Bab 1 Makalah Asli
Click here to load reader
-
Upload
aulia-noe-noegraha -
Category
Documents
-
view
85 -
download
4
Transcript of Bab 1 Makalah Asli
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Unfortunately, as is often the case in sociology, the more we research into a problem, the
less clear out things become. Ungkapan terkenal dari Peter Aggleton yang sangat dikenal dalam
kriminologi modern seolah menggambarkan kepada kita betapa sulitnya untuk memahami
dengan jelas tentang sebab-sebab suatu permasalahan kriminalitas. Apalagi dalam hal ini untuk
meyakinkan adanya potensi atau kemungkinan (possibility) seorang koban kejahatan (victim)
yang telah menderita justru menjadi salah satua faktor causa terjadinya kejahatan.
Sahetapy menyatakan bahwa masalah kausa kejahatan selalu merupakan masalah yang
menarik, baik sebelum maupun sesudah kriminologi mengalami pertumbuhan dan
perkembangan seperti dewasa ini1. Dari satu sisi pemahaman ini seolah tidak adil dan tidak
menunjukkan empati pada korban kejahatan tersebut. Sejak zaman Orde baru dahulu masalah
stabilitas nasional termasuk tentunya di bidang penegakan hukum telah menjadi komponen
utama pembangunan. Salah satu unsur dalam trilogi Pembangunan yang didengung-
dengungkan dulu adalah ingin diwujudkannya dalam usaha pembangunan nasional adalah
“terciptanya stabilitas nasional yang aman dan dinamis”. Namun sampai era reformasi dewasa
ini pekerjaan tersebut tidak pernah selesai.
Padahal adanya kondisi penegakan hukum yang mewujudkan stabilitas nasional tersebut
merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Dengan adanya stabilitas nasional yang aman dan dinamis itu
akan memungkinkan negara dan rakyat hidup dalam keadaan aman dan damai, bebas dari
segala ancaman dan rongrongan. Namun dalam kenyataannya dalam usaha untuk mewujudkan
cita-cita nasional tersebut terdapat kendala-kendala yang dijumpai dalam kehidupan
masyarakat baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam masyarakat itu sendiri. 1
1 Prof.DR.J.E Sahetapy SH.Teori Kriminologi Suatu Pengantar.Bandung.1992.Citra Aditya Bakti.
1
Salah satu kendala atau hambatan itu adalah prilaku individu atau sekelompok individu
yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, baik norma yang tidak
tertulis seperti norma kesusilaan, kesopanan, adat istiadat, agama maupun dalam konteks ini
terutama norma hukum pidana yang sifatnya tertulis yang oleh masyarakat disebut sebagai
kejahatan.
Kejahatan yang terjadi tentu saja menimbulkan kerugian-kerugian baik kerugian yang
bersifat ekonomis materil maupun yang bersifat immateril yang menyangkut rasa aman dan
tenteram dalam kehidupan bermasyarakat. Secara tegas dapat dikatakan bahwa kejahatan
merupakan tingkah laku yang anti sosial (a-sosial)2.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi kejahatan namun kejahatan tersebut
tidak pernah sirna dari muka bumi, bahkan semakin meningkat cara hidup manusia maupun
teknologi semakin canggih pula ragam dan pola kejahatan yang muncul.
Namun, Permasalahan kejahatan bukanlah semata-mata permasalahan abad teknologi
modern dewasa ini. Meskipun manusia sudah demikian pesat maju dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi bahkan telah di lakukan banyak terobosan baru. Permasalahan kejahatan masih
tetap merupakan duri dalam daging dan pasir dalam mata. Secara umum telah disadari bahwa
permasalahan kejahatan akan selalu ada dan tetep akan sampai dunia ini berakhir. Korupsi
merupakan salah satu masalah nasional yang dikualifikasi sebagai kejahatan yang dapat
menghambat usaha-usaha untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan di
samping merupakan tindakan penyelewengan terhadap kaidah-kaidah hukun dan norma-
norma sosial lainnya sehingga masalah korupsi merupakan ancaman serius dalam mencapai
masyarakat yang adil dan makmur.
Sejarah telah membuktikan bahwa hancurnya suatu negara, pemerintah bahkan
masyarakat disebabkan oleh merajalelanya tindak pidana korupsi. Lebih tragis lagi apabila terj
adinya korupsi bahkan disebabkan pelakunya kesulitan ekonomi, melainkan untuk menumpuk
kekayaan diri pri badi .Sebagai penyakit pada umunnya, maka korupsi perlu ditanggulangi,
paling sedikit harus dicegah terjadinya. galah satu sarana untuk menanggulangi adalah dengan
peraturan hukum.
1.2 Identifikasi Masalah2 Widiyanti,Ninik dan Panji Anoraga.Perkembangan Kejahatan Dan Penyebabnya.1987.Jakarta.Ppradnya Paramita.
2
Untuk lebih mempermudah dalam pembahsan makalah ini, maka penilis lebih
mempersempit lagi pembahasan yang akan dituangkan di dalam makalah ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Fakator – factor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya kejahatan Korupsi, jika
ditinjau dari segi kriminologi?
2. Upaya – upaya apa saja yang telah dilakukan untuk menangani permaslahan korupsi ini,
yang berhubungan dengan kriminologi?
1.3 Maksud dan Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis bermaksud untuk memberikan pengetahuan kepada
para pembaca tentang apa saja yang dibahas di dalam makalah ini, agar para pembaca dapat
mengetahui secara terperinci yang ada di dalam makalah ini, hal – hal yang dibahas adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui factor penyebab korupsi menurut tinjauan segi kriminologi.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam memberantas masalah
korupsi tersebut.
1.4 Metode Penelitian
Untuk mnyelesaikan makalah ini penulis mengambil bahan dari berbagai objek, penulis
mendapatkan bahan dengan cara melakukan browsing di Internet, dan juga dengan membaca
beberapa literature, khususnya yang berhubugan dengan makalah yang dibuat oleh penulis.
3
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Kejahatan
Diatur dalam Statuta Roma dan diadopsi dalam Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang
pengadilan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia. Menurut UU tersebut dan juga sebagaimana
diatur dalam pasal 7 Statuta Roma, definisi kejahatan terhadap kemanusiaan ialah Perbuatan
yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya
bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terdapat penduduk sipil.
Selain itu ada juga beberapa definisi tentang kejahatan menurut para ahli, diantaranya adalah
sebagai berikut3:
1. Menurut B. Simandjuntak, kejahatan merupakan suatu tindakan anti sosial yang
merugikan,tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan
dalam masyarakat.
2. Menurut Van Bammelen, kejahatan adalah tiap kelakuan yang bersifat tidak susila dan
merugikan, dan menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu masyarakat
tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk mencelanya dan menyatakan
penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena
kelakuan tersebut.
3. Menurut J.M. Bemmelem, ia memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti sosial
yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam
masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, negara harus
menjatuhkan hukuman kepada penjahat.
4. Menurut W.A. Bonger mengatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti
sosial yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian
penderitaan.
5. Menurut J.E. Sahetapy dan B. Marjono Reksodiputro dalam bukunya Paradoks Dalam
Kriminologi menyatakan bahwa, kejahatan mengandung konotasi tertentu, merupakan
suatu pengertian dan penamaan yang relatif, mengandung variabilitas dan dinamik serta
3 Soekanto,Soerdjono DKK.Kriminologi Sebagai Pengantar.1981.Jakarta.Gahlia Indonesia.
4
bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku (baik aktif maupun pasif), yang dinilai oleh
sebagian mayoritas atau minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan anti sosial, suatu
perkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam
masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu.
Walter C. Recless membedakan karir penjahat ke dalam penjahat biasa, penjahat
berorganisasi dan penjahat profesional. Penjahat biasa adalah peringkat terendah dalam karir
kriminil, mereka melakukan kejahatan konvensional mulai dari pencurian ringan sampai
pencurian dengan kekerasan yang membutuhkan keterampilan terbatas, juga kurang mempunyai
organisasi. Penjahat terorganisasi umumnya mempunyai organisasi yang kuat dan dapat
menghindari penyelidikan, serta mengkhususkan diri dalam bisnis ilegal berskala besar,
Kekuatan, kekerasan, intimidasi dan pemerasan digunakan untuk memperoleh dan
mempertahankan pengendalian atas kegiatan ekonomi diluar hukum. Adapun penjahat
professional lebih mempunyai kemahiran yang tinggi dan mampu menghasilkan kejahatan yang
besar dan yang sulit diungkapkan oleh penegak hukum. Penjahat-penjahat jenis ini
mengkhususkan diri dalam kejahatan-kejahatan yang lebih membutuhkan keterampilan daripada
kekerasan.
2.2 Faktor Umum Penyebab Terjadinya Kejahatan
Beberapa aspek sosial yang oleh Kongres ke-8 PBB tahun 1990 di Havana, Cuba,
diidentifikasikan sebagai faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan (khususnya dalam
masalah "urban crime")4, antara lain:
a. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan (kebodohan), ketiadaan/kekurangan
perumahan yang layak dan sistem pendidikan serta latihan yanag tidak cocok/serasi
b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek (harapan) karena 81
proses integrasi sosial, juga karena memburuknya ketimpangan-ketimpangan sosial
c. Mengendurnya ikatan sosial dan keluarga
d. Keadaan-keadaan/ kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang beremigrasi
ke kota-kota atau ke negara-negara lain
4 http://www.legalitas.org/content/perselingkuhan-birokrasi-dan-korupsi
5
e. Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan adanya rasisme
dan diskriminasi menyebabkan kerugian/kelemahan dibidang sosial, kesejahteraan clan
lingkungan pekerjaan
f. Menurun atau mundurnya (kualitas) lingkungan perkotaan yang mendorong peningkatan
kejahatan dan berkurangnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas
lingkungan/bertetangga
g. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk berintegrasi
sebagaimana mestinya didalam lingkungan masyarakatnya, keluarganya, tempat kerjanya
atau lingkungan sekolahnya
h. Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yang pemakaiannya juga diperlukan
karena faktor-faktor yang disebut diatas
i. Meluasnya aktivitas kejahatan terorganisasi, khususnya perdagangan obat bius dan
penadahan barang-barang curian
j. Dorongan-dorongan (khususnya oleh mass media) mengenai ide-ide dan sikap-sikap
yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan (hak) atau sikap-sikap tidak
toleransi.
C. Tipe Kejahatan
Marshall B. Clinard dan Richard Quinney memberikan 8 tipe kejahatan yang didasarkan
pada 4 karakteristik, yaitu5 :
1. Karir penjahat dari si pelanggar hukum
2. Sejauh mana prilaku itu memperoleh dukungan kelompok
3. Hubungan timbal balik antara kejahatan pola-pola prilaku yang sah
4. Reaksi sosial terhadap kejahatan.
Tipologi kejahatan yang mereka susun adalah sebagai berikut :
1. Kejahatan perorangan dengan kekerasan yang meliputi bentuk-bentuk perbuatan
kriminil seperti pembunuhan dan perkosaan. Pelaku tidak menganggap dirinya
sebagai penjahat dan seringkali belum pemah melakukan kejahatan tersebut
sebelumnya, melainkan karena keadan-keadaan tertentu yang memaksa mereka
melakukannya.
5http://www.waspada.co.id/index.php/images/flash/index.php? option=com_content&view=article&id=81290:korupsi-dan-kekuasaan&catid=25:artikel&Itemid=44
6
2. Kejahatan terhadap harta benda yang dilakukan sewaktu-waktu, termasuk kedalamnya
antara lain pencurian kendaraan bermotor. Pelaku tidak selalu memandang dirinya
sebagai penjahat dan mampu memberikan pembenaran atas perbuatannya.
3. Kejahatan yang dilakukan dalam pekerjaan dan kedudukan tertentu yang pada
umumnya dilakukan oleh orang yang berkedudukan tinggi. Pelaku tidak memandang
dirinya sebagai penjahat dan memberikan pembenaran bahwa kelakuannya merupakan
bagian dari pekerjaan sehari-hari.
4. Kejahatan politik yang meliputi pengkhianatan spionase, sabotase, dan sebagainya.
Pelaku melakukannya apabila mereka merasa perbuatan ilegai itu sangat penting dalam
mencapai perubahan-perubahan yang diinginkan dalam masyarakat.
5. Kejahatan terhadap ketertiban umum. Pelanggar hukum memandang dirinya sebagai
penjahat apabila mereka terus menerus ditetapkan oleh orang lain sebagai penjahat,
misalnya pelacuran. Reaksi sosial terhadap pelanggaran hukum ini bersifat informal
dan terbatas.
6. Kejahatan konvensional yang meliputi antara lain perampokan dan bentuk-bentuk
pencurian terutama dengan kekerasan dan pemberatan. Pelaku menggunakannya
sebagai part time- Carreer dan seringkali untuk menambah penghasilan dari kejahatan.
Perbuatan ini berkaitan dengan tujuan-tujuan sukses ekonomi, akan tetapi dalam hal ini
terdapat reaksi dari masyarakat karena nilai pemilikan pribadi telah dilanggar.
7. Kejahatan terorganisasi yang dapat meliputi antara lain pemerasan, pelacuran,
perjudian terorganisasi serta pengedaran narkotika dan sebaigainya. Pelaku yang
berasal dari eselon bawah memandang dirinya sebagai penjahat dan terutama
mempunyai hubungan dengan kelompok-kelompok penjahat, juga terasing dari
masyarakat luas, sedangkan para eselon atasnya tidak berbeda dengan warga
masyarakat lain dan bahkan seringkali bertempat tinggal dilingkungan-lingkungan
pemukiman yang baik.
8. Kejahatan profesional yang dilakukan sebagai suatu cara hidup seseorang. Mereka
memandang diri sendiri sebagai penjahat dan bergaul dengan penjahat-penjahat lain
serta mempunyai status tinggi dalam dunia kejahatan.
7
Bab 3
Korupsi Dan Krimonologi
3.1 KorupsiSecara etimologi, kata korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruptus yang merupakan
kata sifat dari kata kerja corrumpere yang bermakna menghancurkan (com memiliki arti intensif
atau keseungguh-sungguhan, sedangkan rumperememiliki arti merusak atau menghancurkan.
Dengan gabungan kata tersebut, dapat ditarik sebuah arti secara harfiah bahwa korupsi adalah
suatu tindakan menghancurkan yang dilakukan secara intensif6.
Sejatinya, ada begitu banyak pengertian dari korupsi yang disampaikan oleh para ahli.
Huntington (1968) memberikan pengertian korupsi sebagai perilaku pejabat publik yang
menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini
ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi
adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum. Korupsi juga sering dimengerti sebagai
penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Namun korupsi juga
bisa dimengerti sebagai perilaku tidak mematuhi prinsip “mempertahankan jarak”.
“Mempertahankan jarak” ini maksudnya adalah dalam mengambil sebuah keputusan, baik di
bidang ekonomi, politik, dan sebagainya, permasalahan dan kepentingan pribadi atau keluarga
tidak memainkan peran (Agus Suradika, 2009: 2). Selain itu, korupsi juga dapat dikatakan
6 Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, cetakan ke duapuluh tujuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2005
8
sebagai representasi dari rendahnya akuntabilitas birokrasi publik (Wahyudi Kumorotomo,
2005: V)
Nye, J.S. (1967) dalam “Corruption and political development” mendefiniskan korupsi
sebagai prilaku yang menyimpang dari aturan etis formal yang menyangkut tindakan seseorang
dalam posisi otoritas publik yang disebabkan oleh motif pertimbangan pribadi, seperti
kekayaan, kekuasaan dan status7.
Amin Rais, dalam sebuah makalah berjudul “Suksesi sebagai suatu Keharusan”, tahun 1993,
membagi jenis korupsi menjadi empat tipe. Pertama, korupsi ekstortif (extortive corruption),
yaitu korupsi yang merujuk pada situasi di mana seseorang terpaksa menyogok agar dapat
memperoleh sesuatu atau mendapatkan proteksi atas hak dan kebutuhannya. Misalnya,
seorang pengusaha dengan sengaja memberikan sogokan pada pejabat tertentu agar bisa
mendapat ijin usaha, perlindungan terhadap usaha sang penyogok, yang bisa bergerak dari
ribuan sampai miliaran rupiah. Kedua, korupsi manipulatif (manipulative corruption), yaitu
korupsi yang merujuk pada usaha kotor seseorang untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan
atau keputusan pemerintah dalam rangka memperoleh keuntungan setinggi-tingginya.
Misalnya pemberian uang kepada bupati, gubernur, menteri dan sebagainya agar peraturan
yang dibuat dapat menguntungkan pihak tertentu yang memberikan uang tersebut Peraturan
ini umumnya dapat merugikan masyarakat banyak. Ketiga, korupsi nepotistik(nepotistic
corruption), yaitu perlakuan istimewa yang diberikan pada keluarga: anak-anak, keponakan
atau saudara dekat para pejabat dalam setiap eselon. Dengan perlakuan istimewa itu para
anak, menantu, keponakan dan istri sang pejabat juga mendapatkan
7 Idem.
9
keuntungan. Keempat, korupsi subversif(subversive cossuption), yaitu berupa pencurian
terhadap kekayaan negara yang dilakukan oleh para pejabat negara dengan menyalahgunakan
wewenang dan kekuasaannya.
3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi
Kejahatan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi
yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap komentar tentang suatu
peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam pengalaman kita ternyata tak
mudah untuk memahami kejahatan itu sendiri.
Kejahatan merupakan bagian dari masalah manusia dalam kehidupan sehari-hari, oleh
karena itu harus juga diberikan batasan-batasan tentang apa yang dimaksud dengan kejahatan itu
sendiri baru kemudian dapat dibicarakan unsur-unsur lain yang berhubungan dengan kejahatan
tersebut, misalnya siapa yang berbuat, sebab-sebabnya dan sebagainya.
Korupsi adalah suatu kejahatan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang yang
berkaitan dengan penyogokan dan penggelapan uang
Sehingga dapat kami simpulkan apa-apa yang dapat menjadi faktor-faktor kejahatan
korupsi ditinjau dari sudut pandang kriminologi adalah8 :
1. Kurang keimanan
Semakin tinggi seseorang menguasai ilmu pengetahuan dan iptek,tanpa dibarengi dengan
keimananya tidak mustahil seseorang akan terjerumus untuk melakukan tindak kejahatan
korupsi,dikarenakan kekurangan iman dan siraman keagamaan kepada orang tersebut.oleh
karena itu harus terdapat keseimbangan antara iptek dan imtak,sehingga dapat membenteng diri
seseorang agar tidak melakukan tindak kejahatan korupsi.
8 Idem. (Hal 6)
10
2. Faktor ekonomi
Salah satu penyebab seseorang melakukan kejahatan korupsi adalah disebabkan oleh faktor
ekonomi yang mana dalam diri manusia ada rasa ketidak puasan terhadap apa yang yang sudah
ada ia miliki.sehingga menimbulkan kecendrungan untuk melakukan suatu kejahatan
korupsi.dalam kehidupan masyarakat kejahatan korupsi tidak hanya terjadi dipemerintahan tetapi
juga terjadi dalam lingkungan masyarakat, misalnya dalam kegiatan seminar,dalam hal ini
mengajukan proposal ke rektorat yang mana dana yang diminta melebihi apa yang sewajarnya
diperlukan.kondisi ekonomi yang tidak menentu dalam suatu Negara dapat menyebabkan
seseorang melakukan tindakan kriminal.
3. Faktor lingkungan
Penyebab seseorang dapat melakukan kejahatan korupsi dapat timbul dari faktor lingkungan
dimana ia hidup dan berkediaman.lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan diri seseorang
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu kejahatan.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang dominan untuk menentukan seseorang melakukan
suatu kejahatan, khususnya kejahatan korupsi.sehingga tidak menjadi jaminan bahwa seseoran
yang hidup dalam lingkungan yang baik, untuk tidak melakukan kejahatan korupsi,oleh karena
itu harus disesuaikan dengan iptek dan imtak(seimbang).sehingga tidak mudah terpengaruh
dengan lingkungan masyarakat tersebut.
4. Faktor hukum
Dari segi kriminologi faktor hukum merupakan salah satu penyebab yang dapat
menimbulkan kejahatan korupsi, dimana lemahnya pengawasan hukum yang dilakukan oleh
pemerintah yang berwenang dalam hal ini,sehingga banyak orang-orang terus melakukan
kejahatan korupsi, disebabkan oleh lemahnya pengawawsan dalam hal ini.ketidak takutan
11
seseorang terhadap hukum yang memicu banyaknya terjadi kejahatan korupsi.dimana sanksi
yang terdapat begitu ringan,dan sanksi yang tidak konsisten.
5. Kultur kebudayaan
Kultur budaya yang terdapat dalam masyarakat maupun instansi pemerintahan dapat memicu
terjadinya kejahatan korupsi.kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat maupun instansi
pemerintahan tersebut antara lain: kerjasama untuk melakukan kejahatan,enggan atau takut untuk
melaporkan adanya suatu kejahatan.sehingga sulit untuk memberantas kejahatan korupsi ini,
yang telah menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat maupun berbangsa dan negara.
6. Faktor sosial
Faktor social bisa menjadi alasan mengapa seseorang bisa melakukan kejahatan korupsi,yang
disebabkan antara lain karena kebiasaan yang terdapat dalam diri individu masing-masing,dan
dapat pula disebabkan karena adanya kesempatan untuk melakukan tindak kejahatan
tersebut.kebiasaan dan kesempatan bisa menjadi momentum seseorang untuk melakukan korupsi
dimana kurangnya pengawasan dalam hal tersebut.
7. Faktor perilaku individu
Apa bila dilihat dari segi perilaku korupsi,sebab-sebab ia melakukan korupsi dapat timbul
dari dorongan dalam dirinya,yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan,niat,atau kesadaran
untuk melakukan.sebab-sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:sifat
tamak manusia,moral yang kurang kuat menghadapi godaan,penghasilan yang kurang
mencukupi,kebutuhan hidup yang mendesak,gaya hidup konsumtif,tidak mau bekerja keras,
ajaran agama yang kurang diterapkan.
12
3.2 Upaya – Upaya Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Untuk Mencegah Korupsi
Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengatasi kejahatan korupsi ditinjau
dari kriminilogi antara lain9:
1) Menyeimbangkan antara iptek dan imtak
Dengan jalan seperti ini maka, antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
kemajuan iman dan taqwa kita akan seimbang, sehingga tidak akan menyebabkan kita
akan mudah terjerumus kedalam lubang korupsi.
2) Melakukan penyuluhan hukum yang berkaitan dengan masalah korupsi
Dengan melakukan banyak penyuluhan hukum mengenai apa itu korupsi, dampak
negative dari kegiatan korupsi itu sendiri, bagaimana hukuman yang akan di dapat
apabila telah terbukti melakukan korupsi. Itu semua harus sudah diajarkan sejak dini
dengan melalui berbagai penyuluhan.
3) Melakukan pengawasan terhadap jalanya pemerintah baik secara represif maupun
Reprentif
Masyarakat harus selalu berpikiran kritis terhadap kinerja pemerintah, masyarakat harus
mampu utuk mengontrol secara langsung bagaimana kebijakan yang telah dilakukan
atau telah dibuat oleh pemerintah, mengapa harus demikian karena pemerintah yang da
merupakan cerminan dari keinginan rakyat, jadi seharusnya pemerintah membuat
kebijakan yang pro terhadap rakyat bukan sebaliknya.
4) Meningkatkan kualitas keimanan individu masing-masing
Dengan melakukan hal ini kita akan senantiasa ingat kepada tuhan sehingga tidak mudah
untuk berbuat dosa, termasuk juga berbuat korupsi.
5) Menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat akan bahayanya korupsi
9 http://www.docstoc.com/docs/5936230/Agus-Suradika-Korupsi-dan-Kekuasaan
13
Dengan begini masyarakat diharapkan mampu berpikir, jika melakukan korupsi itu dapat
menghancurkan kehidupan bangsa dan Negara.
6) Menerapkan sanksi yang berat bagi pelaku korupsi
Setiap pelaku korupsi yang telah terbukti bersalah harus mendapatkan hukuman yang
setimpal dengan perbuatannya, yaitu bias berupa dengan memiskin kan para koruptor,
atau bahakan jika kita mampu kita dapat melakukan penggunaan hukuman mati bagi para
koruptor, seperti yang dilakukan oleh Negara Cina.
7) Penyederhanaan system pemerintahan
8) Menumbuhkan sikap jujur dalam bermasyarakat
9) Menumbuhkan sikap tanggung jawab akan tugas dan kewajibanya
Bab 4
14
Penutup
4.1 Kesimpulan
Korupsi, sudah menjadi permasalahn yang sangat kompleks pada zaman sekarag ini. Korupsi
dilakukan di semua kalangan dari mulai kalangan pekerja kecil – kecilan, guru, kemudian
ditingkat universitas , dan yang sudah menjadi rahasia umum yaitu di bidang pemerintahan.
Oleh karena itu, untuk dapat memberantas korupsi itu sampai ke akar – akarnya kita
membutuhkan turun serta baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Hal itu dikarenakan,
untuk memberabtas korupsi diperlukan kesadran dari dalam diri kita sendiri, kita harus mampu
untuk meng introspeksi diri kita masing – masing. Karena jika itu sudah dilakukan maka
keinginan untuk menggunakan uang rakyat secara bebas dan tidak bertanggung jawab pun
akan berkurang dengan sendirinya, dan semakin lama akan memudar.
Daftar Pustaka
15
1. http://www.docstoc.com/docs/5936230/Agus-Suradika-Korupsi-dan-Kekuasaan
2. http://www.waspada.co.id/index.php/images/flash/index.php? option=com_content&view=article&id=81290:korupsi-dan-kekuasaan&catid=25:artikel&Itemid=44
3. Prof.DR.J.E Sahetapy SH.Teori Kriminologi Suatu Pengantar.Bandung.1992.Citra Aditya Bakti4. Widiyanti,Ninik dan Panji Anoraga.Perkembangan Kejahatan Dan
Penyebabnya.1987.Jakarta.Ppradnya Paramita.5. Soekanto,Soerdjono DKK.Kriminologi Sebagai Pengantar.1981.Jakarta.Gahlia Indonesia.6. http://www.legalitas.org/content/perselingkuhan-birokrasi-dan-korupsi
7. Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, cetakan ke duapuluh tujuh. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2005
16