Bab 1 abang S

download Bab 1 abang S

of 4

description

l

Transcript of Bab 1 abang S

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Biasanya kita harus berusaha (dan tidak jarang dengan susah-payah) untuk mencapai tujuan kita. Sering ada penghalang, ada kesukaran, ada aral melintang yang merupakan stresor bagi kita. Keseimbangan badan dan/atau jiwa kita terganggu, kita berusaha untuk mengembalikannya. Usaha ini dinamakan stres. Jadi, stres adalah usaha penyesuaian diri. Bila kita tidak dapat mengatasinya dengan baik, maka akan muncul gangguan badani, prilaku tidak sehat atau pun gangguan jiwa.Stresor dapat menimbulkan beberapa beberapa keadaan yang dapat menjadi sumber stres , yaitu frustasi, konflik . tekanan atau krisis. Frustasi timbul bila ada aral melintang (stresor) antara kita dan tujuan kita. Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan. Sedangkan tekanan terjadi bila terdapat stresor yang bertumpuk-tumpuk dan berlangsung lama (stresor jangka panjang), dapat menimbulkan stres yang berat.

Tekanan dari dalam datang dari cita-cita atau norma norma kita yang kita gantungkan terlalu tinggi dan kita mengejarnya tanpa ampun, sehingga kita terus-menerus berada dalam tekanan. Tekanan dari luar misalnya orang tua menuntut dari anak prestasi sekolah yang terlalu tinggi, istri tiap hari mengeluh kepada suaminya bahwa uang belanja tidak cukup.

Tidak jarang suatu keadaan stres karena frustasi, konflik dan tekanan sekaligus, seperti kematian seorang pencari nafkah dalam suatu keluarga. Di sekolah, di kantor, di organisasi atau di rumah tidak habis-habisnya masalah yang perlu dipecahkan dan keputusan yang perlu diambil, sedangkan waktu sudah mendesak. (Maramis, 2009)Hampir sema jenis stres, apakah bersifat fisik atau neurogenik, menyebabkan peningkatan sekresi ACTH (Adenocorticotropic Hormone) dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis anterior yang diikuti dengan peningkatan sekresi hormon adrenokortikal berupa kortisol.Walaupun kita sudah mengetahui bahwa sekresi kortisol sering kali sangat meningkat dalam keadaan stres, kita masih belum yakin mengapa hal ini sangat bermanfaat. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa glukokortikoid dapat menyebabkan pengangkutan asam amino dan lemak dengan cepat dari cadangan sel-selnya, sehingga dapat dipakai untuk energi dan sintesis senyawa lain, termasuk glukosa yang dibutuhkan oleh berbagai jarinan tubuh yang berbeda.

Walaupun kortisol dapat menyebabkan timbulnya mobilisasi asam lemak secukupnya dari jaringan lemak, banyak pasien yang kelebihan sekresi kortisol menderita kegemukan. Penyebabnya tidak diketahui, namun ada pendapat yang menyatakan kegemukan ini disebabkan oleh perangsangan asupan bahan makanan secara berlebihan, disertai pembentukan lemak di beberapa aringan tubuh yang berlangsung lebih cepat daripada mobilisasi dan oksidasinya. (Guyton,2008)

Stres mungkin salah satu yang mempengaruhi obesitas seseorang melalui efeknya pada metabolisme dan gaya hidup. Riset yang dilakukan oleh Canadian Community Health Survey (CCHS) pada masyarakat Kanada yang berumur antara 18 sampai 64 tahun, didapatkan bahwa 30,6 % pekerja pria yang mengalami stres kerja kelebihan berat badan atau obesitas sedangkan pada wanitanya 34,1% yang mengalami stres kerja kelebihan berat badan atau obesitas. Pada penelitan tersebut juga didapatkan bahwa obesitas ditemukan pada mayarakat yang berprofesi sebagai White Collar (pegawai/karyawan manajemen, profesional, teknisi, administrasi dan keuangan) yaitu sebanyak 16,0 % pada pria dan 15,1% pada wanita.

A.W. Widjaja berpendapat bahwa, Pegawai merupakan tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi).

Pada tahun 1997 dan 1998 dilakukan penelitian komposisi tubuh di beberapa daerah di Indonesia dan didapatkan bahwa pada umur, gender dan IMT yang sama dibandingkan dengan Kaukasia (Belanda), lemak tubuh orang Indonesia 5% lebih tinggi, sehiingga seharusnya IMT juga 3kg/m2 lebih rendah. Pada subyek obes, konsentrasi asam lemak bebas, trigliserida, kolesterol LDL lebih tinggi dibandingkan orang non-obes dan terdapat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi akibat PJK dan stroke dibandingkan dengan orang non-obes (Sugondo, 2006).Oleh sebab itu penting kiranya kita untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan profil lipid pada pegawai pemerintah kota Pontianak

I.2 Rumuan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara stres kerja dengan profil lipid pada pegawai pemerintah kota PontianakI.3 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh antara stres kerja dengan profil lipid pada pegawai pemerintah kota Pontianak

I.4 Tujuan Khusus

Mengetahui hubungan antara stres kerja dengan profil lipid pada pegawai pemerintah kota Pontianak

1.4 Manfaat Penelitian

a) Manfaat TeoritisUntuk menambah wawasan peneliti tentang hubungan antara stres kerja dengan profil lipid.b) Manfaat Praktis1. Dengan mengetahui adanya hubungan antara stres kerja dengan profil lipid pada pegawai pemerintah kota Pontianak, diharapkan berguna agar dapat mengatasi stres yang mempengaruhi kadar lipid darahnya.2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding atau pustaka bagi para peminat masalah yang berhubungan antara stres kerja dengan profil lipid sebagai bahan penelitian selanjutnya.

3. Dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis