BAB 1 PENDAHULUAN · 2019-05-13 · biaya yang lebih rendah, karena konten yang menarik dapat...
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN · 2019-05-13 · biaya yang lebih rendah, karena konten yang menarik dapat...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang demikian pesat mendorong munculnya industri
baru. Salah satunya financial technology atau fintech, yang mengabungkan antara
akses keuangan dengan bantuan teknologi dan digital. Fintech memberikan alternatif
pilihan kepada masyarakat dan memberikan akses kepada sebagian segmen
masyarakat yang tidak memiliki akses ke lembaga keuangan konvensional.
Fintech mempengaruhi kebiasaan transaksi masyarakat menjadi lebih praktis dan
efektif. Dimana teknologi fintech dapat membantu masyarakat untuk lebih mudah
mendapatkan akses terhadap produk keuangan dan meningkatkan literasi keuangan.
Berikut adalah 4 klasifikasi Fintech menurut Bank Indonesia (DuniaFintech.com)
:
1. Crowdfunding dan Peer to Peer Lending
Pada klasifikasi ini, Fintech berguna sebagai mediasi yang menemukan
investor dengan pencari modal, layaknya marketplace dalam istilah e-
commerce. Crowdfunding (pembiayaan masal atau berbasis patungan)
dan peer to peer (P2P) lending ini diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa
Keuangan). Crowdfunding sangat berguna untuk melakukan
penggalangan dana seperti untuk mendanai sebuah karya, membantu
korban bencana dan lainnya.
Dengan adanya Fintech, penggalangan dana dapat dilakukan secara
online, sehingga penggalangan akan lebih mudah dan efisien.
P2P Lending merupakan sebuah layanan Fintech yang sangat membantu
masyarakat UMKM sehingga mereka dapat meminjam dana dengan
mudah walaupun mereka belum memiliki rekening di bank.
Permodalan tentunya merupakan sebuah isu yang sangat signifikan
tentunya untuk mengembangkan usaha dan memenuhi kebutuhan
finansial masyarakat. Beberapa contoh startup fintech pada klasifikasi ini
adalah:
• UangTeman.com dan TemanUsaha.com untuk contoh pembiayaan
dalam bentuk utang,
2
• Wujudkan.com dan Kitabisa.com untuk contoh pembiayaan
masal,
• Koinworks.com dan Danadidik.com untuk contoh peer to peer
lending,
• Kredivo.com dan ShootYourDream.com untuk contoh cicilan
tanpa kartu kredit.
2. Market Aggregator
Pada klasifikasi ini, Fintech akan berperan sebagai pembanding produk
keuangan, dimana Fintech tersebut akan mengumpulkan dan mengoleksi
data finansial untuk dijadikan referensi oleh pengguna. Klasifikasi ini
juga dapat disebut dengan nama comparison site atau financial
aggregator. Pilihan ini akan diberikan sesuai dengan keinginan dan
kemampuan finansial serta preferensi konsumen.
Untuk contoh pembanding produk keuangan secara umum adalah
• Cekaja.com
• Kreditgogo.com,
• RajaPremi.com
• Asuransi88.com.
3. Risk and Investment Management
Konsep yang ditawarkan Fintech dalam klasifikasi ini memiliki fungsi
seperti financial planner yang berbentuk digital. Pengguna akan dibantu
untuk mendapatkan produk investasi yang paling cocok sesuai dengan
preferensi yang diberikan.
Selain manajemen risiko dan investasi, pada klasifikasi ini, juga terdapat
manajemen aset, dimana Fintech akan membantu operasional sebuah
usaha sehingga lebih praktis. Fintech yang bergerak dalam bidang
perencanaan keuangan juga tergolong di dalam klasifikasi jenis ini.
Salah satu platform terkenal yang berfokus pada financial planning
(perencanaan keuangan) adalah Finansialku.com, yang memiliki fokus
pada financial education, edukasi untuk meningkatkan literasi keuangan
serta perencanaan keuangan.
4. Payment, Settlement dan Clearing
3
Jenis Fintech yang tergabung di dalam klasifikasi ini adalah pembayaran
(payments) seperti payment gateway dan e-wallet. Klasifikasi ini diawasi
oleh BI (Bank Indonesia) karena proses pembayaran ini juga meliputi
perputaran uang yang nantinya akan menjadi tanggung jawab Bank
Indonesia.
Payment gateway merupakan sebuah jembatan antara pelanggan dan e-
commerce (perusahaan penyedia jual beli online) yang difokuskan pada
sistem pembayaran.
Dengan adanya Fintech berbentuk payment gateway, pelanggan dapat
memilih metode pembayaran yang diinginkan.Selain payment gateway,
contoh lain Fintech dalam klasifikasi ini yang sangat terkenal adalah uang
elektronik dan dompet elektronik.
Uang elektronik merupakan uang yang dikemas dalam bentuk digital
yang mana uang tersebut dapat menjadi alat pembayaran pada umumnya,
untuk berbelanja, membayar tagihan dan lainnya hanya dengan melalui
sebuah aplikasi. Beberapa contoh perusahaan Fintech dalam bidang
pembayaran adalah :
• OVO
• DoKu, Kartuku (perusahaan pembayaran)
• Sakuku BCA, Uangku Smartfren (perusahaan pembayaran dengan
mobile)
• GCI Indonesia (Gift Card)
OVO merupakan jenis teknologi fintech yang tergabung di dalam klasifikasi ini
adalah pembayaran (payments). Aplikasi pintar yang menawarkan fitur pembayaran,
loyalty points dan layanan keuangan yang paling komprehensif di Indonesia. OVO
menyediakan cross-coalition loyalty program, pembayaran yang cepat, aman dan
fleksibiel. Serta layanan keuangan yang menguntungkan bagi para penggunanya.
Platform cross-coalition loyalty program, dimana OVO memberikan
mengakomodasi loyalitas pengguna dengan cara baru. Pengguna tidak dibatasi hanya
dapat mengumpulkan dan menukarkan di satu merchant rekanan saja. Pengguna
dapat mengumpulkan dan menukarkan di semua merchant rekanan OVO. Hal inilah
yang menjadi keunggulan utama OVO jika dibandingkan aplikasi lainnya. Kehadiran
OVO bukan sebagai lawan bagi aplikasi yang lain. Namun, OVO hadir untuk
4
memberikan penawaran dan pengalaman yang berbeda bagi masyarakat Indonesia
yang menggemari penggunaan loyalty program yang terintegrasi dan juga praktis.
Loyalty program atau hadiah yang diperoleh pengguna OVO pada setiap transaksi di
berbagai merchant rekanan OVO dan dapat digunakan kembali sebagai alat
pembayaran di seluruh merchant rekanan OVO (1 OVO Point = Rp 1). OVO
menggunakan internet untuk membagikan informasi terbaru maupun berinteraksi
dengan konsumen melalui berbagai platform media sosial yang dimiliki.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang di dalam teknologi
internet. Dicatat pada “Digital in Indonesia” pada Wearesocial januari 2018 dari
total populasi di Indonesia sebanyak 265,4 million terdapat 132.7 million pengguna
internet dan pengguna media sosial yang aktif ada sebanyak 130.0 million.
Gambar 1.1 Digital in Indonesia January 2018
Sumber : https://www.slideshare.net/wearesocial/digital-in-2018-in-southeast-asia-
part-2-southeast-86866464 (2018)
Platform media sosial atau jejaring sosial yang aktif menurut Digital in
Indonesia, tercatat bahwa pengguna aktif ada sebanyak 130.0 million tersebut dan
yang paling aktif dalam berbagai platform media sosial seperti Youtube (43%),
Facebook (41%), Whatsapp (40%), Instagram (38%), line(33%), bbm (28%),
Twitter(27%), Google+ (25%), FB Messenger (16%), Linkedin (16%), Skype (15%)
dan Wechat. (14%).
5
Gambar 1.2 Most Active Social Media Platforms
Sumber : https://www.slideshare.net/wearesocial/digital-in-2018-in-southeast-asia-
part-2-southeast-86866464 (2018)
Data yang di lansir oleh Wearesocial, sebuah agensi digital marketing di Negara
Amerika. Bahwa pengguna aktif media sosial 49% dari 130.0 million populasi di
Indonesia yang aktif dalam menggunakan salah satu atau lebih dari salah satu
platform media sosial yang tercatat sebagai yang paling aktif.
Dalam pengertian media sosial menurut Touchette dan Schanski (2015) adalah
sebagai cara komunikasi yang melibatkan dua pihak terdiri dari pengguna dan
penerbit web yang menyediakan ruang dimana informasi bersifat kolaboratif, dan
pengguna dapat berinteraksi dan berpartisipasi secara kolektif. Dengan demikian,
fungsi utama media sosial adalah untuk menghubungkan dengan orang lain melalui
koneksi internet.
Perkembangan dalam dunia bisnis telah memanipulasi fungsi media sosial
sebagai salah satu alat penting untuk strategi pemasaran terutama untuk perusahaan.
Dimana menciptakan dua cara komunikasi antara pelanggan dan komunitas bisnis
sehingga memberikan interaksi aktif di antara mereka. Perusahaan dapat memantau
kesadaran dan preferensi pelanggan mereka tentang merek dengan mengukur
keterlibatan pelanggan di media sosial atas partisipasi, keterbukaan dan efek jaringan
dalam mengikuti platform sosial media perusahaan.
Konten di media sosial memiliki keunggulan dibandingkan dengan iklan yang
biaya yang lebih rendah, karena konten yang menarik dapat melibatkan perhatian
dari pelanggan dalam waktu singkat. Suatu informasi yang di kirim kepada
pelanggan tidak hanya publisitas ke mata pembaca, tetapi juga mengingat konten
tersebut yang memiliki pesan yang bernilai beserta pengalaman yang dirasakan.
Konten yang berharga akan disimpan dan digunakan lagi, ini bertujuan untuk
mendorong pembelian pelanggan di masa depan. Jika bisnis yang memasarkan
6
konten yang berisi informasi yang berguna kepada pelanggan secara tepat waktu,
pelanggan akan memberi imbalan kepada perusahaan dengan pembelian, penggunaan
dan membangun rasa kesetiaan.
Meskipun demikian, memasarkan konten di media sosial tidak dapat berfungsi
dengan baik tanpa konten yang menarik perhatian pelanggan karena konten yang
menarik tentu berisi sebuah informasi yang bermanfaat dan bernilai sehingga dapat
membantu dalam mendorong keterlibatan pelanggan di media sosial. Jadi, poin
utama dalam menciptakan konten adalah mendistribusikan konten yang berharga dan
konsistensi konten itu sendiri kepada target audiens untuk mendorong keterlibatan
dari pelanggan yang menguntungkan seperti peran aktif pelanggan untuk berinteraksi
dengan konten tersebut sebagai tanda aksi minat, ketertarikan, partisipasi mereka di
media sosial, sehingga menciptakan engagement antara pelanggan dan perusahaan.
Kepentingan dalam customer brand engagement untuk membangun dan
mempertahankan hubungan yang kuat antara pelanggan maupun merek perusahaan,
serta mencapai keunggulan kompetitif. Faktor-faktor tersebut terkait dengan
pelanggan, media sosial dan perusahaan. Di pasaran saat ini, pelanggan mencari
kepuasan dalam penciptaan konten dan nilai merek, sebagai cara ekspresi diri,
sosialisasi atau berbagi dengan orang lain dan menikmati pengalaman baru yang
diapresiasi. Dimana faktor terkait dengan media sosial yang selalu berkembang dan
meningkat menjadi lebih baru maupun tren, memaksa perusahaan untuk memikirkan
kembali media sosial milik mereka sendiri. Akhirnya terkait dengan faktor
perusahaan ialah strategi merek yang berhasil harus diatasi dan menggabungkan
prinsip kedekatan pasaran dan pengendalian atas pengalaman pelanggan menjadi
lebih baik.
Menurut Schamari and Schaefers (2015), kehadiran media sosial telah
mengakibatkan hilangnya kontrol bagi perusahaan, karena pelanggan sekarang lebih
diberdayakan untuk menyuarakan ide mereka dan untuk menemukan audiens luas.
Dalam pengertian ini, customer brand engagement memainkan peran kunci dalam
pendekatan pemasaran pelanggan dan menjadi prioritas dalam strategi branding.
Dimana perusahaan dapat menggunakan sebagai alat untuk melibatkan pelanggan
kedalam keterlibatan merek online, dimana memasarkan konten di media sosial ialah
salah satu strategi terbaik untuk mendorong keterlibatan online. Kunci untuk
membuat keterlibatan yang efektif ialah dengan membuat konten yang persuasif,
dimana konten yang sangat menarik dapat menciptakan hubungan ikatan antara
7
merek dan pelanggan. Customer brand engagement bisa menambahkan nilai kepada
produk dan pembelian maupun penggunaan jasa kembali dari seorang pelanggan,
dimana sangat penting untuk menambahkan keminatan pelanggan dalam belanja,
keterlibatan dan interaksi online. Customer brand engagement bisa melindungi
merek dan mempertahankan keunggulan kompetitif, dimana dapat membantu
pemasar untuk melihat arah perkembangan bisnis di masa depan. Ketika pelanggan
mendapat interaksi atau keterlibatan, mereka bisa setia kepada merek perusahaan
bahkan ada banyak sekali merek yang serupa menawarkan proposal yang lebih
bagus. Secara terus menerus, dapat menciptakan kesetiaan terhadap merek
perusahaan. Dalam pengertian ini, perusahaan dapat meningkatkan kepedulian
dengan bagaimana cara terbaik untuk melibatkan pelanggan untuk mengembangkan
pengalaman pelanggan yang menguntungkan. (Marbach et al., 2016).
Brand merupakan panduan yang penting dan singkat tentang identitas, keaslian,
karakteristik produk, perbedaaan dan fungsi dimana produk dapat di kenali. Jadi,
menciptakan merek di ruang baru (virtual) ini tidak dapat diabaikan.
Saat ini persaingan lebih ketat di sektor manufaktur dan jasa, yang membuat
peran kesetiaan pelanggan lebih menonjol daripada masa lalu. Pemasaran mencakup
pengembangan pelanggan yaitu mempertimbangkan kepuasan dan kualitas dari sudut
pandang pelanggan, loyalitas pelanggan, dan komunikasi yang efektif dengan
mereka. oleh karena itu, perusahaan mencoba untuk memiliki pelanggan yang setia.
Loyalitas merek (Brand loyalty) mengarah pada iklan yang positif, menciptakan
hambatan besar bagi pesaing, menyemangati perusahaan dalam menanggapi
ancaman kompetitif, menciptakan lebih banyak penjualan dan pendapatan serta
mengurangi sensitivitas pelanggan terhadap upaya pemasaran pesaing.
Saat ini, mempertahankan loyalitas merek dianggap sebagai tantangan di pasar
yang kompetitif. Karena meningkatnya tingkat penetrasi internet di dunia pasaran,
terutama di generasi baru, serta pertumbuhan jaringan sosial. Banyak peneliti
pemasaran seperti pelaku pemasaran, telah menekankan pada peran utama dari
hubungan interpersonal yang berpengaruh pada penciptaan sikap positif terhadap
merek yang diinginkan dan hubungan yang kuat antara pelanggan dan merek
(Brexendorf et al., 2009).
Membangun brand loyalty dengan memberi sesuatu yang bernilai kepada
pelanggan melewati media sosial bahwa pada setiap bagian konten memiliki dan
8
mencapai tujuan untuk menghibur maupun mendidik dengan cara memberikan
informasi yang bernilai di sebuah konten terhadap pelanggan.
Menganalisis audiens yang ingin dituju dengan mengetahui keterlibatan audiens
dalam pendapat mereka, supaya dapat menyediakan konten yang memenuhi
kebutuhan audiens untuk loyalitas merek menjadi sesuatu yang berharga dan
diapresiasi oleh pelanggan maupun audiens atas pemasaran konten yang jelas,
terfokus pada pembuatan konten itu sendiri.
Menurut Lee, Hosanagar dan Nair (2013) hubungan antara memasarkan konten
di media sosial dengan customer brand engagement mempresentasikan bahwa
konten yang unik, bermanfaat maupun berhubungan dengan tujuan perusahaan ini
dapat mendorong keterlibatan online secara signifikan. Konten yang mempunyai
nilai berharga dapat menciptakan sebuah kepercayaan pelanggan. Semua faktor ini
mempengaruhi persepsi, niat beli dan penggunaan jasa oleh pelanggan. Bowden
(2009) mengusulkan bahwa customer brand engagement adalah dasar psikologis
untuk mendorong pelanggan menjadi setia pada suatu merek. Ini akan meningkatkan
komitmen dan kepercayaan yang mengarah pada perilaku pembelian dan penggunaan
jasa berulang sehingga dapat menciptakan loyalitas merek.
Dalam hal komunikasi yang berorientasi pada hubungan melalui media sosial,
komitmen pengguna terhadap media sosial perusahaan akan mengalami
pengembangan hubungan. Melalui partisipasi dalam percakapan di halaman media
sosial perusahaan dengan komentar tentang perusahaan atau produknya,
mengungkapkan dukungan atau kritik, dan berbagi informasi di media sosial.
Keterlibatan pelanggan di bidang pemasaran online, tidak hanya menggabungkan
hubungan yang terjalin antara pembeli dan penjual, tetapi juga memungkinkan untuk
mendapatkan potensi pelanggan baru.
Media sosial menawarkan kemungkinan dalam partisipasi ini yang
mengembangkan kepercayaan, niat baik dan komitmen untuk membentuk hubungan
antara individu dengan merek. Interaksi adalah sarana untuk mencapai keterlibatan,
hasil dari partisipasi pengguna terhadap produk, layanan dan kegiatan dari
perusahaan. Interaksi tidak akan terjadi, tanpa adanya partisipasi dan keterlibatan
pelanggan.
Organisasi semakin mencari komitmen dan partisipasi melalui merek tersendiri.
Partisipasi individu tidak lagi dilihat sebagai penerima pasif tindakan pemasaran dari
perspektif customer engagement, tetapi sebagai peserta proaktif dalam proses
9
interaktif dalam penciptaan sesuatu yang bernilai. Komitmen dari pelanggan
menghasilkan peningkatan kinerja organisasi, peningkatan penjualan, keunggulan
kompetitif yang unggul dan profitabilitas, koneksi atau keterikatan emosional dan
pemberdayaan dalam menciptakan nilai pelanggan.
Memasarkan konten di media sosial tidak hanya memperkuat perusahaan yang
ada untuk pelanggan dan hubungan pelanggan terhadap perusahaan, tetapi juga
menciptakan variasi baru pada pilihan konvensional, meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk berinteraksi dalam komunikasi dengan pelanggan hingga
menciptakan sebuah pengalaman baru atau hubungan yang kuat. Konten media sosial
dapat menjangkau ke lebih beragam orang dibandingkan dengan media massa.
Mereka menciptakan sebuah jaringan kecil di social media. Jaringan dimana konten
mudah didistribusikan ke sejumlah besar orang, karena jaringan dibentuk melalui
koneksi sukarela atau media sosial milik sendiri dan memerlukan sedikit langkah
untuk berbagi informasi.
Fitur media sosial dapat membedakan perbedaan konten dan tanpa biaya
publikasi sebuah publikasi foto atau video yang berisi konten di media dan hal ini
melibatkan interaksi dari konsumen di media sosial dengan memberikan komentar
atas ulasan atau testimoni pengalaman pelanggan di media sosial perusahaan. Fitur
media sosial juga mengakses konten secara waktu nyata, dimana pengguna dapat
saling menukarkan pengalaman tersebut dalam waktu nyata. Informasi dalam media
sosial dapat diterima secara kapan saja dan di mana saja. Maka pengguna media
sosial dapat membangun hubungan dengan dasar jaringan sosial dengan berinteraksi
memberi opini, ulasan atau testimoni dan berpartisipasi dalam berbentuk tagging,
hashtag, like, subscribe, comment, retweet dan sharing kepada ruang lingkup
pengguna sebagai tanda mendukung terhadap perusahaan.
Dalam penelitian ini penulis melakukan pre-test sebagai data pendukung, pre-test
ini untuk memperkuat penelitian oleh penulis pada pengaruh social media terhadap
customer engagement. Pre-test ini dilakukan pada kompetitor OVO yaitu
Jeniusconnect atau Kredivo. Perusahaan yang memiliki fitur aplikasi yang hampir
sama dan menggunakan platform media sosial.
Dalam uji pre-test ini penulis mengambil beberapa indikator pertanyaan dari
jurnal Customer Engagement through Social Media, Helsinki Metropolia University
of Applied Sciences European Business and Administration, June 17th, 2016 dan
pengisian kuesioner pre-test ini hanya diperbolehkan bahwa responden adalah
10
pengguna media sosial yang mengikuti atau merupakan pengikut media sosial
perusahaan Jeniusconnect atau Kredivo.
Hasil dari pre-test ini mendapatkan sebanyak 32 responden sebagai berikut :
Gambar 1.3 Hasil Pertanyaan Pre-test Pertama
Sumber : Penulis (2018)
Pertanyaan pertama adalah untuk memastikan bahwa responden ialah pengguna
media sosial.
Gambar 1.4 Hasil Pertanyaan Pre-test Kedua
Sumber : Penulis (2018)
Pertanyaan kedua adalah untuk memastikan bahwa apakah responden
berinteraksi dengan brand di media sosial untuk memperkuat penelitian pre-test ini.
Hasil pertanyaan terdapat sebanyak 32 responden berinteraksi dengan Brand di
media sosial.
11
Gambar 1.5 Hasil Pertanyaan Pre-test Ketiga
Sumber : Penulis (2018)
Pertanyaan ketiga adalah untuk memastikan bahwa responden ialah pengguna
media sosial yang mengikuti media sosial perusahaan Jeniusconnect atau Kredivo.
Hasil dari pertanyaan terdapat 22 responden (68.8%) yang memilih Jeniusconnect
dan 10 responden (31.3%) yang memilih Kredivo.
Gambar 1.6 Hasil Pertanyaan Pre-test Keempat
Sumber : Penulis, (2018)
Pertanyaan keempat adalah untuk mengetahui bagaimana responden berinteraksi
dengan brand di media sosial dan pertanyaan tersebut di beri opsi pilih lebih dari satu
jika perlu. Hasil dari pertanyaan ini terdapat 6 responden (18.8%) yang memilih
komentar, 28 responden (87.5%) memberi tanda like, 9 responden (28.1%) memilih
berbagi atau sharing dan 7 responden (21.9%) responden memilih pesan pribadi atau
12
direct message. Dari hasil pre-test menurut Audrey Cuillierier (2016) dalam
jurnalnya Customer Engagement through Social Media mengatakan bahwa :
• Orang memberi tanda like itu cepat, dan merupakan metrik yang bagus
untuk melihat apakah kampanye berhasil dan konten pada postingan itu
berhasil, lebih terlihat. Memberi tanda like pada publikasi adalah cara
yang lebih cepat untuk berinteraksi dengan brand.
• Berbagi atau sharing publikasi brand dianggap sebagai word-of-mouth,
karena ketika seorang pengguna berbagi publikasi kemudian muncul di
akun media sosialnya sendiri, dan terlihat dari teman-temannya yang
sebelumnya belum mengetahui atau melihat postingan asli tersebut.
• Memberikan komentar pada publikasi juga dapat dianggap sebagai word-
of-mouth, sebagai pengguna dapat komentar tagging salah satu temannya
dan teman yang di tagged akan menerima notifikasi pada akun media
sosialnya, yang mengatakan bahwa ia telah di tagged dalam publikasi,
dan ia akan melihat publikasi dengan mengklik pada notifikasi tersebut.
Jika komentar yang tidak berbentuk tagging, ini tidak dianggap sebagai
word-of-mouth namun, pengguna yang berkomentar dapat memberikan
umpan balik kepada brand tentang publikasi.
Gambar 1.7 Hasil Pertanyaan Pre-test Kelima
Sumber : Penulis (2018)
Pertanyaan kelima adalah untuk mengetahui jenis publikasi apa yang paling ingin
dibagikan oleh responden. Hasil dari pertanyaan ini terdapat 11 responden (34.4%)
memilih publikasi video, 4 responden (12.5%) memilih publikasi teks, 4 responden
13
(12.5%) tidak membagikan publikasi apapun dan 13 responden (40.6%) memilih
publikasi foto.
Gambar 1.8 Hasil Pertanyaan Pre-test Keenam
Sumber : Penulis (2018)
Pertanyaan keenam adalah untuk mengetahui apakah responden pernah
menyarankan sesuatu pada brand. Hasil pertanyaan ini sebanyak 20 responden (62.5)
memilih tidak dan 12 responden (37.5%) memilih iya.
Dengan ini penulis mengambil konten media sosial yang dimiliki oleh
perusahaan OVO untuk mengetahui apakah terdapat interaksi maksimal sebagai
berikut.
Gambar 1.9 Media Sosial OVO Di Instagram
Sumber : Instagram @OVO_ID (2018)
14
Dari gambar 1.9 adalah untuk mengetahui seberapa banyak pengikut/followers
pada media sosial OVO di instagram, dicatat pada bulan oktober terdapat 196k atau
diperkirakan sebanyak 196.000 atau lebih orang yang mengikuti.
Gambar 1.10 Konten Media Sosial OVO Di Instagram
Sumber : Instagram @OVO_ID (2018)
Pada gambar 1.10 merupakan salah satu konten publikasi foto di media sosial
instagram OVO, terdapat sebanyak 389 tanda like dan kolom komentar ditutup.
Gambar 1.11 Konten Media Sosial OVO Di Instagram
Sumber : Instagram @OVO_ID (2018)
15
Pada gambar 1.11 merupakan salah satu konten publikasi foto di media sosial
instagram OVO, terdapat sebanyak 186 tanda like dan kolom komentar ditutup.
Gambar 1.12 Konten Media Sosial OVO Di Instagram
Sumber : Instagram @OVO_ID (2018)
Pada gambar 1.12 merupakan salah satu konten publikasi foto di media sosial
instagram OVO, terdapat sebanyak 116 tanda like dan kolom komentar ditutup.
Gambar 1.13 Konten Media Sosial OVO Di Instagram
Sumber : Instagram @OVO_ID (2018)
Pada gambar 1.13 merupakan salah satu konten publikasi foto di media sosial
instagram OVO, terdapat sebanyak 637 tanda like dan kolom komentar ditutup.
16
Gambar 1.14 Konten Media Sosial OVO Di Instagram
Sumber : Instagram @OVO_ID (2018)
Pada gambar 1.14 merupakan salah satu konten publikasi foto di media sosial
instagram OVO, terdapat sebanyak 175 tanda like dan kolom komentar ditutup.
Gambar 1.15 Konten Media Sosial OVO Di Instagram
Sumber : Instagram @OVO_ID (2018)
Pada gambar 1.15 merupakan salah satu konten publikasi foto di media sosial
instagram OVO, terdapat sebanyak 466 tanda like dan kolom komentar ditutup.
17
Gambar 1.16 Media Sosial OVO Di Facebook Pages
Sumber : Facebook Pages @OVOIDN (2018)
Pada gambar 1.16 adalah untuk mengetahui seberapa banyak pengikut dan like
pada media sosial OVO di facebook pages, dicatat pada bulan oktober terdapat
13,721 like dan 14,215 pengikut. Pada gambar tersebut merupakan salah satu konten
publikasi foto pada tanggal 19 oktober, konten tersebut memiliki sebanyak 9 tanda
like, 5 komentar dan 1 share/berbagi.
Gambar 1.17 Media Sosial OVO Di Youtube
Sumber : Youtube OVO (2018)
18
Pada gambar 1.17 adalah untuk mengetahui seberapa banyak pengikut pada
media sosial OVO di youtube, dicatat pada bulan oktober terdapat 883 pengikut.
Gambar 1.18 Media Sosial OVO Di Youtube
Sumber : Youtube OVO (2018)
Pada gambar 1.17 adalah salah satu konten publikasi video di media sosial OVO
di youtube. Konten tersebut di publikasi pada tanggal 25 oktober 2018, terdapat
sebanyak 1 tanda like, 1 tanda dislike dan kolom komentar ditutup.
Gambar 1.19 Media Sosial OVO Di Twitter
Sumber : Twitter @OVO_ID (2018)
Pada gambar 1.19 adalah untuk mengetahui seberapa banyak pengikut pada
media sosial OVO di twitter, dicatat pada bulan oktober terdapat 4,570 pengikut.
19
Gambar 1.20 Konten Media Sosial OVO Di Twitter
Sumber : Twitter @OVO_ID (2018)
Pada gambar 1.20 adalah salah satu konten publikasi foto di media sosial OVO di
twitter. Konten tersebut di publikasi pada tanggal 11 juni 2018, terdapat 2 tanda like
dan 63 komentar.
Diketahui bahwa pada gambar 1.9 sampai gambar 1.20 dapat disimpulkan, saat
ini media sosial yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan OVO adalah
instagram, facebook, youtube, dan twitter. Media sosial digunakan untuk
mempublikasi konten seperti foto, video maupun konten berisi teks yang berisi
informasi yang bermanfaat bagi konsumen, dengan demikian terdapat beberapa
masalah seperti :
1. Kolom komentar di media sosial instagram dan youtube ditutup.
2. Kolom komentar di media sosial facebook pages terbatas dan tidak dapat
melihat secara keseluruhan komentar yang ada.
3. Memiliki sebanyak 196k pengikut di instagram tetapi tanda like di
beberapa konten publikasi di instagram hanya sebanyak
389,186,116,637,175 dan 466 di catat pada tanggal 27 oktober 2018.
4. Memiliki sebanyak 13,721 like dan 14,215 pengikut di facebook pages
tetapi pada sebuah konten publikasi foto terdapat sebanyak 9 tanda like, 5
komentar dan 1 share/berbagi di catat pada tanggal 27 oktober 2018.
20
5. Memiliki sebanyak 4,570 pengikut di twitter tetapi pada sebuah konten
publikasi foto tidak terdapat re-tweet/berbagi di catat pada tanggal 27
oktober 2018.
6. Media sosial youtube dicatat hanya memiliki sebanyak 883 pengikut di
catat pada tanggal 27 bulan oktober 2018 oleh penulis.
7. Publikasi konten di media sosial twitter tidak diperbaharui sejak tanggal
11 juni 2018 di catat pada tanggal 27 bulan oktober 2018 oleh penulis.
Setelah mengetahui masalah publikasi konten di media sosial oleh perusahaan
OVO ini tidak memaksimalkan semua media sosial yang dimiliki dan dengan
pernyataan hasil pre-test diatas, bahwa interaksi dengan brand merupakan memberi
tanda like, komentar dan berbagi. Maka dengan interaksi dengan memberi tanda like,
komentar dan berbagi pada konten publikasi bisa dinyatakan sedikit dibanding
dengan keseluruhan pengikut media sosial yang ada pada media sosial perusahaan
OVO. Maka penulis meneliti pada media sosial yang di maksimalkan dan di
perbaharui konten ke terbaru setiap hari yaitu Instagram OVO (@OVO_ID).
Dengan adanya penjelasan di atas, maka penulis ingin menguji pengaruh social
media terhadap customer brand engagement dampaknya pada brand loyalty dengan
judul “ANALISIS PENGARUH SOCIAL MEDIA TERHADAP CUSTOMER
BRAND ENGAGEMENT DAN DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY DI PT.
VISIONET INTERNATIONAL (STUDI KASUS INSTAGRAM OVO)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah diungkapkan diatas,
penulis mengidentifikasikan beberapa masalah untuk penelitian lebih lanjut :
1. Bagaimana Social Media memiliki pengaruh terhadap Customer Brand
Engagement di media sosial Instagram OVO ?
2. Bagimana Social Media memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty di
media sosial Instagram OVO ?
3. Bagaimana Customer Brand Engagement memiliki pengaruh terhadap
Brand Loyalty di media sosial Instagram OVO ?
4. Bagaimana terdapat pengaruh yang signifikan antara Social Media dan
Customer Brand Engagement dampaknya pada Brand Loyalty di media
sosial Instagram OVO ?
21
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Social Media terhadap
Customer Brand Engagement di media sosial Instagram OVO
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Social Media terhadap
Brand Loyalty di media sosial Instagram OVO.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Customer Brand
Engagement terhadap Brand Loyatly di media sosial Instagram OVO.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara
Social Media dan Customer Brand Engagement dampaknya pada Brand
Loyalty di media sosial Instagram OVO.
1.4 Manfaat Penelitian
Tujuan dalam penelitian diatas, maka diharapkan untuk memberikan manfaat,
yaitu :
1. Bagi Penulis, sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman sehingga
dapat menerapkan ilmu yang dimiliki dalam menganalisis dan bermanfaat
dalam dunia kerja.
2. Bagi Perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran
untuk meningkatkan Social Media terhadap Customer Brand Engagement
dan dampaknya pada Brand Loyalty pada masa yang akan datang.
3. Bagi Pembaca, sebagai referensi dan tambahan pengetahuan dari
informasi atau penelitian sebelumnya untuk dijadikan sebagai referensi
dan di kembangkan untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini di batasi pada masalah Social Media, Customer Brand
Engagement dan Brand Loyalty. Objek penelitian di batasi dengan pembagian
kuesioner kepada pengguna media sosial yang mengikuti/follow social media
Instagram OVO (@OVO_ID).
22