BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal...

25
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Dengan jumlah pelanggan mencapai 5 milyar di seluruh dunia telekomunikasi seluler sudah menjadi kebutuhan oleh semua orang. Di Indonesia sendiri telekomunikasi seluler adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Paling tidak sekitar 230 juta jiwa penduduk Indonesia hampir semuanya sudah menggunakan ponsel. Di industri telekomunikasi terdapat dua kelompok perusahaan besar yaitu sekelompok perusahaan yang berfokus pada produksi telepon seluler seperti Nokia, BlackBerry, Apple dan Samsung. Di sisi lainnya terdapat sekelompok perusahaan yang berfokus pada penyediaan infrastruktur jaringan. Gambar 1.1 menunjukkan ada tiga kelompok besar penyedia infrastruktur jaringan yaitu vendor, operator dan subkontraktor. Vendor adalah perusahaan penyedia produk-produk jaringan telekomunikasi dan juga layanan-layanan untuk pemeliharaan jaringan. Operator memiliki lisensi frekuensi dan menjual layanan telekomunikasi (suara, SMS dan data) kepada masyarakat. Subkontraktor bertugas membantu vendor dan operator untuk memperlancar operasionalnya. Pemerintah bertindak sebagai regulator yang bertugas mengatur alokasi frekuensi bagi tiap-tiap operator, memastikan bahwa setiap operator memberikan layanan terbaiknya bagi masyarakat dan mengeluarkan regulasi yang mendukung perkembangan usaha di bidang

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan

Dengan jumlah pelanggan mencapai 5 milyar di seluruh dunia

telekomunikasi seluler sudah menjadi kebutuhan oleh semua orang. Di Indonesia

sendiri telekomunikasi seluler adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Paling tidak

sekitar 230 juta jiwa penduduk Indonesia hampir semuanya sudah menggunakan

ponsel.

Di industri telekomunikasi terdapat dua kelompok perusahaan besar yaitu

sekelompok perusahaan yang berfokus pada produksi telepon seluler seperti

Nokia, BlackBerry, Apple dan Samsung. Di sisi lainnya terdapat sekelompok

perusahaan yang berfokus pada penyediaan infrastruktur jaringan. Gambar 1.1

menunjukkan ada tiga kelompok besar penyedia infrastruktur jaringan yaitu

vendor, operator dan subkontraktor.

Vendor adalah perusahaan penyedia produk-produk jaringan

telekomunikasi dan juga layanan-layanan untuk pemeliharaan jaringan. Operator

memiliki lisensi frekuensi dan menjual layanan telekomunikasi (suara, SMS dan

data) kepada masyarakat. Subkontraktor bertugas membantu vendor dan operator

untuk memperlancar operasionalnya. Pemerintah bertindak sebagai regulator yang

bertugas mengatur alokasi frekuensi bagi tiap-tiap operator, memastikan bahwa

setiap operator memberikan layanan terbaiknya bagi masyarakat dan

mengeluarkan regulasi yang mendukung perkembangan usaha di bidang

2

telekomunikasi juga melakukan test dan ujicoba bagi produk-produk

telekomunikasi yang masuk ke Indonesia (Wardhana, 2011).

Gambar 1.1 Kelompok penyedia infrastruktur jaringan

1.1.1 Operator Telekomunikasi Seluler

Telekomunikasi seluler di Indonesia dirintis pada tahun 1984, teknologi

seluler yang digunakan saat itu adalah NMT (Nordic Mobile Telephone).

Beberapa saat kemudian muncul teknologi seluler generasi pertama (1G) yang

dikenal dengan nama AMPS (Advanced Mobile Phone System).

Proyek awal untuk GSM dilakukan pada tahun 1993 oleh PT Telkom

Indonesia. Pada tahun 1994 PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul

sebagai operator GSM pertama di Indonesia. Setahun kemudian didirikan

Telkomsel sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia dan dua tahun

kemudian didirikan PT Excelcomindo Pratama (Excelcom, sekarang XL Axiata)

yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional ketiga.

3

1984 Teknologi NMT-450 (Nordic Mobile Telephone) yang menggunakan frekuensi 450 MHz oleh PT Telkom Indonesia & PT Rajasa Hazanah Perkasa 1985 1G : Teknologi AMPS (Advanced

Mobile Phone System, mempergunakan frekuensi 800 MHz) dioperasikan oleh empat operator: PT Elektrindo Nusantara, PT Centralindo Panca Sakti, dan PT Telekomindo Prima Bakti, serta PT Telkom Indonesia

1967 PT Indonesian Satellite Corporation Tbk (Indosat, sekarang PT. Indosat Tbk) didirikan memulai usahanya pada 1969 dalam bidang layanan telekomunikasi antarnegara

1993 2G : Pilot-project 2G (GSM) oleh PT Telkom Indonesia. On-air 3 BTS (Base Transceiver Station), yaitu satu di Batam dan dua di Bintan

1994 PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai operator GSM pertama di Indonesia

1995 Telkomsel didirikan sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia

1996 PT Excelcomindo Pratama (Excelcom, sekarang XL Axiata) yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional ketiga

1997

Produk prabayar pertama oleh Simpati (Telkomsel)

2001

Layanan SMS diperkenalkan

2.5G : Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (Indosat-M3), yang kemudian menjadi pelopor layanan GPRS (General Packet Radio Service) dan MMS (Multimedia Messaging Service) di Indonesia. 2002

Pemerintah Indonesia melepas 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (SingTel).

Flexi hadir sebagai operator CDMA pertama di Indonesia, di bawah pengawasan PT Telkom Indonesia, menggunakan frekuensi 1.900 MHz dengan lisensi FWA (Fixed Wireless Access)

2003 PT Radio dan Telepon Indonesia (Ratelindo) berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom dan meluncurkan produk esia sebagai operator CDMA kedua berbasis FWA, yang kemudian diikuti dengan kehadiran Fren sebagai merek dagang PT Mobile-8 Telecom.

2004 Telkomsel meluncurkan layanan EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution) yang sanggup melakukan transfer data dengan kecepatan sekitar 126 kbps (kilobit per detik) 2006

3G : Tiga operator telepon seluler ditetapkan sebagai pemenang untuk memperoleh lisensi layanan 3G Telkomsel, XL dan Indosat. Dan pada akhir tahun yang sama, ketiganya meluncurkan layanan 3G secara komersial. 2008

4G : Dirjen Postel menetapkan frekuensi 2.3 Ghz, sebagai frekuensi yang akan ditempati WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) di Indonesia. 2009

2010 Lima operator mengantongi lisensi 4G WiMAX yaitu : Telkom, Indosat Mega Media, Berca, Jasnita dan First Media

Telkomsel memperoleh second carrier untuk jaringan 3G nya dan mengimplementasi High Speed Packet Access (HSPA+) yang sanggup melakukan transfer data dengan kecepatan sampai 21 Mbps.

Gambar 1.2 Perkembangan operator telekomunikasi seluler di Indonesia

4

Sampai saat ini teknologi telekomunikasi seluler sudah sampai pada

generasi keempat (4G). Gambar 1.2 menjelaskan bagaimana perkembangan

operator telekomunikasi seluler di Indonesia.

Di indonesia sampai saat ini telah beroperasi 10 operator seluler. Beberapa

operator menggunakan teknologi jaringan GSM dan beberapa operator lain

menggunakan jaringan CDMA. Tabel 1.1 menunjukkan operator-operator seluler

di Indonesia dan teknologi seluler yang digunakan.

Tabel 1.1 Operator telekomunikasi di Indonesia sampai tahun 2013

Operator Produk Jaringan Bakrie Telecom Esia CDMA 800MHz Hutchison 3 GSM

Indosat

IM3, Indosat Matrix, Indosat Mentari GSM StarOne CDMA 800MHz

Mobile-8 Fren, Mobi dan Hepi CDMA 800MHz Natrindo Axis GSM Sampoerna Telekom Ceria CDMA 450MHz Smart Telecom Smart CDMA 1.900MHz Telkom Flexi CDMA 800MHz

Telkomsel Kartu AS, Kartu HALO dan Simpati GSM

XL Axiata XL GSM Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia

Sampai tahun 2013 operator dengan teknologi GSM lebih menguasai pasar

dibandingkan operator dengan teknologi CDMA. Pangsa pasar terbesar dikuasai

oleh tiga operator dengan teknologi GSM yaitu Telkomsel, Indosat dan XL

Axiata.

Penetrasi pelanggan seluler terus naik dari tahun 2007 sebesar 37,16 %

sehingga menjadi 83,23% pada tahun 2011. Penetrasi pelanggan ini dihitung dari

5

jumlah pelanggan dari ketiga operator besar di Indonesia dibandingkan dengan

jumlah penduduk di Indonesia. Tabel 1.2 menunjukkan jumlah pelanggan tiga

operator seluler terbesar di Indonesia. Tabel 1.3 menunjukkan besarnya penetrasi

pelanggan dari tiga operator besar di Indonesia.

Tabel 1.2 Jumlah pelanggan tiga operator seluler terbesar di Indonesia

Operator Jumlah Subscriber (dalam jutaan) 2007 2008 2009 2010 2011 Telkomsel 47,8 65,3 81,6 94,0 107 Indosat 23,9 36,5 33,1 43,2 51,7 XL 15,4 26,0 31,4 40,4 46,3 Total Susbcriber 87,1 127,8 146,1 177,6 205,0 Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk

Tabel 1.3 Penetrasi pelanggan tiga operator seluler terbesar di Indonesia

Operator Subscriber Penetration (dalam jutaan kecuali presentase)

2007 2008 2009 2010 2011 Populasi Penduduk Indonesia (dalam juta) 234,4 237,5 240,4 243,3 246,3 Pengguna Telepon Seluler (dalam juta) 87,1 127,8 146,1 177,6 205,0 Penetrasi Pelanggan 37,16% 53,81% 60,77% 72,98% 83,23%

Dari laporan keuangan tiga operator besar di Indonesia ketiga operator

besar Indonesia terus mengalami kenaikan pendapatan tiap tahunnya. Tabel 1.4

memperlihatkan di tahun 2011 Telkomsel sebagai operator terbesar di Indonesia

mampu meraup pendapatan sebesar 48,7 trilyun rupiah, Indosat memperoleh

pendapatan 20,5 trilyun rupiah dan XL memperoleh pendapatan 18,9 trilyun

rupiah. Dari sisi efisiensi operasional XL termasuk operator yang berhasil dimana

memperoleh keuntungan bersih (pendapatan setelah dikurangi beban operasional,

pajak, bunga dan depresiasi) lebih besar daripada Indosat meskipun

6

pendapatannya lebih kecil seperti terlihat pada Tabel 1.5. Dari data-data tersebut

dapat disimpulkan bahwa sebenarnya bisnis telekomunikasi masih sangat besar

kesempatannya.

Tabel 1.4 Revenue tiga operator besar Indonesia tahun 2007 - 2011

Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk

Tabel 1.5 Net margin tiga operator besar Indonesia tahun 2007 - 2011

Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk

1.1.2 Arsitektur Jaringan Operator Seluler

Jaringan operator seluler terdiri dari elemen-elemen rumit yang

memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi secara bergerak. Gambar 1.3

berikut menjelaskan elemen-elemen jaringan pada operator seluler.

Operator Revenue (dalam milyar rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 Telkomsel 39.171 40.291 44.443 45.567 48.733 Indosat 16.873 19.211 18.842 19.796 20.576 XL 8.365 12.156 13.880 17.637 18.921

Operator Net Margin (dalam milyar rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 Telkomsel 13.624 11.422 13.16 12.362 12.824 Indosat 2.042 1.878 1.498 647 835 XL 251 -15 1.709 2.891 2.830

7

Gambar 1.3 Arsitektur jaringan seluler

Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network

Elemen jaringan operator seluler terdiri dari tiga bagian besar yaitu Base

Station System (BSS), Network Switching System (NSS), Operation &

Maintenance System (OMS). Setiap bagian besar tersebut akan terbagi lagi

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi.

1. Base Station System (BSS) merupakan bagian dari jaringan yang

menyediakan interkoneksi dari MS ke peralatan dasar switching. Tabel 1.6

dibawah menjelaskan bagian-bagian dari BSS.

8

Tabel 1.6 Bagian-bagian dari Base Station System (BSS)

Elemen Jaringan Fungsi

Base Station Controller (BSC)

BSC membawahi satu atau lebih BTS serta mengatur trafik yang datang dan pergi dari BSC menuju MSC atau BTS. BSC juga mengatur manajemen sumber radio dalam pemberian frekuensi untuk setiap BTS dan mengatur handover.

Base Transceiver Station (BTS)

BTS merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada MS. Dalam BTS terdapat kanal trafik yang digunakan untuk komunikasi.

Transcoder Transcoder berfungsi untuk translasi MSC dari 64 Kbps menjadi 16 Kbps dan juga untuk efisiensi kanal trafik.

Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network

2. Network Switching System (NSS) berfungsi sebagai switching pada

jaringan GSM, manajemen jaringan dan sebagai antarmuka antara jaringan

GSM dengan jaringan lainnya. Tabel 1.7 dibawah menjelaskan bagian-

bagian dari NSS.

Tabel 1.7 Bagian-Bagian dari Network Switching System (NSS)

Elemen Jaringan Fungsi

Mobile Switching Center (MSC)

MSC didesain sebagai switch ISDN (Integrated Service Digital Network) yang dimodifikasi agar berfungsi untuk jaringan seluler. MSC juga dapat menghubungkan jaringan seluler dengan jaringan fixed phone.

Home Location Register (HLR)

HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data tersebut antara lain: layanan pelanggan, service tambahan, serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir.

9

Visitor Location Register (VLR)

VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.

Authentication Center (AuC)

AuC berisi database yang menyimpan informasi rahasia yang disimpan dalam bentuk format kode. AuC digunakan untuk mengontrol penggunaan jaringan yang sah dan mencegah pelanggan yang melakukan kecurangan.

Equipment Identity Register (EIR)

Merupakan database terpusat yang berfungsi untuk validasi International Mobile Equipment Identity (IMEI).

Inter Working Function

Berfungsi sebagai interface antara jaringan GSM dengan jaringan ISDN.

Echo Canceller Digunakan untuk sambungan dengan PSTN, berfungsi untuk mengurangi echo (gema).

Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network

3. Operation & Maintenance System (OMS) bagian ini mengizinkan network

provider untuk membentuk dan memelihara jaringan dari lokasi sentral.

Tabel 1.8 dibawah menjelaskan bagian-bagian dari OMS.

Tabel 1.8 Bagian-bagian dari Operation & Maintenance System (OMS)

Elemen Jaringan Fungsi

Operation and Maintenance Centre

(OMC)

OMC sebagai pusat pengontrolan operasi dan pemeliharaan jaringan. Fungsi utamanya mengawasi alarm perangkat dan perbaikan terhadap kesalahan operasi.

Network Management Centre

(NMC)

Berfungsi untuk pengontrolan operasi dan pemeliharaan jaringan yang lebih besar dari OMC.

Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network

10

1.1.3 Pertumbuhan Jaringan Operator

Data pertumbuhan BTS menunjukkan besarnya kebutuhan akan teknisi

profesional untuk mendukung terus berkembangnya layanan operator. Menurut

data yang diambil dari laporan tahunan tiga operator terbesar di Indonesia (PT

Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk) seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 1.9 jumlah total BTS terus bertambah setiap tahunnya

dari total sejumlah 42.139 BTS pada tahun 2007 menjadi 90.149 BTS pada tahun

2011. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat mencapai 110.738 BTS di

akhir tahun 2013. Jumlah ini belum termasuk BTS dari operator lainnya seperti

PT Hutchison Charoen Pokphand Telecom (HCPT) yang mengoperasikan

jaringan Tri, PT AXIS Telekom Indonesia, PT Bakrie Telecom Tbk dan PT

Smartfren Telecom Tbk.

Tabel 1.9 Jumlah BTS tiga operator seluler terbesar di Indonesia

Operator Jumlah BTS 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Telkomsel 20858 26872 30992 36557 42623 47545 52811 Indosat 10124 13662 16353 18108 19253 22253 23887 XL 11157 16729 19349 22191 28273 30787 34040 Jumlah BTS 42139 57263 66694 76856 90149 100585 110738

Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk

Pertumbuhan BTS per tahun bervariasi di setiap operator. Pertumbuhan

terbesar dilakukan oleh PT Telkomsel Seluler dengan rata-rata pertambahan

sekitar 5441 BTS per tahunnya. Di tahun 2011 penambahan besar-besaran

dilakukan oleh PT XL Axiata Tbk sebesar 6082 BTS seperti terlihat pada tabel

1.10. Dengan jumlah pertumbuhan yang besar setiap tahunnya dan juga proses

yang panjang dari kegiatan survey awal sampai BTS Acceptance, RF Engineer

11

bertindak sebagai Planner dan juga Optimizer. Planner bertugas untuk

menentukan titik lokasi mana saja yang perlu dibangun BTS dan Optimizer

bertanggungjawab untuk mengoptimalisasikan BTS agar bisa menyediakan

layanan yang memuaskan bagi pelanggan.

Tabel 1.10 Jumlah pertambahan BTS tiga operator seluler terbesar di Indonesia

Operator Pertambahan BTS per tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 2008 - 2011

Telkomsel 6014 4120 5565 6066 4922 5266 5441 Indosat 3538 2691 1755 1145 3000 1634 2282 XL 5572 2620 2842 6082 2514 3252 4279 Jumlah Pertambahan BTS 15124 9431 10162 13293 10436 10152 12003

Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk

12

Gambar 1.4 Bermacam-macam jenis Base Transceiver Station (BTS) sebagai salah satu bagian dari BSS. 1. BTS Greenfield dengan struktur berkaki empat,

biasanya untuk BTS dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah rural 2. BTS Greenfield dengan struktur berkaki tiga, lebih hemat tempat dan cocok untuk daerah perkotaan 3. BTS kamuflase yang menyerupai pohon untuk keindahan

estetika 4. BTS monopole 5. Ericsson Tower Tube, tower yang ramah lingkungan. 6. BTS yang difungsikan juga sebagai lampu penerangan

13

1.1.4 Vendor Telekomunikasi Seluler

Ada tiga vendor besar dunia yang menguasai pabrikasi untuk peralatan-

peralatan jaringan seluler termasuk didalamnya adalah BTS. Ketiga vendor

tersebut adalah Ericsson, NSN (Nokia Siemens Networks) dan Huawei.

Dibandingkan dengan operator Indonesia, vendor penyedia peralatan

telekomunikasi pendapatannya jauh lebih besar karena cakupan pasar yang

menjangkau sampai seluruh dunia. Tabel 1.11 dan tabel 1.12 menunjukkan

laporan keuangan yang dikumpulkan dari tiga vendor besar Ericsson masih

memimpin berpendapatan terbesar pada tahun 2011 diikuti oleh Huawei dan

Nokia Siemens Networks. Huawei melaju sangat cepat dan hampir mengalahkan

perusahaan-perusahaan dari Eropa yang sudah lama mengusai teknologi

telekomunikasi. Nokia Siemens Networks yang berawal dari merger dua divisi

besar yaitu Nokia Networks dan Siemens Communication ternyata tidak dapat

menghasilkan keuntungan yang signifikan dan terus merugi semenjak 2007.

Tabel 1.11 Revenue tiga vendor besar dunia tahun 2007 - 2011

Vendor

Revenue (dalam juta dollar) 2007 2008 2009 2010 2011

Ericsson 28.167,00 31.339,50 30.971,55 30.502,20 34.038,15 NSN 17.812,69 20.360,97 16.723,42 16.839,13 18.674,53 Huawei 14.744,80 19.692,80 23.457,12 29.207,68 32.628,64

Sumber : Annual Report Ericsson (Telefonaktiebolaget L. M. Ericsson), Huawei Technologies Co. Ltd., Nokia Corporation.

14

Tabel 1.12 Rugi / laba tiga vendor besar dunia tahun 2007 - 2011

Vendor

Rugi/Laba (dalam juta dollar)

2007 2008 2009 2010 2011

Ericsson 3320,25 1750,05 619,05 1685,25 1885,35 Nokia Siemens Networks -1739,64 -400,33 -2179,87 -912,38 -399 Huawei 2022,56 1262,56 3040,16 3954,56 1863,52

Sumber : Annual Report Ericsson (Telefonaktiebolaget L. M. Ericsson), Huawei Technologies Co. Ltd., Nokia Corporation.

Selain menjual produk yang berhubungan dengan jaringan seluler ketiga

vendor tersebut juga memberikan jasa kepada operator-operator yang membeli

produknya antara lain adalah jasa konsultan RF Planning and Optimization.

Dengan semakin berkembangnya dan rumitnya jaringan maka jasa pelatihan dan

training untuk RF Planning and Optimization-pun semakin dibutuhkan baik oleh

vendor maupun oleh operator. PT Floatway Systems menangkap peluang ini

dengan mendirikan pusat pelatihan yang berfokus pada teknologi jaringan seluler.

1.1.5 Perusahaan Penyedia Jasa Training di Industri Telekomunikasi

Seluler

Masih sedikit sekali perusahaan yang berasal dari Indonesia yang

menggeluti jasa training di bidang teknik telekomunikasi seluler. Berikut beberapa

perusahaan yang bergerak dalam bidang training atau pengembangan kompetensi

di bidang teknik telekomunikasi seluler baik dari luar maupun dalam negeri (lihat

Tabel 1.13).

15

Tabel 1.13 Perusahaan yang bergerak di jasa training teknik telekomunikasi

No Nama Perusahaan Layanan Training

Kantor Pusat

1 Aircom International

GSM, GPRS, UMTS, HSPA+ dan LTE Inggris

2 Award Solutions, Inc

4G, HSPA+, LTE, EPC, LTE-Advanced, TD-LTE, VoLTE, Cloud Computing, M2M, UCC, IP Convergence, IPv6, MPLS dan IMS

Amerika Serikat

3 Telecoms Academy

Bisnis dan Teknik di bidang Telekomunikasi Inggris

4 Pinnacle Learning Center

Manajemen Proyek, Bisnis dan Teknik di bidang Telekomunikasi

Indonesia, Malaysia, Singapura

5 TECHCOM Consulting GmbH

Bisnis dan Teknik di bidang Telekomunikasi Jerman

6 COMMTECH Training Center

IT dan Telekomunikasi Indonesia

7 Think Corp GSM, CDMA, WCDMA Indonesia 8 PT. Bandung

TalentSource IP Network, Blended English, Mobile Communication, Multimedia Training, Project Management, Telecom Mini MBA

Indonesia

Sumber : Diolah dari penulis

1.2 Lingkungan Internal Perusahaan

1.2.1 Cikal Bakal Berdirinya Perusahaan

Perusahaan PT. Floatway Systems (www.floatway.com) didirikan pada

bulan Juni 2010 oleh empat pendiri yang memiliki latar belakang sama yaitu

lulusan Teknik Elektro. Pada awalnya floatway didirikan atas dasar keinginan

para pendirinya agar riset yang telah dilakukan di bangku perkuliahan (khususnya

di bidang teknik elektro) berkelanjutan menjadi sebuah produk jadi yang dapat

dikomersialkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Beberapa hasil riset pendiri

floatway telah memenangkan penghargaan inovasi produk baik secara nasional

dan internasional, salah satunya memenangkan kompetisi Indosat Telco Project

16

Competition 2005 dan Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC 2007). Tetapi

keberlanjutan ide dalam kompetisi tersebut akhirnya punah begitu saja. Disinilah

tujuan floatway didirikan, diharapkan dapat menjadi wadah yang menampung

kreatifitas-kreatifitas generasi muda di Indonesia.

Gambar 1.5 Para pendiri PT. Floatway Systems kiri ke kanan : Lingga Wardhana, Deni Rosiska, Rakhmad Fajar, Chairil Wahyana

PT. Floatway Systems didirikan Juni 17 Mei 2010 di Bekasi berdasarkan

akta notaris nomor 39.- oleh notaris Hj. Tuti Alawiyah,SH yang terletak di Ruko

Naga Swalayan Blok A No.2 Jl. Raya Sultan Agung KM. 27 Medan Satria,

Bekasi kode pos 17132. Kantor dan workshop PT. Floatway Systems terletak di

Cipinang Elok Blok BJ No 2C Cipinang Jakarta Timur. Bagi para pendiri bulan-

bulan awal mendirikan perusahaan adalah hal yang sulit. Meskipun dengan

semangat tinggi sama seperti yang lainnya rata-rata entrepreneur yang baru

memasuki dunia bisnis para pendiri tidak memiliki strategi untuk berbisnis.

Ditambah lagi latar belakang yang sama bukanlah sesuatu yang bagus bagi sebuah

organisasi. Keberagaman kadang lebih baik dalam sebuah organisasi. Karena

17

sebuah organisasi meskipun kecil membutuhkan bagian keuangan, marketing,

sales dan pengetahuan mengenai manajemen Pembagian kerja pun dilakukan

diantara pendiri ada yang mengurusi bagian teknis dan ada yang mengurusi

manajemen.

Pada awalnya para pendiri antusias bahwa penjualan produk hasil riset

bisa menjadi sumber penghasilan perusahaan. Ternyata riset membutuhkan biaya

yang besar dan waktu yang lama untuk memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu

diputuskan untuk menambah pemasukan perusahaan dengan meluncurkan jasa

training teknik telekomunikasi dimana sebagian pendiri sudah berpengalaman di

bidang telekomunikasi lebih dari lima tahun. Solusi dari permasalahan tersebut

adalah kedua kegiatan berjalan seiringan sehingga ada dua divisi yang berjalan di

floatway yaitu divisi produk dan divisi training teknik telekomunikasi.

1.2.2 Divisi Produk

Kebetulan salah satu pendiri yang berfokus di solusi hardware mendapat

proyek sebuah produk instrumentasi industri. Proyek yang sebelum floatway

didirikan sudah sering ditanganinya. Proyek ini memberikan kesempatan bagi

floatway untuk melangkah. Meskipun banyak kendala terjadi saat melakukan

project delivery, proyek ini menghubungkan floatway ke proyek-proyek

selanjutnya selama tahun 2011. Banyak riset yang dilakukan di divisi ini terutama

dalam pembuatan dan pengembangan produk. Produk yang dibuat adalah alat

untuk tes kualitas kabel di produksi sepeda motor. Target pasar utama produk ini

adalah perusahaan subkontraktor penyedia kabel bagi perusahaan motor seperti

Honda, Kawasaki, Suzuki dan Yamaha. Produk ini menjadi produk utama

18

floatway di bidang solusi hardware. Di pasaran sudah terdapat produk sejenis

yang dibuat oleh negara Jepang dan Taiwan. Harga yang lebih ekonomis dengan

fungsionalitas yang lebih unggul diharapkan menjadi brand equity produk

floatway dibandingkan produk-produk lainnya. Sebelum PO (Project Order)

dikeluarkan oleh customer, diskusi yang intensif dengan customer sangat

diwajibkan. Dalam pemasaran produk B2B komunikasi intensif ke customer

adalah sangat penting untuk bisa sukses memenangkan hati customer. Dengan

pertemuan yang insentif akhirnya perusahaan dapat menciptakan produk yang

dapat menghemat proses produksi customer sehingga customer pun terbantu

dengan waktu pengechekan yang menjadi lebih cepat. Produk circuit checker

ditunjukkan pada gambar 1.6 dibawah ini.

Gambar 1.6 Produk utama PT. Floatway Systems Streamline circuit tester dan bulb tester yang berfungsi sebagai alat untuk tes kualitas kabel di produksi

sepeda motor

19

1.2.3 Divisi Training Telekomunikasi

Divisi lain adalah divisi training yang ditujukan bagi engineer

telekomunikasi. Pasar ini dikerjakan oleh perusahaan karena tiga dari empat

pendiri perusahaan berpengalaman di bidang telekomunikasi. Materi training

yang utama adalah 2G/3G/4G RF Planning and Optimization. Kegiatan training

ini sangat spesifik tetapi peminatnya cukup banyak. Pasar ini berkembang

dikarenakan telekomunikasi berkembang sangat pesat dalam satu dekade ini. Di

sisi lain belum ada lembaga yang menyediakan jasa training bersertifikasi.

Padahal kebutuhan engineer yang memiliki pemahaman konsep sangat dibutuhkan

di industri telekomunikasi seiring dengan bertambah besarnya jaringan operator

seluler. Pemasaran produk disampaikan melalui media internet khususnya mailing

list dan facebook. Pemasaran ini terbukti cukup efektif menjaring peserta training

meskipun dengan biaya yang minim. Memang ada persaingan dalam bidang ini

tetapi brand produk tetap terjaga dengan memberikan materi training yang benar-

benar dibutuhkan oleh konsumen. Metode pengajarannya pun dibuat secara dua

arah. Dimana peserta training secara bebas dan langsung dapat menceritakan

pengalamannya kedalam forum training. Selain itu banyak sekali dilakukan

praktek-praktek yang berhubungan dengan materi training sehingga peserta

paham apa yang sedang dipelajari dalam training.

20

Gambar 1.7 Program training telekomunikasi

Sampai saat ini ada dua bisnis unit yang berjalan di perusahaan yaitu divisi

produk instrumentasi industri dan divisi training telekomunikasi. Keduanya terus

dikembangkan pasarnya dan dijaga kualitasnya. Strategipun terus dipikirkan oleh

pemilik perusahaan untuk mencapai sustainability. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kemajuan secara umum ke perusahaan dan secara khusus ke divisi

training telekomunikasi.

21

1.3 Kebutuhan-kebutuhan Perusahaan

Tingkat penetrasi telekomunikasi di Indonesia masih tergolong rendah,

menjadikan peluang bisnis di sektor telekomunikasi memiliki prospek yang bagus

di masa mendatang, sehingga industri telekomunikasi di Indonesia masih

memiliki kesempatan untuk bertumbuh dalam beberapa tahun mendatang.

Persaingan operator seluler tidak hanya terjadi dalam batasan tarif, namun juga

area cakupan (coverage) dan layanan kepada pelanggan. Tarif menjadi alasan

utama pada lapisan menengah ke bawah, sementara coverage juga menjadi

pertimbangan. Saat ini kompetisi Industri telekomunikasi selular di Indonesia

telah memasuki sebuah babak baru, bukan saja layanan telepon dan SMS, tetapi

sekarang ini sudah memasuki persaingan layanan data.

Meningkatnya persaingan di operator telekomunikasi inilah yang

menyebabkan operator berlomba-lomba untuk memberikan layanan yang baik

dengan harga yang murah dan tetap mengikuti perkembangan trend teknologi.

Salah satunya berimplikasi pada orang-orang teknik yang bekerja didalamnya.

Pada awal jaringan seluler berdiri, fokus operator hanya pada coverage dan juga

availability. Availability menggambarkan bahwa jaringan beroperasi dengan baik,

tidak sering mati, pasokan listrik ke jaringan lancar dan jaringan transmisi

penghubung antar jaringan juga beroperasi dengan baik. Saat ini fokus operator

sudah mengarah ke layanan yang memberikan kepuasan kepada pelanggan. Tidak

lagi berfokus pada jaringan yang dimilikinya tetapi berfokus pada kebutuhan

customer.

22

RF Planning and Optimization adalah bagian dari divisi teknik di industri

telekomunikasi selular yang memiliki tanggung jawab untuk berfokus pada

kepuasan konsumen. Menurut rekomendasi dari ITU (International

Telecommunication Union) terdapat tiga kategori pengklasifikasian Key

Performance Indicator (KPI) untuk evaluasi sebuah jaringan yaitu Accessibility,

Retainability dan Integrity.

1. Accessibility adalah kemampuan user untuk memperoleh servis sesuai

dengan layanan yang disediakan oleh pihak penyedia jaringan.

2. Retainability adalah kemampuan user dan sistem jaringan untuk

mempertahankan layanan setelah layanan tersebut berhasil diperoleh

sampai batas waktu layanan tersebut dihentikan oleh user.

3. Integrity adalah derajat pengukuran disaat layanan berhasil diperoleh oleh

user.

Pada masa awal munculnya telekomunikasi seluler sampai tahun 2008

vendor-vendor Eropa merajai penjualan perangkat-perangkat telekomunikasi ke

operator-operator Indonesia. Setelah tahun 2008 banyak operator yang beralih ke

vendor China karena harga perangkat yang jauh lebih murah. Dari segi kualitas

perangkat China tidak kalah dibandingkan dengan perangkat Eropa. Tetapi dari

segi layanan yang diberikan untuk me-maintenance jaringan, vendor China kalah

jauh dibandingkan dengan vendor Eropa. Inilah salah satu alasan mengapa

perusahaan floatway fokus pada layanan training. Diharapkan floatway dapat

menjadi perusahaan yang memberikan solusi kepada operator-operator yang

menginginkan maintenance jaringan sebaik vendor Eropa meskipun

23

menggunakan produk China. Tentunya dengan menggunakan layanan training

yang kami berikan.

Terdapat kebutuhan perusahaan yang menjadi fokus pembahasan dan akan

dipecahkan melalui penelitian ini. Kebutuhan tersebut adalah belum adanya

penelitian yang berfokus pada analisa model bisnis pada PT Floatway Systems

sebelumnya. Penelitian ini melakukan analisa model bisnis yang sudah berjalan

dan merumuskan pengembangan model bisnis baru yang berguna untuk dijadikan

pedoman dan kerangka dalam pengembangan usaha.

1.4 Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mencapai hal-hal sebagai berikut :

1. Menganalisis model bisnis yang sudah diterapkan oleh PT Floatway

Systems

2. Merumuskan pengembangan model bisnis lain yang berguna untuk

pengembangan usaha.

1.5 Manfaat

Penulisan penelitian difokuskan pada aspek kanvas model bisnis dan

episentrum inovasi di PT Floatway Systems (Osterwalder dan Pigneur, 2010).

Perusahaan ini dipilih sebagai obyek penulisan penelitian dikarenakan beberapa

alasan. Pertama, PT Floatway Systems dapat dikategorisasikan sebagai

perusahaan pemula (start-up company) dan digerakkan oleh wirausahawan muda

(young entrepreneurs). Dengan adanya penelitian mendalam ini dapat

memberikan pandangan baru bagi penulis, pemilik dan juga selaku pelaksana

24

manajemen di PT Floatway Systems tentang pencapaian perusahaan yang telah

dicapai dalam kurun waktu tiga tahun dan salah satu alternatif pendalaman dan

penerapan konsep manajemen strategi dalam suatu realita bisnis. Kedua, PT

Floatway Systems sejak berdirinya mencoba melakukan inovasi berkelanjutan

(sustainable innovation) yang ber-episentrum pada sumber daya kunci berupa

sumber daya manusia. Hal ini memungkinkan analisa yang intens untuk menjajagi

potensi episentrum yang lain, seperti berbasis proposisi nilai (value proposition),

segmen konsumen (consumer segment) ataupun berbasis mitra kunci (key

partners).

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab,

dimana masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yang merupakan penjabaran

bab yang bersangkutan sehingga membentuk satu kesatuan penulisan yang utuh.

Bab I adalah bab pendahuluan, bab ini akan menjelaskan tentang

lingkungan eksternal perusahaan, lingkungan internal perusahaan, rumusan

masalah, tujuan bisnis, manfaat bisnis dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai landasan teori, pada bab ini akan dibahas

teori-teori yang bisa memberikan gambaran bagaimana metode pengembangan

model bisnis untuk PT Floatway Systems.

Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian, bab ini menjelaskan

mengenai level analisis, sumber data apakah menggunakan data primer atau data

sekunder, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

25

Bab IV adalah pembahasan mengenai strategi dan rencana yang

digunakan. Strategi dan rencana yang digunakan adalah kombinasi Nine Building

Blocks dengan Episentrum Inovasi Model Bisnis. Nine Building Blocks terdiri atas

: segmen pelanggan, proposisi nilai, saluran, hubungan pelanggan, arus

penerimaan, aktivitas kunci, kunci kemitraan, sumber daya, struktur biaya. Nine

Building Blocks digunakan untuk memotret kondisi perusahaan saat ini dan

pengembangan model bisnis baru menggunakan Pusat Inovasi Model Bisnis.

Bab V adalah pembahasan mengenai rencana aksi yang merupakan bagian

yang membantu untuk mengelola pelaksanaan strategi melalui detil kegiatan

berbasis harian yang harus diperbaharui secara terus menerus. Rencana aksi terdiri

dari empat bagian yaitu : kegiatan, penanggung jawab, ukuran kinerja dan waktu.