Bab 1 pendahuluan
Click here to load reader
-
Upload
rohman-efendi -
Category
Data & Analytics
-
view
430 -
download
0
description
Transcript of Bab 1 pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah
untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan
pariwisata dalam pembangunan nasional, disamping sebagai sumber
perolehan devisa juga banyak memberikan sumbangan terhadap bidang-
bidang lainnya, diantaranya menciptakan dan memperluas lapangan
usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong
pelestarian lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa. Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi
kawasan tujuan wisata dunia, karena mempunyai tiga unsur pokok
yang membedakan Indonesia dengan negara lain. Hal tersebut merupakan
daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Indonesia, karena rasa
keingintahuannya, potensi pertama adalah masyarakat (people),
masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahannya dan bisa
bersahabat dengan bangsa manapun, potensi kedua adalah alam
(nature heritage), Indonesia mempunyai alam yang indah, yang tidak
dipunyai negara-negara lain, misalnya pegunungan yang ada di setiap
pulau, pantai yang indah, goa, serta hamparan sawah yang luas dan
enak untuk dinikmati, potensi ketiga adalah budaya (cultural heritage),
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan budaya yang
beragam.
Setiap suku, Kota, dan pulau mempunyai ciri khas, baik dari segi
logat, baju, bangunan rumah, musik, maupun upacara-upacara adat dan
transportasi tradisionalnya, semuanya menjadi ciri khas bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang kaya budaya, ketiga unsur tersebut
yang akan mendukung pesatnya kemajuan pariwisata Indonesia.
1
Indonesia dikenal mempunyai sejarah dan budaya yang beraneka
ragam, budaya juga meliputi sistem pengetahuan dan sistem ide
gagasan yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
seperti pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran?
2. Bagaimana keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia
purba Homo erectus yang ada di Sangiran?
3. Bagaimana pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di
museum sangiran
4. Bagaimana pengembangan situs sangiran?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran?
2. Bagaimana keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia
purba Homo erectus yang ada di Sangiran?
3. Bagaimana pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di
Museum Purbakala Sangiran?
4. Bagaimana pengembangan Museum Purbakala Sangiran?
D. MANFAAT PENULISAN
1. Mengenali keadaan geologi umum daerah Sangiran dan
membandingkannya dengan data literatur.
2. Menambah pengetahuan tentang Museum Purbakala Sangiran
3. Menambah referensi tentang Museum Purbakala.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di
Jawa, Indonesia.Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak
sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen).
Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat
perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar).Gapura
ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa
Krikilan.Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.
Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud
070/1997) secara administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan,
yaitu: Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan
Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan
Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah (Widianto & Simanjuntak, 1995). Pada
tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke
20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5
Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya
Dunia “World Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun
tersebut situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
Pada awalnya Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah
Sangiran. Puncak kubah ini kemudian melalui proses erosi sehingga
membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah
yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.Museum
Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang
menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah
terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
3
Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap
tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang
perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi,
Paleoanthropologi.Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya
ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus erectus (salah satu spesies
dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von
Koenigswald.Di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta
tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini.Relatif utuh
pula.Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sebuah
sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.
Bentang lahan situs tersebut meliputi areal seluas ± 48 km2 yang
berbentuk seolah seperti kubah (dome), sehingga situs tersebut dinamakan
dengan Sangiran Dome.Situs Sangiran merupakan salah satu situs manusia
purba yang sangat berperan penting dalam perkembangan penelitian di
bidang palaeoanthropology di Indonesia.Pada tahun 1934 penelitian yang
dilakukan oleh G.H.R. von Koenigswald yang menemukan beberapa alat
sepih yang terbuat dari batu kalsedon di atas bukit Ngebung, arah Baratlaut
SangiranDome.
Berdasarkan penelitian geologis, situs Sangiran merupakan kawasan
yang tersingkap lapisan tanahnya akibat proses orogenesa (pengangkatan
dan penurunan permukaan tanah) dan kekuatan getaran di bawah
permukaan bumi (endogen) maupun di atas permukaan bumi (eksogen).
Aliran Sungai Cemoro yang melintasi wilayah tersebut juga mengakibatkan
terkikisnya kubah Sangiran menjadi lembah yang besar yang dikelilingi oleh
tebing-tebing terjal dan pinggiran-pinggiran yang landai. Beberapa aktifitas
alam di atas mengakibatkan tersingkapnya lapisan tanah/formasi
periode pleistocen yang susunannya terbentuk pada tingkat-
tingkat pleistocen bawah (lapisan Pucangan),pleistocen tengah (lapisan
Kabuh), dan pleistocen atas (lapisan Notopuro). Fosil-fosil manusia purba
yang ditemukan di laipsan-lapisan tersebut berasosiasi dengan fosil-fosil
4
fauna yang setara dengan lapisan Jetis, lapisan Trinil, dan lapisan
Ngandong.
Diperkirakan situs Sangiran pada masa lampu merupakan kawasan
subur tempat sumber makanan bagi ekosistem kehidupan.Keberadaanya di
wilayah katulistiwa, pada jaman fluktuasi jaman glassial-interglassial menjadi
tempat tujuan migrasi manusia purba untuk mendapatkan sumber
penghidupan.Dengan demikian kawasan sangiran pada
kalapleistocen menjadi tempat hunian dan ruang subsistensi bagi manusia
pada masa itu.
Tempat-tempat terbuka seperti padang rumput, semak belukar, hutan
kecil dekat sungai atau danau menjadi pilihan sebagai tempat hunian
manusia pada kala pleistocen. Mereka membuat pangkalan (station) dalam
aktifitas perburuan untuk m,endapatkan sumber kebutuhan hidupnya. Pilihan
situs Sangiran dome sebagai pangkalan aktifitas perburuan mengingatkan
kita dengan living floor (lantai hidup) atau old camp site di lembah Olduvai,
Tanzania (Afrika). Indikasi suatu situs sebagai tempat hunian dan ruang
subsistensi adalah temuan fosil manusia purba, fauna, dan artefak perkakas
yang ditemukan saling berasosiasi.
Secara geo-stratigrafis, Situs Sangiran yang posisinya berada pada
depresi Solo di kaki Gunung Lawu ini dahulu merupakan suatu kubah
(dome) yang tererosi di bagian puncaknya sehingga menyebabkan
terjadinya reverse (kenampakan terbalik). Kondisi deformasi geologis seperti
ini kemudian semakin diperjelas oleh aliran Kali Brangkal, Cemoro dan
Pohjajar (anak-anak cabang Bengawan Solo) yang mengikis situs ini mulai di
bagian utara, tengah dan selatan. Akibat dari kikisan aliran sungai tersebut
maka menyebabkan lapisan-lapisan tanah tersingkap secara alamiah dan
memperlihatkan berbagai jejak fosil (manusia purba dan hewan
vertebrata) (Widianto & Simanjuntak 1995).
Sejarah atau riwayat penelitian di Situs Sangiran bermula dari laporan
GHR.Von Koenigswald yang menemukan sejumlah alat serpih dari bahan
5
batuan jaspis dan kalsedon di sekitar bukit Ngebung pada tahun 1934
(Koenigswald, 1936).Temuan alat-alat serpih yang kemudian terkenal
dengan istilah ‘Sangiran Flakes-industry’ tersebut diperkirakan berasal dari
lapisan (seri) Kabuh Atas yang berusia Plestosen Tengah. Namun hasil
pertanggalan tersebut banyak dikritik oleh para ahli (de Terra, 1943;
Heekeren, 1972) karena temuan tersebut dihubungkan dengan konteks
Fauna Trinil yang tidak autochton (Bartstra dan Basoeki, 1984: 1989) atau
bukan dari hasil pengendapan primer (Bemellen, 1949).
Penelitian di situs ini menjadi semakin menarik dan berkelanjutan
ketika pada tahun 1936 ditemukan fragmen fosil rahang bawah (mandibula)
manusia purba Homo erectus yang kemudian disusul oleh temuan fosil-fosil
lainnya.Setelah masa pasca Koenigswald atau pada sekitar tahun 1960-an,
penelitian terhadap fosil-fosil hominid dan paleotologis di situs ini kemudian
diambil alih oleh para peneliti dari Indonesia (antara lain T. Jacob dan S.
Sartono) serta terus berkelanjutan sampai sekarang. Penelitian yang sangat
‘spektakuler’ terjadi ketika Puslit Arkenas melakukan kerjasama penelitian
dengan Museum National d’Histoire Naturelle (MNHN), Perancis melalui
ekskavasi besar-besaran selama 5 tahap (tahun 1989 – 1993) di bukit
Ngebung yang menghasilkan sejumlah temuan secara ‘insitu’ dan
pertanggalan absolut yang sangat menarik. Penelitian Situs Sangiran
semakin berkembang pesat dalam dekade lima tahun belakangan ini setelah
Balar Yogya ikut berpartisipasi langsung dan melakukan program-program
penelitian secara intensif dan terpadu (Widianto 1997; Jatmiko 2001).
B. Keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo erectus
Sangiran adalah sebuah situs paleontologis yang terlengkap di
Indonesia dan cukup terkemuka di dunia.Keberadaan situs ini secara resmi
telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan budaya dunia
sejak bulan Desember 1996 (Widianto 2000). Dari sekitar 100 individu
temuan fragmen fosil manusia purba yang didapatkan di Indonesia, hampir
65% -nya berasal dari Situs Sangiran dan mencakup sekitar 50 % dari
populasi taxon Homo erectus di dunia. Pada umumnya fosil-fosil tersebut
ditemukan secara kebetulan (temuan penduduk) dan dalam bentuk
6
fragmenter; yaitu antara lain berupa tulang-tulang tengkorak, mandibula dan
femur. Fosil-fosil tersebut ditemukan pada beberapa tempat atau lokasi
utama di Pulau Jawa; yaitu antara lain di Pati Ayam, Sangiran, Ngandong
dan Sambungmacan (Jawa Tengah) serta di daerah Trinil dan Perning
(Jawa Timur). Berdasarkan bentuk fisik dan lingkungan endapan asalnya,
secara umum temuan fosil-fosil manusia purba di Indonesia dikategorikan
menjadi 3 kelompok utama (Widianto, 1996); yaitu
kelompok Pithecanthropus arkaik yang berasal dari Formasi Pucangan
(Plestosen Bawah) yang ditaksir mempunyai usia antara 1,7 – 0,7 tahun.
Termasuk dalam kelompok ini adalah Meganthropus
palaeojavanicus dan Pithecanthropus mojokertensis. Kelompok kedua
adalah jenis Pithecanthropus klasik yang berasal dari Formasi Kabuh
(Plestosen Tengah) yang mempunyai usia sekitar 800.000 – 400.000 tahun.
Jenis kelompok ini (Homo erectus) yang paling banyak ditemukan di
Sangiran.Kelompok yang ketiga adalah Pithecanthropus progresif yang
berasal dari Formasi Notopuro (Plestosen Atas) dan mempunyai umur
antara 400.000 – 100.000 tahun.Termasuk dalam kelompok ini adalah
temuan Homo soloensis dari Ngandong dan Trinil (Widianto 1996, Semah
et.al. 1990).
Dome Sangiran merupakan daerah yang tersingkap. Berdasarkan hasil
penelitian terbentuknya Dome Sangiran merupakan peristiwa geologis yaitu
diawali pada 2,4 juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan,gerakan lempeng
bumi,letusan gunung berapi dan adanya masa glasial sehingga terjadi
penyusutan air laut yang akhirnya membuat wilayah Sangiran terangkat
keatas, hal ini dibuktikan dengan endapan yang bisa kita jumpai di
sepanjang Sungai Puren yang tersingkap lapisan lempeng biru dari Formasi
Kalibeng yang merupakan endapan daerah lingkungan lautan dan hingga
sekarang ini banyak sekali dijumpai fosil-fosil moluska laut.
Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi, diantaranya:
1. Formasi KalibengLempung biru yang membentuk apa yang disebut
kalangan arkeolog sebagai Formasi Kalibeng di bagian paling bawah
7
adalah endapan paling tua. Endapan itu tercipta sejak 2,4 juta tahun lalu
ketika daerah ini masih merupakan lingkungan laut dalam. Di dalam
lapisan lempung biru, selain mengandung foraminifera dan jenis mollusca
laut (turitella, arca, nasarius, dan lain-lain) juga ditemukan fosil ikan,
kepiting, dan gigi ikan hiu. Berumur 2,4 juta s/d 1.8 juta tahun lalu. Dengan
lapisan:
Lapisan napal (Marl)
Lapisan lempung abu-abu (biru) dari endapan laut dalam
Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal
Lapisan balanus batu gamping
Lapisan lahar bawah dari endapan air payau
2. Formasi Pucangan
Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar 1.800.000
– 700.000 tahun yang lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di dalam
lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkang
diatomea laut. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk dari
endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi
Pucangan banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan
mamalia, antara lain reptil (buaya dan kura-kura), mamalia, rusa, bovidae,
gajah, babi, monyet, domba, dan fosil kayu. Berumur 1.8 juta s/d 700 ribu
tahun lalu. Dengan lapisan:
Lapisan lempung hitam (kuning) dari endapan air tawar
Lapisan batuan kongkresi
Lapisan lempung volkanik (Tuff) (ada 14 tuff)
Lapisan batuan nodul
Lapisan batuan diatome warna kehijauan
3. Formasi Grenzbank
Pada 700.000 tahun yang lalu formasi grenzbank terletak diatas formasi
Pucangan.Terbentuknya formasi ini terjadi erosi pecahan gamping pisoid
dari pegunungan selatan yang terletak di selatan Sangiran dan kerikil-
kerikal vulkanik dari Pegunungan Kendeng di utaranya. Material erosi
tersebut menyatu di Sangiran sehingga membentuk suatu lapisan keras
8
setebal 1-4 meter, yang disebut grenzbank alias lapisan
pembatas. Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara Formasi
pucangan dan Formasi Kabuh.Pengendapan grenzbank menandai
perubahan lingkungan rawa menjadi lingkungan darat secara permanen di
Sangiran. Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan
pula fosil Homo Erectus.
4. Formasi Kabuh
Pada periode berikutnya terjadi letusan gunung yang hebat di sekitar
Sangiran, berasal dari Gunung Lawu, Merapi dan Merbabu purba.Letusan
hebat telah memuntahkan jutaan kubik endapan pasir vulkanik, kemudian
diendapkan oleh aliran sungai yang ada di sekitarnya saat itu. Aktivitas
vulkanik tersebut tidak hanya terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi
susul-menyusul dalam periode lebih dari 500.000 tahun.Aktivitas alam ini
meninggalkan endapan pasir fluvio-volkanik setebal tidak kurang dari 40
meter, dikenal sebagai Formasi Kabuh. Lapisan ini mengindikasikan
daerah Sangiran sebagai lingkungan sungai yang luas saat itu: ada sungai
utama dan ada pula cabang-cabangnya dalam suatu lingkungan vegetasi
terbuka. Salah satu sungai purba yang masih bertahan adalah Kali
Cemoro.
Berbagai manusia purba yang hidup di daerah Sangiran mulai 700.000
hingga 300.000 tahun kemudian terpintal oleh aliran pasir ini."Mereka"
diendapkan pada sejumlah tempat di Sangiran.Badak, antilop dan rusa
yang ada di grenzbank masih tetap ada pada Formasi
Kabuh. Stegodon sp ditemani jenis lain, Elephas
hysudrindicus dan Epileptobos groeneveldtii (banteng).
Saat itu mereka masih meneruskan tradisi pembuatan alat serpih bilah.
Pada Kala Plestosen Tengah inilah Sangiran menunjukkan lingkungan
yang paling indah: hutan terbuka dengan berbagai sungai yang mengalir,
puncak dari kehidupan Homo erectus beserta lingkungan fauna dan
budayanya. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling banyak
9
menghasilkan fosil manusia dan binatang.Berumur 700 ribu s/d 250 ribu
tahun lalu. Dengan Lapisan:
Lapisan konglomerat
Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas
Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff)
Lapisan pasir halus silang siur
Lapisan pasir gravel.
5. Formasi Notopuro
Formasi Notopuro yang berada pada lapisan teratas di situs Sangiran ini
sekitar 500.000 – 250.000 tahun yang lalu dengan litologi breksi laharik
dan batu gamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas
vulkanik.Lahar vulkanik diendapkan kembali di daerah Sangiran, yang
juga mengangkut material batuan andesit berukuran kerikil hingga
bongkah. Di dalam lapisan ini banyak ditemukan artefak batu hasil budaya
manusia yang berupa serpih-bilah (sehingga Sangiran dijuluki industri
serpih-bilah Sangiran), kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan
kapak persegi. Selain itu, lapisan ini jugaditandai oleh endapan lahar,
breksi, pasir dan juga banyak ditemukan alat serpih, fosil kerbau dan
kijang.
Setelah pembentukan Formasi Notopuro, terjadilah pelipatan morfologi
secara umum di Sangiran, yang mengakibatkan pengangkatan Sangiran
ke dalam bentuk kubah raksasa.Erosi K. Cemoro berlangsung terus-
menerus di bagian puncak kubah sehingga menghasilkan cekungan besar
yang saat ini menjadi ciri khas dari morfologi situs Sangiran. Berumur
250 ribu s/d 15 ribu tahun lalu. Dengan lapisan:
Lapisan lahar atas
Lapisan teras
Lapisan batu pumice
6. Formasi Teras Solo (Kali Pasir)
Berumur 15 ribu s/d 1.5 ribu tahun lalu.Dimana hanya memiliki lapisan
endapan sungai batu kerikil dan kerakal.
10
C. Pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di Museum
Sangiran
Sebanyak 50 (lima puluh) individu fosil manusia Homo erectus telah
ditemukan. Jumlah ini mewakili 65 % dari fosil Homo erectus yang
ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50 % dari populasi Homo
erectus di dunia .Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini
adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang
Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam
gudang penyimpanan. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran
merupakan situs pra sejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam
memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang
paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hal tersebut, Situs
Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia nomor 593 oleh Komite World
Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.
D. Pengembangan Museum Purbakala Sangiran
Sejak dibangun pada 2005 silam, museum sangiran yang terletak di
Kecamatan Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya oleh Wakil
Menteri pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan yang juga sebagai
pembuat Desain Engginering Plan Sangiran, Prof Dr. Windu Nuryati,
PHD. Dua puluh tahun silam tempat tersebut masih berupa joglo sederhana
yang dijadikan tempat pengumpulan fosil-fosil purba oleh kepala desa
Krikilan, Toto Marsono. Kini, ditanah yang berusia 1,8 juta tahun itu telah
berdiri megah sebuah bangunan museum bertaraf internasional. Berbagai
rangkaian acara digelar mengiringi peresmian museum, mulai dari seminar
internasional yang mendatangkan 100 pakar arkelologi di dunia hingga
pelaksanaan penggailian di Sangiran bersama ilmuwan dari Uni Eropa.
Selain itu, pada acara tesebut diserahkan rekonstruksi rangka kuda air
berusia 1,2 juta tahun yang ditemukan di Bukuran oleh tim gabungan
Indonesia – Perancis. Museum Sangiran berdiri di dalam Cluster Krikilan
yang merupakan Cluster pertama yang telah selesai dibangun. Masih ada
tiga Cluster lainnya yang akan mulai dibangun tahun depan, yaitu Cluster
Ngebung, Cluster Bukuran, keduanya terletak di wilayah Kab. Sragen, dan
Cluster Ndayu yang terletak di wilayah Kab.Karanganyar.
11
Tiap Cluster tersebut akan menjadi pusat-pusat penelitian zaman
purba sesuai masing-masing bagiannya. Misalnya Cluster Ndayu akan
dijadikan pusat penelitian arkeologi mutakhir dan Cluster Ngebung akan
menjadi pusat sejarah temuan fosil. Pembangunan Cluster akan melibatkan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sragen serta
Kabupaten Karanganyar. Selain itu ada beberapa upaya pemerintah yang
dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran antara
lain :
Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran
dengan bangunan audio visual di sisi timur museum. Dan
Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang
pertemuan menjadi ruang pameran tambahan.
Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih
representative menggantikan museum yang ada secara
bertahap. Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang
terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk
Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program
selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit
untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah,
ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-
lain.
Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan
pengadaan pembangunan yang lebih lanjut dengan didukung
fasilitas – fasilitas yang memadai.
Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai
Situs Purbakala Sangiran kepada publik nasional.
Museum Sangiran yang mempunyai 14.000 an koleksi fosil ini
menawarkan tiga titik wisata purba yang menakjubkan. Di museum I,
pengunjung dapat menyaksikan pameran fosil-fosil asli dan peralatan
manusia purbakala. Kemudian dimuseum II dihadirkan 12 langkah
kemanusiaan, mulai dari terciptanya alam, terbentuknya kepulauan Indonesia
dan Jawa, kedatangan manusia pertama, proses evolusi sekitar 1,5 juta tahun
12
lalu dan perkembangannya hingga menjadi manusia modern. Sedang
museum III dipertunjukkan tentang zaman keemasan Homo Erectus Sangiran
yang bterjadi sekitar 500.000 tahun .
Pengumpulan fosil – fosil Sangiran tidak terlepas dari peran serta
Masyarakat Krikilan. Peresmian pada tanggal 15 Desember 2011 bertepatan
dengan peristiwa lima tahun silam 15 Desember 2006, waktu itu terjadi
peristiwa penting di Meridian Mexico, dimana Pemerintah Indonesia
menerima tanda pengesahan Situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan
dunia. Bupati Sragen mengharapkan Situs Sangiran yang sangat
membanggakan namun kadang kurang dikenal oleh masyarakat Sragen
sendiri mengharapkan agar bisa dinikmati oleh semua kalangan tidak hanya
kalangan peneliti. Sragen telah menjadi City of Java Man yang memiliki situs
yang mengungkap rahasia sejarah manusia purba.Di situs kebanggaan ini
memuat cerita tak terputus sejarah perjalanan manusia purba hingga menjadi
manusia modern. Dan di tanah yang telah berusia lebih dari 1,8 juta tahun ini
ternyata masih banyak menyimpan fosil-fosil purba yang bisa digali, peran
serta masyarakat sangat diperlukan untuk menemukan fosil-fosil ini dan
menyerahkannya kepada pemerintah Indonesia.
BAB III
13
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba)
di Jawa,Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak
sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen).
Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat
perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar).Gapura
ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa
Krikilan.Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.
Ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya
disimpan di gudang penyimpanan. Sebagai World Heritage List (Warisan
Budaya Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya: ruang
pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang
slide, menara pandang, wisma Sangiran dan kios-kios souvenir khas
Sangiran.
B. SARAN
Kita sebagai generasi muda tidak boleh melupakan sejarah jejek
manusia purba atau yang lainnya. Kita diharuskan menjaga kelestariannya
dan mengenalkan sejarah kenegara lain. Sebagai pelajar hal yang bisa kita
lakukan yaitu belajar dengan sungguh-sungguh dan menghargai karya orang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
14
www.bukusejarahindonesiaedisi2014
http://www.humpbacktrail.com/jejak-jejak-manusia-purba-jawa-di-museum-
sangiran
http://www.indonesia-tourism.com/forum/showthread.php?42293-Sangiran-
%28Musium-Manuasia-Purba%29-Sragen-Central-Java
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/02/09/menelusuri-jejak-
prasejarah-di-sangiran-339709.html
http://yogapermanawijaya.wordpress.com/2014/06/24/sangiran-laboratorium-
manusia-purba/
15