BAB 1-5 fix banget.docx

81
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu cara agar anak-anak indonesia dapat menjadi penerus bangsa yang baik adalah dengan mendapatkan pendidikan yang baik sejak dini. 1 Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ – organ dan sistem tubuh anak. 2 Anak yang sehat menunjukkan gejala dan pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan. Salah satu faktor lingkungan fisik yang amat penting

Transcript of BAB 1-5 fix banget.docx

Page 1: BAB 1-5 fix banget.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu cara agar anak-anak indonesia dapat menjadi penerus

bangsa yang baik adalah dengan mendapatkan pendidikan yang baik sejak

dini.1 Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung

pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar.

Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan

makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna.

Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak

benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada

banyak organ – organ dan sistem tubuh anak.2

Anak yang sehat menunjukkan gejala dan pertumbuhan dan

perkembangan yang memuaskan. Salah satu faktor lingkungan fisik yang

amat penting agar tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara

optimal adalah zat gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak sehari-

hari.1

Sarapan atau makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting

dilakukan sebelum melakukan aktivitas belajar mengajar. Sarapan pagi

termasuk kedalam salah satu dari tiga belas pesan dasar gizi seimbang

yaitu membiasakan melakukan sarapan pagi. Menu makanan pertama yang

di konsumsi seseorang, biasanya makan malam sekitar pukul 19:00 dan

Page 2: BAB 1-5 fix banget.docx

2

makan kembali di pagi hari sekitar pukul 06:00. Berarti selama sekitar 10-

12 jam mereka puasa. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemeteran,

pusing, dan daya konsentrasi juga akan berkurang, karena pertumbuhan

dan pasokan nutrisi yang dibutuhkan untuk otak tidak optimal, yang

berakibat kadar glukosa dibawah normal sehingga terganggunya

konsentrasi pada proses belajar.3

Studi mengenai sarapan yang dilakukan di IPB oleh Faridi,

Madonijah dan Latifah pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 46,3% anak

di beberapa SD di Duren Sawit Jakarta Timur selalu sarapan. 41,3%

kadang – kadang sarapan dan sisanya 12,4% tidak pernah sarapan.

Presentasi anak hipoglikemi di ukur pada pukul 09:00 relatif rendah (55%)

dibandingkan anak yang tidak sarapan (73%).3

Menurut penelitian Andry Arjinto pada tahun 2008 di SDN pranti

kecamatan sedati kabupaten sidoarjo dengan judul hubungan antara

kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar pada siswa kelas VI SDN

Pranti menunjukkan bahwa sebesar 58% siswa yang memiliki kebiasaan

sarapan pagi memiliki prestasi diatas rata - rata, dan sebanyak 16% siswa

yang tidak sarapan pagi memiliki prestasi di bawah rata – rata. Hal ini

membuktikan bahwa sarapan pagi meningkatkan daya ingat dan

konsentrasi belajar.

Defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang umum terjadi. Baik

di negara maju maupun di negara berkembang. Secara klasik defisiensi di

kaitkan dengan anemia gizi besi. Namun sejak 25 tahun terakhir banyak

Page 3: BAB 1-5 fix banget.docx

3

bukti menujukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas terhadap

kemampuan belajar dan produktivitas kerja, pengaruh defisiensi Fe

terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan

alat transport O2 yang di perlukan banyak reaksi metabolik tubuh.

Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar

tampak menurun.

Hemoglobin merupakan protein utama dalam tubuh manusia yang

berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru – paru ke jaringan perifer

dan mengangkut karbondioksida dari jaringan perifer ke paru – paru.

Seseorang yang mempunyai kadar Hb di dalam darah lebih rendah dari

nilai normal, menyebabkan gangguan pada proses belajar, baik karena

menurunnya daya ingat maupun kemampuan berkonsentrasi. Untuk bisa

mempertahankan daya ingat maupun kemampuan berkonsentrasi di

perlukan energi yang tersedia dalam tubuh.4

Menurut penelitian Erwin Sinaga pada tahun 2005 dengan judul

hubungan kadar Hb dengan prestasi belajar pada murid SD Negeri

Lobutua Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa ada

hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar.

Dari latar belakang tersebut, saya sebagai peneliti berminat untuk

melakukan penelitian untuk mengkaji hubungan kebiasaan sarapan pagi

dan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi belajar pada mahasiswi

program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati bandar

lampung.

Page 4: BAB 1-5 fix banget.docx

4

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang di kemukakan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan

kebiasaan sarapan pagi dan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi

belajar pada mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014

universitas malahayati bandar lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Dari penelitian ini dapat diketahui hubungan kebiasaan sarapan

pagi dan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi belajar dengan

menggunakan tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) pada

mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014 universitas

malahayati bandar lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengetahui distribusi frekuensi mahasiswi program studi kedokteran

angkatan 2014 universitas malahayati bandar lampung yang sarapan

pagi

2. Mengetahui distribusi frekuensi konsentrasi belajar pada mahasiswi

program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati

bandar lampung

3. Mengetahui distribusi frekuensi kadar hemoglobin pada mahasiswi

program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati

bandar lampung

Page 5: BAB 1-5 fix banget.docx

5

4. Mengetahui hubungan kebiasaan sarapan terhadap konsentrasi belajar

5. Mengetahui hubungan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi belajar

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan untuk menerapkan ilmu

kedokteran yang dimiliki dan didapat selama pendidikan di Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai kebiasaan

sarapan pagi, kadar hemoglobin dan konsentrasi belajar.

3. Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S.ked.

1.4.2 Bagi Mahasiswi Program Studi Kedokteran Angkatan 2014 Universitas

Malahayati Bandar Lampung

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pribadi dalam

melaksanakan perilaku hidup sehat dan memberikan masukan untuk

memperbaiki makan, khususnya kebiasaan sarapan pagi.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk menulis berikutnya dalam penelitian

lanjutan tentang hubungan kebiasaan sarapan pagi dan kadar hemoglobin

terhadap konsentrasi belajar.

Page 6: BAB 1-5 fix banget.docx

6

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai sumber informasi, sebagai bahan kepustakaan

bagi akademisi dalam kegiatan proses belajar.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membatasi ruang lingkup yang diteliti

sebagai berikut :

1. Judul Penelitian :

Judul penelitian yang diambil adalah hubungan kebiasaan sarapan pagi

dan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi belajar pada mahasiswi

program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati

bandar lampung.

2. Jenis penelitian :

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik dengan

pendekatan cross sectional, data kadar hemoglobin dikumpulkan

dengan mengambil darah mengguanakan alat portable

hemoglobinometer (easy touch GHB), data konsentrasi belajar di lihat

dari tes Wechsler Adult Intelligence Scale ( WAIS).

3. Ruang Lingkup tempat :

Penelitian ini bertempat di kampus universitas malahayati bandar

lampung.

4. Ruang Lingkup waktu :

Bulan Februari - Maret 2015.

Page 7: BAB 1-5 fix banget.docx

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sarapan Pagi

2.1.1 Definisi

Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum

melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya

mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar

telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

amunisi yang lengkap.5

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,

menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh

dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan.7

Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan

aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi

yang banyak karena pada pagi hari seseorang banyak melakukan aktivitas.

Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar

dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.

Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi

diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam

pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan

menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk

melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari

Page 8: BAB 1-5 fix banget.docx

8

ditubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga

untuk menggerakan jantung, paru-paru, dan otot tubuh lainnya.8

Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat

karena akan merangsang glukosa dan mikro nutrien dalam otak yang dapat

meghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar

membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan

peneyerapan pelajaran.8

2.1.2 Manfaat Sarapan Pagi

Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang

dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan

daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitaas kerja. Bagi

anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar lebih

baik.5

Menurut khomsan ada 2 manfaat yang diperoleh kalau seseorang

melakukan sarapan pagi, antara lain :

1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk

meningkatkan kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah yang

terjamin normal, maka cairan dan konsentrasi kerja bisa lebih baik

sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas.

2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan

beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin,

dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya

proses fisiologis dalam tubuh.

Page 9: BAB 1-5 fix banget.docx

9

Seseorang yang tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada

dalam keadaaan yang cocok untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Hal

ini dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan

mengambil cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan

lemaklah yang diambil.8

Sarapan pagi termasuk dalam pedoman ilmu gizi seimbang dalam

pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan

memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan

meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi

akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih

ditingkatkan.9

2.1.3 Dampak Tidak Sarapan Pagi

Seseorang tidak sarapan pagi berarti perutnya dalam keadaan

kosong sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya.

Ketika tidur di dalam tubuh tetap berlangsung oksidasi untuk

menghasilkan tenaga yang di perlukan untuk menggerakkan jantung, paru-

paru, dan alat tubuh lainnya. Oksidasi ini akan mempengaruhi kadar

glukosa dalam darah sehingga ketika bangun di pagi hari kadar glukosa

darah sudah berkurang. Untuk menaikkan kadar glukosa darah, maka

tubuh akan mengambil cadangan hidrat arang dan bila cadangan tersebut

habis, maka tubuh akan mengambil dari cadangan lemak. Dalam keadaan

seperti ini tubuh tidak akan melakukan pekerjaan dengan baik sehingga

sarapan sangat dianjurkan.6

Page 10: BAB 1-5 fix banget.docx

10

Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan konsentrasi

belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam, sehingga

kemampuan memecahkan suatu masalah juga menjadi sangat menurun.

Dengan demikian prestasi belajar juga ikut menurun.5

Kebiasaan tidak sarapan pagi yang berlama-lama juga akan

mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang

sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang

anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan

berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah

menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu.5

2.1.4 Kebiasaan Makan Pada Pelajar

Mahasiswa/i sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan

khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku

hidup sehat. Aktivitas yang padat serta kehidupan sosial pada mahasiswa/i

sangat mempengaruhi perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya

sehari-hari seperti makan yang tidak teratur, tidak sarapan pagi atau

bahkan tidak makan siang serta sering mengkonsumsi jajanan.10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muharrom tentang

hubungan pola konsumsi dengan status gizi mahasiswa yang tinggal di

asrama putra kampus Universitas Airlangga, diperoleh bahwa meskipun

sebagian mahasiswa telah memiliki status gizi normal, tetapi masih ada

yang mengalami kekurangan energi dan terbiasa makan dua kali sehari.10

Page 11: BAB 1-5 fix banget.docx

11

2.1.5 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia

yaitu, faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor

intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia).11

1. Faktor Ekstrinsik Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Adapun faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan, antara

lain:

a. Lingkungan Alam

Pola makan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya

diwarnai oleh jenis-jenis bahan yang umum dan dapat diproduksi

setempat. Misalnya pada masyarakat nelayan di daerah pantai, ikan

merupakan makanan sehari-hari yang dipilih karena dapat dihasilkan

sendiri.11

Pola pangan pokok menggambarkan salah satu ciri dari kebiasaan

makan. Selain itu, jenis/macam alat dapur, bahan bakar untuk

memasak, waktu yang tersedia bagi ibu untuk bekerja di dalam dan di

luar rumah, jarak antara rumah dan tempat bahan makanan dapat juga

mempengaruhi kebiasaan makan.11

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang

perbedaan-perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan suku

mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan

kebudayaan yang telah dianut turun-temurun.11

Page 12: BAB 1-5 fix banget.docx

12

Di dalam suatu rumah tangga, kebiasaan makan juga sering

ditemukan adanya perbedaan antara suami dan isteri, orang tua dan

anak, tua dan muda. Suami/ayah sebagai kepala rumah tangga harus

diistimewakan dalam hal makanannya terhadap anggota keluarga yang

lain, kemudian baru anak-anak dan prioritas terakhir adalah ibu.11

c. Lingkungan Ekonomi

Distribusi pangan banyak ditemukan oleh kelompok-kelompok

masyarakat menurut taraf ekonominya. Golongan masyarakat

ekonomi kuat mempunyai kebiasaan makan yang cenderung beras,

dengan konsumsi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya

golongan masyarakat ekonomi rendah, yang justru pada umumnya

produsen pangan, mereka mempunyai kebiasaan makan yang

memberikan nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun mutunya.11

2. Faktor Intrinsik Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

a. Asosiasi emosional

Seorang ibu akan memberikan ASI dan makan kepada anak-

anaknya dengan penuh cinta kasih agar anak-anaknya memiliki

tumbuh kembang jasmani dan rohani yang baik. Kenangan manis

dalam bentuk cara pemberian makanan oleh si ibu akan mendasari

kebiasaan makan anak dalam kehidupan selanjutnya.

b. Keadaan Jasmani

Page 13: BAB 1-5 fix banget.docx

13

Keadaan (status) kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan

makan. Bosan, lelah, putus asa adalah ketidakseimbangan kejiwaan

yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya dapat

berkurangnya nafsu makan sebagai tempat pelarian.11

c. Penilaian Yang Lebih Terhadap Mutu Pangan

Pola pangan yang sudah turun-temurun mempunyai ikatan kuat

dengan tradisi kehidupan masyarakat. Dari segi gizi kebiasaan makan

yang baik yaitu yang menunjang terpenuhinya kecukupan gizi,

sedangkan kebiasaan makan yang jelek antara lain seperti anak-anak

dilarang makan daging/ikan dengan alasan takut kecacingan.11

2.2 Hemoglobin

2.2.1 Definisi

Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang

mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan

lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat

gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.12

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki

afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu

membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui

fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.12

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah

merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml

Page 14: BAB 1-5 fix banget.docx

14

darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada

darah.

Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang

berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung

satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme

adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara

kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin.

2.2.2 Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-

butiran darah merah.13 Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah

kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut

“100 persen”.12 Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar

ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku

bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal

berdasarkan umur dan jenis kelamin.14

Tabel 2.2.2 Nilai Normal Hemoglobin Setiap Umur Menurut WHO

Usia Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)Bayi Baru Lahir 15.2– 23.6

Anak Usia 1-3 Tahun 10.8 – 12.8Anak Usia 4 – 5 Tahun 10.7 – 14.7Anak Usia 6 – 10 Tahun 10.8 – 15.6

Laki – laki 14.0 – 18.0Perempuan 12.0 – 16.0

Page 15: BAB 1-5 fix banget.docx

15

2.2.3 Struktur Hemoglobin (Hb)

Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal

dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan

situs/lokal ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme.

Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin, globin

sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein

mengandung heme dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan

banyak dipelajari.12

Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4

submit protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan

beta yang terikat secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural

dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang

lebih 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi

64.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme,

sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat

molekul oksigen.13

2.2.4 Pembentukan Hemoglobin (Hb)

Mula – mula, suksinil – KoA, yang dibentuk dalam siklus kreb

berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat

pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX, yang kemudian

bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap

molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yaitu globin

yang disintesis oleh ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang

Page 16: BAB 1-5 fix banget.docx

16

disebut rantai hemoglobin. Tiap – tiap rantai mempunyai berat molekul

kira – kira 16.000. Empat rantai ini selanjutnya akan berikatan longgar

satu sama lain untuk membentuk hemoglobin yang lengkap.15

Terdapat beberapa variasi kecil di berbagai rantai subunit

hemoglobin, bergantung pada susunan asam amino di bagian

polipeptidanya. Tipe – tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai beta, rantai

gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada

orang dewasa yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai

alfa dan dua rantai beta. Hemoglobin A mempunyai berat molekul

64.458.15

Karena setiap rantai hemoglobin mempunyai sebuah gugus

prostetik heme yang mengandung satu atom besi, dan karena adanya

empat rantai hemoglobin di setiap molekul hemoglobin, kita dapat

menemukan adanya empat atom besi di setiap molekul hemoglobin. Setiap

atom ini dapat berikatan longgar dengan satu molekul oksigen, sehingga

empat molekul oksigen (atau delapan atom oksigen) dapat diangkut oleh

setiap molekul hemoglobin.15

2.2.5 Fungsi Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke

seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh

sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai

reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam

Page 17: BAB 1-5 fix banget.docx

17

sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam

hemoglobin.16

Menurut Depkes RI adapun fungsi hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-

jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-

jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil

metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah

seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan

pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal

berarti kekurangan darah yang disebut anemia.

2.2.6 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)

1. Metode Sahli

Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi

globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara

dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl

membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin

yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan

dengan warna standar. Untuk memudahkan perbandingan, warna

standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang

terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran

sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.

Page 18: BAB 1-5 fix banget.docx

18

Karena yang membandingkan adalah dengan secara langsung, maka

subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain,

misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi

hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah

yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di

lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya

telat terlatih hasilnya dapat diandalkan.17

2. Metode Cyanmethemoglobin

Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan

yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih

adalah metode cyanmethemoglobin.

Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida

menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida

membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas

warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar.

Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih

objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga

belum semua laboratorium memilikinya.

Prinsipnya adalah hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin

dalam larutan drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium

ferisianida. Absorbensi larutan diukur pada panjang gelombang 540

nm. Larutan drabkin yang dipakai untuk mengubah hemoglobin,

oxyhemoglobin, methemoglobin, dan karboxymoglobin menjadi

Page 19: BAB 1-5 fix banget.docx

19

cyanmethemoglobin, sedangkan sulfhemoglobin tidak berubah karena

tidak diukur. Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat

dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena

standar cyanmethemoglobin yang ditanggungkan kadarnya stabil dan

dapat dibeli. Larutan drabkin teridri atas natrium bikarbonat 1 gram,

kalium sianida 50 mg, kalium ferisianida 200 mg, aqudest 100 ml.17

3. Metode Tallquist

Prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala

warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai

warna merah tua.

Cara ini hanya mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja,

sebagai dasar diambil darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin per 100 ml

darah. Tallquist mempergunakan skala warna dalam satu buku mulai

dari merah muda 10% di tengah-tengah ada lowong dimana darah

dibandingkan dapat dilihat menjadi darah dibandingkan secara

langsung sehingga kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara 25-

50%.17

4. Metode sulfat

Cara ini dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin dari donor

yang diperlukan untuk transfuse darah. Hasil dari metode ini adalah

persen dari hemoglobin. Perlu diketahui bahwa kadar hemoglobin

cukup kira-kira 80% hemoglobin. Kadar minuman ini ditentukan

Page 20: BAB 1-5 fix banget.docx

20

dengan setetes darah yang tenggelam dalam larutan kufrisulfat dengan

berat jenis.17

2.2.8 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

1. Reagen

Reagen adalah bahan pereaksi yang harus selalu baik kualitasnya

mulai dari saat penerimaan, semua reagen yang dibeli harus harus

diperhatikan nomor lisensi kadaluarsanya, keutuhan wadah atau botol

atau cara transportasinya.

2. Metode

Laboratorium yang baik adalah laboratorium yang mengikuti

perkembangan metode pemeriksaan dengan pertimbangan

kemampuan laboratorium tersebut dan biaya pemeriksaannya. Petugas

laboratorium harus senantiasa bekerja dan mengacu pada metode yang

digunakan.

3. Bahan pemeriksaan

Bahan pemeriksaan meliputi ; cara pengambilan specimen,

pengiriman specimen, penyimpanan specimen, dan persiapan sampel.

Lingkungan dalam hal ini dapat berupa ; keadaan ruang kerja, cahaya,

suhu kamar, kebisingan, luas dan tata ruang.

4. Tenaga labratorium.

Dalam hal ini yang diharapkan adalah petugas laboratorium harus

mengusai alat dan teknik dibidang laboratorium.

5. Sampel

Page 21: BAB 1-5 fix banget.docx

21

Kekeruhan dalam suatu sampel darah dapat mengganggu dalam

fotokolorimeter dan menghasilkan absorbensi dan kadar Hb yang

lebih tinggi dari yang sebenarnya. Kekeruhan semacam ini dapat

disebabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia, dan adanya globulin

abnormal seperti pada macro iobulinemia.18

2.3 Konsentrasi Belajar

2.3.1 Definisi Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar adalah pemusatan pemikiran, atau terpusatnya

perhatian terhadap informasi atau kepada bahan pelajaran yang sedang di

pelajari.19

2.3.2 Penyebab Timbulnya Konsentrasi Belajar

1. Lemahnya Minat Dan Motivasi Pada Pelajaran

Jika seseorang kurang berminat dan tidak ada motivasi untuk

belajar, maka akan mudah terpengaruh pada hal – hal lain yang lebih

menarik perhatian ketika proses belajar berlangsung. Hal lain tersebut,

tentunya masalah yang tidak ada hubungannya dengan apa yang di

pelajari, terutama dengan hal – hal yang bersifat menyenangkan,

sehingga pada akhirnya seseorang tidak mengerti isi pelajaran yang

seharusnya di perhatikan secara intensif.19

2. Timbulnya Perasaan Negatif Seperti Gelisah, Tertekan, Marah, Khawatir,

Takut, Benci, Dan Dendam

Page 22: BAB 1-5 fix banget.docx

22

Perasaan tidak enak yang di timbulkan oleh adanya konflik dengan

pihak lain atau rasa khawatir karena suatu hal sehingga menyita sebagian

besar perhatian seseorang. Perhatian yang terpecah ini tentu menyulitkan

seseorang mengikuti pelajaran dengan baik. Dengan kata lain, seseorang

akan mudah kehilangan konsentrasi belajar dengan baik.19

3. Suasan Belajar Yang Berisik Dan Berantakan

Suara hiruk – pikuk kendaran, suara musik yang keras, suara TV,

suara orang yang sedang bertengkar, dapat mempengaruhi seseorang

dalam konsentrasi belajar.19

2.3.3 Aspek Konsentrasi Belajar

1. Pemusatan Pikiran

Suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan, nyaman,

perhatian seseorang dalam memahami isi pelajaran yang di hadapi.

2. Motivasi

Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam

memenuhi kebutuhannya.

3. Rasa Khawatir

Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal

dalam melakukan pekerjaannya.

4. Perasaan Tertekan

Perasaan seseorang yang bukan dari individu melainkan

dorongan/tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.

Page 23: BAB 1-5 fix banget.docx

23

5. Gangguan Pemikiran

Hambatan seseorang yang berasal dari dalam individu maupun

maupun orang sekitar sendiri : misalnya masalah ekonomi keluarga,

masalah pribadi individu.

6. Gangguan Kepanikan

Hambatan dalam berkonsentrasi dalam bentuk was – was akan

menunggu hasil yang akan di lakukan maupun yang sudah di lakukan

oleh seseorang tersebut.

7. Kesiapan Belajar

Keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima pelajaran,

sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang di milikinya.

8. Kebiasaan sarapan pagi

Sarapan pagi merupakan indikator status gizi yang sangat berperan

untuk menunjang proses belajar. Bagi para pelajar untuk bisa

mempertahankan kemampuan konsentrasi belajar, diperlukan energi

yang cukup dalam tubuh dan otak. Energi tersebut terutama berasal

dari glukosa dan oksigen yang di trasnportasikan oleh aliran darah.

Glukosa dan oksigen sangat penting bagi perkembangan dan aktivitas

sel – sel otak. Tanpa suplai yang cukup dari kedua substansi tersebut,

sel – sel otak tidak dapat berkembang, bertahan, dan melakukan

aktivitas secara optimal. Glukosa dan oksigen tersebut dapat diperoleh

dari makanan yang masuk ke dalam tubuh melalui serangkaian proses

metabolisme salah satunya dengan melakukan sarapan pagi.

Page 24: BAB 1-5 fix banget.docx

24

2.3.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar

Banyak hal yang dapat menghambat dan mengganggu kemajuan

belajar, bahkan sering juga terjadi suatu kegagalan. Faktor – faktor yang

menyebabkan kesulitan untuk konsentrasi dapat di golongkan menjadi dua

faktor.20

1. Faktor Intern

a. Faktor Biologis

Faktor biologis adalah faktor yang berhubungan dengan jasmaniah

seseorang. Faktor ini misalnya :

1) Kesehatan

Kesehatan adalah faktor penting dalam belajar. Pelajar yang

tidak sehat dan asupan gizi tidak seimbang tentu tidak dapat

belajar dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu dan

pelajaran sukar masuk. Begitu juga dengan anak yang

badannya lemah, sering pusing dan sebagainya tidak akan

tahan dalam belajar dan akan lekas capai.20

2) Cacat Badan

Cacat badan dapat juga menghambat belajar dan yang

termasuk cacat badan misalnya setengah buta, setengah tuli,

gangguan bicara, dan sebagainya. Siswa yang mengalami cacat

badan alangkah lebih baik jika dimasukkan dalam pendidikan

khusus atau pendidikan luar biasa.20

b. Faktor Psikologis

Page 25: BAB 1-5 fix banget.docx

25

Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan

rohaniah. Termasuk dalam faktor ini adalah intelegensi, perhatian,

minat, bakat, emosi.20

1) Intelegensi

Faktor intelegensi adalah faktor intern yang sangat besar

pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Jika pembawaan

intelegensi seseorang memang rendah, maka akan sukar

mencapai hasil belajar yang baik. Selain faktor intelegensi atau

kecerdasan, ada pula faktor lain yaitu cacat - cacat mental dan

cacat yang di bawa sejak lahir. Termasuk cacat ini adalah

idiosi, embisilitas dan debilitas.20

2) Perhatian

Perhatian juga merupakan faktor penting dalam usaha

belajar. Untuk dapat menjamin belajar yang baik, harus ada

perhatian terhadap bahan yang di pelajari. Apabila bahan

pelajaran itu tidak menarik, maka timbulah rasa bosan, malas

dan belajarnya harus di kejar – kejar sehingga prestasi

belajarnya menurun. Untuk itu maka pendidikan harus

mengusahakan agar bahan pelajaran yang diberikan dapat

menarik perhatian.20

3) Minat

Pelajaran yang menarik minat atau keinginan akan dapat

dipelajari dengan sebaik – baiknya. Sebaliknya bahan yang

Page 26: BAB 1-5 fix banget.docx

26

tidak sesuai dengan minat atau keinginan pasti tidak dapat di

pelajari dengan sebaik – baiknya, karena tidak ada daya tarik

baginya. Minat sering timbul bila ada perhatian.20

4) Bakat

Bagi yang memiliki bakat, ia selalu baik dalam belajarnya,

sehingga ia merasa senang dan selalu berusaha lebih giat lagi.

Bagi yang selalu gagal, maka kesenangan belajarnya akan

makin berkurang dan mengalami kesukaran – kesukaran. Oleh

karena itu, pengertian tentang bakat adalah hal yamg juga

menentukan dalam suksesnya belajar.20

5) Emosi

Dalam keadaan emosi yang mendalam ini tentu belajarnya

mengalami hambatan – hambatan. Ini membutuhkan situasi

yang cukup tenang dan penuh pengertian agar belajarnya dapat

lancar.20

2. Faktor Ekstern

a. Suasana lingkungan fisik yang meliputi : kondisi ruang dalam

kelas, kebersihan kelas, ventilasi kelas, pengaturan ruangan kelas,

panjang kelas, dan lain – lain.20

Page 27: BAB 1-5 fix banget.docx

27

b. Suasana lingkungan sosial, yaitu suasana lingkungan yang

berhubungan pola interaksi antar personil yang ada di lingkungan

kelas. Misal interaksi antara guru atau dosen dengan mahasiswa,

dan mahasiswa dengan mahasiswa lainnya dll.20

2.3.5 Kiat Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar

Ada beberapa cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar, antara lain :

1. Kenali Karakter Sendiri

Gaya belajar setiap orang berbeda – beda, tidak setiap individu

mempunya gaya belajar yang sama. Kembar identikpun mempunyai

perbedaan sifat atau karakter. Gaya belajar tiap individu bermacam –

macam, ada yang baru bisa belajar dalam keadaan yang benar – benar

sunyi atau sepi tetapi ada juga yang belajar sambil mendengarkan

musik dan mengemil (memakan-makanan ringan).20

2. Mengubah Kebiasaan Belajar

Belajar tidak harus di dalam kamar. Tidak ada salahnya apabila sekali

– kali belajar di luar rumah. Bahkan bila perlu belajar di tempat

makan (cafe) ataupun tempat yang menyenangkan lainnya.yang

penting dapat melakukan belajar dengan baik. Hal ini juga dapat

mengurangi ketegangan serta kejenuhan dalam belajar.20

3. Persiapan Sarana Prasaran Yang Lengkap

Kelengkapan sarana dan prasarana pendukung belajar dapat pula

meningkatkan konsentrasi belajar. Posisikan mungkin tempat belajar

jauh dari televisi. Karena godaan terbesar dalam memperoleh

Page 28: BAB 1-5 fix banget.docx

28

konsentrasi belajar keinginan hati untuk menyaksikan acara – acara

televisi. Dengan meletakkan semua kebutuhan selama proses belajar

dekat dengan dengan posisi seseorang yang sedang belajar, di

harapkan tidak perlu meninggalkan posisi belajarnya hanya sekedar

untuk mengambil beberapa kebutuhan perlengkapan belajar. Dengan

demikian, konsentrasi tidak akan terpecah. baik, memilih cara belajar

yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.20

2.3.6 Cara Mengukur Konsentrasi

Pengukuran konsentrasi belajar menggunakan tes Wechsler Adult

Intelligence Scale (WAIS) adalah tes yang standar untuk mengukur

potensi inteligensi subyek dewasa usia 16 tahun sampai 75 tahun atau

lebih, yang penyajiannya secara individual. Untuk bisa menyajikan tes

WAIS ini dengan baik, tester harus memahami dan melakukan petunjuk-

petunjuk dalam manual tes ini dengan seksama dan teliti.21

Ruangan tempat testing harus bebas dari suara dan gangguan yang

mengacaukan. Ruangan itu harus diberikan penerangan dan ventilasi udara

yang secukupnya. Meja kursi harus diatur sedemikian rupa sehingga

subyek dan tester merasa senang, subyek dapat mengerjakan bahan-bahan

dengan bebas, tester dapat menyajikan bahan-bahan, mengamati pekerjaan

subyek, dan mencatat jawaban subyek.21

Aspek yang dinilai:

a. Arithmatic (Hitungan)

Page 29: BAB 1-5 fix banget.docx

29

Berupa soal perhitungan matematika sederhana yang diberikan

secara audiotori atau dibacakan untuk mengukur fokus dan

konsentrasi.

b. Digit Span (Rentangan Angka)

Meminta peserta menyebutkan deret angka yang dibacakan tester,

mengukur short trem memory, fleksibilitas, atensi dan konsentrasi.

c. Digit Symbol (Simbol Angka) – Symbol/Coding

Nantinya skor ke 2 subtes akan diratakan sehingga diperoleh rentang

1-18, dengan klasifikasi :

a. Rendah 1-4

b. Kurang 5-8

c. Cukup 9-11

d. Baik 12-15

e.Tinggi 16-18

Penyajiannya secara individual, untuk bisa menyajikan tes WAIS

dengan baik, tester harus memahami dan melakukan petunjuk-petunjuk

dalam manual tes ini dengan seksama dan teliti.21

2.4 Kerangka Teori

Tidak Sarapan Pagi

kebutuhan energi dan kalori berkurang

Hb rendah < 12 gr/dl

Anemia

Page 30: BAB 1-5 fix banget.docx

30

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dan Kadar Hemoglobin Terhadap Konsentrasi Belajar.

Keterangan : : Di Teliti : Tidak Di Teliti

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini, maka kerangka konsep penelitian mengenai Hubungan

Kebiasaan sarapan Pagi dan Kadar Hemoglobin Terhadap Konsentrasi

Belajar Pada Mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Malahayati

Bandar Lampung Angkatan 2014 dapat di gambarkan sebagai berikut :

Variabel Independent (X) Variabel Dependent (Y)

Konsentrasi Belajar menurun

Penurunan kemampuan

kognitif

Gangguan penurunan fungsi

neurologis

Gangguan Mielinisasi, neurotransmiter dan fungsi hipocampus

Penurunan kemampuan kognitif

Daya konsentrasi menurun

konsentrasi menurun

Kebiasaan Sarapan Pagi

Page 31: BAB 1-5 fix banget.docx

31

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dan Kadar Hemoglobin Terhadap Konsentrasi Belajar

2.6 Hipotesa

1. Ho : Tidak ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan

konsentrasi belajar

Ha : Ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi

belajar

2. Ho : Tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan konsentrasi

belajar

Ha : Ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan konsentrasi

belajar

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Kadar Hemoglobin Perempuan

12.00 gr/dl – 16.00 gr/dl

Konsentrasi Belajar

Page 32: BAB 1-5 fix banget.docx

32

Jenis penelitian adalah survey analitik dengan cross sectional study,

dimana peneliti menjalankan pengumpulan data satu kali berdasarkan

survey dari kuesioner dan pengukuran kadar hemoglobin.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Universitas Malahayati Bandar Lampung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan pada bulan Februari - Maret 2015.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan

pendekatan cross sectional study, yaitu melakukan tinjauan terhadap

tindakan kebiasaan sarapan pagi, kadar hemoglobin, dan konsentrasi

belajar pada mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014

universitas malahayati bandar lampung.

3.4 Subyek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian. Pemilihan populasi

dan sampel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berhasil atau

tidaknya suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

mahasiswi program studi kedokteran universitas malahayati bandar

lampung angkatan 2014.

3.4.2 Sampel

Page 33: BAB 1-5 fix banget.docx

33

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian objek yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi dan

metode pengambilan sampel secara total sampling.

Penentuan besarnya sampel pada penelitian ini menggunakan rumus

Slovin, yaitu :25

n = N

1+N (d2)

n = 149

1+149(0,052)

n = 149

1,372

n = 108,6 108

Jadi, besarnya sampel minimum pada penelitian ini adalah 108 responden.

3.4.3 Kriteria Inklusi

a) Seluruh mahasiswi angkatan 2014 Program Studi Kedokteran

Universitas Malahayati Bandar Lampung

b) Mahasiswi yang bersedia mengikuti penelitian

3.4.4 Kriteria Eksklusi

a) Mahasiswi yang sedang sakit / begadang (waktu tidur < 8 jam)

b) Mahasiswi yang sedang menstruasi

c) Mahasiswi yang tidak bersedia mengikuti penelitian

Dimana :

n = Jumlah sampel minimumN = Jumlah populasid = nilai presisi 0,05 (5%)

Page 34: BAB 1-5 fix banget.docx

34

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konsentrasi belajar.

3.5.2 Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan sarapan pagi dan

kadar hemoglobin.

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala1 Dependent

(Konsentrasi Belajar)

Kemampuan fokus

kuesioner Wechsler Adult Intelligence Scale

1= Rendah (1-4)2= Kurang (5-8)

Ordinal

Page 35: BAB 1-5 fix banget.docx

35

mahasiswi untuk mengerjakan test yang akan di berikan pada saat penelitian

(WAIS) 3=Cukup (9-11)4=Baik(12-15)5=Tinggi(16-17)

2 Independent

( kebiasaan Sarapan Pagi)

(Kadar Hemoglobin)

Sarapan pagi adalah kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu.

Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah

Kuesioner

Portabel Hb (Easy Touch Strip Nesco GHB)

Angket

Observasoinal pemeriksaan kadar hemoglobin

1= Tidak Sarapan2=Sarapan

1= Normal ( 12.00 – 16.00 gr/dl )2 = Rendah ( <12.00 gr/dl )3 = Tinggi (> 16.00 gr/dl)

Ordinal

Ordinal

3.7 Cara Ukur

Penelitian dijalankan dengan menganalisis kuesioner (data primer), dan

pengukuran kadar hemoglobin menggunakan cara hemoglobinometer pada

mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayati

bandar lampung.

3.8 Bahan Dan Alat

1. Instrumen Penelitian

Alat ukur yaitu satu set alat pengukuran cek Hb digital yaitu alat test darah

portable Hb digital adalah alat untuk mengukur kadar hemoglobin (Hb)

Page 36: BAB 1-5 fix banget.docx

36

darah portable yang praktis. Agar memudahkan analisa Hb darah jika

seandainya responden tidak ingin di ambil darah. Adapun fitur yang di

tawarkan :

o Sampel darah ≥ 2.6 ul

o Testing time : 6 detik

o Sampel type : finger capillary whole blood

o Power : 1,5V (AAA) x 2

o Meter dimendion HxWxD (mm) : 88 x 64 x 22

o Display : LCD Display (35 x 45 mm)

o Weight : 59 grams, without batteries

o Life of battery : more than 1000 times

o Technology : Electrode – based biosensor

o Measuring range : 7-26 g/dl (4,3-16,1 mmo/L)

o Sudah termasuk 5 strip Hemoglobin

o Calibrasi : Plasma equivalent

o Memory capacity : 100 test relts

o Operating condition temperatur humidity : 57,2 – 1040F (14-400C)

≤ 85% Relative Humigity

o Meter storage condition (Transportation condition) temperature

humidity : 14-1400F (-10-600C) ≤ 95% Relative Humigity

o Hematocrits range : 30-55%

Kelengkapan isi item dalam kotak :

Page 37: BAB 1-5 fix banget.docx

37

o Puncturer (lancing device)

o Code Key Slot

o Lancets (3)

o Log Book

o Check Strip

o 2 baterai AAA

Alat lain untuk mendukung cek Hb digital di perlukan :

o Auto Lancet (pena lancet)

o Jarum Lancet

o Hb Test Strips

o Kapas Alkohol

o Baterai Baru AAA

2. Prosedur Penelitian

Prosedur pengambilan darah

o Siapkan pena lancet dan jarum lancet

o Masukkan jarum lancet ke dalam pena lancet dan tutup sampai

terdengar “klik”

o Atur kedalaman jarum angka 0 – 4 (gunakan kedalaman 4 untuk

mendapatkan darah yang di perlukan)

o Siapkan kapas alkohol, sterilkan jari telunjuk kemudian tempelkan

ujung pena lancet

Page 38: BAB 1-5 fix banget.docx

38

o Tekan ujung sebaliknya dari pena lancet sampai bunyi “klik”

o Tekan jari telunjuk sampai terlihat darah lalu tempelkan jari yang

berisi darah ke strip Hb

Prosedur cek kadar Hb

o Cek terlebih dahulu alat digital cek Hb dalam kondisi baik

o Cek baterai yang akan di gunakan masih dalam keadaan baik

o Hidupkan power, seting data dan waktu, masukkan code key slot

Hb lihat tulisan “CODE” dilayar masukkan code key slot Hb

o Masukkan test strip HB (warna pink)

o Tempelkan darah di ujung strip

o Tunggu 6 detik maka hasil kadar Hb sudah dapat dilihat

3. Informed Concent Kuesioner

o Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang

penelitian dan gambaran kuesioner.

o Bila responden bersedia, maka responden di minta untuk

menandatangani lembar persetujuan (informed Concent)

o Responden yang bersedia, diberikan pengarahan dan diminta untuk

mengisi kuesioner

o Mengkoreksi kuesioner yang sesuai dengan kriteria inklusi

3.9 Alat Ukur

Menggunakan tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) tes ini

meliputi kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi. Kuesioner kebiasaan

Page 39: BAB 1-5 fix banget.docx

39

sarapan pagi yang dibagikan kepada mahasiswi, serta pengukuran kadar

hemoglobin dengan menggunakan portable hemoglobinometer atau easy

touch GHB pada mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014

universitas malahayati bandar lampung.

3.10 Metode Pengumpulan Data

Pengukuran data di peroleh dari data primer yaitu kuesioner, dan

pengukuran kadar hemoglobin pada mahasiswa. Kemudian hal-hal yang

diperlukan akan dicatat dan ditabulasikan sesuai dengan variabel. Data

yang dicatat meliputi :

1. Kebiasaan Sarapan pagi

2. Nilai kadar hemoglobin

3. Konsentrasi belajar

3.11 Pengolahan Data

Data yang telah diporeh akan diubah kedalam bentuk tabel, kemudian data

diolah dengan menggunakan program Statistical Product and Service

Solution (SPSS) pada komputer. Kemudian proses pengolahan data

menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah :

1. Editing, bertujuan untuk meneliti kelengkapan dan konsistensi

jawaban dari lembaran observasi yang telah di isi oleh peneliti.

2. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama

penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

3. Data entery, entry data di lakukan dengan memasukkan kode atau

koding pada program komputer.

Page 40: BAB 1-5 fix banget.docx

Pengumpulan Sampel

Pembagian Angket

Mahasiswi Program Studi Kedokteran Universitas Malahayati Bandar

Lampung Angkatan 2014 Sesuai Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

40

4. Cleaning, cleaning data merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah dientri, apakah ada kesalahan tersebut terjadi pada saat

kita mengentri ke komputer.

5. Tabulating, tabulasi data adalah kegiatan mengelompokkan atau

menyusun data ke dalam tabel yang di buat sesuai maksud dan tujuan.

3.12 Analisa Data

3.12.1 Univariat

Analisa yang digunakan adalah analisa univariat untuk memperoleh

gambaran pada masing – masing variabel, kemudian di distribusikan

dalam tabel frekuensi.

3.12.2 Bivariat

Analisis yang di lakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independent (kebiasaan sarapan pagi, kadar hemoglobin),dan dependent

(konsentrasi belajar) dengan melakukan uji statistik Chi-square. Untuk

melihat derajat kemaknaan perbedaan menggunakan α = 0,05, dimana jika

P value <α, maka hasil perhitungan secara statistik bermakna dan jika P

value >α, maka hasil perhitungan secara statistik tidak bermakna.

3.13 Alur Penelitian

Page 41: BAB 1-5 fix banget.docx

41

Gambar 3.1 Alur Penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Karateristik Responden

Page 42: BAB 1-5 fix banget.docx

42

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi fakultas

kedokteran umum Universitas Malahayati angkatan 2014. Jumlah populasi

dalam penelitian ini sebanyak 146 orang sesuai dengan kriteria inklusi

menggunakan teknik total sampling. Berikut gambaran karateristik

responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel dan grafik 4.1.

Tabel 4.1 Gambaran karateristik responden berdasarkan usia pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.

Usia Jumlah(n) Persentase (%)

17 Tahun 17 11,6%

18 Tahun 90 61,6%

19 Tahun 30 20,5%

20 Tahun 8 5,5%

22 tahun 1 0,7%

Jumlah 146 100 %

Berdasarkan tabel diatas didapatkan responden dengan usia 18

tahun paling banyak yaitu 90 orang dengan persentase 61,6%, sedangkan

responden usia 17 tahun sebanyak 17 orang dengan persentase 11,6%, 19

tahun sebanyak 30 orang dengan presentase 20,5%, usia 20 tahun

sebanyak 8 orang dengan presentase 5,5% dan responden usia 22 tahun

hanya 1 orang dengan persentase 0,7%.

Page 43: BAB 1-5 fix banget.docx

43

17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun 22 Tahun0

10

20

30

40

50

60

7080

90

100

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Grafik 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.

4.1.2 Analisis Univariat

1. Sarapan Pagi

Dari hasil penelitian berdasarkan sarapan pagi pada masing-masing

responden, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarapan pagi pada mahasiswi fakultas kedokteran umum Universitas Malahayati angkatan 2014.

Sarapan Pagi Jumlah (n) Persentase (%)

Sarapan pagiTidak sarapan pagi

5789

39,0%61,0%

Jumlah 146 100 %

Berdasarkan tabel diatas didapatkan sebagian besar mahasiswi

fakultas kedokteran Umum Universitas Malahayati Angkatan 2014 yang

tidak sarapan pagi sebanyak 89 orang dengan presentase 61,0% dan yang

sarapan pagi sebanyak 57 orang dengan presentase 39,0%.

17 orang

90 orang

30 orang

8 orang1 orang

Page 44: BAB 1-5 fix banget.docx

44

Sarapan pagi Tidak sarapan pagi0

10

20

30

40

50

60

7080

90

100

Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi

Grafik 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarapan pagi pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.

2. Kadar Hemoglobin

Dari hasil penelitian berdasarkan pengukuran kadar hemoglobin pada

masing – masing responden, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin pada mahasiswi fakultas kedokteran umum Universitas Malahayati angkatan 2014.

Kadar Hemoglobin Jumlah (n) Persentase (%)

NormalRendahTinggi

62840

42,5%57,5%

0%

Jumlah 146 100 %

Berdasarkan tabel dan grafik diatas didapatkan sebagian besar

mahasiswi fakultas kedokteran Umum Universitas Malahayati Angkatan

2014 yang kadar hemoglobin rendah sebanyak 84 orang dengan presentase

57,5% dan yang kadar hemoglobin normal 62 orang dengan presentase

42,5%.

57 orang

89 orang

Page 45: BAB 1-5 fix banget.docx

45

Normal Rendah0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin

Grafik 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.

3. Tingkat Konsentrasi Belajar

Dari hasil penelitian berdasarkan tingkat konsentrasi responden, dapat

dilihat pada tabel dan grafik 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat konsentrasi pada mahasiswi fakultas kedokteran umum Universitas Malahayati angkatan 2014.

Tingkat Konsentrasi belajar

Jumlah (n) Persentase (%)

RendahKurangCukupBaik

Tinggi

78136220

4,8%55,5%24,7%15,1%

0

Jumlah 146 100%

Berdasarkan tabel dan grafik diatas tingkat konsentrasi sabagian besar

responden, mempunyai tingkat konsentrasi kurang yaitu didapatkannya

sebesar 81 responden dengan persentase 55,5%. Kemudian, untuk tingkat

konsentrasi kategori cukup didapatkan sebesar 36 responden dengan

persentase 24,7%. Sedangkan, untuk tingkat konsentrasi kategori rendah

84 orang

62 orang

Page 46: BAB 1-5 fix banget.docx

46

didapatkan sebesar 7 responden dengan persentase 4,8%, dan untuk tingkat

konsentrasi kategori baik hanya didapatkan sebanyak 22 responden dengan

persentase 15,1%.

rendah(0-4) kurang(5-8) cukup(9-11) baik(12-15)0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Konsentrasi Belajar

Grafikl 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat konsentrasi pada mahasiswi fakultas kedokteran umum angkatan 2014 Universitas Malahayati.

4.1.3 Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat, digunakan Uji Chi-square sebagai alat analisis

dengan hasil analisis sebagai berikut:

7 orang

81 orang

36 orang

22 orang

Page 47: BAB 1-5 fix banget.docx

47

1. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar

Tabel 4.5 Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar

Kebiasaan Sarapan

Pagi

Konsentrasi Belajar Total p value

Rendah Kurang Cukup Baik

N % N % N % N % N %

Tidak Sarapan

7 7,9% 80 89,9% 2 2,2% 0 0% 89,0 100%

0.000Sarapan 0 0% 1 1,8% 34 59,6% 22 38,6% 57,0 100%

Jumlah 7 4,.8% 81 55.5% 36 24.7% 22 15.1% 146 100%

*Uji Chi-square

Berdasarkan dari hasil penelitian di dapatkan responden yang tidak

melakukan sarapan pagi dengan konsentrasi rendah sebanyak 7 orang atau

7,9%, tidak sarapan pagi dengan konsentrasi kurang sebanyak 80 orang

atau 89,9%, tidak sarapan pagi dengan konsentrasi cukup sebanyak 2

orang atau 2,2%. Sedangkan responden yang melakukan sarapan pagi

dengan konsentrasi kurang sebanyak 1 orang atau 1,8%, melakukan

sarapan pagi dengan konsentrasi cukup sebanyak 34 orang atau 59,6%,dan

responden yang melakukan sarapan pagi dengan konsentrasi baik sebanyak

22 orang atau 38,6%. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji

Chi-square dengan p value 0.000 (p<0.05), menujukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kedua variabel, maka H0 ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

sarapan pagi terhadap konsentrasi belajar.

Page 48: BAB 1-5 fix banget.docx

48

2. Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Konsentrasi Belajar

Tabel 4.6 Hubungan kadar hemoglobin dengan konsentrasi belajar

Kadar Hemoglo

bin

Konsentrasi Belajar Total p value

Rendah Kurang Cukup Baik

N % N % N % N % N %

Rendah 7 8.3% 60 71.4% 11 13.1% 6 7.1% 84 100%

0.000Normal 0 0% 21 33.9% 25 40.3% 16 25.8% 62 100%

Jumlah 7 4.8% 81 55.5% 36 24.7% 22 15.1% 146 100%

*Uji Chi-square

Berdasarkan penelitian didapatkan responden kadar hemoglobin

rendah dengan konsentrasi belajar rendah sebanyak 7 orang atau 8.3%,

responden dengan kadar hemoglobin rendah konsentrasi belajar kurang

sebanyak 60 orang atau 71.4%, responden dengan kadar hemoglobin

rendah konsentrasi belajar cukup sebanyak 11 orang atau 13.1%, dan

responden dengan kadar hemoglobin rendah konsentrasi baik sebanyak 16

orang atau 25.8%. Sedangkan responden dengan kadar hemoglobin normal

konsentrasi belajar kurang sebanyak 21 orang atau 33.9%, responden

dengan kadar hemoglobin normal konsentrasi belajar cukup sebanyak 25

orang atau 40.3%, dan responden dengan kadar hemoglobin normal

konsentrasi belajar baik sebanyak 16 orang atau 25.8%. Dari hasil

perhitungan dengan menggunakan Uji Chi-square dengan p value 0.000

(p<0.05), menujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kedua

variabel, maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin terhadap konsentrasi

belajar.

Page 49: BAB 1-5 fix banget.docx

49

4.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada mahasiswi fakultas

kedokteran umum periode 2014 universitas malahayati bandar lampung

dapat dilihat pada pembahasan dibawah ini :

4.2.1 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Terhadap Konsentrasi Belajar

Berdasarkan Tabel 4.5 dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara kebiasaan sarapan pagi terhadap konsentrasi belajar. Dari

perhitungan yang terlampir, didapatkan nilai p-value sebesar 0.000 yang

artinya p-value < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti

terdapat hubungan antara kedua variabel.

Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa

Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemeteran, pusing, dan daya

konsentrasi juga akan berkurang, karena pertumbuhan dan pasokan nutrisi

yang dibutuhkan untuk otak tidak optimal, yang berakibat kadar glukosa

dibawah normal sehingga terganggunya konsentrasi pada proses belajar.3

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Andry Arjinto pada tahun 2008 di SDN pranti kecamatan

sedati kabupaten sidoarjo dengan judul hubungan antara kebiasaan sarapan

pagi dengan prestasi belajar pada siswa kelas VI yang menunjukkan bahwa

sebesar 58% siswa yang memiliki kebiasaan sarapan pagi memiliki

prestasi diatas rata - rata, dan sebanyak 16% siswa yang tidak sarapan pagi

memiliki prestasi dibawah rata – rata dengan menghitung nilai p value

Page 50: BAB 1-5 fix banget.docx

50

0.04 (p< 0.05), hal ini membuktikan bahwa adanya hubungan antara

kebiasaan sarapan dengan konsentrasi dan prestasi belajar.22

Penelitian Adyana pada tahun 2004 tentang hubungan antara

sarapan pagi dengan konsentrasi belajar anak usia sekolah di SD Negeri 7

Kawan Kabupaten Bangli mengatakan bahwa anak yang melakukan

sarapan pagi yaitu sebesar 79,4% memiliki konsentrasi belajar dalam

kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan nilai p value sebesar 0.000

(p<0.05). sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang cukup

kuat antara sarapan pagi dengan kosnentrasi belajar.23

4.2.2 Hubungan Kadar Hemoglobin Terhadap Konsentrasi Belajar

Hasil uji Chi-square seperti pada Tabel 4.6 terlihat bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin terhadap konsentraasi

belajar dengan p value 0.000 (p<0.05), yang artinya terdapat hubungan

antara kedua variabel.

Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa

hemoglobin merupakan protein utama dalam tubuh manusia yang

berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru – paru kejaringan perifer

dan mengangkut karbondioksida dari jaringan perifer ke paru – paru.

Seseorang yang mempunyai kadar hemoglobin di dalam darah lebih

rendah dari nilai normal, menyebabkan gangguan pada proses belajar, baik

karena menurunnya daya ingat maupun kemampuan berkonsentrasi. Untuk

bisa mempertahankan daya ingat maupun kemampuan berkonsentrasi di

perlukan energi yang tersedia dalam tubuh.4

Page 51: BAB 1-5 fix banget.docx

51

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya, yang

dilakukan oleh Erwin Sinaga pada tahun 2005 dengan judul hubungan

kadar hemoglobin dengan prestasi belajar pada murid SDN 1 Lobutua

Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa jumlah

responden yang memiliki kadar hemoglobin normal sebanyak 15 orang

(30,00%) dan kebanyakan responden memiliki indeks prestasi belajar pada

kategori cukup, sedangkan yg memiliki kadar hemoglobin rendah

sebanyak 19 orang (38,00%) dengan konsentrasi kurang. Berdasarkan hasil

uji statistik didapatkan p value 0.001 (P<0.05) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan prestasi

belajar.24

4.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

penelitian ini hanya pada Fakultas Kedokteran umum saja dengan ruang

lingkup yang kecil. Penelitian ini juga hanya melihat kadar hemoglobin,

sarapan pagi dan tingkat konsentrasi belajar saja, tidak melihat parameter

lain seperti status gizi, pengetahuan gizi, besaran uang saku, status

ekonomi keluarga, serta riwayat penyakit. Selain itu, penelitian ini tidak

memperhatikan apakah responden pada keadaan psikis yang baik serta

minatnya terhadap penelitian ini.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Page 52: BAB 1-5 fix banget.docx

52

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarapan pagi di dapatkan

sebanyak 89 responden (61,0%) yang tidak melakukan sarapan pagi dan

57 responden (39,0%) yang melakukan sarapan pagi.

2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin di dapatkan

sebanyak 62 responden (42,5%) dengan kadar Hb normal, 84 responden

(57,5%) dengan kadar Hb rendah.

3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsentrasi belajar di dapatkan

sebanyak 7 responden (4,8%) dengan konsentrasi belajar rendah, 81

responden (55,5%) dengan konsentrasi belajar kurang, 36 responden

(24,7%) dengan konsentrasi belajar cukup dan 22 responden (15,1%)

dengan konsentrasi baik.

4. Ada hubungan yang bermakna antara sarapan pagi terhadap konsentrasi

belajar pada mahasiswi program studi kedokteran universitas malahayati

bandar lampung angkatan 2014, dengan nilai p value 0.000 ( p<0.05)

dengan tingkat kepercayaan 95%.

5. Ada hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin terhadap

konsentrasi belajar pada mahasiswi program studi kedokteran universitas

malahayati bandar lampung angkatan 2014, dengan nilai p value 0.000

(p<0.05) dengan tingkat kepercayaan 95%.

Page 53: BAB 1-5 fix banget.docx

53

5.2. Saran

Saran yang penulis berikan adalah :

1. Bagi mahasiswa/i

Bagi mahasiswi disarankan bahwa pentingnya sarapan pagi terhadap

konsentrasi belajar, selain itu penting untuk kegiatan sehari – hari

terutama pada saat menerima dan mengolah pelajaran yang diterima.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dengan

jumlah sampel yang lebih banyak dan ditambahkan variabel lain

seperti status gizi, dan indeks masa tubuh. Selain itu di sarankan untuk

meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi dan pada

rentang usia yang lebih luas dengan metodologi yang lebih tepat.