BAB 1 2 3 4 5 6

80
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan ibu (safe motherhood) merupakan upaya yang penting dalam pelaksanaan “Kesehatan Utama”, dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat, mendekatkan pelayanan di masyarakat dan meningkatkan mutu pelayanan. Hal ini sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional yang merupakan terjemahan dari gagasan “Primary Health Care” melalui kongres WHO dan UNICEF di Almaata (IBG, Manuaba, 1998). Gagasan ini sangat mendukung terhadap pembangunan khususnya pembangunan di bidang kesehatan. Dimana pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui upaya kesehatan keluarga, termasuk upaya kesehatan ibu dan anak untuk mewujudkan derajat kesehatan yanga optimal. (Harian Merdeka, 20 Juli 2002). Dalam kegiatan antenatal care selain aktif dilakukan oleh bidan, ibu hamil juga harus proaktif dalam kegiatan tersebut, salah satunya adalah melakukan 1

Transcript of BAB 1 2 3 4 5 6

Page 1: BAB 1 2 3 4 5 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan ibu (safe motherhood) merupakan upaya yang penting dalam

pelaksanaan “Kesehatan Utama”, dengan mengikutsertakan partisipasi

masyarakat, mendekatkan pelayanan di masyarakat dan meningkatkan mutu

pelayanan. Hal ini sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional yang merupakan

terjemahan dari gagasan “Primary Health Care” melalui kongres WHO dan

UNICEF di Almaata (IBG, Manuaba, 1998). Gagasan ini sangat mendukung

terhadap pembangunan khususnya pembangunan di bidang kesehatan. Dimana

pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya

manusia melalui upaya kesehatan keluarga, termasuk upaya kesehatan ibu dan

anak untuk mewujudkan derajat kesehatan yanga optimal.

(Harian Merdeka, 20 Juli 2002).

Dalam kegiatan antenatal care selain aktif dilakukan oleh bidan, ibu hamil

juga harus proaktif dalam kegiatan tersebut, salah satunya adalah melakukan

kegiatan fisik yang dapat membantu proses relaksasi pada otot-otot jalan lahir saat

persalinan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Melliana H (2001) dalam bukunya

“Panduan Menjalani Kehamilan Sehat”, bahwa senam hamil (prenatal) adalah

suatu latihan gerak yang diberikan pada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya,

baik persiapan fisik maupun mental guna menghadapi dan mempersiapkan

persalinan yang cepat, aman dan spontan.

1

Page 2: BAB 1 2 3 4 5 6

Dengan senam hamil secara rutin dan benar, diharapkan kehamilan dan

persalinan pada seorang ibu merupakan suatu proses yang alamiah. Agar proses

alamiah ini berjalan dengan lancar dan baik serta tidak berkembang menjadi

keadaan yang pathologis dan diperolehnya ibu dan bayi yang sehat diperlukan

upaya dini (Depkes RI, 1993:105). Persalinan yang alami dan lancar dapat

dicapai, jika uterus berkontraksi dengan baik, rythmis dan kuat, dengan segmen

bawah rahim, cervix dan otot-otot dasar panggul dalam keadaan relaxasi, sehingga

bayi dengan mudah melewati jalan lahir. Keadaan ini dapat dicapai dengan

bantuan wanita hamil itu sendiri yang merupakan ketenangan dan relaksasi tubuh

yang sempurna. Keadaan ini dapat dicapai dengan mengikuti latihan senam hamil

(Bagian Obsgym, FK UNPAD;..5). Berdasarkan beberapa buku yang

menyebutkan bahwa melakukan senam hamil selama kehamilan akan

membimbing wanita menghadapi persalinan dengan tenang dan penuh percaya

diri, sehingga persalinan berjalan normal (Hasanah P, 1997).

Dalam kenyataanya selama observasi sesaat peneliti melalui praktek klinik

kebidanan di puskesmas Tanah Merah, masih banyak ditemukan ibu yang belum

melakukan senam hamil, yaitu sekitar 98% dari seluruh populasi ibu hamil di

wilayah itu (1128 ibu hamil). Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan, antara lain ; (1)

tingkat kecerdasan, (2) tingkat emosional, (3) jenis kelamin dan faktor eksternal

yaitu ; (1) lingkungan fisik, (2) lingkungan sosial, (3) lingkungan budaya, (4)

lingkungan ekonomi, (5) lingkungan politik dan sebagainya.

(Notoatmodjo. S, 2003:120).

2

Page 3: BAB 1 2 3 4 5 6

Dengan masih belum optimalnya pelaksanaan senam hamil dalam program,

kesehatan ibu dan anak, muncullah beberapa pendapat dari bidan yang ada di

puskesmas, antara lain : (1) Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang senam

hamil, (2) Sikap ibu hamil yang kurang menerima terhadap senam hamil, (3)

Tingkat pendidikan ibu yang relatif masih rendah, (4) Anggapan senam hamil

yang tidak mungkin dilakukan oleh ibu hamil di desa, dan (5) Masyarakat masih

menganggap tabu untuk melakukan senam hamil.

Di dalam harian suara pembaruan (25 Agustus 2002) menyebutkan bahwa

angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, yaitu 334 (100.000 kelahiran

hidup). Angka ini merupakan angka tertinggi di kawasan Asean. Jika

dibandingkan dengan angka kematian ibu di Negara Asean yang lain. Tiga

penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan 41- 60%, infeksi 30%, eklamsi

20%. Penyebab perdarahan salah satunya adalah atonia uteri sebagai dampak dari

kelemahan kontraksi uterus (kelemahan ibu) (Djoko Wiyono, 1997). Dampak

yang ditimbulkan selain perdarahan juga terjadinya partus lama. Partus lama

adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18

jam bagi multigravida (IBG. Manuaba, 1998:292).

Penyebabnya antara lain karena kelainan His dan kekuatan mengejan yang

salah, selain beberapa faktor lagi, maka kontraksi uterus yang baik dapat

diupayakan melalui latihan senam hamil.

Oleh karena itu perlu penyempurnaan upaya yang komprehensif yang

dilakukan oleh Pemerintah (Dinas Kesehatan), tenaga bidan dan masyarakat

sendiri dalam mensosialisasikan pelaksanaan senam hamil ini. Mengingat

manfaanya yang besar apabila dilakukan senam hamil, beberapa alternatif upaya

3

Page 4: BAB 1 2 3 4 5 6

itu antara lain : (1) Penambahan dana program kesehatan ibu dan anak khususnya

dibidang antenatal care (senam hamil), (2) Pengadaan insstruktur senam hamil,

dan (3) Penyuluhan kesehatan ke masyarakat tentang senam hamil/ khususnya

ibu-ibu yang ada di posyandu ataupun di beberapa organisasi yang lain (PKK).

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor-faktornya antara lain, adalah sebagai berikut :

1.2.1 Faktor Eksternal

1) Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik sangat mempengaruhi perilaku seseorang, dengan fisik

yang sehat seseorang bisa melakukan aktifitas secara sempurna. Sering karena

kondisi seseorang karena sudah lelah melakukan kegiatan sehari-hari, orang jadi

malas mengikuti senam.

4

Faktor eksternal

- Lingkungan fisik

- Lingkungan Sosial

- Budaya

- Ekonomi

alokasi dana

- Lingkungan politik

Kebijakan

Peran Bidan

Faktor internal

- Tingkat kecerdasan

Pendidikan

Pengetahuan

- Tingkat Emosional

Sikap

anggapan

- Jenis kelamin

Banyaknya ibu-ibu yang belum aktif melakukan

senam hamil

Page 5: BAB 1 2 3 4 5 6

2) Lingkungan sosial

Ada beberapa ibu yang mengetahui tentang senam hamil, namun mereka

enggan melakukan karena dianggap masih tabu dan mereka merasa malu sehingga

tidak biasa untuk melakukannya.

3) Lingkungan budaya

Pengaruh budaya sangat menentukan sikap dan perilaku seseorang.

Seringkali sikap seseorang menyimpang dari realita hanya karena memegang

teguh budaya yang selama ini dianutnya. Diwilayah Puskesmas Tanah Merah

senam hamil masih belum berjalan dengan baik, sehingga hal ini masih belum

membudaya.

4) Lingkungan ekonomi alokasi dana

Latihan senam hami memerlukan instruktur senam yang sebelumnya harus

dibekali dengan ilmu dan latihan yang cukup baik dan benar sesuai dengan

panduan senam khsusus untuk ibu hamil, untuk itulah diperlukan dana yang

cukup, disamping dana untuk pelaksanaan senam itu sendiri.

5) Lingkungan politik

(1) Kebijakan

Adanya anggapan bahwa senam hamil tidak mungkin dilakukan oleh wanita

hamil di masyarakat desa, karena mereka masih menganggap hal itu jarang atau

tidak pernah dilakukan.

5

Page 6: BAB 1 2 3 4 5 6

(2) Peran bidan

Tugas yang diemban oleh bidan tidaklah sedikit. Tugas bidan dalam hal ini

bidan desa tidak hanya dalam bidang KIA dan pelayanan KB saja, tetapi juga

bertugas sebagai Primary Health Officer, sehingga tugas mereka menjadi lebih

kompleks yang akhirnya mereka beranggapan masih banyak tugas-tugas yang lain

yang dipandang harus didahulukan.

1.2.2 Faktor Internal

1) Tingkat kecerdasan

(1) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah orang

tersebut menerima informasi, sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki.

Namun sebaliknya, jika tingkat pendidikan seseorang rendah, maka orang tersebut

sulit menerima informasi, dalam hal ini informasi tentang kesehatan yang

mencakup informasi tentang senam hamil.

(2) Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu wahana untuk mendasari seseorang untuk

berperilaku secara ilmiah. Oleh karena itulah diperlukan suatu pengetahuan yang

cukup, dalam mendorong ibu aktif untuk melakukan senam hamil. Pengetahuan

tersebut meliputi : pengertian senam hamil, tujuan, manfaat, syarat-syarat dan

beberapa latihan dalam senam hamil.

6

Page 7: BAB 1 2 3 4 5 6

2) Tingkat Emosional

(1) Sikap

Sikap berkaitan dengan perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan

kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus lingkungan

sosial (Syaifuddin A, 2003:10). Hal ini mencakup perasaan mendukung atau

memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tak memihak

(unfavourable) pada orang tersebut. Dengan masih sedikitnya pengetahuan ibu

tentang senam hamil dapat menimbulkan sikap tidak mendukung (unfavourable)

dalam pelaksanaan senam hamil tersebut.

(2) Anggapan / Opini

Masyarakat disana menganggap bahwa tidak mungkin melakukan senam hamil

oleh karena masih terasa asing / belum begitu dikenal.

3) Jenis kelamin

Dalam hal ini dikhususkan bagi ibu-ibu yang sedang hamil.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasinya pada faktor pendidikan ibu,

pengetahuan dan sikap yang berpengaruh terhadap keaktifan ibu dalam

pelaksanaan senam hamil.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka perumusan

masalahnya adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagaimanakah gambaran tingkat pendidikan ibu.

7

Page 8: BAB 1 2 3 4 5 6

1.4.2 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang senam hamil

1.4.3 Bagaimanakah gambaran sikap ibu terhadap pelaksanaan senam hamil.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan ibu dalam

melakukan senam hamil.

1.5.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi gambaran tingkat pendidikan ibu.

2) Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang senam hamil

3) Mengidentifikasi gambaran sikap ibu terhadap pelaksanaan senam hamil.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan Dan Tehnologi Kesehatan

Untuk bahan informasi tambahan pengetahuan dan kajian dalam penelitian

selanjutnya.

1.6.2 Bagi Institusi

Sebagai bahan pengetahuan atau informasi untuk pembaca dan menambah

jumlah buku bacaan di perpustakaan dan sebagai salah satu bukti pencapaian

target dalam kurikulum akhir program.

1.6.3 Bagi Profesi

Sebagai bahan atau sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan

pemberdayaan kesehatan ibu hamil sehingga nantinya dapat meningkatkan standar

praktek pelayanan kebidanan melalui profesionalisasi bidan.

8

Page 9: BAB 1 2 3 4 5 6

1.6.4 Bagi Mahasiswa

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan program senam hamil dan sebagai pra syarat untuk

memenuhi predikat Ahli Madya Bidang Kebidanan.

1.7 Relevansi

Senam hamil merupakan salah satu bentuk pelayanan antenatal care dalam

program kesehatan ibu dan anak. Senam ini sangat bermanfaat bagi ibu baik

selama hamil, persalinan maupun saat nifas. Namun ada beberapa faktor dapat

merupakan kendala dalam aktifnya ibu untuk melakukan senam hamil. Faktor-

faktor itu antara lain : Pendidikan, pengatahuan, dan sikap ibu, serta kebijakan,

sosial budaya dan peranan bidan, alokasi dana. Di harapkan dapat sebagai

masukan bagi institusi terkait dan khususnya Puskesmas setempat untuk

membantu aktifnya ibu dalam pelaksanaan senam hamil.

9

Page 10: BAB 1 2 3 4 5 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep yang berhubungan dengan

karakteristik ibu yaitu (1) Konsep dasar pendidikan, (2) Konsep dasar

pengetahuan yang meliputi ; pengertian pengetahuan, tingkatan pengetahuan, cara

memperoleh pengetahuan, (3) Konsep dasar perilaku meliputi ; definisi perilaku,

perilaku kesehatan, domain perilaku, pengukuran hasil pendidikan kesehatan

terhadap perilaku (4) Konsep dasar senam hamil yang meliputi ; pengertian,

tujuan, manfaat, syarat-syarat mengikuti senam hamil beserta latihan yang

dikerjakan pada senam hamil.

2.1 Konsep Dasar Pendidikan

2.1.1 Pengertian

Dalam rencana pembangunan 5 tahun keenam di bidang kesehatan di

sebutkan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan (Depkes. RI, 1994:9). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan

yang dimilikinya, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, hal

ini dikemukakan oleh Kuntjoroningrat (1997) yang dikutip oleh Nursalam dan Siti

Pariani (2001:133).

Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan klien, dengan

pendidikan tinggi akan mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan

10

Page 11: BAB 1 2 3 4 5 6

konstruktif dari pada seseorang yang berpendidikan rendah. Menurut I.B Mantra

yang dikutif oleh Notoatmodjo (1985), pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap untuk berperan serta

dalam pembangunan masyarakat.

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan

apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:16).

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih

dewasa lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau

masyarakat. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:97).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992

dikutip oleh Nursalan dan Pariani, 2001:132).

Menurut YB Matra yang dikutip oleh Nursalam (2001) pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk perilaku akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Untuk itu

melalui pendidikan diharapkan seseorang mampu meningkatkan kemampuan

intelektual, mampu membebaskan diri dari keterbelakangan serta menghargai

kemajuan yang antara lain memberikan perubahan yang berkesinambungan

(Hartomo, 2000:122).

Pendidikan di perlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada

umumnya semakin tinggi pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat

11

Page 12: BAB 1 2 3 4 5 6

pengetahuaannya, pengetahuan itu sendiri kemampuan seseorang untuk

mengingat fakta , simbul, prosedur, tehnik dan teori.

(Notoatmodjo S, 1996 dikutip Nursalam 2001, 163).

Unsur-unsur pendidikan meliputi :

1) Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok masyarakat) dan

pendidikan (pelaku pendidikan).

2) Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain).

3) Output (melaksanakan apa yang diharapkan atau perilaku).

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan pada

dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut

diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain

(Notoatmodjo, 2002:10). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour), karena

dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan

(Notoatmodjo, 1997:127).

12

Page 13: BAB 1 2 3 4 5 6

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan dapat di bedakan dalam beberapa tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yamg telah diterima. Tahu merupakan tingkat yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan

menyatakan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

13

Page 14: BAB 1 2 3 4 5 6

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek

kedalam komponen-komponen, tapi masih didalam struktur organisasi tersebut,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk melakukan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan,

meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang

ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden ke

dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 1993:94-96).

14

Page 15: BAB 1 2 3 4 5 6

2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

1) Cara tradisional atau non ilmiah

(1) Cara coba salah (trial and error)

Merupakan cara yang tradisional yang dipakai orang sebelum adanya

kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu

seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya

dilakukan dengan dicoba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain. Apabila kemungkinan dua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan

kemungkinan yang ketiga dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan itu sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error

(gagal atau salah) atau metode coba salah atau coba-coba.

(2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan

dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan

turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini

seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber

pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-peminpin masyarakat baik formal

maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan

kata lain pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan. Para pemegang otoritas pada prinsipnya mempunyai mekanisme

yang sama didalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain

15

Page 16: BAB 1 2 3 4 5 6

menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan

fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

(3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengatahuan atau suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang dilakukan

tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk

memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara

tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan

mengulangi cara tersebut dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga

dapat berhasil memecahkannya. Tetapi tidak semua pengalaman pribadi dapat

menarik kesimpulan dengan benar. Untuk dapat menarik kesimpulan dari

pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan logis.

(4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan

jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada

dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya

sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan

itu melalui pengertian-pengertian khusus kepada yang umum dinamakan induksi,

16

Page 17: BAB 1 2 3 4 5 6

sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum kepada yang khusus.

2) Cara modern atau ilmiah

Cara ini lebih sistematis, logis dan ilmiah serta disebut metode penelitian

ilmiah atau metodologi penelitian (research metodology). Mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) dengan menggunakan metode

berfikir induktif. Kemudian dilanjutkan oleh Doebold Van Pavlen yang

mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara

mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan, pencatatan terhadap

semua fakta sehubungan dengan obyek yang diamati. Dari hasil pencatatan,

kemudian ditetapkan ciri atau unsur yang pasti ada pada suatu gejala, selanjutnya

dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi.

(Notoatmodjo, 2002:11-18).

2.3 Konsep Dasar Perilaku

2.3.1 Definisi Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Skinner (1938) seorang ahli psikologi,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, maka teori Skinner ini disebut teori "S-O-R"

atau stimulus-organisme-respon. Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu :

17

Page 18: BAB 1 2 3 4 5 6

1) Respondent respons atau reflexive

Yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus)

tertentu. Stimulus ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-

respon yang relatif tetap.

2) Operant respon atau instrumental respons

Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus

atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut Reinforcing stimulation atau

reinforcer, karena memperkuat respon.

2.3.2 Perilaku Kesehatan

Menurut Skinner, perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.

Sehingga dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok, yaitu :

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance),antara lain :

(1) Perilaku pencegahan penyakit

(2) Perilaku peningkatan kesehatan

(3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman

2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan,

atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health secking behaviour)

3) Perilaku kesehatan lingkungan, antara lain :

(1) Perilaku hidup sehat

(2) Olahraga teratur

18

Page 19: BAB 1 2 3 4 5 6

(3) Tidak merokok

(4) Tidak minum minuman keras dan narkoba

(5) Istirahat cukup

(6) Mengendalikan stress

(7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

2.3.3 Domain Perilaku

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan

dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung

pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Jadi

meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang

berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda

inilah yang disebut determinan (domain perilaku). Dan determinan perilaku ini

ada dua yakni:

1) Determinan faktor internal

Yakni karakteristik orang yang bersangkutan, misalnya: tingkat kecerdasan,

tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

2) Determinan faktor eksternal

Yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan

sebagainya.

19

Page 20: BAB 1 2 3 4 5 6

2.3.4 Pengukuran Hasil Pendidikan Kesehatan

Menurut Benyamin Bloom (1908) yang dikutp oleh Notoatmodjo (2003:121), ada

dua cara untuk mengukur hasil pendidikan kesehatan, yaitu:

1) Pengetahuan

(seperti yang telah dijelaskan diatas)

2) Sikap

(1) Pengertian sikap

Sikap (attitude) secara historis digunakan pertama kali oleh Herbert Spender

di tahuan 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental

seseorang (Allen, Gay dan Edgley, 1980). Di masa-masa awal itu pula

penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik /

posisi tubuh seseorang (Wrightsman dan Deux, 1981).

Puluhan definisi dan pengertian itu pada umumnya dapat di masukkan ke

dalam salah satu diantara 3 kerangkan pemikiran. Pertama adalah kerangka

pemikiran yang diwarnai oleh para ahli psikologi seperti Lovis Thurstone (1928 ;

salah seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap). Rensis Likert

(1932 ;juga seorang pioner di bidang pengukuran sikap) dan Chorles Osgood,

menurut mereka sikap adalah suatu obyek, adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavourable) pada obyek tersebut (Berkowitz, 1972). Secara lebih spesifik,

Thurstone sendiri menginformasikan sikap sebagai “derajat afek positif atau

negatif terhadap suatu obyek psikologis” (Edwards, 1957).

Kelompok pemikiran yang kedua diwakili oleh para ahli seperti Chove

(1982), Bogardus (1913), Lapiere (1934), Mead (1934) dan Gordon Allport

20

Page 21: BAB 1 2 3 4 5 6

(1935;tokoh terkenal di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian) yang

konsepsi mereka mengenai sikap lebih kompleks. Menurut kelompok ini sikap

merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-

cara tertentu.

Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi

kepada skema triadik (triadic scheme), menurut kerangka pemikiran ini suatu

sikap merupakan konstelasi komponen “kognitif, afektif dan konatif yang saling

berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu obyek.

Dari berbagai definisi diatas bisa dikatakan bahwa sikap selalu dikaitkan

dengan perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang

merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.

(Syaifuddin, A, 2003:10).

Menurut Breckler dan Wiggins dalam definisi mereka mengenai sikap

mengatakan bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan

pengaruh langsung terhadap prilaku berikutnya (Syaifuddin, A, 2003:18).

(2) Sturktur Sikap

Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling

menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen efektif (affective) dan

komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representatif apa

yang dipercayai oleh individu pemilik sikap emosional dan komponen konatif

merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang

dimiliki oleh seseorang.

Menurut Mann (1969) mengatakan bahwa komponen kognitif berisi

persepsi, kepercayaan dan strereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

21

Page 22: BAB 1 2 3 4 5 6

Komponen kognitif dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama bila

menyangkut masalah isu atau problem yang kontraversial. Komponen afektif

merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan menyangkut masalah

emosi (Syaifuddin, A, 2002:23-24).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

yaitu, sebagai berikut : (1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek)

mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

seseorang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap

ceramah-ceramah, (2) Merespon (responding), artinya memberikan jawaban

apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap, karena suatu usaha untuk menjawab pertanyaan / mengerjakan tugas yang

diberikan, (3) Menghargai (valuing), diartikan mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap sesuatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang ibu mengajak

tetangganya untuk menimbangkan bayinya, dan (4) Bertanggung jawab

(responsible), artinya bertanggung jawab atas segala yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi, misalnya seseorang ibu

mau menjadi akseptor KB meskipun mendapat tentangan dari mertua.

22

Page 23: BAB 1 2 3 4 5 6

(3) Pembentukan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh

individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari pada sekedar adanya kontak

sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

Dalam interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu

terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor

yang mempengaruhi pembentukan sikap, adalah sebagai berikut : (1) Pengalaman

Pribadi, Menurut Middle Brook (1974) mengatakan bahwa tidak ada pengalaman

sama sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membetuk sikap

reaktif terhadap suatu obyek tertentu. Apa yang telah dan sedang dialami akan

ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan

kesan kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman

pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional dan

berulang–ulang. Karena pengalaman yang tunggal jarang sekali dapat menjadi

dasar pembentukan sikap. Kesan negatif terhadap suatu objek juga akan

membentuk sikap yang negatif terhadap objek tersebut. Sehingga pengalaman

masa lalu penting bagi pembentukan sikap karena melalui pengalaman akan

terbentuk penghayatan dan tanggapan yang merupakan dasar pembentukan sikap,

(2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting, Orang lain di sekitar kita

merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap

kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat, seseorang yang tidak ingin

23

Page 24: BAB 1 2 3 4 5 6

dikecewakan atau seseorang yang berarti khusus (significant others), akan banyak

mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Seseorang yang kita anggap

penting cenderung kita ikuti, (3) Pengaruh kebudayaan, Kebudayaan dimana kita

hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

kita. Karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu–individu

yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Dan hanya kepribadian

individu yang mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominansi kebudayaan

dalam pembentukan sikap individual.

Ahli Psikologi, Burrhus Frederic Skinner dalam Azwar (2003) sangat

menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk

pribadi seseorang. Karena kepribadian tidak lain adalah pola perilaku yang

konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, pengajaran)

yang dialami. Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

berbagai masalah dan telah mewarnai sikap masyrakat, (4) Media massa, Sebagai

sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan

opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap, (5) Lembaga

Pendidikan dan Lembaga Agama, Lembaga pendidikan serta lembaga agama

sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan sikap karena dalam

pendidikan diletakkan dasar pengertian dan konsep sehingga terbentuklah

pemahaman terhadap sesuatu yang merupakan dasar terbentuknya sikap.

24

Page 25: BAB 1 2 3 4 5 6

Menurut Y. B. Mantra yang dikutup oleh Notoatmodjo (1993) dalam

Nursalam dan Siti Pariani (2001:133), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang,

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

sikap untuk berperan dalam pembangunan masyarakat.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima

informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya,

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai–nilai baru yang diperkenalkan, hal ini dikemukakan oleh

Koentjoroningrat (1997) yang dikutip oleh Nursalam & Siti Pariani (2001:133),

dan (6) Faktor emosional, Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang–kadang, suatu bentuk

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

(Syaifuddin A, 2000:30-37).

Faktor media massa sebagai sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat

kabar, dan majalah juga mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini/

kepercayaan seseorang.

2.4 Konsep Dasar Senam Hamil

2.4.1 Pengertian Senam Hamil

Senam hamil merupakan suatu bentuk latihan fisik yang akan meningkatkan

kesehatan, membentuk sikap yang tenang dan sikap yang baik serta mekanika

tubuh yang baik selama dan setelah kelahamilan (Depkes.RI, 1993;106).

Senam hamil adalah latihan gerak yang diberikan kepada ibu hamil untuk

mempesiapkan dirinya, baik persiapan fisik maupun mental untuk menghadapi

25

Page 26: BAB 1 2 3 4 5 6

dan mempersiapkan persalinan yang cepat, aman dan spontan.

(Melliana H, 2001:90)

Berdasarkan pengertian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa senam

hamil adalah suatu latihan senam khusus wanita hamil yang merupakan latihan

fisik dan psikhis untuk mempersiapkan wanita tersebut menghadapi persalianan

dan membentuk mekanika tubuh yang baik selama dan setelah melahirkan.

2.4.2 Tujuan Senam Hamil

1) Melalui latihan senam hamil yang teratur dapat dijaga kondisi otot-otot dan

persendian yang berperan dalam proses mekanisme persalinan.

2) Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri sendiri

dan penolong dalam menghadapi persalinan.

3) Membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis.

2.4.3 Manfaat Senam Hamil

1) Memperbaiki sirkulasi.

2) Membangun ketahanan (lebih mampu menghadapi persalinan yang lama).

3) Senam Kegel dapat membantu meningkatkan elastisitas dan penyembuhan

post partum (Arlene Eisenberg, 2000:137).

4) Membentuk sikap yang tenang dan baik serta mekanik tubuh yang baik selama

dan setelah persalinan.

5) Mengurangi bengkak-bengkak.

6) Mengurangi resiko gangguan gastrointestinal, termasuk, sembelit.

7) Mengurangi kejang kaki.

8) Membantu mengontrol berat badan.

26

Page 27: BAB 1 2 3 4 5 6

9) Mencegah terjadinya kelainan letak, seperti posisi sungsang bisa diperbaiki

dengan berbagai gerakan.

10) Dapat membantu mempersiapkan mental menjelang melahirkan, melalui

latihan mengendurkan perasaan cemas.

11) Mencegah terjadinya primer gestasional diabetes melitus.

12) Membantu pada saat kala II menjadi lebih pendek.

13) Membantu memperoleh relaksasi tubuh yang sempurna dengan memberikan

latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.

14) Melatih dan mengusai pernafasan yang berperan penting selama kehamilan

dan proses persalinan.

15) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,

ligamentum, otot-otot dasar panggul dan otot-otot paha bagian dalam.

2.4.4 Syarat Mengikuti Senam Hamil

Diikuti mulai umur kehamilan 22 minggu, seizin dan sepengetahuan dokter yang

merawat, yaitu sebagai berikut :

1) Latihan I untuk kehamilan minggu 22-25

2) Latihan II untuk kehamilan minggu 26-30

3) Latihan III untuk kehamilan minggu 30-34

4) Latihan IV untuk kehamilan minggu > 35

Dalam latihan senam dianjurkan memakai baju senam yang mempermudah

gerakan-gerakam senam hamil. Selama mengikuti senam hamil juga harus

memperhatikan kebutuhan cairan dan kalori sesuai dengan kebutuhan selama

hamil. Senam dilaksanakan selama 20 – 30 menit untuk setiap babak, sebaiknya

dilakukan secara teratur dan disiplin.

27

Page 28: BAB 1 2 3 4 5 6

Senam harus dihentikan bila terdapat keluhan dan gejala sebagai berikut :

1) Timbul rasa nyeri terutama nyeri dada, nyeri kepala dan nyeri pada

persendiaan.

2) Kontraksi rahim yang lebih sering.

3) Perdarahan pervaginam, keluar cairan ketuban.

4) Nafas pendek yang berlebihan.

5) Denyut jantung yang meningkat (> 140 x/mnt).

6) Mual dan muntah menetap.

7) Kesulitan berjalan.

8) Pembengkakan yang menyeluruh.

9) Aktifitas jantung yang berkurang.

Sedangkan ibu hamil yang tidak diperbolehkan mengikuti senam hamil, adalah

ibu yang mempunyai penyakit sebagai berikut :

1) Absolut

(1) Penyakit jantung yang aktif

(2) Gagal jantung

(3) Penyakit rematik

(4) Tromboplebitis

(5) Emboli paru

(6) Penyakit infeksi acut

(7) Tidak pernah ANC

(8) Preeklampsi

(9) Resiko kehamilan prematur

(10) Perdarahan pervaginam

28

Page 29: BAB 1 2 3 4 5 6

(11) Pecahnya ketuban

(12) Gangguan pertumbuhan janin

(13) Riwayat obstetri yang jelek

(14) Hypertensi berat

(15) Gawat janin

2) Relatif

(1) Anemi

(2) Kelainan darah

(3) Kencing manis

(4) Letak sungsang pada trimester akhir

(5) Obesitas

(6) BBLR pada partus sebelumnya

(7) Gemelli

(8) Lingkungan yang panas

2.4.5 Latihan-latihan yang Dikerjakan Pada Senam Hamil

1) Latihan pendahuluan

Tujuannya adalah untuk mengetahui daya kontraksi otot-otot tubuh, luas gerakan

persendian dan mengurangi serta menghilangkan rasa nyeri.

2) Latihan inti, yang terdiri dari :

(1) Latihan pembentukan sikap tubuh

(2) Latihan kontraksi dan relaksasi

(3) Latihan pernafasan

29

Page 30: BAB 1 2 3 4 5 6

3) Latihan penenangan dan relaksasi

Latihan penenangan bertujuan untuk menghilangkan tekanan (stress) pada

waktu melahirkan dan latihan relaksasi berguna untuk memberikan ketenangan

dan mengurangi nyeri oleh His, karena itu dapat dilakukan pada kala pendahuluan

dan kala pembukaan.

Latihan penenangan ini juga dapat membatu agar mulut rahim / kandungan

dapat membuka dengan wajar dan cepat sehinga proses persalinan dapat berjalan

lancar.

30

Page 31: BAB 1 2 3 4 5 6

2.5 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Faktor eksternal seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan

budaya, lingkungan ekonomi (alokasi dana), kebijakan Pemerintah, dan peran

bidan, sangat mendukung terhadap keaktifan ibu dalam melakukan senam hamil,

begitu juga faktor internal yaitu pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu sangat

menentukan apakah ibu tersebut mau melakukan senam atau tidak.

Persalinan

Lancar Kurang/ Tidak lancar

Faktor eksternalLingkungan fisik

Lingkungan Sosial BudayaEkonomi

alokasi danaLingkungan politik

KebijakanPeran Bidan

Faktor internalTingkat kecerdasan

PendidikanPengetahuan

Tingkat EmosionalSikapanggapan

Jenis kelamin

Keaktifan ibu dalam melakukan senam hamil

31

Page 32: BAB 1 2 3 4 5 6

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara memecahkan masalah menurut metode

kelimuan (Nursalam @ Pariani. S, 2002:135). Pada bab ini akan dijelaskan

tentang desain penelitian, kerangka operasional, identifikasi variabel, definisi

operasional, sampling desain, pengumpulan data, pengolahan data, analisa data,

masalah etika penelitian, dan keterbatasan.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan untuk mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin

timbul selama proses penelitian (Nursalam @ Pariani. S, 2002:54). Dalam hal ini

metode penelitian yang dipakai adalah cross sectional yang artinya peneliti

melakukan observasi atau pengukuran variabel sesaat, dimana variabel yang di

amati dan dikumpulkan dalam variabel yang bersamaan dan dalam waktu yang

tertentu (Soekidjo, 2002:26).

3.2 Kerangka Operasional

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

32

Pendidikan ibu

Pengetahuan ibu

Sikap ibu

Keaktifan ibu dalam

melakukan senam

hamil

Page 33: BAB 1 2 3 4 5 6

3.3 Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai diri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian

tertentu (Soekidjo. N, 2002:70). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah variabel bebas (variebel independent), yang artinya adalah faktor yang

diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel dependen, dalam penelitian ini

variabel bebasnya adalah pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam @ Pariani. S, 2000). Adapun

definisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

VariabelDepinisi

OperasionalParameter Alat ukur

Skala

PengukuranSkor

1. Pendidikan Jenjang

pendidikan

yang telah

ditempuh

responden

Pendidikan yang

telah ditempuh oleh

responden :

1) Tidak tamat SD

2) Tamat SD

3) SMP

4) SMA

5) Diploma/ PT

Kuesioner Ordinal 1. Rendah, bila :

Tidak tamat SD

SD

SMP

2. Menengah / sedang

bila :

Tamat SMA

3. Tinggi, bila :

Diploma / PT

2. Pengetahuan Kemampuan

pemahaman

responden

terhadap

senam hamil

1) Pengertian

senam hamil

2) Tujuan senam

hamil.

3) Manfaat senam

hamil.

4) Pengetahuan

tentang ibu-ibu

Kuesioner Ordinal 3 = Bila bisa

menjawab 15-20

soal dengan

benar, kategori

baik (76-100%

soal benar).

2 = Bila bisa

menjawab -4 soal

33

Page 34: BAB 1 2 3 4 5 6

yang tidak

melakukan

senam hamil.

5) Latihan-latihan

yang dilakukan

dalam senam

hamil.

dengan benar,

kategori cukup

(56-75% soal

benar).

= Bila bisa

menjawab 8-0

soal dengan

benar, kategori

kurang (40-55%

soal benar).

0 = Bila menjawab <

8 soal yang benar

(< 40% dari

soal).

3. Sikap Perasaan

menolak atau

menerima

terhadap

pelaksanaan

senam hamil

Penilaian

responden tentang :

1) Pentingnya

senam hamil.

2) Keteraturan ibu

dalam

melakukan

senam hamil

Kuesioner

dengan

skala likert

Nominal Menerima =

Menolak = 0

STS = 0

TS =

R = 2

S = 3

SS = 4

(favourable), jika

skor t 50.

(anfovorable), jika

skor t 50.

3.5 Sampling Desain

Sampling adalah cara atau metode pengambilan sampel atau suatu proses

dalam menyeleksi proporsi dari populasi untuk mewakili populasi (Nursalam @

Pariani. S, 2000). Sampling dalam penelitian ini menggunakan non probality

sampling, adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan

yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-

segi kepraktisan belaka.dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu

34

Page 35: BAB 1 2 3 4 5 6

suatu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

sendiri, berdasarklan ciri atau sifat-aifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya. Caranya, mula-mula peneliti menidentifikasi semua karakteristik

populasi, kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangan tertentu, lalu

sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian. (Soekidjo. N,

2002:89). Kelompok yang diambil dalam sampel ini terdiri dari kelompok ibu

hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah Bangkalan.

3.5.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo. S, 2002:79). Pada penelitian ini populasinya adalah ibu-ibu hamil

yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Merah dan yang ada di Puskesmas

Pembantu Poter.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo. S, 2002:79.

3.5.3 Kriteria Sampel

Adalah kriteria sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak untuk diteliti

(Nursalam @ Pariani. S, 2002:37), adalah :

1) Kriteria inklusi :

(1) Ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah.

(2) Ibu hamil yang kooperatif.

(3) Ibu hamil yang bersedia dijadikan responden.

35

Page 36: BAB 1 2 3 4 5 6

2) Kriteria eksklusi

Adalah kriteria sampel yang tidak layak untuk diteliti menjadi sampel (Nursalam

@ Pariani. S, 2002:37), adalah :

(1) Ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah.

(2) Ibu hamil yang tidak kooperatif.

(3) Ibu hamil yang tidak bersedia dijadikan responden.

3.5.4 Jumlah Sampel

Dalam penelitian ini berhubung jumlah populasinya sebesar .275 ibu hamil,

maka peneliti mengambil sampel di dua tempat, yaitu di KIA Puskesmas Tanah

Merah Bangkalan dan di Puskesmas Pembantu Poter. Untuk di KIA Puskesmas

Tanah Merah sendiri peneliti mengambil sampel sebesar 35 ibu hamil sedangkan

di Puskesmas Pembantu Poter, peneliti mengambil sampel sebesar 25 ibu hamil.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Puskesmas Tanah Merah Bangkalan, sedangkan

waktu penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai bulan Desember sampai

dengan bulan Mei 2004.

3.7 Cara Pengumpulan Data

Setelah mendapat ijin dari Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas Tanah

Merah Bangkalan, peneliti melakukan pendekatan dengan responden untuk

mendapatkan persetujuan sebagai responden, kemudian peneliti melakukan

pengumpulan data dengan cara menyebar kuesioner untuk di isi yang kemudian

ditarik lagi oleh peneliti.

36

Page 37: BAB 1 2 3 4 5 6

3.8 Pengolahan Data

Setelah kuesioner di isi oleh responden dan ditarik kembali oleh peneliti, data

yang telah di peroleh kemudian di olah dengan cara :

3.8.1 Editing

Yaitu meneliti kembali jawaban responden untuk mengetahui jawaban tersebut

sudah cukup baik dan dapat disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.

3.8.2 Coding

Usaha untuk mengklasifikasikan jawaban responden menurut macam-macamnya

dalam bentuk angka.

3.8.3 Tabulating

Data tersebut di tabulasi dalam bentuk tabel menurut sifat-sifatnya

3.8.4 Analisa data

Tehnik dan analisa data untuk aspek pendidikan, pengetahuan, sikap

menggunakan analisis univariate yang menghasilkan prosentase dari setiap

variabel. Setelah data dikumpulkan, selanjutnya adalah sebagai berikut :

1) Data pendidikan

Untuk menganalisis data tingkat pendidikan, dituangkan dalam bentuk tabel

silang yang berisi pengklasifikasian hasil tabulasi menurut dua kategori yaitu

tingkat pendidikan rendah dan tinggi.

(1) Termasuk ketegori pendidikan rendah, bila :

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

37

Page 38: BAB 1 2 3 4 5 6

(2) Termasuk kategori pendidikan menengah/sedang, bila :

Tamat SMA

(3) Termasuk kategori pendidikan tinggi, bila :

Diploma / Perguruan Tinggi (PT)

2) Pengetahuan

Untuk data pengetahuan secara umum dituangkan dalam tabel distribusi

frekuensi yang berisikan hasil tabulasi data (dari 20 soal), yang mana untuk

jawaban benar (B) diberi skor dan jawaban yang salah (S) diberi skor 0,

kemudian hasilnya diklasifikasikan menurut kategori :

(1) Baik : 76% - 00% (5-20 soal benar)

(2) Cukup : 56% - 75% (-4 soal benar)

(3) Kurang : 40% - 55% (8-0 soal benar)

(4) Sangat kurang : < 40% (< 8 soal benar)

(Arikunto. S, 997:246).

Sedangkan untuk menganalisa data pengatahuan perparameter dituangkan

dalam tabel silang yang berisi pengklasifikasian hasil tabulasi menurut kategori :

(1) Tentang pengertian (4 soal)

Baik : 4 soal benar

Cukup : 3 soal benar

Kurang : 2 soal benar

Sangat kurang : soal benar / salah semua

38

Page 39: BAB 1 2 3 4 5 6

(2) Tentang manfaat (4 soal)

Baik : 4 soal benar

Cukup : 3 soal benar

Kurang : 2 soal benar

Sangat kurang : soal benar / salah semua

(3) Tentang latihan-latihan yang dikerjakan (5 soal)

Baik : 4 – 5 soal benar

Cukup : 3 soal benar

Kurang : 2 soal benar

Sangat kurang : soal benar / salah semua

(4) Tentang pengetahuan ibu tentang syarat-syarat mengikuti senam hamil (7

soal)

Baik : 6 -7 soal benar

Cukup : 4 - 5 soal benar

Kurang : 2 - 3 soal benar

Sangat kurang : soal benar / salah semua

Hasil pengklasifikasian data dari 60 responden ini kemudian di prosentasikan.

39

Page 40: BAB 1 2 3 4 5 6

3) Data sikap

Untuk data ini tabulasi dari 0 soal yang diambil dari 60 responden menggunakan

skor skala likert yaitu :

Pernyataan positif (+) Pernyataan negatif (-) Keterangan

STS : 0

TS :

N : 2

S : 3

SS : 4

STS : 4

TS : 3

N : 2

S :

SS : 0

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

RR : Ragu-ragu

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Kemudian hasil tabulasi ini digunakan untuk menentukan kategori perannya

dengan terlebih dahulu dihitung dengan memakai rumus skor T.

T = 50 + 0

Keterangan : x = Skor responden yang akan diubah skala T

= Nilai mean

S = Nilai standart deviasi.

Kemudian hasil tabulasi dikelompokkan sesuai kategori :

(1) Menerima (Favourable) :Skor T 50

(2) Menolak (unfavourable) :Skor T < 5

40

Page 41: BAB 1 2 3 4 5 6

3.9 Masalah Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan, Kepala Puskesmas Tanah Merah

Bangkalan untuk mendapatkan persetujuan, barulah peneliti melakukan penelitian

dengan menekankan pada masalah etika penelitian, yang meliputi :

3.9.1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Concent)

Saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta ijin pada setiap

subyek yang akan diteliti baik secara lisan maupun lembar persetujuan atas

kesediaan dijadikan subyek penelitian.

3.9.2 Tanpa Nama (Anominity)

Subyek tidak perlu mencamtumkan nama dalam kuesioner untuk menjaga

privacy, untuk mengetahui keikutsertaan subyek, peneliti menulis kode pada

masing-masing lembar.

3.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti harus menjamin kerahasiaan subyek yang diteliti dengan tidak

membeberkan sesuatu hal yang tidak layak diaungkapkan dari hasil jawaban

keusioner kepada orang lain.

41

Page 42: BAB 1 2 3 4 5 6

3.10 Keterbatasan

Adalah suatu kelemahan dan hambatan dalam penelitian, adapun keterbatasan

yang dihadapi oleh peneliti adalah sebagai berikut :

3.10.1 Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner memiliki jawaban

yang tidak banyak di pengaruhi oleh sikap dan harapan-harapan pribadi

yang bersifat subyektif.

3.10.2 Tenaga, sarana, dana dan waktu penelitian yang terbatas.

42

Page 43: BAB 1 2 3 4 5 6

BAB 4

HASIL

Pada bab ini akan diuraikan tentang diskripsi daerah penelitian yang

dilaksanakan di Puskesmas Tanah Merah Kabupaten Bangkalan, mulai tanggal 3

Mei 2004 sampai dengan 20 Mei 2004. hasil penelitian ini merupakan gambaran

karakteristik responden dari variabel yang diteliti meliputi pendidikan,

pengetahuan dan sikap yang disajikan dalam bentuk prosentase dan penjelasan

dari masing-masing karakteristik.

4.1 Data Umum

Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah Desa Tanah Merah kabupaten

Bangkalan. Berdasarkan data dari kantor puskesmas Tanah Merah Kabupaten

Bangkalan, kami dapat menggambarkan sekilas tentang wilayah kerja Puskesmas

Tanah Merah.

4.1.1 Data Geografi

Wilayah Puskesmas Tanah Merah terdiri dari wilayah dataran rendah

dengan luas 68 km2 dan dataran tinggi dengan luas 04 km2. Puskesmas Tanah

Merah berbatasan dengan : sebelah utara Kecamatan Geger dengan jarak 3 km,

sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Kwanyar dengan jarak 0 km,

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Trageh dan Burneh dengan jarak 0

km, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Galis dengan jarak 7 km.

diwilayah Puskesmas Tanah Merah terdiri dari 23 Desa yang bersifat geografis.

43

Page 44: BAB 1 2 3 4 5 6

4.1.2 Data Demografi

Jumlah penduduk seluruhnya 56.042 jiwa yang terdiri dari laki-laki 26.474 jiwa

dan perempuan 29.568 jiwa.

4.1.3 Data Sasaran

Dari jumlah perempuan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah, di

dapatkan 28 ibu hamil dan didapatkan sampel sebanyak 60 ibu hamil.

4.2 Data Khusus

4.2.1 Pendidikan

Tabel 4.1 Distribusi frekwensi tingkat pendidikan responden di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah pada bulan Mei 2004

TingkatPendidikan

Hasil

Jumlah Prosentase (%)Tinggi

Menengah/sedang

Rendah

3

7

50

5

11,7

83,3

Total 60 100

Sumber : Data primer (2004) yang diolah

Dari tabel 4.1 diatas diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai

tingkat pendidikan rendah, yaitu sebanyak 50 orang (83,33%) sedangkan

responden yang mempunyai tingkat pendidikan menengah 7 orang (11,7 %), dan

yang tingkat pendidikan tinggi sebanyak 3 orang (5%).

44

Page 45: BAB 1 2 3 4 5 6

4.2.2 Tingkat Pengetahuan

Tabel 4.2Distribusi frekwensi tingkat pengetahuan responden di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah pada bulan Mei 2004

TingkatPengetahuan

Hasil

Jumlah Prosentase (%)Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

16

17

21

6

26,66

28,33

35

10

Total 60 100

Sumber : Data primer (2004) yang diolah

Dari tabel 4.2 diatas dapat diketehui bahwa mayoritas responden

mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 21 orang (35%),

responden yang berpengetahuan baik sebanyak 16 orang (26,66%),

berpengetahuan cukup sebanyak 17 orang (28,33%), dan berpengetahuan sangat

kurang sebanyak 6 orang (10%).

4.2.3 Sikap

Tabel 4.3Distribusi frekwensi sikap responden terhadap pelaksanaan senam hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah pada bulan Mei 2004

SikapResponden

Hasil

Jumlah Prosentase (%)Menerima

menolak

27

33

45

55

Total 60 100

Sumber : Data primer (2004) yang diolah

Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai

sikap menolak terhadap pelaksanaan senam hamil, yaitu sebanyak 33 orang (55%)

sedangkan yang menerima sebanyak 27 orang (45%).

45

Page 46: BAB 1 2 3 4 5 6

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai

tingkat pendidikan rendah, yaitu sebanyak 50 orang (83,3 %), sedangkan yang

mempunyai tingkat pendidikan tinggi hanya 3 orang (5 %).

Fakta yang sering ditemukan di masyarakat kita bahwa faktor pendidikan

membuat saran seseorang dapat dijadikan pertimbangan dalam suatu proses

pengambilan keputusan, dalam hal ini adalah usaha pelaksanaan senam hamil bagi

dirinya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kunjtoroningrat (1997) yang dikutip oleh

Nursalam dan Pariani yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula

pengatahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang

diperkenalkan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kwalitas hidup. Pada

umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat

pengetahuannya. Menurut Y.B Mantra yang dikutip oleh Nursalam (2001)

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku akan pola hidup,

terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

kesehatan. Untuk itu melalui pendidikan diharapkan seseorang mampu

46

Page 47: BAB 1 2 3 4 5 6

meningkatkan kemampuan intelektual, mampu membebaskan diri dari

keterbelakangan, serta menghargai kemajuan yang antara lain memberikan

perubahan yang berkesinambungan.

5.2 Pengetahuan

Berdasarkan hasil tabulasi tingkat pengetahuan responden pada tabel 4.2

didapatkan gambaran bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat

pengetahuan kurang, yaitu sebanyak 21 orang (35 %), sedangkan yang

berpengetahuan baik sebanyak 16 orang (26,66 %).

Dari data diatas menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan responden

sebagian besar adalah kurang. Kurangnya pengetahuan ibu tentang senam hamil

ini tidak terlepas dari proses adopsi pengetahuan yang dikemukakan oleh Rogers

(1974) yang terdiri dari lima tahap, diantaranya menyebutkan bahwa pertama kali

seseorang berusaha tahu akan suatu materi melalui informasi, media massa, media

cetak maupun media yang lain. Dengan rasa tahunya tersebut akan menimbulkan

rasa tertarik untuk tahu lebih banyak. Setelah itu dia akan menimbang-nimbang

untung ruginya dari materi yang didapat. Apabila dia memutuskan bahwa materi

tersebut menguntungkan, maka ia akan mencoba untuk mempraktekkan, jika hasil

yang dirasakan memuaskan, maka dengan sendirinya dia menerima materi

tersebut dan begitu pula sebaliknya.

Selain itu pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh proses adopsi saja, ada

faktor lain yang mempengaruhi proses penerimaan pengetahuan. Menurut Y.B

Mantra (1994:3) bahwa untuk memperoleh suatu pengetahuan, tidak terlepas dari

proses penerimaan pengetahuan yang baru (inovasi). Selain itu situasi masyarakat

dimana individu itu hidup juga sangat berpengaruh. Apakah masyarakatnya

47

Page 48: BAB 1 2 3 4 5 6

termasuk masyarakat yang sudah maju atau masih tradisional. Hal ini bisa saja

terjadi, mengingat kondisi masyarakat diwilayah Tanah Merah mayoritas

penduduknya dengan lingkungan tradisional, sehingga akan sulit sekali bagi

mereka untuk mengadopsi pengetahuan tentang senam hamil.

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan

telinga. Pengetahuan menimbulkan minat seseorang untuk mengenal lebih jauh

tentang obyek/topik (Solita S, 1997:7). Sehingga dapat dimengerti apabila

seseorang jarang atau tidak pernah mendapatkan informasi tentang senam hamil

sebagai kegiatan penginderaan terhadap suatu obyek, sulit sekali bagi mereka

untuk menaruh minat sebagai upaya untuk mengetahui lebih dalam tentang senam

hamil. Adanya kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan, promosi, praktek senam

hamil dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang senam hamil.

5.3 Sikap

Berdasarkan hasil tabulasi sikap responden terhadap pelaksanaan senam hamil

pada tabel 4.2 didapatkan gambaran bahwa mayoritas responden mempunyai

sikap menolak terhadap pelaksanaan senam hamil, yaitu sebanyak 33 orang (55

%), sedangkan yang menerima sebanyak 27 orang (45 %).

Sikap responden yang menolak tersebut bisa disebabklan oleh beberapa faktor,

antara lain faktor pendidikan. Y.B Mantra menyatakan bahwa "Pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap

untuk berperan serta dalam pembangunan masyarakat". Begitu juga dengan faktor

pengetahuan, makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka makin mudah

48

Page 49: BAB 1 2 3 4 5 6

menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pengetahuan yang kurang akan menghambat perkembangna sikap

seseorang akan nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Hal ini dikemukakan oleh

Kunjoroningrat (1997) yang dikutip oleh Nursalam dan Siti pariani (2001:33)

Namun pada kenyataannya tidak jarang orang yang mempunyai tingkat

pendidikan dan pengetahuan tinggi, menolak terhadap inovasi yang diberikan,

walaupun mereka sudah benar-benar mengerti tentang manfaat yang diperoleh

dari inovasi tersebut, dalam hal ini tentang senam hamil. Hal ini bisa saja terjadi

mengingat sikap seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut

diatas, yaitu tingkat pendidikan dan pengetahuan saja, melainkan masih banyak

hal yang turut mempengaruhi pembentukan sikap, sebab dalam interaksi sosialnya

individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek

psikologis yang dihadapinya.

Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukasn sikap antara lain

faktor pengalamam pribadi. Menurut Middle Brook (1974) mengatakan bahwa

tidak ada pengalamam sama sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan

membentuk sikap reaktif terhadap suatu obyek tertentu. Begitu juga dengan

pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam hal ini adalah bidan puskesmas

setempat. Instruksi bidan dapat menjadi sumber motivasi keaktifan ibu dalam

melaksanakan senam hamil sebab adanya anggapan bahwa segala program yang

diberikan kepada masyarakat pasti mempunyai manfaat.

Yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh kebudayaan setempat.

Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap individu tersebut. Karena kebudayaanlah yang

49

Page 50: BAB 1 2 3 4 5 6

memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota anggota

kelompok masyarakat asuhannya. Kenyataan ini bisa saja kita mengerti sebab

pelaksanaan senam hamil masih belum membudaya dimasyarakat setempat,

sehingga akan sulit bagi mereka untuk menerima dan mendukung

pelaksanaannya.

Faktor media massa sebagai sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini kepercayaan

orang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif

baru bagi terbentuknya sikap.

Begitu juga faktor lembaga/ institusi/ Puskesmas setempat. Keaktifan ibu

sangat dipengaruhi oleh adanya sarana/ prasarana serta instruktur senam hamil

yang disediakan. Keberadaan sarana dan instruktur senam hamil yang memadai

dapat meningkatkan minat mereka untuk mempraktekkan senam hamil. Sehingga

walaupun mereka sudah mengetahui dan mengerti tentang senam hamil tetapi bila

tidak ditunjang oleh instruktur senam yang profesional, sulit sekali bagi mereka

untuk mempraktekkan senam hamil tersebut.

50

Page 51: BAB 1 2 3 4 5 6

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran beberapa

faktor yang mempengaruhi keaktifan ibu untuk melaksanakan senam hamil, maka

dapat diuraikan kesimpulan dan saran sebagai berikut.

6.1 Kesimpulan

Pelaksanaan senam hamil masih sulit diterapkan, hal ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya : tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan sikap

ibu yang berkaitan dengan senam hamil. Kondisi ini dikarenakan masih

rendahnya tingkat pendidikan ibu, kurangnya tingkat pengetahuan serta sikap ibu

yang mayoritas menolak terhadap pelaksanaan senam hamil.

6.2 Saran

Saran yang disampaikan peneliti berdasarkan kesimpulan diatas, sebagai berikut :

6.2.1 Ibu dan Keluarga

1) Aktif mengikuti penyuluhan-penyuluhan di posyandu, balai desa, ataupun

organisasi lain (PKK) khususnya tentang senam hamil.

2) Bagi sebagian ibu yang sudah mengetahui tentang senam hamil dan

melaksanakannya, dapat menyalurkan pengetahuan kepada ibu-ibu yang lain.

6.2.2 Bagi Petugas

1) Dapat menyebar luaskan imformasi (penyuluhan) tentang senam hamil dan

manfaatnya.

51

Page 52: BAB 1 2 3 4 5 6

2) Lebih mengaktifkan lagi kegiatan senam hamil.

3) Perlunya kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat (ibu kades, ibu kasun dan

lain-lain) dalam pelaksanaan senam hamil ini, agar masyarakat bisa dengan

mudah menjadikan mereka sebagai contoh untuk diikuti.

4) Untuk Dinas Kesehatan, diharapkan menyediakan dana /sarana / instruktur,

sesuai dengan program yang berkaitan dengan senam hamil.

5) Dapat melestarikan kegiatan senam hamil secara rutin dan kontinyu

6) Dibentuknya kelompok-kelompok kecil peminat senam hamil diwilayah kerja

Puskesmas Tanah Merah

7) Pemegang program bertanggung jawab mengkondisikan masyarakat untuk

pelaksanaan program senam hamil.

52

Page 53: BAB 1 2 3 4 5 6

DAFTAR PUSTAKA

Aerlin Eisenberg. (2001). Kehamilan Apa Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. EGC. Jakarta.

Anton M. Moeliono, Depdikbud. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Penelitian. PT Rineka Cipta, Jakarta

Bagian Obgyn Universitas Padjajaran. Senam Hamil. Bandung, Universitas Padjajaran.

Depkes RI. (2000). Kesehatan Maternal. Jakarta, Depkes.

Depkes RI. (1993). Asuhan Kebidanan Ibu Dalam Konteks Keluarga, Jakarta, Depkes RI.

Glade B. Curtis MD, FACOG. (1999). Kehamilan di atas Usia 30, Alih Bahasa : Yasmin Asih, Jakarta, Arcan.

Gloria Cyber Minitries. Dunia Wanita. Bersumber dari : http://www.//gloria.com Diakses tanggal 9 Nopember 2003.

Harian Suara Pembaruan : (Nasional-m) 50 Persen Desa Tak Punyu Bidan. Ambon mailto : nasional-m@polarhome. Com. Sun Aug 25 20 : 48 :17 2002. Diakses tanggal 9 Nopember 2003.

IBG Manuaba. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta, EGC.

IBI. (1996). Profesi Bidan Sebuah Perjalanan Karir, Jakarta, IBI.

Kep. Mankes. RI. No. 900 Mankes SK VII. 2002 Tentang Registrasi dan Praktek Bidan, Jakatra.

Melliana Huliana, A. Md. Keb. (2003). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat, Jakarta, Puspa Swara.

Notoatmodjo, S. (1993). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S(1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta

Nursalam Pariani, S. (1997). Ilmu Kesehatan masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta.

53

Page 54: BAB 1 2 3 4 5 6

Rustam Mochtar, MPH. (1998). Sinopsis Obstetri, Jakarta, EGC.

Sumber : Warta Tanah Air, Edisi Juni 2003 Konsultat Jenderal Republik Indonesia 25 Bd Carmegnole 13008 Marseille-France. Telp. 0491230160-Fax. 0491714032. Email:[email protected] dari Website http://www.indonesia-mrs.com. [Diakses tanggal 9 Nopember 2003].

Saifuddin Azwar, MA. (2000). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi II Yogyakarta. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Thomas W. Hanton. (2001). Ibu Kuat Bayi Sehat, Panduan Senam Kebugaran Untuk Wanita Hamil, Jakarta, Raja Gravindo Persada.

54