BAB 1 dan 2

download BAB 1 dan 2

of 23

Transcript of BAB 1 dan 2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Memasuki awal tahun pertama pembangunan jangka panjang tahap II. Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana Nasional ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana merupakan pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi Keluarga Berkualitas Tahun 2005 keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. (Sarwono, 2006) Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enantat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem. (Sarwono, 2006) Kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelemahan dari kontrasepsi adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 1,5 - 2 kg dan berat badan pada kunjungan pertama. Pertambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan, bertambahnya lemak pada tubuh, dan meningkatkan selera makan (Hartanto, 2004). Menurut SDKI tahun 2007 di Indonesia saat ini sebanyak 39% wanita Indonesia usia produktif yang tidak menggunakan kontrasepsi dengan sebaran 40% di pedesaan dan 37% di perkotaan.

Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur sebanyak 5.380.243 peserta atau 107,8% dan PPM sebesar 4.989.050 yang terdiri atas 1.082.934 peserta IUD (81,60% dan PPM sekitar 1.327.100), 18.941 peserta MOP (109,17% dan PPM sebesar 17.350), 337.937 peserta MOW (101,60% dan PPM sebesar 332.600), 472.500 peserta implant (78,11% dan PPM sebesar 604.900), 2.281.238 peserta suntikan (163,06%) dan PPM sebesar 1.030.400), 22.025 peserta kondom dan obat vaginal (7,93% dan PPM sebesar 277.700). Pencapaian tertinggi pada suntikan sebesar 163,06%, terendah pertama adalah kondom dan obat vaginal (7,93%). Kegiatan pelayanan kasus efek samping pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur, pelayanan kasus efek samping yang tertinggi dan peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672 kasus atau 54,8%, berikutnya diikuti peserta IUD sebesar 951 kasus atau 19,5%. Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0,0%. (Hubungan kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan akseptor, 2006) Menurut SDKI di Kabupaten Banyuwangi pasangan usia subur yang menggunakan metode kontrasepsi terus meningkat mencapai 61,4 pola pemakaian kontrasepsi terbesar suntik sebesar 31,6%, pil sebesar 13,2%, IUD sebesar 4,8%, implan 2,8%, kondom sebesar 1,3%, kontap wanita (Medis Operasi Wanita - MOW) sebesar 0,2%, pantang berkala 1,5%, senggama terputus 2,2% dan metode lainnya 0,4%. (BKKBN GEMA PRIA, 2008). Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping amenorea (30%), spoting (bercak darah) dan menorargia, seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala ( Jones, 2005). Berdasarkan data yang diperoleh di BPS Suyatun Desa Tegalyasan Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2008 dari 981 kunjungan pemakaian kontrasepsi yang dinyatakan berisiko terdapat 97 orang yang terjadi peningkatan berat badan atau sekitar 54% dan 20 orang tidak terjadi peningkatan berat badan atau sekitar 2,0%. Dari keseluruhan data yang telah dipaparkan di atas, untuk memperkecil resiko pemakaian kontrasepsi terhadap peningkatan berat badan perlu

diadakannya penyuluhan yang menyeluruh kepada seluruh akseptor KB baik yang terkait dengan kesehatan alat reproduksi, kesehatan ibu dan anak dan pola hidup sehat. Berdasarkan latar belakang tersebut Peneliti ingin meneliti hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan di BPS Endang Hidayati di Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka yang dapat dijadikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah hubungan pemakaian kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan di BPS Endang Hidayati di Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan di BPS Endang Hidayati di Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi ibu yang memakai kontrasepsi hormonal di BPS Endang Hidayati di Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto. b. Mengidentifikasi ibu yang memakai kontrasepsi non hormonal di BPS Endang Hidayati di Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto. c. Menganalisa hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan di BPS Endang Hidayati di Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan untuk mendapatkan hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayaan kesehatan mengenai penanganan tentang KB. 1.4.2 Bagi Mahasiswa /Peneliti Penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dengan penambahan berat badan dan sebagai pengalaman proses belajar dalam bidang Metodologi Penelitian. 1.4.3 Bagi Responden Hasil penenlitian ini untuk menambah pengetahuan bagi akseptor KB tentang penyebab peningkatan berat badannya. Sehingga aksektor KB dapat memilih alat kontrasepsi yang diinginkan dengan menerima segala efek sampingnya. 1.4.4 Bagi Masyarakat Penelitian ini untuk menambah pengetahuan masyarakat sebagai masukan untuk mendapatkan hubungan pemakaian kontrasepsi dengan peningkatan berat badan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akseptor Suntik KB Akseptor Keluarga Berencana adalah pasangan usia subur yang telah memilih dan menggunakan suatu metode kontrasepsi tertentu. Akseptor KB merupakan pasangan usia subur karena mempunyai kesempatan lebih banyak untuk reproduksi. (Hartanto, 2004) Dari pendapat Hartanto (2004) di atas dapat disimpulkan bahwa Akseptor suntik KB baik dgunakan untuk pasangan usia subur yang mempunyai kesemptan lebih banyak untuk reproduksi dalam

mendapatkan kelahiran yang diinginkan dengan cara suntikan kombinasi DMPA dan NENTEN yang diberikan. Adapun pengertian tentang Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 (Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera) adalah upaya peningkatan

kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawianan (PUP) pengetahuan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (Dyah Noviawati dan Sugiyatini, 2009) Keluarga Berencana menurut WHO (World Health

Organisation), expert committee 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau asangan suami istri untuk : a. Mendapatkan obyektif tertentu b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan c. Mendapatkan kehahiran yang memang diinginkan d. Mengatur interval diantara kehamilan

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga Dari kedua pendapat tentang pengertian Keluarga Berencana diatas dapat disimpulkan bahwa KB dimaskudkan untuk menciptakan keluarga kecil bahagia sejahtera dengan perencanaan melalaui metode tertentu dalam kehidupan suami istri. Adapun sasaran program KB nasional 5 tahun kedepan sepert tercantum dalam RPJM 2004-2009 antara lain : a. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi 14% per tahun. b. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 per perempuan. c. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5% d. Meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien. e. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. f. Meningkatkan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera, yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. g. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan KB dan kesejahteraan reproduksi. Akseptor Keluarag Berenca yang diikuti oleh pasangan usia subur di bagi menjadi 3 macam : a. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami

kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan. b. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

c. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang berganti pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya. 2.1.2 Suntikan KB Suntikan KB adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan menyuntikan hormon pencegah kehamilan kepada wanita yang masih subur. Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksipro gestron acetat dan 5 mg estrogen sipioral yang di berikan injeksi 1.m. sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg moretindron enantat dan 5 mg estradiol volerot yang diberikan injeksi ksi 1.m. sebulan sekali. Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada2 macam yati DMPA (depo medro xyproyestr\erol acetat) yang disebut deprovera dan neten (nerotisterin enanynaye) yang disebut noristerat.

2.1.3

Mekanisme kerja Suntikan KB Mekanisme kerja komponen progesteron / derivat testosteron yaitu : a. Mengurangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum. b. Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit ditembus spermatozoa. c. Perubahan peristaltik tuba fallupi, sehingga konsepsi dihambat. d. Mengubah suasana enolemetrium, sehingga tidak sempurna untuk hasil implantasi konsepsi. (Maruaba, 1998) Adapun mekanisme suntikan KB dapat di bedakan menjadi dua yaitu : 1. Primer : Mencegah Ovulasi Kadar FSHdan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH serge) respon kelenjar Hypophyse tergadap goradotropin releasing hormon ensogenous tidak berubah sehingga membri kesan proses terjadi di hipotelamus dari pada di kelenjar hypophyse.

2.

Sekunder

a. Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa. b. Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi. c. Mungkin mempengaruhi kecepatan tranpor ovum di dalam tuba fallupi. (Hartanto, 2004) Dari mekanisme suntikan KB di atas dapat disimpulkan oleh Hartanto dkk (2004) bahwa progesteron / devirat testosteron dapat mengahalangi pengeluarah FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum dan lendir servik menjadi kental sehingga sulit ditembus spermatozoa.

2.1.4

Efek Samping 1) Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu. 2) Berat badan bertambah 3) Sakit kepala, mual, muntah, gelisah dan pusing 4) Pola sistem kardio vaskuler efeknya sangat sedikit mungkin ada sedikit dar kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol. 5) Amerorea 6) Acne dan jerawat 7) Rambut rontok 8) Merorargia (pendarahan lebih banyak / lebih lama) 9) Pendarahan Efek pada sistem reproduksi 1) Kembalinya kesuburan / fertilitas Lamanya masa tidak subur / infertil mungkin tergantung pada kesehatan metabolisme DMPA dan juga pada berat badan Akseptor. Lebih dari 50% rartor akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan dan kira-kira 85% setelah 1 tahun.

Akseptor yang memakai kontrasepsi suntikan untuk waktu yang lama, dapat menjadi hail sura cepatnya dengan akseptor yang hanya ikut beberaa kali suntikan, yang menunjukkan bahwa tidak terjadi efek kumulatif dari obatnya.pada NETEN, kembalinya kesuburan dapat lebih cepat di bandingkan dengan DMPA, Korera NETEN di metabolisme lebih cepat ovulasi sering terjadi 3 bulan setelah penyuntikan, kadang-kadang dapat terlambat sampai 5 bulan. 2) Efek pada fetus / janin Tidak ditemukan bertambahnya kelainan korgenital atau

prematuritas pada wanita hamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA maupun pada wanita yang hamil setelah efek aseptifDMPA berakhir Juga tdak ditemukan perbedaan dalam insiden IUFD, kehamilan kembar, sex ratio atau berat adan bayi pada wanita mantan DMPA dibandingkan wanita yang tidak ber-KB. 3) Laktasi Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kualitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA tidak merubah komposisi dariASI. Juga tidak ditemukan efek imurologik (perubahan konsentrasi imoroglobolin) pada ASI mantan Akseptor DMPA / NENTEN. (Hartanto, 2004) Dari pengelolaan efek samping di atas dapat disimpulkan oleh para ahli bahwa yang sering terjadi pada suntikan KB 3 bulanan salah satunya yaitu berat badan bertambah tetapi belum jelas diketahui apa penyebabnya. 2.1.5 Kontra Indikasi Mutlak : kehamilan, tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen

parahmengalami kelainan surebrovuskuler, dan DM. Relatif : depresi, migren, mioma uteri, hipertensi, oligo merore, dan amerore. (Kapita Selekta Kedokteran, Jidil I)

2.1.6

Keuntungan dan kerugian Suntikan KB 1. Keuntungan suntikan KB a. b. c. d. e. Resiko terhadap kesehatan kecil Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri Tidak diperlukan pemeriksaan dalam Jangka panjang Efek samping sangat kecil

2. Keuntungan non kontrasepsi suntikan KB a. Mengurangi jumlah pendarahan b. Mengurangi nyeri saat haid c. Mencegah anemia d. Mencegah kehamilan ektopik e. Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia premenapause Dari uaraian diatas maka keuntungan suntikan KB dapat disimpulka sebagai berikut : a. Pemberiannya sederhana setiap 4 sammpai 12 minggu b. Tingkat efektifitasnya tinggi c. Hubungan seks dengan suntikan bebas d. Pengawasan medis yang ringan e. Dapat diapakai atau diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca menstruasi. f. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dalam tubuh. 3. Kerugian suntikan KB a. Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, pendaahan bercak/spotng/ perdarahan selama 10 hari b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan ke-2 atau ke-3 c. Penambahan berat badan d. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis dan virus atau infeksi Virus HIV.

e. Ketergantungan pada klien terhadap pelayanan kesehatan, klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan (Noviawati, Sujiyatini, 2009) Dari uraian tentang kerugian suntikan KB diatas maka dapat disimpulajn sebagai berikut : a) Pendarahan yang tidak menentu b) Terjadi omerorea (tidak datang bulan) berkepanjangan c) Masih terjadi kemungkinan hamil (Menuaba, 1998) 2.1.7 Yang diperbolehkan dan yang dilarang menggunakan suntikan KB 1. Yang boleh menggunakan a. b. c. d. e. f. g. h. i. 2. Usia reproduksi Telah memiliki anak ataupun yang belummeiliki anak Menyususi ASI pasca persalinan lebih 6 bulan Pasca persalinan dan tidak menyusui Anemia Nyeri haid hebat Haid teratur Riwayat kehamilan ektopik Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

Yang tidak boleh menggunakan a. b. c. d. e. Hamil / diduga hamil Menyusui dibawah umur 6 bulan pasca persalinan Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya. Usia 35 tahun yangmerokok Riwayat pennyakit jantung, stroke atau dengan tensi darah tinggi (> 180/110 mmhg). (Noviawati, Sujiyatini, 2009)

2.1.8

Cara Pemberian Suntikan KB Pada waktu pasca persalinan (postpartum) dapat diberikan suntikan KB pada hari ke 3 5 postpartum; atau sesudah air susu ibu berproduksi setelah ibu pulang dari rumah sakit atau 6 8 minggu

pasca bersalin, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau belum melakukan koitus. Pada pasca keguguran (postabortus), dapat diberikan segera setalah selesai kuretuse atausewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit, atau 30 hari pasca abortus ; asal ibu belum hamil lagi. Belum masa nterval diberikan pada hari ke 1-5 haid, depoprevero disuntikan secara intramuskuler pada otot bokong (muskulus gluteus) agak dalam sebelum diberikan, botol obat harus di kocok agak lama dulu sampai seluruh obat kelihatan betul-betul larut dan bercampur baik. Suntikan di berikan sekali setiap 3 bulan. Norigest berupa arral berisi 200 mg zat aktif, yang disuntikan 1 m agak dalam pada otot gluteus untuk 6 bulan pertama suntikan diberikan setiap 8 minggu dan setelah itu setiap 12 minggu. (Sinopsis Obstetri, Jilid 1) Dari pengertian kontrasepsi di atas dapat disimpulkan oleh Arief Mansjoer, dkk (2005) bahwa kontrasepsi dapat diberikan tanpa menggunkan alat secara mekanis, menggunakan obat / dengan operasi, upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dari banyaknya ahli peneliti dapat disimpulkan bahwa suntikan diberikan mulai hari ke-3 sampai ke-5 pasca persalinan, segera setelah keguguran, atau pada interval 5 hari pertama haid. Cara Kerja : 1) Mencegah ovulasi 2) Mengentalkan lendr servik sehingga menolak kemampuan penetrasi sperma 3) Menjadikan selapu lendir rahim tipis dan strofi 4) Mengahmbat transpormasi gumet oleh tuba. (Dyah Noviawati, Sujiyatini, 2009)

Dari cara kerja depoprogestin Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemberian lendir suntikan servik dipoprogestin sehingga akan menyebabkan kemampuan

pengentalan

menolak

penetrasisperma, selain itu penggunaan dipoprogestin menjadikan selaput lendir rahim tipis dan strofi, sehingga tanpa pelepasan sel telur seorang wanita tidak mungkin hamil. 2.1.9 Kegaggalan Kontrasepsi Suntikan Angka Kegagalan dari penggunaan cara kontrasepsi suntikan ini kurang dari 1%, bila terjadi kegagalan (kehamilan) , kontrasepsi suntikan berikutnya tidak diberikan. 2.2 Konsep Dasar Kontrasepsi Depoprogestin 2.2.1 Pengertian Kontrasepsi atau anti konsepsi (concption control) adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi,, alat atau obat-obatan. (Sinopsis Obstetri, Jilid 1) Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang motong dengan sel sperma tersebut. (Maruaba, 1998) Kontraseppsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen, penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. (Sarworo, 2006) Kontrasepsi adalah upya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat tertentu dengan operasi. (Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya

mengandung progestin, yaitu :

a.

Depomedroksiprogesteron asetat (deprovera) mengandung 15 mg DMPA yang diberikan setiap bulan dengan cara disunntik intrimuskuler (didaerah bokong)

b.

Depo nerotisteron erontat (depo noristerot) yang mengandung 200 mg moretdron erontat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara di suntik intromuskuler.

2.2.2

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Depoprogestin Pemberian suntikan depoprogestin akan menyebabkan

pengentalan nukus serviks sehingga menurunkan kemapuan penetrasi sperma. Hormon tersebut juga mencegah pelepasan sel teur yang di keluarkan tubuh wanita, tanpa pelepasan sel telur seorang wanita tidak mungkin hamil. Selain itu penggunaan depoprogestin, endometrium menjadi tipis dan otrofi dengan berkurangnya aktivitas kelenjar (Juworo, 1997). Dari banyaknya ahli peneliti dapat disimpulkan bahwa suntikan diberikan mulai hari ke-3 sampai ke-5 pasca persalinan, segera setelah keguguran, atau pada interval 5 hari pertama haid. Cara Kerja : a. Mencegah ovulasi b. Mengentalkan lendr servik sehingga menolak kemampuan penetrasi sperma c. Menjadikan selapu lendir rahim tipis dan strofi d. Mengahmbat transpormasi gumet oleh tuba. (Dyah Noviawati, Sujiyatini, 2009) 2.2.3 Efek Samping Kontrasepsi depoprogestin Keluhan terbanyak pada pemakaian suntikan progestin adalah gangguan pendarahan, baik berupa bercak omenorea dan haid tidak teratur, kenaikan berat badan juga merupakan salah satu efek samping yang sering di keluhkan para akseptor. Beberapa wanita juga mengeluh timbulnya jerawat di wajah, rambut rontok, pusing, dan sakit kelapa, mual muntah perubahahn tekanan darah dengan gelisah dan susah tidur. (Prawirohardjo, 2006)

2.2.4

Kontra Indikasi WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada : a. b. c. d. Kehamilan Karsirona payudara Karsirena fraktus genitalia Pendarahan abnormal uterus.

Disamping itu WHO juga menganjurkan untuk : a. Mempertimbangakan kontra indikasi yang berlaku untuk POK b. Pada wanita yang DM / riwayat DM selama kehamilan harus di lakukan Follow-up dengan teliti, karena dari beberapa percobaan laboratorium di temukan bahwa DMPA mempengaruhi

metabolisme karbohidrat. (Hartanto, 2004)

2.2.5

Keuntungan dan Keterbatasan Kontrasepsi Depoprogestin Keuntngan kontrasepsi depoprogestin antara lain : a. Sangat efektif b. Pencegahan kehamilan jangka panjang c. Tidak mempengaruhi pada hubungan suami istri

d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit hjantung dan gangguan pembekuan darah. e. f. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI Sedikit efek samping

g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik h. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimonopause. Keterbatasan kontrasepsi depoprogestin antara lain : 1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :

a. b. c. d.

Siklus haid yang memendek / memanjang Pendarahan yang bayak / sedkit Pendarahan tidak teratur / pendahrahan becak/ ipotting. Tidak haid sama sekali

2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). 3. Tidak bisa dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya. 4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering 5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B, virus / infeksi virus HIV. 6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah pengehentian pemakaian. (Dyah Noviawati dan Sujiyatini, 2009) 2.2.6 Indikasi Suntikan depoprogestin di berikan kepada wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang/ wanita yang telah mempunyai cukup anak, tetapi ia enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi. Depoprogestin juga di berikan kepada wanita yang mempunyai kontraindikasi terhadap estrogen, selain itu juga dapat diberikan kepada ibu yang menyusui karena progestin tidak mengurangi laktasi . depoprogestin juga dianjurkan kepada ibu yang mendekatai monopause karena tidak mengandung estrogen. (Hartanto, 2004) 2.2.7 Efektifitas Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara terfokus sesuai jadwal yangtelah ditentukan. (Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006). 1. Penatalaksanaan efek samping kontrasepsi depoprogestin Pada pemakaian alat kontrasepsi sering didapatkan efek samping, penatalaksanaan efek samping disesuaikan dengan jenis dan penyebabnya :

a. Amenorea Penyebab, karena kontrasepsi progestin menimbulkan

perubahan histologi pada endoretrium sapai pada atrofi endometrium. Penanggulangan : o Tidak perlu dilakukan tindakan apapun ukup konseling saja Bila klien, tidak dapat menerima kelainan tersebut, sebutkan jangan dilanjutkan, anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain. 2. Pendarahan Gangguan ini sering terjadi ditanggulangi dengan pemberian preparat estrogen/ progesteron / pil kombinasi, diberikan juga roborandia dan motivasi untuk perbaikan gizi, bila tidak berhenti juga setelah pengobatan sebaiknya akseptor di anjurkan untuk ganti cara. 3. Berat Badan Yang Bertambah. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama, penyebab berat pertambahan badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh dan bula karena retensi cairan tubuh. DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya. Penanggulangan : jumlah porsi makan dikurangi dengan diet bila cara tidak menolong dan badan terus bertambah akseptor dianjurkan untuk ganti kontrasepsi. 4. Sakit Kepala, mual muntah, gelisah dan pusing. Penyebab : karena reaksi tubuh terhadap progesteron Penanggulangan : dijelaskan bahwa keluhan tersebut bersifat sementara dan akan hilang dalam 3 bulanan setelah penyuntikan 5. Acne dan jerawat.

Jerawat yang paling sering muncul didaerah wajah. Penyebab : prgestin terutama 19 morprogestin menyebabkan peningkatan kadar lemak. Penanggulangan : o Memberikan penjelasan bahwa hal itu merupakan efek samping suntikan o Anjurkan untuk mengurangi makana-makanan yang berlemak o Anjurkan untk menjaga keberihan wajah o Bila tidak hilang juga dan makin bertambah banyak dianjurkan untuk ganti pemakaian kontrasepsi. 6. Merorargia (Pendarahan lebih banyak/ lebih sedikit) Gangguan ini ditanggulangai dengan pemberian tablet sulfas ferogus, 3 x 1 tablet (5-7 hari) sampai keadaan membaik. 7. Rambut rontok Gejala ini bisa didaptkan sesudah pemakian / setelah pemakaian. Penanggulanagn diberikan penjelasan bahwa hal itu merupakan efek sampng dari kontrasepsi suntik dan gejalaitu akan hilang dan kembali normal tanpa pengobatan setelah pengehentian suntikan. (Hartanto, 2004, Dyah Noviawati & sujiyatini, 2009). Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin y y y Usia reproduksi Nulipara dan yang telah memHiki anak. Menghendai kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi y y y y y Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai Setelah melahirkan dan tidak menyusui Setelah abortus atau keguguran Perokok Tekanan darah > 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

y

Hamil atau dicigai hamil (Risiko cacat pada janin 7 per 100000 kelahiran)

y y

Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea

y y

Menderita kanker payudara arau riwayat kanker payudara Diabetes mellitus disertai komplikasi.

Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin y y y Setiap saat selarna siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid Pada waktu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan saja ibu tersebut tidak hamil, selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual y Ibu yang menggunkan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah

menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu menunggu sampai haid berikutnya datang. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan y y Cara pemberian kontrasepsi suntikan dapat dilihat Kontrasepsi suntikan DMPA dibenikan setiap 3 bulan engan cara disuntik intramukular dalam didaerah pantat. Apabila suntikan dibenikan tenlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan dibenikan setiap 90 han. Pembenian kontrasepsi suntikan Noristerat ubtuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu. y Bersihkan kullt yang akan disubtik dengan kapas alcohol yang dibasahi oleh etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disubtik, Setelah kulit kering baru disuntik. y Kocok dengan biak dan hindarkan terjadinya gelembunggelembung udara, Kontrasepsi, suntik tidak perlu didinginkan.

Bila terdapat edapan putih pada dasar ampul, upayakan meng. hilangkannya dengan menghangatkannya lnfomasi lain yang perlu disampaikan y Pemberian kontraseps, Suntikan sering menimbulkan gangguan haid (Amenorea) Gangguan ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. y Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang tidak berbahaya, dan cepat hilang. y Karena terlambat kembahnya kesuburan, jelaskan perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang nerencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang, Haid baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid. Klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut. y Bila kilen tidak dapat kembali pada jadual yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadual. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadual yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat. y Bila klien misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meninta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadual suntikan dan kontrasepsi hormonal yang sebelumnya. Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin. y Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan

y

Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu

y y

Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya penglihatan

y 2.2.8

Perdarahan berat yang ke 2 kali lebih panjang dan masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid.

Tujuan KB 1) Secara umum Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang merupakan juga tujuan nasional pada umumnya. 2) Secara khusus a. Untuk meningkatkan cakupan program, baik dalam arti cakupan luas daerah maupun cakupan penduduk usia subur yang memakai metode kontrasepsi b. c. Menurunkan kelahiran Mendorong kemandirian masyarakat dalam melaksakan keluarga berencana, sehingga keluarga kecil yang bahagia sejahtera (NKKBS) bisa menjadi suatu kebutuhan hidup masyarakat. (Soetjiningsih, 1995) d. Untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkwalitas e. Menurunkan tingkat / angka masalah kesehatan reproduksi dalam trangka membangun keluarga kecil berkwalitas (Dyah Noviawati dan Sujiyatini, 2009) Dari penggolongan tujuan diatas dapat disimpulkan oleh Dyah Noviawati dkk (2009) bahwa tujuan KB untuk menurunkan tingkat/ angka kematian ibu, bayi dan anak serta membangun keluarga kecil yang bahagia sejahtera serta berkwalitas.

2.3 Kerangka Konseptual Keterangan: : Diteliti

: Tidak diteliti Pengguna KB suntik DMPA

Ketidakseimbangan Hormon

Perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, bertambahnya lemak pada tubuh, dan meningkatkan beratbadan.1-5 kg

Berat Badan Turun

>5 kg Berat Badan 1-5 kg Faktor internal 1. Genetik 2. Regulasi termis 3. Metabolisme Faktor eksternal 1. Aktivitas fisik 2. Asupan makanan >5 kg Berat Badan Naik

2.4 Hipotesis H0 : Tidak ada hubungan pemakaian kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan di BPS Endang Hidayati di Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto. H1 : Ada hubungan pemakaian kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan di BPS Endang Hidayati di Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto.