Bab 1 Konsekuensi Ekonomi
-
Upload
christian-aditya -
Category
Documents
-
view
202 -
download
25
description
Transcript of Bab 1 Konsekuensi Ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya, teori akuntansi berdasarkan tujuannya dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu teori akuntansi normatif yang memberikan formula
terhadap praktik akuntansi dan teori akuntansi positif yang berusaha menjelaskan
dan memprediksi fenomena yang berkaitan dengan akuntansi (Ghozali dan Anis,
2007). Teori normatif yang berada pada normative period, yaitu periode 1956-
1970 (Harahap, 2008: 107) berusaha menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan
oleh akuntan dalam proses penyajian informasi keuangan kepada para pemakai
dan bukan menjelaskan tentang apakah informasi keuangan itu dan mengapa hal
itu terjadi.
Menurut Nelson (1973) dalam Ghozali dan Anis (2007), teori normatif sering
disebut sebagai teori a priori (dari sebab akibat dan bersifat deduktif). Pendekatan
normatif yang berjaya selama satu dekade ternyata tidak dapat menghasilkan teori
akuntansi yang siap dipakai di dalam praktik sehari-hari. Design sistem akuntansi
yang dihasilkan dari penelitian normatif dalam kenyataannya tidak dipakai dalam
praktik. Sebagai akibatnya muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif
berfungsinya sistem akuntansi di dalam praktik nyata. Harapannya dengan
pemahaman dari praktik langsung akan muncul design sistem akuntansi yang
lebih berarti (Ghozali, 2000).
Teori normatif berkonsentrasi pada penciptaan laba sesungguhnya (true
income) selama satu periode akuntansi atau terkait tipe informasi yang bermanfaat
dalam pengambilan keputusan (decision-usefulness). Teori true income
berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar untuk
aktiva dan laba. Sedangkan pendekatan decision usefulness menganggap bahwa
tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan
keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau bermanfaat.
Tuntutan atas adanya pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika
Jensen (1976) menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau
dua pengecualian yang dapat dicatat) tidak bersifat ilmiah, karena fokus penelitian
telah sangat normatif dan terdefinisi. Selanjutnya Jensen mengharapkan adanya
perkembangan suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan mengapa
akuntansi seperti apa adanya, mengapa akuntan melakukan apa yang mereka
lakukan, dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena terhadap penggunaan orang
dan sumber daya.
Watt and Zimmerman (1986) mengungkapkan bahwa terdapat tiga alasan
mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif, yaitu:
1. ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris,
karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat
diuji keabsahannya secara empiris,
2. pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara
individual daripada kemakmuran masyarakat luas,
3. pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi
sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal.
Selama tahun 1970an teori akuntansi mengalami pergeseran kembali kearah
metodologi positif atau empiric. Aliran positif merupakan pandangan yang
dikenal luas dikalangan akademisi saat ini. Aliran ini pada awalnya dikenalkan
oleh akademisi di University of Chicago dan meluas ke berbagai universitas
seperti Rochester, California, Barkley, Stanford dan New York (Rasyid, 1997).
Aliran positif didasarkan pada anggapan bahwa kekuasaan dan politik merupakan
sesuatu yang tetap dan sistem sosial dalam organisasi merupakan fenomena
empiris kongkrit dan beban nilai atau tidak tergantung pada manajer dan
karyawan yang bekerja dalam organsasi tersebut. Atas dasar hal ini, pendukung
aliran positif menganggap dirinya seorang pengamat yang netral, obyektif dan
tidak dipengaruhi nilai berkaitan dengan fenomena akuntansi yang diamati.
TAP (teori akuntansi positif) adalah teori yang menjelaskan mengapa dan apa
yang dilakukan akuntan dalam praktek akuntansi (what and why they do).
Sedangkan teori akuntansi normatif adalah teori yang menjelaskan apa yang
seharusnya dilakukan akuntan (what should they do). Teori akuntansi positif
merupakan studi lanjut dan teori akuntansi normatif karenakegagalan normative
menjelaskan fenomena praktek yang actual terjadi.
TAP mengambil pandangan bahwa perusahaan mangatur dari mereka sendiri
dengan cara paling efisien, sehingga memaksimalkan prospek mereka untuk
bertahan – beberapa perusahaan lebih terdesentralisir daripada perusahaan yang
lain, beberapa perusahaan melaksanakan aktivitas-aktivitas didalam sementara
perusahaan yang lain, beberapa perusahaan mendanai lebih banyak dari hutang
dibandingkan perusahaan yang lain, dsb. Bentuk paling efisien dari organisasi
bagi sebuah perusahaan tertentu bergantung pada faktor-faktor seperti lingkungan
legal dan institusionalnya, teknologinya, dan tingkat kompetisi dalam industrinya.
Secara keseluruhan, faktor-faktor ini menentukan sejumlah peluang investasi
yang ada bagi perusahaan, sehingga meningkatkan prospeknya. Tokoh teori
akuntansi positif adalah Watts dan Zimmerman (1978; 1986; 1990). Dalam buku
mereka yang berjudul “Positive Accoumting Theory”, Watts dan Zimmerman
(1986) memaparkan suatu teori akuntansi yang berusaha mengungkapkan bahwa
faktor ekonomi atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu bisa dikaitkan dengan
perilaku manajer para pembuat laporan keuangan Watts dan Zimmerman (1986)
mengungkapkan pengaruh dan variabel ekonomi terhadap motivasi manajer untuk
memilih suatu metode akuntansi.
Mereka menegaskan bahwa teori akuntansi positif mrmpunyai peranan yang
sangat penting dalam perkembangan teori akuntansi. Dengan kata lain Positive
Accounting Theory (PAT) dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi
konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan
dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak (contracting proses) atau
hubungan keagenan (agency relationship) antara manajer dengan kelompok lain
seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi
pemerintah (Watts & Zimmerman, 1986).
PAT lebih bersifat deskriptif bukan preskriptif. Watts & Zimmerman (1986)
berpendapat bahwa premis maksimalisasi laba dalam konteks teori normatif tidak
terbukti dan jauh dari bukti empiris. Kritik utama mereka terhadap teori normatif
adalah teori tersebut didasarkan pada pertimbangan nilai. Watts & Zimmerman
juga berpendapat bahwa perumusan teori harus betul- betul bebas pertimbangan
nilai dan menekankan pada kebutuhan akan pendekatan baru. Mereka juga
menjelaskan bahwa “teori” sebagaimana digambarkan tidak menghasilkan
preskripsi untuk praktik akuntansi tetapi berkaitan dengan penjelasan terhadap
praktik akuntansi.
Teori akuntansi positif dapat memberikan pedoman kepada para pembuat
keputusan kebijakan akuntansi dalam menentukan perkiraan atau penjelasan
mengenai konsekuensi dan keputusan tersebut. Teori Akuntansi Positif
berkembang seiring kebutuhan untk menjelaskan dan memprediksi realitas
praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat, sedangkan akuntansi normative
memprediksi realitas praktek akuntansi yang seharusnya berlaku. Pemilihan
kebijakan akuntansi yang lebih menjelaskan praktek akuntansi yang seharusnya
berlaku. Pemilihan kebijakan akuntansi akan membawa dampak ekonomi
terhadap pemilihan tersebut kepada penggunanya, disebut oleh Zeff (1978)
sebagai “economic concequences”. Economic consequences adalah konsep yang
menyatakan bahwa, walaupun bertentangan dengan implikasi teori pasar modal
efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar modal efisien, tampak bahwa
pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi pamakai laporan
keuangan, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi aliran kas perusahaan.
Dalam sebuah artikel awal oleh Stephen Zeff (1978) berjudul “The Rise of
Economic Consequences.” Zeff mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai
“dampak dari laporan akuntansi tentang perilaku pembuatan keputusan dari bisnis,
pemerintahan dan kreditor.” Inti dari definisi adalah bahwa laporan akuntansi
dapat mempengaruhi keputusan rill yang dibuat oleh para manajer dan orang lain,
bukakn hanya mencerminkan hasil dari keputusan itu. “intervensi pihak ketiga”
ini, seperti yang disebutkan oleh Zeff, sangat memperumit setting dari standar
akuntansi.
Zeff mendokumentasikan beberapa kejadian di mana bisnis, asosiasi industri,
dan pemerintah berusaha untuk memengaruhi, atau telah mempengaruhi, standar
akuntansi yang ditetapkan oleh Accounting Principal Board (pendahulu FASB)
dan pendahulunya, Committee on Accounting Procedure (CAP).
Alasan Lain Munculnya Konsekuensi Ekonomi:
1. Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak
seperti kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang
(debt contract).
2. Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi
yang penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi
berupa pilihan kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang
informasi dalam dari perusahaan.
3. Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan
teori pasar modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar
hanya apabila perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas
perusahaan.
4. Economic consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas
perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi
tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu,
economic consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien.
Teori akuntansi positif (PAT) adalah penjelasan terhadap adanya economic
consequences.
Bila kebijakan akuntansi tidak bermasalah, pilihan atas kebijakan semacam
itu akan menjadi secara ketat antara lembaga-lembaga penentu standar dan para
akuntan serta para auditor yang tugasnya adalah untuk menerapkan standar
tersebut. Bila pihak-pihak ini dilibatkan, model akuntansi tradisional, berdasarkan
atas konsep yang terkemuka seperti penyesuaian biaya dan revenue, realisasi, dan
konservatisme, dapat diterapkan dan tak seorangpun selain pihak-pihak yang
terlibat akan peduli kebijakan khususnya apakah digunakan. Dengan kata lain,
pilihan kebijakan akuntansi akan bersifat netral dalam dampaknya.
Penerapan IFRS atau terjadinya konvergensi IFRS di Indonesia saat ini
membawa dampak tersendiri terhadap konsekuensi ekonomi di Indonesia. Ball
(2006) menyediakan sebuah overview dari isu-isu seputar adopsi IFRS dan
mengidentifikasi beberapa isu kunci yang mungkin membatasi keberhasilan dan
efektifitas kewajiban IFRS. Meskipun begitu, beberapa dari konsep yang diajukan
belum teruji karena kewajiban (mandat) adopsi IFRS masih sangat baru. Saat ini,
hanya beberapa studi yang menganalisis konsekuensi ekonomi dari pengenalan
pelaporan IFRS yang dimandatkan. Kebanyakan studi tersbut menguji keputusan
sukarela (voluntary) perusahaan untuk menyediakan laporan keuangan yang
sesuai (conform) dengan standar akuntansi internasioanl “yang berkualitas tinggi”
(“high quality” international accounting standards). Soderstom dan Sun (2007)
juga menyediakan hasil survey yang menguji link antara adopsi IFRS dengan
kualitas angka-angka akuntansi perusahaan (firm’s accounting numbers).
Pengujian empiris konsekuensi ekonomi adopsi IFRS secara sukarela umumnya
menganalisa dampak langsung terhadap pasar modal (seperti likuiditas dan biaya
modal ekuitas) atau dampak terhadap berbagai partisipan pasar modal (seperti
dampak terhadap properti peramalan analis atau kepemilikan oleh investor
institusional). Selain itu, terdapat hal-hal yang menjadi perhatian manajemen
dalam implementasi IFRS: konsekuensi perpajakan, legal, sistem informasi
akuntansi dan pelaporan keungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam dan Anis Chariri, (2007). Teori Akuntansi, Edisi 3, Semarang.
Ghozali, Imam, (2000). Paradigma Penelitian Akuntansi, Seminar Dialog
Nasional
Akuntansi, Semarang, November.
Harahap, Sofyan Syafri, (2008). Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali
Pers.
Jensen, Michael M, (1976). Reflections on The State of Accounting Research and
The Regulation of Accounting, Stanford Lectures in accounting: 1976, Graduate
School of Business, Stanford University, Palo Alto, California.
Watts, R. L. Dan J. L. Zimmerman, (1978). Towards a Positive Theory of The
Determination of Accounting Standard, Accounting Review.
Watts, R. L. Dan J. L. Zimmerman, (1986). Positive Accounting Theory,
Englewood Cliffs, NJ, USA.
Watts, R. L. Dan J. L. Zimmerman, (1990). Positive Accounting Theory: A Ten
Year Perspective, the Accounting Review.
Zeff, S.A., 1978, The Rise of Economic Consequences, The Journal of
Accountancy
(December), pp. 56-63