BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka...

23
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyandang predikat sebagai seorang mantan narapidana merupakan sebuah beban yang berat, stigma-stigma negatif kerap muncul dari sosok seorang mantan narapidana. Narapidana oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker atau pembuat masalah yang selalu saja meresahkan masyarakat. Hal ini terjadi karena masyarakat yang telah membentuk opini “Sekali lancung ke ujian, maka seumur hidup tak akan dipercaya”. (Rahmawati dalam Shofia 2009:2) Proses sosialisasi mantan narapidana kepada masyarakat akan terasa sangat sulit dikarenakan adanya stereotype tersebut, sehingga ada sebuah ketakutan di benak masyarakat yang sedang bersosialisasi dengan seorang mantan narapidana. Seperti ketakutan akan terulangnya kembali kesalahan yang dilakukan, atau tidak sanggupnya seorang mantan narapidana untuk diberikan amanat atau kepercayaan, hanya karena pengalaman masa lalunya. Banyak narapidana yang telah bebas kehilangan jati diri, hal ini ditandai dengan sikap tertutup, acuh tak acuh, sinis dan anti sosial. Namun tidaklah seluruhnya mantan narapidana akan mengalami hal yang sama, tercatat beberapa mantan narapidana yang berhasil bertahan di masyarakat, membantu masyarakat lainnya, bahkan mencetak prestasi. Salah satu contoh mantan narapidana yang berhasil kembali ke masyarakat dan sukses adalah Hardadi, seorang mantan narapidana kasus narkoba yang telah keluar dari penjara pada tahun 2009 setelah menjalani hukuman 6 bulan penjara.

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyandang predikat sebagai seorang mantan narapidana merupakan

sebuah beban yang berat, stigma-stigma negatif kerap muncul dari sosok seorang

mantan narapidana. Narapidana oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker

atau pembuat masalah yang selalu saja meresahkan masyarakat. Hal ini terjadi

karena masyarakat yang telah membentuk opini “Sekali lancung ke ujian, maka

seumur hidup tak akan dipercaya”. (Rahmawati dalam Shofia 2009:2)

Proses sosialisasi mantan narapidana kepada masyarakat akan terasa sangat

sulit dikarenakan adanya stereotype tersebut, sehingga ada sebuah ketakutan di

benak masyarakat yang sedang bersosialisasi dengan seorang mantan narapidana.

Seperti ketakutan akan terulangnya kembali kesalahan yang dilakukan, atau tidak

sanggupnya seorang mantan narapidana untuk diberikan amanat atau kepercayaan,

hanya karena pengalaman masa lalunya. Banyak narapidana yang telah bebas

kehilangan jati diri, hal ini ditandai dengan sikap tertutup, acuh tak acuh, sinis dan

anti sosial.

Namun tidaklah seluruhnya mantan narapidana akan mengalami hal yang

sama, tercatat beberapa mantan narapidana yang berhasil bertahan di masyarakat,

membantu masyarakat lainnya, bahkan mencetak prestasi. Salah satu contoh

mantan narapidana yang berhasil kembali ke masyarakat dan sukses adalah

Hardadi, seorang mantan narapidana kasus narkoba yang telah keluar dari penjara

pada tahun 2009 setelah menjalani hukuman 6 bulan penjara.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

2

Hardadi (48), kini telah menjadi seorang pemilik perusahaan makanan

dengan nama “Singkong Keju D-9” yang ada di Kota Salatiga. Tepatnya pada

tanggal 22 Agustus 2009, Hardadi terbebas dari Lapas Kelas I Surakarta dan

kemudian pulang menuju kampung halamannya di Kota Salatiga. Demi

menghidupi keluarganya yang terdiri dari satu orang istri dan tiga orang anak,

Hardadi harus berjuang, dan mengawalinya dengan berjualan singkong

menggunakan gerobak dan menjadi pedagang kaki lima di Alun-Alun Pancasila,

Kota Salatiga. Hingga kini berhasil membuat outlet yang besar dan bisa

menghabiskan singkong sebanyak 1,8 ton setiap harinya. Selain itu, saat ini Hardadi

juga memepekerjakan beberapa orang mantan narapidana di bisnisnya. (Sumber:

https://serat.id/2018/09/14/singkong-keju-d9-usaha-hardadi-hilangkan-stigma-

mantan-narapidana/, diakses pada 13 Mei 2019 pukul 14:30 WIB)

Contoh kasus lainnya adalah Yusuf Adirima alias Machmudi Haryono (43)

pernah merasakan dinginya sel penjara tahun 2003 lalu. Yusuf bersama dengan tiga

temannya ditangkap Densus 88 di sebuah rumah kontrakan di Jalan Taman Sri

Rejeki Selatan, Semarang. Kemudian divonis menjalani hukuman selama 10 tahun

penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang

diperkirakan daya ledaknya dua kali lipat dari Bom Bali. Bahan peledak itu adalah

titipan dari tersangka Bom JW Marriot 2003, Musthofa alias Abu Tholut yang

sudah lebih dulu ditangkap di Bekasi dan divonis 7 tahun penjara.

Setelah menjalani hukuman, Yusuf bebas bersyarat pada 2009 karena

berkali-kali mendapat remisi. Hingga kemudian Yusuf mencari kerja dan diterima

sebagai karyawan warung makan di Semarang. Namun kegiatan itu tidak

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

3

berlangsung lama, Yusuf dipecat karena bosnya tahu bahwa dia seorang mantan

Narapidana terorisme yang masih dikenakan wajib lapor ke polisi sehingga harus

sering absen dari kerjaannya. Dibantu YPP Noor Huda akhirnya pada tahun 2011,

Yusuf bersama teman-temannya membuka sebuah usaha Rumah Makan bernama

Dapoer Bistik, dan kini beralih bisnis ke rental mobil. (Sumber:

https://kumparan.com/@kumparannews/kisah-yusuf-mantan-teroris-semarang-

yang-pilih-jadi-pebisnis, diakses pada 13 Mei 2019 pukul 14:42 WIB). Kedua

contoh kasus diatas membuktikan bahwa beberapa dari para mantan narapidana

tidak mendapatkan stigma-stigma yang negatif sehingga mereka harus kehilangan

jati diri mereka.

Sayangnya, di negara kita ini masih banyak saja yang melakukan

perundungan (bully) terhadap para mantan narapidana, masih banyak juga

masyarakat yang merasa tidak aman jika bertemu dengan seorang mantan

narapidana dan terus melabeli mereka sebagai mantan narapidana selama hidupnya.

Maka dari itu, seorang mantan narapidana harus berusaha sangat keras untuk

meyakinkan bahwa mereka telah berubah dan ingin menjadi warganegara yang

baik. Bukannya diterima di masyarakat, beberapa diantara mereka masih sering

mendapat perlakuan yang diskriminatif bahkan keluarganya yang tidak ikut

menjadi penjahat juga merasakannya.

Labelling yang diberikan pemerintah dan masyarakat terhadap mantan

narapidana atau pelaku kejahatan membuat banyak dari mereka yang pada awalnya

ingin berubah lebih baik lagi menjadi kesulitan untuk beradaptasi dan tidak dapat

diterima oleh masyarakat. Kesulitan ini juga berdampak pada bidang ekonomi

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

4

dimana mantan narapidana akan kesulitan dalam mencari pekerjaan. Tidak hanya

itu, pemenuhan kebutuhan mereka juga tidak bisa dilakukan karena banyak dari

masyarakat yang enggan untuk memberikan bantuannya. Hal itu dialami oleh

mantan napi di makam rangkah surabaya, keinginnan untuk tidak lagi melakukan

kejahatan dan mencari pekerjaan yang layak tidak bisa mereka lakukan karena

terlanjurnya masyarakat mencap mereka sebagai penjahat. Label ini sangat kuat

melekat hingga mereka sulit mendapat kesempatan untuk menjadi warganegara

yang baik. Jika hal ini terus berlangsung dimana mereka merasa tidak mendapat

dukungan dari masyarakat untuk berhenti dari melakukan kejahatan ada

kemungkinan besar mereka akan kembali melakukan kejahatan bahkan yang lebih

serius lagi. (Handoyo, 2014)

Provinsi Jawa Tengah bukanlah wilayah yang memiliki jumalah tahanan

serta narapidana yang sedikit. Dilansir dari situs ditjenpas.go.id pada bulan Mei

2019, jumlah narapidana dan tahanan di Jawa Tengah berjumlah 13.590 orang

dengan kapasitas tempat yang seharusnya hanya digunakan oleh 8.197 orang saja,

jumlah ini berada pada posisi ketujuh di Indonesia, setelah Wilayah DKI Jakarta.

Sedangkan wilayah dengan jumlah narapidana dan tahanan terbanyak berada di

Wilayah Sumatera Utara.

Setelah melihat dampak yang sangat memprihatinkan dari para mantan

narapidana yang tidak diterima dengan baik oleh masyarakat, muncullah

permasalahan tentang bagaimana seorang narapidana yang baru saja selesai

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

5

menjalani masa hukuman bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Apa sajakah

hal-hal yang tidak dan harus mereka lakukan agar tidak muncul dampak yang

diinginkan seperti kasus yang sudah-sudah.

Dengan adanya permasalahan ini penulis tertarik untuk berkontribusi dalam

melakukan penelitian terhadap para mantan narapidana yang berhasil diterima oleh

masyarakat tentang “Strategi adaptasi mantan narapidana dalam negosiasi identitas

kehidupan bermasyarakat” penelitian ini akan dilakukan di area Jawa Tengah yang

mana diperlukan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh para mantan

narapidana pasca keluar dari hukuman, agar bisa berbaur dengan masyarakat

kembali tanpa adanya label menjadi penjahat, atau bahkan bisa berkontribusi dalam

memajukan kehidupan bermasyarakat setelah keinsyafannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan

adalah tentang bagaimanakah proses adaptasi seorang mantan narapidana dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat?

1.3 Tujuan

Dengan bertumpu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini secara

operasional adalah untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana proses

adaptasi seorang mantan narapidana dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

masyarakat.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

6

1.4 Signifikasi Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada bagi

siapa saja yang membaca baik secara akademis ataupun secara praktis.

1.4.1 Signifikasi Akademis

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk

pengembangan teori adaptasi sosial, dan negosiasi identitas.

2. Untuk menambah bahan referensi di perpustakaan Fakultas Bahasa &

Ilmu Komunikasi (FBIK) Unissula, khususnya tentang strategi adaptasi

mantan narapidana di masyarakat.

1.4.2 Signfikasi Praktis

1. Memberikan gambaran untuk menciptakan hubungan yang baik antara

mantan narapidana dengan masyarakat pasca hukuman.

2. Memberikan pemahaman kepada para narapidana yang baru saja

keluar dari hukuman, mengenai apa saja strategi adaptasi yang harus

dilakukan.

1.4.3 Signifikasi Sosial

1. Penelitian ini dapat memberikan pandangan dan menjadi rekomendasi

untuk masyarakat agar melakukan hubungan dan komunikasi yang baik

dengan mantan narapidana pasca masa penahanan.

2. Menghapus stigma masyarakat tentang mantan narapidana yang tidak

selamanya akan terus berkelakuan tidak baik.

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

7

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

kontruktivis. Paradigma kontruktivis ialah paradigma yang sebagian merupakan

anitesis dari paham yang meletakkan pengamanan dan objektivitas dalam

menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu

sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui

pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan

menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial.

Secara epistimologi berpendapat bahwa semesta merupakan hasil

konstruksi sosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari

proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman

manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan repoduksi

kenyataan. Dengan demikian dunia muncul dalam pengalaman manusia secara

terorganisasi dan bermakna.

1.5.2 State of the Art

No Peneliti Judul Tujuan Hasil

1 Vitriana Mei

Puspitasari

Strategi Adaptasi

Mantan

Narapidana Di

Masyarakat

(Studi Deskriptif

Tentang Konsep

Diri Dan Strategi

Mendeskripsikan

pemaknaan

(konsep) diri

pada mantan

narapidana

dengan

Strategi adaptasi

mantan

narapidana di

masyarakat

terbentuk karena

adanya respon

dari masyarakat.

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

8

Adaptasi Mantan

Narapidana

Terhadap Stigma

Yang Ada di

Masyarakat)

stigma yang

muncul di

masyarakat.

Berangkat dari

respon tersebut

mantan

narapidana

melakukan

strategi adaptasi

agar bisa diterima

kembali di

lingkungan

masyarakat.

Strategi adaptasi

yang dilakukan

oleh mantan

narapidana

dengan cara

membentuk

konsep diri yang

baru setelah

mereka bebas dari

lembaga

pemasyarakatan.

Pembentukan

konsep diri

mantan

narapidana

terbentuk karena

adanya proses

interaksi.

2 Wahyu Dwi

Lestari,

Dasim

Pola Adaptasi

Mantan

Narapidana

Untuk

mengetahui

bagaimana pola

Interaksi sosial

mantan

narapidana

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

9

Budimansyah,

Wilodati

Dalam

Kehidupan

Bermasyarakat

adaptasi mantan

narapidana

dalam

kehidupan

bermasyarakat.

sebagai upaya

mengubah stigma

negatif ialah

dengan cara

berinteraksi

dengan

masyarakat. Hal

tersebut ditujukan

dengan sikap yang

ramah dan tegur

sapa, membantu

tetangga yang

sedang kesulitan,

menjalin

komunikasi yang

baik dengan

keluarga dan

tetangga,

berpartisipasi

aktif dalam

kegiatan yang ada

di dalam

masyarakat,

menanggapi

stigma negatif

dengan bersikap

biasa saja dan

percaya diri serta

menunjukkan

perubahan sikap

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

10

kepada

masyarakat.

3 Pambudi

Handoyo,

Muyassaroh

Dampak

Labelling Pada

Mantan Napi:

Pengangguran

Atau Pencuri

Untuk

mengetahui

dampak dari

melakukan

perilaku

labelling

terhadap mantan

narapidana.

Labelling yang

diberikan

pemerintah dan

masyarakat

terhadap mantan

napi atau pelaku

kejahatan

membuat banyak

dari mereka yang

pada awalnya

ingin berubah

menjadi kesulitan

untuk beradaptasi

dan tidak dapat

diterima oleh

masyarakat. Label

ini sangat kuat

melekat hingga

mereka sulit

mendapat

kesempatan untuk

menjadi

warganegara yang

baik. jika hal ini

terus berlangsung

dimana mereka

merasa tidak

mendapat

dukungan dari

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

11

masyarakat untuk

berhenti dari

melakukan

kejahatan ada

kemungkinan

besar mereka akan

kembali

melakukan

kejahatan bahkan

yang lebih serius

lagi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tujuan

penelitian serta objek penelitian yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya,

peneliti menggunakan objek penelitian para mantan narapidana yang berdomisili di

Kota Surabaya, yang tentunya memiliki budaya serta persepsi sosial yang berbeda

dengan masyarakat yang ada di Jawa Tengah. Perbedaan demografis, kultur dan

juga lingkungan tentunya akan memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian yang

akan dilakukan selanjutnya. Selain itu, perbedaan juga terletak pada tujuan

penelitian. Dalam penelitian sebelumnya, peneliti hanya ingin mengetahui

bagaimana proses adaptasi terjadi, namun dalam penelitian ini, peneliti ingin

mengetahui tentang langkah negosiasi identitas yang harus seorang mantan

narapidana lakukan, agar bisa mendapatkan kepercayaan masyarakat kembali.

Penelitian kedua yang berjudul Pola Adaptasi Mantan Narapidana dalam

Kehidupan Bermasyarakat, menjelaskan tentang pola yang sudah diterapkan oleh

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

12

para mantan narapidana untuk kembali kepada kehidupan bermasyarakat,

sedangkan penelitian ini akan memberikan gambaran strategi bagaimana mantan

narapidana beradaptasi hingga kemudian berhasil kembali kepada kehidupan

bermasyarakat tanpa adanya diskriminasi.

Penelitian ini berfokus tentang bagaimana strategi yang seharusnya

diterapkan oleh para mantan narapidana yang ingin diterima kembali oleh

masyarakat, serta menjelaskan peran-peran yang patut dilakukan.

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Teori Adaptasi Sosial

Adaptasi sosial merupakan kesanggupan individu untuk dapat bereaksi

secara efektif dan harmonis terhadap realitas dan situasi sosial, serta bisa menjalin

hubungan sosial yang sehat (Andriani & Jatiningsih, 2015).

Piaget dalam bukunya juga menyatakan bahwa “Adaptasi akan terjadi

ketika organisme ditransformasikan kedalam lingkungan dan variasi itu akan

menghasilkan peningkatan pertukaran antara lingkungan dan dirinya sendiri yang

menguntungkan bagi pelestarian.” Segala sesuatu tidak akan pernah beradaptasi

ketika ada kesimpang susulan yang akan mengganggu normalnya fungsi

transformasi.

Keseimbangan adalah proses menuju sebuah adapatasi. Keseimbangan

diperandaikan seperti seorang kapten yang membawa kendali sebuah kapal semakin

seimbang seorang kapten bisa membawa kapal maka semakin cepat pula adaptasi

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

13

bisa dilakukan. Keseimbangan ditentukan juga dari lingkungan tempat seseorang

yang ingin beradaptasi itu juga berada. (Kahle dan Argyl; 2013, 38-40)

John William Bennett pada tahun 1976 menjelaskan dalam bukunya yang

berjudul The Ecological Transition: Cultural Antrophology and Human Adaptation

bahwa asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat

evolusionari yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya, baik secara biologis atau genetik maupun secara sosial

dan budaya. Sehingga proses adaptasi dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan

varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan

permasalahan lingkungan.

Adaptasi sosial dalam penelitian ini merupakan upaya-upaya sosial yang

dilakukan oleh seseorang maupun kelompok masyarakat pendatang untuk

meyesuaikan diri dengan lingkungan sosial masyarakat yang didatangi.

1.6.2 Teori Negosiasi Identitas

Cikal bakal dari teori negosiasi identitas oleh Stella Ting-Toomey muncul

pada tahun 1986 sebagai bab dalam buku yang diedit oleh William B. Gudykunst

di mana fokus konstruksi menekankan pentingnya menegaskan kedua keanggotaan

kelompok sosial budaya dan masalah identitas pribadi dalam mengembangkan

hubungan antarkelompok-interpersonal yang berkualitas. Kunci Argumen dalam

bab yang menekankan pentingnya memvalidasi kedua kelompok identitas,

keanggotaan, dan isu-isu identitas arti-penting pribadi untuk mengembangkan

hubungan kualitas dan menekankan isu-isu identitas berbasis personal-sendiri.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

14

Kedua penafsiran dari teori muncul pada tahun 1993 di volume revisi oleh Richard

Wiseman dan Jolene Koester dan menekankan pentingnya memahami dialektika

identitas, kerentanan keamanan identitas dan isu-isu identitas inklusi-diferensiasi

imigran dan adaptasi pengungsi serta proses dalam hubungannya dengan lainnya

terkait persepsi diri, motivasi dan faktor lainnya. (Bennet,2015:419)

Asumsi utama teori negosiasi identitas berpendapat bahwa manusia dalam

semua kebudayaan berkeinginan untuk menegaskan identitas positif dalam

berbagai situasi komunikasi. Namun, apa yang merupakan cara yang tepat untuk

menunjukkan identitas penegasan dan pertimbangan bervariasi dari satu konteks

budaya satu ke budaya yang berikutnya. Teori negosiasi dentitas menekankan

domain identitas tertentu dalam mempengaruhi interaksi sehari-hari individu. Ini

adalah middle range theory karena bagaimana imigran atau pengungsi berevolusi

mereka budaya-etnis dan identitas pribadi di lingkungan yang asing didasarkan

pada penerimaan penduduk mayoritas dan faktor dukungan struktural-institusional,

dan juga desakan situasional dan faktor individu dari proses adaptasi perubahan

identitas. (Ting-Toomey dalam Bennet,2015:420-421)

Lebih lanjut, Ting-Toomey menjelaskan dalam Bannet (2015:421-422)

Teori negosiasi identitas memiliki 10 asumsi teoritis dalam negosiasi identitas.

Asumsi – asumsi tersebut adalah:

1. Dinamika utama dari identitas keanggotaan seseorang dalam suatu

kelompok dan identitas personal terbentuk melalui komunikasi

simbolik dengan yang lain.

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

15

2. Orang-orang dalam semua budaya atau kelompok etnis memiliki

kebutuhan dasar akan motivasi untuk memperoleh kenyamanan

identitas, kepercayaan, keterlibatan, koneksi dan stabilitas baik level

identitas berdasarkan individu maupun kelompok.

3. Setiap orang akan cenderung mengalami kenyamanan identitas dalam

suatu lingkungan budaya yang familiar baginya dan sebaliknya akan

mengalami identitas yang rentan dalam suatu lingkungan yang baru.

4. Setiap orang cenderung merasakan kepercayaan identitas ketika

berkomunikasi dengan orang lain yang budayanya sama atau hampir

sama dan sebaliknya kegoyahan identitas manakala berkomunikasi

mengenai tema-tema yang terikat oleh regulasi budaya yang berbeda

darinya.

5. Seseorang akan cenderung merasa menjadi bagian dari kelompok bila

identitas keanggotaan dari kelompok yang diharapkan memberi respon

yang positif. Sebaliknya akan merasa berbeda/asing saat identitas

keanggotaan kelompok yang diinginkan memberi respon yang negatif.

6. Individu cenderung mengalami interaksi yang sama ketika sedang

berkomunikasi dengan budaya yang dapat diprediksi. Namun berbeda

ketika berkomunikasi dengan budaya lainnya yang asing. Sehingga

Identitas yang dapat diprediksi mudah untuk dipercaya, dan identitas

yang tidak diprediksi mengarah ke ketidak percayaan. Memunculkan

bias atribut antar kelompok

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

16

7. Orang akan memperoleh kestabilan identitas dalam situasi budaya

yang familiar dan akan menemukan perubahan identitas atau goncang

dalam situasi-situasi budaya yang tidak familiar sebelumnya.

8. Dimensi budaya, personal dan keragaman situasi mempengaruhi

makna, interpretasi, dan penilaian terhadap tema-tema atau isu-isu

identitas tersebut.

9. Komunikasi antarbudaya yang mindful menekankan pentingnya

pengintegrasian pengetahuan antarbudaya, motivasi, dan ketrampilan

untuk dapat berkomunikasi dengan memuaskan, tepat, dan efektif.

10. Kepuasan hasil dari negosiasi identitas meliputi rasa dimengerti,

dihargai dan didukung.

1.7 Operasionalisasi Konsep

1.7.1 Strategi

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 1). Ilmu dan seni

menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk melaksanakan

kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; 2). Ilmu dan seni memimpin bala

tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang

menguntungkan; 3). Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

sasaran khusus; 4). Tempat yang baik menurut siasat perang.

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

17

1.7.2 Adaptasi

Berdasarkan kajian terhadap konsep adaptasi yang telah dilakukan oleh para

ahli, baik ekologi, psikologi, sosiologi, dan antropologi, maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa konsep atau istilah adaptasi mengandung makna sebagai berikut:

a. Adaptasi adalah sebuah respon yang diberikan oleh organisme, termasuk

manusia terhadap perubahan lingkungan disekitarnya. Sedangkan

adjustment adalah upaya manusia untuk mengubah lingkungan di sekitarnya

agar mereka lebih mudah untuk beradaptasi.

b. Adaptasi dapat terjadi dalam skala indivisu maupun dalam skala komunitas.

c. Kedudukan manusia dalam sebuah ekosistem berpeluang untuk merusak

dan sekaligus memelihara keberlanjutan ekosistem, sebagai habitat mereka

untuk menjalani dan melangsungkan kehidupannya.

d. Evolusi sosiobudaya dapat dicermati dengan melakukan kajian terhadap

daya adaptasi manusia yang beragam, baik beragam kondisi lingkungannya,

maupun beragam kemampuan mengadaptasikan terhadap lingkungannya

maupun kemampuan adjustment-nya.

e. Dasar konsep ekologi masih merupakan penjelas yang lebih baik untuk

menggambarkan sebuah proses adaptasi, tetapi pemikiran-pemikiran

antropologis, psikologis dan sosiologis dapat lebih memberikan makna,

ketika kajian adaptasi manusia dilakukan. (Susilo, Purwanti & Fattah: 2017,

139)

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

18

1.7.3 Negosiasi Identitas

Teori negosiasi identitas berpendapat bahwa manusia dalam semua

kebudayaan berkeinginan untuk menegaskan identitas positif dalam berbagai

situasi komunikasi. Namun, apa yang merupakan cara yang tepat untuk

menunjukkan identitas penegasan dan pertimbangan bervariasi dari satu konteks

budaya satu ke budaya yang berikutnya. Teori negosiasi identitas menekankan

domain identitas tertentu dalam mempengaruhi interaksi sehari-hari individu. Ini

adalah middle range theory karena bagaimana imigran atau pengungsi berevolusi

mereka budaya-etnis dan identitas pribadi di lingkungan yang asing didasarkan

pada penerimaan penduduk mayoritas dan faktor dukungan struktural-institusional,

dan juga desakan situasional dan faktor individu dari proses adaptasi perubahan

identitas. (Ting-Toomey dalam Bennet,2015:420-421)

1.8 Metodologi Penelitian

1.8.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

dilakukan untuk membuat deskripsi sistematis, faktual dan akurat tentang fakta dan

sifat populasi atau objek tertentu (Rachmat Kriyantono, 2008)

Maka dengan penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti hanya akan

memaparkan serta menjelaskan mengenai strategi apa saja yang selayaknya

dilakukan oleh mantan narapidana dalam melakukan negosiasi identitas pada

kehidupan bermasyarakat.

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

19

1.8.2 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu:

a. Data primer merupakan data yang didapatkan pada saat turun ke lapangan

b. Data Sekunder merupakan data pendukung untuk sebuah penelitian yang

didapatkan dari referensi atau pustaka untuk dijadikan sumber penelitian.

1.8.3 Sumber Data

a. Data Primer, merupakan data yang didapatkan langsung oleh penulis dari

lapangan yakni data yang didapatkan langsung dari narasumber atau

informan lainnya. Dalam penelitian ini penulis akan mendapatkan data

primer dari mantan narapidana yang telah selesai menjalani masa tahanan

dan berdomisili di Jawa Tengah, serta mantan narapidana yang telah

berhasil berbaur dengan masyarakat.

b. Data Sekunder, merupakan data penunjang yang didapatkan dari referensi

beberapa sumber, seperti arsip dokumen, internet, surat kabar dan sumber

lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

1.8.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu:

a. Wawancara Mendalam (Indept Interview)

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung

secara mendalam kepada narasumber atau informan mengenai informasi-

informasi yang dibutuhkan peneliti yang berkaitan dengan tema penelitian.

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

20

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam wawancara ini adalah

berupa pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam bentuk interview guide,

yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan mengajukan

pertanyaan lengkap dan rinci dalam interview terstruktur (Arikunto,

2010:127).

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk

menyediakan dokumen-dokumen. Dokumen merupakan cacatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-

karya monumental dari sseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya ctatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi,

peraturan, kebijakan. Studi dokumen merupakan pelengkapan dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

(Sugiyono, 2009:240)

c. Studi Pustaka

Mencari data yang berupa keterangan mengenai perushaan yang

bersangkutan dengan buku-buku, surat kabar, dan sumber informasi lain

yang relevan.

1.8.5 Analisis Data

Moleong (2015: 2) berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang menfokuskan pada paparan kalimat, sehingga lebih mampu

memahami kondisi psikologi manusia yang komplek (dipengaruhi oleh banyak

fakta) yang tidak cukup apabila hanya diukur dengan menggunakan skala saja. Hal

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

21

ini terutama didasari oleh asumsi bahwa manusia merupakan animal symbolicum

(mahkluk simbolis) yang mencari makna dalam hidupnya. Sehingga penelitian ini

memerlukan peran kualitatif guna melihat manusia secara total.

Sutopo (2011: 8) menjelaskan bahwa analisis data model interaktif terdiri

dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

(verifikasi), dengan penjelasannya:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Selama pengumpulan

data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat

ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat

partisi, membuat memo).

2. Penyajian Data

Data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian-penyajian yang baik merupakan suatu cara yang utama bagi

analisis kualitatif yang valid meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan

dan bagan.

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

22

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap terakhir yang berisikan proses penganbilan keputusan

yang menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan

dan mengungkap “what” dan “how” dari temuan penelitian tersebut.

Berikut gambar model analisis data:

Sumber: Sutopo (2011)

1.8.6 Kualitas Data

Dalam penelitian ini selalu dilakukan pemeriksaan kualitas data yang

dikumpulkan, sehingga tidak akan terjadi informasi yang salah atau tidak sesuai

dengan konteksnya. Penilaian kesahihan riset biasanya terjadi sewaktu proses

pengumpulan data dan analisis intrepertasi data (Kriyantono, 2014: 70-72). Jenis-

jenisnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Gambar 1.1 Model Analisis Data

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/16049/7/BAB I.pdf · penjara. Mereka kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua

23

1. Kompetensi Subjek Riset

Artinya subjek riset yang akan dijadikan narasumber harus kredibel. Uji ini

dilakukan dengan menguji jawaban dan pertanyaan yang terkait dengan subjek.

Bagi pihak yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan mengenai masalah riset,

maka data diri dari subjek tersebut tidak kredibel.

Metode tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk menguji subjek riset

yang telah ditentukan, apakah memiliki pengalaman menjadi seorang mantan

narapidana yang berdomisili di Provinsi Jawa Tengah.

2. Trustworthiness

Trustworthiness adalah menguji kebenaran dan kejujuran subjek dalam

mengungkap realitas menurut apa yang dialami, dirasakan, atau dibayangkannya.

Metode ini digunakan untuk menguji kebenaran subjek riset ketika memberikan

argument atau pendapatnya tentang kegiatan yang dilakukan oleh mantan

narapidana yang sudah menyelesaikan masa hukumannya dan telah kembali ke

dalam kehidupan bermasyarakat.