BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan...

16
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara pesat di Indonesia dan salah satunya adalah Kota Bandung. Sejak jaman kolonial, Kota Bandung telah difungsikan sebagai salah satu kota pemerintahan dan salah satu kota tujuan wisata. Sebagai pusat pemerintahan, maka Kota Bandung memiliki berbagai infrastruktur utama seperti jalan raya guna mendukung kegiatan yang ada di Kota Bandung pada masa itu. Kegiatan pariwisata yang terdapat di Kota Bandung dapat dilihat sejak jaman kolonial. Hal tersebut dapat dilihat dari dipersiapkannya berbagai macam sarana dan prasarana pendukung seperti jalan raya, hotel, gedung pertemuan, bioskop/teater dan lainnya. Selain mengacu pada sejarah perkembangan Kota Bandung, dalam RTRW Kota Bandung tahun 2003-2013 juga disebutkan bahwa Kota Bandung berperan sebagai kota jasa dengan satu sektor andalan adalah sektor pariwisata khususnya wisata perkotaan yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. Dalam RENSTRA Kota Bandung tahun 2004-2008 juga disebutkan bahwa Pemerintah Kota Bandung ingin menjadikan kegiatan pariwisata Kota Bandung sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Bandung tahun 2006, disebutkan betapa pentingnya sektor pariwisata bagi pengembangan Kota Bandung. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat memberikan pemasukan bagi Kota Bandung misalnya dalam Pendapatan Asli Daerah. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu sebesar 35% dari total Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung pada tahun 2004 (Sumber: RKPD Kota Bandung tahun 2006).

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu

negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota

berkembang secara pesat di Indonesia dan salah satunya adalah Kota Bandung.

Sejak jaman kolonial, Kota Bandung telah difungsikan sebagai salah satu kota

pemerintahan dan salah satu kota tujuan wisata. Sebagai pusat pemerintahan,

maka Kota Bandung memiliki berbagai infrastruktur utama seperti jalan raya guna

mendukung kegiatan yang ada di Kota Bandung pada masa itu. Kegiatan

pariwisata yang terdapat di Kota Bandung dapat dilihat sejak jaman kolonial. Hal

tersebut dapat dilihat dari dipersiapkannya berbagai macam sarana dan prasarana

pendukung seperti jalan raya, hotel, gedung pertemuan, bioskop/teater dan

lainnya.

Selain mengacu pada sejarah perkembangan Kota Bandung, dalam RTRW

Kota Bandung tahun 2003-2013 juga disebutkan bahwa Kota Bandung berperan

sebagai kota jasa dengan satu sektor andalan adalah sektor pariwisata khususnya

wisata perkotaan yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi Kota Bandung.

Dalam RENSTRA Kota Bandung tahun 2004-2008 juga disebutkan bahwa

Pemerintah Kota Bandung ingin menjadikan kegiatan pariwisata Kota Bandung

sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota

Bandung. Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)

Kota Bandung tahun 2006, disebutkan betapa pentingnya sektor pariwisata bagi

pengembangan Kota Bandung. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat

memberikan pemasukan bagi Kota Bandung misalnya dalam Pendapatan Asli

Daerah. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu sebesar

35% dari total Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung pada tahun 2004 (Sumber:

RKPD Kota Bandung tahun 2006).

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

Dalam perkembangannya, pola perkembangan pariwisata Kota Bandung

dipengaruhi oleh pola perkembangan Kota Bandung pada masa kolonial dimana

terdapat sedikit perbedaan antara jenis kegiatan di kawasan Bandung Utara dan

Bandung Selatan. Perbedaan yang dimaksud antara lain adalah fungsi guna lahan

bagian Bandung Utara yang lebih dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan bagi

golongan “atas” yang ditandai dengan banyaknya rumah-rumah peristirahatan

(vila) dan terdapatnya bangunan hotel pada ruas jalan utama di Kota Bandung

seperti Hotel Grand Preanger dan Savoy Homann, sedangkan wilayah Bandung

Selatan merupakan wilayah yang dihuni oleh kaum pribumi dan golongan

“bawah”. Perbedaan pola kegiatan tersebut dapat mempengaruhi pola

pekembangan kegiatan pariwisata yang kemudian dapat mempengaruhi

karakteristik wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Berdasarkan temuan studi

awal, untuk wilayah Bandung Utara, wisatawan yang datang didominasi oleh

wisatawan yang datang dari Jakarta, sedangkan untuk wilayah Bandung Selatan,

wisatawan yang datang cenderung berasal dari daerah sekitar Kota Bandung

seperti Cimahi, Garut, Sumedang, Kabupaten Bandung dan daerah lain di sekitar

Kota Bandung.

Perkembangan pariwisata Kota Bandung berkaitan erat dengan

ketersediaan infrastruktur serta sarana dan prasarana yang ada seperti jaringan

transportasi dan penyediaan akomodasi (Jansen-Verbeke dalam Gunn, 1986).

Sebagai suatu destinasi pariwisata, dibutuhkan aksesibilitas yang baik dengan

daerah sekitar, linkage antara daya tarik wisata lain di sekitarnya, akomodasi, dan

berbagai sarana pendukung lainnya. Pembangunan jaringan transportasi dimulai

dengan pembangunan jalur kereta api yang telah tersedia sejak jaman penjajahan,

hingga pembangunan berbagai sarana dan prasarana pendukung perkembangan

kota. Berbagai sarana dan prasarana pendukung seperti pembangunan jalan layang

Pasupati, jalan tol Purbaleunyi, dan pesatnya perkembangan jasa transportasi

“travel” yang menjadi faktor yang membantu perkembangan pariwisata Kota

Bandung. Selain itu, Kota Bandung juga didukung oleh ketersediaan terminal bus,

stasiun kereta api serta Bandar udara Husein Sastranegara. Ketersediaan sarana

dan prasarana pendukung diatas menyebabkan tingginya pergerakan terutama

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

wisatawan yang datang ke Kota Bandung dan di dalam Kota Bandung sendiri.

Sebagai gambaran, jumlah kendaraan (mobil) yang masuk Kota Bandung

melewati pintu tol Pasteur pada Tahun 2005 sebanyak 7 juta unit (Sumber:

Bandung Dalam Angka Tahun 2005).

Untuk ketersediaan jaringan jalan, panjang jaringan jalan yang tersedia di

Kota Bandung sekitar 1.221 Km (Bandung Dalam Angka tahun 2005) dan luas

permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari total keseluruhan luas

Kota Bandung yang seharusnya mampu mencapai 20% dari total keseluruhan luas

kota Bandung. Sedangkan untuk ketersediaan fasilitas lahan parkir hanya tersedia

sebanyak 238 titik (Sumber: Bandung Dalam Angka Tahun 2005). Dalam

beberapa tahun terakhir, terjadi pembangunan berbagai sarana kegiatan pariwisata

seperti hotel dan pusat perbelanjaan. Saat ini, jumlah hotel di Kota Bandung

mencapai 227 unit, pusat perbelanjaan mencapai 24 unit, Factory Outlet mencapai

80 unit, restoran mencapai 121 unit dan berbagai jasa lainnya (Sumber:

www.bandung.go.id). Peningkatan jumlah sarana prasarana pendukung kegiatan

pariwisata tersebut dapat menjadi salah satu faktor pendukung tingginya jumlah

wisatawan yang datang ke Kota Bandung (sekitar 2,5 juta jiwa wisatawan pada

tahun 2008 (Sumber: RIPPDA Kota Bandung 2006)). Sayangnya, hal tersebut

tidak diimbangi dengan penambahan jaringan jalan maupun fasilitas parkir yang

memadai sehingga menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan. Permasalahan

yang timbul adalah kemacetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata yang dapat

terjadi karena penumpukan kendaraan di jalan akibat dari sulitnya mencari parkir.

Kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung dapat menjadi salah satu

pertanda bahwa daya dukung yang dimiliki Kota Bandung sebagai kota tujuan

wisata mulai mendekati puncaknya. Apabila daya dukung yang dimiliki oleh Kota

Bandung telah melampaui batasnya, maka dihawatirkan akan berpengaruh

terhadap kepariwisataan Kota Bandung.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

1.2 Rumusan Persoalan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kegiatan pariwisata memberikan

kontribusi yang besar bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. Namun pada

kenyataannya, perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung tidak diikuti

oleh perkembangan sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata, sehingga

menimbulkan permasalahan seperti kemacetan lalu lintas di berbagai kawasan

wisata. Pertumbuhan berbagai sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata

seperti sarana akomodasi, pusat perbelanjaan, dan restoran tidak diimbangi oleh

perkembangan dan penyediaan sarana prasarana lain seperti penambahan

kapasitas jalan serta penyediaan fasilitas parkir. Kemacetan lalu lintas yang

disebabkan ketidakseimbangan diatas memberikan dampak negatif bagi berbagai

pihak, seperti bagi masyarakat Kota Bandung, wisatawan yang datang ke Kota

Bandung, Pemerintah Kota Bandung dan investor/pedagang. Berdasarkan hal

tersebut, permasalahan yang lebih besar dapat timbul apabila perkembangan

kegiatan pariwisata di Kota Bandung tidak diikuti oleh perkembangan sarana dan

parasana pendukung seperti jaringan jalan dan fasilitas parkir. Permasalahan yang

dimaksud adalah terlampauinya daya dukung Kota Bandung sebagai kota tujuan

wisata, yang akan berpengaruh terhadap kondisi kepariwisataan Kota Bandung.

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah Kota Bandung telah

kehilangan daya dukungnya sebagai salah satu kota tujuan wisata?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan persoalan yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui kondisi kepariwisataan Kota Bandung akibat

pengaruh kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung. Berdasarkan tujuan

tersebut, maka sasaran penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik pengunjung dan kunjungan wisatawan yang

datang ke Kota Bandung.

2. Mengetahui persepsi pengunjung Kota Bandung mengenai “toleransi” atau

daya tahan mereka dalam menghadapi kemacetan lalu lintas ketika

melakukan kegiatan pariwisata di Kota Bandung.

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

3. Mengidentifikasi sarana dan prasarana apa saja yang masih dianggap

kurang oleh pengunjung untuk mendukung kegiatan pariwisata di Kota

Bandung.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu

ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup studi.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini adalah kawasan-kawasan

wisata di Kota Bandung, khususnya yang memiliki permasalahan seperti

kemacetan lalu lintas dan kurangnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan

pariwisata. Wilayah studi dipilih berdasarkan kantong-kantong pengembangan

wisata di Kota Bandung yang kemudian dipilih dengan berbagai pertimbangan.

Kawasan-kawasan wisata yang terletak di Kota Bandung tersebut akan diwakilkan

oleh beberapa titik pusat kegiatan wisata yang dianggap dapat mewakili

pariwisata Kota Bandung.

1.4.2 Ruang Lingkup Studi

Ruang lingkup studi pada penelitian ini akan mengacu pada studi-studi

mengenai pariwisata dan infrastruktur atau sarana dan prasarana yang akan

didapat melalui berbagai sumber seperti literatur dan observasi. Studi mengenai

pariwisata yang dimaksud antara lain mengenai karakteristik pengunjung, peranan

sektor pariwisata, dan melihat pariwisata sebagai suatu sistem yang terkait antara

satu dengan lainnya. Studi mengenai pariwisata juga dilakukan dengan melihat

kondisi dan kegiatan pariwisata yang terdapat di Kota Bandung khususnya di

daerah yang menjadi wilayah studi penulis berdasarkan hasil

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari
Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

observasi. Selain itu, studi kali ini akan lebih memfokuskan pada persepsi

pengunjung mengenai toleransi mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan

seperti kemacetan lalu lintas pada akhir pekan di berbagai kawasan wisata di Kota

Bandung dan pengaruhnya terhadap pola perjalanan mereka. Studi infrastruktur

yang dimaksud antara lain mengenai jenis-jenis infrastruktur atau sarana dan

prasarana penunjang kegiatan perkotaan, peranan infrastruktur, dan infrastruktur

yang dapat mendukung kegiatan pariwisata, khususnya kegiatan wisata perkotaan

di Kota Bandung. Untuk studi mengenai infrastruktur akan lebih difokuskan

mengenai persepsi pengunjung mengenai sarana prasarana yang paling

dibutuhkan pengunjung guna mempermudah dan memberikan kenyamanan

kepada pengunjung selama berkegiatan di berbagai kawasan wisata di Kota

Bandung.

1.5 Metodologi Penelitian

Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan berbagai informasi awal

mengenai berbagai permasalahan yang terkait dengan kegiatan pariwisata di Kota

Bandung. Selain diawali dengan mengetahui berbagai permasalahan, penelitian ini

juga diawali dengan pengumpulan berbagai informasi tentang kebutuhan data

yang didapat dari berbagai sumber. Pada sub bab ini akan dibahas mengenai

metoda pengumpulan data, metoda pemilihan lokasi, dan metoda pemilihan

sampel.

1.5.1 Metoda Pengumpulan Data

Metoda yang akan digunakan dalam pengumpulan data dibagi kedalam

dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian kali ini akan didapatkan

dengan cara sebagai berikut:

- Wawancara dengan pengunjung mengenai kebutuhan

infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata.

- Wawancara dengan pengunjung mengenai toleransi wisatawan

dalam melakukan perjalanan wisata di Kota Bandung.

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

- Observasi lapangan.

2. Data Sekunder

Untuk pengumpulan data sekunder, data didapat dengan cara

mengumpulkan berbagai data instansional yang didapat dari berbagai

instansi terkait di Kota Bandung yang terkait dengan permasalahan yang

terjadi.

1.5.2 Metoda Pemilihan Kawasan Wisata

Metoda yang digunakan penulis dalam menentukan lokasi adalah dengan

menggunakan metoda stratified dan metoda purposif. Pada dasarnya, ruang

lingkup yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah Kota Bandung dengan

memfokuskan kepada lokasi-lokasi yang menjadi tujuan utama wisata di Kota

Bandung. Pada awalnya penulis memilih lokasi-lokasi kegiatan wisata di Kota

Bandung berdasarkan kantong-kantong pariwisata yang terdapat dalam RIPPDA

Kota Bandung Tahun 2006. Berdasarkan RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

tersebut, penulis mendapatkan bahwa terdapat 15 kantong-kantong wisata yang

merupakan daya tarik wisata yang dimiliki Kota Bandung. Dari ke 15 kantong-

kantong kawasan wisata tersebut, penulis menentukan beberapa kawasan yang

dianggap paling dapat mewakili kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Penulis

menentukan beberapa titik-titik kawasan wisata yang menjadi pemusatan kegiatan

pariwisata berdasarkan berbagai sumber dan pertimbangan, seperti berdasarkan

RTRW, RIPPDA, artikel, serta hasil observasi. Pemilihan lokasi yang dimaksud

dilihat dari dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan pariwisata di kawasan

tersebut, pemusatan kegiatan wisatawan, kemacetan lalu lintas, dan jumlah

kunjungan wisatawan. Beberapa lokasi yang menjadi pilihan penulis yang

dianggap dapat mewakili kegiatan pariwisata Kota Bandung antara lain adalah

sebagai berikut:

Kawasan wisata belanja Jl. Ir. H. Juanda (Dago)

Kawasan wisata belanja Jl. L.L.R.E. Martadinata (Riau)

Kawasan wisata belanja Jl. Setiabudi

Kawasan wisata belanja Jl.Cihampelas

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

Kawasan wisata Kebon Binatang Bandung

Kawasan wisata Alun-alun Kota Bandung dan sekitarnya

Berdasarkan beberapa kawasan yang telah penulis tentukan tersebut,

penulis kemudian kembali mengklasifikasikan kawasan-kawasan wisata tersebut

berdasarkan karakteristik di masing-masing kawasan berdasarkan beberapa

variabel seperti jenis kegiatan wisata, karakteristik wisatawan, permasalahan serta

ketersediaan sarana dan prasarana. Setelah melakukan klasifikasi berdasarkan

karakteristiknya, penulis kemudian menemukan bahwa terdapat 4 kawasan yang

menjadi lokasi sasaran penyebaran kuesioner. Ke empat kawasan tersebut dapat

dilihat pada TABEL I-1 berikut ini:

TABEL I-1

PENENTUAN LOKASI KAWASAN WISATA

No Kawasan Wisata Pertimbangan Lokasi penyebaran

Kuesioner

1 Dago, Riau, Setiabudi

Lokasi wisata belanja yang menjadi daya tarik

utama Kota Bandung saat ini (RTRW Kota

Bandung Tahun 2003-2013) yang memiliki karakteristik yang sama dalam berbagai hal.

Wisatawan yang datang didominasi oleh

wisatawan dari Jabodetabek dan menggunakan kendaraan pribadi.

Factory Ooutlet, tempat

makan di kawasan tersebut.

2 Cihampelas

Lokasi wisata belanja yang menjadi daya tarik

bagi wisatawan yang datang dari daerah sekitar Kota Bandung.

3 Alun-alun

Salah satu lokasi tujuan wisata daerah sekitar

Kota Bandung dan menjadi ikon Kota Bandung

bagi daerah-daerah disekitarnya.

Alun-alun, dalem kaum, pusat perbelanjaan Kings.

4 Kebon Binatang

Bandung

Salah satu lokasi tujuan wisata yang memiliki jumlah wisatawan terbanyak dibandingkan

dengan jumlah wisatawan di objek wisata lain

(BDA Tahun 2005).

Kebon Binatang

Dari tabel diatas kemudian akan diambil 4 kawasan lokasi penyebaran

kuesioner yang dianggap akan mewakili kegiatan pariwisata di Kota Bnadung. Ke

empat lokasi itu antara lain adalah sebagai berikut:

Beberapa Factory Outlet di Kawasan Wisata belanja Jl. L.L.R.E.

Martadinata (Riau) yang akan difokuskan pada Factory Outlet

Heritage, Cascade, dll.

Beberapa Factory Outlet atau pertokoan di kawasan wisata belanja

Jl. Cihampelas seperti di Rambo, Batman, dll.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

Alun-alun Kota Bandung, pasar dalem kaum serta pusat

perbelanjaan Kings.

Kebon Binatang Kota Bandung

1.5.3 Metoda Pemilihan Sampel

Sebelum menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan, terlebih dahulu

dilakukan kategorisasi populasi. Untuk penelitian kali ini, penulis memilih

populasi berupa para pengunjung yang datang ke Kota Bandung, baik itu pada

hari-hari kerja, maupun pada akhir pekan. Jumlah populasi wisatawan yang

datang ke Kota Bandung tidak dapat dipastikan dengan pasti berapa jumlahnya

karena sulit mengidentifikasi antara wisatawan, pengunjung, maupun warga Kota

Bandung. Hal tersebut menyebabkan tidak mungkin untuk mendapatkan

kerangka survei yang menjadi dasar untuk menentukan jumlah sampel secara acak

(random sampling). Oleh karena hal tersebut, penulis memanfaatkan bantuan

software SSCALC untuk menghitung jumlah sampel dengan asumsi tingkat

kepercayaan sebesar 95% dan sampling error sebesar 7%. Dari perhitungan

menggunakan bantuan software tersebut, maka didapat jumlah sampel sebanyak

196 sampel untuk mewakili populiasi “wisatawan” yang ada di Kota Bandung.

Kemudian, penulis memutuskan untuk melakukan penyebaran kuesioner pada

weekdays dan weekends. Karena keterbatasan biaya, tanaga dan waktu,

dimutuskan untuk menggunakan sampel sebanyak 300 buah.

Berdasarkan pemilihan lokasi, didapat 4 lokasi yang menjadi lokasi

penyebaran kuesioner. Oleh karena itu, penyebaran kuesioner akan dibagikan

secara merata di 4 lokasi, yaitu sebanyak 75 kuesioner di tiap lokasi. Untuk

proporsi jumlah sampel pada weekdays dan weekends, diputuskan untuk

meberikan proporsi sebesar 40% dari jumlah sampel untuk weekdays dan 60%

dari jumlah sampel untuk weekends. Hal tersebut didapat dari asumsi bahwa

jumlah pengunjung akhir pekan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

pengunjung pada waktu hari kerja. Jumlah sampel di setiap titik untuk hari

weekdays adalah 30 sampel, dan jumlah sampel di tiap titik untuk hari weekends

adalah sebanyak 45 sampel. Metoda yang digunakan adalah dengan menyebarkan

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

kuesioner dan melakukan wawancara langsung kepada para pengunjung.

Pemilihan pengunjung yang akan diwawancara adalah pengunjung yang dewasa

atau dengan umur diatas 17 tahun. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kesahan

data yang dikumpulkan.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metoda kuota karena tidak terdapat

kerangka sampel yang dapat digunakan untuk menggunakan metoda random

sampling. Pemilihan sampel dengan menggunakan metoda tersebut karena hanya

akan mewawancarai pengunjung yang telah dianggap dewasa dan sedang dalam

keadaan tidak sibuk. Pemilihan sampel yang ingin diberikan kuesioner dilakukan

dengan mencari wisatawan yang tidak sedang melakukan kegiatan belanja agar

tidak mengganggu pengunjung yang bersangkutan. Penyebaran kuesioner akan

dilakukan kepada wisatawan yang sedang menunggu keluarga atau kerabat di

beberapa lokasi yang telah ditetapkan, baik itu di kawasan objek wisata maupun di

halaman parkir objek wisata. Wawancara juga dapat dilakukan pada pengunjung

yang sedang beristirahat atau sedang dalam waktu senggang, sehingga

pengunjung tidak merasa terganggu dan dapat memberikan jawaban yang

menurutnya paling cocok. Diusahakan penyebaran kuesioner tidak berasal dari

kelompok pengunjung yang sama. Metoda penyebaran kuesioner dilakukan

dengan menyebarkan kuesioner di beberapa titik dalam waktu yang bersamaan

dan pada waktu yang dirasa menjadi peak hours di kawasan tersebut. Metoda

yang digunakan dalam pengisian kuesioner adalah dengan memberikan kuesioner

kepada pengunjung, lalu pengunjung tersebut secara langsung mengisi kuesioner

yang diberikan.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

TABEL I-2

METODA PENGUMPULAN DATA

Sasaran

Masukan Teknik

Analisis Hasil Data Yang

Diperlukan Jenis Data Sumber

Mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang

masih dianggap kurang

dalam mendukung kegiatan pariwisata di

Kota Bandung

berdasarkan persepsi wisatawan.

Tipologi

kegiatan

pariwisata di Kota Bandung

Data Sekunder RIPPDA Kota Bandung, Jansen,

internet,

Deskriptif Jenis kegiatan pariwisata di Kota

Bandung

Mengetahui

jumlah penduduk,

wisatawan,

sarana prasarana pendukung

kegiatan

pariwisata di Kota Bandung.

Data Sekunder BPS Deskriptif

kualitatif

Perbandingan antara

ketersediaan

sarana prasarana dengan kebutuhan

wisatawan dan

penduduk

Jenis sarana dan

prasarana

perkotaan

Data Sekunder Catatan kuliah, Literatur

Deskriptif Sarana prasarana perkotaan

Jenis sarana dan

prasarana

penunjang kegiatan

pariwisata

Data

Sekunder, Data Primer

Gunn, Lawson, Inskeep, Internet,

Wawancara

kuesioner

Deskriptif

Sarana prasarana

penunjang pariwisata

Mengetahui persepsi

wisatawan mangenai

“daya tahan” mereka dalam menghadapi

berbagai permasalahan

yang timbul ketika melakukan kegiatan

pariwisata di Kota

Bandung.

Permasalahan

pariwisata di Kota Bandung

Data

Sekunder, Data Primer

RTRW Kota

Bandung,

RIPPDA Kota

Bandung, Observasi,

Wawancara

kuesioner

Deskriptif Rumusan

persoalan

Titik - titik lokasi wisatawan di

Kota Bandung.

Data Sekunder,

Data Primer

RIPPDA Kota Bandung,

Observasi

Deskriptif Wilayah studi

Mengetahui perilaku

wisatawan yang datang ke Kota Bandung dalam

berwisata.

Tipologi wisatawan

Data Sekunder Gunn, Lawson Deskriptif Jenis wisatawan

Karakteristik

wisatawan di

Kota Bandung

Data primer

Wawancara

kuesioner,

Observasi

Deskriptif

Karakteristik

wisatawan di Kota

Bandung

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

1.5.4 Metoda Analisis

Metoda analisis yang digunakan akan lebih mengarah kepada analisis

deskriptif dan kualitatif berdasarkan studi literatur dan persepsi wisatawan.

Metoda penelitian dilakukan dengan menggali persoalan, permasalahan, kondisi

yang terdapat di lapangan berdasarkan persepsi pengunjung maupun yang

didapatkan melalui kuesioner serta dari hasil pengumpulan data dan informasi

sekunder yang kemudian akan dibandingkan dengan literatur yang berhubungan

dengan kegiatan pariwisata dan infrastruktur penunjang pariwisata. Untuk

mengetahui tingkat toleransi pengunjung terhadap kemacetan lalu lintas dan

kepuasan terhadap sarana prasarana, akan dilakukan dengan menggunakan

rentang 1 sampai dengan 10. Untuk tingkat toleransi, angka 1 berarti tingkat

toleransi sangat besar, dimana pengunjung sama sekali merasa tidak terpengaruh

terhadap kemacetan lalu lintas yang terjadi di berbagai kawasan wisata di Kota

Bandung. Angka 10 akan menunjukkan bahwa pengunjung telah merasa jera

untuk kembali ke Kota Bandung setelah menghadapi kemacetan lalu lintas di

berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Untuk tingkat toleransi pengunjung,

semakin besar angka yang didapat akan menunjukkan bahwa semakin kecil

tingkat toleransinya atau semakin merasa tidak tahan dalam menghadapi

kemcaetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung.

Seperti tingkat toleransi, kepuasan pengunjung terhadap sarana prasarana

juga akan menggunakan rentang 1 sampai dengan 10. Untuk kepuasan akan

sarana prasarana, angka 1 akan dianggap sebagai tingkat kepuasan terendah,

sedangkan angka 10 akan dianggap sebagai tingkat kepuasan tertinggi. Semakin

besar angka yang didapat, maka semakin besar tingkat kepuasan pengunjung

terhadap sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di berbagai kawasab

wisata di Kota Bandung. Metoda analisis yang akan dilakukan adalah dengan

menghubungkan berbagai variabel yang berkaitan dan melihat bagaimana

hubungan antara variabel-variabel tersebut, antara lain dengan menggunakan

metoda analisis tabulasi silang. Dalam melihat kaitan dan hubungan antara

variabel-variabel yang telah ditetapkan, akan menggunakan bantuan software

pengolah data yang akan membantu penulis dalam melalukan analisis.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

GAMBAR 1.2

DIAGRAM ALUR KERANGKA PIKIR

Latar Belakang Penelitian

Perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung

yang didukung oleh berbagai sarana dan prasarana

penunjang kegiatan pariwisata.

Rumusan Persoalan

Terlampauinya daya dukung Kota Bandung yang

menyebabkan sering terjadi kemacetan lalu lintas. Hal

tersebut dapat menyebabkan berkurangnya daya tarik

Kota Bandung sebagai destinasi pariwisata.

Tujuan Studi

Mengetahui kondisi kepariwisataan Kota Bandung akibat pengaruh kemacetan lalu lintas yang terjadi di

Kota Bandung.

Mengetahui karakteristik pengunjung

dan kunjungan wisatawan yang datang

ke Kota Bandung.

Mengidentifikasi sarana dan prasarana apa

saja yang masih dianggap kurang oleh

pengunjung untuk mendukung kegiatan

pariwisata di Kota Bandung.

Asumsi

Daya dukung Kota Bandung telah terlampaui dan dapat

mempengaruhi perkembangan kepariwisataan Kota

Bandung.

Pertanyaan

Apakah Kota Bandung telah kehilangan daya

dukungnya sebagai kota tujuan wisata.

Pendahuluan

Analisis

Kesimpulan

Temuan studi dan Rekomendasi studi

Analisis

Kesimpulan

Mengetahui persepsi pengunjung Kota Bandung

mengenai “toleransi” atau daya tahan mereka

dalam menghadapi kemacetan lalu lintas ketika

melakukan kegiatan pariwisata di Kota Bandung.

Tujuan dan

Sasaran

Kebijakan pengembangan kepariwisataan

Kebijakan pembangunan infrastruktur perkotaan

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

1.6 Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan dan diceritakan mengenai latar belakang penelitian

yang dilakukan, tujuan dan sasaran dari penelitian ini, ruang lingkup penelitian

baik wilayah maupun studi, serta metoda penelitian yang akan dilakukan serta

tahapan penulisan penelitian yang dilakukan penulis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab tinjauan pustaka, akan dijelaskan mengenai teori-teori yang terkait

dengan penelitian. Teori-teori yang akan dijelaskan didapat dari berbagai sumber

literatur yang didapat penulis mengenai pariwisata dan infrastruktur. Pada tinjauan

teori akan dijelaskan mengenai definisi pariwisata, tipologi wisatawan di Kota

Bandung, pengembangan pariwisata, kebutuhan infrastruktur perkotaan, serta

kebutuhan akan infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata.

BAB III GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Kota Bandung mulai dari

kondisi pariwisata Kota Bandung sejak jaman kolonial sampai sekarang serta

kegiatan pariwisata yang terdapat di Kota Bandung. Pada bab ini juga akan

dijelaskan mengenai pemetaan kawasan pariwisata di Kota Bandung.

BAB IV TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP

KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG

Pada bab ini akan dilakukan penjabaran mengenai hasil pengumpulan data dan

berbagai informasi yang telah dilakukan. Kemudian akan dilakukan analisis dan

pengolahan data dari hasil observasi dan hasil pengumpulan data maupun

informasi yang telah didapat melalui wawancara atau kuesioner. Pada bab ini akan

dibahas mengenai karakteristik pengunjung dan kunjungan yang datang ke Kota

Bandung berdasarkan hasil pengoilahan data dan wawancara.

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF filePerkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu ... permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari

BAB V KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA

PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

Pada bab ini akan dilakukan penjabaran mengenai hasil pengumpulan data dan

berbagai informasi yang telah dilakukan. Kemudian akan dilakukan analisis dan

pengolahan data dari hasil observasi dan hasil pengumpulan data maupun

informasi yang telah didapat melalui wawancara atau kuesioner. Pada bab ini akan

dibahas mengenai ketersediaan berbagai sarana dan prasarana yang terkait dengan

kegiatan pariwisata. Pada bab ini juga akan dilihat kaitan antara hasil temuan

dalam analisis dengan studi literatur yang akan menghasilkan suatu kesimpulan

yang dapat dilihat pada bab selanjutnya.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan temuan

studi yang telah dilakukan. Pada bab ini juga akan diberikan rekomendasi dan

masukan untuk studi lanjutan.