BAB 1

download BAB 1

of 33

Transcript of BAB 1

TRAVELLERS MEDICINE

BAB IPENDAHULUAN

0. Latar Belakang Masalah

Kesehatan Darurat merujuk kepada masalah kesehatan masyarakat yang bersifat mendesak (emergency) dan mengenai masyarakat luas. Untuk menanganinya maka dapat dilakukan pendekatan epidemiologi dimana dilakukan pembicaraan mengenai masalah kesehatan masyarakat yang bersifat darurat dalam hal distribusi masalah, faktor risiko dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kesehatan darurat tersebut (Bustan,2000). Sebagai salah satu bagian pembicaraan Epidemiologi Kesehatan Darurat adalah Wabah. Wabah itu kejadiannya relatif mendadak, mengenai masyarakat luas dan cenderung meluas, dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berat sampai kematian, memberikan kerugian ekonomi dan gangguan kehidupan sosial dan perlu tindakan khusus yang segera.Wabah sudah menjadi istilah yang sangat erat dengan epidemiologi, karena asal usul epidemiologi berakar dari penanggulangan masalah wabah (epidemi). Pengertian wabah kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi oleh epidemiologi. Salah satu bentuk gangguan kesehatan yang merupakan kejadian epidemi adalah Penyakit Baru (Emerging Disease). Emerging Disease adalah beberapa penyakit yang baru diidentifikasi yang sebelumnya tidak diketahui dan menyebabkan masalah kesehatan masyarakat baik lokal maupun internasional. (WHO, 1997).

0. Tujuan Pembahasan

Dalam penyusunan makalah ini bertujuan secara umum untuk menambah wawasan/pembendaharaan kata-kata bagi mahasiswa kedokteran. Serta makalah ini mempunyai tujuan secara khusus yaitu:1. Agar mahasiswa mendapat pengetahuan mengenai Emerging dan Re Emerging disease.1. Melengkapi tugas small group discussion skenario kedua, modul kedua puluh enam tentang Travellers Medicine.1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.1. Sebagai bahan referensi mahasiswa/I fakultas kedokteran UISU semester VII dalam menghadapi ujian akhir modul.Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat diharapkan dapat berguna setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.

BAB IISUB PEMBAHASAN

2.1 SKENARIOMODUL XXVI (TRAVELLERS MEDICINE)SKENARIO 2NEW EMERGING DISEASE (H1N1)

Tim Universitas Negeri Manado (Unima) Choir akhirnya kembali ke Indonesia,setelah seluruh anggota tim dinyatakan bebas dari penyebaran virus H1N1 atau dikenal dengan flu babi, saat berlaga pada 2nd Asian Choir games, Gyeongnam,korea selatan, 7-17 juli 2009.Unima choir sendiri selama mengikuti lomba itu berada di INJE University Dormitory,Gimhae.Tak hanya UNIMA,beberapa tim lainnya,seperti tim Elfas music school, Gorontalo Choir dan Riau Choir, Sempat masuk karantina.

UNIMA2.2 SKEMA

berlaga pada 2nd Asian Choir games, Gyeongnam,korea selatan

Pencegahan dan penyebaran virus

Karantina dan dinyatakan bebas

EMERGING DAN RE EMERGING DISEASE

2.3 LEARNING OBJECTIVE

1. mengetahui dan memahami defenisi Emerging Disease2. mengetahui dan memahami Faktor yang mempengaruhi Emerging Disease3. mengetahui dan memahami Epidemiologi Emerging Disease4. mengetahui dan memahami Penyakit yang termasuk Emerging Disease5. mengetahui dan memahami Pengobatan Emerging Disease6. mengetahui dan memahami Pencegahan Emerging Disease

BAB IIIPEMBAHASAN

EMERGING DISEASE DAN RE EMERGING DISEASE3.1. Sejarah Emerging dan Re Emerging Disease

Salah satu bentuk gangguan kesehatan yang merupakan kejadian epidemi adalah Penyakit Baru (Emerging Disease). Emerging Disease adalah beberapa penyakit yang baru diidentifikasi yang sebelumnya tidak diketahui dan menyebabkan masalah kesehatan masyarakat baik lokal maupun internasional. (WHO, 1997).New Emerging Infectious Disease (NIED) merupakan panyakit yang newly identified or previously unknown infections, sedangkan Re-Emerging Infectious Disease (REID) merupakan reappearance of, or increase in number of, infections from a disease previously known (Achmadi.2005).Sedangkan dalam Patz dkk (1996) didefinisikan Emerging dan Re-emerging Infectious Diseases sebagai semua penyakit infeksi yang menunjukkan gejala peningkatan pada masa-masa terakhir dan sekaligus menunjukkan gejala kemungkinan ancaman peningkatan dalam waktu mendatang (Emerging and Re-emerging Infectious Diseases re-defined as those increasing in incidence in the recent past or threatening to increase in the near future). Dengan demikian, New Emerging Infectious Disease (NEID) merupakan ancaman di masa mendatang yang harus diantisipasi kehadirannya.Emerging Disease adalah beberapa penyakit yang baru diidentifikasi yang sebelumnya tidak diketahui dan menyebabkan masalah kesehatan masyarakat baik lokal maupun Internasional ( WHO, 1997 dalam Leida. 2006).

3.2.Faktor Yang Mempengaruhi Emerging Dan Re Emerging Disease1. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk dunia2. Meningkatnya mbobilitas antar negara 3. Peningkatan ekspor dan import berbagai jenis produkmakanan dan hewan 4. Perubahan dan perkembangan proses pengolahan makanan 5. Human behavior6. Peningkatan perdagangan seks 7. Perubahan lingkungan

Meskipun kemajuan luar biasa dalam penelitian medis dan perawatan selama abad 20, penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia karena tiga alasan: (1) munculnya penyakit infeksi baru (emerging disease); (2) munculnya kembali penyakit menular lama (re-emerging disease), dan (3) intractable infectious disease.

Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Re-emerging disease atau yang biasa disebut resurging disease adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa lampau. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap tahunnya,yaitu :

Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi

Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter)

Perubahan iklim dan lingkungan

Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin.

Pekembangan industri dan ekonomi

Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel diseases)

Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.

Sudah banyak microbial agent( virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi menyebabkan wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk mengubah pola penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru. Seperti yang dirilis dalam National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) yang membagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :

Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir

Grup II : Re-emerging pathogen

Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme

Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public health surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaan emerging dan re-emerging disease ini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emerging dan re-emerging disease ini.

WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem peringatan dini (early warning system) untuk wabah penyakit menular dan sistem surveillance untuk emerging dan re-emerging disease khususnya untuk wabah penyakit pandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan masyakarat dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for Disease Control and Prevention/CDC). Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute respiratory syndrome (SARS), di mana salah satu aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus dilaksanakan yaitu:

Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk setiap individual dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk dalam rumah sakit.

Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory ilness di dalam komunitas.

Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory ilness di lingkup rumah sakit.

Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untuk influenza A , obat antrimicrobial dan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute respiratory ilness

Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah :

(1) Menyediakan informasi seperti pemantauan secara efektif terhadap distribusi dan angka prevalensi, deteksi kejadian luar biasa, pemantauan terhadap intervensi, dan memprediksi bahaya baru.

(2) Melakukan tindakan dan intervensi.

Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang bersifat endemik, epidemik dan pandemik dapat dihindari dan mengurangi dampak merugikan akibat wabah penyakit tersebut.

Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan atau yang lebih dikenal dengan pandemic preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera di bawah ini:

Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan komunitas

Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan

Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan internasional

Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang dirancang khusus untuk kejadian pandemik.

Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan

3.3.PENYAKIT YANG TERMASUK EMERGING DISEASEA. FLU BURUNG (H5N1)Flu Burung (Avian Influenza) merupakan salah satu jenis penyakit New Emerging Infectious Disease (NEID) .Wabah Avian Influenza atau Flu Burung memiliki dampak terhadap masyarakat luas dan memiliki potensi ancaman terhadap kesehatan manusia, ditetapkan pemerintah sebagai darurat bencana alam (natural disaster).Kemungkinan terjadinya pandemi Flu Burung merupakan masalah yang harus disikapi secara serius.

Penyebab Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah- ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemic dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode suptipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1n2,H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.

Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtype A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada 00C. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan, misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

Gejala gejala Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.Gejala pada Unggas antara lain jengger berwarna biru, borok dikaki, kematian mendadak. Sedangkan pada manusia seperti demam ( suhu badan diatas 38 C), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia, Infeksi mata, dan nyeri otot.

Masa Inkubasi Masa inkubasi pada unggas selama 1 minggu dan pada manusia : 1 3 hari, masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari.

PenularanFlu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.

Pencegahan Pada Unggas yaitu dengan pemusnahan unggas/ burung yang terinfeksi flu burung dan Vaksinasi pada unggas yang sehat. Sedangkan pada manusia kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) adalah mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja, Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi Flu Burung, Menggunakan alat pelindung diri (contoh: masker dan pakaian kerja), Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja, Membersihkan kotoran unggas setiap hari, Imunisasi. Pencegahan pada masyarakat umum seperti menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup, Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu (a). Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejalagejala penyakit pada tubuhnya); (b). Memasak daging ayam sampai dengan suhu 80 C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu 64C selama 4,5 menit.

Pemecahan Masalah Flu BurungPemecahan masalah flu burung perlu dilakukan pada tingkat Instansi pemerintah (Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian), maupun di masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan Depkes dalam pencegahan dan penanggulangan kasus flu burung adalah: (a)Mengembangkan 8 laboratorium diagnostic regional dan laboratorium badan Litbangkes menjadi BSL-3 ( Bio safety Level- 3) sehingga dapat memeriksa virus hidup; (b)Meneruskan sosialisasi kebijakan dan intensifikasi pelaksanaan kasus serta rujukan kecepatan rujukan kasus, serta menyediakan oseltamivir (kapsul Tamiflu) di Unit terdepan yaitu Puskesmas. (c)Memperkuat deteksi dini (Early Warning Sistem ) dan Surveilans. (d)Melengkapi alatalat perawatan intensif di 44 Rumah sakit rujukan. (e)Mengintensifkan komunikasi risiko dalam membangun kesadaran seluruh lapisan masyarakat. (f)Mengembangkan Desa Siaga di bidang kesehatan termasuk pencegahan dan penanggulangan Flu Burung. (g)Mengembangkan pilot project untuk pencegahan dan penanggulangan Avian Influenza di Kota Tangerang sebagai model, bekerjasama dengan pemerintah Singapura dan akan diperluas ke kabupaten Tangerang. (h)Memperkuat koordinasi lintas sektoral terutama dengan Deptan yang kompeten dalam menangani sumber infeksi pada unggas/hewan. (i)Penelitian epidemiologi, klinis dan virologist. (j)Pemerintah, atas perintah Presiden dan dikoordinir Kementrian Kesejahteraan rakyat, akan melakukan gerakan Tumpas Flu Burung di 6 Propinsi ( DKI jakarta, Banten, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan ) yang dimulai 24 Februari 2006.

Dalam pencegahan dan penanggulangan flu burung, masyarakat diharapkan untuk: (a)Selalu menjaga kebersihan perorangan dengan mencuci tangan menggunakan sabun atau detergen. (b)Menjaga kebersihan lingkungan, terutama dengan memastikan pembersihan kotoran atau tinja unggas, serta kandang unggas dengan menggunakan desinfektan (penyucihama) sesuai petunjuk Dinas peternakan atau Pertanian. (c)Apabila badan terasa panas atau demam, batuk, pilek, serta memiliki kontak langsung dengan ayam/unggas sakit atau mati mendadak 2 minggu sebelumnya, atau berada di tempat/wilayah yang terinfeksi flu burung, segera berobat ke tempat pelayanan kesehatan baik puskesmas atau rumah sakit. Bila terkena penyakit flu burung maka akan cepat menjadi sesak nafas karena terjadi radang paru paru. (d)Apabila terdapat kematian ayam atau unggas mendadak, segera bangkainya dibakar atau dikubur. Pada saat membakarnya, tangan harus dilindungi dengan sarung tangan atau kantung plastik. Mulut, hidung, harus ditutup dengan masker atau sapu tangan. Setelah itu mencuci tangan dengan desinfektan, sabun atau detergen. (e)Melaporkan kasus ayam atau unggas yang mati mendadak atau sakit kepada Dinas Peternakan atau Pertanian setempat. (f)Berperan aktif dalam gerakan Tumpas Flu Burung dan rela berkorban demi memutus rantai penularan flu burung dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia.

Epidemiologi Wabah Flu Burung (Avian Influenza)Departemen Kesehatan RI (Depkes) memberlakukan status kejadian luar biasa (KLB) flu burung di Indonesia menyusul bertambahnya pasien yang diduga mengidap flu burung. Menteri Pertanian, Anton Apriantono menegaskan, Indonesia sudah dalam kondisi darurat flu burung, sehingga membutuhkan penanganan yang cepat untuk memutus rantai penyebaran penyakit tersebut.

Keterlambatan dalam penanganan wabah dapat berakibat meluasnya daerah penyebaran penyakit dan permasalahannya akan bertambah kompleks. Antisipasi datangnya bahaya atau kesiapsiagaan sangat diperlukan untuk peningkatan kewaspadaan, terutama kewaspadaan sedini mungkin sebelum semuanya menjadi terlambat (Akoso, 2006).

Oleh sebab itu, sistem kesiagaan darurat perlu dikembangkan, baik dalam hal manajemen penanganan-nya, kelembagaan dan infrastrukturnya, sumber daya manusianya, maupun operasionalisasinya di lapangan. Begitu pentingnya pengendalian dampak flu burung ini ditengahtengah derap lajunya pembangunan bangsa Indo-nesia di segala bidang, sehingga Presiden menyatakan bahwa flu burung sebagai salah satu musuh bangsa Indonesia di samping musuh yang lain yaitu terorisme, narkoba, dan korupsi (Akoso, BT, 2006).

Wabah penyakit flu burung (highly pathogenic avian influenza) yang berjangkit di banyak negara Asia termasuk Indonesia sejak akhir tahun 2003 telah menimbulkan dampak negatif bagi sektor pertanian, industri perunggasan, dan perdagangan internasional di wilayah ini. Bahkan, dampaknya terhadap kesehatan manusia telah menjadi kekhawatiran masyarakat di wilayah Asia dan dunia pada umumnya.

Menyadari sifat alamiah dari penyakit flu burung yang mampu melewati batas wilayah (transboundary diseases) dan ancaman yang berkelanjutan terhadap kesehatan masyarakat, sangat kritikal bagi masyarakat di Asia untuk bekerja sama dalam mencegah dan mengendalikan penyakit ini guna meminimalkan kerugian yang terjadi.

Virus influenza H5N1 pada awalnya diperkirakan menyebar melalui burungburung liar yang secara periodik melakukan migrasi pada setiap perubahan musim. Virus kemudian menular ke peternakan unggas. Pada awalnya virus itu hanya mampu menginfeksi dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat pada sejumlah besar unggas. Pada kenyataannya virus kemudian juga mampu menginfeksi babi dan binatangbinatang lainnya. Kedekatan antara manusia dan ternak unggas adalah salah satu faktor yang menimbulkan genetic reassortment.

Perubahan itu memberi kemampuan pada H5N1 untuk menembus sel tubuh manusia dan menyebabkan sakit serta merusak sistem pernapasan dan pada kasus yang berat berakhir dengan kematian.

Semakin banyak manusia yang berhubungan dengan unggas yang sakit, semakin besar kemungkinan terjadinya genetic reassortment. Semua memahami bahwa flu burung adalah penyakit yang mampu melintas batas wilayah (transboundary disease). Potensi pandemi di suatu wilayah sangat ditentukan oleh kerjasama regional di wilayah yang memilki potensi wabah. Rantai pandemi sangat mungkin dimulai dari mata rantai terlemah dimana kemungkinan terjadinya genetic reassortment paling tinggi, yaitu di wilayah dimana praktik biosecurity paling lemah (Soeroso. 2006).Kemungkinan terjadinya pandemi influenza merupakan masalah yang harus disikapi secara serius. Risiko akan terjadi lebih banyak lagi kasus pada manusia sangat mungkin selalu ada. Setiap tambahan kasus pada orang akan memberikan kesempatan pada virus untuk memperbaiki cara penularannya pada orang, dan seterusnya akan membentuk galur virus pandemik. Tersebarnya virus ke unggas atau burung liar akan memperluas kesempatan terjadinya kasus pada orang. Walaupun tidak dapat diprediksi kapan atau sejauh mana keganasan pandemi, tetapi kemungkinan akan terjadinya pandemi mengalami peningkatan.

Secara Epidemiologi, untuk terjadinya pandemi diperlukan beberapa tahapan atau fase perkembangan penyakit yang dilalui yaitu (Akoso. 2006):(a)Fase I , Flu Burung atau Avian Influenza masih terbatas pada populasi hewan, khususnya unggas dan belum terjadi infeksi pada orang. Risiko yang terjadi karena penyakit ini masih rendah dan belum menimbulkan wabah yang meluas pada hewan. (b)Fase II, yaitu bila kejadian Flu Burung pada hewan telah semakin meluas dan menimbulkan wabah, dan berisiko tinggi terhadap kesehatan masyarakat tetapi belum terjadi penularan ke orang. (c)Fase III, yaitu kejadian Flu Burung yang telah menular dari hewan ke manusia tetapi belum ada penularan dari manusia ke manusia. (d)Fase IV, adalah fase dimana telah mulai terjadi penularan antar manusia pada sekelompok kecil di masyarakat. (e)Fase V, adalah bila telah terjadi penularan antar manusia dan terjadi pada sekelompok populasi di masyarakat yang lebih besar. Dalam keadaan ini telah terjadi risiko tinggi akan terjadinya pandemi. (f)Fase VI, adalah terjadinya pandemi dimana virus telah menular antar manusia dalam skala yang luas atau telah nyata terjadi pandemi di beberapa negara .

Mengingat hasil analisis menyimpulkan kemungkinan akan timbulnya pandemi flu burung, maka WHO telah mempersiapkan program antisipasi Pandemic Preparedness Plan atau Rencana Persiapan Pandemi antara lain dengan memperkuat jaringan laboratorium dan membentuk team tanggap darurat dalam rangka persiapan terhadap segala kemungkinan terburuk (Akoso, 2006).

Disamping itu, WHO juga memetakan suatu rencana tanggap dengan tiga sasaran pokok, yaitu: mencegah terjadinya pandemi, mengendalikan wabah yang terjadi pada manusia, dan mencegah kemungkinan munculnya kasus selanjutnya.

Untuk mendukung program tersebut di atas, WHO juga menyelenggarakan penelitian untuk memonitor situasi dan meningkatakan kesiapsiagaan, termasuk diantaranya segera mengembangkan kemampuan produksi vaksin untuk mengantisipasi sekiranya keganasan penyakit tersebut berkambang dan meningkat menjadi pandemi(Akoso.2006).

Strategi Kesiapsiagaan pandemi Influenza pada manusia adalah suatu respon nasional yang terkoordinasi, efektif pada semua tingkat administrasi pemerintahan, untuk mengahadapi pandemi influenza dengan kegiatankegiatan pencegahan dan pengendalian untuk mengurangi kesakitan, kematian dan dampak sosio-ekonomik (Kandun. 2006).

Secara khusus strategi kesiapsiagaan pandemi pada manusia adalah: (1)Mengurangi infeksi virus dan kemungkinan infeksi pada manusia. (2)Memperkuat surveilans, peringatan dini untuk suatu respon dini yang terkoordinasi terhadap kejadian Luar biasa (KLB). (3)Memutuskan rantai penularan virus influenza dan penyebarannya. (4)Mengurangi dampak suatu pandemik yang mencakup kesakitan dan kematian juga meminimalkan dampak sosio ekonomik. (5)Memonitor dan mengevaluasi respon yang baru dan sudah dilakukan terhadap pandemi itu.Dengan strategi utama yang dijalankan selama ini, yaitu peningkatan biosekuriti, vaksinasi, dan depopulasi, diharapkan wabah flu burung tidak akan terjadi penularan dari manusia ke manusia (peristiwa pandemik).

FLU BABI (H1N1)

Flu babi merupakan penyakit respirasi yang sangat menular pada babi yang disebabkan oleh satu dari beberapa virus influenza A. Flu babi merupakan penyakit respirasi dari babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan mempunyai dampak ekonomi luas pada industri babi di Amerika Serikat. Wabah flu pada babi sering terjadi, khususnya selama musim dingin. Angka kesakitan dari flu babi sangat tinggi. Manusia umumnya tidak dapat terkena flu babi, namun infeksi pada manusia dapat terjadi. Umumnya, kasus flu babi pada manusia terjadi pada seseorang yang hidup di sekitar babi, namun virus flu babi dimungkinkan untuk menyebar dari manusia ke manusia.

PenyebabPenyebab Flu babi adalah influenza yang disebabkan oleh berbagai tipe virus influenza yang endemis pada babi. Strain endemik pada babi tersebut disebut swine influenza virus (SIV). Dari tiga genus Orthomyxoviridae yang endemik pada manusia, dua diantaranya juga endemik pada babi, Influenzavirus A (umum terjadi) atau influenzavirus C (jarang terjadi). Influenzavirus B tidak pernah dilaporkan pada babi. Pada influenzavirus A dan influenzavirus C, strain endemik pada babi dan manusia sangat berbeda. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai I nfluenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A

Manifestasi klinis Pada manusia, tanda dan gejala flu babi secara umum sama dengan influenza dan penyakit mirip flu. Pada banyak kasus, strain yang menyebabkan wabah flu babi 2009 hanya menyebabkan gejala ringan. Manifestasi flu babi sama dengan influenza musiman. Pasien datang dengan gejala penyakit respirasi akut, termasuk minimal 2 dari gejala berikut :

Demam, dapat hingga menggigil

Batuk

Nyeri tenggorokan

Sakit kepala

Rasa lemas dan letih

Diare dan muntah (mungkin dapat terjadi)

Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC), gejala flu babi pada manusia sama dengan influenza pada umumnya. Gejala meliputi demam, batuk, nyeri tenggorokan, body aches, sakit kepala, menggigil dan lemas/letih. Beberapa pasien juga dilaporkan memiliki gejala diare dan muntah. Karena gejala-gejala ini tidak spesifik untuk flu babi, diagnosis banding dari kemungkinan flu babi tidak hanya dari gejala namun juga kecenderungan tinggi flu babi tersebut berdasarkan riwayat pasien saat ini. Misalnya, wabah flu babi di Amerika Serikat pada 2009, CDC menyarankan pada para dokter untuk menganggap infeksi flu babi sebagai diagnosis banding pasien dengan gejala pada respirasi akut yang pernah kontak dengan seseorang yang menderita flu babi. Diagnosis pasti flu babi memerlukan uji laboratorium melalui sampel dari respirasi (usap hidung dan tenggorokan sederhana).

Angka kejadian dan Penyebaran Penyakit

Pada 5 Februari 1976, tentara di Fort Dix, Amerika Serikat menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya. Dokter menyatakan kematiannya itu disebabkan oleh virus ini sebagaimana yang terjadi pada tahun 1918. Presiden kala itu, Gerald Ford, diminta untuk mengarahkan rakyatnya disuntik dengan vaksin, namun rencana itu dibatalkan. Pada 20 Agustus 2007, virus ini menjangkiti seorang warga di pulau Luzon, Filipina.

Virus babi influenza A pada manusia (H1N1) telah dilaporkan di seluruh dunia. Pada tahun 2009, kasus penyakit mirip influenza pertama kali dilaporkan di Meksiko pada 18 Maret; wabah ini dikonfirmasi sebagai virus babi influenza A. Penelitian dilanjutkan untuk mengklarifikasi penyebaran dan tingkat keparahan dari flu babi di Meksiko. Kasus klinis yang dicurigai dilaporkan di 19 dari 32 negara bagian. Walaupun hanya 18 orang Meksiko yang telah dikonfirmasi secara laboratorium sebagai influenzavirus A / H1N1 (12 diantaranya secara genetic identik dengan influenzavirus A / H1N1 dari California), sekitar 1.600 kasus dan 103 kematian terkena flu babi di Meksiko. Kasus flu babi selanjutnya terjadi di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris (Skotlandia), dengan kecurigaan kasus di Prancis, Israel, dan Brazil.

Penularan dari flu babi dapat terjadi melalui dua jalur. Jalur pertama melalui kontak dengan babi terinfeksi atau lingkungan terkontaminasi dengan virus flu babi. Jalur kedua melalui kontak dengan seseorang yang terinfeksi dengan virus flu babi. Penularan manusia ke manusia dari flu babi juga telah dilaporkan dan diperkirakan terjadi pada jalur yang sama seperti halnya flu musiman. Influenza diperkirakan menular dari manusia ke manusia melalui batuk atau bersin oleh orang yang terinfeksi.

Seseorang yang bekerja dengan unggas dan babi, khususnya orang-orang dengan paparan yang intensif, memiliki resiko infeksi influenza dari hewan tersebut jika hewan tersebut membawa strain yang juga dapat menginfeksi manusia. SIV dapat bermutasi menjadi bentuk yang dapat menularkan dari manusia ke manusia. Strain yang bertanggung jawab pada wabah flu babi 2009 dipercaya telah terjadi mutasi.

WHO secara resmi menyatakan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Juni 2009, namun menekankan bahwa pernyataan ini adalah karena penyebaran global virus ini, bukan karena tingkat bahayanya. WHO menyatakan pandemi ini berdampak tidak terlalu parah di negara-negara yang relatif maju, namun dianjurkan untuk mengantisipasi masalah yang lebih berat saat virus menyebar ke daerah dengan sumber daya terbatas, perawatan kesehatan yang buruk, dan bermasalah medis. Laju kematian kasus (case fatality rate atau CFR) galur pandemik ini diperkirakan 0,4 % (selang 0,3%-1,5%). Sebenarnya angka tersebut lebih ringan dibandingkan flu buirungb yng mempunyai CFR 60-80%.

Penatalaksanaan

Uji laboratorium telah menemukan bahwa virus babi influenza A (H1N1) rentan terhadap obat antivirus oseltamivir dan zanamivir, dan CDC telah mengeluarkan petunjuk untuk penggunaan dari obat ini untuk mengobati dan menghambat infeksi virus flu babi. Antivirus lain (misal, amantadine, rimantadine) tidak direkomendasikan oleh karena saat ini resistensi pada influenza lainnya telah terjadi pada beberapa tahun lalu.

Terapi suportif dasar (misal, terapi cairan, analgesik, penekan batuk) perlu diberikan. Pengobatan antivirus secara empiris perlu diperhatikan untuk kasus flu babi, baik yang sudah pasti, masih dalam kemungkinan, ataupun kecurigaan terhadap kasus ini. Pengobatan pasien rawat inap dan pasien dengan resiko tinggi untuk komplikasi influenza perlu sebagai prioritas.

Penggunaan antivirus dalam 48 jam sejak onset gejala sangat penting dalam hubungannya dengan efektivitas melawan virus influenza. Pada penelitian mengenai flu musiman, bukti akan manfaat pengobatan lebih baik jika pengobatan dimulai sebelum 48 jam sejak onset penyakit. Walau begitu, beberapa penelitian mengenai pengobatan flu mengindikasikan banyak manfaat, termasuk mengurangi kematian atau durasi rawat inap, bahkan pada pasien yang mendapat pengobatan lebih dari 48 jam setelah onset penyakit. Lama pengobatan yang direkomendasikan adalah selama 5 hari.

Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir (Relenza) bekerja dengan menghambat neuraminidase, suatu glikoprotein pada permukaan virus influenza yang merusak reseptor sel terinfeksi untuk hemagglutinin virus. Dengan menghambat neuraminidase virus, pelepasan virus dari sel terinfeksi dan penyebaran virus akan berkurang. Oseltamivir dan Zanamivir merupakan terapi yang efektif untuk influenzavirus A atau B dan diminum dalam 48 jam sejak onset gejala.

Pencegahan

Pencegahan flu babi dikeluarkan Working Group ASEAN for One Health, dan CDC seperti pencegahan Influenza pada umumnya meliputi peningkatan higiena, sanitasi dan perlikau hidup bersih diri sendiri. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk pencegahan flu babi.Vaksin yang biasa digunakan untuk influenza pada permulaan flu musiman tidak efektif untuk strain virus ini

Perilaku utama yang dapat mencegah penyebaran virus influaenza adalah melakukan Cuci tangan sesering mungkin. Mencuci tangan dengan sabun dan air beberapa kali dalam sehari. Keringkan tangan setelah dicuci. Jika tidak ada air, Anda mungkin bisa menggunakan bahan pencuci tangan dari alkohol.

Dalam keramaian dan tempat umum sebaiknya hindari bersentuhan mata, hidung atau mulut. Virus influenza sering menyebar ketika seseorang bersentuhan dengan penderita yang terkontaminasi oleh kuman, kemudian bersentuhan dengan mata, hidung atau mulutnya. Hindari berdekatan dengan seseorang yang sedang sakit. Untuk sementara, hindari berjabat tangan, serta ciuman dengan orang di wilayah yang dilaporkan terserang wabah influenza.

Hal penting lainnya adalah sebaiknya tinggallah di rumah dan hindari pusat-pusat keramaian, jika sedang sakit. Kesadaran pribadi ini akan membantu mencegah orang lain dari kemungkinan tertular oleh penyakit . Jika sedang sakit, jagalah jarak dengan orang lain untuk melindungi mereka agar tidak ikut terserang sakit. Jika Anda sedang sakit, sebaiknya Anda berpikir ulang untuk melakukan perjalanan dengan pesawat atau alat transportasi lainnya. Jika Anda terpaksa harus terbang ke negara yang terserang flu Babi, kemudian Anda merasa sakit setelah kembali, maka Anda secepatnya harus konsultasi ke dokter.Sebaiknya gunakan penutup hidung dan mulut ketika berada di tempat keramaian.Gunakan sapu tangan atau tisu ketika Anda sedang batuk atau bersin untuk mencegah penyebaran virus. Jika tidak punya tisu, gunakan lengan baju bagian depan, jangan pakai telapak tangan. Buanglah tisu di tempat sampah. Pencegahan umum yang penting lainnya adalah menerapkan gaya hidup sehat. Pikirkan ulang untuk melanjutkan merokok, istirahat atau tidur yang cukup, olahraga secara rutin sehingga tubuh bisa aktif, mengelola tingkat stress, meminum air banyak-banyak, memakan makanan bernutrisi.

Dalam keadaan seperti ini sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter jika sakit. Datangi ke pusat layanan kesehatan atau dokter jika ada tanda-tanda gejala Anda sedang sakit, seperti susah bernafas, pikiran sedang kacau, dan muntah-muntah.

CARA MEMBEDAKAN FLUN BABI DAN FLU BIASA

Gejala flu babi pada manusia adalah demam tinggi, mialgia (nyeri otot dan tulang), sakit tenggorokan, batuk dan sesak.

Harus lebih diwaspadai bila terdapat salah gejala tersebut disertai dalam waktu 7-10 hari pernah kontak dengan penderita yang berasal dari daerah endemis seperti mexico atau dilingkungan rumah, tempat kerja atau sekolah terdapat penderita flu babi.

Gejala awal ini biasanya juga didapatkan pada penyakit faringitis (infeksi tenggorokan), tonsilitis (amandel), flu atau infeksi saluran napas akut lainnya.

Tetapi pada beberapa penyakit infeksi saluran napas akut jarang berlanjut menjadi sesak napas. Bila hingga hari ke 7 demam, tidak mengalami sesak napas maka kekawatiran flu babi flu babi yang berat dapat disingkirkan. Bila dicurigai flu babi ringan atau tanpa komplikasi tidak perlu dirawat, karena 95% flu babi yang ringan tidak diperlukan perawatan

Demam yang terjadi biasanya lebih dari 38oC dan berlangsung sekitar seminggu. Bila demam terjadi lebih dari seminggu biasanya bukan flu babi.

Bagaimana cara untuk menilai seseorang sesak atau tidak ? Pada usia usia bayi di bawah 1 bulan dikatakan sesak bila jumlah gerakan pernapasan meningkat lebih dari 60 kali permenit, usia 1 bulan 1 tahun lebih 50 kali permenit atau usia >1 tahun lebih 40 kali permenit. Gerakan pernapasan dilihat dari gerakan naik turun dada saat bernapas. Gejala sesak juga dapat dilihat dengan adanya gerakan napas cuping hidung atau kedua cuping hidung bergerak-gerak saat bernapas. Gejala lain yang tampak adalah adanya tarikan otot bantu napas di ujung tulang dada depan, otot di sela iga atau di otot di sekitar perbatasan dada dan perut. Pada sesak yang berat tampak sesorang akan gelisah, kesadaran menurun dan disertai kebiruan pada bibir, ujung tangan dan kaki.

Bila terdapat sesak napas disertai gejala demam, sakit tenggorokan atau batuk kita harus lebih cermat. Kasus seperti ini dalam penatalaksanaan flu babi disebut kasus observasi. Artinya, harus lebih teliti untuk mendapatkan informasi tambahan seperti adanya kontak dengan unggas yang terinfeksi dan pemeriksaan laboratorium pendukung lainnya.

Gejala demam, sakit tenggorokan, batuk dan sesak napas juga didapatkan pada penyakit infeksi saluran napas disertai dengan asma. Penyakit asma biasanya pernah didapatkan adanya riwayat sesak sebelumnya. Pada kasus seperti ini, sesak akan membaik atau berkurang setelah diberikan obat bronkodilator (pelega napas) baik berupa obat minum atau obat hirupan. Pada orang tua kasus seperti ini juga didapatkan pada penyakit infeksi saluran napas akut disertai penyakit jantung dan penyakit kronik paru lainnya.

Serangkaian gejala tersebut juga didapatkan pada penyakit pnemonia (radang paru) karena bakteri, atau virus lainnya. Gejala pnemoni ini mirip karena pada infeksi flu babi juga dapat terjadi pnemonia. Selain dengan pemeriksaan fisik penderita juga dapat ditunjang dengan pemeriksaan rontgen dada.

Gambaran khas pnemoni adalah adanya gambaran infiltrat atau perselubungan pada ke dua lapang paru. Kita harus mencurigai adanya infeksi flu burung bila disertai 1 atau lebih informasi lain. Diantaranya adalah hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A tanpa mengetahui subtypenya. Kontak 2 minggu sebelum timbul gejala dengan penderita yang dipastikan mengidap flu babi. Atau, kontak 2 minggu sebelum timbul gejala. Bila didapatkan hal tersebut maka disebut kasus probabale (tersangka) infeksi flu babi.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan untuk penunjang diagnosis sangat diperlukan dalam penatalaksanaan penderita. Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan adanya infeksi flu babi pada manusia adalah hasil biakan virus positif Influenza A (H1N1) atau hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H1 . Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan serologis dengan peningkatan titer antibodi spesifik H1 sebesar > 4 x atau hasil dengan IFA positif untuk antigen H1. Bila dengan pemeriksaan salah satu tersebut dinyatakan posisitif maka dinyatakan sebagai kasus confirmed atau kasus pasti.

Pemeriksaan serologi lain adalah pemeriksaan laboratorium antibodi spesifik pada 1 spesimen serum tertentu untuk virus influenza A (H1). Tetapi pemeriksaan ini masih belum terlalu sensitif. Bila hasilnya positif masih dianggap kategori kasus probable (diduga).

Pemeriksaan laboratorium lainnya bukan untuk memastikan adanya infeksi flu babi. Tetapi hanya sebatas untuk membantu menilai prognosis, menentukan jenis tindakan serta untuk menyingkirkan diagnosa banding penyakit lainya. Pemeriksaan rutin tersebut adalah pemeriksaan darah lengkap ( hemoglobin, hitung lekosit, hitung jenis lekosit, trombosit, laju endap darah), albumin, globulin, SGOT/SGPT, ureum, kreatinin, kreatin kinase dan analisa gas darah. Pemeriksaan mikrobiologi yang diperlukan adalah pemeriksaan gram dan basil tahan asam atau kultur sputum dan usap tenggorokan.

Pemeriksaan skrening cepat dengan hapusan cairan hidung dan swab tenggorok hanya bisa dilakukan untuk melihat virus tipe A

Dalam derasnya arus globalisasi informasi di dunia internasional sebaiknya ikuti perkembangan informasi dari otoritas kesehatan local dan internasional. Masyarakat perlu tetap mengikuti perkembangan situasi terkini dari wabah influenza dan saran-saran yang disampaikan oleh otoritas kesehatan local dan internasional.

Semoga cobaan bagi masyarakat dunia ini dapat dilewati umat manusia dengan korban seminimal mungkin. Tampaknya masyarakat Indonesia tidak bisa menghindari ancaman petaka ini,Tetapi tidak harus dengan sikap kepanikan tetapi dengan kewaspadaan yang tinggi dalam pencegahan penyakit maka diharapkan masyarakat Indonesia dapat meminimalkan ancaman virus yang ganas dan cepat ini.

SARS (Severe Acute Respiratoty Syndrome)

SARS (Severe Acute Respiratoty Syndrome) adalah suatu jenis penyakit pernapasan akibat virus yang pertama kali terjadi di beberapa negara Asia. Penyakit ini kemudian menyebar ke Amerika dan Eropa. Virusnya bernama SARS-CoV (SARS Coronavirus) yang menyerang saluran pernapasan bagian atas. Para ahli percaya, SARS pertama kali berkembang di dalam tubuh binatang. Hal ini berdasarkan temuan mereka akan virus yang sama di dalam tubuh musang. Musang ini di Cina dikonsumsi sebagai makanan saat keadaan terdesak.

Penyebab Penyakit SARSPara ilmuwan kian meyakini bahwa virus dari keluarga corona adalah penyebab SARS. Ilmuwan dari Hong Kong mengaku bahwa mereka telah berhasil menunjukkan dengan tepat virus corona itu setelah mengidentifikasi bagian kecil dari sampel DNA pasien yang terinfeksi SARS. Hasil riset ilmuwan Hong Kong ini didukung hasil riset Institut Pasteur di Perancis dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Atlanta, AS.

Dr Mark Salter dari WHO menyatakan, virus itu biasanya menyerang binatang, umumnya babi ( Virus ini pertama kali ditemukan oleh Twnell dari USA pada tahun 1965 dan berhasil melakukan kultur yang ditemukan pada manusia dengan gejala Commond Cold dan penyakit Infeksi saluran pernapasan bagian atas, biasanya virus ini muncul pada musim dingin dan awal musim semi, jika virus ini berasal dari Babi, maka pada manusia akan menyebabkan kelainan Gastro Enteritis, jika berasal dari ayam , pada manusia akan menyebabkan bronchitis dan jika berasal dari tikus, pada manusia akan menyebabkan Hepatitis, virus ini juga dapat ditemukan pada penderita HIV/AIDS yang menderita Diare), yang dengan berbagai cara akhirnya menyebar ke manusia.

Saat ini ilmuwan telah melampaui tahapan penemuan virus itu sehingga mereka dapat konsentrasi untuk menemukan cara mendiagnosa, mengobati dan mencegah wabah itu sehingga dokter bisa mengkonfirmasikan pada pasien yang yang terinfeksi virus mematikan itu. Hingga kini belum ada obat antivirus yang berhasil mengobati SARS atau vaksin untuk mencegahnya.

ANTRAKS

Antraks adalah Penyakit Hewan Menular yang bersifat zoonosis, akut menyerang hewan pemamah biak (sapi, kerbau, kambing, domba, babi, dll), burung unta maupunj manusia dan dimasukkan dalam golongan Re-emerging disease. Sejak tahun 1932 penyakit ini dilaporkan sudah endemis pada hewan di 11 Propinsi di Indonesia yaitu di Propinsi Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Papua, sedangkan kasus terakhir pada manusia tahun 2007/2008 dilaporkan di enam Propinsi yaitu di Propinsi Jawa Barat (Kabupaten Bekasi, Purwakarta), Jawa Tengah (Kabupaten Boyolali, Desember 2008), NTT (Kabupaten Sumba Barat, Maret 2007), NTB (Sumbawa Besar, Sumbawa Barat, Dompu, Bima), Sulawesi Selatan (Makassar) dan DKI Jakarta (Mei 2008). Sebahagian besar kasus adalah bersifat antraks kulit. Agen penyakit adalah Bacillus Anthracis, gram positif, non motile, dan berspora sedangkan bentuk vegetatif rentan terhadap desinfektan, antiseptik, dan antibiotik.

Cara penularan penyakit :

- kontak langsung dengan hewan sakit

- Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di tanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah.

- Mengkonsumsi daging hewan yang sakit/mati dan produknya karena antraks

- Pernah dilaporkan melalui gigitan serangga Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks.

- Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi

- Meskipun penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi terjadi tapi kewaspadaan standar tetap diperlukan seperti : Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan/kontak dengan pasien, Peralatan bedah sehabis pakai cepat disterilkan, Kasa bekas pakai di bakar, Dianjurkan memakai pakaian pelindung dan sarung tangan sekali pakai, Bila memiliki luka ditangan, tutup lukanya dan hindari kontak langsung, Hindari manipulasi pada luka Antraks, Pakai masker pada perawatan Antraks paru, Lakukan desinfeksi tingkat tinggi untuk semua peralatan.

Manifestasi Klinis antraks :

- Antraks kulit (kontak langsung dengan hewan/produk hewan yang tercemar spora Antraks)

- Antraks gastrointestinal (akibat memakan daging tercemar, tangan yang tercemar)

- Antraks pulmonal (menghirup spora)

- Meningitis Antraks (penjalaran dari antraks bentuk lain)

Pencegahan

Kewaspadaan dini menjelang terjadinya pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan

Kebersihan individu dan lingkungan melalui perilaku hidup bersih dan sehat, tidak mengkonsumsi hewan sakit dan tidak membuat barang-barang dari produk hewan yang sakit/mati karena kuman antraks

Pencegahan pada reservoir dengan cara pemberian vaksinasi dan pengawasan pemotongan hewan pre dan post mortum.

BAB IVPENUTUP

4.1 KESIMPULANBerdasarkan skenario yang kami bahas kami menyimpulkan bahwa Emerging dan Re Emerging disease adalah Penyakit menular di beberapa negara dengan munculnya penyakit baru ataupun penyakit lamayang muncul kembali setelah puluhan tahun dilenyapkan. Emerging dan Re-emerging Infectious Diseases sebagai semua penyakit infeksi yang menunjukkan gejala peningkatan pada masa-masa terakhir dan sekaligus menunjukkan gejala kemungkinan ancaman peningkatan dalam waktu mendatang (Emerging and Re-emerging Infectious Diseases re-defined as those increasing in incidence in the recent past or threatening to increase in the near future). Dengan demikian, New Emerging Infectious Disease (NEID) merupakan ancaman di masa mendatang yang harus diantisipasi kehadirannya.

4.2 SARANDalam penyelesaian makalah ini, kami akan memberikan saran bagi para pembaca dan bagi mahasiswa yang akan melakukan makalah berikutnya: Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya Pembahasan yang lebih mendalam Pemilihan masalah atau topik sesuai dengan scenario mingguan.

Skenario 2 :New Emerging Disease (H1N1)33