Bab 1 Makalah Asli

24

Click here to load reader

Transcript of Bab 1 Makalah Asli

Page 1: Bab 1 Makalah Asli

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Unfortunately, as is often the case in sociology, the more we research into a problem, the

less clear out things become. Ungkapan terkenal dari Peter Aggleton yang sangat dikenal dalam

kriminologi modern seolah menggambarkan kepada kita betapa sulitnya untuk memahami

dengan jelas tentang sebab-sebab suatu permasalahan kriminalitas. Apalagi dalam hal ini untuk

meyakinkan adanya potensi atau kemungkinan (possibility) seorang koban kejahatan (victim)

yang telah menderita justru menjadi salah satua faktor causa terjadinya kejahatan.

Sahetapy menyatakan bahwa masalah kausa kejahatan selalu merupakan masalah yang

menarik, baik sebelum maupun sesudah kriminologi mengalami pertumbuhan dan

perkembangan seperti dewasa ini1. Dari satu sisi pemahaman ini seolah tidak adil dan tidak

menunjukkan empati pada korban kejahatan tersebut. Sejak zaman Orde baru dahulu masalah

stabilitas nasional termasuk tentunya di bidang penegakan hukum telah menjadi komponen

utama pembangunan. Salah satu unsur dalam trilogi Pembangunan yang didengung-

dengungkan dulu adalah ingin diwujudkannya dalam usaha pembangunan nasional adalah

“terciptanya stabilitas nasional yang aman dan dinamis”. Namun sampai era reformasi dewasa

ini pekerjaan tersebut tidak pernah selesai.

Padahal adanya kondisi penegakan hukum yang mewujudkan stabilitas nasional tersebut

merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Dengan adanya stabilitas nasional yang aman dan dinamis itu

akan memungkinkan negara dan rakyat hidup dalam keadaan aman dan damai, bebas dari

segala ancaman dan rongrongan. Namun dalam kenyataannya dalam usaha untuk mewujudkan

cita-cita nasional tersebut terdapat kendala-kendala yang dijumpai dalam kehidupan

masyarakat baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam masyarakat itu sendiri. 1

1 Prof.DR.J.E Sahetapy SH.Teori Kriminologi Suatu Pengantar.Bandung.1992.Citra Aditya Bakti.

1

Page 2: Bab 1 Makalah Asli

Salah satu kendala atau hambatan itu adalah prilaku individu atau sekelompok individu

yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, baik norma yang tidak

tertulis seperti norma kesusilaan, kesopanan, adat istiadat, agama maupun dalam konteks ini

terutama norma hukum pidana yang sifatnya tertulis yang oleh masyarakat disebut sebagai

kejahatan.

Kejahatan yang terjadi tentu saja menimbulkan kerugian-kerugian baik kerugian yang

bersifat ekonomis materil maupun yang bersifat immateril yang menyangkut rasa aman dan

tenteram dalam kehidupan bermasyarakat. Secara tegas dapat dikatakan bahwa kejahatan

merupakan tingkah laku yang anti sosial (a-sosial)2.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi kejahatan namun kejahatan tersebut

tidak pernah sirna dari muka bumi, bahkan semakin meningkat cara hidup manusia maupun

teknologi semakin canggih pula ragam dan pola kejahatan yang muncul.

Namun, Permasalahan kejahatan bukanlah semata-mata permasalahan abad teknologi

modern dewasa ini. Meskipun manusia sudah demikian pesat maju dalam ilmu pengetahuan

dan teknologi bahkan telah di lakukan banyak terobosan baru. Permasalahan kejahatan masih

tetap merupakan duri dalam daging dan pasir dalam mata. Secara umum telah disadari bahwa

permasalahan kejahatan akan selalu ada dan tetep akan sampai dunia ini berakhir. Korupsi

merupakan salah satu masalah nasional yang dikualifikasi sebagai kejahatan yang dapat

menghambat usaha-usaha untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan di

samping merupakan tindakan penyelewengan terhadap kaidah-kaidah hukun dan norma-

norma sosial lainnya sehingga masalah korupsi merupakan ancaman serius dalam mencapai

masyarakat yang adil dan makmur.

Sejarah telah membuktikan bahwa hancurnya suatu negara, pemerintah bahkan

masyarakat disebabkan oleh merajalelanya tindak pidana korupsi. Lebih tragis lagi apabila terj

adinya korupsi bahkan disebabkan pelakunya kesulitan ekonomi, melainkan untuk menumpuk

kekayaan diri pri badi .Sebagai penyakit pada umunnya, maka korupsi perlu ditanggulangi,

paling sedikit harus dicegah terjadinya. galah satu sarana untuk menanggulangi adalah dengan

peraturan hukum.

1.2 Identifikasi Masalah2 Widiyanti,Ninik dan Panji Anoraga.Perkembangan Kejahatan Dan Penyebabnya.1987.Jakarta.Ppradnya Paramita.

2

Page 3: Bab 1 Makalah Asli

Untuk lebih mempermudah dalam pembahsan makalah ini, maka penilis lebih

mempersempit lagi pembahasan yang akan dituangkan di dalam makalah ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Fakator – factor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya kejahatan Korupsi, jika

ditinjau dari segi kriminologi?

2. Upaya – upaya apa saja yang telah dilakukan untuk menangani permaslahan korupsi ini,

yang berhubungan dengan kriminologi?

1.3 Maksud dan Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini, penulis bermaksud untuk memberikan pengetahuan kepada

para pembaca tentang apa saja yang dibahas di dalam makalah ini, agar para pembaca dapat

mengetahui secara terperinci yang ada di dalam makalah ini, hal – hal yang dibahas adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui factor penyebab korupsi menurut tinjauan segi kriminologi.

2. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam memberantas masalah

korupsi tersebut.

1.4 Metode Penelitian

Untuk mnyelesaikan makalah ini penulis mengambil bahan dari berbagai objek, penulis

mendapatkan bahan dengan cara melakukan browsing di Internet, dan juga dengan membaca

beberapa literature, khususnya yang berhubugan dengan makalah yang dibuat oleh penulis.

3

Page 4: Bab 1 Makalah Asli

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Kejahatan

Diatur dalam Statuta Roma dan diadopsi dalam Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang

pengadilan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia. Menurut UU tersebut dan juga sebagaimana

diatur dalam pasal 7 Statuta Roma, definisi kejahatan terhadap kemanusiaan ialah Perbuatan

yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya

bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terdapat penduduk sipil.

Selain itu ada juga beberapa definisi tentang kejahatan menurut para ahli, diantaranya adalah

sebagai berikut3:

1. Menurut B. Simandjuntak, kejahatan merupakan suatu tindakan anti sosial yang

merugikan,tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan

dalam masyarakat.

2. Menurut Van Bammelen, kejahatan adalah tiap kelakuan yang bersifat tidak susila dan

merugikan, dan menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu masyarakat

tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk mencelanya dan menyatakan

penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena

kelakuan tersebut.

3. Menurut J.M. Bemmelem, ia memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti sosial

yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam

masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, negara harus

menjatuhkan hukuman kepada penjahat.

4. Menurut W.A. Bonger mengatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti

sosial yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian

penderitaan.

5. Menurut J.E. Sahetapy dan B. Marjono Reksodiputro dalam bukunya Paradoks Dalam

Kriminologi menyatakan bahwa, kejahatan mengandung konotasi tertentu, merupakan

suatu pengertian dan penamaan yang relatif, mengandung variabilitas dan dinamik serta

3 Soekanto,Soerdjono DKK.Kriminologi Sebagai Pengantar.1981.Jakarta.Gahlia Indonesia.

4

Page 5: Bab 1 Makalah Asli

bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku (baik aktif maupun pasif), yang dinilai oleh

sebagian mayoritas atau minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan anti sosial, suatu

perkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam

masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu.

Walter C. Recless membedakan karir penjahat ke dalam penjahat biasa, penjahat

berorganisasi dan penjahat profesional. Penjahat biasa adalah peringkat terendah dalam karir

kriminil, mereka melakukan kejahatan konvensional mulai dari pencurian ringan sampai

pencurian dengan kekerasan yang membutuhkan keterampilan terbatas, juga kurang mempunyai

organisasi. Penjahat terorganisasi umumnya mempunyai organisasi yang kuat dan dapat

menghindari penyelidikan, serta mengkhususkan diri dalam bisnis ilegal berskala besar,

Kekuatan, kekerasan, intimidasi dan pemerasan digunakan untuk memperoleh dan

mempertahankan pengendalian atas kegiatan ekonomi diluar hukum. Adapun penjahat

professional lebih mempunyai kemahiran yang tinggi dan mampu menghasilkan kejahatan yang

besar dan yang sulit diungkapkan oleh penegak hukum. Penjahat-penjahat jenis ini

mengkhususkan diri dalam kejahatan-kejahatan yang lebih membutuhkan keterampilan daripada

kekerasan.

2.2 Faktor Umum Penyebab Terjadinya Kejahatan

Beberapa aspek sosial yang oleh Kongres ke-8 PBB tahun 1990 di Havana, Cuba,

diidentifikasikan sebagai faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan (khususnya dalam

masalah "urban crime")4, antara lain:

a. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan (kebodohan), ketiadaan/kekurangan

perumahan yang layak dan sistem pendidikan serta latihan yanag tidak cocok/serasi

b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek (harapan) karena 81

proses integrasi sosial, juga karena memburuknya ketimpangan-ketimpangan sosial

c. Mengendurnya ikatan sosial dan keluarga

d. Keadaan-keadaan/ kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang beremigrasi

ke kota-kota atau ke negara-negara lain

4 http://www.legalitas.org/content/perselingkuhan-birokrasi-dan-korupsi

5

Page 6: Bab 1 Makalah Asli

e. Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan adanya rasisme

dan diskriminasi menyebabkan kerugian/kelemahan dibidang sosial, kesejahteraan clan

lingkungan pekerjaan

f. Menurun atau mundurnya (kualitas) lingkungan perkotaan yang mendorong peningkatan

kejahatan dan berkurangnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas

lingkungan/bertetangga

g. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk berintegrasi

sebagaimana mestinya didalam lingkungan masyarakatnya, keluarganya, tempat kerjanya

atau lingkungan sekolahnya

h. Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yang pemakaiannya juga diperlukan

karena faktor-faktor yang disebut diatas

i. Meluasnya aktivitas kejahatan terorganisasi, khususnya perdagangan obat bius dan

penadahan barang-barang curian

j. Dorongan-dorongan (khususnya oleh mass media) mengenai ide-ide dan sikap-sikap

yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan (hak) atau sikap-sikap tidak

toleransi.

C. Tipe Kejahatan

Marshall B. Clinard dan Richard Quinney memberikan 8 tipe kejahatan yang didasarkan

pada 4 karakteristik, yaitu5 :

1. Karir penjahat dari si pelanggar hukum

2. Sejauh mana prilaku itu memperoleh dukungan kelompok

3. Hubungan timbal balik antara kejahatan pola-pola prilaku yang sah

4. Reaksi sosial terhadap kejahatan.

Tipologi kejahatan yang mereka susun adalah sebagai berikut :

1. Kejahatan perorangan dengan kekerasan yang meliputi bentuk-bentuk perbuatan

kriminil seperti pembunuhan dan perkosaan. Pelaku tidak menganggap dirinya

sebagai penjahat dan seringkali belum pemah melakukan kejahatan tersebut

sebelumnya, melainkan karena keadan-keadaan tertentu yang memaksa mereka

melakukannya.

5http://www.waspada.co.id/index.php/images/flash/index.php? option=com_content&view=article&id=81290:korupsi-dan-kekuasaan&catid=25:artikel&Itemid=44

6

Page 7: Bab 1 Makalah Asli

2. Kejahatan terhadap harta benda yang dilakukan sewaktu-waktu, termasuk kedalamnya

antara lain pencurian kendaraan bermotor. Pelaku tidak selalu memandang dirinya

sebagai penjahat dan mampu memberikan pembenaran atas perbuatannya.

3. Kejahatan yang dilakukan dalam pekerjaan dan kedudukan tertentu yang pada

umumnya dilakukan oleh orang yang berkedudukan tinggi. Pelaku tidak memandang

dirinya sebagai penjahat dan memberikan pembenaran bahwa kelakuannya merupakan

bagian dari pekerjaan sehari-hari.

4. Kejahatan politik yang meliputi pengkhianatan spionase, sabotase, dan sebagainya.

Pelaku melakukannya apabila mereka merasa perbuatan ilegai itu sangat penting dalam

mencapai perubahan-perubahan yang diinginkan dalam masyarakat.

5. Kejahatan terhadap ketertiban umum. Pelanggar hukum memandang dirinya sebagai

penjahat apabila mereka terus menerus ditetapkan oleh orang lain sebagai penjahat,

misalnya pelacuran. Reaksi sosial terhadap pelanggaran hukum ini bersifat informal

dan terbatas.

6. Kejahatan konvensional yang meliputi antara lain perampokan dan bentuk-bentuk

pencurian terutama dengan kekerasan dan pemberatan. Pelaku menggunakannya

sebagai part time- Carreer dan seringkali untuk menambah penghasilan dari kejahatan.

Perbuatan ini berkaitan dengan tujuan-tujuan sukses ekonomi, akan tetapi dalam hal ini

terdapat reaksi dari masyarakat karena nilai pemilikan pribadi telah dilanggar.

7. Kejahatan terorganisasi yang dapat meliputi antara lain pemerasan, pelacuran,

perjudian terorganisasi serta pengedaran narkotika dan sebaigainya. Pelaku yang

berasal dari eselon bawah memandang dirinya sebagai penjahat dan terutama

mempunyai hubungan dengan kelompok-kelompok penjahat, juga terasing dari

masyarakat luas, sedangkan para eselon atasnya tidak berbeda dengan warga

masyarakat lain dan bahkan seringkali bertempat tinggal dilingkungan-lingkungan

pemukiman yang baik.

8. Kejahatan profesional yang dilakukan sebagai suatu cara hidup seseorang. Mereka

memandang diri sendiri sebagai penjahat dan bergaul dengan penjahat-penjahat lain

serta mempunyai status tinggi dalam dunia kejahatan.

7

Page 8: Bab 1 Makalah Asli

Bab 3

Korupsi Dan Krimonologi

3.1 KorupsiSecara etimologi, kata korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruptus yang merupakan

kata sifat dari kata kerja corrumpere yang bermakna menghancurkan (com memiliki arti intensif

atau keseungguh-sungguhan, sedangkan rumperememiliki arti merusak atau menghancurkan.

Dengan gabungan kata tersebut, dapat ditarik sebuah arti secara harfiah bahwa korupsi adalah

suatu tindakan menghancurkan yang dilakukan secara intensif6.

Sejatinya, ada begitu banyak pengertian dari korupsi yang disampaikan oleh para ahli.

Huntington (1968) memberikan pengertian korupsi sebagai perilaku pejabat publik yang

menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini

ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi

adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk

keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum. Korupsi juga sering dimengerti sebagai

penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Namun korupsi juga

bisa dimengerti sebagai perilaku tidak mematuhi prinsip “mempertahankan jarak”.

“Mempertahankan jarak” ini maksudnya adalah dalam mengambil sebuah keputusan, baik di

bidang ekonomi, politik, dan sebagainya, permasalahan dan kepentingan pribadi atau keluarga

tidak memainkan peran (Agus Suradika, 2009: 2). Selain itu, korupsi juga dapat dikatakan

6 Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, cetakan ke duapuluh tujuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005

8

Page 9: Bab 1 Makalah Asli

sebagai representasi dari rendahnya akuntabilitas birokrasi publik (Wahyudi Kumorotomo,

2005: V)

Nye, J.S. (1967) dalam “Corruption and political development” mendefiniskan korupsi

sebagai prilaku yang menyimpang dari aturan etis formal yang menyangkut tindakan seseorang

dalam posisi otoritas publik yang disebabkan oleh motif pertimbangan pribadi, seperti

kekayaan, kekuasaan dan status7.

Amin Rais, dalam sebuah makalah berjudul “Suksesi sebagai suatu Keharusan”, tahun 1993,

membagi jenis korupsi menjadi empat tipe. Pertama, korupsi ekstortif (extortive corruption),

yaitu korupsi yang merujuk pada situasi di mana seseorang terpaksa menyogok agar dapat

memperoleh sesuatu atau mendapatkan proteksi atas hak dan kebutuhannya. Misalnya,

seorang pengusaha dengan sengaja memberikan sogokan pada pejabat tertentu agar bisa

mendapat ijin usaha, perlindungan terhadap usaha sang penyogok, yang bisa bergerak dari

ribuan sampai miliaran rupiah. Kedua, korupsi manipulatif (manipulative corruption), yaitu

korupsi yang merujuk pada usaha kotor seseorang untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan

atau keputusan pemerintah dalam rangka memperoleh keuntungan setinggi-tingginya.

Misalnya pemberian uang kepada bupati, gubernur, menteri dan sebagainya agar peraturan

yang dibuat dapat menguntungkan pihak tertentu yang memberikan uang tersebut Peraturan

ini umumnya dapat merugikan masyarakat banyak. Ketiga, korupsi nepotistik(nepotistic

corruption), yaitu perlakuan istimewa yang diberikan pada keluarga: anak-anak, keponakan

atau saudara dekat para pejabat dalam setiap eselon. Dengan perlakuan istimewa itu para

anak, menantu, keponakan dan istri sang pejabat juga mendapatkan

7 Idem.

9

Page 10: Bab 1 Makalah Asli

keuntungan. Keempat, korupsi subversif(subversive cossuption), yaitu berupa pencurian

terhadap kekayaan negara yang dilakukan oleh para pejabat negara dengan menyalahgunakan

wewenang dan kekuasaannya.

3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi

Kejahatan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi

yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap komentar tentang suatu

peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam pengalaman kita ternyata tak

mudah untuk memahami kejahatan itu sendiri.

Kejahatan merupakan bagian dari masalah manusia dalam kehidupan sehari-hari, oleh

karena itu harus juga diberikan batasan-batasan tentang apa yang dimaksud dengan kejahatan itu

sendiri baru kemudian dapat dibicarakan unsur-unsur lain yang berhubungan dengan kejahatan

tersebut, misalnya siapa yang berbuat, sebab-sebabnya dan sebagainya.

Korupsi adalah suatu kejahatan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang yang

berkaitan dengan penyogokan dan penggelapan uang

Sehingga dapat kami simpulkan apa-apa yang dapat menjadi faktor-faktor kejahatan

korupsi ditinjau dari sudut pandang kriminologi adalah8 :

1.      Kurang keimanan

Semakin tinggi seseorang menguasai ilmu pengetahuan dan iptek,tanpa dibarengi dengan

keimananya tidak mustahil seseorang akan terjerumus untuk melakukan tindak kejahatan

korupsi,dikarenakan kekurangan iman dan siraman keagamaan kepada orang tersebut.oleh

karena itu harus terdapat keseimbangan antara iptek dan imtak,sehingga dapat membenteng diri

seseorang agar tidak melakukan tindak kejahatan korupsi.

8 Idem. (Hal 6)

10

Page 11: Bab 1 Makalah Asli

2.      Faktor ekonomi

Salah satu penyebab seseorang melakukan kejahatan korupsi adalah disebabkan oleh faktor

ekonomi yang mana dalam diri manusia ada rasa ketidak puasan terhadap apa yang yang sudah

ada ia miliki.sehingga menimbulkan kecendrungan untuk melakukan suatu kejahatan

korupsi.dalam kehidupan masyarakat kejahatan korupsi tidak hanya terjadi dipemerintahan tetapi

juga terjadi dalam lingkungan masyarakat, misalnya dalam kegiatan seminar,dalam hal ini

mengajukan proposal ke rektorat yang mana dana yang diminta melebihi apa yang sewajarnya

diperlukan.kondisi ekonomi yang tidak menentu dalam suatu Negara dapat menyebabkan

seseorang melakukan tindakan kriminal.

3.      Faktor lingkungan

Penyebab seseorang dapat melakukan kejahatan korupsi dapat timbul dari faktor lingkungan

dimana ia hidup dan berkediaman.lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan diri seseorang

untuk melakukan atau tidak melakukan suatu kejahatan.

Faktor lingkungan merupakan faktor yang dominan untuk menentukan seseorang melakukan

suatu kejahatan, khususnya kejahatan korupsi.sehingga tidak menjadi jaminan bahwa seseoran

yang hidup dalam lingkungan yang baik, untuk tidak melakukan kejahatan korupsi,oleh karena

itu harus disesuaikan dengan iptek dan imtak(seimbang).sehingga tidak mudah terpengaruh

dengan lingkungan masyarakat tersebut.

4.      Faktor hukum

Dari segi kriminologi faktor hukum merupakan salah satu penyebab yang dapat

menimbulkan kejahatan korupsi, dimana lemahnya pengawasan hukum yang dilakukan oleh

pemerintah yang berwenang dalam hal ini,sehingga banyak orang-orang terus melakukan

kejahatan korupsi, disebabkan oleh lemahnya pengawawsan dalam hal ini.ketidak takutan

11

Page 12: Bab 1 Makalah Asli

seseorang terhadap hukum yang memicu banyaknya terjadi kejahatan korupsi.dimana sanksi

yang terdapat begitu ringan,dan sanksi yang tidak konsisten.

5.      Kultur kebudayaan

Kultur budaya yang terdapat dalam masyarakat maupun instansi pemerintahan dapat memicu

terjadinya kejahatan korupsi.kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat maupun instansi

pemerintahan tersebut antara lain: kerjasama untuk melakukan kejahatan,enggan atau takut untuk

melaporkan adanya suatu kejahatan.sehingga sulit untuk memberantas kejahatan korupsi ini,

yang telah menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat maupun berbangsa dan negara.

6.      Faktor sosial

Faktor social bisa menjadi alasan mengapa seseorang bisa melakukan kejahatan korupsi,yang

disebabkan antara lain karena kebiasaan yang terdapat dalam diri individu masing-masing,dan

dapat pula disebabkan karena adanya kesempatan untuk melakukan tindak kejahatan

tersebut.kebiasaan dan kesempatan bisa menjadi momentum seseorang untuk melakukan korupsi

dimana kurangnya pengawasan dalam hal tersebut.

7.      Faktor perilaku individu

Apa bila dilihat dari segi perilaku korupsi,sebab-sebab ia melakukan korupsi dapat timbul

dari dorongan dalam dirinya,yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan,niat,atau kesadaran

untuk melakukan.sebab-sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:sifat

tamak manusia,moral yang kurang kuat menghadapi godaan,penghasilan yang kurang

mencukupi,kebutuhan hidup yang mendesak,gaya hidup konsumtif,tidak mau bekerja keras,

ajaran agama yang kurang diterapkan.

12

Page 13: Bab 1 Makalah Asli

3.2 Upaya – Upaya Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Untuk Mencegah Korupsi

Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengatasi kejahatan korupsi ditinjau

dari kriminilogi antara lain9:

1) Menyeimbangkan antara iptek dan imtak

Dengan jalan seperti ini maka, antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

kemajuan iman dan taqwa kita akan seimbang, sehingga tidak akan menyebabkan kita

akan mudah terjerumus kedalam lubang korupsi.

2) Melakukan penyuluhan hukum yang berkaitan dengan masalah korupsi

Dengan melakukan banyak penyuluhan hukum mengenai apa itu korupsi, dampak

negative dari kegiatan korupsi itu sendiri, bagaimana hukuman yang akan di dapat

apabila telah terbukti melakukan korupsi. Itu semua harus sudah diajarkan sejak dini

dengan melalui berbagai penyuluhan.

3)      Melakukan pengawasan terhadap jalanya pemerintah baik secara represif maupun

Reprentif

Masyarakat harus selalu berpikiran kritis terhadap kinerja pemerintah, masyarakat harus

mampu utuk mengontrol secara langsung bagaimana kebijakan yang telah dilakukan

atau telah dibuat oleh pemerintah, mengapa harus demikian karena pemerintah yang da

merupakan cerminan dari keinginan rakyat, jadi seharusnya pemerintah membuat

kebijakan yang pro terhadap rakyat bukan sebaliknya.

4) Meningkatkan kualitas keimanan individu masing-masing

Dengan melakukan hal ini kita akan senantiasa ingat kepada tuhan sehingga tidak mudah

untuk berbuat dosa, termasuk juga berbuat korupsi.

5) Menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat akan bahayanya korupsi

9 http://www.docstoc.com/docs/5936230/Agus-Suradika-Korupsi-dan-Kekuasaan

13

Page 14: Bab 1 Makalah Asli

Dengan begini masyarakat diharapkan mampu berpikir, jika melakukan korupsi itu dapat

menghancurkan kehidupan bangsa dan Negara.

6) Menerapkan sanksi yang berat bagi pelaku korupsi

Setiap pelaku korupsi yang telah terbukti bersalah harus mendapatkan hukuman yang

setimpal dengan perbuatannya, yaitu bias berupa dengan memiskin kan para koruptor,

atau bahakan jika kita mampu kita dapat melakukan penggunaan hukuman mati bagi para

koruptor, seperti yang dilakukan oleh Negara Cina.

7)      Penyederhanaan system pemerintahan

8)      Menumbuhkan sikap jujur dalam bermasyarakat

9)      Menumbuhkan sikap tanggung jawab akan tugas dan kewajibanya

Bab 4

14

Page 15: Bab 1 Makalah Asli

Penutup

4.1 Kesimpulan

Korupsi, sudah menjadi permasalahn yang sangat kompleks pada zaman sekarag ini. Korupsi

dilakukan di semua kalangan dari mulai kalangan pekerja kecil – kecilan, guru, kemudian

ditingkat universitas , dan yang sudah menjadi rahasia umum yaitu di bidang pemerintahan.

Oleh karena itu, untuk dapat memberantas korupsi itu sampai ke akar – akarnya kita

membutuhkan turun serta baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Hal itu dikarenakan,

untuk memberabtas korupsi diperlukan kesadran dari dalam diri kita sendiri, kita harus mampu

untuk meng introspeksi diri kita masing – masing. Karena jika itu sudah dilakukan maka

keinginan untuk menggunakan uang rakyat secara bebas dan tidak bertanggung jawab pun

akan berkurang dengan sendirinya, dan semakin lama akan memudar.

Daftar Pustaka

15

Page 16: Bab 1 Makalah Asli

1. http://www.docstoc.com/docs/5936230/Agus-Suradika-Korupsi-dan-Kekuasaan

2. http://www.waspada.co.id/index.php/images/flash/index.php? option=com_content&view=article&id=81290:korupsi-dan-kekuasaan&catid=25:artikel&Itemid=44

3. Prof.DR.J.E Sahetapy SH.Teori Kriminologi Suatu Pengantar.Bandung.1992.Citra Aditya Bakti4. Widiyanti,Ninik dan Panji Anoraga.Perkembangan Kejahatan Dan

Penyebabnya.1987.Jakarta.Ppradnya Paramita.5. Soekanto,Soerdjono DKK.Kriminologi Sebagai Pengantar.1981.Jakarta.Gahlia Indonesia.6. http://www.legalitas.org/content/perselingkuhan-birokrasi-dan-korupsi

7. Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, cetakan ke duapuluh tujuh. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2005

16