BAB 1 - Directory UMM : Universitas …directory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/Bolank_2.doc · Web...

60
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI (Studi pada Perusahaan yang Melakukan Akuisisi yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta) A. Latar belakang Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, pertumbuhan perekonomian dunia saat ini identik dengan perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Perubahan penting dalam lingkungan bisnis dewasa ini ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tajam di dunia usaha. Persaingan telah menjadi menu sehari- hari yang harus dihadapi pelaku bisnis disetiap sektor kegiatan ekonomi. Untuk beberapa pelaku bisnis yang tidak mampu mengimbangi dinamika kompetitornya akan tertindas, kalah dalam persaingan dan akhirnya bangkrut. Untuk dapat mempertahankan eksisitensinya suatu perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif serta perencanaan jangka panjang yang matang. Perencanaan jangka panjang tersebut meliputi pengembangan dimensi internal dan eksternal perusahaan. Pengembangan dimensi internal perusahaan mancakup

Transcript of BAB 1 - Directory UMM : Universitas …directory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/Bolank_2.doc · Web...

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN

SESUDAH AKUISISI

(Studi pada Perusahaan yang Melakukan Akuisisi yang Tercatat di Bursa

Efek Jakarta)

A. Latar belakang

Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat,

pertumbuhan perekonomian dunia saat ini identik dengan perubahan-perubahan

yang terjadi di pasar. Perubahan penting dalam lingkungan bisnis dewasa ini

ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tajam di dunia usaha. Persaingan

telah menjadi menu sehari-hari yang harus dihadapi pelaku bisnis disetiap sektor

kegiatan ekonomi. Untuk beberapa pelaku bisnis yang tidak mampu mengimbangi

dinamika kompetitornya akan tertindas, kalah dalam persaingan dan akhirnya

bangkrut. Untuk dapat mempertahankan eksisitensinya suatu perusahaan harus

mempunyai keunggulan kompetitif serta perencanaan jangka panjang yang

matang.

Perencanaan jangka panjang tersebut meliputi pengembangan dimensi

internal dan eksternal perusahaan. Pengembangan dimensi internal perusahaan

mancakup perencanaan pengembangan produk baru, peningkatan teknologi

produksi serta peningaktan keahlian sumber daya manusia dalam perusahaan.

Pengembangan dimensi ekstrnal perusahaan antara lain mencakup rencana

ekspansi skala perusahaan dengan cara membangun sendiri atau dengan

melakukan penggabungan dengan perusahaan lain yang telah ada (merger) atau

dengan membeli perusahaan yang telah ada (akuisisi). Dengan bergabungnya

perusahaan akan dapat lebih menunjang kegiatan usaha, sehingga kuntungan yang

dihasilkan juga bisa jauh lebih besar dan mungkin juga bisa menyelamatkan

kegiatan bisnis yang terancam bangkrut. Inilah yang disebut sebagai sinergi, di

mana sinergi tersebut dapat bersumber dari pemanfaatan manajemen untuk

beroperasi secara lebih ekonomis, pertumbuhan yang lebih cepat dan pemanfaatan

pajak.

Dalam pasar yang mengalami pertumbuhan, kegiatan akuisisi merupakan

keputusan strategis dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan dan strategi

penciptaan nilai bagi pemegang saham (creating sareholders value). Kinerja

keuangan perusahaan yang semakin baik akan menjadikan perusahaan tersebut

mempunyai daya saing yang tinggi sekaligus mampu untuk meningkatkan nilai

perusahaan.

Gelombang akuisisi pada awalnya muncul di Amerika Serikat, yang

dimulai sekitar tahun 1897. Aktivitas ini dalam beberapa periode telah

diidentifikasikan sebagai periode pertumbuhan pesat karena meningkatnya

transaksi bisnis, baik dari segi jumlah maupun besarnya. Periode ini termasuk

periode pendirian monopoli pada akhir tahun 1800-an, periode oligopoly pada

tahun 1920-an, dan periode konglomerat pada tahun 1955-1969. Sedangkan di

Indonesia akuisisi baru mulai pada tahun 1970-an. Akuisisi di Indonesia di

dominasi oleh perusahaan yang mengakuisisi yang telah go public. Banyak

penelitian dilakukan dengan menginvestigasi pengaruh akuisisi terhadap kinerja

perusahaan, akuisisi bermanfaat meningkatkan kinerja perusahaan karena adanya

sinergi dan perubahan terhadap kontrol perusahaan dan pangsa pasarnya.

Menurut helfert (1996: 670) kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak

keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh pihak manajemen

dalam mencapai tujuan. Dua kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja

manajemen yaitu efektivitas dan efisiensi. Adapun pengertian efektifitas diartikan

sebagai kemampuan suatu unit mencapai suatu tujuan yang diinginkan, sedangkan

efisiensi meggambarkan beberapa yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit

keluaran. Jadi pada dasarnya kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran

beberapa efisien dan efektif seorang manajer atau perusahaan dalam mencapai

tujuan perusahaan.

Menurut Payamta (2001) keputusan merger dan akuisisi mempunyai

pengaruh besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan, meningkatkan kinerja

perusahaan, terutama dalam penampilan financial perusahaan. Perubahan-

perubahan ini akan tampak pada laporan keuangan baik berupa laba bersih, laba

persaham, atau likuditas sahamnya.

Salah satu bentuk perusahaan adalah manufaktur. Perusahaan

manufaktur merupakan perusahaan yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan

masyarakat di Indonesia baik sebagai industri yang menghasilkan barang untuk

memenuhi kebutuhan dasar juga menghasilkan kebutuhan tambahan, sehingga

terjadi krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu masih dapat bertahan dan masih

tetap memberikan keuntungan. Perusahaan yang tergolong dalam perusahaan

manufaktur merupakan perusahaan yang menghasilkan produk yang ada di

Indonesia seperti perusahaan makanan dan minuman, perusahaan kertas,

perusahaan tembakau, farmasi, semen, otomotif , elektronik dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam penelitian ini mengambil

judul “Analisis kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi (studi

pada perusahaan manufaktur yang melakukan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek

Jakarta)”.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa akuisisi dapat

mempengaruhi kinerja suatu perusahaan dalam meningkatkan posisi perusahaan

secara menyeluruh, maka permasalahan yang peneliti ketengahkan adalah :

“Apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah

akuisisi pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ.

C. Pembatasan Masalah

Dari uraian di atas agar pembahasan lebih terarah maka, perlu membatasi

permasalahan tersebut pada : kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah rasio keuangan yang meliputi : Current Ratio (CR), Debt to Equity

(DER), Leverage Ratio (LR), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit

Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Inventory Turn Over (ITO), Total asset

Turn Over (TATO), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE).

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan

sesudah akuisisi pada perusahaan manufactur yang terdaftar di BEJ

2. Kegunaan Peneliian

a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk

memperbaiki kinerja keuangan, baik sebelum maupun sesudah akuisisi

b. Bagi Investor

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan

keputusan investasi yang tepat, khususnya invetasi pada perusahaan yang

melakukan akuisisi.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan refereni bagi penelitian selanjutnya, khususnya tentang

penilaian kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi.

E.Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dari hasil peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Nanang Qosim

(Universitas brawijaya Malang: 2005) dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan

dan Reaksi Pasar Atas Peristiwa Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris apakah terdapat

perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan public sebagai

akibat merger dan akuisisi. Penelitian ini juga mengamati reaksi pasar atas

merger dan akuisisi serta metoda akuntansi yang digunakan

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan public untuk periode dua

tahun sebelum sampai dua tahun sesudah merger dan akuisisi. Hasil penelitian

ini juga mendapatkan bukti empiris bahwa merger dn akusisi tidak mengandung

muatan informasi, seperti yang tercermin pada tidak adanya abnormal return

yang signifikan di sekitar tanggal publikasi laporan keuangan konsolidasi pasca

meger dan akuisisi. Meskipun signifikansi aktivitas volume perdagangan

mengindikasikan bahwa ada sebagian investor secara individu memberikan

reaksi yang signifikan atas merger dan akuisisi, tetapi transaksi tersebut tidak

menghasilkan abnormal return. Selanjutnya penelitian ini juga menemukan

bahwa penggunaan metode pooliing of interest dan metode purchase untuk

merger dan akuisisi tidak menimbulkan reksi pasar yang berbeda.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama

menilai kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi dan sama-sama

meggunakan analisis rasio. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu

adalah obyek penelitian terdahulu menggunakan seluruh perusahaan publik yang

tercatat di Bursa Efek Jakarta, sedangkan penelitian sekarang hanya

menggunakan perusahaan manufaktur yang juga tercatat di Bursa efek Jakarta

sebagai obyek penelitian.

F. Tinjuan Teori

1. Investasi

investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada

saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang

(Halim, 2003:2). Investasi adalah uang yang dipakai untuk memperoleh

penghasilan, investasi dalam aktiva keuangan dapat diartikan sebagai cara

penanaman modal, baik langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk

mendapatkan manfaat atau keuntungan tentang sebagian hasil penanaman modal

tersebut.

Masalah terpenting pada investasi adalah mengambil keputusan dalam

berinvestasi, karena masalah utama dalam mengambil keputusan adalah

bagaimana cara menafsirkan profitabilitas (menguntungkan atau tidaknya suatu

usulan investasi). Secara ekonomis suatu usulan investasi dikatakan

menguntungkan kalau memberikan manfaat yang lebih besar dari pengorbanan.

Investasi di pasar modal memerlukan pengetahuan yang cukup

pengalamanan serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang akan

dibeli, mana yang akan di jual dan mana yang akan tetap di miliki. Mereka yang

ingin berkecimpung dalam jual beli saham harus meninggalkan budaya ikut-

ikutan, gambling dan sebagainya yang tidak rasional. (Halim, 2003:2)

Setiap keputusan investasi saham hal mendasar yang harus diketahui para

investor untuk menentukan berapa perkiraan harga saham yang wajar dengan

melakukan analisis saham, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para

investor akan mengalami kerugian, selain itu investor juga harus mempunyai

ketajaman pemikiran tentang perkiraan masa depan perusahaan yang sahamnya

akan dibeli atau dijual.

Investasi dalam arti luas terdiri dari 2 bagian yaitu:

a. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset) adalah aktiva berwujud yang

dapat dilihat fisiknya, misalnya; tanah,gedung, emas, perak, real estate, dan

lain-lain

b. Investasi pada aktiva finanssial, merupakan klaim terhadap pihak tetentu yang

biasanya dinyatakan dalam bentuk sertifikat atau surat berharga yang

menunjukkan kepemilikan atas aset tersebut, misalnya saham dan obligasi.

Dan pada financial ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:

1. Investasi langsug (direct investment) yaitu merupakan pembelian langsung

atas aktiva keuangan tersebut.

2. investasi tak langsung (indirect investment) yaitu

pembelian saham di perusahaan investasi yang mepunyai portfolio aktiva-

aktiva di perusahaan lain.

2. Penggabungan usaha

Secara umum, pengabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha

yang sebelumnya terpisah. Meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah

profitabilitas, penggabungan juga ditujukan untuk memperoleh efisiensi melalui

integrasi operasi secara horizontal atau vertical atau mendiversifikasikan resiko

usaha melalui operasi konglomerasi. (Beams, 2004:1)

Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan

(PSAK) No. 22 mendefinisikan penggabungan usaha (business combination)

adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas

ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain

atau memperoleh kedali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penggabungan

usaha adalah penggabungan dua atau lebih untuk memperoleh kendali atau

kontrol antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya, yang

mana kepemilikannya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

3. Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha

Menurut Payamta (Simposium Nasional Akuntansi IV: 246), ada berbagai

macam bentuk penggabungan badan usaha yang dapat dilaksanakan oleh

perusahaan lain, antara lain:

a. Merger

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan di mana satu

perusahaan tetap hidup sedangkan perusahaan yang lain dilikuidasi diambil alih

oleh perusahaan yang masih bediri dan meneruskan usahanya. Perusahaan yang

hidup (surviving company) tersebut harus berbentuk perseroan terbatas.

(Moin,2003:5) menyatakan merger adalah penggabungan dua atau lebih

perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai

badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.

Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 TTahun 1998 merger

adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk

mengabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya

perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Merger dapat dilakukan

dalam tiga bentuk di bawah ini (Payamta Sympoium Akntansi IV:243)

1. Statutory merger adalah merger dimana keseluruhan harta dan kewajiban

target company akan diambil alih oleh acguiring company dan sebagai

gantinya pemegang saham target company akan memperoleh saham dan

acquiring compny.

2. Subsidiary merger adalah merger yang terjadi jika perusahaan anak dan

acquiring company mengambil alih langsung harta dan kewajiban dan

target company, jadi perusahaan target akan bergabung dengan perusahaan

anak dari acquiring company.

3. Reserve triangular merger. Perusahaan anak dari acquiring company yang di

sebut dengan holding company akan bergabung dengan target company.

Holding company merupakan suatu perusahaan yang memiliki sejumlah

saham dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mengendalikan

kepentingan dalam perusahaan atau lebih.

b. Akuisisi

Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas

saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dalam Peristiwa ini baik

perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan

hukum yang terpisah.(Moin, 2003:8) Akuisisi menurut peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang penggabungan usaha peleburan

dan pengambilalihan perseroan terbatas adalah perbuatan hukum yang dilakukan

oleh badan hukum atau orang perseroan untuk mengambil alih baik seluruh atau

sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya

pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Dalam prakteknya akuisisi dapat mengambil bentuk-bentuk sebagai berikut

1. Akuisisi horizontal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap

kompetitornya, dan akuisisi vertical yang biasanya dilakukan terhadap

pemasok, konsumen, langganan, atau distributor dan perusahaan yang

megakusisi.

2. Akuisisi internal yang dilakukan antar perusahaan yang tergabung dalam

satu grup, dan akuisisi eksternal yang dilakukan oleh suatu perusahaan

terhadap perusahaan lainnya yang belum satu grup.

c. Konsolidasi

Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan

atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru

dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.

4. Penggolongan Penggabungan Usaha

Menurut Suparwoto dalam Payamta (Simposium Nasional Akuntansi IV)

mengklasifikasikan penggabungan usaha dtinjau dari segi hubungan antara

perusahaan-perusahaan yang melakukannya menjadi tiga macam.

a. Penggabungan Badan Usaha Vertikal

Penggabungan usaha jenis ini terjadi apabila perusahaan yang melakukan

penggabungan usaha tersebut mempunyai kegiatan yang berbeda akan tetapi

saling berhubungan, yaitu sebagai rekan dan langganan.

b. Penggabungan Badan Usaha Horisontal.

Penggabungan usaha horizontal terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang

melakukan penggabungan usaha tersebut mempunyai usaha yang sama atau

menghasilkan barang dan jasa yang sifatnya subtitusi, sehingga sebelum

melakukan peggabngan usaha perusahaan-peusahaan tersebut saling

bersaing.

c. Penggabungan Badan Usaha Konglomerat.

Jenis penggabungan usah ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu (1)

penggabungan usaha vertical dan penggabungan usaha horizontal secara

bersama-sama, dan (2) penggabungan badan usaha oleh perusahaan yang

tidak mepunyai hubungan usaha.

5. Alasan-alasan Penggabungan Usaha

Beberapa alasan yang mungkin untuk memilih penggabungan usaha sebagai

alat perluasan adalah (Beams, 2004: 1)

a) Manfaat biaya (cost advantage). Sering kali lebih murah bagi perusahaan

untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan

dibandingkan melalu pengembangan.

b) Risiko lebih rendah (lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah

didirikan biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan dengan

mengembangkan produk baru dan pasarnya. Penggabungan usaha kurang

berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi.

c) Memperkecil keterlambatan operasi ( Fower Operating Delays). Fasilitas-

fasilitas pbrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan

untuk segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan

lingkungan dan peraturan pemerintah yang lainnya

d) Mencegah pengambilalihan (Avoidance of takeovers). Beberapa perusahaan

bergabung untuk mencegah pengakuisisian di antara mereka. Karena

perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk diambil

alih, beberapa diantara mereka memakai strategi pembeli yang agresif

sebagai pertahanan terbaik melawan usaha pengambilalihan oleh perusahaan

lain.

e) Akuisisi harta tak berwujud (Acquisition of intangible assets).

Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya yang tidak

berwujud maupun berwujud.

6. Krakteristik akuisisi di Indonesia

Karakteristik yang dilakukan oleh perusahaan publik di Indonesia:

a. Bersifat internal dan memiliki unsur benturan kepentingan (Conflik of

interest). Akuisisi dilaksankan atas perusahaan yang berada pada

pengendalian yang sama (common control), di mana kata akhir dari rencana

sampai dengan pelaksanaan akuisisi dari kedua belah pihak berada pada

pihak yang sama ini mencerminkan adanya benturan kepentingan.

b. Peranan dari pendiri (founders) dominant. Pemegang saham berdiri yang

masih mempunyai merupakan matyoritas saham dari perusahaan-perusahaan

yang telah go publik, dari segi manajemen belum terlihat adanya pemisahan

yang jelas antara manajemen perusahaan dan pemilik

Menurut Marcel Go (1992:22) akusisi sebagai salah satu bentuk kombinasi

bisnis dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu:

a. Akuisisi Finansial (financial acquisition)

Merupakan suatu tindakan akuisisi terhadap satu atau beberapa perusahaan

tertentu yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai keuntungan

finansial. Kecenderungannya adalah usaha membeli perusahaan target

dengan harga semurah mungkin untuk menjual kembali dengan harga jual

lebih tinggi. Namun demikin apabila transaksi tesebut dilaksanakan antara

perusahaan yang berada dalam satu grup bisnis atau kepemilikan yang sama,

harga yang dibeli dapat mejadi lebih mahal atau lebih murah tergantung

pada kepentingan dan keuntungan yang akan diperoleh pemilik mayoritas

bersangkutan. Motif utama akuisisi adalah untuk mengeruk keuntungan

finansial sebesar-besarnya.

b. Akuisisi Strategis (strategic acquisition)

Akuisisi ini dilakukan untuk meciptakan strategi dalam bidang apapun

dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan jangka pajang. Sinergi

ini tidak hanya berupa sinergi finansial tetapi juga mencakup sinergi

produksi, sinergi distribusi, sinergi pengembangan teknologi, dan gabungan-

gabungan dari sinergi-sinergi tersebut. Seringkali latar belakang

pengambilan keputusan untuk akuisisi strategis adalah pertimbangan akan

faktor efisiensi dan kemudahan ketimbang memulai dari awal untuk

membangun perusahaan yang baru.

Dalam kaitannya dengan pembahasan mengenai klasifikasi tipe akuisisi atas

akuisisi finansial dan akuisisi strategis, maka perusahaan pengambil alih

yang bertindak sebagai akuisitor (pembeli) dapat dibedakan atas dua tipe

yaitu:

1. Pembeli finansial (financial buyer). Motivasinya adalah usaha untuk

mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu yang relative

singkat.

2. Pembeli strategi (strategi buyer). Motivasinya adalah menciptakan dan

meningkatkan produktifitas riil melalui cara penciptaan sinergi, upaya

diversifikasi dan usaha pengembangan teknologi.

Dari sudut pandang analisis laporan keuangan terdapat tiga kategori akuisisi

yaitu:

a. Akusisi Horisontal yaitu akuisisi yang dilakukan atas perusahaan yang

begerak dalam bidang yang sama atau sejenis, perusahaan yang membeli

merupakan pesaing dari perusahaan yang dibeli dalam hal produk.

b. Akuisisi Vertikal yaitu akuisisi yang melibatkan dua perusahaan yang

bersifat saling mendukung dalam proses produksi. Perusahaan yang saitu

akuisisi akan menjad supplier sedangkan perusahaan yang lain menjadi

menjalin kesinambungn bahan baku produksi maupun penjualan produk.

c. Konglomerat yaitu penggabugan usaha yang saling tidak berhubungan,

dengan kata lain perusahaan yang mengakuisisi dan perusahaan yang

diakuisisi tiak mempunyai keterkaitan operasi.

7. Tujuan Akuisisi

Menurut Hitt, Horison, dan Ireland (2002:62-63) perusahaan-prusahaan

melibatkan diri dalam karena berbagai alasan. Akuisisi yang efektif sebenarnya

dapat:

a. Berguna sebagai platform pertumbuhan perusahaan

b. Menyebabnya meningkatnya pangsa pasar

c. Memberi pondasi yang diperlukan untuk menciptakan dan mendapatkan

keuntungan-keuntungn dari penghematan skala atau economies of scale

yakni keuntungan yang diperoleh jika perusahaan bisa memanfaatkan

sumber-sumber dayanya untuk menekan biaya produksi berbagai macam

produk, penghematan ini terutama dicapai pada tataran operasional dan

penghematan cakupan atau economies of scope (keuntungan yang didapat

melalui pemanfaatan sumber-sumber daya satu unit usaha untuk mencapai

pengoperasian unit lainnya)

d. Mengurangi pengeluran-pengeluaran organisasional dengan cara

meghapuskan penggandaan dan menstransfer pengetahuan di antara unit-

unit bisnis atau alur produk individu.

8. Motivasi Akuisisi

Alasan perusahaan pengakuisisi yang sering dikemukakan adalah lebih

cepat dari pada harus membangun untuk usaha sendiri, meskipun alasan tersebut

benar, fakor yang paling mendasari sebenarnya adalah motif ekonomi (Husnan

& Pujiastuti, 1999:428).

Para manajer melakukan akuisisi karena beberapa alasan berikut (Sudarsanam,

1999:19):

a. Untuk memperbesar ukuran perusahaan, karena penghasilan, bonus, status

dan kekuasaan mereka merupakan suatu fungsi dari ukuan suatu fungsi dari

ukuran suatu perusahaan (syndrome empire building)

b. Untuk menyusun kemampuan manajerial yang saat ini belum digunakan

secara maksimal (motivasi pemenuhan diri)

c. Untuk mengurangi risiko dan meminimalkan tekanan biaya finansial dan

kebangkrutan (motivasi keamanan pekerjaan)

d. Untuk menghindari pegambilalihan.

Menurut Sutarjo dalam Payamta (Simposium Nasional Akuntansi IV)

menggolongkan motivasi untuk melakukan merger dan akuisisi menjadi dua,

yaitu motivasi ekonomis dan motivasi non ekonomis.

a. Motivasi ekonomis yaitu perusahaan target mempunyai keunggulan

kompetitif, yang diharapkan akan menghasilkan sinergi setelah digabung.

b. Motivasi non ekonomis. Misalnya, karena perusahaan sudah lemah secara

modal dan ketrampilan manajemen, kinginan menjadi kelompok yang

terbesar di dunia, Meskipun ada kemungkinan penggabungan usaha yang

dilakukan tersebut tidak menguntungkan, karena diambil alih oleh pihak

bank.

Salah satu motivasi utama perusahaan melakukan akuisisi adalah untuk

menciptakan sinergi, dimana manfaat ekstra atau sinergi ini tidak bisa diperoleh

seandainya perusahaan-prusahaan tersebut secara tepisah, konsep inilah disebut

sinergi, sebuah terminologi yang bisa dipakai untuk menerangkan manfaat unik

yang dihasilkan dari akuisisi. pada umumnya tujuan dilakukan akuisisi adalah

mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Keputusan untuk akuisisi bukan sekedar

menjadikan dua ditambah dua menjadi empat, tetapi merger dan akuisisi harus

menjadikan dua ditambah dua dijadikan lima. Nilai tambah yang dimaksud

tersebut bersifat sementara saja. Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu

akuisisi tidak bisa dilihat beberapa setelah akuisisi, tetapi diperlukan waktu yang

relatif panjang (Payamta, Simposium Nasional Akuntansi IV:244)

Adapun bentuk-bentuk sinergi adalah sebagai berikut (Moin, 2003:5)

a. Sinergi operasi (Operating synergi). Sinergi ini terjadi ketika perusahaan

hasil kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai

dengan cara pemanfaatan secra optimal sumberdaya perusahaan.

b. Sinergi finansial (financial synergy). Sinergi ini dihasilkan ketika perusahaan

hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses

sumber-sumber dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa

seingga biaya modal perusahaan semakin menurun.

c. Sinergi manajerial (manajerial synergy). Sinergi ini dihasilkan ketika terjadi

transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke

perusahaan yang lain atau ketika secara bersama-sama mampu

memamfaatkan kapasitas know-know yang mereka miliki.

d. Sinergi teknologi. Sinergi ini bisa dicapai dengan memadukan keungglan

teknik sehingga mereka saling memetik manfaat.

e. Sinergi pemasaran. Sinergi ini bisa dicapai apabila perusahaan yang

melakukan akuisisi akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan

terbukanya pemasaran produk bertambahnya lini produk yang dipasarkan,

dan semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.

9. Teknik Melakukan Akusisi

Husnan (1993:370) menyebutkan bahwa akuisisi dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu:

a. Pembayaran tunai, yaitu dilakukan dengan membayar sejumlah premium

kepada pemilik perusahaan target dan besarnya ditentukan berdasarkan

kesepakatan bersama. Bila perusahaan target tela go public, maka akuisisi

dapat dilakukan dengan membeli saham-saham perusahaan target melalui

pasar bursa.

b. Pertukaran saham, yaitu dilakukan dengan memberikan sejumlah saham

kepada penmilik perusahaan target dan kompensainya, pemilik perusahaan

target dan kompensasinya pemilik perusahaan target mnyerahkan saham-

saham yang dimiliki perusahaan target kepada pembeli.

10. Tahap-tahap Melakukan Akuisisi

Menurut Marcel Go (1992:15) ada beberapa tahapan dalam proses

akuisisi:

a. Penentuan sasaran akuisisi

b. Identifikasi calon perusahaan yang dianggap potensial untuk diakuisisi

melalui prosedur pelacakan.

c. Menghubungi pihak manajemen perusahaan untuk mewujudkan keinginan

memberikan penawaran dan kemungkinan memperoleh informasi tambahan.

d. Membatasi jumlah calon perusahaan yang akan dimbil alih.

e. Berdasarkan tahap permulaan tersebut dibuat suatu evaluasi yang realistis

mengenai kelayakan akuisisi tersebut.

f. Mendapatkan laporan keuangan untuk periode lima tahun terakhir dan

informasi-informasi penting lain yang relevan seperti kontrak-kontrak yang

telah ditanda tangani, leasing dan sebagainya.

g. Menetapkan suatu harga tawaran tertentu yang dilengkapi berbagai

persyaratan, serta bentuk-bntuk pembayaran yang dapat berupa cash, stock,

notes dan sebagainya.

h. Mengungkapkan sumber-sumber keuangan.

i. Membuat suatu persetujuan yang secara prinsip tidak mengikat dan

memperjelas posisi masing-masing dalam hal kelanjutan manajemen lama

dan pemenuhan kewajiban.

j. Melakukan suatu studi secara lebih mendalam dan komprehensif (in-dept

study) mengeni perusahaan yang akan diambil alih.

k. Menyiapkan penandatanganan kontrak atas persetjuan akuisisi.

l. Terakhir adalah realisasi pengalihan aktiva dan realisasi pembayaran.

11. Permasalahan dalam Praktik Akuisisi

Masalah umum yang dihadapi dalam Setiap akuisisi berkaitan dengan

masalah pengendalian terhadap perusahaan, penentun kontribusi relatf

perusahaan yang bergabung, presentasi laba, penentuan harga yang wajar,

pnentuan harga perolehan serta sumber dan besarnya dana investasi bagi

peruahaan pengakuisisi, dan sebagainya.

Suta (1992: 12-13) mengungkapkan bahwa permasalahan yang

ditimbulkan oleh akuisisi dintaranya bahwa proses akuisisi sangat mahal karena

membentuk suatu perusahaan yang profitable di pasar sangat kompetitif. Di

samping itu pelaksanaan akuisisi juga dapat memberikan pengaruh strukturisasi

dari akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman.

Permasalahan yang lain adalah adanya kebutuhan untuk memperkerjakan tenaga

kerja yang baru, kemungkinan adanya corporate culture yang berbeda antara

perusahaan target dengan perusahaan pengakuisisi dalam kemungkinan bahwa

prusahaan pengakuisisi tidak memiliki pengalamanan di bidang usaha yag baru

diakuisisi.

12. Faktor-Faktor Penyebab Akuisisi

selain memberikan banyak manfaat, akuisisi juga dapat menimbulkan

permasalahan karena tidak memberikan keuntungan bagi pemegang saham

perusahaan pengakuisisi. Masalah umum yang dihadapi dalam Setiap keputusan

akuisisi berkaitan dengan masalah penegendalian terhadap perusahaan, penentu

kontribusi, relatif perusahaan yang bergabung persentase laba, penentuan harga

wajar, penentuan harga perolehan serta sumber dan besarnya dana investasi bagi

perusahaan pengakuisisi.

Menurut Sudarsanam (1999:265) penyebab kegagalan akuisisi disebabkan oleh:

a. Sikap manajemen perusahaan target dan perbedaan kebudayaan

b. Tidak adanya perencanaan integrasi pasca akuisisi

c. Tidak adanya pengalaman akuisisi

13. Kinerja Keuangan Perusahaan

Sebelum memahami masalah pengukuran kinerja lebih lanjut, terlebih

dahulu harus dipahami apa yang dimaksud dengan kinerja itu sendiri. Menurut

Helfert (1997:67) pengertian knerja adalah hasil dari bayak keputusan individu

yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Menurut Agus Sartono

(996:120), karena sulitnya memahami laporan keuangan dalam bentuk aslinya,

maka ditempuh berbagai cara untuk melakukan analsisis kinerja keuangan

perusahaan seperti:

a. Analisis common size yaitu menyajikan presentase setiap elemen terhadap

total aktiva dan untuk laporan laba rugi persentase setiap elemen terhadap

penjualan

b. Analisis indek menyajikan persentase elemen neraca terhadap tahun tertentu

sebagai tahun dasar, kemudian mencari indek untuk periode berikutnya.

Begitu juga dengan laporan keuangan, indek tersebut jug didasarkan atas

tahun tertentu sebagai tahun dasar. Dengan analisis indek dapat diketahui

fluktuasi setiap elemen baik neraca maupun rugi laba sebelum periode

tertentu

c. Analisis rasio keuangan adalah cara membandingkan prestasi suatu periode

dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya

kecenderungan selama periode tertentu selain itu dapat pula dilakukan

dengan cara membandingkan perusahaan sejenis dalam industri sehingga

dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan dalam industri.

14. Laporan Keuangan

salah satu fungsi akuntansi dalam perusahaan adalah menyediakan

informasi mengenai keadaan keuangan perusahaan untuk suatu periode tertentu

dalam bentuk laporan keuangan. Menurut PSAK No. 1, laporan keuangan

bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporang keuangan yang lengkap

biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan

(yang dapat disajkan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas

atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang

merupakan bagian yang integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan

dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-

tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan.

Laporan keuangn merupakan informasi yang diharapkan mampu memberi

bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat

finansial. Tujuan laporan keuangan dikemukakan secara jelas oleh Standar

Akuntansi Keangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Keuangan

Indoneia sebagai brikut: tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan yang disususn untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan

bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak

menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan

pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk

menyediakan informasi non keuangan.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber

daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah

dilakukan atau pertanggungjawaban menajemen berbuat demikian agar mereka

dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mencakup misalnya keputuan

untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan, atau

keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Dalam memahami tujun laporan keuangan,ada dua kata kunci yang harus

dipahami: pertama, laporan keuangan harus memberikan informasi yang useful;

kedua, untuk digunakan dalam membuat keputusan yang rasional. Dari dua kata

kunci, yait useful (bermanfaat) dan rasional (logis) bisa ditemukaan bahwa

laporan keuangan akan bermanfaat untuk digunakan dalam membuat keputusan

investasi, kredit, dan sejenisnya, apabila yang menggunakan laporan keuangan

tersebut rasional. Artinya pembuatan keputusan mereka didasarkan pada

informasi dan bukan intuisi.

Laporan keuangan berisi informasi penting untuk masyarakat, pemerintah,

pemasok dan krditur, pemilik perusahaan atau pemegang saham manajemen

perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan, yang diperlukan secara tetap

untuk mengukur kondisi efisiensi operasi perusahaan. Analisa dari laporan

keuangan bersifat relative

Ada dua macam bentuk laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan (Warsono, 2002:24) yaitu:

a. Neraca yaitu laporang keuangan yang menggambarkan posisi keuanngan

suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Dalam sebuah neraca,

perusahaan menyajikan lima kelompok pos utama yaitu:

1. Aktiva lancar adalah kekayaan perusahaan yang segera bisa

dikonversikan menjadi utang tunai (kas) dalam waktu paling lama satu

periode akuntansi.

2. Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang digunakan untuk operasi

perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Aktiva

tetap ini akan berkurang nilainya dengan adanya penyusutan.

3. Hutang lancar adalah klaim pihak luar kepada perusahaan agar melunasi

kewajibannya dalam jangka waktu paling lama satu periode akuntansi.

Atas pelunasan klaim tersebut perusahaan harus menggunakan aktiva

lancarnya, atau membentuk hutang lain.

4. utang jangka panjang adalah klaim pihak ketiga kepada perusahaan yang

harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.

5. Modal adalah hak milik para pemilik perusahaan, dalam perusahaan

perseroan adalah para pemegang saham.

b. Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil-hasil

usaha yang dicapai selama periode tertentu. Laporan ini mengenai sebuah

entitas selama jangka waktu tertentu; menunjukkan jumlah penghasilan

(revenues), biaya-biaya (expenses), dan elemen-elemen lain pebentuk laba.

15. Pihak-Pihak yang Berkepentingan Atas Laporan Keuangan

informasi akuntansi keuangan diperlukan dan dipakai oleh pihak-pihak

yang berkepentingan dengan maksud dan tujuan yang berbeda. Pihak-pihak

yang berkepentingan tersebut adalah; (a) Investor sebelum melakukan akuisisi

terlebih dahulu harus mengetahui kondisi keuangan perusahaan pada saat itu,

apakah uang yang akan diinvestasikan aman, (b) Karyawan dalam hal ini

diwakili organisasinya berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk

melihat kemampuan perusahaan dalam memberikan gaji dan jaminan sosial

yang lebih baik, (3) kreditor berkepentingan atas perusahaan untuk

mendapatkan syarat kredit, menjaga keamanan kekayaan yang digunakan oleh

perusahaan dan slanjutnya menilai apakah kepercayaan yang akan diberikan

perlu ditarik atau tidak, (4) Pemilik berkepentingan atas perusahaan untuk

mengetahui kemajuan yang dicapai, bagian laba yang diharapkan dan menilai

berhasil tidaknya pihak manajemen dalam megelola perusahaan, (5)

Manajemen berkepentingn atas laporan keuangan dengan jumlah untuk

menaksir sifat dan jumlah uang atau dana yang diperlukan,mengevaluasi hasil-

hasil keputuan dan kebijaksanaan perusahaan.

16. Tujuan Laporan Keuangan

Zaki Baridwan (1996;17) menyatakan tujuan laporan keuangan adalah

untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dapat digunakan untuk

memenuhi tujun-tujuan lain, yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak lain di

luar perusahaan. Dari tujuan laporan keuangan di atas, maka laporan keuangan

yang dibuat oleh pihak manajemen ditujukan kepada dua pihak yaitu kepada

pemilik perusahaan. Kepada pihak luar perusahaan laporan keuangan

ditujukan untuk menginformasikan posisi keuangan perusahaan, kinerje serta

posisi keuangan perusahaan.

17. Analisis Rasio Keungan dan Jenis-jenisnya

Kriteria unuk menentukan apakah posisi keuangan suatu perusahaan sehat

atau tidak dapat diklasifikasikan menjadi lima macam rasio keuangan

(Warsono, 2003:32) yaitu:

a. Rasio Likuiditas

Rasio-rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah suatu rasio keuangan yang

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-

kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini terdiri dari:

1. Current Ratio yaitu membandingkan antara total aktiva lancar

dengan kewajiban lancarnya

Current Ratio =

2. Quick Ratio yaitu dihitung dengan mengurangkan persediaan dari

aktiva lancar dan kemudian membaginya dengan kewajiban lancar

Quick Ratio =

b. Rasio Akivitas

Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana

perusahaan secara efektif mengelola akiva-aktivanya. Rasio ini digunakan

untuk melihat seberapa besar tingkat aktiva tertentu yang diiliki

perusahaan. Rasio aktivitas dapat diukur dengan rasio inventori turnover/

ITO dan perputaran aktiva total (Total asset turnover/ TATO)

ITO yaitu dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan

Inventory Turnover / ITO =

Total asset turnover mengukur perputaran dari semua aset perusahaan

dan dihitng dengan cara membagi penjualan dengan aktiva total.

Total asset turn over/ TATO =

c. Rasio Leverage / rasio Solvabilitas

Raio leverage adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur

hingga sejauh mana aktivitas operasionl perusahaan dibiayai oleh hutang.

Rasio leverage dapat menggunakan dua ukuran, yaitu rasio utang terdapat

ekuitas (debt to equity ratio / DER)

DR (Debt ratio) mngukur prosentase dana yang disediakan oleh kreditur

terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan.

Debt Ratio=

DER diukur dengan cara mebandingkan antara utang jangka panjang

(long term debt) perusahaan dengan modal ekuitas (stock equity)

DER =

d. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan.

Untuk megukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan

lima macam rasio, yaitu gross profit margin, net operating profit mrgin,

net profit margin, return on investmen, return on equity.

Gross profit margin merupakan perbandingan antara laba kotor dengan

penjualan

Gross profit margin =

Net operating profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba

operasi bersih (earning before interest and taxes / EBIT) dengan

penjualan

Net operating profit margin =

Margin laba bersih (Net profit margin) merupakan rasio perbandingan

antara leba bersih Setelah pajak (earning after taxes / EAT)

Net Profit margin =

Retun on Investment merupakan perbandingan antara laba tersedia bagi

para pemegang saham biasa (earning available for common

stockholders) dengan aktiva total

ROI =

Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) mrupakan perbandingan antara

laba tersedia bagi para pemegang saham biasa (EACS), dengan ekuitas

saham (modal saham biasa)

ROE =

No Variabel Sub Variabel Terdiri dari1. Kinerja keuangan

perusahaanLikuiditas* Curent Ratio * Aktiva Lancar

* Hutang Lancar* Quick Ratio * Aktiva Lancar

* Persediaan* Hutang Lancar

Aktiva* ITO * Penjualan

* Persediaan* TATO * Penjualan

Aktiva TotalLeverage* Debt Ratio * Hutang Total

* Aktiva Total* DER * Hutang Jangka Panjang

* Ekuitas SahamProvitabilitas* Gross Provit Margin * Laba Kotor

*Penjualan* Net Operating Provit Margin

* EBIT* Penjualan

* Net Profit Margin* ROI* ROE

* EAT* Penjualan* EACS* aktiva Total* EACS* Ekuitas Biasa

18. Metode tolak Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan

Untuk menentukan apakah perusahaan sehat atau tidak dari sisi keuangan

dapat dilakukan dengan dua macam metode tolak ukur (Warsono, 2002:28)

yaitu:

a. Metode lintas waktu (time series)

Metode ini merupakan metode tolak ukur analisis laporan keuangan yang

dilakukan dengan cara membandingkan periode tertentu dengan periode

sebelumnya.

b. Metode lintas seksi/industri (cross section)

Yaitu metode tolak ukur yang digunakan dengan cara membandingkan

rasio keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu dengan rasio

keuangan rata-rata indusrtinya pada periode yang bersangkutan.

G. kerangka pikir

Keputusan akuisisi mempunyai pengaruh besar dalam memperbaiki

kondisi perusahaan. Melalui akuisisi diharapkan perusahaan dapat melakukan

penghematan operasi dan meningkatkan daya saing di pasar internasional.

Para manajer keuangan dituntut untuk bisa menilai kapan perusahaan

harus melakukan akuisisi dan beberapa aktif menilai calon perusahan yang akan

diajak akuisisi, sehingga tujuan perusahaan untuk memberikan keuntungan

dengan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tercapai.

Perusahaan

Akuisisi

Perbedaan

Kinerja KeuanganPerusahaan

Sebelum Akuisisi

Kinerja KeuanganPerusahaan

Sesudah Akuisisi

Salah satu motivasi perusahaan dalam melakukan akuisisi adalah untuk

meningkat kinerja kuangan perusahaan. Evaluasi terhadap keberhasilan strategi

akuisisi dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, melalui

perbandingan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi

dengan menggunakan analisisi rasio keuangan likuiditas, aktivitas, leverage dan

profitabilitas.

H. Hipotesis

secara ringkas penelitian ini akan membandingkan kinerja keungan

perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini untuk masa sebelum dan

sesudah akuisisi. Berdsarkan masalah, tujun penelitian, dan pemikan tersebut,

maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sbelum dan sesuah

akuisisi pada perusahaan manufaktur tahun 2001-2005

I. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dialakukan oleh penulis bersifat studi kasus, merupakan

penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang

dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan

lingkungan (Indriantoro, 2006:26). Tujuan studi kasus adalah melakukan

penyelidikan secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan

gambaran yang lengkap mengenai subyek tertentu. Subyek yang diteliti adalah

kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta

dengan menganalisis rasio keuangan.

2. Data dan Sumber data

a. Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang digunakan

diperoleh dari publikasi-publikasi otentik ataupun publikasi ilmiah dari

lembaga yang diteliti dan bukan bersumber dari perusahaan yang diteliti,

meliputi data yang dipublikasikan oleh BEJ dan media lain, yaitu data

perusahaan yang melakukan akuisisi dan data dari obyek penelitian berupa

neraca dan laporan laba rugi perusahaan.

b. Sumber Data

Sumber data berasal dari Indonesian Capital Market Directory

3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan ang melakukan

akuisisi selama periode 2001-2005. Sampel penelitian yang diambil adalah

perusahaan manufaktur yang melakukan akuisisi yaitu 3 perusahaan

diantaranya PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, PT. Unilever Indonesia, Tbk,

dan PT. HM Sampoerna, Tbk. Anggota sampel yang memenuhi kriteria

tersedia laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit untuk masa 2 tahun

sebelum dan sesudah akuisisi

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi, yaitu

dengan cara mengumpulkan data sekunder mengenai variabel-variabel yang

diukur dari laporan tahunan perusahaan sample yang diperoleh dri Bursa Efek

Jakarta (BEJ).

5. Definisi Operasinal Variabel

Pengukuran terhadap variabel yang digunakan di dalam penelitian ini

didasarkan pada ukuran-ukuran yang ada pada umumnya telah digunakan

dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun pengukuran variabel-variabel

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Akuisisi

Akuisisi Menurut PSAK no 22 adalah suatu penggabungan usaha di mana

salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali

atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquirer), dengan

memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajban, atau mengeluarkan

saham.

b. Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan merupakan hasil nyata (prestasi) yang dapat dicapai dari

proses pengambil alihan keputusan oleh manajemen perusahaan untuk

menunjang dicapainya hasil positif dalam hal keuangan. Variabel ini diukur

dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang merupakan hasil

pengolahan data-data yang ada dalam laporan keuangan pada tahun tertentu.

Dalam penelitian ini digunakan rasio likuidias, aktivitas, leverage, dan

profitabilitas untuk mengetahui pengaruh akuisisi terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

1. Rasio Likuiditas

Rasio-rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah suatu rasio keuangan yang

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-

kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini terdiri dari:

a. Current Ratio yaitu membandingkan antara total aktiva lancar dengan

kewajiban lancarnya

b. Quick Ratio yaitu dihitung dengan mengurangkan persediaan dari

aktiva lancar dan kemudian membaginya dengan kewajiban lancar

2. Rasio Aktivtas

Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana

perusahaan secara efektif mengelola akiva-aktivanya. Rasio ini digunakan

untuk melihat seberapa besar tingkat aktiva tertentu yang dimiliki

perusahaan. Rasio aktivitas dapat diukur dengan rasio inventori turnover

ITO dan perputaran aktiva total (Total asset turnover/ TATO)

ITO yaitu dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan

Total asset turnover mengukur perputaran dari semua aset perusahaan

dan dihitung dengan cara membagi penjualan dengan aktiva total.

3. Rasio Leverage

Rasio leverage adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur

hingga sejauh mana aktivitas operasionl perusahaan dibiayai oleh hutang.

Rasio leverage dapat menggunakan dua ukuran, yaitu rasio utang terdapat

ekuitas (debt yo equity ratio / DER)

DR (Debt ratio) mengukur prosentase dana yang disediakan oleh

kreditur terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan.

DER diukur dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang

(long term debt) perusahaan dengan modal ekuitas (stock equity).

4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan.

Untuk megukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan

lima macam rasio, yaitu gross profit margin, net operating profit mrgin,

net profit margin, return on investmen, return on equity.

Gross profit margin merupakan perbandingan antara laba kotor dengan

penjualan

Net operating profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba

operasi bersih (earning before interest and taxes / EBIT) dengan

penjualan

Margin laba bersih (Net profit margin) merupakan rasio perbandingan

antara leba bersih setelah pajak (earning after taxes / EAT)

Retun on Investment merupakan perbandingan antara laba persediaan

bagi para pemegang saham biasa (earning available for commo

stockholders) dengan aktiva total

Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) mrupakan perbandingan antara

laba tersedia bagi para pemegang saham biasa (EACS), dengan ekuitas

saham (modal saham biasa)

6. Teknik analisis Data

a. Rasio Likuiditas

Current ratio =

Quick ratio =

b. Rasio Aktivitas

TATO =

ITO =

c. Rasio Leverage

DR =

DER=

d. Rasio Profitabilitas

Gross profit margin =

Net operating profit margin =

Net profit margin =

ROI =

ROE =

7. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dua sisi atau dua arah untuk menguji

apakah terdapat perbedaan antara perubahan kinerja keuangan sebelum dan

sesudah akuisisi dengan kinerja keuangan setelah akuisisi

Adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut :

a. Kriteria pengujian

H0 diterima dan Ha ditolak : Tidak ada perbedaan perubahan kiinerja

keuangan sebelum dan sesudah akuisisi

H0 ditolak dan Ha diterima : ada perbedaan perubahan kinerja

keuangan sebelm dan ssudahh akuisisi

b. Membandingkan angka t hitung dan t tabel

Angka t hiitung dibandingkan dengan angka t tabel adalah untuk mengambil

keputusan Berdasarkan pada uji paired samples t-test dengan keuntungan

sebagai berikut:

a. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima

b. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

Sebagai kriterian penilaian adalah dengan menggunakan tingkat

kepercayaan 95%, yaitu untuk menguji hipotesis yang digunakan dengan

membandingkan niali probabilitas dengan alphanya yaitu dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Nilai probabiitas < , maka H0 ditolak; Ha diterima

b. Nlai probabilitas > , maka H0 dierma; Ha ditolak