BAB 1-3 perilaku pembuangan limbah ternak

85
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan behwa perilaku merupakan hasil hubugan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon).Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,sistem pelayanan kesehatan,makanan serat lingkungan. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. 1

description

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri.Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan behwa perilaku merupakan hasil hubugan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon).

Transcript of BAB 1-3 perilaku pembuangan limbah ternak

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPerilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan behwa perilaku merupakan hasil hubugan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon).Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,sistem pelayanan kesehatan,makanan serat lingkungan. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.Lingkungan yang bersih dan sehat bebas dari pencemaran merupakan dambaan setiap masyarakat. Lingkungan yang bersih ini akan menciptakan suasana asri sehingga setiap warga merasakan hidup sehat baik dalam segi jasmani maupun rohani. Dilingkungan masyarakat desa masih banyak peternakan sapi yang menggunakan pekarangan rumahnya untuk memelihara hewan ternak sapi.Usaha peternakan dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Namun demikian sebagaimana usaha lainnya usaha peternakan juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu untuk meminimalkan limbah peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga kenyamananpemukiman masyarakatnya.Salah satu upaya pemerintah ke arah itu adalah dengan memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai tambah bagi usaha tersebut.Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari usahanya,bahkan ada yang membuang limbah ternaknya ke sungai sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktifitas peternakan seperti feces,urin,sisa pakan serta air dari pembersihan ternak dan kandangmenimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar.Baik berupa bau yang tidak enak yang menyangat,sampai timbulnya penyakit diare yang disebabkan bakkteri atau virus pada kotoran limbah ternak. Limbah atau sampah bisa diartikan kotoran hasil pengolahan pabrik ataupun manusia yang mengandung zat kimia berupa sampah dan dapat menimbulkan polusi serta mengganggu kesehatan. Limbah bukanlah suatu hal yang harus dibuang tanpa guna karena pengolahan dan pemanfaatan secara baik limbah akan menjadi manjadi sesuatu yang lebih berguna.Menurut Soehadji (1992) limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat,cairan dan gas maupun sisa pakan.Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fese padat (kotoran ternak,ternak yang mati,atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair ialah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam bentuk fase cair (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau dalam fase gas.Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran.Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah ternak bahwa total sapi dengan berat badan 500 kg selama 1 hari produksi manurenya dapat mencemari 9.084 X 107 m3 air.Selain melalui air limbah ternak sering mencemari lingkugan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat.Efek samping dari berkembang biaknya lalat yaitu bisa terjadi penyakit diare.Diare merupakan gangguan pada saluran cerna yaitu ketidaknormalan (pertambahan) frekwensi buang air besar (defekasi) dengan ciri khas konsistensi fesesnya cair. Yang dimaksud ketidaknormalan disini adalah keadaan yang tidak seperti biasanya.Misalnya seseorang biasa buang air besar 3 kali seminggu pada saat diare orang tersebut bisa buang air besar 3 kali dalam sehari atau lebih dengan konsistensi cair. Di Amerika 16,5 juta anak kurang dari 5 tahun menderita diare dan 300-500 anak meninggal setiap tahunnya karena diare.Dinegara berkembang diare akut membunuh 5000 anak setiap tahunnya. WHO (World Health Organization) memperkirakan bahwa 744 ribu sampai 1 juta kasus diare terjadi pada anak-anak setiap tahun.Hampir semua kelompok usia dan seluruh daerah geografis dunia diserang diare tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama didapatkan sekitar 18% kematian balita dari 3.070 juta balita (Kemenkes RI 2011).Indonesia dalam mencapai tujuan ke empat dari pembangunan milenium (Milenium Development Goals/MDGS) yaitu menurunkan angka kematian bayi menjadi 2/3 dalam kurun waktu 25 tahun (1990-2015) dan juga menekan Case Fatality Rate (CFR) diare pada saat kejadian luar biasa (KLB) menjadi kurang dari satu dan jumlah kasus diare sebanyak 285 per 1000 penduduk (Kemenkes RI 2010). Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi 1.585 kasus pada tahun 2012 (Kementerian Kesehatan RI, 2013 : 90). Di Jawa Timur cakupan pelayanan penderita Diare tahun tahun 2011 sebesar 69%, sedangkan tahun 2012 sebesar 72,43% (masih di bawah target Nasional 100%). Dilihat hasil cakupan pelayanan diare di kabupaten/kota tahun 2012, 7 (tujuh) kabupaten/Kota sudah mencapai target 100%, yakni Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sampang, Kota Kediri, Kota Pasuruan dan Kota Mojokerto (Dinkes Jatim, 2013 : 28). Sedangkan di Kabupaten Tuban tahun 2012 angka kesakitan diare adalah 31,80 per 1.000 penduduk (Dinkes Tuban, 2013). Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare disebabkan oleh kuman melalui koordinasi makanan atu minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita. Sedangkan faktor faktor lain meliputi faktor penjamu dan lingkungan.Faktor dominan penyebab diare adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja.Tempat pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit menular.Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare adalah sarana pembuangan limbah ternak yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hal ini merupakan faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi kejadian diare termasuk pengolahan limbahnya yang tidak saniter. Salah satu vektor penyebab diare adalah lalat. Lalat sering dianggap sebagai binatang pembawa penyakit diare pada masyarakat.Lalat akan membawa kuman patogen seperti tempat sampah, tempat pembuangan tinja dan kandang ternak dan kemudian memudahkan kuman penyakit itu kedalam makanan yang akan dikonsumsi manusia. Terdapat kaitan erat antara faktor perilaku dan faktor lingkungan terhadap timbulnya kejadian diare.Pembuangan limbah ternak yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menjadi salah satu faktor terjadinya penyakit diare. Meskipun dalam hal perilaku pembuangan limbah ternak sudah menjadi kebiasaan sehari hari namun perlu untuk dilakukan perubahan perilaku pembuangan limbah ternak yang sesuai dengan perilaku hidup sehat dan bersih.Untuk itu dalam hal ini masyarakat harus mempunyai kesadaran dan mau merubah perilaku dalam pembuangan limbah ternak yang memenuhi syarat kesehatan. Pemerintah dalam hal ini telah membuat peraturan di dalam Undang Undang RI No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Dan setiap pendirian usaha peternakan yang potensial mengakibatkan dampak penting terhadap lingkungan hidup diwajibkan malakukan studi lingkungan yaitu dikenal dengan istilah AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Dinas Kesehatan dapat melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang bagaimana cara pengolahan serta pembuangan limbah ternak yang baik dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga menyebabkan salah satunya adalah penyakit diare.Berdasarkan uraian masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan perilaku pembuangan limbah ternak sapi dengan kejadian penyakit diare di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan perilaku pembuangan limbah ternak sapi dengan kejadian penyakit diare di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban ?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan perilaku pembuangan limbah ternak sapi dengan kejadian penyakit diare di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014.1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi perilaku pembuangan limbah ternak sapi di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014.2. Mengidentifikasi kejadian penyakit diare di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014.3. Menganalisis hubungan perilaku pembuangan limbah ternak sapi dengan kejadian penyakit diare di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian1. Bagi PenelitiMenerapkan teori yang telah didapatkan dan sebagai pengalaman yang bermanfaat berkaitan dengan teori riset.2. Bagi Institusi kesehatanMemberikan masukan dan sumbangan pemikiran mengenai perkembangan ilmu pengetahuan.3. Bagi MasyarakatDiharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat agar merubah perilaku pembuangan limbah ternak sapi yang memenuhi syarat kesehatan untuk menghindari Penyakit Diare di Desa Banjaragung Rengel Tuban.

21

8

BAB 2TINJUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan beberapa konsep yang terdiri dari konsep perilaku, konsep limbah ternak, konsep diare, konsep keluarga, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.

2.1 Konsep Perilaku2.1.1 Pengertian PerilakuPerilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus-Organism -Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : 1. Perilaku tertutup (convert behavior)Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.2. Perilaku terbuka (overt behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.2.1.2 Klasifikasi Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.3. Perilaku kesehatan lingkunganAdalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.2.1.3 Domain PerilakuMenurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :1. Pengetahuan (knowlegde)Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objekb. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objekc. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :1. Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).2. Merespon (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.3. Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.1. Bertanggung jawab (responsible) 2. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.3. Praktik atau tindakan (practice)Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :1. Persepsi (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.2. Respon terpimpin (guide response)Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.3. Mekanisme (mecanism)Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.4. Adopsi (adoption)Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :1. Kesadaran (awareness)Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)2. Tertarik (interest)Dimana orang mulai tertarik pada stimulus3. Evaluasi (evaluation)Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.4. Mencoba (trial)Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.5. Menerima (Adoption)Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.2.1.4 Asumsi Determinan PerilakuMenurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :1. Teori Lawrence Green (1980)Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.2. Teori Snehandu B. Kar (1983)Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information).d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy). e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).3. Teori WHO (1984)WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :a. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).b. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.c. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.d. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.e. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.f. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.g. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Konsep Limbah TernakLimbah atau sampah bisa diartikan sebagai kotoran hasil pengolahan pabrik ataupun manusia yang mengandung zat kimia berupa sampah dan dapat menimbulkan polusi serta mengganggu kesehatan. Pada umumnya sebagian besar orang mengatakan bahwa limbah adalah sampah yang sama sekali tidak berguna dan harus di buang,namun jika pembuangannya dilakukan secara terus menerus maka akan menimbulkan penumpukan sampah.Paradigma lama mengatakan bahwa limbah merupakan suatu bahan buangan yang tidak memiliki nilai ekonomis sehingga menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan teknologi pengolahan limbah. Berbeda dengan Paradigma baru bahwa limbah khususnya limbah organik merupakan suatu bahan baku suatu produksi baik dalam menghasilkan pupuk, energi maupun sebagai bahan baku pakan ternak. Dalam agribisnis limbah peternakan merupakan behan andalan pemenuhan kebutuhan pupuk. Namun,karena pengelolaannya yang kurang baik dan belum memadai maka sebagian besar limbah peternakan justru masih menjadi penyebab utama pencemaran lingkungan.Mengingat pencemaran lingkungan hidup yang timbul pada usaha peternakan sebagian besar disebabkan oleh limbah yang dihasilkan maka upaya pengelolaan limbah merupakan bagian dari sistem usaha peternakan yang harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh.Mengingat masyarakat tidak menyadari bahwa limbah yang dihasilkan oleh berbagai aktifitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dapat menimbulkan dampak terhadap menurunnya daya dukung lingkungan.Hal itu dapat dimengerti karena pada saat itu lingkungan masih mampu mengabsorbsi limbah sehingga tidak sampai mengakibatkan pencemaran. Agar pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan benar dan memberikan kontribusi terhadap nilai tambah pendapatan siapapun harus memahami terlebih dahulu pengertian dasar dan batasan libah itu sendiri. Ada 4 pokok pengertian dari limbah yaitu :1. Limbah merupakan bahan buangan sisa dari suatu proses atau kegiatan artinya sebelumnya merupakan bagian dari bahan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan.2. Limbah merupakan hasil dari suatu proses atau kegiatan artinya tidak mungkin dihasilkan limbah tanpa adanya proses atau kegiatan tersebut.3. Limbah merupakan bahan yang sudah tidak digunakan lagi dalam proses atau kegiatan tersebut artinya apabila diinginkan untuk digunakan lagi maka harus diperbaiki atau digunakan untuk proses atau kegiatan jenis lain yang membutuhkan.4. Limbah merupakan bahan yang tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya artinya apabila bahan tersebut digunakan lagi untuk proses atau kegiatan yang serupa tidak akan memberikan keuntungan.Dari pengertian 4 pokok diatas maka limbah dapat didefinisikan sebagai bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan manusia,tidak digunakan lagi pada proses atau kegitan tersebut dan tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya.Dari definisi tersebut dapat dijelaskan batasan limbah peternakan dan limbah ternak.Limbah peternakan ialah bahan buangan yang dihasilkan dari sisa semua kegiatan yang dilakukan dalam usaha peternakan.Sedangkan limbah ternak ialah bahan buangan yang dihasilkan dari sisa kegiatan metabolisme ternak yang terdiri dari feses,urin,keringat dan sisa metabolisme yang lain.

2.3 Konsep Diare2.3.1 PengertianDiare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah seperti lebih dari 3 kali per hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali per hari (Hidayat, 2008 : 101).Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali sehari pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi selain penyebab lain seperti malabsorsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan (Ngastiyah, 2005 : 223).Sedangkan diare menurut Ramaiah Savitri (2006 : 13) adalah salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim mempengaruhi banyak orang. Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana tinja cair dikeluarkan 3 kali atau lebih perhari.Menurut Mansjoer A (2003 : 501), diare adalah buang air besar dengan konsistensi encer atau cair dan lebih dari 3 kali sehari. 2.3.2 Klasifikasi diare1. Diare akut Adalah diare yang terjadi secara tiba-tiba pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat, kadang gejalanya bisa berlangsung antara 7-14 hari dan tinjanya berbentuk cair atau encer.2. Diare kronisAdalah diare yang berulang dan berlangsung lama, biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan.3. Diare persistenAdalah diare yang disebabkan oleh infeksi, berlangsung lebih dari 14 hari dan disertai penurunan berat badan, tinjanya berbentuk encer dan disertai darah.

4. DisentriAdalah diare yang ditandai adanya darah dalam tinja, biasanya disertai kram perut, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan sangat cepat (Ramaiah S, 2001 : 14-15).2.3.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya diare1. Faktor infeksiProses ini diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadi perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.2. Faktor malabsorsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isis rongga usus sehingga terjadilah diare.3. Faktor makanan, dapat terjadi apabila toksin yang tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan.4. Faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan (Hidayat, 2008 : 100).5. Sanitasi lingkunganPenduduk pedesaan di negara belum maju menggunakan air yang tidak terlindung dari penyakit karena minimnya atau bahkan belum tersediannya air bersih yang mencukupi kebutuhan masyarakat, tidak memiliki tempat buang air besar yang memadai serta pelayanan pengolahan tempat sampah . Yang dimaksud pengolahan sampah adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Higiene dan sanitasi yang buruk akan mempermudah penularan diare baik melalui makanan maupun air minum yang tercemar kuman penyebab diare (Notoatmodjo, 2003 : 169).6. Faktor gizi atau malnutrisiKeadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lama dan komplikasi diare. Balita dengan status kurang gizi akan mengalami gangguan keseimbangan elektrolit sebagai dampak terjadinya dehidrasi akibat diare selain itu akan mengalami penurunan berat badan akibat buruknya penyerapan makanan pada usus (Ramaiah S, 2001 : 19).7. Faktor pendidikanPengetahuan tentang masalah kesehatan akan berpengaruh pada perilaku dalam menjaga kesehatan keluarga utamanya anak-anak (Soegianto Soegeng, 2002 : 75). Pendidikan pada ibu dan pengasuh akan berpengaruh pada pengetahuan tentang prinsip keamanan dan higiene makanan. Hal ini sangat penting dalam pencegahan diare pada balita (Motarjemi Y & Adams M, 2003 : 59).8. Perilaku orang tua dan masyarakatKebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak mempunyai dampak dalam kejadian diare karena kuman penyebab diare dapat ditularkan melalui fekal oral misalnya jari-jari tangan yang dimasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dalam air yang tercemar. masyarakat yang mempunyai kebiasaan membuang tinja di kebun, sawah atau sungai, minum air yang tidak dimasak, kebiasaan tidak mencuci tangan serta melakukan pengobatan dan perawat dengan cara yang tidak tepat dapat mempengaruhi berkembangnya penyakit diare (Depkes, 2000 : 31).9. Sosial ekonomi keluargaKeadaan ekonomi yang rendah pada umumnya erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi, hal ini disebabkan ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi perumahan dan lingkungan yang tidak sehat, pendidikan serta kebutuhan lainnya (Effendy Nasrul, 1998 : 39). Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi terhadap penyakit seperti kurang gizi, ISPA, diare, kolera, tipus dan sebagainya (Beharman, 1999 : 509).2.3.4 Gambaran klinik diareMula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah, warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu, anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit gejala dehidrasi mulai nampak yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung pada bayi, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 2005 : 225).2.3.5 Diagnosis1. Pemeriksaan tinja : Makroskopi dan mikroskopi, PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan 2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama diare yang disertai kejang).5. Pemeriksaan intubasi duedenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik (FKUI, 1998 : 286).2.3.6 Tanda dan gejala klinis1. Sering buang air besar dengan tinja cair, terus menerus2. Disertai dengan muntah yang berulang-ulang3. Lemah, lemas, mengantuk4. Adanya penurunan kesadaran5. Sudah tidak terasa haus lagi6. Tidak ingin makan7. Sakit perut hingga kejang pada perut8. Buang air kecil menjadi jarang atau bahkan tidak9. Kulit tampak keriput10. Sering juga disertai denga kejang dan demam tinggi (Arti Ni Wayan, Nagiga. 2009 : 68).2.3.7 Gejala adanya dehidrasi dapat dikenali dalam 3 golongan1. Dehidrasi ringanPada keadaan ini penderita biasanya tidak menunjukkan gejala yang menonjol. Bila terjadi pada bayi dan anak-anak biasanya mereka menjadi rewel, terlihat lesu, lemah, sering haus.2. Dehidrasi sedangPada anak-anak gejala dehidrasi sedang akan lebih mudah dikenali. Bayi dan anak-anak mulai menjadi gelisah, sering menangis, kehausan, mata akan terlihat cekung, buang air kecil menjadi jarang dan kulit menjadi keriput. Bila dicubit kulit perutnya akan lama kembali ke keadaan normal.3. Dehidrasi BeratKeadaan dehidrasi yang sudah membutuhkan dan memerlukan perawatan serius (Arti Ni Wayan, Nagiga. 2009 : 71).2.3.8 PatofisiologiProses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan menyebabkan sistem transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare. Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis yang dapat mempengaruhi terjadinya peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare (Hidayat A.Alimul Aziz, 2006 : 12).2.3.9 Pencegahan Diare1. Memberikan ASIASI turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada balita karena antibodi dan zat-zat lain yang terkandung didalamnya memberikan perlindungan secara imunologi.2. Memperbaiki makanan pendamping ASIPerilaku yang salah dalam pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan resiko terjadinya diare sehingga dalam pemberiannya harus memperhatikan waktu dan jenis makanan yang diberikan.Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya dimulai dengan memberikan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan dapat diteruskan pemberian ASI, setelah anak berumur 9 bulan atau lebih, tambahkan macam makanan lain dan frekuensi pemberikan makan lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11 tahun berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, frekuensi pemberiannya 4-6 kali sehari. 3. Menggunakan air bersih yang cukupResiko untuk menderita diare dapat dikurangi dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanannya di rumah.4. Mencuci tanganKebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

5. Menggunakan jambanUpaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko penularan diare karena penularan kuman penyebab diare melalui tinja dapat dihindari.6. Membuang tinja bayi dengan benarMembuang tinja bayi ke dalam jamban sesegera mungkin sehingga penularan kuman penyebab diare melalui tinja bayi dapat dicegah.7. Memberikan imunisasi campakAnak yang sakit campak sering disertai diare sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare yang lebih parah lagi (DepKes RI, 2007 : 59-62).2.3.10 Penatalaksanaan 1. ObatPrinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).1) Obat anti sekresiAsetosal, dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.2) Obat spasmolitik dan lain-lain. umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.3) Antibiotik. Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti faringitis, bronkhitis atau bronkopneumonia.2. Dehidrasi Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3 , KCl dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60 mEq/l. formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa) atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa berobat ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh (Ngastiyah, 2005 : 228-230).

2.4 Konsep Keluarga2.4.1 Pengertian keluarga Duval (1972), menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung (Zaidin Ali, 2009 : 4). Bailon dan Maglaya (1989) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Zaidin Ali, 2009 : 5).2.4.2 Tipe keluargaFriedman (1986) membagi tipe keluarga seperti berikut ini :1. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.2. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.3. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.4. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.5. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.6. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu dan anak dalam satu rumah.7. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.8. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya (Zaidin Ali, 2009 : 6).2.4.3 Fungsi keluargaAda beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga (Ferry Effendi, 2009 : 184) adalah : 1. Fungsi biologis 1) Untuk meneruskan keturunan.2) Memelihara dan membesarkan anak.3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.2. Fungsi psikologis1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.2) Memberikan perhatian antara anggota keluarga.3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.4) Memberikan identitas keluarga.3. Fungsi sosialisasi 1) Mencari sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan keluarga.2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

4. Fungsi ekonomi 1) Mencari sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan keluarga.2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan lain sebagainya.5. Fungsi pendidikan1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan.Menurut Ferry Effendi (2009 : 185) ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut : 1. Fungsi pendidik Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa nanti.2. Fungsi sosialisasi anak Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.3. Fungsi perlindungan Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik. Sehingga keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.4. Fungsi perasaanTugas keluarga dalam hal ini adalah merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota keluarga yang lain dalam komunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga, sehingga saling perhatian satu sama lain dalam memberikan keharmonisan dalam keluarga.5. Fungsi religiusTugas keluarga dalam hal ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama dan tugas kepala keluarga untuk mengubah keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.6. Fungsi ekonomi Tugas keluarga dalam hal ini adalah untuk mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain. Kepala keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur penghasilan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.7. Fungsi rekreasi Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak selalu harus pergi ke tempat rekreasi, yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya. Rekreasi dapat dilakukan di rumah dengan cara menonton televisi bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing dan sebagainya.

8. Fungsi biologisTugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.2.4.4 Tugas-Tugas Keluarga Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut : 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.3. Pembangunan tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.4. Sosialisasi antar anggota keluarga.5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.8. Membangkitkan semangat dan dorongan para anggota keluarga. (Nasrul Effendy, 1998 : 37)2.4.5 Ciri-Ciri Keluarga Menurut Nasrul Effendy (1998 : 37-38) ciri-ciri keluarga ada delapan yaitu : 1. Diikat dalam suatu tali perkawinan.2. Ada hubungan darah.3. Ada ikatan batin.4. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya.5. Ada pengambilan keputusan.6. Ada kerjasama diantara anggota keluarga.7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga.8. Tinggal dalam satu keluarga.2.4.6 Tugas Kesehatan KeluargaKesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana kesehatan habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahanyang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan yang terjadi dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah (Ferry Efendi, 2009 : 185).

2.5 Kerangka KonseptualKerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo S, 2005 : 69).Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku :1) Predisposisi Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan, Keyakinan, Pendidikan, Nilai-nilai, 2) Faktor-faktor pendukung Lingkungan fisik Fasilitas-fasilitas kesehatan), 3) Faktor-faktor pendorong Sikap dan perilaku petugas kesehatan (Green, Lowrence, 1984 ).

Diare pada balita

DiarePerilaku

Tidak diare

Faktor penyebab terjadinya diare :1. Infeksi2. Malabsorbsi3. Makanan4. Psikologis 5. Gizi atau malnutrisi6. Pendidikan 7. Sanitasi lingkungan8. Perilaku orang tua9. Sosial ekonomi

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti: Mempengaruhi

Gambar 2.1Kerangka konseptual hubungan perilaku pembuangan limbah ternak sapi dengan kejadian penyakit diare di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban tahun 2014.

2.6 Hipotesis PenelitianHipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009 : 64).Dalam penelitian ini hipotesis yang dipakai adalah :Hipotesis penelitian (H1) : Ada hubungan perilaku pembuangan limbah ternak sapi dengan kejadian penyakit diare di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban tahun 2014.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas dan diuraikan tentang konsep desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel dan sampling, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data dan analisa data, etika penelitian serta keterbatasan penelitian.

3.1 Desain PenelitianDesain penelitian adalah suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2009 : 77). Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau melakukan pemeriksaan status paparan dan status penyakit pada titik yang sama (Hidayat A.Aziz Alimul, 2010 : 33). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara bersama-sama antara variabel perilaku pembuangan limbah ternak sapi dan variabel kejadian penyakit diare, yang kemudian dijelaskan hubungan antara kedua variabel tersebut melalui teknik analisa data secara deskriftif (mean, median, modus dan Cross tab) tanpa adanya pengujian statistik.

3.2 Kerangka KerjaKerangka kerja merupakan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2009 : 55). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Populasi : Seluruh keluarga yang mempunyai balita di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014, sebanyak 186 orang.

Sampel : Sebagian keluarga yang mempunyai balita di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014, sebanyak 127 responden.

Sampling menggunakan teknik Probability Sampling dengan Simple Random Sampling

Identifikasi variabel

Variabel dependentKejadian penyakit diare pada balita Variabel independentPerilaku pembuangan limbah ternak sapi

Kuesioner Kuesioner

Pengolahan data, tabulasi dan analisa data dengan Tabel silang (Cross Tab)

Kesimpulan

Ada hubunganTidak ada hubungan

Gambar 3.1Kerangka kerja hubungan perilaku pembuangan limbah ternak sapi dengan kejadian penyakit diare di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 PopulasiPopulasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki suatu subyek atau obyek tersebut (Hidayat A.Aziz Alimul, 2010 : 51). Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti (Setiadi, 2007 : 176).Pada penelitian ini populasinya adalah Seluruh keluarga yang mempunyai balita di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014, sebanyak 186 orang.3.3.2 SampelSampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2007 : 177). Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009 : 91).Sampel dalam penelitian ini adalah Sebagian keluarga yang mempunyai balita di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014, sebanyak 127 responden.

3.3.3 SamplingSampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2009 : 93). Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2009 : 93). Pada penelitian in cara pengambilan sampel dengan Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2009 : 82). Dengan jenis Simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009 : 82).Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus :

rumus ini dipakai jika jumlah populasi lebih kecil dari 10.000,-Keterangan:N= Besar Populasin= Besar Sampeld= Tingkat Kepergayaan yang diinginkan yaitu 0,05 (Setiadi, 2007 : 179).

= 127

3.4 Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 38). Pada penelitian ini ada 2 variabel yaitu :1. Variabel Independent (bebas)Variabel Independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat) (Sugiyono, 2008 : 39). Variabel independent dalam penelitian ini adalah perilaku pembuangan limbah ternak sapi.2. Variabel Dependent (terikat)Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena variabel bebas (Sugiyono, 2008 : 39). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit diare pada balita.

3.5 Definisi OperasionalDefinisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2009 : 101).Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan perilaku pembuangan limbah ternak sapi dengan kejadian penyakit diare di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Tahun 2014.

VariabelDefinisi operasionalIndikator Alat ukurSkalaKategori

Variabel independenperilaku pembuangan limbah ternak sapiTindakan atau aktivitas dalam pembuangan limbah ternak sapi dalam lingkungan rumahPerilaku dalam pembuangan limbah ternak sapi :1. Kesadaran (awareness) dalam membuang limbah ternak sapi pada tempat yang benar2. Tertarik (interest) dalam menjaga kesehatan keluarga dari kontaminasi limbah ternak sapi 3. Evaluasi (evaluation) yaitu melakukan usaha perbaikan dalam memilih tempat yang benar untuk membuang limbah ternak sapi 4. Mencoba (trial) melakukan upaya pencegahan kontaminasi limbah ternak sapi pada kesehatan keluarga5. Menerima (Adoption) anjuran untuk membuang limbah ternak sapi pada tempat yang benar

KuesionerNominal Soal dengan penilaian skala likert :Pernyataan bersifat favorable :STS : 1TS : 2R : 3S : 4SS : 5Pernyataan bersifat unfavorable : STS : 5TS : 4R : 3S : 2SS : 1Perilaku dihitung dengan rumus skala likert : Perilaku Benar = Mean TT(Azwar, S. 2011 : 159)

Variabel dependenKejadian penyakit diare pada balitaKeadaan yang menyatakan frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, tinja berbentuk cair dengan atau tanpa disertai lendir berdasarkan jawaban kuesioner.1. Diare jika terdapat gejala utama yaitu buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, tinja berbentuk cair dengan atau tanpa disertai lendir.2. Tidak diare jika buang air besar < 3-4 kali perhari dan tinja berbentuk lunak (normal seperti biasa).

Kuesioner Nominal Kriteria dan kode kejadian diare :1. Diare = 12. Tidak diare = 0

3.6 Pengumpulan dan Teknik Analisa Data3.6.1 Pengumpulan dataPengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2009 : 111).1. Proses pengumpulan dataPenelitian dilakukan setelah mendapatkan izin dari dari Kepala Dinas Kesbanglinmas Kabupaten Tuban, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, Kepala Puskemas Rengel. Setelah itu proses pengumpulan data dilanjutkan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang sebelumnya peneliti telah mengadakan pendekatan dengan mengedepankan masalah etika. 2. Instrumen penelitianInstrumen adalah alat ukur yang dipergunakan untuk pengumpulan data penelitian (Setiadi, 2007 : 167). Jenis instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner (daftar pertanyaan) adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir (Setiadi, 2007 : 167). Kuesioner pada penelitian ini menggunakan pertanyaan pertanyaan tertutup (closed ended question) jenis multiple choice yaitu pertanyaan yang menyediakan beberapa alternatif jawaban dan responden hanya memilih satu diantaranya (Budiharto, 2008 : 100).

3. Tempat penelitian dan waktu penelitian1) Tempat penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Banjaragung Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban.2) Waktu penelitianWaktu penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2013 - April 2014.3.6.2 Teknik analisa data1. Editing Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan data yang telah dikumpulkan dan untuk memonitor jangan sampai terjadi kekosongan data yang dibutuhkan.2. CodingSetiap responden diberi kode sesuai dengan nomor urut. Untuk variabel independen perilaku kepala keluarga terhadap pembuangan limbah ternak sapi, jika responden memiliki perilaku benar diberi kode 1 dan jika responden memiliki perilaku salah diberi kode 0. Sedangkan untuk variabel dependen kejadian penyakit diare pada balita, jika responden mengalami diare diberi kode 1 dan jika responden tidak mengalami diare diberi kode 0.3. ScoringPemberian skor pada penelitian ini sesuai dengan pemberian skor skala likert. Pemberian skor tersebut adalah :Untuk pernyataan favorable dengan skor:a. Sangat setuju : 5b. Setuju : 4c. Ragu-ragu: 3d. Tidak setuju : 2e. Sangat tidak setuju : 1Untuk pernyataan unfavorable dengan skor:a. Sangat setuju : 1b. Setuju : 2c. Ragu-ragu: 3d. Tidak setuju : 4e. Sangat tidak setuju : 5Setelah didapatkan skor dari setiap responden, kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan skala Likert, yaitu :

Keterangan : X =Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T.

= Mean skor kelompok s = Deviasi standart skor kelompok.Mean skor kelompok yang dihitung dengan rumus :

Keterangan: f = Frekuensi x = Skor responden n = Banyaknya responden dalam kelompok Deviasi standart skor kelompok dihitung dengan rumus :

Keterangan : f = Frekuensi x = Skor responden n = Banyaknya responden dalam kelompokUntuk mengetahui sikap positif (favorable) atau negatif (unfavorable) dilakukan dengan membandingkan skor T dengan mean T. a. Bila nilai mean T > T maka termasuk perilaku salah.b. Bila nilai mean T < T maka termasuk perilaku benar.(Azwar S, 2011: 156)4. Tabulating Tabulating adalah proses pengelompokkan jawaban-jawaban dengan cara teliti dan teratur dari hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti.Dari pengolahan data hasil penelitian yang telah dilaksanakan data kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi yang dikonfirmasi dalam bentuk prosentase.

Keterangan : P = Prosentase.f = Jumlah sampel berdasarkan kategori pengukuran.N= Jumlah keseluruhan sampel (Budiarto, 2001 : 37).Hasil prosentase tersebut dapat diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria kualitatif sebagai berikut :a. 90% - 100%: Mayoritasb. 70% - 89% : Sebagian besarc. 51% - 69% : Lebih dari sebagiand. 50% : Sebagiane. < 50% : Kurang dari sebagian (Nursalam, 2009 : 130).5. Analisis DataSetelah data terkumpul, ditabulasi, kemudian dilakukan analisa deskriptif untuk mengetahui mean, median, modus, nilai maksimum dan minimum, distribusi normalitas data, selanjutnya dilakukan analisa data secara kuantitatif dengan prosentase. Untuk mengetahui nilai mean (rata-rata), median (nilai tengah) dan modus (nilai yang sering muncul) menggunakan rumus manual sebagai berikut :1) MeanMean disebut rata-rata sederhana karena dalam proses penghitungan tidak memperhatikan frekuensi data serta bobotnya. Penghitungan mean dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :Xi : Data yang ke in : Adalah jumlah data

2) Median Median adalah mengurutkan dan membagi data menjadi dua bagian sama besar, dan kemudian menghitung nilai data yang membagi data menjadi dua bagian tersebut.Penghitungan median dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :Md : Adalah posisi data mediann : Jumlah data3) ModusModus pada prinsipnya adalah menghitung jumlah data yang paling sering muncul dalam sekelompok data.Penghitungan modus dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :B : Tepi kelas bawah dari kelas modusfm : Frekuensi dari kelas modusfm-1 : Frekuensi dari kelas sebelum (di atas) kelas modusfm+1 : Frekuensi dari kelas sesudah (di bawah) kelas modusi : Interval kelas

4) Tabel Silang (Cross Tab)Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan statistika diskriptif karena sampel tidak digeneralisasi. Untuk mengetahui asosiasi atau hubungan antara dua variabel dengan menggunakan tabulasi silang (Cross table) antara variabel independent (Variabel x) dan variabel dependent (variabel y). Mengetahui pengaruh antar variabel dilakukan tabulasi silang, dimana analisis dengan tabulasi silang merupakan metode analisis paling sederhana tapi memiliki kemampuan yang kuat untuk menjelaskan pengaruh antar variabel (Santoso Singgih, 2003 : 99-146). 3.7 Etika PenelitianMasalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat A. Aziz Alimul, 2009 : 82-83). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain :3.7.1 Lembar persetujuan penelitian atau Informed ConsentMerupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.3.7.2 Tanpa nama atau AnnonimityMerupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lebar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data untuk hasil penelitian yang akan disajikan.3.7.3 Kerahasiaan atau ConfidentialityMerupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok dan tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.