BAB 1 Pendahuluan

8
Dalam pembangunan PLTMH banyak faktor yang harus diperhatikan agar pembangunan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan tidak sia-sia. Faktor tersebut diantaranya didasarkan pada hasil survei potensi PLTMH sebagai pra-studi kelayakan dan studi kelayakan itu sendiri yang meliputi studi kelayakan teknis dan studi kelayakan sosial-ekonomi terhadap potensi alam dan sumber daya setempat. Keakuratan data hasil survei potensi dan studi kelayakan akan menentukan keberhasilan pembangunan PLTMH. Setelah studi kelayakan dilakukan tahap selanjutnya adalah detail disain untuk bangunan sipil dan sistem elektro-mekanikal, sistem kontrol, serta sistem transmisi dan distribusi. Perancangan teknik harus dilakukan secara tepat akurat, dengan menerapkan teknologi yang telah teruji agar pembangkit listrik mempunyai kehandalan yang baik. Setelah pembangunan PLTMH dilakukan, keberadaan PLTMH tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pemicu bagi pengembangan ekonomi masyarakat setempat. .1 Maksud dan Tujuan Maksud Studi ini adalah untuk melakukan penelitian dan pengkajian layak atau tidaknya rencana proyek PLTM dilaksanakan, apabila tidak layak secara teknis, sosial Laporan Interim Studi Kelayakan dan DED PLTMH di Kabupaten Buton Utara I- 1 PENDAHULUAN PLTMH Buton

description

-

Transcript of BAB 1 Pendahuluan

1

BAB 1

Pendahuluan

PT Wahana Pengembangan Usaha

Dalam pembangunan PLTMH banyak faktor yang harus diperhatikan agar pembangunan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan tidak sia-sia. Faktor tersebut diantaranya didasarkan pada hasil survei potensi PLTMH sebagai pra-studi kelayakan dan studi kelayakan itu sendiri yang meliputi studi kelayakan teknis dan studi kelayakan sosial-ekonomi terhadap potensi alam dan sumber daya setempat. Keakuratan data hasil survei potensi dan studi kelayakan akan menentukan keberhasilan pembangunan PLTMH. Setelah studi kelayakan dilakukan tahap selanjutnya adalah detail disain untuk bangunan sipil dan sistem elektro-mekanikal, sistem kontrol, serta sistem transmisi dan distribusi. Perancangan teknik harus dilakukan secara tepat akurat, dengan menerapkan teknologi yang telah teruji agar pembangkit listrik mempunyai kehandalan yang baik. Setelah pembangunan PLTMH dilakukan, keberadaan PLTMH tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pemicu bagi pengembangan ekonomi masyarakat setempat.1.1 Maksud dan TujuanMaksud Studi ini adalah untuk melakukan penelitian dan pengkajian layak atau tidaknya rencana proyek PLTM dilaksanakan, apabila tidak layak secara teknis, sosial ekonomi dan Lingkungan, maka rencana Proyek PLTM ini tidak akan dilanjutkan pembangunannya tetapi akan menyiapkan Dokumen Lelang apabila Proyek PLTM dinyatakan layak

Sedangkan tujuan dari Studi Kelayakan ini adalah untuk mendapatkan statemen apabila hasil analisa finansial menyatakan layak secara Teknis, Ekonomis/Bisnis, Keuangan dan Lingkungan, maka rencana Proyek PLTM akan dilaksanakan pembangunannya.

Tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut:

1.Mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan energi terbarukan, khususnya pemanfaatan energi air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), dalam rangka penyusunan rencana penyediaan listrik perdesaan,

2.Melakukan kajian terhadap data dan informasi tersebut berkaitan dengan tingkat kelayakan teknis & ekonomis pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).1.2 Keluaran Pekerjaan1. Tersedia informasi yang lengkap tentang tingkat kelayakan teknis & sosial ekonomis untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH);

2. Tersedia Laporan teknik berupa detail desain bangunan sipil, sistem elektrikal mekanikal, sistem kontrol, transmisi dan distribusi dari lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yang dinilai layak.1.3 Lokasi Pekerjaan

Gambar 1.1 Peta orientasi Kabupaten Buton Utara

Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Buton: UU. No. 13 Tahun 2001, Memisahkan antara Kabupaten Buton dan Bau-Bau, dengan luas wilayah: 2.488,71 Km

Kabupaten Buton Utara merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi Sulawesi Tenggara,Kondisi topografi Wilayah Sulawesi Tenggara, pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang, dan berbukit, sedangkan permukaan tanah pegunungan yang relatif rendah yakni sekitar 1.868.860 hektar sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter diatas permukaan laut dengan tingkat kemiringan mencapai 40 derajat.

Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Buton yaitu:

- Pulau Buton

- Pulau Kabaena

- Pulau Talaga Besar

- Pulau Talaga Kecil

- Pulau Sagori

- Pulau Domalawa

- Pulau Masaloka

- Pulau Tambake

- Pulau Liwuto, Makasu

- Pulau Kadatua

(Pulau Makassar)

- Pulau Siompu

- Pulau Batu Atas

- Pulau Wangi-Wangi

- Pulau Kapota

- Pulau Simpora

- Pulau Kompona One

- Pulau Kaledupa

- Pulau Lentea Kiwolu

- Pulau Lentea Langge

- Pulau Hoga

- Pulau Tomia

- Pulau Lentea Tomia

- Pulau Runduma

- Pulau Binongko - Pulau Moromaho

- Pulau Kawi-Kawi

1.3.1 Hidrologi

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai yang tersebar di empat kabupaten. Sungai-sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber energi, untuk kebutuhan industri dan rumahtangga dan juga untuk irigasi.

Sungai besar seperti Sungai Konaweha yang terletak di Kabupaten Kendari memiliki debit air 200 m3/detik, dan berdiri sebuah bendungan Wawotobi yang mampu mengairi persawahan di daerah Kabupaten Kendari seluas 18.000 ha. Selain itu masih banyak sungai-sungai di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang tekanan airnya berpotensi untuk pembangunan dan pengembangan irigasi seperti: Sungai Lasolo di Kabupaten Konawe, Sungai Roraya dan Sungai Sampolawa di Kabupaten Bombana (Kecamatan Rumbia, Poleang dan Sampolawa), Sungai Wandasa dan Sungai Kabangka Balano di Kabupaten Muna, serta Sungai Laeya di Kabupaten Kolaka.1.3.2 Oceanografi

Provinsi Sulawesi Tenggara dari sudut oceanografi memiliki perairan (laut) yang sangat luas. Luas perairan Propinsi Sulawesi Tenggara diperkirakan mencapai 110.000 km atau 11.000.000 ha.

Perairan tersebut sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan pengembangan Wisata Bahari, karena disamping memiliki bermacam-macam hasil ikan, juga memiliki panorama laut yang sangat indah.Beberapa jenis ikan hasil perairan laut Sulawesi Tenggara yang banyak ditangkap oleh nelayan di daerah ini adalah: Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dan masih banyak lagi jenis ikan yang lain. Di samping ikan, juga terdapat hasil laut lainnya seperti: Teripang, Agar-agar, Japing-Japing, Lola, Mutiara dan sebagainya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kelautan Indonesia dan luar negeri menunjukkan bahwa Buton Timur (Kepulauan Tukang Besi) memiliki potensi perairan untuk wisata bahari yang sangat indah bila dibandingkan dengan daerah-daerah wisata bahari lainnya di Indonesia.

1.3.3 Musim

Keadaan musim di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, umumnya sama seperti daerah-daerah lain di Indonesia yang mempunyai dua musim, yakni musim Hujan dan musim Kemarau. Musim Hujan terjadi antara Bulan November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air. Musim Kemarau terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia sifatnya kering dan kurang mengandung uap air.

Khusus pada bulan April, di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan, sehingga pada bulan ini dikenal sebagai bulan/musim Pancaroba.

1.3.4 Curah Hujan

Curah hujan di wilayah ini umumnya tidak merata, hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah semi kering.

curah hujan lebih dari 2.000 mm pertahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah Utara garis Kendari-Kolaka dan bagian Utara Pulau Buton dan Pulau Wawonii. Sedangkan wilayah daerah semi kering mempunyai curah hujan kurang dari 2.000 mm pertahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah Selatan garis Kendari-Kolaka dan wilayah kepulauan di sebelah Selatan dan Tenggara jazirah Sulawesi Tenggara.

1.3.5 Suhu Udara

Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut dari permukaan laut, makin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah suhu udara dan sebaliknya. Karena wilayah daratan Sulawesi Tenggara mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah Khatulistiwa, maka propinsi ini beriklim tropis.

1.4 Ruang Lingkup PekerjaanDalam pelaksanaan kegiatan kajian ini perlu diperhatikan lingkup kegiatan yang sesuai pada Kerangka Acuan Kerja, agar kajian tersebut akan dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Adapun lingkup kegiatan kajian adalah sebagai berikut :

1. Melakukan inventarisasi daerah-daerah yang belum terjangkau oleh listrik PLN,

2. Melakukan perhitungan kebutuhan daya listrik pada setiap daerah,

3. Melakukan survei potensi energi tenaga air dan survei hidrologi yang ada disekitar daerah tersebut,

4. Membuat alternatif lokasi-lokasi rencana pembangunan PLTMH

5. Menyusun Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro.

1.5 Metodologi Studi

Pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam studi ini menitik beratkan beberapa hal sebagai berikut:1. Penentuan Parameter Dasar2. Persiapan dan Pengumpulan Data3. Pelaksanaan Survei Lapangan4. Analisa Data5. Detail Desain6. Laporan PekerjaanPenjelasan rinci mengenai pendekatan dan metodologi studi ini dapat dilihat pada BAB II METODOLOGI STUDI.

1.6 Tenaga AhliTenaga Ahli yang diusulkan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah Tenaga Ahli yang telah berpengalaman dalam pekerjaan sejenis terutama di bidang Studi Kelayakan PLTMH kebutuhan tenaga ahli disesuaikan dengan yang disyaratkan di dalam dokumen pengadaan (KAK). Penjelasan terinci mengenai tenaga ahli dapat dilihat didalam BAB IV ORGANISASI DAN PERSONIL PELAKSANA PEKERJAAN.Bab 1

PLTMH Buton Utara

PENDAHULUAN

Laporan InterimStudi Kelayakan dan DED PLTMH di Kabupaten Buton Utara I- 1Laporan InterimStudi Kelayakan dan DED PLTMH di Kabupaten Buton Utara I- 4