BAB 1-5 FIX BANGET

133
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing 1.1.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Cilincing merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan batas - batas sebagai berikut : Batas-batas wilayah Kecamatan Cilincing adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi Jawa Barat Sebelah Selatan : Kel. Cakung Jakarta Timur Sebelah Barat : Kel. Lagoa Kec. Koja Jakarta Utara 1 I I II I I I

description

fix

Transcript of BAB 1-5 FIX BANGET

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing

1.1.1.1 Keadaan GeografisKecamatan Cilincing merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan batas - batas sebagai berikut : Batas-batas wilayah Kecamatan Cilincing adalah sebagai berikut :Sebelah Utara

: Laut JawaSebelah Timur

: Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi Jawa BaratSebelah Selatan: Kel. Cakung Jakarta TimurSebelah Barat

: Kel. Lagoa Kec. Koja Jakarta Utara

Gambar 1.1 Peta Wilayah Cilincing

Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing 2013: Puskesmas Kecamatan Cilincing

: Puskesmas KelurahanLokasi Puskesmas Kecamatan Cilincing berada di Jl. Madya Kebantenan IV Kel.Semper Timur Kecamatan Cilincing Jakarta Utara dan berada 50 meter dari jalan Kantor Keluraha Semper Timur.Puskesmas Kecamatan Cilincing terdiri dari 1 puskesmas kecamatan dan 9 puskesmas kelurahan yang tersebar meliputi 7 kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Cilincing. Luas total lahan Pusekesmas Kecamatan Cilincing adalah 36,6996 m2 dengan luas lahan terbangun 4.122 m2.Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilincing adalah membawahi 10 puskesmas kelurahan di 7 kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Cilincing dan 1 Klinik Rusun Nawa Marunda, yaitu :1. Puskesmas Kelurahan Semper Barat I2. Puskesmas Kelurahan Semper Barat II3. Puskesmas Kelurahan Semper Barat III4. Puskesmas Kelurahan Kalibaru5. Puskesmas Kelurahan Sukapura6. Puskesmas Kelurahan Rorotan7. Puskesmas Kelurahan Marunda8. Puskesmas Kelurahan Cilincing I9. Puskesmas Kelurahan Cilincing II10. Puskesmas Kelurahan Semper Timur11. Klinik Rusun Nawa MarundaUntuk Kelurahan Semper Timur tidak ada puskesmas keluarahan, akan tetapi sudah ada gedung Puskesmas Kecamatan Cilincing yang berlokasi di wilayah kelurahan tersebut. Sehingga dapat dikatakan secara fisik jumlah puskesmas yang ada adalah 10 puskesmas yaitu 9 puskesmas kelurahan dan 1 puskesmas kecamatan.Puskesmas Cilincing telah mengajukan diri menjadi salah satu unit BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) di wilayah Propinsi DKI Jakarta dimulai pada tahun 2006. Mulai Maret 2006 Puskesmas Kecamatan Cilincing telah ditetapkan menjadi puskesmas BLUD bertahap sesuai dengan SK Gubernur No. 2086 tahun 2006 sampai sekarang.1.1.1.2 Keadaan DemografiPenduduk wilayah Kecamatan Cilincing berdasarkan Profil Kecamatan Cilincing tahun 2013 sebanyak 379.439 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 62.788 kepala keluarga. Terdiri dari penduduk laki-laki 189.038 jiwa dan penduduk perempuan 190.041 jiwa, serta distribusi paling besar pada kelompok usia produktif.Tabel 1.1 Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Cilincing Tahun 2013

NoKelurahanLuas Wilayah (Km2)Jumlah Penduduk (Jiwa)Kepadatan Penduduk (per km2)

1Cilincing (Cilincing I, II)83.12544.8370,54

2Semper Barat (I, II dan III)15.90776.8704,83

3Semper Timur31.61540.8711,29

4Marunda79.16923.7690,30

5Kalibaru24.67069.7602,83

6Rorotan106.37045.1700,42

7Sukapura56.14078.1621,39

Jumlah 396.996379.4391

(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Tahun 2013)Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Cilincing Tahun 2013

NoKelurahanPenduduk (Jiwa)

Laki-lakiPerempuanJumlah

1Cilincing (Cilincing I, II)22.75422.08344.837

2Semper Barat (I, II dan III)38.50038.37076.870

3Semper Timut20.79920.07240.871

4Marunda12.46211.30723.769

5Kalibaru35.18234.57869.760

6Rorotan23.00822.16245.170

7Sukapura36.33341.82978.162

Jumlah189.038190.401379.439

(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013

NoKelompok Umur (tahun)Jumlah

10 4 38.019

25 933.210

310 14 29.004

415 19 31.892

520 24 41.087

625 29 48.904

730 34 42.434

835 39 35.293

940 44 24.223

1045 49 18.148

1150 54 14.294

1255 59 9.595

1360 64 6.109

1465 69 3.941

1570 74 1.969

16> 751.317

Jumlah379.439

(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)Tabel 1.4 Data Dasar di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013

Data DasarJumlah

Jumlah Penduduk379.439

Jumlah Kelurahan7

Jumlah Puskesmas10

Tenaga Kesehatan95

Posyandu26

Jumlah Bayi627

Jumlah Balita3.230

Jumlah Ibu Hamil2.688

Jumlah Ibu Nifas98

(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas1.1.2.1 DefinisiPuskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi : kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas. Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada tiap puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif.Tidak terbatas pada aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi Paradigma Sehat. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated),c. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakatd. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya,e. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif menjadi investasi,f. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah, akanbergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah (partnership),g. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization), menjadi otonomi daerah (decentralization),h. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring dengan era desentralisasi.1.1.2.2 Tujuan Pembangunan Kesehatan Oleh Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan Nasional yakni meningkatkan kesehatan, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2025.1.1.2.3 Visi Puskesmas

Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan yang sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat 2015. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat adalah: 1. Lingkungan sehat2. Perilaku penduduk yang sehat3. Cakupan kesehatan yang bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan

1.1.2.4 Misi Puskesmas

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.1.1.2.5 Fungsi Puskesmas

Fungsi dari Puskesmas antara lain :a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.Disamping itu Puskesmas juga aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.b) Pusat pemberdayaan masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya supaya perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan serta kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas,meliputi :a. Pelayanan Kesehatan Perorangan.

Pelayanan ini bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utamanya menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan.b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

Pelayanan ini bersifat publik (public goods) yang bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

Gambar 1.2 Fungsi PuskesmasSumber : Arrimes, Manajemen Puskesmas1.1.2.6 Wilayah Kerja

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik, dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah kerja puskesmas.Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Walikota/Bupati, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000 penduduk.Untuk jangkauan yang lebih luas, dibantu oleh Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.1.1.2.7 Pelayanan Kesehatan MenyeluruhPelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :1. Promotif (peningkatan kesehatan)2. Preventif (upaya pencegahan)3. Kuratif (pengobatan)4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.1.1.2.8 Peran PuskesmasDalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.1.1.2.9 Upaya Kesehatan Wajib PuskesmasUpaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :1. Promosi kesehatan masyarakat2. Kesehatan lingkungan3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak)4. KB (Keluarga Berencana)5. Perbaikan gizi masyarakat6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular)7. Pengobatan dasarBerikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib dalam bentuk tabel, yaitu :Tabel 1.5 Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas

NoUpaya Kesehatan WajibKegiatanIndikator

1Promosi KesehatanPenyuluhan di Dalam dan di Luar Gedung, PHBSTatanan sehat

Perbaikan perilaku sehat

2Kesehatan LingkunganPenyehatan pemukimanCakupan air bersih

Cakupan jamban keluarga

Cakupan SPAL

Cakupan rumah sehat

3Kesejahteraan ibu dan anakANCCakupan K1, K4

Pertolongan persalinanCakupan linakes

MTBS Cakupan MTBS

ImunisasiCakupan imunisasi

4Keluarga BerencanaPelayanan

Keluarga BerencanaCakupan MKET

5Pemberantasan penyakit menularDiareCakupan kasus diare

ISPACakupan kasus

ISPA

MalariaCakupan kasus malaria

Cakupan kelambunisasi

TuberkulosisCakupan penemuan kasus

Angkapenyembuhan

6Gizi

Distribusi vit A / Fe / cap yodiumCakupan vit A / Fe / cap yodium

PSG% gizi kurang / buruk, SKDN

Promosi Kesehatan% kadar gizi

7PengobatanMedik dasarCakupan pelayanan

UGDJumlah kasus yang ditangani

Laboratorium sederhanaJumlah pemeriksaan

(Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.)1.1.2.10 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.

Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas Kecamatan Cilincing tahun 2013 adalah :A. Upaya Kesehatan Dasar1. Upaya Promosi Kesehatan2. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak3. Upaya Keluarga Berencana4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat5. Upaya Kesehatan Lingkungan6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular 7. Upaya Pengobatan8. Upaya Kesehatan SekolahB. Upaya Kesehatan Pengembangan1. Rawat Inap2. Upaya Kesehatan Olah Raga3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut6. Upaya Kesehatan Jiwa7. Upaya Kesehatan Mata8. Upaya Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan9. Upaya Kesehatan Kerja10. Upaya Kesehatan TradisionalPenyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu.Azas penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas.Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.1.1.2.11 Azas PuskesmasAzas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :A. Azas pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan.b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dud. nia usaha di wilayah kerjanya.e. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.B. Azas pemberdayaan masyarakat

Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wredag. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).C. Azas Keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu :a. Keterpaduan Lintas Program

Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain :1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.2. UKS : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.3. Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.4. Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa & promosi kesehatan.b. Keterpaduan Lintas Sektor

Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara lain :1. UKS : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan & agama.2. Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.3. KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.4. Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperASI, dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan.5. Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.D. Azas Rujukan

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :a. Rujukan Medis

Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :1. Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis (contoh : operasi) dan lain-lain.2. Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.3. Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.b. Rujukan KesehatanRujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :1. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.2. Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan kesehatan karena bencana alam.3. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.Diagram 1.1 Sistem Rujukan Puskesmas

Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas :a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS).Ada tiga tatanan yang bisa diukur yaitu : 1. Tatanan sekolah2. Tatanan tempat kerja3. Tatanan tempat-tempat umumb. Pusat pemberdayaan masyarakat Segala upaya fasilitasi yag bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan & melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh mayarakat.Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :1. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)2. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan3. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun Puskesmas).c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertamaIndikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan kualitas program puskesmas.IPMS minimal mencakup seluruh indikator cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan.1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Cilincing1.1.3.1 Latar Belakang Puskesmas Kecamatan CilincingPelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan dalam upaya peningkatan status kesehatan menurut Hendrik L Blum (1947).Puskesmas adalah sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kedokteran. Keseluruhan program dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat seperti pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, peningkatan gizi masyarakat, peningkatan kesehatan lingkungan serta surveilance dan kegiatan program kesmas lainnya telah dilaksanakan di Puskesmas. Upaya pelayanan kedokteran diwujudkan dalam kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan yang dilakukan meliputi pengobatan dasar dan kesehatan.Pelayanan kesehatan yang dilakukan meliputi pengobatan dasar dan rujukan.Jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Cilincing adalah poli umum, gigi, imunisasi, poli ibu dan anak, poli KB, poli lansia, jiwa, paru, spesialis mata, ECG, USG, RB dengan kapasitas 8 tempat tidur dan laboratorium dasar. Jumlah tenaga dokter umum 15 orang, dokter gigi 10 orang, spesialis mata 1 orang, bidan 29 orang, paramedic 40 orang dan tenaga non paramedic 60 orang.Berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia, Puskesmas Kecamatan Cilincing diharapkan mampu memberikan pelayanan dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat di Kecamatan Cilincing dan sekitarnya.1.1.3.2 Visi, Misi, Kebijakan Mutu dan Motto Puskesmas Kecamatan CilincingA. Visi Puskesmas Kecamatan Cilincing

Puskesmas se-Kecamatan Cilincing menjadi fasilitas pelayanan kesehatan yang berorientasi keadaan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal dengan menjunjung tinggi komitmen vertikal maupun horizontal.B. Misi Puskesmas Kecamatan Cilincing

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatifb. Melakukan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakatc. Melakukan pelayanan kesehatan secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis medis maupun administratifd. Melakukan kegiatan secara bersama dengan mendayagunakan sumber daya yang ada secara optimale. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan feed back terhadap pelayanan puskesmas. C. Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cilincing

a. Mengutamakan kepuasan pelangganb. Mengutamakan pelayanan kesehatan secara professional dan bertanggung jawabc. Meningkatkan kompetensi karyawanD. Motto Puskesmas Kecamatan Cilincing We Can Change Better Kami dapat berubah menjadi lebih baik1.1.3.3 Fungsi Puskesmas Kecamatan Cilincing1. Penyusunan rencana kerja dan anggaran puskesmas kecamatan.2. Pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan.3. Pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan.4. Penyelenggaraan pelayanan medis umum.5. Penyelenggaraan asuhan keperawatan.6. Penyelenggaraan pelayanan persalinan.7. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.8. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas kebidanan, kesehatan anak, penyakit dalam, dan mata.9. Penyelenggaraan rawat inap terbatas.10. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, gizi, farmasi dan optik.11. Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan. 12. Penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana.13. Penyelenggaraan pelayanan imunisasi.14. Penyelenggaraan pelayanan 24 jam.15. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.16. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan.17. Penyelenggaraan pemberdayaan puskesmas kelurahan.18. Penyelenggaraan pencatatan medis.19. Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan kedokteran, peralatan keperawatan, peralatan perkantoran dan perawatan medis lainnya.20. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan.21. Penyusunan Standar Operasional Prosedur.22. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan serta kebersihan, keamanan dan keindahan puskesmas.23. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja.24. Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas dan fungsi yang diselenggarakan oleh puskesmas kelurahan.25. Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi puskesmas kecamatan.26. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi 456 puskesmas kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku Kepala Dinas Kesehatan.1.1.3.4 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cilincing

Gambar 1.3 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cilincing 2014Sumber : Laporan Daftar Pegawai Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 20141.1.3.5 Sumber Daya Manusia Puskesmas Kecamatan CilincingPotensi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas wilayah Kecamatan Cilincing tahun 2013 berjumlah 95 orang Tabel 1.6 Tenaga Kerja Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013NoTenaga KerjaJumlah

1Dokter Spesialis1

2Dokter Umum14

3Dokter Gigi8

4Bidan20

5Perawat33

6Perawat Gigi5

7Tenaga Kefarmasian6

8Tenaga Gizi2

9Tenaga Kesmas2

10Tenaga Sanitasi2

11Tenaga Teknis Medis2

12Fisioterapis-

Jumlah95

(Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2013)1.1.3.6 Sarana dan Prasarana Puskesmas Kecamatan CilincingPuskesmas Kecamatan Cilincing memiliki fasilitas gedung terdiri dari :

1. Luas bangunan

: 1500 m22. Luas tanah

: 2.915 m2

3. Daya listrik

: 27.000 W

4. Air

: PAM

5. Telepon

: 2 unit

6. Fax

: 1 unit7. Komputer

: 20 unit8. Laptop

: 4 unit9. Printer

: 13 unit10. AC

: 26 unit11. Mobil Puskesmas Keliling: 1 12. Mobil dinas

: 1

13. Motor

: 10

14. Swing fog

: 415. Dental Unit

: 3 16. Unit Mata

: 2

Puskesmas Kecamatan Cilincing terdiri dari 4 lantai

Lantai I terdiri dari :

1. Loket

2. Poli Balai Pengobatan Umum (BPU)

3. Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

4. Poli Keluarga Berencana (KB)

5. Ruang Bersalin (RB) dengan kapasitas :

a. Tempat pendaftaraan

b. 5 unit tempat tidur

c. Kamar bersalin kapasitas 3 unit tempat tidur

d. Kamar periksa

e. Ruang tunggu

f. Ruang administrasi

g. Dapur

h. Kamar mandi/toilet

6. Ruang UGD

7. Ruang USG

Lantai II terdiri dari :1. Ruang tunggu.2. Poli Gigi.3. Poli Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).4. Poli Mata.5. Poli Spesialis Anak.6. Laboratorium.7. Apotek.8. Toilet.9. Pojok ASI.10. Pojok GiziLantai III terdiri dari :1. Ruang Kepala Puskesmas.2. Ruang Kepala Tata Usaha (TU).3. Ruang TU.4. Ruang Koordinator Pelayanan Tuberkulosis (TB).5. Ruang Koordinator Kesehatan Komunitas.6. Ruang Koordinator Obat.7. Ruang Koordinator Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).8. Ruang Koordinator KIA.9. Ruang Koordinator Gizi.10. Ruang Penerimaan Retribusi.11. Ruang Tamu.12. Ruang Tunggu.13. Gudang Gizi.14. Gudang Arsip.15. Gudang Promosi Kesehatan (Promkes).16. Gudang KIA-KB.17. Mushola.18. Toilet.Lantai IV terdiri dari :1. Ruang Pengendalian Penyakit Menular (P2M).2. Dapur.3. Toilet.4. Aula.5. Sampah Medis.1.1.4 Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) di Puskesmas Kecamatan CilincingProgam Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) adalah program upaya pengembangan puskesman yang termasuk di dalam program P2M. Upaya pengendalian penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini, yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu, pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan, serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan.

Kebijakan penanggulangan penyakit menular khususnya dalam penanggulangan wabah telah diatur dalam bentuk peraturan perundangan, yaitu UU No. 4 Tahun 1984 tentang Penyakit Menular serta Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Peraturan tersebut pada intinya mengatur :1. Tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah wabah.

2. Upaya penganggulangan.

3. Peran serta masyarakat.

4. Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit.

5. Ganti rugi dan penghargaan.

6. Pembiayaan penanggulangan wabah.

7. Pelaporan.

Di berbagai wilayah di Indonesia terdapat perbedaan tingkat endemitas dan jenis penyakit menular. Pada P2B2 penyakit yang endemis diwilayah Indonesia adalah demam berdarah, malaria, filariasis, flu burung, leptospirosis dan rabies.

Tingkat endemitas penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik, sosial, ekonomi) dan perilaku masyarakatnya. Kecamatan Kemayoran dengan karakteristik lingkungan dan perilaku masyarakat yang berbeda, memiliki endemisitas penyakit menular yang berbeda.A. Kegiatan Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang ( P2B2 ) 1. Flu Burung (H1NI)

Kegiatan yang dilakukan :

1. Pembentukan dan pelatihan Tim Gerak Cepat / Tim Investigasi Terpadu terdiri dari :

a. Petugas surveilans Puskesmas Kecamatan (2 org / Kecamatan).

b. Seksi Pertenakan tingkat Kecamatan.

c. Petugas Surveilans Sudin dan Dinas Kesehatan dan Peternakan.

2. Kesepakatan kegiatan investigasi bersama pasca Pertemuan Lintas Batas Jabodetabek bidang Kesmas.

3. Komitmen pelaksanaan investigasi kurang dari 1 x 24 jam setelah laporan diterima.

4. Depopulasi dan sertifikasi unggas.

5. Pengawasan lalu lintas unggas.Langkah-langkah kegiatan yang akan datang :

1. Sweeping.2. Sertifikasi.3. Biosekuriti / desinfeksi.4. Sosialisasi.5. Pengawasan lalu lintas unggas.6. Penguatan surveilans dan investigasi terpadu.7. Promosi kesehatan.8. Simulasi lapangan kondisi pandemi.9. Menyusun rencana kontigensi.10. Pemberdayaan Komprov Flu Burung.2. Leptospirosis

Kegiatan yang dilakukan :1.Surveilans.a. Surveilans penyakit.

b. Surveilans vektor.

c. Surveilans faktor risiko.

2.Deteksi dini dan pengobatan atau perawatan dini.

3.Pengendalian faktor risiko.

4.Partisipasi masyarakat.

Apabila ditemukan penderita suspect leptospirosis probabe ataupun confirmed maka harus dilakukan penyuluhan, penyelidikan Epidemiologi lingkungan dan case finding yaitu mencari kasus tambahan dengan radius 200 meter dari rumah penderita untuk diobati atau dirujuk bila dengan komplikasi.

Bila ditemukan penderita tambahan dengan sebab lingkungan yang sama maka segera dilaporkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) dengan menggunakan formulir laporan W1 dan kasus tambahan selanjutnya dilaporkan dengan W2. Penanggulangan KLB diikuti penyelidikan kasus dan lingkungan serta dilakukan pengambilan spesimen terhadap penderita dan hewan tersangka sekitar lokasi dengan bantuan tim kota/ kab administrasi provinsi dan pusat. Serum sebelum dikirim agar disimpan didalam freezer dengan menuliskan etiket pada label nama penderita, umur, jenis kelamin, tanggal pengambilan spesimen pertama dan kedua. Apabila dilakukan pengambilan spesimen terhadap hewan selain tikus harus bekerja sma dengan sudin kelautan dan pertanian. Kemudian serum dikirim ke B. Balitvet Bogor atau RS karyadi Semarang. Pengobatan tersangka penderita/ tersangka penderita Pengobatan : pemeberian antibiotik seperti penicillin, streptomysin, doxycicline,tetracycline atau eritromisin. Menurut Turner pemberian penicillin atau tetracyclin dosis tinggi dapat memberikan hasil yang sangat baik. Pemberian diberikan 10 hari

Pencegahan :

1. Kebersihan perorangan dan lingkungan.2. Penggunaan APD (alat pelindung diri).3. Pengendalian vektor (tikus dan insektivora).4. Vaksinasi hewan kesayangan dan hewan ternak dinas kelautan dan pertanian.Di Kecamatan Gambir tidak ditemukan penyakit leptospirosis pada periode Januari-Desember 2012.3. Rabies

Berdasarkan SK Mentri Pertanian No : 566/kpts/PD.640/10/2004 Provinsi DKI Jakarta telah dinyatakan bebas rabies dan untuk mempertahankan telah dibentuk Tim Koordinasi Pengaman Daerah Bebas Penyakit Rabies dan Penyakit Menular Hewan Linnya di Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Surat Keputusan Gubernur No: 2070/2005 tanggal 25 Oktober 2005. Walaupun Provinsi DKI Jakarta telah bebas Rabies, tetapi tetap merupakan daerah yang terancam penularan Rabies, karena beberapa Kabupaten di Jawa Barat yang awalnya telah dinyatakan bebas, ditemukan kembali kasus Rabies baik pada hewan maupun manusia. Demikian pula masih ada Provinsi di Indonesia yang endemik Rabies.

Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan Provinsi DKI Jakarta selain yang telah tertuang dalam PERDA 11 tahun 1995. Tentang pengawasan hewan rentan Rabies, serta pencegahan dan penanggulangan, juga melakukan :1. Surveilans dan Intervensi ketat, antara lain :a. Tahapan Hewan : Vaksinasi, Observasi, eliminasi yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas Perternakan, perikanan dan kelautan.b. Tahapan manusia : Pertolongan pertama pada kasus gigitan di puskesmas dan UPK lainnya, sambil melaporkan hewannya ke pemilik/Sudin Pertenakan untuk dipantau dan diumpan balikkan apakah termasuk hewan penular rabies/ HPR (hilang, mati, terjangkit atau tidaknya akan rabies). Pemberian pasteur treatment atas indikasi di rabies treatment center. Perawatan penderita rabies di rumah sakit yang mempunyai ruang isolasi.

2. Adapun langkah-langkah yang dilakuka apabila ada kasus gigitan HPR :

Mencuci luka dengan sabun atau deterjen dan air yang mengalir selama kurang lebih 15 menit. Mencuci luka sangatlah penting karena virus rabies terbungkus lipid (lemak). Walaupun penderita gigitan ataun keluarga sudah dicuci pencucuan luka harus tetap dilakukan atau diulangi.

Kemudian dapat diberikan antara lain : Alkohol 40 %, 70%, betadin, iodium tincture, larutan yang mengandung amonium kuartener.3. Luka gigitan tidak boleh dijahit, apabila harus dijahit maka jahitan yang dilakukan adalah jahitan situasi.

4. Luka gigitan dibedakan: Resiko rendah yaitu : badan dan kaki cukup di puskesmas atau UPK lainnya, resiko tinggi : jari-jari, lengan, bahu keatas atau muka multipel harus dirujuk ke rabies treatment center.

5. Apabila HPR diketahui pemiliknya, agara keluarga korban gigitan berkoordinasi dengan pemilik HPR untuk mengghubungi slaha satu yaitu :

Penilik/ sudin peternakan setempat.

Balai kesehatan hewan dan ikan, jalan harsono RM no 28 ragunan, telp 7805447 agar HPR dapat diobservasi.

6. Apabila HPR yang menggigit tidak diketahui pemiliknya/ liar, kasus gigitan dirujukan ke rabies treatment center yang ada di :

a. RSPI Sulianti Saroso, Jl. Sunter Permai Raya, Jakarta Utara, telp 6506559, 64011412.b. RSUD Tarakan, Jl. Kyai Caringin no 7 Jakarta Pusat telp 3842938.7. Vaksinasi yang digunakan saat ini adalah purivied vero rabies vaksin (verorab) dengan cara pemberian hari ke 0 diberikan 2 angka suntikan di regio deltoideus kanan dan kiri masing-masing 0,5 ml IM, kemudian hari ke 7 dan 21 masing-masing 1x suntikan IM deltoid kiri dan kanan. Di Kecamatan Gambir tidak ditemukan penyakit rabies pada periode Januari-Desember 2012.4. Malaria

Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria, terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria. Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada epidemiologinya seperti: manusia, parasit malaria, vektor dan lingkungannya. Pemberantasan malaria harus ditujukan untuk memutus penularan penyakit malaria, dengan sasaran antara lain :1. Penemuan penderita.Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan dengan penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case Detection) dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang mengunjungi rumah secara teratur. Penemuan penderita secara pasif (PCD=Passive Case Detection) yakni berdasarkan kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan (puskesmas pembantu, puskesmas, dan rumah sakit) yang menunjukkan gejala klinis malaria.2. Pengobatan penderita.Kegiatan pengobatan penderita antara lain :

a.Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.

b.Pengobatan radikal, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah.

c.Pengobatan MDA (Mass Drug Administration), adalah pengobatan massal pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang diobati.

d.Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria (Depkes RI, 2000).

Obat Anti Malaria yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Obat harus digunakan terus-menerus mulai minimal 1- 2 minggu sebelum berangkat sampai 4-6 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria. Efek samping : gangguan seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan meminum obat sesudah makan (Depkes RI, 2000).

3. Pemberantasan vektor.

Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan rumah menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk (Depkes RI, 2000).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberantas jentik nyamuk Anopheles :

a. Cara kimiawi dengan menggunakan larvasida yaitu zat kimia yang dapat membunuh larva atau jentik nyamuk seperti oli, solar atau minyak tanah, paris green, temefos, fention, dan lain-lain. Kedalam larvasida juga dimasukkan Bacillus thuringiensis sejenis bakteri yang dapat membunuh larva oleh karena ia tidak berkembang biak lagi pada setiap kali aplikasi. Dapat juga dengan herbisida yakni zat kimia yang dapat mematikan tumbuh-tumbuhan air yang digunakan sebagai tempat berlindung bagi larva nyamuk.b. Cara Biologik.1) Ikan pemakan jentik seperti gambusia, guppy, ikan kepala timah dan ikan mujair.2) Tumbuh-tumbuhan yang dapat menghalangi sinar matahari seperti pohon bakau.3) Protozoa (nozema) jamur (Coelomomyces) dan berbagai jenis nematoda lainyang sedang dalam proses penelitian.

Cara yang terbanyak dipakai di Indonesia adalah cara kimiawi dengan menggunakan solar atau minyak tanah yang dicampur dengan spreading agent atau zat kimia yang dapat mempercepat penyebaran bahan aktif yang digunakan (Depkes RI, 2000).

Pengendalian nyamuk dewasa merupakan cara utama yang diterapkan baik dalam program pembasmian maupun program pemberantasan malaria. Membunuh nyamuk dewasa biasanya dilakukan dengan menggunakan insektisida yang terbanyak digunakan di Indonesia adalah DDT.

Cara genetik yakni melepaskan nyamuk jantan yang steril (tidak bisa memberikan keturunan) telah lama dicoba akan tetapi hasilnya tidak memuaskan dan biayanya mahal (Depkes RI, 2000).

Pemberantasan malaria akan diintensifkan melalui pendekatan Roll Back Malaria (RBM) atau upaya kemitraan global, suatu komitmen internasional dengan strategi sebagai berikut: deteksi dini dan pengobatan yang tepat, peran serta aktif masyarakat dalam pencegahan malaria dan perbaikan kualitas dari pencegahan dan pengobatan malaria melalui perbaikan kapasitas personel kesehatan yang terlibat. Yang juga penting adalah pendekatan terintegrasi dari pembasmian malaria dengan kegiatan lain, seperti promosi kesehatan. Roll Back malaria bertujuan mengurangi penderita sebanyak 50% pada tahun 2010 melalui pendekatan partnership (Laihad, 2005).

Di Kecamatan Gambir tidak ditemukan penyakit malaria pada periode Januari-Desember 2012.5. FilariasisFilariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Tenggara.

Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas nasional pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 20042009. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus program adalah (a) menurunnya angka mikrofilaria (microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di setiap Kabupaten/Kota, (b) mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.

Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi Global Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup pemutusan rantai penularan filariasis melalui POMP filariasis di daerah endemis filariasis dengan menggunakan DEC yang dikombinasikan dengan albendazole sekali setahun minimal 5 tahun, dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus klinis filariasis, baik kasus akut maupun kasus kronis.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama program eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota. Menetapkan tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota.

b. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen, mobilisasi sumber daya kabupaten/kota.

c. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta kerjasama lembaga mitra kerja lainnya di kabupaten/kota.

d. Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi filariasis di puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.

e. Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.

f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan penatalaksanaan kasus klinis kronis filariasis di daerahnya.

g. Membentuk KOMDA POMP filariasis.

h. Mengalokasikan anggaran biaya operasional dan melaksanakan POMP filariasis.

i. Mengalokasikan anggaran dan melaksanakan pengobatan selektif, penatalaksanaan kasus reaksi pengobatan, dan penatalaksanaan kasus klinis filariasis.

j. Mengkoordinir dan memastikan pelaskanaan tugas puskesmas sebagai pelaksana operasional program eliminasi filariasis kabupaten/kota.

Sejak tahun 2005, sebagai unit pelaksana atau IU (implementation unit) penanganan filariasis adalah setingkat kabupaten/kota. Artinya, satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pelaksanaan POMP filariasis. Bila sebuah kabupaten/kota sudah endemis filariasis, maka kegiatan POMP filariasis harus segera dilaksanakan.

Walau sudah berbasis kabupaten, upaya program tersebut belum dapat menjangkau seluruh penduduk di wilayah kabupaten/kota tersebut. Pola program semacam ini tidaklah efisien dan tidak efektif karena tetap terdapat risiko penularan (re-infeksi) karena belum seluruh penduduk terlindungi. Untuk itu, pelaksanaan POMP filariasis perlu direncanakan secara komprehensif dan mencakup seluruh wilayah endemis di Indonesia.

Agar mencapai hasil optimal sesuai dengan kebijakan nasional eliminasi filariasis dilaksanakan dengan memutus rantai penularan, yaitu dengan cara POMP filariasis untuk semua penduduk di kabupaten/kota tersebut kecuali anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya.

Di Kecamatan Gambir tidak ditemukan penyakit filariasis pada periode Januari-Desember 2012.6. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Program P2B2 yang berjalan di puskesmas Kecamatan Gambir adalah pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdah dengue (DBD).

Kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah meliputi :

a. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Tujuan : Untuk memantau keberhasilan/kesinambungan Gerakan PSN DBD 30 menit sekali seminggu secara Serentak Di Prop. DKI Jakarta dgn memeriksa ada tidaknya Jentik (Pemantauan Jentik Berkala/PJB) dan dikaitkan dgn kejadian Kasus DBD di RW .Sasaran : Tempat perindukan nyamuk di lokasi RW secara sampling.

Perlengkapan : Surat tugas, form pencatatan & pelaporan, senter, gayung dan larvacid.

Indikator :

Angka Bebas Jentik 95% = Jumlah rumah diperiksa (-) jentik X 100%

Jumlah total rumah diperiksab. PJB (Pemeriksaan Jentik Berkala) .Pemeriksaan jeniik berkala adalah suatu usaha yang dilakukan dalam rangka mengendalikan perkembangan vektor penularan penyakit demam berdarah yaitu nyamuk Aedes aegypti tertutama pada siklus nyamuk saat berupa jentik nyamuk.Pemeriksaan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu kader-kader kesehatan atau yang sering disebut dengan juru pemantau jentik ( JUMANTIK ) yang merupakan warga di RT dalam wilayah Kecamatan Gambir dan oleh non JUMANTIK yaitu petugas kesehatan dari puskesmas Kecamtan Gambir.

Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh JUMANTIK adalah :

1) Dilaksanakan di RT yang ada JUMANTIK .2) Seluruh bangunan diperiksa ada/tidaknya jentik secara total coverage .3) Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap rumah/bangunan berdasarkan tatanan .4) Mencatat hasil pemeriksaan jentik dan melaporkan ke Kantor Kelurahan. 5) Puskesmas Kelurahan/Kecamatan menganalisa dan melaporkan bulanan ke Sudin Kesmas .Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh NON JUMANTIK adalah :

1) Pelaksana adalah petugas Puskesmas Kelurahan/Kecamatan .2) Menentukan sasaran RW lokasi sekaligus data jumlah rumah/bangunannya masing-masing .3) Menyusun jadwal penyelesaian per 3 bulan . 4) Menentukan random sampling untuk 100 rumah/bangunan sampling di setiap RW sasaran .5) Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap rumah/bangunan sampling .6) Mencatat dan menganalisa hasil pemeriksaan jentik dan per RW .c. Penyelidikan epidemiologi (PE) .Bila terdapat laporan Kasus DBD yang diterima Petugas Puskesmas maka akan ditindaklanjuti dalam waktu 2 x 24 jam.Tindakan yang dilakukan adalah :

1) Kunjungan ke penderita .

2) Pemeriksaan jentik 20 rumah atau radius 100 meter dari rumah penderita . 3) Mencari kasus yang serupa dengan penderita yaitu gejala demam tanpa sebab yang jelas .4) Bila tidak di temukan poin 2) dan 3) yang berarti hasil PE (-) , maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan penyuluhan .

5) Bila ditemukan poin 2) dan 3) yang berati hasil PE (+) , maka dilakukan Fogging Fokus dan penyuluhan .d. Fogging Fokus DBD kasus (+) .Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+) , kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2X24 Jam .2) Radius Pengasapan 200 meter .3) Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari .e. Pencatatan dan Pelaporan Kasus DBD.

Kewaspadaan dini penyakit DBD atau upaya pemberantasan DBD dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut :

1) Penemuan, pelaporan dan pelacakan kasus penderita DBD yang dilakukan oleh petugas.

2) Diagnosa sementara penyakit DBD atau tersangka DBD ditegakkan dengan kriteria yaitu panas tinggi selama 2-7 hari disertai adanya tanda-tanda perdarahan:

a. Rumple Leed Test.

b. Jumlah trombosit