya yang bisa berbahasa Inggris. Tujuannya untuk

memperlancar keterampilan berbicara, memperkaya penggunaan kosa kata, memperbaiki

tatanan berbahasa, menyempurnakan ucapan-ucapan kosa kata, kalimat-kalimat bahasa

Inggris, dan melatih pendengaran sehingga mudah menangkap pesan dari lawan bicara.

Kemampuan berbicara dimiliki pleh semua manusia. Namun keterampilan berbicara

di depan orang banyak belum tentu dimiliki oleh setiap orang. Pembicara harus

mengembangkan teknik – tenik untuk persiapan, untuk menyusun struktur pembicaraan,

untuk mengeluarkan energy dan semangat, serta tidak menangkap dan menanggapi minat

pendengat. Dasar suatu pembicaraan yang efektif adalah persiapan yang kompeten. Pada

zaman sekarang ini semua orang dituntut untuk dapat terampil dalam berbicara. (Bill

Scott, 1987:5)

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau fikiran

dan parasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan. Baik secara berhadapan

ataupun dengan jaraj jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara

merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan

pikiran dan sebagai bentuk tingkah laku social. Sedangkan, Wilkin dalam Maulana (2001)

menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah berbicara.

Menurut aliran komunikatif dan pragmatic, keterampilan berbicara dan keterampilan

menyimak berhubungan decara kuat. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya

pemahaman minimal dan pembicaraan dalam bentuk sebuah kalimat. Dalam konteks

komunikasi, pembicara berlaku sebagai pengirim, sedangkan penerima sebagai penerima

warta. Proses pembelajaran berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik terlibat aktif

berkomunikasi. Evaluasi keterampilan berbicara dilakukan secara berbeda pada setiap

jenjangnya. Misalnya pada tingkat Sekolah Dasar, kemampuan menceritakan, berpidato,

dan lain – lain dapat dijadikan sebagai bentuk evaluasi. (Iskandarwassid, 2006:239)

Page 12: Bab 1 Pendahuluan

12

2.2.2 Tujuan Keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal – hal berikut:

1. Kemudahan berbicara

Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara

sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancer, dan

menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun dihadapkan pendengar umum

yang lebih besar jumlahnya. Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan

yang tumbuh melalui latihan.

2. Kejelasan

Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi

maupun diksi kalimat – kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan

baik. Dengan latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas,

kejelasan berbicara tersebut dapat tercapai.

3. Bertanggung Jawab

Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab

agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh – sungguh mengenai apa

yang menjadi topic pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan

bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya. Latihan demikian akan

menghindarkan peserta didik dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat

lidah yang mengelabui kebenaran.

4. Membentuk Pendengaran yang Kritis

Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak

secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program ini. Disini peserta didik

perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata – kata, niat, tujuan pembicara yang

secara emplisit mengajukan pertanyaan: (1) Siapakah yang berkata, (2) Mengapa ia

berkata demikian, (3) Apa tujuannya, (4) Apa kewenangannya ia berkata begitu?

5. Membentuk Kebiasaan

Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa adanya kebiasaan berinteraksi dalam

bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu ( mother tongue ). Factor ini

demikian penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang.

Page 13: Bab 1 Pendahuluan

13

Tujuan keterampilan berbicara di atas tidak dapat dicapai jika program, pengajaran

dilandasi prinsip – prinsip yang relevan dan pola KBM yang membuat para peserta didik

secara efektif mengalamu kegiatan berbicara.

Biasanya, kesulitan – kesulitan yang dialami oleh pengajar dan peserta didik adalah:

1. Distorsi fonem sebagai masalah artikulasi

2. Masalah gagap yang lebih bersifat individual

3. Pengancuan artikulasi kata – kata karena terlalu cepat keluarnya

4. Kesuliatan pendengaran yang bisa disebabkan oleh suara terlalu keras atau terlalu

lembut

5. Masalah lain yang menyimpang dari garis formal kegiatan (Iskandarwassid, 2011:243)

2.3 Media Pembelajaran

Memahami media pembelajaran paling tidak ditinjau dari dua aspek, yaitu pengertian

bahasa dan pengertian terminology. Kata media berasal dari bahsa latin dan merupakan

bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti ‘perantara’ atau ‘pengantar’.

Kata kunci media adalah “perantara”.

Pengertian media secara terminology cukup beragam, sesuai sudut pandang dari pakar

media pendidikan. Sadiman (2005:6) mengatakan media adalah perantara atau pengantar

pean dari pengirim ke penerima pesan. Dalam bahasa Arab media juga berarti perantara

(wasal) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerimapesan. (Arsyad, 2006:3)

Gagne dalam Karti Soeharto (2003:98) menyatakan bahwa media adalah berbagai

jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Bringgs menyatakan bahwa media adalah alat bantu untuk memberikan perangsangan

kepada siswa supaya proses belajar terjadi. Sedangkan menurut Anderson, media

pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara

karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Secara umum wajarlah

bila peranan seorang guru yang menggunakan media pembelajaran sangatlah berbeda

dengan peranan seorang guru “biasa”.

Page 14: Bab 1 Pendahuluan

14

2.3.1 Fungsi Media Pembelajaran

Pandangan lebih luas tentang media pembelajaran disampaikan oleh Yudhi Munadi,

yang menyatakan media berfungsi secara sosio-kultural (Munadi, 2010:48). Keberadaan

media dapat mengatasi hambatan sosio-kultural peserta didik, terutama saat

berkomunikasi maupun berinteraksi dalam pembelajaran. Sangat mungkin terjadi, sebuah

pembelajaran yang latar belakang siswanya hiterogen dari sisi yang budaya. Bahasanya

berbeda, adat istiadat, keyakinan, serta aspek social lain. Namun dengan media tertentu

keragaman budaya dan sastra social dapat disatukan melalui media pembelajaran.

Berbagai paparan diatas menunjukkan bahwa fungsi media pembelajaran cukup luas dan

banyak. Namun secara lebih rinci dan utuh media pembelajaran berfungsi untuk:

a. Meningkatkan efektifitas dan efisien pembelajaran

b. Meningkatkan gairah belajar siswa

c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar

d. Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan

e. Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam

f. Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran

g. Meningkatkan kualitas pembelajaran

Dari berbagai fungsi media diatas, tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini dibangun melalui komunikasi yang

efektif. Sedangkan komunikasi efektif hanya terjadi jika menggunakan alat bantu sebagai

perantara interaksi antara guru dengan siswa. Oleh karena itu fungsi media adalah untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan indicator semua materi tuntas disampaikan

dan peserta didik memahami secara lebih mudah dan tuntas.

Bagan 1. Kedudukan Media dalam Pembelajaran

Materi Pelajaran Guru SISWA

Proses Pembelajaran

Strategi &

Media

Page 15: Bab 1 Pendahuluan

15

2.3.2 Macam – Macam Media

Bretz dalam Yamin (2007:204) membagi media menjadi tiga macam, yaitu suara

(audio), media bentuk visual dan media gerak (kinestetik).

1.Media visual

Merupakan media yang paling familiar dan sering dipakai guru dalam

pembelajaran. Media jenis ini berkaiatan dengan indera penglihatan. Media visual dapat

memperlancar pemahaman ( missal melalui elaborasi struktur dan organisasi). Seperti :

gambar/foto, sketsa, diagram, bagan / chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan

flannel, papan bulletin. Dsb.

2.Media Audio

Media audio adalah media penggunaannya menekankan pada aspek pendengaran.

Indera pendengaran merupakan alat utama dalam penggunaan media jenis ini. Ada

beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio, antara lain radio, alat

perakam, pita magnetic, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.

3.Media Kinestetik

Media kinestetik adalah media yang penggunaan dan pemfungsiannya memerlukan

sentuhan (touching) antara guru dan siswa atau perlu perasaan mendalam agar pesan

pembelajaran bisa diterima dengan baik. Biasanya media jenis ini lebih menakannkan

pengalaman dan analisis suasana dalam penerapannya. Sebab media tidak hanya bersifat

fisik saja, tetapi lingkungan dan suasana juga bagian dari mdia pembelajaran. Berikut ini

jenis – jenis media yang di kategorikan kinestetik.

a. Dramatisasi: adalah teknik sekaligus media pembelajaran yang menggunakan ekspresi

dan gerak. Pada dramatisasi ini biasanya anak – anak sendiri sebagai pelaku untuk

mendramatisasikan segala peran atau keadaan yang berkenaan dengan pelajaran

sejarah atau cerita masa lampau.

b. Demonstrasi: merupakan teknik dan media pembelajaran bersifat kinestetik (gerak).

Media ini digunakan sejak lama. Seorang ibu yang mengajarkan cara masak suatu

makanan kepada anak – anaknya adalah dengan mendemonstrasikan di depan mereka,

juga seorang guru olah raga melemparkan sebuah bola untuk member contoh kepada

siswa – siswanya.

Page 16: Bab 1 Pendahuluan

16

c. Permainan atau Simulasi

Apa yang disebut permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemain yang

berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti atura – aturan tertentu untuk mencapi

tujuan – tujuan tertentu pula.

Setiap permainan menurut Sadiman (2005:76), harus mempunyai empat komponen utama,

yaitu:

1). Adanya pemain (pemain – pemain)

2). Adanya lingkungan dimana para pemain berinteraksi

3). Adanya aturan – aturan main

4). Adanya tujuan – tujuan tertentu yang ingin dicapai

Permainan yang diciptakan dalam pembelajaran dapat membantu siswa lebih

semangat dan lebih tertarik pada pelajaran bahasa inggris. Permainan juga dapat

membantu guru untuk menciptakan koneksi dalam bahasa sehingga lebih berguna dan

bermakna. Agar siswa dapat berpartisipasi dalam permainan itu mereka memahami apa

yang orang lain telah tulis atau sedang dikatakan, dan mereka harus berbicara atau menulis

supaya dapat mengekspresikan ide – ide mereka atau sekedar memebrikan informasi.

Interprensi yang berguna dari kebermaknaan siswa adalah ketika merespon konten dengan

cara terbatas. Jika siswa merasa terhibur, tersinggung, penasaran atau terkejut konten

permainan akan sangat bermakna bagi mereka. Dengan demikian makna baasa yang siswa

dengar, baca, bicara dan tulis akan menjadi lebih dirasakan dan diingat pembelajarannya.

Jika diminta permainan dapat melengkapi praktek bahasa yang kuat dan berarti. Dengan

semikian permainan tersebut tidak digunakan hanya pada hari – hari tertentu pada akhir

pembelajaran saja.

Lee Su Kim (1995:35) menyatakan bahwa ada persepsi umum bahwa belajar harus

leboh sungguh – sungguh dan bersatu dengan alam, dan jika seseorang sedang

merasakan senang dan ada sedikit rasa tertawa, lalu dikatakan bukan benar – benar

belajar. Justru itu yang disebut salah konsep. Sangat mungkin untuk belajar suatu

bahasa sambil menikmati kesenangan diri, yang paling tepat adalah melalui

‘permainan’. Beberapa keuntungan dari penggunaan permainan di dalam kelas adalah:

1. Merupakan sebuah jeda ucapan selaat dating dari kegiatan rutin kelas bahasa

2. Memotvasi dan menantang

Page 17: Bab 1 Pendahuluan

17

3. Belajar bahasa memerlukan usaha, permainan membantu siswa untuk membuat dan

menunjang usaha belajar.

4. Melengkapi praktek bahasa dalam berbagai keterampilan (English Skill) seperti

speaking, writing, listening, and reading.

5. Mendorong siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi serta menciptakan suatu

konteks yang penuh arti untuk pemakaian bahasa.

Permainan sangat memotivasi dan menghibur, dan mereka dapat memebrikan siswa

pemalu lebih mempunyai kesempatan mengekspresikan pendapat mereka dan perasaan

mereka (Hansen:1994:118). Mereka juga dapat member kemampuan pada siswa

mendapatkan pengalaman baru dalam pembelajaran bahasa asing yang tidak selalu

mungkin terjadi selama pengalaman bahasan tertentu. Lebih jauh lagi, menegaskan

pendapat Ricard-Amato, mereka menambahkan bahwa permainan dapat dijadikan

kegiatan “ice breaking” pada kegiatan rutin pembelajaran di kelas, tetapi juga dapat

dijadikan untuk memperkenalkan gagasan – gagasan baru (1998:147). Mudahnya, suasana

yang menyenangkan yang tercipta karena permainan, siswa dapat mengingat sesuatu lebih

cepat dan lebih baik (Wierus and Wienus 1994).

2.4. Snake and Ladder

Permainan ular tangga atau dalam bahasa Inggrisnya disebut Snake and

Ladder adalah permainan yang digunakan papan permainan (board game) dan sebuah

dadu (dice). Papan permainan tersebut berisikan 10 koak pertanyaan yang harus dijawab

oleh pemaian. Dalam hal ini kotak pertanyaan sudah dimodifikasi berisikan pertanyaan

yang berkaitan dengan materi – materi selama pembelajaran. Gambar media dapat dilihat

sebagai berikut:

Page 18: Bab 1 Pendahuluan

18

Gambar.1. Media Snake and Ladder

Page 19: Bab 1 Pendahuluan

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP MA’ARIF 03 BATU pada tahun ajaran

2014/2015 dengan jumlah siswa dalam kelas penelitian adalah 34 siswa terdiri atas 13

perempuan dan 21 laki – laki.

Penulis memilih kelas ini sebagai subjek penelitian karena:

1. Siswa kelas VII A kurang termotivasi untuk inisiatif dan aktif berbicara bahasa Inggris

baik di dalam kelas maupun diluar kelas, baik dengan guru maupun dengan murid lain.

2. Dari hasil Tanya jawab secara langsung mereka mengganggap bahawa pelajaran

bahasa Inggris pada keterampilan speaking itu sulit, sehingga tes berbicara sering

mendapatkan masalah dan mendapatkan nilai yang kurang memuaskan.

3. Dengan diberi kegiatan pembelajaran menggunakan permainan Snake and Ladder

kemungkinan mereka dapat meningkatkan nilai hasil berbicara siswa, dan lebih aktif

menggunakan bahasa Inggris secara oral baik di kelas maupun di luar kelas.

3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang diambil dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Nilai ulangan harian hasil pembelajaran kelas VII A (yang penulis ajar) tahun ajaran

2014 / 2015.

2. Nilai tes lisan siswa dalam keterampilan speaking kelas VII A semester 1 tahun

pelajaran 2014/2015.

3. Scoring sheet (lembar nilai berbicara siswa) dalam menjawab pertanyaan yang

terdapat di sub-kotak melalui permainan Snake and Ladder.

4. Lembar observasi yang diisi oleh observer ketika peneliti menyajikan materi.

5. Lembar observasi yang diisi oleh observer tentang partisipasi siswa selama proses

pembelajaran dalam kelas.

6. Hasil tes akhir terbentuk tes lisan.

7. Catatan yang dibuat oleh peneliti.

Page 20: Bab 1 Pendahuluan

20

Dengan jenis data:

1. Data kualitatif yang berasal dari interaksi antar siswa, atau dengan guru dalam proses

pembelajaran. Seangkan kinerja siswa dengan lembar observasi terstruktur.

2. Data dari lembar pengamatan yang dibuat oleh observer dan catatan pengamat selama

pelaksanaan tindakan pembelajaran di dalam kelas.

3.3 TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang diperoleh melalui lembar observasi pengamatan oleh observer,

kemudian dianalisis bersama untuk mendapatkan prosentase yang menggambarkan

peningkatan pada kemampuan berbicara siswa setelah diberi tindakan.

Langkah – langkah analisis data dalam penelitian ini adalah”

1.Menghitung prosentase siswa yang mencapai 75 % ketuntasan dan atau memperoleh

nilai akhir sama atau lebih dari 76 setelah diberikan tindakan. Kegiatan ini dilakukan

pada setiap akhir siklus ( I dan II)

2.Membangdingkan tingkat prosentase peningkatan kemampuan berbicara bahasa Inggris

( speaking) mulai dari nilai speaking di minggu pertama, lembar penilaian teman dan

tes akhir berupa tes lisan dari siklus I dan II.

Rekapitulasi prosentase peningkatan Speaking siswa kelas VII A berbentuk table

sebagai berikut:

Tabel.1 Rekap Prosentase Peningkatan Berbicara Siswa

No Nama siswa

KKM SIKLUS 1

SIKLUS II

1.

2.

Nilai Rata – rata

Prosentase siswa yang tuntas

Prosentase siswa yang tidak lulus

Data tersebut dianalisis dan di bahas secara bersama – sama tahap refleksi. Pertemuan

ini dimaksudkan utuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada proses

pelaksanaan tindakan pembelajaran yang sudah disepakati sebelumnya. Bila adanya

Page 21: Bab 1 Pendahuluan

21

kekurangan, maka dicari solusinya, dan apabila terdapat hal yang sudah baik, maka

dipertahankan. Kegiatan refleksi ini bukan saja dilaksanakan pada setiap akhir siklus, tapi

setiap akhir pertemuan untuk mengetahui perkembangan. Hasil refleksi ini menjadi bahan

perencanaan kegiatan penelitian pada siklus berikutnya.

Criteria keberhasilan pada penelitian ini adalah bila siswa memperoleh nilai akhir atau

> dari 76 pada test akhir yang dilakukan pada akhir kegiatan disetiap siklus. Criteria

tingkat keberhasilan belajar siswa yang penulis lakukan dikelompokkan ke dalam 5

kategori, yakni:

a. Tingkat keberhasilan belajar siswa dalam %

(> - 80% ) : sangat tinggi (60 -79%) : tinggi (40 – 59%) : sedang (20 – 39%) : rendah (< - 20%) : sangat rendah b. Tingkat keaktifan siswa dalam PMB rata – rata / 10 menit dalam %

(> - 80%) : sangat baik (60 -79%) : baik (40-59%) : cukup (20-30%) : kurang (< - 20%) : sangat kurang

3.4 RANCANGAN SIKLUS PENELITIAN

Metodologi mencakup tempat dan karakteristik penelitian, subjek penelitian, metode

penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)/

Classroom Action Research (CAR). Prosedur penelitian mencakup langkah – langkah

yaitu Perencanaan (planning), implementasi tindakan (implementation of the action),

pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).

Action research is trying out in practice as a means of improvement and as a means of

increasing knowledge about curriculum, teaching and learning. Selain itu definisi lain

menurut MC Niff (1988) yang menjelaskan “action research is seen as a way of character

sizing a loose set of activities that are designed to improve the quality of education”.

Berdasarkan definisi di atas, maka penelitian ini termasuk kedalam Penelitian

Tindakan Kelas karena peneliti berupaya untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengajar

untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui serangkaian tindakan dalam proses belajar

Page 22: Bab 1 Pendahuluan

22

mengajar. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang membutuhkan waktu 2 bulan.

Daftar kegiatan terlihat pada table berikut ini:

Table 2. jadwal Kegiatan Penelitian

No Siklus Tanggal Pertemuan Kegiatan

1 SIKLUS 1

1 Introduction, asking greeting and asking leaving

2 Times (day’s of the week and name of the month)

3 Membuat media snake and ladder (asking greeting, asking leaving, Introduction and time)

4 Proses pembelajaran menggunakan Permainan Snake and Ladder secara berpasanga.

5 Test lisan Berpasangan berdasarkan tema

2 2 1

Family members and personal identity

2 Gassing time, secara berpasangan menjawab

Page 23: Bab 1 Pendahuluan

23

pertanyaan.

3 Test lisan (speaking) dengan media games snake and ladder

4 Pembelajaran dengan mebbunakan media permainan snake and ladder

5 Tes lisan secara berpasangan tentang time of the day

Page 24: Bab 1 Pendahuluan

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dijelaskan dalam bab ini mencakup

siklus ke satu dan siklus kedua sesuai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Bab ini

melaporkan hasil dari test Speaking dengan menggunakan media pemainan Snake and

ladder. Hasil dari penelitian dapat digambarkan malalui tahapan sebagai berikut.

KONDISI AWAL GURU

Belum menggunakan

media games Snake and

Ladder dalam mengajar

bahasainggris

Siswa

Kemampuan

berbicara siswa mesih

belum maksimal

Tindakan Menggunakan media

games Snake and Ladder

dalam mengajar bahasa

inggris

SIKLUS 1

Menggunakan test

lisan namun belum

memakai media

Kondisi Akhir Diduga melalui

penggunaan media games

snake and ladder

meningkatkan

kemampuan berbicara

siswa dalam bahasa

inggriis dalam menjawab

pertanyaan yang ada di

setiap kotak.

SIKLUS II

Menggunakan media

Snake and Ladder dan

siswa diwajibkan

menjawab setiap

pertanyaan yang ada

di dalam kotak dalam

kelompok kecil.

Page 25: Bab 1 Pendahuluan

25

4.1 Deskripsi Laporan Tindakan Siklus ke 1

1.Dalam pertemuan pertama penelitian memberikan tindakan grammar

Introduction, ‘asking greeting’ and ‘asking leave’ sebagai materi semester 1.

Penekanan pada penggunaannya secara oral dalam latihan berpasangan.

2.Dalam pertemuan kedua peneliti memberikan tindakan pembelajaran Time.

Dipelajari the name of the day and the name of month. Penekanan pada latihan

mendeskribsikan secara oral.

3.Dalam pertemuan ke tiga siswa dalam kelompok 8 membuat media permaianan

“Snake and Ladder” dan membuat kaliamat – kaliamat ‘ Asking Greeting,

Asking leaving, introduction, time’ dan menempelkannya di atas media

permainan.

4.Dalam pertemuan ke empat dalam kelompok yang beranggotaan delapan, siswa

melakukan permainan Snake and Ladder. Secara berpasangan siswa melakukan

Tanya jawab berdasarkan perintah yang terdapat dalam media permainan. Siswa

yang bertanya mengukur durasi bicara temannya berapa menit partnernya dapat

bertahan berbicara dalam bahasa inggris dengan skor penilaian sebagai berikut:

Tabel 3.Skor Penilaian

DURASI NILAI

2 menit – 2 menit 59 detik 70

3 menit – 3 menit 59 detik 75

4 menit – 4 menit 59 detik 80

5 menit – 5 menit 59 detik 85

6 menit – 6 menit 59 detik 90

7 menit – 7 menit 59 detik 95

>8 menit 100

5. Untuk mengetahui perkembangan kompetensi berbicara siswa setelah diberi

tindakan pada siklus 1, maka dalam pertemuan kelima siswa diberikan test lisan. Siswa

melakukan Tanya jawab langsung secara berpasangan berdasarkan tema yang telah

Page 26: Bab 1 Pendahuluan

26

ditentukan (berhubungan dengan angka) tanpa media permainan. Peneliti memberikan

penilaian langsung berdasarkan rubric yang telah disepakati. Aspek yang dinilai ialah

Grammar, pronounciation, intonation, fluency dan diction (rubric terlampir)

4.1.1 Hasil Test setelah diberi tindakan pada Siklus 1

Setelah dilakukan test ahir siklus 1, lalu peneliti melakukan analisis terhadap skor yang

diperoleh siswa (hasil tes lengkap terlampir). Hasil test ke 1 menunjukkan siswa yang

mendapat nilai rata – rata nilai lebih dari 74,12%

Refleksi pada Siklus 1

Tindakan yang dilakukan pada siklus 1 dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang dibuat pada tahap perencanaan.Dari awal pelaksanaan tindakan

sudah nampak peningkatan motivasi siswa untuk berbicara bahasa Inggris lebih aktif dan

mereka berusaha untuk memperpanjang durasi bicara dan lebih memperjelas jawaban

yang dijawab. Hal ini dimungkinkan karena media permainan Snake and Ladder sudah

dikenal siswa, jadi sangat menarik untuk dimainkan dan yang menambah motivasi siswa

untuk lebih aktif berbicara bahasa inggris adalah scoring sheet yang telah disepakati

bersama seperti yang terlihat pada table di atas.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan peneliti untuk perbaikan pada siklus II, yaitu:

a. Masih banyak siswa yang mempunyai masalah dalam pengucapan kata – kata

tertentu dalam bahasa Inggris

b. Kemampuan grammar siswa masih kurang. Hal ini nampak sewaktu siswa

menjawab soal dari pertanyaan yang diberikan oleh temannya.

c. Ketika sedang berbicara menjawab pertanyaan pasangan bicaranya kadang tiba –

tiba berhenti atau stack karena keterbatasan penguasaan kosa kata dan gagasan.

d. Kadang – kadang pembicara kurang lancar.

Kekurangan – kekurangan tadi dianalisis dan menjadi catatan peneliti untuk

pelaksanaan tindakan pada siklus II. Sebagai tindakan perbaikan untuk meminimalisir

kekurangan tadi maka peneliti mendiskusikan dengan rekan guru bahasa inggris dengan

siswa. Tindakan ini dilaksanakan setelah pelaksanaan ulangan di akhir siklus 1.

Setelah menganalisis dan mendiskusikan bersama observer kekurangan dan kelebihan

pada tindakan siklus 1, maka disepakatipenelitian dilanjutkan ke siklus II.

Page 27: Bab 1 Pendahuluan

27

4.2 Deskripsi Laporan Tindakan Siklus ke 2

1. Pada pertemuan pertama diskusi pembahasan tentang kekurangan yang terjadi di

siklus 1 diantaranya tentang pronounciation, grammar, vocabulary, fluency, dan

content untuk materi family members. Ditulis di papan tulis, siswa menjawab

pertanyaan tersebut. Ini dilakukan sebagai review untuk memperbaiki kekurangan

yang terjadi di siklus 1.

2. Dalam pertemuan ke dua peneliti memberikan tindakan berupa guesing time. Siswa

duduk berpasangan. Masing – masing pasangan memegang kertas yang berhubungan

dengan waktu dalam angka. Tiap pasangan saling meminta pasangan lain untuk

menjelaskan pukul berapa yang ada di gambar tersebut.

3. Dalam pertemuan ke tiga siswa dalam 4 kelompok membuat media permainan “Snake

and Ladder” dan membuat kalimat – kalimat tentang asking greeting, asking leaving,

introduction, and time. Materi berhubungan dengan keadaan disekitar meraka (dayly

activity) dan menempelkannya di atas media permainan.

4. Dalam pertemuan ke empat dalam kelompok yang beranggotakan delapan, siswa

melakukan permainan ular tangga. Secara berpasangan siswa melakukan Tanya jawab

berdasarkan perintah yang terdapat dalam media permainan. Siswa yang bertanya

mengukur durasi temannya berapa menit partnernya dapat bertahan berbicara dalam

bahasa inggris dengan skor penilaian sebagai berikut:

DURASI NILAI

2 menit – 2 menit 59 detik 70

3 menit – 3 menit 59 detik 75

4 menit – 4 menit 59 detik 80

5 menit – 5 menit 59 detik 85

6 menit – 6 menit 59 detik 90

7 menit – 7 menit 59 detik 95

>8 menit 100

Page 28: Bab 1 Pendahuluan

28

5. Untuk mengetahui perkembangan kompetensi berbicara siswa setelah diberi tindakan

pada siklus II, maka dalam pertemuan ke lima siswa diberikan tes oral. Siswa diberikan

tes oral. Siswa melakukan Tanya jawab langsung secara berpasangan berdasarkan tema

pertanyaan yang telah ditentukan (berhubungan dengan personal identity, time of the

day, time of the month, o’clock) tanpa media permainan. Peneliti memberikan penilaian

langsung berdasarkan rubric yang telah disepakati. Aspek yang dinilai ialah grammar,

pronounciation, intonation, fluency, dan diction (rubric terlampir)

4.2.1 Hasil Test akhir setelah diberi tindakan pada Siklus II

Setelah dilakukan test akhir siklus II, peneliti melakukan analisis terhadap skor yang

diperoleh siswa (hasil tes lengkap terlampir). Hasil test ke 2 menunjukkan siswa yang

mendapat rata – rata nilai lebih dari 73 adalah 31 dari 34 siswa atau 100% Rata – rata

peroleh nilai hasil test adalah 80,35%

4.2.2 Refleksi pada Siklus II

Tindakan yang dilakukan pada siklus 2 dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP2) yang dibuat pada tahap perencanaan di awal siklus 2. Pada

pelaksanaan tindakan sudah Nampak peningkatan motivasi siswa untuk berbicara Bahasa

Inggris lebih aktif dan mereka berusaha untuk memperpanjang lebih jelas jawaban yang

mereka jawab dari pertenayaan yang ada. Hal ini dimungkinkan karena media permainan

snake and ladder yang dimodifikasi sudah semakin dikenal para siswa, jadi sangat menarik

untuk dimainkan. Hamper seluruh siswa lebih aktif berbicara bahasa Inggris.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan peneliti pada siklus II ini, yaitu:

a. Sudah tidak banyak siswa yang mempunyai masalah dalam pengucapan kata kata

tertentu dalam Bahasa Inggris.

b. Kemampuan Grammar siswa sudah hamper tidak salah yang berarti. Hal ini Nampak

seaktu mereka menjawab pertanyaan dari setiap kotak.

c. Ketika sedang berbicara menjawab pertanyaan pasangan bicaranya tidak ditemui tiba –

tiba berhenti atau stack karna keterbatasan penguasaan kosa kata dan gagasan.

d. Hamper selalu memahami apa yang ditanyakan atau jawaban lawan bicara.

e. Pembicaraan lancar.

Setelah menganalisis dan mendikusikan bersama observer kekurangan dan kelebihan

pada tindakan siklus 2, maka disepakati penelitian dianggap selesai. Analisis yang kami

Page 29: Bab 1 Pendahuluan

29

lakukan terhadap duration, speaking dan fluency pada keseluruhan siklus ditunjukkannya

seperti dalam grafik berikut ini yang merupakan pengolahan data dari rekap nilai dalam

lampiran:

Tahap kegiatan

siklus 1 siklus 2

duration

speaking

fluency

100959085807570656055504540

Page 30: Bab 1 Pendahuluan

30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penilaian proses, refleksi, dan diskusi serta pembahasan penelitian,

disimpulkan bahwa permainan dalam proses belajar mengajar menggunakan media Snake

and Ladder mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam bahasa Inggris

kelas VII-A SMP MA’ARIF 03 Batu. Media ini dapat dimanfaatkan untuk mempermudah

guru menyampaikan dan mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris.

Selain itu dapat meningkatkan semangat dan antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran

dan untuk memotivasi siswa agar lebih memperhatikan penjelasan dari guru.

5.2 Saran

Dari penelitian ini penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Siswa sebaiknya dikondisikan untuk mengenal perintah snake dalam memodifikasi

Snake and Ladder yang diberikan terlebih dahulu.

2. Tema dalam setiap kotak Snake and Ladder yang diberikan sebaiknnya disesuaiakn

dengan tema yang berkaitan dengan mata pelajaran semisal waktu, dayly activity, dan

personal identity serta tema lain yang lebih kontekstual.

3. Snake and Ladder disarankan untuk digunakan sebagai media pembelajaran dalam

upaya meningkatkan kemampuan berbicara siswa untuk kelas yang memiliki

permasalahan yang serupa dengan siswa kelas VII-A SMP MA’ARIF 03 Batu yang

kami hadapi saat penelitian.

Page 31: Bab 1 Pendahuluan

31

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Dirjen Dikdasmen, 2002, Contextual Teaching and Learning, Jakarta

Dirjen Dikdasmen, 2007, Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional

Mata Pelajaran Bahasa Inggris, Jakarta

Euis, Lasmini, 2006, Penelitian Tndakan Kelas, Bandung

Lie, Anita, 2002, Comperative Learning, Surabaya

Richard, Jack C and Renaldy Willy A, 2002, Methodology in Language Teaching, Cambridge

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Sudrajat, Ahmad. 2008. Media Pembelajaran. http://www.google.com

Suherman,Erman, 2004, Penelitian Tindakan Kelas, Tasikmalaya

Suyanto, Kasihani, 2002, Contex Teaching and Learning Overseas Training and Material Development, Jakarta

Suyanto, Kasihani, 2003, Pengejaran Bahasa Inggris Di SLTP, Malang