BAB 1 PENDAHULUAN 1...1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Postur tubuh adalah suatu hal yang...
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1...1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Postur tubuh adalah suatu hal yang...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Postur tubuh adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Postur tubuh tidak hanya berguna untuk keindahan, namun juga untuk memenuhi
aktivitas sehari-hari. Postur tubuh yang baik akan memudahkan untuk melakukan
aktivitas dengan baik. Dengan memiliki postur tubuh yang baik, normal, dan sehat maka
seseorang akan meningkatkan rasa percaya dirinya dan bebas untuk bersosialisasi
dengan siapapun.
Salah satu yang membentuk postur tubuh adalah bentuk dan sususnan tulang
belakang. Tulang belakang sangat berperan penting untuk pembentukan postur tubuh.
Tulang belakang yang normal akan membentuk postur tubuh yang normal, begitu pula
sebaliknya. Namun, dalam kenyataannya terdapat gangguan pada tulang belakang yang
membuat perubahan pada postur tubuh.Salah satu kelainan pada tulang belakang yang
sering ditemui adalah lordosis, kifosis, dan scoliosis
Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat
trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif. Lordosis adalah penekanan
kearah dalam kurvatura servikal lumbal melebihi batas fisiologis. Dan skoliosis adalah
penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis tengah atau terjadi lengkungan yang
abnormal pada vertebra kearah lateral
Banyak penyebab yang menyebabkan gangguan ini sangat umum ditemukan, salah
satunya adalah posisi duduk yang salah, kongenital, neuromuskuler, dan sebagainya.
Penyakit/ kelainan ini dapat sembuh jika ditangan secara dini misalnya dengan
pemasangan brace, namun jika sudah terlambat untuk ditangani maka memerlukan
proses pembedahan. Selain itu, teknik pengobatan juga tergantung dengan penyebab
terjadinya kelainan tulang belakang tersebut
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat makalah dengan judul
“Kifosis, Lordosis dan Skoliosis”.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah anatomi fisiologi system muskuloskeletal?
2. Apa definisi kifosis, lordosis dan skoliosis?
3. Bagaimana etiologi kifosis, lordosis dan skoliosis?
4. Bagaimana patofisiologi kifosis, lordosis dan skoliosis?
5. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit kifosis, lordosis dan skoliosis?
6. Bagaimana WOC kifosis, lordosis dan skoliosis?
7. Apa saja klasifikasi kifosis, lordosis dan skoliosis?
8. Bagaimana cara pencegahan penyakit kifosis, lordosis dan skoliosis?
9. Apa saja komplikasi kifosis, lordosis dan skoliosis?
10. Bagaimana penatalaksanaan penyakit kifosis, lordosis dan skoliosis?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit kifosis, lordosis dan skoliosis?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kifosis, lordosis dan skoliosis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal 1
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi system muskuloskeletal
2. Untuk mengetahui definisi kifosis, lordosis dan skoliosis
3. Untuk mengetahui etiologi kifosis, lordosis dan skoliosis
4. Untuk mengetahui patofisiologi kifosis, lordosis dan skoliosis
5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis pada penyakit kifosis,
lordosis dan skoliosis
6. Untuk mengetahui WOC kifosis, lordosis dan skoliosis
7. Umtuk mengetahui klasifikasi kifosis, lordosis dan skoliosis
8. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit kifosis, lordosis dan skoliosis
9. Untuk mengetahui komplikasi kifosis, lordosis dan skoliosis
10. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan penyakit kifosis, lordosis
dan skoliosis
11. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada kifosis, lordosis
dan skoliosis
3
12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan apa yang akan diberikan pada klien
dengan kifosis, lordosis dan skoliosis
1.4 Manfaat
Dapat memahami tentang penyakit kifosis, lordosis dan skoliosis berkenaan dengan
pelayanan kesehatan dan dapat memberikan asuhan keperawatan bagi klien dengan baik
dan benar.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan
ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur
A. TULANG
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi
alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh metabolism kalsium, mineral dan organ
hemopoetik. Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-
mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat
membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks
kolagen dan proteoglikan. Matriks organic tulang disebut juga sebagai osteoid.
Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan
5
ketegangan tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun tulang
berupa proteoglikan seperti asam hialuronat. Adapun bagian-bagian tulang ialah:
1. Tulang Tengkorak
Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang menyusun kerangka kepala.
Tulang tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun kepala dan empat
belas tulang yang menyusun bagian wajah. tulang tengkorak bagian kepala
merupakan bingkai pelindung dari otak.
Tulang tengkorak bagian kepala terdiri dari:
a. Parietal : tulang dahi
b. Temporal : tulang samping kiri kanan kepala dekat telinga
c. Occipital : daerah belakang daritengkorak
d. Spenoid : berdekatan dengan tulang rongga mata, seperti tulang baji
e. Ethmoid : tulang yang menyusun rongga hidung. Sendi yang terdapat
diantara tulang-tulang tengkorak merupakan sendi mati yang disebut rahang
bawah (menempel pada tulang tengkorak sutura)
Tulang tengkorak bagian wajah terdiri dari:
a. Temporal.
Hal tersebut merupakan satu-satunya hubungan antar tulang dengan
gerakan yang lebih bebas
b. Rahang bawah
Menyusun sebagian dari hidung, dan langit-langit
c. Palatinum (tulang langit-langit)
Menyusun sebagian dari rongga hidung dan bagian atas dari atap rongga
mulut
d. Zigomatik (tulang pipi)
6
e. Tulang hidung
f. Tulang lakrimal (sekat tulang hidung)
2. Tulang Dada
a. Tulang hulu / manubrium, terletak di bagian atas dari tulang dada, tempat
melekatknya tulang rusuk yang pertama dan kedua
b. Tulang badan / gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat melekatnya
tulang rusuk ke tiga sampai ke tujuh, gabungan tulang rusuk ke delapan
sampai sepuluh.
c. Tulang taju pedang / xiphoid process, terletak di bagian bawah dari tulang
dada. Tulang ini terbentuk dari tulang rawan
3. Tulang Rusuk
Tulang rusuk memiliki beberapa fungsi diantaranya
1). melindungi jantung dan paru-paru dari goncangan.
2). melindungi lambung, limpa dan ginjal.
3). membantu pernapasan.
Adapun bagian-bagian tulang rusuk diantaranya
a. Tulang rusuk sejati berjumlah tujuh pasang
Tulang-tulang rusuk ini pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-
ruas tulang belakang sedangkan ujung depannya berhubungan dengan
tulang dada dengan perantaraan tulang rawan.
b. Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang
7
Tulang rusuk ini memiliki ukuran lebih pendek dibandingkan tulang rusuk
sejati. Pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang
sedangkan ketiga ujung tulang bagian depan disatukan oleh tulang rawan
yang melekatkannya pada satu titik di tulang dada.
c. Rusuk melayang berjumlah 2 pasang.
Tulang rusuk ini pada ujung belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang
belakang, sedangkan ujung depannya bebas
4. Ruas-ruas Tulang Belakang
Ruas-ruas tulang belakang disebut juga tulang belakang disusun oleh 33
buah tulang dengan bentuk tidak beraturan. ke 33 buah tulang tersebut terbagai
atas 5 bagian yaitu:
a. 7 Ruas pertama disebut tulang leher. Ruas pertama dari tulang leher disebut
tulang atlas, dan ruas kedua berupa tulang pemutar atau poros. bentuk dari
tulang atlas memungkinkan kepala untuk melakukan gerakan atau
goyangan "ya" atau goyangan "tidak"
b. 12 ruas berikutnya membentuk tulang punggung. Ruas-ruas tulang
punggung pada bagian kiri dan kanannya merupakan tempat melekatnya
tulang rusuk.
8
c. 5 ruas berikutnya merupakan tulang pinggang. Ukuran tulang pinggang
lebih besar dibandingkan tulang punggung. Ruas-ruas tulang pinggang
menahan sebagian besar berat tubuh dan banyak melekat otot-otot.
d. 5 ruas tulang kelangkangan (sacrum), yang menyatu, berbentuk segitiga
terletak dibawah ruas-ruas tulang pinggang.
e. Bagian bawah dari ruas-ruas tulang belakang disebut tulang ekor (coccyx),
tersusun atas 3 sampai dengan 5 ruas tulang belakang yang menyatu dengan
Ruas-ruas tulang belakang berfungsi untuk menegakkan badan dan menjaga
keseimbangan. menyokong kepala dan tangan, dan tempat melekatnya otot,
rusuk dan beberapa organ
5. Extremitas Superior
Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun dari:
a. Humerus / tulang lengan atas.
Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung atasnya besar, halus, dan
dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian bawah memiliki dua lekukan
merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna
b. Radius dan ulna / pengumpil dan hasta.
Tulang ulna berukuran lebih besar dibandingkan radius, dan melekat
dengan kuat di humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar
untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.
c. karpal / pergelangan tangan.
Tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh ligamen
d. Metakarpal / telapak tangan.
Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas berhubungan dengan
tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan
tulang-tulang jari (palanges)
e. Palanges (tulang jari-jari)
Tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga buah tulang,
kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.
6. Ekstremitas Inferior
Tulang anggota gerak bawah disusun oleh :
a. Femur / tulang paha
Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang panggul
sampai ke lutut.
9
b. Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis
Bagian pangkal berhubungan dengan lutut bagian ujung berhubungan
dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang kering lebih besar dinandingkan
tulang betis karena berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh.
Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot
c. Patela / tempurung lutut
Terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga. patela berfungsi
melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon yang
membentuk lutut
d. Tarsal / Tulang pergelangan kaki
Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang dengan salah satunya
adalah tulang tumit.
e. Metatarsal / Tulang telapak kaki
Tersusun atas 5 buah tulang yang tersesun mendatar
f. Palanges / tulang jari-jari tangan
Tersusun setiap jari tersusun atas 3 tulang kecuali tulang ibu jari atas 14
tulang.
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
a. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.
b. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja
otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system
pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.
c. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain.
d. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsum merah tulang tertentu
B. OTOT
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat
lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut
dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada
yang melekat di bawah permukaan kulit.
10
1. Fungsi Otot
a. Pergerakan
Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
b. Penopang tubuh dan mempertahankan postur
Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam
posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
c. Produksi panas
Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal.
2. Ciri-ciri Otot
a. Kontrakstilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak melibatkan
pemendekan otot
b. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.
c. Ekstensibilitas
d. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang otot
saat rileks.
e. Elastisitas
11
Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
3. Jenis-jenis Otot
a. Otot Rangka
Merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut otot
sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar
antara 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti
yang tersusun di bagian perifer. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
b. Otot Skelet
Disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut
berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
C. SENDI
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga
dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya gerakan.
1. Synarthrosis (suture).
Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan, strukturnya
terdiriatas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di tengkorak.
2. Amphiarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan, strukturnya adalah
kartilago. Contoh: Tulang belakang.
12
3. Diarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan, yang terdiri
daristruktur sinovial. Contoh: sendi peluru (tangan dengan bahu), sendi
engsel(siku), sendi putar (kepala dan leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari).
D. TENDON
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang
terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang
denganotot atau otot dengan otot.
E. LIGAMEN
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang
yang diikat oleh sendi.
2.2. Definisi
A. Kifosis
Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada
tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma,
gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif.
Kifosis pada masa remaja juga disebut penyakit
Scheuermann. (Aditya, 2000)
Kifosis kongenital merupakan kondisi kelainan
kongenital dengan angulasi konveks yang bertambah
secara tidak normal pada kurvatura tulang torakal.
Kondisi kifosis kingenital memang kondisi yang jarang terjadi, tetapi bila kondisi
ini tidak diberikan intervensi akan meningkatkan resiko paraplegi. Kifosis
13
kongenital terdiri dari dua tipe, yaitu tipe defek pada segmen tulang belakang,dan
tipe defek deformasi. (Helmi, 2013)
Penyakit Scheuermann adalah suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri
punggung dan adanya bonggol di punggung (kifosis).
B. LORDOSIS
Lordosis adalah kecekungan lengkungan vertebra lumbal dan servikal kearah
depan ketika dilihat dari samping (Dorlan, 2012)
Lordosis adalah penekanan kearah dalam kurvatura servikal lumbal melebihi
batas fisiologis. Lordosis kongenital ada kondisi klinik sedikit didapatkan biasanya
deformitas bersifat progresif. (Helmi, 2013)
Lordosis adalah penekanan ke arah dalam kurvatura servikal lumbal
melebihi batas fisiologis. Lordosis kongenital pada kondisi klinik sedikit di
dapatkan, biasanya deformitas bersifat progresif. Dengan adanya kondisi
deformitas lordosis akan memberikan pengaruh pada sepina torakal, jarak
14
sepina-sternum ( pnenurunan kapasitas paru ), gagal napas, dan bahakan
kematian dini. Pada saat deformitas ini terjadi pada lumbal, maka secara
progresif akan terjadi hiperlordosis pada lumbal
C. SKOLIOSIS
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk
pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah
samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis ini
sepintas terlihat sangat sederhana. Namun
apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi
perubahan yang luar biasa pada tulang belakang
akibat perubahan bentuk tulang belakang secara
tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan
lunak sekitarnya dan struktur lainnya.
Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis tengah
atau terjadi lengkungan yang abnormal pada vertebra kearah lateral. (Suratun,
2008)
Kongenital skoliosis adalah suatu kondisi perubahan kurvatura spina kearah
lateral yang disebabkan oleh anomali dari perkembangan tulang belakang. (Helmi,
2013)
Kongenital skoliosis adalah suatu kondisi perubahan kurvatura spina ke
arah lateral yang di sebabkan oleh anomali dari perkembangan tulang
belakang
2.3. Etiologi
A. Kifosis
Etiologi dari kifosis ialah:
a. Trauma
b. Gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif.
15
Kifosis pada masa remaja juga disebut penyakit Scheuermann. Penyebab dari
penyakit Scheuermann tidak diketahui. Penyakit ini muncul pada masa remaja dan
lebih banyak menyerang anak laki-laki.
B. Lordosis
Beberapapenyebab lordosisi, diantaranya:
a. Kesalahan posisi duduk yang menyebabkan kelainan pada tulang belakang
b. Kongenital
C. Skoliosis
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis, ialah:
a. Kongenital
Biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang
belakang atau tulang rusuk yang menyatu
b. Neuromuskuler
Pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat
penyakit berikut:
1. Cerebral palsy
2. Distrofi otot
3. Polio
4. Osteoporosis juvenile
c. Idiopatik
Penyebabnya tidak diketahui
2.4. Patofisiologi
Kelainan tulang belakang disebabkan oleh banyak factor diantaranya adalah
idiopatik, kongenital, posisi duduk yang salah serta cara mengangkat beban yang salah.
Kelainan ini dapat terjadi kongenital apabila terdapat gangguan pembentukan
tulang belakang atau adanya pembentukan yang abnormal pada saat dalam kandungan.
Kelainan ini biasanya terjadi pada minggu ke-5 kehamilan. Sehingga pada saat bayi
lahir maka terdapat kelainan pada tulang belakangnya.
Selain akibat kelainan selama masa kehamilan, kelainan ini juga disebabkan oleh
posisi duduk yang salah dan berlangsung terusmenerus terutamna selama masa
pertumbuhan berlangsung. Oleh karena itu, jika kelainan ini terjadi di masa
16
pertumbuhan maka pengobatan secepatnya harus dilakukan agar postur tubuh kemali
normal.
Penyakit neuromuskuler, ataupun tumor di tulang belakang juga bias menyebabkan
kelainan pada tulang belakang. Mengangkat beban yang berat namun tidak dalam posisi
yang tidak sesuai dengan posisi anatomis juga dapat menyebabkan kelainan pada tulang
belakang akibat penarikan tulang belakang yang terjadi terus-menerus.
Akibat adanya kelainan ini, maka dapat mengganggu system dalam tubuh.
Kelainan ini dapat menyebabkan penekanan pada rongga thoraks sehingga penderita
dapat mengurangi ekspansi paru dan pemasukan O2 dalam tubuh dapat semakin sedikit.
Selain menekan paru, penekanan pada rongga thoraks juga dapat menekan jantung
sehingga jantung tidal dapat memompa darah secara maksimal. Hal ini juga dapat
menyebabkan aliran O2 ke seluruh sel tubuh ridak terpenuhi sehingga juga bias
mengganggu proses metabolism dan perkembangan.
Kelainan ini juga dapat menekan lambung sehingga lambung mudah penuh dan
menyebabkan mual karena asam lambung mudah penuh dan refluks. Hal ini dapat
menyebabkan penderita tidak nafsu makan sehingga asupan nutrisi dalam tubuh ya
juga berkurang.
Kelainan tulang belakang ini juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari karena
kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan. Sehingga dapat terjadi pembatasan gerak
pada penderitanya.
2.5. Manifestasi Klinis
A. Kifosis
Beberapa gejala umum kifosis, diantaranya:
a. Nyeri punggung yang menetap tetapi sifatnya ringan
b. Kelelahan
c. Nyeri bila ditekan dan kekakuan pada tulang belakang
d. Punggung tampak melengkung
e. Lengkung tulang belakang bagian atas lebih besar dari normal.
B. Lordosis
Gejala yang timbul akibat lordosis berbeda-beda untuk tiap orang. Gejala
lordosis yang paling sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi
sesuai dengan gangguan lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler,
gangguan perkembangan paha, dan gangguan neuromuskuler.
17
Nyeri pinggang, nyeri yang menjalar ke tungkai, dan perubahan pola buang air
besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang. Jika terjadi
gejala ini, dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter. Selain itu, gejala lordosis
juga seringkali menyerupai gejala gangguan atau deformitas tulang belakang
lainnya, atau dapat diakibatkan oleh infeksi atau cedera tulang belakang
C. Skoliosis
Gejala dari skolisis dapat berupa:
a. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
b. Bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
c. Nyeri punggung
d. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
e. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60?) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke
kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri;
sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih
tinggi dari pinggul kiri.
18
2.6. WOC
19
20
21
2.7. Klasifikasi
A. Kifosis
Kifosis kongenital terdiri dari dua tipe, yaitu tipe defek pada segmen tulang
belakang dan tipe defek deformasi.
a. Defek pada segmen tulang belakang
Hal ini sering terjadi pada midtoraks atau region torakolumbal dan bisa
melibatkan 2-8 segemen tulang belakang, karakteristik berupa deformitas
angualsi gibus dan lancip. Paraplegi jarang terjadi, tetapi secra klinik
didapatkan adanya nyeri punggung bawah,(LBP) yang disebabkan adanya
kompensasi heperlordosis lumbal. Secara umum penyebab kondisi ini adalah
osofikasi progresif pada ruang diskus anterior.
b. Defek formasi
Defek formasi ini sering terjadi dan biasanya satu level, walaupun kondisi
defek multiple bisa juga terjadi. Defek formasi hampir selalu bersifat anterior
yang menghasilakan kifosis atau bisa juga dalam kondisi anterolateral disertai
sudut posterior dari hemivertebra yang mengahsilakn kifoskoliosis. Secara
umum penyebab kondisi ini adalah progresif umum apabila dan apabila tidak
mendapatkan pengobatan akanmeningkatkan resiko paraplegi. Paraplegi bisa
terjadi pada anak yang lebih muda, tetapi sering terjadi pada masa sekolah.
Kifosis tidak mendapatkan pengobatan akan mengalami tekanan kuat akibat
pertumbuhan atau mungkin akibat suatu trauma ringan sehungga
menimbulkan paraplegi.
Kifosis dapat terjadi sekunder terhadap penyakit seperti tuberkolosis kronik,
osteodistrofi, atau fraktur kompresi tulang torakal. Bentuk kifosis yang paling
umum adalah postural. Anak-anak khususnya selama masa pertumbuhantualng
rangka melebihi pertumbuhan otot, rentan terhadap kifosis normal yang berlebihan.
Posisi berdiri dan duduk yang tidak normal adalah salah satu penyebabnya. Hal ini
terutama lazim dialami oleh gadis remaja yang dengan sengaja mengambil postur
membungkuk sambil melingkarkan bahudalam upaya menyembunyikan payudara
mereka yang baru tumbuh
B. Lordosis
Tidak terdapat klasifikasi khusus pada lordosis
C. Skoliosis
22
Klasifikasi skoliosis ialah:
a. Skoliosis congenital yaitu kelainan sudah ada sejak lahir
b. Skoliosis didapat yaitu kelainan tidak ada sejak lahir,tetapi berkembang padaa
masa berikutnya
c. Skoliosis idiopatik. Jenis ini lebih umum biasanya berkembang pada masa
remaja.
d. Skoliosis fungsional yaitu kelainan yang berkaitan dengan postural atau
nonstructural dan berkembang dari pengaruh postur yang temporer(sementara)
mudah di perbaiki.
e. Skoliosis structural yaitu perubahan pada struktur tulang belakang karena
sebab yang bervariasi.
f. Skoliosis paralitik yaitu kelainan yang berkembang menyertai penyakit
neurologis seperti poliomeilitis. (Suratun, 2008)
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural.
a. Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan
rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah
rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva. 3 bentuk
skosiliosis struktural yaitu :
1. Skosiliosis Idiopatik adalah bentuk yang paling umum terjadi dan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
a) Infantile : dari lahir-3 tahun.
b) Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun .
c) Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun (usia yang paling umum)
2. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu
atau lebih badan vertebra.
3. Skoliosis Neuromuskuler yaitu anak yang menderita penyakit
neuromuskuler (seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler)
yang secara langsung menyebabkan deformitas.
b. Skoliosis nonstruktural ( Postural )
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk
semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis
postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap
23
beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek,
atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau
dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.
Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis :
a. Functional
Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal
berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat
disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh
kekejangan-kekejangan di punggung.
b. Neuromuscular
Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine
terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya,
atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini
berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk
kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral
palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut
congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan
memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari
scoliosis.
c. Degenerative
Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-
anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa
yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang
disebabkan oleh arthritis. Pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-
jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur
tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang
abnormal.
d. Lain-Lain
Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumor-tumor
spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada
spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk
bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan
yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk
spine.
24
Klasifikasi dari derajat kurva scoliosis
a. Scoliosis ringan
Kurva kurang dari 20 º. tidak begitu serius, tidak memerlukan tindakan dan
hanya dilakukan monitoring)
b. Scoliosis sedang
Kurva 20 º – 40 º /50 º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra dan costa.
c. Scoliosis berat
Lebih dari 40 º /50 º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih besar, sering
disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dapat menimbulkan penekanan pada
paru, pernafasan yang tertekan, dan penurunan level oksigen, dimana kapasitas
paru dapat berkurang sampai 80%. Pada keadaan ini juga dapat terjadi
gangguan terhadap fungsi jantungdan pada sudut lebih dari 60 º - 70 º terjadi
gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup.
2.8. Pencegahan
A. Jaga posisi duduk yang benar sejak dini
B. Jaga asupan nutrisi selama hamil
C. Penanganan secara dini agar tidak terjadi komplikasi
D. Jangan membawa beban terlalu berat dengan posisi yang salah
.
2.9. Komplikasi
A. Resiko gagal napas akut akibat perubahan struktur tulang belakang yang berubah
sehingga menekan paru-paru.
B. Resti paraplegi, akibat penekanan syaraf yang berada di tulang belakang, terutama
pada lordosis.
C. HNP akibat penekanan diskus vertebralis.
2.10. Penatalaksanaan
A. Kifosis
1. Konservatif
Selama ini tidak ada intervensi konservatif yang dapat mengobati kifosis
kongenital, intervensi ini termasuk korset adalah intervensi yang tidak
optimal. Secara histori penatalaksanaan konservatif umumnya memiliki
25
prognosis yang jelek, sehingga pengobatan untuk kifosis kongenital hanya
dilakukan dengan pembedahan.
2. Terapi bedah
a. Defek formasi
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah paraplegi.jika
defek didapatkan pada usia lebih muda dari lima tahun dan kifosis
dengan derajat <500,
maka intervensi fusi posterior dilakukan.pasca
bedah anak ditempatkan dalam posisi hiperekstensi dengan
menggunakan gips, serta tidak menggunakan ambulasi selama 3-
4bulan.pada anak usia <18 bulan atau didapatkan pseudoatrosis, untuk
mendapatkan hasil yang optimal, maka secra umum akan dilakukan
eksploratif rutin dan graf augmentation selama 4-6 bulan.
Pada anak dengan deformitas>500 atau usia >5tahun,intervensi
kombinasi artrodesis anterior dan posterior dilakukan. Fusi anterior
dilakukan terlebih dahulu yang dilakukan dengan reseksi radikal pada
ligamen longitudinal anterior. Jika memungkinkan, sebuah distraktor
dipasang pada sepanjang kolumna anterior dan bone graft yang diambil
dari iga atau fibula ditempatkan pada sisi anterior untuk pencapaian
tinggi yang seimbang.
Pasien dengan komplikasi deficit neurologis harus dipantau dengan
MRIuntuk mengatahu saluran spinal. Pada kondisi pasien dengan deficit
neurologis minor yang berhubungan dengan kifosis dkongenital
(menampilkan klinis seperti refleks hiperaktif dan babinsky positif, tanpa
disertai hilangnya fungsi kandung kemih), tidak perlu intervensi
dekompresi spinal. Fusi anterior dan posterior harus dilaksanakan seperti
diuraikan sebelumnya dan deficit yang mengenai saraf akan menghilang
lenyap secara berangsung-angsur ketika saluran yang mengenai tulang
belakang telah diperbaiki dan area telah distabilkan.
b. Defek segmen
Pemilihan penatalaksaan sangat bergantung pada kondisi deformitas
yang terjadi. Jika didapatkan pada masa awal, maka defek segmen akan
dapat diatasi dengan fusi posterior. (Helmi, 2013)
26
Untuk pengobatan kifosis secara umum :
Kasus yang ringan dan non-progresif bisa diatasi dengan menurunkan
berat badan (sehingga ketegangan pada punggung berkurang) dan menghindari
aktivitas berat.
Jika kasusnya lebih berat, kadang digunakan brace (penyangga) tulang
belakang atau penderita tidur dengan alas tidur yang kaku/keras.
Jika keadaan semakin memburuk, mungkin perlu dilakukan pembedahan
untuk memperbaiki kelainan pada tulang belakang.
Brace yang digunakan pada pasien dengan kifosis
B. Lordosis
Penatalaksaan sepenuhnya dengan intervensi bedah. Intervensi konsevatif
pada lordosis kongenital tidak bisa dilakukan jarna kondisi ini bersifat progresif.
Intervensi bedah bisa dilakukan secara fusi anterior dan bedah koreksi. Fusi
anterior biasa dilakukan pada anak yang lebih muda,sebelum progresifitas
berkembang lebih jauh. Intervensi ini termasuk eksisi diskus, pengangkatan
kartilago, dan pucking dari luar diskus. Bedah koreksi dilakukan bila terdapat
kondisi deformitas luas dan biasanya sudah mengganggu fungsi pefrnafasan.
(Helmi, 2013)
Pengobatan lordosis secara umum :
Tujuan pengobatan lordosis adalah menghentikan semakin membengkoknya
tulang belakang dan mencegah deformitas (kelainan bentuk). Penatalaksanaan
lordosis tergantung pada penyebab lordosis. Latihan untuk memperbaiki sikap
tubuh dapat dilakukan jika lordosis disebabkan oleh kelainan sikap tubuh.
Lordosis yang terjadi akibat gangguan paha harus diobati bersama dengan
gangguan paha tersebut. Salah satu pengobatan lordosis dengan menggunakan
brace agar bentuk tubuh kembali ergonomis.
C.
27
Brace yang digunakan untuk memperbaiki posisi anatomis pada pasien dengan lordosis
D. Skoliosis
Untuk skoliosis congenital:
1. Konservatif
Observasi, monitoring dan evaluasi terhadap progresifitas harus
dilakukan secara komprehensif. Intervensi dengan penggunaan alat ortotik
dilakukan sesuai dengan derajat deformitas.
2. Intervensi bedah
Merupakan pengobatan paling efektif untuk mengatasi skoliosis
congenital,bedah koreksi dilakukan untuk mencegah progresifitas terutama
apabila dengan penatalaksanaan ortotik tidak tidak menurunkan progresifitas
secara optimal. Intervensi bedah dilakukan sesuai derajat dari skoliosis.
Intervensi tersebut meliputi hal-hal berikut:
a) Convex growth arrest
b) Posterior fusion
c) Combined anterior and posterior fusion
d) Hemivertebra excision
e) Vertebrectomy (Helmi, 2013)
Postural skoliosis dapat di perbaiki dengan latihan postural dan latihan yang di
kombinasi dengan traksi (mis,traksi kotrel).
a. Skoliosis dengan lengkungan fleksibel (kurang dari 40 derajat) dan pasien
kooperatif. Pemasangan brace di kombinasikan dengan latihan cukup untuk
memperbaiki kelainan.
28
b. Pembedahan untuk meluruskan kembali dan menyatukan
vertebra. Jika lengkungan lebih dari 40 derajat dan /atau bracing tidak
diperlukan biasanya diselesaikan dengan penanaman tulang dan pamakaian
alat atau instrumentasi batang berington, duyer dan luque.
(Suratun, 2008)
Brace yang digunakan pada pasien dengan skoliosis
2.11. Pemeriksaan Penunjang
A. Kifosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik
(lengkungan punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan neurologis
(saraf) untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan sensasi).
Rontgen tulang belakang dilakukan untuk mengetahui beratnya lengkungan
tulang belakang.
B. Lordosis
Untuk membedakannya dilakukan beberapa pemeriksaan seperti :
a. Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai
kebengkokan, serta sudutnya.
b. Magnetic resonance imaging (MRI)
c. Computed tomography scan (CT Scan)
d. Pemeriksaan darah
C. Skoliosis
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke
depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.
Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau
refleks.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
29
a. Skoliometer
Adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran
dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk,
kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung
pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan
membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal.
Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa
ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.
Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh
lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200
pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi
yang lanjut.
b. Rontgen tulang belakang
Foto polos harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap
tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat
kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode
Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi
posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus
menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi
sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.
Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas
superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari
akhir inferior vertebra paling bawah.Perpotongan kedua garis ini membentuk
suatu sudut yang diukur.
Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena
kurva sering bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan
kerangka yang cepat. Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera
setelah pubertas; ossifikasi meluas kemedial dan jika penulangan krista iliaka
selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal. Menentukan maturitas skeletal
melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada apofisis iliaka dimulai dari Spina
iliaka anterior superior (SIAS) ke posteriormedial.Tepi iliaka dibagi kedalam 4
kuadran dan ditentukan kedalam grade 0 sampai 5.
Derajat Risser adalah sebagai berikut :
Grade 0 : tidak ada ossifikasi
30
grade 1 : penulangan mencapai 25%,
grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,
grade 3 : penulangan mencapai 51-75%,
grade 4 : penulangan mencapai 76%
grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.
c. MRI ( jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen )
d. Mielografi
Untuk melihat kondisi kolumna vertebralis dan rongga intervertebra, saraf
spinal,dan pembuluh darah.
e. Computed tomography
Untuk mendeteksi terjadinya masalah musculoskeletal terutama kolumna
vertebralis.
31
2.12. Asuhan Keperawatan dengan Kifosis, Lordosis dan Skoliosis
A. Pengkajian
Pre Operasi
1. Anamnesa
a. Data demografi
Data tentang identiras pribadi pasien (nama, umur, tempat/tanggal
lahir, no. rekam medic, pekerjaan, dan lain-lain)
b. Keluhan utama
Catat keluhan utama pasien. Misalnya pasien mengeluhkan nyeri di
bagian punggung
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan bagaimana proses terjadinya keluhan utama (waktu,
prognosis, jenis nyeri, mulai kapan dirasakan, bagaimana tindakan yang
dilakukan, dll)
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah mengalami trauma, pernah MRS
(dengaan diagnosis apa) adakah riwayat operasi
e. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah dalam anggota keluarganya memiliki riwayat
penyakit sejenis, atau penyakit yang berhubungan dengan muskuluskeletal
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Kaji bagaimana emosi pasien (cemas/ tidak), kaji bagaimana kemampuan
untuk melakukan kewajian dalam beribadah (terganggu atau tidak)
Data subjektif
1. Pakaian tidak pas atau menggantung
2. Pasien bernapas tidak leluasa.
3. Pasien mengeluh kesulitan dalam bergerak
4. Pasien mempunyai perasaan negatif terhadap dirinya.
Data objektif
1. Tulang belakang melengkung ke lateral, anterior, posterior
2. Cara berjalan tidak seimbang.
3. Postur tubuh miring ke samping, ke depan atau ke belakang
4. Keterbatasan kemampuan untuk bangkit dari kursi.
5. Ketinggian bahu tidak sama pada scoliosis
32
6. Kesulitan untuk meluruskan badan pada kifosis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian
tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
c. Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas,
dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot.Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya
edema atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah
satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist
yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic
hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower
motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yanglebih panas atau
lebih dingin dari lainnya dan adanyaedema.Sirkulasi perifer dievaluasi
dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
Pasca Operasi
a. Kaji status neurovaskular
b. Status pernapasan pasien, kesulitan bernapas, sianosis,
takipnea, dan batuk.
c. Penurunan sensasi dan aktivitas motorik pada ekstremitas.
33
d. Status sirkulasi ekstremitas, perubahan warna kulit, nadi, dan
suhu.
e. Keseluruhan tubuh dan terdapatnya alat imobilisasi.
f. Kaji lokasi, intensitas, dan durasi nyeri.
g. Karakter dan jumlah drainase luka.
h. Pengeluaran urine
B. Diagnosa
Pre Operasi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekaan paru
2. Nyeri akut berhubungan dengan posisi tubuh yang mengalami perubahan
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke
perifer
4. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidakseimbangan postur
tubuh dana danya rasa nyeri
5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan suplai darah ke ginjal
6. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penekanan
lambung
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan postur tubuh
Post Operasi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan anastesi, insisi operasi, dan nyeri.
2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan status puasa dan/
atau kehilangan cairan abnormal.
3. Risiko infeksi yang berhubungan dengan port de entrée pasca bedah
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal dan
nyeri
5. Nyeri akut berhubungan dengan intervensi operasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penatalaksanaan perawatan di rumah
C. Implementasi
Melakukan rencana tindakan keperawatan yang ada dalam intervensi.
D. Evaluasi
34
Kriteria evaluasi yang diharapkan pada pasien kifosis, lordosis dan skoliosis
setelah mendapat intervensi keperawatan adalah sebagai berikut
1. Pre Operasi
a. Pola napas efektif
a) Menunjukkan bunyi napas yang normal
b) Frekuensi dan irama pernapasan teratur
b. Nyeri hilang atau berkurang
a) Melaporkan tingkat nyeri yang dapat di terima
b) Memperlihatkan wajah yang tenang dan rileks
c) Keseimbangan tidur dan istirahat.
c. Perfusi jaringan kembali optimal
a) Suhu tubuh normal 36,50C-37,5
0C
b) Akral hangat
c) Pasien tidak tampak pucat
d) CRT < 2 detik
d. Mobilitas fisik pasien meningkat
a) Melakukan latihan rentang gerak secara adekuat
b) Melakukan mobilitas pada tingkat optimal.
c) Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan.
d) Meminta bantuan jika membutuhkan.
e. Pasien dapat miksi tanpa adanya gangguan dan dalam jumlah maupun proses
a) Pengeluaran urin normal (1200-1500ml/hari dewasa/ 0,5-1 cc/kgBB/jam)
b) Miksi normal (tidak terasa sakit, perih dan ada tahanan)
f. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
a) BB naik dibandingkan dengan sebelum MRS
b) Turgor kulit baik
c) Pasien dapat mulai melakukan aktivitas sehari-hari
g. Percaya diri pasien mulai meningkat
a) Mencari orang lain untuk membantu mempertahankan harga diri
b) Secara aktif ikut serta dalam perawatan dirinya
c) Menggunakan keterampilan koping yang positif dalam mengatasi citra
tubuh.
2. Pasca Operasi
a. Pola napas klien kembali efektif
35
a) Menunjukkan bunyi napas yang normal
b) Frekuensi dan irama pernapasan teratur
b. Kebetuhan volume cairan klien kembaali normal
a) Menunjukkan tanda vital yang stabil
b) Masukan dan keluaran cairan seimbang
c) Turgor kulit elastis
c. Tidak terjadi infeksi pascabedah
a) Menunjukkan luka operasi tetap bersih, kering, dan utuh
b) Suhu tubuh dalam batas normal
c) Nilai hasil pemerisaan laboratorium menunjukkan batas
normal
d. Mobilitas fisik kembali normal
a) Mencapai kembali mobilitas sampai tingkat optimal
b) Memperagakan kemampuan untuk menggunakan alat mobilisasi
c) Mempertahankan kesejajaran tubuh yang sesuai
d) Ikut serta dalam rencana rehabilitasi
e. Nyeri yang dirasakan dapat ditoleransi
a) Melaporkan nyeri dalam tingkat yang dapat ditoleransi
b) Memperlihatkan lebih nyaman dan rileks
c) Koorperatif dan berupaya dalam menggunakan teknik alternative
penatalaksanaan.
f. Pengetahuan pasien meningkat
a) Mengungkapkan pengertian tentang program latihan, gejala untuk
dilaporkan pada dokter, dan jakwal pengobatan
b) Memperagakan kemampuan untuk melakukan aktivitas kegiatan sehari-
hari dan perawatan insisi.
BAB 3
36
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat
trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif. Kifosis pada masa remaja
juga disebut penyakit Scheuermann. (Aditya, 2000)
Lordosis adalah penekanan kearah dalam kurvatura servikal lumbal melebihi batas
fisiologis. Lordosis kongenital ada kondisi klinik sedikit didapatkan biasanya deformitas
bersifat progresif. (Helmi, 2013)
Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis tengah atau
terjadi lengkungan yang abnormal pada vertebra kearah lateral. (Suratun, 2008)
Manifestasi klinis dari penyakit ini berbeda-beeda. Begitu pula dalam penyebab dan
penanganannya. Ketiga penyakit/ kelainan ini dapat sembuh jika ditangan secara dini
misalnya dengan pemasangan brace, namun jika sudah terlambat untuk ditangani maka
memerlukan proses pembedahan. Selain itu, teknik pengobatan juga tergantung dengan
penyebab terjadinya kelainan tulang belakang tersebut
DAFTAR PUSTAKA
37
Helmi, Zairin Noor. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Suratun, dkk. 2008. Klien Gangguan Muskuloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC
Kebiasaan buruk
(posisi yang salah ) Kongenital Neuromuskular
Penyakit lain
(TB Paru)
Penekanan kearah
depan paru
↓ ekspansi paru
Ruas tulang
belakang tidak
seimbang
Otot melemah
Pembentukan
tulang belakang
tidak sempurna
(minggu ke-5
kehamilan
Bengkok kearah
dominan
Terjadi secara
kontinu
Kelumpuhan/lemah
saraf
Tulang belakang
bengkok kearah
dominan
Terjadi batuk
dalam jangka
yang lama
↓ ekspansi paru
Menyerang apeks
Terjadi retraksi
dada
Terjadi secara
kontinu
Kelainan pada tulang
Kifosis, Lordosis, Skoliosis
Pre-operasi
Post-operasi B1 (Breathing)
Terjadi penekanan
paru & diafragma
↓ ekspansi paru
↓ suplai O2 ke
seluruh tubuh
Tubuh melakukan
kompensasi
dengan ↑ frekuensi
nafas
Sesak nafas
MK : Pola nafas
tidak efektif
Terjadi penekanan
pada jantung
Kesulitan dalam
memompa darah
C.O menurun
Supali O2 menurun
↓ O2 dalam darah
Hipoksemia
Perubahan bentuk
tulang belakang
Ruas tulang
belakang berubah
susunan
B2 (Blood)
↓ suplai O2 ke sel
Hipoksia
B3 (Brain)
Menekan vertebra
Produksi urin ↓
C.O menurun
Gangguan filtrasi
dan reabsorpsi
↓ suplai darah ke
ginjal
MK : Nyeri akut
MK : Gangguan
perfusi jaringan Merangsang
mediator kimia
(nyeri)
Aktivitas aferen ↑
Penekanan pada
syaraf sekitar
Diskus
intervertebratalis
tertekan
Strukturnya tidak
simetris
B4 (Bladder)
oliguri
MK : Gangguan
eliminasi urin
B5 (Bowel)
Terjadi
penekanan pada
lambung
Perbedaan
presepsi
Perubahan bentuk
tulang belakang
MK : Pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Mual, Muntah
Anoreksia
Rasa penuh pada
lambung
↑ kadar HCl
B6 (Bone)
Kesulitan dalam
mengkoordinasikan
gerakan
MK : Gangguan
citra tubuh
Pasien malu
MK : Hambatan
mobilitas fisik
Post-operasi
MK : Resti
kekurangan volume
cairan
Intervensi
pembedahan
Pengeluaran
cairan abnormal
Terganggunya
permeabilitas
vaskuler
Perubahan pola
nafas
Pecahnya
pembuluh darah
↓ kemampuan
bernafas Terjadi luka
Perdarahan Sesak nafas
MK : Pola nafas
tidak efektif
Proses
penyembuhan
Kesulitan dalam
bergerak
MK : Hambatan
mobilitas fisik
Kurang informasi
dalam perawatan
dirumah
Keluarga merasa takut
dalam perawatan
MK : Kurang
pengetahuan
MK : Resiko
infeksi
Pecahnya
pembuluh darah Luka pasca
bedah
Efek anastesi
Merangsang saraf
sekitar
Merangsang
mediator kimia
(nyeri)
MK : Nyeri akut
↑ tekanan saraf
aferen
Port de entrée
pasca bedah