BAB 1-2

download BAB 1-2

of 16

description

bab 1

Transcript of BAB 1-2

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    1/16

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun

    waktu dalam perkembangan anak, di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak

    progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai

    pertumbuhannya.Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi

    perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral (1)

    Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little(1843),

    yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia

    neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral

    palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral

    Paralysis.(10)

    Dalam penelitiannya, banyak dijumpai pada anak-anak Cerebral Palsy mempunyai

    masalah lain misalnya retardasi mental, gangguan visual dan kejang, Freud menyatakan

    bahwa penyakit tersebut mungkin sudah terjadi pada awal kehidupan, selama perkembangan

    otak janin. Kesulitan persalinan hanya merupakan satu keadaan yang menimbulkan efek yang

    lebih buruk dimana sangat mempengaruhi perkembanganfetus`

    Walaupun sulit, etiologi Cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan pencegahan.

    Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat

    menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. (10)

    Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi - disiplin dalam

    penanganan penderita Cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang,

    bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di

    samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat. (10)

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    2/16

    2

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Cerebral Palsy

    Cerebral Palsy adalah kelainan yang tidak progresif dari gerakan dan sikap tubuh

    karena kerusakan otak yang terjadi pada periode awal pertumbuhan otak, yang pada

    umumnya di bawah 3 tahun. (1)

    Terminology ini digunakan untuk mendeskripisikan kelompok penyakit kronik yang

    mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada

    beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah memburuk pada

    usia selanjutnya. Jadi penyakit tersebut tidak disebabkan oleh masalah pada otot atau jaringan

    saraf tepi, melainkan terjadi perkembangan yang salah atau kerusakan pada area motorik otak

    yang akan mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan dan postur secara

    adekuat.

    Walaupun cerebral palsy pertama kali dilaporkan pada tahun 1827 oleh Cazauvielh,

    dan kemudian digambarkan dan di perdebatkan oleh dokter seperti Little, Freud, Osler, dan

    Phleps, patogenesis gangguan ini tetap tidak dimengerrti secara jelas.

    Sigmund Freudmenyebutkan kelainan ini dengan istilah Infantil Cerebral Paralysis.

    Sedangkan Sir William Osler adalah pertamakali memperkenalkan istilah Cerebral Palsy.

    Nama lainnya adalah Static Encephalopathies of Childhood (2)

    2.2 Epidemiologi Cerebral Palsy

    Di Indonesia, prevalensi penderita Cerebral Palsydiperkirakan sekitar 1-5 per 1.000

    kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Seringkali terdapat pada anak

    pertama. Hal ini mungkin dikarenakan kelahiran pertama lebih sering mengalami kelahiran

    macet. Angka kejadiannya lebih tinggi pada bayi berat badan lahir rendah dan kelahiran

    kembar. Umur ibu seringkali lebih dari 40 tahun, terlebih lagi pada multipara.

    2.3 Etiologi Cerebral Palsy

    Cerebral Palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun faktor lainnya. Apabila

    ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini dalam satu keluarga, maka

    kemungkinan besar disebabkan faktor genetik. (2)

    Selain itu, penyebab Cerebral Palsy berdasarkan waktu terjadinya kerusakan otak

    secara garis besar dapat dibagi pada masa prenatal, perinatal dan postnatal.

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    3/16

    3

    1. Prenatal

    - Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik, kelainan kromosom

    (2)

    - Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun (3)

    - Usia ayah kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun (4)

    - Infeksi intrauterine : TORCHdan sifilis

    - Radiasi sewaktu masih dalam kandungan

    - Asfiksia intrauterine (abrubsio plasenta, anoksia maternal, perdarahan plasenta,

    ibu hipertensi dan lain-lain.)

    - Keracunan pada masa kehamilan, kontaminasi air raksa pada makanan, rokok dan

    alkohol

    - Riwayat obstetrik (riwayat keguguran, riwayat lahir mati, riwayat melahirkan

    anak dengan berat badan < 2000 gram atau lahir dengan retardasi mental) (2)

    2. Perinatal

    - Anoksia / hipoksia

    Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury.

    Keadaan inillah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini terdapat pada

    kedaan presentasi bayi abnormal, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta,

    partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan seksio

    caesaria.(5)

    - Perdarahan otak

    Perdarahan ortak dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar

    membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,

    mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah hingga terjadi

    anoksia.Perdarahan dapat terjadi di ruang subarachnoid akan menyebabkan

    pennyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan spatium

    subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis. (5)

    - Prematuritas

    Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdaraha otak yang

    lebih banyak dari pada bayi cukup bulan, karena pembuluh darah enzim, faktor

    pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna. (5)

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    4/16

    4

    - Ikterus

    Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang

    permanen akibat msuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan

    inkompatibilitas golongan darah. (5)

    - Meningitis purulenta

    Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat

    pengobatannya akan mengakiatkan gejala sisa berupa Cerebral palsy. (5)

    3. Postnatal

    Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat

    menyebabkan cerebral palsy.

    1. Trauma kapitis dan luka parut pada otak pasca-operasi.

    2.

    Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis,

    ensefalomielitis. (5)

    3. Racun : logam berat, CO (2)

    2.4 Klasifikasi Cerebral Palsy

    Terdapat bermacam-macam klasifikasi Cerebral Palsy, tergantung berdasarkan apa

    klasifikasi itu dibuat.

    1. Berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dapat dibagi dalam 5 kategori, yaitu :

    a) Spastik

    Merupakan bentukan Cerebral Palsy yang terbanyak (70-80%), otot mengalami

    kekakuan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai

    mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak

    kaku dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakterisitik berupa ritme berjalan

    yang dikenal dengan gait gunting (scissor gait)

    Anak dengan spastik hemiplegia dapat disetai tremor hemiparesis, dimana seseorang

    tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu sisi tubuh. (7)

    b) Ataksia

    Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan koordinasi. Penderita yang terkena

    sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan

    kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan,

    kesulitan dalam melakukan gerkan cepat dan tepat, misalnya menulis atau

    mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan

    volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    5/16

    5

    bagian tubuh yang baru akan digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat

    pendertia akan menuju obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid ini mengenai 5-10%

    penderita Cerebral Palsy. (1)

    c) Athetosis

    Kondisi ini melibatkan sistem ekstrapiramidal. Karakteristik yang ditampakkan

    adalah gerakan-gerakan involunter dengan ayunan yang melebar. Athetosis dibagi

    menjadi :

    - Distonik

    Kondisi ini sangat jarang, sehingga penderita yang mengalami distonik dapat

    mengalami misdiagnostik. Gerakan distonia tidak seperti kondisi yang

    ditunjukkan oleh distonia lainnya. Umumnya menyerang otot kaki dan lengan

    sebelah proximal. Gerakan yang dihasilkan lambat dan berulang-ulang, terutama

    pada leher dan kepala.

    - Diskinetik

    Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau gerakan-gerakan involunter, tidak

    terkntrol, berulang-ulang dan kadangkala melakukan gerakan stereotipe.

    d) Atonik

    Anak-anak penderita Cerebral Palsy tipe atonik mengalami hipotonisitas dan

    kelemahan pada kaki. Walaupun mengalami hipotonik, namun lengan dapat

    menghasilkan gerakan yang mendekati kekuatan dan koordinasi normal.

    e)

    Campuran

    Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu bentuk Cerebral

    Palsy yang akan dijabarkan di atas. Bentuk campuran yang sering dijumpai adalah

    spastik dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin dijumpai.

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    6/16

    6

    2. Berdasarkan defisit neurologis, cerebral palsy terbagi :

    a. Tipe spastis atau piramidal

    Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah:

    Hipertoni (fenomena pisau lipat)Hiperfleksi yang disertai klonus

    Kecenderungan timbul kontraktur

    Refleks patologis

    b. Tipe ekstrapiramidal

    Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia,

    ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retradasi mental. Disamping

    itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperfleksi ringan, jarang sampai timbul klonus.Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan apabila mengenai saraf otak bisa terlihat

    wajah yang asimetris dan disartri

    c. Tipe campuran

    Gejala-gejala merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya hiperrefleksi dan

    hipertoni disertai gerakan khorea.

    3. Berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan kemampuan penderita untuk

    melakukan aktifitas normal, Cerebral palsymenurut Gross Motor Function Classification

    System (GMFCS) dapat dibagi menjadi :

    GMFCS level 1

    Tidak ada keterbatasan saat berjalan

    GMFCS level 2

    Ada keterbatasan saat berjalan. Keterbatasan dalam hal jarak tempuh dan daya

    keseimbangan, namun tidak sebaik Level 1 untuk berlari dan melompat; pada level 2

    ini anak membutuhkan alat untuk mobilisasi pada saat pertama kali belajar berjalan,

    biasanya sebelum umur 4tahun menggunakan peralatan beroda saat keluar rumah

    untuk senuah perjalanan jauh.

    GMFCS Level 3

    Berjalan dengan bantuan alat, membutuhkan bantuan alat pegangan tangan untuk

    berjalan diruangan, sedangkan untuk kegiatan diluar menggunakan peralatan beroda,

    saat bersosialisasi dan kegiatan sekolah, dapat duduk dengan support terbatas dan

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    7/16

    7

    mempunyai beberapa kemampuan mandiri untuk transfers (mengubah posisi badan)

    dalam posisi berdiri.

    GMFCS level 4

    Dapat melakukan mobilitas sendiri menggunakan alat/ teknologi penggerak. Biasanya

    harus bersandar / disupport saat duduk; kemampuan bergerak tanpa alat terbatas;

    transportasi dengan kursi roda manual ataupun bermesin.

    GMFCS level 5

    Kemampuan mengontrol kepala dan tubuh sangat terbatas. Sangat membutuhkan

    bantuan fisik maupun peralatan berteknologi, biasanya secara pasif di kursi roda

    manual, kemampuan mobilitas diri dapat dicapai hanya bila bisa diajarkan

    menggunakan kursi roda bermesin.

    2.5 Patofisiologi Cerebral Palsy

    Cerebral Palsymerupakan kelainan pada gerakan dan postur yang bersifat menetap,

    disebabkan oleh kecacatan yang sifatnya nonprogresif atau karena lesi yang terjadi pada otak

    yang belum matur. Gejala klinis yang tampak dapat disebabkan oleh abnormalitas struktural

    yang mendasar pada otak, cedera yang terjadi pada masa prenatal, adanya vascular

    insufficiencypada masa perinatal atau postnatal, atau karena resiko-resiko patofisiologi dari

    kelahiran prematur. Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa faktor-faktor prenatal

    berperan dalam 70-80% kasus Cerebral Palsy. Selama periode prenatal, pertumbuhan yang

    abnormal dapat terjadi kapan saja (dapat karena abnormalitas yang sifatnya genetik, toksik

    atau vascular insufficiency).

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    8/16

    8

    2.6 Diganosa Cerebral Palsy

    a. Gejala Awal

    Tanda awal Cerebral Palsybiasanya tampak pada usia

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    9/16

    9

    2) Tonus otot yang berubah

    Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak flaksid (lemas) dan

    berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor

    neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga

    tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak flaksid dan sikapnya seperti kodok terlentang,

    tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah menjadi spastis, Refleks

    otot yang normal dan refleks babinskinegatif, tetapi yang khas ialah refelek neonatal dan

    tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan

    oleh afiksia perinatal atau ikterus.

    3) Koreo-atetosis

    Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi

    dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid, tetapi

    sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak

    adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan

    terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa

    neonatus.

    4) Ataksia

    Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan

    menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak

    bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung

    dan kaku. Kerusakan terletak diserebelum.

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    10/16

    10

    5) Gangguan pendengaran

    Terdapat 5-10% anak dengan Cerebral Palsy. Gangguan berupa kelainan neurogen

    terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada

    golongan koreo-atetosis.

    6) Gangguan bicara

    Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi

    dengan sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut

    sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.

    7) Gangguan mata

    Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.pada

    keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak.

    b. Pemeriksaan fisik

    1. Pemeriksaan Tonus

    2.

    Pemeriksaan Muskuloskeletal

    a. Panggul

    Kontraktur fleksi, rotasi internal & ekternal, aduksi, panjang tidak

    simetris

    Thomas test : kontraktur fleksi

    Ely test : kontraktur kuadriseps

    Aduksi , rotasi

    b. Lutut

    Sudut poplitea

    c. Kaki dan Pergelangan

    Kontraktur, torsi tibia

    d.

    Punggung

    Postur, skoliosis, asimetris

    e. Exstermitas Atas

    Posisi saat istirahat, gerak spontan, grip, koordinasi motor halus

    3.

    Pemeriksaan Refleks

    a. Refleks tendon

    b. Refleks Patologis / klonus

    c.

    Refleks Primitif menetap

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    11/16

    11

    Asymetric tonic neck reflex dan Neck righting refleks

    Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan

    akan menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi

    digerakkan ke samping, lengan pada sisi tersebut akan lurus danlengan yang berlawanan akan menekuk (kadang-kadang pergerakan

    akan sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak mampu

    untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga

    lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada

    neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonick neck

    merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang

    akan menyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar.

    Graps reflex

    Reflek ini muncul pada saat kelahiran dan akan menetap hingga usia

    5 sampai 6 bulan. Saat sebuah benda diletakkan di tangan bayi dan

    menyentuh telapak tangannya, maka jari-jari tangan akan menutup

    dan menggenggam benda tersebut. Genggaman yang ditimbulkan

    sangat kuat namun tidak dapat diperkirakan, walaupun juga

    dimungkinkan akan mendorong berat badan bayi, bayi mungkin juga

    akan menggenggam tiba-tiba dan tanpa rangsangan. Genggaman

    bayi dapat dikurangi kekuatannya dengan menggosok punggung atau

    bagian samping tangan bayi.

    c. Pemeriksan neuroradiologik

    Pemeriksaan khusus neuroradiologik untuk mencari kemungkinan penyebab Cerebral

    Palsy perlu dikerjakan, salah satu pemeriksaan adalah CT scan kepala, yang merupakanpemeriksaan imaging untuk mengetahui struktur jaringan otak. CT scan dapat menjabarkan

    area otak yang kurang berkembang, kista abnormal, atau kelainan lainnya. Dengan informasi

    dari CT Scan, dokter dapat menentukan prognosis penderita Cerebral Palsy.

    MRI kepala, merupakan tehnik imaging yang canggih, menghasilkan gambar yang

    lebih baik dalam hal struktur atau area abnormal dengan lokasi dekat dengan tulang

    dibanding dengan CT scan kepala.

    Dikatakan bahwa neuroimaging direkomendasikan dalam evaluasi anak Cerebral

    Palsyjika etiologi tidak dapat ditemukan.

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    12/16

    12

    Pemeriksaan ketiga yang dapat menggambarkan masalah dalam jaringan otak adalah

    USG kepala. USG dapat digunakan pada bayi sebelum tulang kepala mengeras dan UUB

    tertutup. Walaupun hasilnya kurang akurat dibanding CT dan MRI, tehnik tersebut dapat

    mendeteksi kista dan struktur otak, lebih murah dan tidak membutuhkan periode lama

    pemeriksaannya.

    d. Pemeriksaan Lain

    Pada akhirnya, klinisi mungkin akan mempertimbangkan kondisi lain yang

    berhubungan dengan Cerebral Palsy, termasuk kejang, gangguan mental, dan visus atau

    masalah pendengaran untuk menentukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

    Jika dokter menduga adanya penyakit kejang, EEG harus dilakukan (Level A, Class I-

    II evidence. EEG akan membantu dokter untuk melihat aktivitas elektrik otak dimana akan

    menunjukkan penyakit kejang. Pemeriksaan intelegensi harus dikerjakan untuk menentukan

    derajat gangguan mental. Kadangkala intelegensi anak sulit ditentukan dengan sebenarnya

    karena keterbatasan pergerakan, sensasi atau bicara, sehingga anak Cerebral Palsy

    mengalami kesulitan melakukan tes dengan baik.

    Jika diduga ada masalah visus, dokter harus merujuk ke optalmologis untuk dilakukan

    pemeriksaan; jika terdapat gangguan pendengaran, dapat dirujuk ke dokter THT. Identifikasi

    kelainan penyerta sangat penting sehingga diagnosis dini akan lebih mudah ditegakkan.

    Banyak kondisi diatas dapat diperbaiki dengan terapi spesifik, sehingga dapat memperbaiki

    kualitas hidup penderita Cerebral Palsy.

    2.7 Penatalaksanaan Cerebral Palsy

    Tidak ada terapi spesifik terhadap Cerebral palsy. Terapi bersifat simtomatik, yang

    diharapkan akan memperbaiki kondisi pasien. Terapi yang sangat dini akan dapat mencegah

    atau mengurangi gejala-gejala neurologik. Untuk menentukan jenis terapi atau latihan yang

    diberikan dan untuk menentukan keberhasilannya maka perlu diperhatikan penggolongan

    Cerebral palsy berdasarkan derajat kemampuan fungsionalnya, yaitu derajat ringan, sedang

    dan berat. Tujuan terapi pasien Cerebral palsy adalah membantu pasien dan keluarganya

    memperbaiki fungsi motorik dan mencegah deformitas serta penyesuaian emosional dan

    pendidikan sehingga penderita sedikit mungkin memerlukan pertolongan orang lain,

    diharapkan penderita bisa mandiri. Perlu ditekankan pada orang tua penederia Cerebral Palsy,

    bahwa tujuan dari pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya.

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    13/16

    13

    Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu team antara dokter

    anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi,

    occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua penderita.(5)

    Secara garis besar, penatalaksanaan penderita Cerebral Palsy adalah sebagai berikut :

    1. Aspek medis

    a) Gizi

    Gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita Cerebral Palsy, karena

    sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk menyatakan

    keinginan untuk makan. (8)

    b) Obat-obatan

    Pada keadaan tonus otot berlebihan, obat dari golongan benzodiazepin dapat menolong,

    misalnya diazepam, klordiazepoksid (librium), nitrazepam (mogadon). Pada keadaan

    koreoatestosis diberikan artan. Imipramin (tofranil) diberikan pada penderita dengan

    depresi. (5)

    c) Pembedahan

    Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk melakukan

    pembedahan otot, tendon, atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan

    stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan gerakan koreo-atetosis yang

    berlebihan.(5)

    d) Terapi rehabilitasi

    Terapi rehabilitasi meliputi fisioterapi, okupasional terapi, terapi wicara serta ortotik

    dan prostetik.

    - Fisioterapi

    Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu

    program latihan di rumah. Fisioterapi ini diakukan sepanjang penderita hidup. (5)

    Fisioterapi dini dan intensif bertujuan untuk :

    a. Mencegah kelemahan atau kemunduran fungsi otot yang apabila berlanjut akan

    menyebabkan pengerutan otot (disuse atrophy). Latihan yang digunakan dalam

    terapi Cerebral Palsy diantaranya adalah latihan luas gerak sendi, stretching,

    latihan penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri,

    latihan jalan.

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    14/16

    14

    b. Menghindari kontraktur, dimana otot akan menjadi kaku yang pada akhirnya akan

    menimbulkan posisi tubuh yang abnormal. Kontraktur dapat menggangu

    keseimbangan dan memicu hilangnya kemampuan yang sebelumnya. Dengan

    melakukan terapi saja atau dengan kombinasi penopang khusus (alat orthesa), kita

    dapat mencegah komplikasi dengan cara melakukan peregangan pada otot yang

    spastik.

    Contoh : Jika anak mengalami spastik pada otot hamstring, terapi dan keluarga

    seharusnya mendorong anak untuk duduk dengan kaki diluruskan untuk

    meregangkan ototnya.

    c. Meningkatkan perkembangan motorik anak

    Terapi fisik (Motor function training) adalah meningkatkan perkembangan

    motorik anak. Cara kerja untuk mendukung tujuan tersebut dengan tehnik Bobath.

    Dasar dari program tersebut adalah refleks primitif akan tertahan pada anak

    Cerebral Palsy yang menyebabkan hambatan anak untuk belajar mengontrol

    gerakan volunter. Terapis akan berusaha untuk menetralkan refleks tersebut dengan

    memposisikan anak pada posisi yang berlawanan. Jadi, sebagai contoh, jika anak

    dengan Cerebral Palsynormalnya selalu melakukan fleksi pada lengannya, terapis

    seharusnya melakukan gerakan ekstensi berulang kali pada lengan tersebut.

    - Okupasional terapi

    Tujuan dari terapi okupasi adalah :

    a. Meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri

    b. Memperbaiki kemampuan motorik halus

    c.Penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian, makan, minum dan keterampilan

    lain.

    d. Evaluasi penggunaan alat-alat bantu

    - Terapi wicara

    Angka kejadian gangguan bicara pada penderita ini diperkirakan berkisar

    antara 30% - 70%. Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia, disartria

    dan bentuk campuran. Terapi wicara membantu anak mempelajari berkomunikasi

    secara bervariasi tergantung tingkat gangguan bicara dan bahasanya. (8)

    - Ortotik

    Dengan menggunakan bracedan bidai (splint), tongkat ketiak, tripod, walker,

    kursi roda dan lain-lain. Secara umum program bracing ini bertujuan untuk stabilitas

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    15/16

    15

    (terutama bracing untuk tungkai dan tubuh), mencegah kontraktur, mencegah

    kembalinya deformitas setelah operasi serta agar tangan lebih berfungsi. (8)

    Pemakaian nightsplint mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi

    selama tidur untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah.

    2. Aspek non medis

    - Pendidikan

    Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan mental, maka pada

    umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan khusus (Sekolah Luar Biasa)

    - Pekerjaan

    Tujuannya adalah agar penderita dapat bekerja produktif, sehingga dapat

    berpenghasilan untuk membiayai hidupnya.

    2.8 Prognosis Cerebral Palsy

    Beberapa faktor sangat menentukan prognosis Cerebral Palsy, tipe klinis, derajat

    kelambatan yang tampak pada saat diagnosis ditegakkan, adanya refleks patologis, dan yang

    sangat penting adalah derajat defisit intelegensi, sensoris, dan emosional. Tingkat kognisi

    sulit ditentukan pada anak kecil dengan gangguan motorik, tetapi masih mungkin diukur.

    Di negeri yang telah maju misalnya Ingris dan Scandinavia, terdapat 20 -25%penderita Cerebral palsy mampu bekerja sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di

    Institute Cerebral palsy. (5)

    Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah baik; makin banyak

    gejala penyertanya (retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan

    pendengaran) dan makin berat gejala motoriknya, makin buruk prognosisnya. (5)

  • 5/20/2018 BAB 1-2

    16/16

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Saharso D. Palsi Serebral dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Divisi Neuropediatri

    Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya: FK

    UNAIR/RS DR. Soetomo, 2006.

    2. Soetjiningsih, dr. DSAK. 1995. Tumbuh Kembang Anak / oleh Soetjiningsih ; Editor

    IG.N. Gde Ranuh. Jakarta : ECG, 22335.

    3. Nelson KB, Swaiman KF, Russman BS. 1994. Cerebral Palsy. In Swaiman KF. Ed.

    Pediatric Neurology : Principles and Practice. St Louis : Mosby. pp :312- 5.

    4.

    Cummins, S.K. et al. 1993. Cerebral Palsy in Four Northern California Counties, Births

    1983 through 1985. The Journal of Pediatrics, August 1993;123:207211.

    5.

    Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak 2. Jakarta :Infomedika Jakarta ; 2007

    6. Gilroy John M.D. 1992. Cerebral Palsy in Basic Neurology. 2 nd ed International : 64

    66.

    7.

    Rudolph C D, Rudolph A M, Hostetter M K, Lister G, Siegel N J. Rudolph's Pediatrics,

    21stEd. McGraw-Hill. USA. 2003

    8. Anonim. 2002. Cerebral Palsy dalam buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Editor :

    Rusepno Hasan dan Husein Alatas. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia Cetakan Kesepuluh (2002). Jakarta : Infomedika. Hal : 884-88

    9. Johnston MV. Encephalopaties: Cerebral Palsy dalam Kliegman: Nelson Textbook of

    Pediatrics, 18th ed. eBook Nelson Textbook of Pediatrics, 2007.

    10. Adnyana IMO. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi. Cermin Dunia Kedokteran

    1995, No.104; 37-40