BAB 1 Pendahuluan

5
BAB 1 PENDAHULUAN Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor- faktor lingkungan fisik manusia yang memengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik, kesehatan, dan lingkungan hidup. Salah satu aspek sanitasi lingkungan kerja adalah ketatarumahtanggaan yang diartikan lebih dari menjaga fasilitas pabrik tetap bersih, bebas dari lambah atau sampah, tetapi juga berarti teratur segala-segalanya. Jadi ketatarumahtanggaan termasuk juga mengatur perkakas alat- alat kerja, penyimpanan fasilitas dan bahan. Ketatarumahtanggaan yang baik tidak dapat dicapai dengan suatu pembersihan menyeluruh yang dilakukan hanya sekali-kali saja. Bila pabrik akan dibersihkan dan secara teratur, rencana ini harus disusun dengan baik. Rencana untuk kebersihan pabrik harus menjadi suatu kegiatan yang terus menerus dengan cara-cara pelaksanaan untuk pengecekan dan evaluasi yang baik harus ditegakkan. Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesahatan masyarakat, perilaku sengaja membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuha langsung dengan kotoran dan bahan buangan bahaya. Sanitasi meliputi penyediaan air, pengolahan limbah, kontrol vektor, penecegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia sangat memprihatinkan. Belom optimalnya sanitasi ditandai dengan masih tingginya angka kejadian infeksi dan penyakit menular seperti demam berdarah, kusta, serta hepatitis A yang tidak ada habisnya. Kondisi sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari perusahaan karena dengan lingkungan yang baik maka kesehatan pekerja perusahaan juga akan terjaga, hal tersebut akan berujung pada keoptimalan kerja para pekerja perusahaan. Adapun unsur-unsur pokok sanitasi industry yang diperlukan antara lain : 1. Unsur hygiene 2. Unsur estetika 3. Unsur ekonomi

description

Hiperkes

Transcript of BAB 1 Pendahuluan

BAB 1

PENDAHULUAN

Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang memengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik, kesehatan, dan lingkungan hidup. Salah satu aspek sanitasi lingkungan kerja adalah ketatarumahtanggaan yang diartikan lebih dari menjaga fasilitas pabrik tetap bersih, bebas dari lambah atau sampah, tetapi juga berarti teratur segala-segalanya. Jadi ketatarumahtanggaan termasuk juga mengatur perkakas alat-alat kerja, penyimpanan fasilitas dan bahan. Ketatarumahtanggaan yang baik tidak dapat dicapai dengan suatu pembersihan menyeluruh yang dilakukan hanya sekali-kali saja. Bila pabrik akan dibersihkan dan secara teratur, rencana ini harus disusun dengan baik. Rencana untuk kebersihan pabrik harus menjadi suatu kegiatan yang terus menerus dengan cara-cara pelaksanaan untuk pengecekan dan evaluasi yang baik harus ditegakkan.Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesahatan masyarakat, perilaku sengaja membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuha langsung dengan kotoran dan bahan buangan bahaya. Sanitasi meliputi penyediaan air, pengolahan limbah, kontrol vektor, penecegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia sangat memprihatinkan. Belom optimalnya sanitasi ditandai dengan masih tingginya angka kejadian infeksi dan penyakit menular seperti demam berdarah, kusta, serta hepatitis A yang tidak ada habisnya. Kondisi sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari perusahaan karena dengan lingkungan yang baik maka kesehatan pekerja perusahaan juga akan terjaga, hal tersebut akan berujung pada keoptimalan kerja para pekerja perusahaan. Adapun unsur-unsur pokok sanitasi industry yang diperlukan antara lain :1. Unsur hygiene2. Unsur estetika3. Unsur ekonomiUsaha kesehatan lingkungan perusahaan adalah suatu usaha untukMemperbaiki dan mengoptimalkan lingkungan hidup perusahaan. Hygiene (ilmu kesahatan) adalah ilmu yang memperlajari cara-cara yang berguna bagi kesehatan. Secara garis besar perbedaan antara hygiene dan sanitasi adalah terletak pada hal bahwa hygiene lebih mengarah akan keaktifan kepada manusia perseorangan atau masyarakat umum, sedangkan sanitasi menitikberatkan pada pengendalian faktor-faktor lingkungan hidup manusia.Nutrisi/gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet yang optimal. Pada masa lalu, penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan standar kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan nutrisi dasar ini dikenal di dunia internasional dengan istilah Recommended Daily Allowance (RDA).Seiring dengan perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi molekuler, bukti-bukti medis menunjukkan bahwa RDA belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal tubuh dan mencegah atau membantu penanganan penyakit kronis. Bukti-bukti medis menunjukkan bahwa akar dari banyak penyakit kronis adalah stress oksidatif yang disebabkan oleh berlebihannya radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang optimal, dikenal dengan Optimal Daily Allowance (ODA), terbukti dalam mencegah dan menangani stress oksidatif sehingga mebantu mencegah penyakit kronis. Level optimal ini dapat dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi yang digunakan tepat. Dalam pengananan penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan komplemeter dapat membantu efektivitas dari pengobatan dan pada saat yang bersamaan mengatasi efek samping dari pengobatan. Karena itu, nutrisi/gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan yang optimal dalam peningkatan kualitas hidup. Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode antropometri.Sedangkan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan makanan dan minuman terhadap kesehatan tubuh manusia agar tidak mengalami penyakit ganguan gizi, dimana gangguan gizi itu sendiri adalah sebuah penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya zat-zat vitamin tertentu sehingga mengakibatkan tubuh kita mengalami gangguan gizi.Pada konferensi pangan sedunia yang diadakan oleh FAO tahun 1992 di Roma dan Genewa, antara lain ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan selogan sejenis dalam Basic Four memperbaiki menjadi Nutrition Guide For Balance Diet. Keputusan FAO tersebut diterapkan di Indonesia dalam kebijakan repelita V tahun 1995 sebagai pedoman gizi seimbang dan menjadi bagian dari program perbaikan gizi. Namun, pedoman gizi seimbang kurang disosialisasikan sehingga terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4 sehat 5 sempurna. Baru tahun 2009 secara resmi pedoman gizi seimbang diterima masyarakat, sesuai dengan undang-undang kesehatan no. 36 tahun 2009 yang menyebabkan secara eksplisit gizi seimbang dalam program perbaikan gizi. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktvitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal. Beberapa hal yang membedakan 4 sehat 5 sempurna dengan konsep gizi seimbang yakni :Pertama Susunan makanan yang terdiri atas 4 kelompok ini, belum tentu sehat, bergantung apakah porsi dan jenis zat gizinya sesuai dengan kebutuhan. Contoh, jika pola makan kita sebagian besar porsinya terdiri atas sumber karbohidrat (nasi), sedikit sumber protein, sedikit sayur dan buah sebagai sumber vitamin, maka pola makan tersebut tidak dapat dianggap sehat. Sebaliknya jika pola makan kita terlalu banyak sumber lemak dan protein seperti hidangan yang banyak daging dan minyak atau lemak, tetapi sedikit sayur dan buah, maka pola makan itu tak dapat dianggap sehat. Selain jenis makanan, pola makan berdasarkan pedoman gizi seimbang menekankan pula proporsi yang berbeda untuk setiap kelompok yang disesuaikan atau diseimbangka dengan kebutuhan tubuh. Pedoman gizi seimbang pun mmperhatikan aspek kebersihan makanan, aktivitas fisik, dan kaitannya dengan pola hidup sehat lain.Kedua Susu bukan makanan sempurna seperti anggapan umum selama ini. Dengan anggapan ini banyak orang, temasuk kalangan pemerintah, menganggap susu merupakan jawaban atas masalah gizi. Sebenarnya, susu adalah sumber protein hewani yang juga terdapat pada telur, ikan, dan daging. Oleh karena itu dalam pedoman gizi seimbang, susu ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber protein hewani lain. Dari segi kualitas protein, telur dalam ilmu gizi dikenal lebih baik dari susu karena daya cerna protein telur lebih tingggi daripada susu.Ketiga Sloga 4 sehat 5 sempurna dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan iptek gizi, seperti halnya slogan basic four di amerika yang merupakan acuan awal 4 sehat 5 sempuna pada masa itu, tetapi setelah d evluasi tahun 1970-an , ternyata slogan tersebut tidak memperbaiki gpola makan hidup di amerika, yang disertai dengan meningkatnya penyakit degenerative terkait gizi. Sejak itu, slogan yang basic four diperbaharui dan disempunakan menjadi nutrition guide for balance diet terus diterjemahkan menjadi pedoman gizi seimbang yang jugamenggunakan visual piramida. Bebrbeda dengan nutrition guide AS yang berlaku untuk usia diatas 2 tahun, di Indonesia pedoman gizi seimbang berlaku sejak bayi dengan memasukkan asi eksklusif sebagai gizi seimbang.

Gizi kerjasebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan , maupun dalam ranga meningkatkan disiplin dan produktifitas. Hal ini dikarenakan tenaga kerja menghabiskan waktunya lebih dari 35% setiap hari ditempat kerja. Oleh karena iu meeka perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis atau beban pekerjaan yang dilakukannya. Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik turun, berat badan menurun, badan menjadi kurus, mukapucat kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktifitas tenaga kerja yang optimal. Usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja harus sejalan pula dengan usaha mengatasi masalah gizi tenaga kerja, yaitu dengan jalan memperbaiki keadaan kesehatan dan meningkatkan keadaan gizi melalui pelaksanaan gizi kerja di perusahaan.