Bab-01-84-85 cek

194
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT 1984/85-1988/89

description

Bab-01-84-85 cek

Transcript of Bab-01-84-85 cek

RENCANA

PEMBANGUNAN LIMA

TAHUNKEEMPAT

1 9 8 4 / 8 5 - 1 9 8 8 / 8 9

I

REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 21 TAHUN 1984

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT

(REPELITA IV)

1984/85 - 1988/89

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun Keti-

ga (REPELITA III) telah menunjukkan hasil-hasil

yang cukup memadai sehingga dapat dijadikan

landasan yang kuat untuk tahap pembangunan se-

lanjutnya;

b. bahwa dengan memperhatikan hasil-hasil yang

telah dicapai serta kemampuan-kemampuan yang

telah dapat dikembangkan dalam REPELITA III,

dianggap perlu untuk menetapkan REPELITA IV

yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari

REPELITA III;

3

c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut di atas, serta dengan mendengar dan

memperhatikan secara sungguh-sungguh saran-sa-

ran dari Fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan

Rakyat, organisasi-organisasi serta masyarakat

pada umumnya, maka sesuai dengan tugas yang

diberikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat

seperti yang tercantum dalam Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1983 ten-

tang Garis-Garis Besar Haluan Negara, dipandang

perlu untuk mengeluarkan Keputusan Presiden

yang menetapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun

Keempat (1984/85 - 1988/89).

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor

II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan

Negara;

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor

VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas dan We-

wenang Kepada Presiden/Mandataris Majelis Per-

musyawaratan Rakyat dalam rangka Pensuksesan

dan Pengamanan Pembangunan Nasional;

4. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1979 tentang

Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga (REPE-

LITA III) 1979/80 - 1983/84;

5. Keputusan Presiden Nomor 45/M Tahun 1983 ten-tang

Pembentukan Kabinet Pembangunan IV.

4

M E M U T U S K A N

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT (REPE-

LITA IV) 1984/85 - 1988/89.

Pasal 1

Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat 1984/85

- 1988/89 sebagaimana termuat dalam lampiran

Keputusan Presiden ini merupakan bagian dari-

pada Pola Dasar Pembangunan Nasional, Pola

Umum Pembangunan Jangka Panjang, dan Pola Umum

Pembangunan Lima Tahun Keempat sesuai dengan

Garis-Garis Besar Haluan Negara yang telah di-

tetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pasal 2

Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat terse-

but dalam Pasal 1, menjadi landasan dan pedo-

man bagi Pemerintah dalam melaksanakan Pemba-

ngunan Lima Tahun Keempat.

Pasal 3

Kebijaksanaan-kebijaksanaan dari pada Rencana

Pembangunan Lima Tahun Keempat, dituangkan da-

lam Rencana Tahunan yang tercermin dalam Ang-

garan Pendapatan dan Belanja Negara serta ke-

bijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah lainnya.

5

Pasal 4

Penuangan dalam Rencana Tahunan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3, dilaksanakan dengan

memperhatikan kemungkinan-kemungkinan peru-

bahan dan perkembangan keadaan yang memerlukan

langkah-langkah penyesuaian terhadap Rencana

Pembangunan Lima Tahun Keempat.

Pasal 5

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada

tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 19 Maret 1984

S O E H A R T O

6

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA

TAHUN

KEEMPAT

1984/85 - 1988/89

L A M P I R A N

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor 21 TAHUN 1984

tentang

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT(REPELITA IV)

I

REPUBLIK INDONESIA

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT

1984/85 — 1988/89

D A F T A R ISI

BUKU I

Bab 1. Tujuan dan Sasaran-sasaran Pokok Pembangunan

Bab 2. Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan

Bab 3. Keuangan Negara

Bab 4. Kebijaksanaan Moneter dan Perkreditan

Bab 5. Neraca Pembayaran Internasional

Bab 6. Perluasan Kesempatan Kerja

Bab 7. Pengembangan Dunia Usaha

Bab 8. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Bab 9. Pertanian dan Pengairan

Bab 10. Pangan dan Perbaikan Gizi

BUKU II

Bab 11. Industri

Bab 12. Pertambangan dan Energi Bab 13. Perhubungan dan Pariwisata

Bab 14. Perdagangan

Bab 15. Koperasi

Bab 16. Tenaga Kerja

Bab 17. Transmigrasi

Bab 18. Perumahan dan Pemukiman

Bab 19. Agama

Bab 20. Pendidikan dan Generasi Muda

9

BUKU III

Bab 21. Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap

Tuhan Yang Maha Esa

Bab 22. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian

Bab 23. Kesehatan

Bab 24. Kesejahteraan Sosial dan Peranan Wanita

Bab 25. Kependudukan dan Keluarga Berencana

Bab 26. Pembangunan Daerah

Bab 27. H u k u m

Bab 28. Pertahanan Keamanan

Bab 29. Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial

Bab 30. Aparatur Pemerintah

BUKU IV

1. Daerah Istimewa Aceh

2. Sumatera Utara

3. Sumatera Barat

4. R i a u

5. J a m b i

6. Sumatera Selatan

7. B e n g k u 1 u

8. L a m p u n g

9. DKI Jakarta

10. Jawa Barat

11. Jawa Tengah

12. Daerah Istimewa Yogyakarta

13. Jawa Timur

10

14. Kalimantan Barat

15. Kalimantan Tengah

16. Kalimantan Selatan

17. Kalimantan Timur

18. Sulawesi Utara

19. Sulawesi Tengah

20. Sulawesi Tenggara

21. Sulawesi Selatan

22. B a 1 i

23. Nusa Tenggara Barat

24. Nusa Tenggara Timur25. M a 1 u k u

26. Irian Jaya

27. Timor Timur

11

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT

1984/85 — 1988/89

DAFTAR ISI BUKU I

Bab 1. Tujuan dan Sasaran-sasaran Pokok Pembangunan ........17

Bab 2. Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan ........107

Bab 3. Keuangan Negara..................................149

Bab 4. Kebijaksanaan Moneter dan Perkreditan..............187

Bab 5. Neraca Pembayaran Internasional....................213

Bab 6. Perluasan Kesempatan Kerja........................259

Bab 7. Pengembangan Dunia Usaha..........................295

Bab 8. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup.......333

Bab 9. Pertanian dan Pengairan...........................395

Bab 10. Pangan dan Perbaikan Gizi.........................497

13

BAB 1

TUJUAN DAN SASARAN-SASARAN POKOK

PEMBANGUNAN

BAB 1

TUJUAN DAN SASARAN-SASARAN POKOK PEMBANGUNAN

Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Ne-

gara (GBHN) tujuan pembangunan Repelita IV ialah : Pertama,

meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan selu-

ruh rakyat yang semakin merata dan adil; dan Kedua, mele-

takkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.

Dalam Repelita III bangsa Indonesia telah mencapai hasil-

hasil yang positif sehingga terciptalah suasana yang mantap

untuk melanjutkan pembangunan dalam Repelita IV, sebagai pe-

laksanaan tahap keempat Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang.

Berdasarkan hasil-hasil pembangunan dalam Repelita III

serta belajar dari pengalaman berharga selama Repelita I, II

dan III yang sudah dilaksanakan sampai sekarang, maka bangsa

Indonesia telah bertekad untuk mempercepat tercapainya sasa-

ran utama pembangunan jangka panjang yaitu terciptanya landa-

an yang kuat bagi Bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkem-

bang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila. Landasan yang kuat tersebut me-

liputi bidang Ekonomi, Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa; Sosial Budaya, Politik, dan Pertahanan Keaman-

an, sebagaimana ditetapkan di dalam Garis-garis Besar Haluan

Negara. Oleh karena itu dalam Repelita IV akan diusahakan

terciptanya kerangka landasan untuk tumbuh dan berkembang te-

rus agar kemudian dapat dimantapkan terus dalam Repelita V,

sehingga dalam Repelita VI nanti bangsa Indonesia sudah be-

nar-benar dapat tinggal landas untuk memacu pembangunan me-

nuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasar-

kan Pancasila.

17

Untuk menciptakan kerangka landasan sebagaimana diamanat-

kan GBHN tersebut perlu diusahakan terciptanya kondisi nasio-

nal yang memberikan rangsangan serta peluang seluas-luasnya

bagi semua potensi pembangunan untuk berpartisipasi dan ber-

prestasi dalam usaha pembangunan nasional dengan mengusahakan

keseimbangan dan keserasian pembangunan di pelbagai bidang,

sektor, daerah, pemanfaatan dan pengembangan sumber dana dan

daya, pengembangan pelbagai keahlian dan kelembagaan, pelba-

gai usaha peningkatan dan pengembangan pendapatan berbagai

kelompok masyarakat dan lain-lain, sehingga bangsa Indonesia

bisa secara terus menerus tumbuh dan berkembang secara wajar

atas kekuatan sendiri, menuju masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila. Dalam Repelita IV, berbagai kebijaksa-

naan dan program-program yang telah dirintis sejak Repelita I

ke arah tujuan tersebut akan disempurnakan dan lebih diting-

katkan pelaksanaannya, sehingga kerangka landasan seperti yang

diamanatkan oleh GBHN akan benar-benar bisa terwujud.

Adapun sasaran pembangunan Repelita IV sesuai dengan Pola

Umum Pembangunan Jangka Panjang diletakkan pada pembangunan

bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk

melanjutkan usaha-usaha memantapkan swasembada pangan dan me-

ningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin in-

dustri sendiri, baik industri berat maupun ringan yang akan

terus dikembangkan dalam Repelita-Repelita selanjutnya. Seja-

lan dengan prioritas pada pembangunan ekonomi tersebut, maka

pembangunan dalam bidang politik, sosial budaya, pertahanan

keamanan dan lain-lain akan semakin ditingkatkan sepadan dan

agar saling menunjang dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai

oleh pembangunan di bidang ekonomi.

Dalam Repelita IV yang merupakan kelanjutan dan peningka-

l8

tan dari Repelita III, akan semakin ditingkatkan langkah-

langkah dan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk memperbaiki ke-

sejahteraan rakyat baik lahir maupun batin, mendorong pemba-

gian hasil-hasil pembangunan yang makin merata dan makin mem-

perluas kesempatan kerja. Bersamaan dengan langkah-langkah

ini juga akan ditingkatkan usaha untuk memecahkan masalah-ma-

salah yang dalam Repelita III telah ditangani tetapi belum

dapat sepenuhnya dipecahkan, seperti masalah peningkatan laju

pembangunan di daerah-daerah tertentu, peningkatan produksi

pangan dan kebutuhan pokok lainnya, peningkatan kemampuan go-

longan ekonomi lemah, Koperasi, Kependudukan, pemilikan dan

penggunaan tanah, transmigrasi, perumahan, perluasan fasili-

tas dan peningkatan mutu pendidikan, pelayanan kesehatan dan

gizi, pembinaan hukum, ketertiban masyarakat, kelestarian

lingkungan hidup serta masalah-masalah lain di berbagai bi-

dang pembangunan.

Dalam Repelita IV akan dilanjutkan dan ditingkatkan kebi-

jaksanaan pembangunan yang berlandaskan pada Trilogi Pemba-

ngunan, yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang

menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat,

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional

yang sehat dan dinamis. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan ter-

sebut saling kait-mengkait dan perlu tetap dikembangkan seca-

ra serasi agar saling memperkuat. Dalam rangka pelaksanaan

unsur pertama Trilogi Pembangunan, yaitu pemerataan pemba-

ngunan dan hasil-hasilnya, akan dilanjutkan dan makin diper-

luas pelaksanaan Delapan Jalur Pemerataan, sehingga secara

keseluruhan keadilan sosial akan mendapat perhatian yang

lebih besar dalam Repelita IV.

19

Kedelapan Jalur Pemerataan tersebut adalah :

1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khu-

susnya pangan, sandang dan perumahan.

2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan

kesehatan.

3. Pemerataan pembagian pendapatan.

4. Pemerataan kesempatan kerja.

5. Pemerataan kesempatan berusaha.6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan,

khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.

7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah ta-

nah air.

8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

Pelaksanaan pembangunan nasional harus berjalan bersama-

sama dengan pembinaan dan pemeliharaan stabilitas nasional

yang sehat dan dinamis, baik di bidang politik maupun di bi-

dang sosial, ekonomi dan lain-lain, karena kegoncangan-kegon-

cangan dalam masyarakat dan kegoncangan-kegoncangan ekonomi

akan menghambat pembangunan. Dengan demikian terjalin hubung-

an yang sangat erat antara pembangunan dan stabilitas nasio-

nal. Stabilitas nasional memperlancar pembangunan nasional

dan pembangunan nasional memperkuat stabilitas nasional. Ini

berarti bahwa stabilitas nasional merupakan syarat mutlak

bagi kelangsungan dan berhasilnya pelaksanaan pembangunan na-

sional. Oleh karena itu dalam Repelita IV akan tetap diusaha-

kan untuk memelihara dan mengembangkan stabilitas nasional

yang sehat dan dinamis baik stabilitas di bidang politik,

maupun stabilitas di bidang ekonomi.

20

Untuk memantapkan stabilitas di bidang politik akan diu-

sahakan makin kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta

makin tegak-tumbuhnya kehidupan yang konstitusional, demo-

kratis dan berdasarkan hukum yang berlandaskan Undang-undang

Dasar 1945. Dalam rangka ini dan demi kelestarian serta pe-

ngamalan Pancasila, maka organisasi-organisasi sosial politik

serta organisasi kemasyarakatan lainnya perlu hanya mengguna-

kan Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi. Di sam-

ping itu akan terus diperluas usaha memasyarakatkan Pedoman

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang dalam Repelita

III telah dilaksanakan dengan hasil-hasil yang positif. De-

ngan peningkatan dan perluasan pemasyarakatan P4, akan me-

ningkat pula kesadaran politik masyarakat, kesadaran politik

setiap warganegara, kesadaran partai Politik dan Golkar, dan

organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh tubuh pemerintahan.

Peningkatan kesadaran politik oleh seluruh masyarakat merupa-

kan salah satu kunci pokok bagi pemantapan stabilitas politik.

Dengan meningkatnya kesadaran politik masyarakat yang ber-

landaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

akan berkembang pula pelaksanaan demokrasi Pancasila serta

kehidupan berkonstitusi dan berdasarkan Hukum.

Dalam hubungan ini salah satu tugas dan kewajiban Nasional

yang akan dilaksanakan sebaik-baiknya dalam rangka melaksana-

kan salah satu sendi kehidupan berbangsa dan bernegara ialah

kedaulatan rakyat adalah pelaksanaan Pemilu yang Langsung,

Umum, Bebas dan rahasia dalam tahun 1987.

Sejalan dengan itu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

ditetapkan dalam GBHN dan ketetapan-ketetapan MPR basil si-

dang Umum MPR 1983 perlu diadakan penyempurnaan berbagai Un-

21

dang-undang yang berlaku seperti : Undang-undang Partai Poli-

tik dan Golongan Karya, Undang-undang tentang Pemilihan Umum,

Undang-undang tentang kedudukan dan Susunan MPR dan DPR/DPRD.

Disamping itu juga perlu disusun Rancangan Undang-undang ten-

tang Organisasi Kemasyarakatan dan Rancangan. Undang-undang

tentang Referendum.

Langkah-langkah seperti yang disebutkan di atas merupakan

bagian dari usaha pembangunan di bidang Politik.

Di samping itu dalam Repelita IV akan ditingkatkan pula

usaha untuk memelihara ketertiban dan kepastian hukum yang

mampu mengayomi masyarakat, sebagai salah satu syarat bagi

terciptanya stabilitas nasional yang mantap. Dalam rangka ini

akan dilanjutkan dan ditingkatkan langkah-langkah untuk mem-

bina dan mengembangkan kemampuan dan kewibawaan aparatur pe-

merintah pada umumnya dan aparatur penegak hukum pada khusus-

nya, di samping memperluas usaha pembinaan kesadaran hukum

dikalangan masyarakat pada umumnya. Usaha-usaha ini sekaligus

dimaksudkan untuk mendorong makin berkembangnya kreativitas

masyarakat, meningkatkan gairah hidup dan memperluas parti-

sipasi1rakyat dalam pelaksanaan pembangunan.

Untuk menjamin terpeliharanya stabilitas nasional dan ke-

lancaran pelaksanaan pembangunan akan terus ditingkatkan usa-

ha-usaha untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum. Dalam

hubungan ini akan makin ditingkatkan kesiapan, kewaspadaan

dan keterampilan ABRI sebagai kekuatan pertahanan dan keaman-

an dan sebagai kekuatan sosial. Sejalan dengan usaha-usaha

tersebut juga akan terus dibina dan ditumbuhkan kesadaran dan

rasa tanggungjawab masyarakat terhadap keamanan dan keter-

tiban. Oleh karena itu akan dilanjutkan usaha modernisasi

22

ABRI serta akan terus dikembangkan doktrin perlawananan rak-

yat semesta dalam rangka bela negara yang dilaksanakan dengan

sistem pertahanan keamanan rakyat semesta untuk mempertahan-

kan kedaulatan dan kemerdekaan negara yang berdasarkan Pan-

casila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan untuk memelihara

serta mempertahankan integritas wilayah nasional. Semua usaha

dan kegiatan ini merupakan pembangunan di bidang pertahanan

keamanan yang merupakan bagian integral dari pembangunan na-

sional.

Pemeliharaan dan peningkatan stabilitas nasional khusus-

nya stabilitas politik tidak dapat dipisahkan dan sangat erat

hubungannya dengan politik luar negeri. Dalam pada itu Un-

dang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada kita untuk ikut

bertanggungjawab menciptakan perdamaian dunia yang berperi-

kemanusiaan dan ber keadilan. Demikian pula Garis-garis Besar

Haluan Negara menentukan bahwa politik luar negeri yang bebas

aktif harus dilaksanakan secara konsekwen dan diabdikan untuk

kepentingan nasional terutama untuk kepentingan pembangunan

di segala bidang. Oleh karena itu, maka dalam Repelita IV se-

suai dengan kemampuan yang dimilikinya, bangsa Indonesia akan

meningkatkan usahanya dalam turut serta melaksanakan keterti-

ban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial melalui forum-forum kerjasama bilateral, re-

gional dan internasional seperti organisasi-organisasi nega-

ra-negara non-blok, Organisasi Konperensi Islam, Perserikatan

Bangsa-Bangsa dan sebagainya. Dalam rangka ini dan demi ter-

wujudnya tatanan dunia baru, terutama Tata Ekonomi Dunia Ba-

ru, akan makin ditingkatkan usaha-usaha untuk menggalang dan

memupuk solidaritas dan kesatuan sikap serta meningkatkan

kerjasama di antara negara - negara yang sedang berkembang.

23

Khususnya di wilayah Asia Tenggara, kerjasama antara negara-

negara anggota ASEAN akan diperluas dan ditingkatkan dalam

rangka memperkuat ketahanan regional menuju terwujudnya kawa-

san Asia Tenggara yang damai, bebas, netral dan sejahtera.

Dalam rangka mengamankan dan mensukseskan pelaksanaan

pembangunan nasional akan terus diikuti secara saksama setiap

perkembangan kemungkinan gejolak dunia baik politik maupun

ekonomi. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui pada wak-

tunya kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi stabi-

litas nasional dan menghambat pelaksanaan pembangunan, se-

hingga dengan demikian dapat diambil langkah-langkah yang te-

pat untuk mengamankan jalannya pembangunan nasional. Adapun

perkembangan dunia yang mengandung kesempatan untuk memperce-

pat pelaksanaan pembangunan akan dimanfaatkan sebesar-besar-

nya bagi kepentingan nasional.

Kemantapan di bidang stabilitas ekonomi merupakan prasya-

rat bagi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pembangunan

nasional. Oleh karena itu dalam Repelita IV akan dilanjutkan

dan ditingkatkan kebijaksanaan ekonomi yang selama ini telah

berhasil baik seperti anggaran belanja yang berimbang dan di-

namis, tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari

yang cukup tersebar dan merata dengan harga yang stabil dan

terjangkau oleh rakyat banyak, keseimbangan moneter dan lain-

lain, yang kesemuanya itu akan disempurnakan dan dipadukan

dengan usaha-usaha yang mendorong pemerataan dan laju pemba-

ngunan pada umumnya. Sejalan dengan itu akan ditingkatkan ke-

bijaksanaan yang serasi di berbagai bidang seperti anggaran

negara, perpajakan, moneter, perkreditan, perdagangan, harga,

upah dan sebagainya. Dalam rangka memantapkan stabilitas di

bidang ekonomi, dalam Repelita IV akan diusahakan

24

mengendali-

kan tingkat laju inflasi dengan perkiraan laju inflasi rata-

rata sekitar 8% per tahun.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi merupakan unsur

kedua Trilogi Pembangunan serta merupakan prasyarat bagi ter-

capainya pelaksanaan pemerataan pembangunan dan hasil-hasil-

nnnya ke arah keadilan sosial yang makin merata. Pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi ini akan dicapai melalui kenaikan

produksi dan jasa di berbagai sektor meliputi sektor perta-

nian, industri, pertambangan, energi, perhubungan, perdaga-

ngan dan lain-lain dengan tetap berorientasi pada perluasan

kesempatan kerja.

Laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 5 tahun menda-

tang sangat dipengaruhi oleh pengembangan sumber-sumber alam

yang ada, serta adanya tenaga terdidik, barang-barang modal

dan dana-dana yang tersedia, serta perkembangan perekonomian

dunia. Berdasarkan perkiraan mengenai faktor-faktor tersebut

di atas, serta perkembangan di berbagai sektor dan kebijaksa-

naan-kebijaksanaan yang akan dijalankan, maka laju pertumbuh-

an ekonomi dalam arti nyata selama Repelita IV diperkirakan

akan dapat dicapai sekitar rata-rata 5% setahun. Laju pertum-

buhan ini bagi Indonesia diperkirakan cukup memadai untuk

memenuhi unsur kedua Trilogi Pembangunan dan sekaligus mampu

menghasilkan dana-dana yang dibutuhkan untuk menunjang pelak-

sanaan seluruh program pembangunan.

Dalam rangka usaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang cu-

kup tinggi tersebut, dalam Repelita IV diusahakan untuk me-

ngerahkan dan lebih memanfaatkan segala sumber daya serta ke-

mampuan yang kita miliki. Dalam rangka ini sebanyak mungkin

barang dan jasa yang kita perlukan diusahakan untuk dipenuhi

25

dengan hasil produksi dalam negeri. Dengan demikian dapat di-

kembangkan kemampuan untuk membangun dengan kekuatan sendiri

dan sekaligus menghemat pemakaian devisa. Selain daripada itu

sikap mengutamakan barang buatan bangsa sendiri merupakan sa-

lah satu perwujudan daripada sikap menghargai hasil usaha

bangsa sendiri.

Secara sektoral laju pertumbuhan di berbagai sektor pen-

ting selama Repelita IV adalah sebagai berikut : sektor per-

tanian diperkirakan tumbuh dengan rata-rata sekitar 3% dan

sektor pertambangan dengan 2,4% per tahun, sedangkan sektor-

sektor lainnya berkembang dengan laju relatif lebih tinggi,

antara lain sektor industri berkembang dengan 9,5%, sektor

angkutan dan komunikasi dengan 5,2%, serta sektor bangunan

dengan 5%. Berdasarkan laju pertumbuhan sektor-sektor terse-

but, maka peranan sektor pertanian akan turun dari 29,2% da-

lam tahun 1983/84 menjadi 26,4% dalam tahun 1988/89, sedang-

kan peranan sektor-sektor di luar pertanian akan meningkat

dari 70,8% menjadi 73,6%. Dengan demikian berarti bahwa bang-

sa Indonesia akan melangkah lebih maju lagi ke arah tercapai-

nya suatu struktur perekonomian yang makin seimbang.

Salah satu faktor yang besar peranannya dalam pembangunan

adalah laju pertumbuhan penduduk, penyebaran, dan struktur

umur penduduk. Jumlah penduduk selama 5 tahun mendatang sa-

ngat ditentukan oleh usaha-usaha di masa yang lampau maupun

di masa datang, khususnya usaha untuk menurunkan tingkat ke-

lahiran melalui program keluarga berencana.

Berkat ditingkatkannya program keluarga berencana di masa

lampau, laju pertumbuhan penduduk diharapkan akan dapat turun

dari rata - rata 2,3% setahun selama Repelita III menjadi

seki-

26

tar 2% setahun selama Repelita IV, sehingga jumlah penduduk

yang dewasa ini sekitar 158,1 juta orang diperkirakan akan

mencapai 175,6 juta orang pada akhir Repelita IV. Dengan de-

mikian nampak bahwa walaupun laju pertumbuhan penduduk diper-

kirakan akan menurun, namun jumlah penduduk Indonesia pada

akhir Repelita IV akan bertambah sekitar 17,5 juta orang. Da-

lam rangka ini diperkirakan bahwa jumlah penduduk di pulau

Jawa akan meningkat dengan rata-rata sekitar 1,8% setahun da-

ri 96,9 juta orang menjadi 106 juta orang, dan di pulau-pulau

lainnya dengan rata-rata sekitar 2,6 % setahun dari 61,2 juta

orang menjadi 69,6 juta orang.

Laju pertumbuhan penduduk tersebut pada dasarnya ditentu-

kan oleh tingkat kelahiran dan kematian. Oleh karena itu, da-

lam rangka meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat sebagai-

mana diamanatkan GBHN, dalam Repelita IV akan diusahakan un-

tuk menurunkan tingkat kelahiran kasar, yakni tingkat kela-

hiran per 1.000 penduduk, dari 33,5 pada akhir Repelita III

menjadi 31,0 pada akhir Repelita IV. Selanjutnya angka kema-

tian kasar, yakni angka kematian per 1.000 penduduk, akan di-

usahakan untuk dapat diturunkan dari 11,7 pada akhir Repelita

III menjadi 10,1 pada akhir Repelita IV. Sehubungan dengan

penurunan angka kematian kasar tersebut, akan dilakukan usaha

untuk menurunkan tingkat kematian bayi, yakni jumlah kematian

bayi (0 - 12 bulan) per 1.000 kelahiran hidup, dari 90,3 pada

akhir Repelita III menjadi 70,0 pada akhir Repelita IV. Demi-

kian pula tingkat kematian anak balita, yakni jumlah kematian

anak balita (1 - 4 tahun) per 1.000 anak balita, akan diusa-

hakan untuk dapat diturunkan dari 17,8 pada akhir Repelita

III menjadi 14,0 pada akhir Repelita IV. Dengan menurunnya

tingkat kematian tersebut, maka harapan hidup rata-rata, yak-

27

ni rata-rata umur penduduk, diharapkan akan naik dari 56 ta-

hun pada akhir Repelita III menjadi 59 tahun pada akhir Repe-

lita IV.

Usaha peningkatan kesejahteraan rakyat tersebut disertai

dengan usaha peningkatan kecerdasan rakyat. Dalam rangka ini,

maka jumlah murid tingkat Sekolah Dasar (SD) yang pada akhir

Repelita III berjumlah 28,9 juta, akan ditingkatkan menjadi

29,4 juta pada akhir Repelita IV. Dalam pada itu jumlah anak

berusia 7 - 12 tahun pada akhir Repelita III adalah 23,8 ju-

ta, meningkat menjadi 26,0 juta pada akhir Repelita IV. Dalam

hubungan ini, akan diusahakan agar anak usia 7 - 12 tahun

tersebut dapat ditingkatkan penampungannya pada Sekolah Dasar

dari 23,2 juta pada akhir Repelita III menjadi 26,0 juta pada

akhir Repelita IV.

Demikian pula jumlah murid baru Sekolah Menengah Tingkat

Pertama (SMTP) akan ditingkatkan dari 1,8 juta pada akhir Re-

pelita III menjadi 2,7 juta pada akhir Repelita IV. Sementara

itu jumlah lulusan SD pada akhir Repelita III adalah 2,9 ju-

ta, meningkat menjadi 3,5 juta pada akhir Repelita IV. Apabi-

la jumlah murid baru pada SMTP tersebut dibandingkan dengan

jumlah lulusan SD, maka nampaklah bahwa pada akhir Repelita

III 71% lulusan SD dapat ditampung pada SMTP, kemudian me-

ningkat menjadi 78% pada akhir Repelita IV.

Bersamaan dengan usaha meningkatkan kesejahteraan dan ke-

cerdasan rakyat, dalam Repelita IV dilakukan pula usaha untuk

meningkatkan taraf hidup melalui pengembangan lapangan kerja

untuk menampung peningkatan angkatan kerja. Di dalam tahun

1983 angkatan kerja berjumlah 63,5 juta. Dalam jumlah ini se-

bagian besar mempunyai pekerjaan dan selebihnya tidak bekerja

28

(menganggur). Di antara yang bekerja ada yang bekerja penuh

dan ada yang bekerja tidak penuh (bekerja musiman atau beker-

ja sambilan).

Pada akhir Repelita IV (1988) angkatan kerja diperkirakan

berjumlah 72,8 juta orang. Jadi selama Repelita IV angkatan

kerja akan bertambah dengan 9,3 juta orang.

Apabila selama Repelita IV dapat dicapai pertumbuhan eko-

nomi rata-rata sebesar 5% setahun dan pola investasi diarah-

kan kepada kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja, maka

diperkirakan akan dapat diciptakan lapangan kerja untuk seki-

tar 9 juta orang.

Lapangan kerja untuk sekitar 9 juta orang tersebut hanya

akan tercapai apabila dana investasi yang ada secara sadar

diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang banyak menciptakan

lapangan kerja, dan apabila di dalam pembangunan setiap pro-

yek benar-benar dipergunakan cara-cara pelaksanaan yang ba-

nyak menggunakan tenaga kerja. Dengan demikian pola peng-

gunaan biaya pembangunan dengan sungguh-sungguh diarahkan

agar menghasilkan lapangan kerja sebesar mungkin.

Apabila pertumbuhan ekonomi rata-rata selama Repelita IV

berhasil mencapai lebih dari 5% dan penggunaan biaya pemba-

ngunan benar-benar diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja

sebesar mungkin, maka selama Repelita IV akan dapat tersedia

tambahan lapangan kerja untuk sekitar 9,5 juta orang.

Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk sekitar 2,0% seta-

bun, maka produksi nasional nyata per kapita akan meningkat

dengan sekitar 15,6% selama 5 tahun mendatang. Di samping itu

dapat dikemukakan bahwa dengan laju pertumbuhan ekonomi sebe-

sar 5% setahun itu diperkirakan juga akan meningkatkan kesem-

29

patan dan kemampuan kita untuk mencapai sasaran peningkatan

kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.

Tujuan pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi ada-

lah untuk merubah struktur perekonomian Indonesia agar menja-

di lebih seimbang. Keseimbangan struktur yang lebih sehat ini

sangat diperlukan agar dapat diletakkan landasan yang lebih

kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan selanjutnya dan juga un-

tuk makin memperkuat ketahanan ekonomi. Oleh karena itu, maka

diusahakan agar laju pertumbuhan sektor-sektor di luar perta-

nian adalah lebih besar dari pertumbuhan sektor pertanian,

sedangkan sektor pertanian sendiri laju pertumbuhannya juga

akan terus ditingkatkan dengan tujuan antara lain untuk me-

mantapkan swasembada pangan.

Untuk pelaksanaan Repelita IV dengan sasaran laju pertum-

buhan ekonomi sebesar rata-rata 5% setahun serta berbagai sa-

saran pembangunan lainnya diperlukan dukungan investasi yang

memadai. Untuk itu investasi akan ditingkatkan dengan rata-

rata 19,1% setahun. Hal ini berarti bahwa jumlah investasi

yang dalam tahun 1983/84 diperkirakan sekitar 16.678 milyar

rupiah diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 40.027

milyar rupiah dalam tahun 1988/89. Sebagai persentase terha-

dap produksi nasional, investasi selama Repelita IV akan men-

capai rata-rata sekitar 26,3%. Pembiayaan investasi tersebut

terutama bersumber dari kemampuan dalam negeri, sedangkan

sumber-sumber luar negeri merupakan pelengkap. Oleh sebab itu

sebagian besar dana investasi ini akan dikerahkan dari dalam

negeri, yaitu sebesar sekitar 22,1% dari produksi nasional

atau 84,1% dari seluruh jumlah investasi, sedangkan sisanya

dari luar negeri.

30

Dalam Repelita IV akan diambil langkah-langkah kebijaksa-

naan investasi yang dapat lebih meningkatkan efisiensi inves-

tasi dengan menggunakan cara-cara yang tidak memerlukan biaya

besar, menghilangkan pemborosan, memperlancar pelaksanaan

proyek, menggunakan kapasitas produksi yang ada secara opti-

mal, dan menghapuskan hambatan-hambatan serta beban-beban

yang berakibat peningkatan biaya investasi, termasuk pengha-

pusan peraturan-peraturan dan perizinan-perizinan yang dapat

menghambat kelancaran kegiatan ekonomi serta merupakan beban

bagi dunia usaha. Sejalan dengan itu dalam pelaksanaan Repe-

lita IV akan dilanjutkan pula penelitian yang cermat atas in-

vestasi dan pemilihan teknologi yang tepat hingga produksi

nasional dapat meningkat dengan biaya investasi yang sekecil

mungkin demi tercapainya sasaran-sasaran pembangunan lainnya

termasuk perluasan kesempatan kerja, pemerataan pembangunan

dan pemantapan stabilitas ekonomi. Dalam hubungan ini akan

dilanjutkan dan makin ditingkatkan kebijaksanaan investasi

yang diarahkan untuk lebih mendorong kegiatan-kegiatan yang

banyak menyerap tenaga kerja serta kegiatan-kegiatan pengola-

han dalam rangka meningkatkan nilai tambah dari bahan yang

telah diolah.

Pembiayaan investasi yang bersumber dari dalam negeri

berasal dari dana tabungan dalam negeri. Dana tabungan dalam

negeri berasal dari tabungan Pemerintah dan tabungan masyara-

kat. Selama Repelita IV tabungan Pemerintah diperkirakan men-

capai sebesar 10,9% dari produksi nasional, sedangkan tabungan

masyarakat mencapai 11,2% dari produksi nasional.

Tabungan pemerintah (bruto) adalah selisih antara peneri-

maan dalam negeri dengan pengeluaran rutin. Dalam usaha untuk

meningkatkan peranan tabungan Pemerintah didalam anggaran pem-

31

bangunan negara, maka pengelolaan anggaran pendapatan dan be-

lanja negara terus disempurnakan agar penerimaan negara makin

meningkat, sedangkan pengeluaran negara makin terkendali dan

terarah. Untuk meningkatkan penerimaan negara terutama dari

sumber di luar minyak dan gas bumi, sistem perpajakan terus

disempurnakan, pemungutan pajak diintensifkan, dan aparat

perpajakan diusahakan agar menjadi semakin bersih dan mening-

kat kemampuannya. Semuanya itu diarahkan agar kemampuan nega-

ra dan masyarakat untuk membiayai pembangunan dari sumber-

sumber dalam negeri makin meningkat, pembagian beban pemba-

ngunan antara golongan yang berpendapatan tinggi dan golongan

yang berpendapatan rendah makin sesuai dengan rasa keadilan

masyarakat, pembangunan akan semakin merata, dan pola hidup

sederhana akan semakin dihayati dan terlaksana dengan baik

sehingga solidaritas sosial semakin kokoh. Di samping itu

sistem perpajakan juga diarahkan untuk merangsang pemanfaatan

sumber-sumber alam secara optimal, mendorong ekspor dan me-

ngembangkan kegiatan ekonomi pada umumnya. Segala jenis pajak

harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan.

Dalam hubungan ini pada akhir tahun 1983/84 telah diada-

kan perombakan yang sangat mendasar mengenai sistem perpaja-

kan melalui undang-undang perpajakan yang baru, yang sekali-

gus juga merupakan salah satu unsur untuk menciptakan keran-

ka landasan sebagaimana diamanatkan oleh GBHN. Undang-undang

perpajakan yang baru tersebut mencakup bidang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak Pertamba-

han Nilai Atas Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Ba-

rang Mewah. Perubahan sistem perpajakan tersebut ditujukan

untuk memperbesar penerimaan negara dan sekaligus digunakan

pula untuk meratakan beban pembangunan yang sesuai dengan ra-

32

sa keadilan sosial. Sistem perpajakan yang baru telah mampu

menciptakan sistem pajak yang sederhana, mudah dimengerti

oleh setiap orang dan yang memberikan kepastian bagi setiap

wajib pajak. Pelaksanaan undang-undang perpajakan barn terse-

but akan dimantapkan dan makin dikembangkan dalam Repelita IV.

Dana pembangunan dari dalam negeri yang lebih besar jus-

tru diharapkan berasal dari tabungan masyarakat sendiri. Da-

lam hubungan ini pengerahan dana-dana tabungan masyarakat me-

lalui lembaga-lembaga keuangan, termasuk lembaga perbankan,

lembaga keuangan bukan bank dan pasar modal, akan makin di-

tingkatkan dalam bentuk deposito, penerbitan surat berharga

dan jenis tabungan lainnya, sehingga peranannya sebagai sumber

dana pembangunan makin meningkat. Pengembangan pasar mo-

dal akan ditingkatkan agar tercapai pemerataan pemilikan usa-

ha di samping sebagai sumber pembiayaan dalam negeri. Selan-

jutnya akan ditingkatkan pula efektivitas dan efisiensi lem-

baga-lembaga keuangan.

Sehubungan dengan itu dalam tahun kelima. Repelita III te-

lah ditetapkan suatu kebijaksanaan moneter-perbankan yang si-

fatnya mendasar. Kebijaksanaan tersebut mencakup pemberian

tanggungjawab yang lebih besar kepada bank-bank pemerintah da-

lam menentukan tingkat bunga tabungan dan tingkat bunga pin-

jaman, dengan beberapa pengecualian. Kebijaksanaan tersebut

diharapkan akan meningkatkan kemampuan perbankan untuk memo-

bilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya untuk kegiatan-

kegiatan produktif. Di samping itu pinjaman-pinjaman kepada

masyarakat yang tetap dianggap sebagai kredit prioritas, akan

tetap memperoleh syarat-syarat yang ringan. Dalam Repelita IV

langkah-langkah moneter-perbankan ini akan makin dimantapkan.

33

Dengan langkah-langkah di bidang kebijaksanaan fiskal dan

moneter tersebut di atas, maka dalam Repelita IV diperkirakan

bahwa tabungan dalam negeri, sebagai persentase pendapatan

nasional akan meningkat dari 16,3% pada tahun 1983/84, menja-

di 26,0% pada akhir Repelita IV (1988/89), sedangkan tabung-

an masyarakat akan meningkat dari 7,4% menjadi 13,5% dan ta-

bungan pemerintah dari 8,9% menjadi 12,5%.

Dengan dimantapkannya pelaksanaan kebijaksanaan moneter

perbankan di atas antara lain melalui gerakan tabungan nasio-

nal dengan mendorong kegiatan menabung melalui Tabanas dan

Deposito, serta melalui pengembangan pasar modal, maka dalam

Repelita IV diharapkan akan terbuka kesempatan yang makin lu-

as bagi investasi oleh sektor swasta dan Koperasi. Dalam pada

itu investasi yang akan dilakukan oleh Pemerintah melalui

anggaran pembangunan akan lebih ditingkatkan. Dengan demikian

keseimbangan dan keserasian peranan sektor swasta, Koperasi

dan Pemerintah dalam pembangunan akan semakin mantap.

Demi tetap terpeliharanya keseimbangan moneter dan stabi-

litas nasional di bidang ekonomi, anggaran belanja yang seim-

bang dan dinamis tetap dilanjutkan. Pengeluaran negara tetap

dipertahankan tidak melebihi penerimaan negara. Dalam kaitan

ini, di samping usaha peningkatan penerimaan negara khususnya

penerimaan negara di luar minyak dan gas bumi, perlu adanya

peningkatan efisiensi pengeluaran keuangan negara.

Kebijaksanaan pengeluaran rutin terutama diarahkan untuk

meningkatkan dana-dana tabungan Pemerintah. Peningkatan tabu-

ngan ini akan dicapai baik dengan peningkatan di dalam pene-

rimaan maupun dengan penghematan dan penggunaan terarah dari

pengeluaran rutin termasuk pengurangan secara bertahap segala

34

jenis subsidi. Melalui kebijaksanaan belanja barang dan be-

lanja pegawai, kebijaksanaan pengeluaran rutin juga diarahkan

untuk membantu pengembangan kedudukan pengusaha/pedagang go-

longan ekonomi lemah, memperluas kesempatan kerja serta men-

dorong produksi dalam negeri, meningkatkan jumlah dan mutu

pelayanan Pemerintah kepada masyarakat, dan mengamankan keka-

yaan negara yang diperoleh sebagai basil dari pembangunan itu

sendiri.

Kebijaksanaan pengeluaran pembangunan, diarahkan untuk

mengusahakan terwujudnya pemerataan pembangunan dan hasil-ha-

silnya melalui 8 jalur pemerataan yang telah ditetapkan dalam

Repelita III dan yang akan dilanjutkan dalam Repelita IV, me-

ngusahakan perluasan fasilitas sosial dalam rangka peningka-

tan kesejahteraan masyarakat, membangun prasarana dan mendo-

rong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi terutama di sektor

pertanian khususnya pangan dan di sektor industri yang mengo-

lah bahan mentah menjadi bahan baku dan barang jadi, mendo-

rong perkembangan industri mesin ringan maupun berat, serta

mendorong penciptaan lapangan kerja dalam rangka menciptakan

struktur ekonomi yang makin kokoh dan seimbang.

Selama Repelita IV penerimaan dalam negeri diperkirakan

akan meningkat dengan rata-rata 20,9% setahun. Penerimaan mi-

nyak dan gas alam cair meningkat dengan rata-rata 18,4%, se-

dangkan penerimaan diluar minyak bumi dan gas alam cair me-

ningkat dengan rata-rata 24,9% setahun. Pengeluaran rutin di-

perkirakan naik dengan rata-rata 24,2% setahun. Dengan demi-

kian tabungan Pemerintah akan naik dengan rata-rata 16,6 %

setahun. Tabungan Pemerintah (netto) tersebut bersama-sama

dengan dana bantuan luar negeri membentuk dana anggaran pem-

bangunan yang diperkirakan akan meningkat dengan rata-rata

35

18,1 % setahun dan mencapai 78.609,5 milyar rupiah selama Re-

pelita IV atau sekitar 2,4 kali anggaran pembangunan Repelita

III.

Dibidang moneter dan perkreditan, kebijaksanaan-kebijak-

sanaan yang telah membawa hasil-hasil yang positif selama Re-

pelita III akan terus dilanjutkan. Dalam kaitannya dengan tu-

juan pemerataan, akan dilanjutkan dan disempurnakan kebijak-

sanaan penyediaan kredit yang telah dilaksanakan dalam Repe-

lita III untuk mendorong golongan ekonomi lemah pada khusus-

nya dan dunia usaha pada umumnya dalam rangka mendorong kegi-

atan pembangunan, pemerataan kesempatan berusaha dan pemera-

taan pendapatan masyarakat, seperti Kredit Bimas, Kredit In-

vestasi Kecil (KIK)/ Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kre-

dit Candak Kulak (KCK) dan kredit kelayakan lainnya.

Dalam kaitannya dengan stabilitas nasional yang sehat

dan dinamis, kebijaksanaan moneter diarahkan pada tetap ter-

peliharanya keseimbangan antara jumlah uang beredar dengan

jumlah barang dan jasa yang tersedia. Seperti disebutkan di

muka, dalam Repelita IV laju inflasi akan diusahakan sekitar

rata-rata 8 % setahun.

Pembangunan tidak hanya membutuhkan dana rupiah tetapi

juga dana devisa. Dalam hubungan ini, kebijaksanaan-kebijak-

sanaan yang menyangkut perdagangan luar negeri dan neraca

pembayaran akan dikaitkan dan diserasikan dengan kebijaksana-

an-kebijaksanaan pembangunan lainnya demi tercapainya sasaran-

sasaran pembangunan. Langkah-langkah untuk mendorong ekspor

barang dan jasa di luar minyak dan gas bumi serta pengembang-

an pariwisata akan ditingkatkan, untuk menambah penerimaan

devisa yang sangat diperlukan guna mengimpor barang dan jasa

yang belum dapat atau belum cukup dihasilkan dalam negeri.

36

Untuk itu akan diusahakan langkah-langkah untuk memperluas

pasaran dan untuk meningkatkan daya saing barang-barang eks-

por Indonesia di luar negeri dengan jalan meningkatkan efisi-

ensi produksi, memperbaiki mutu barang, memperlancar angkut-

an, menyediakan fasilitas perkreditan dengan syarat-syarat

yang memadai dan sebagainya.

Selama Repelita IV penerimaan ekspor diperkirakan me-

ningkat dengan rata-rata sekitar 10%, yang terdiri dari ke-

naikan ekspor diluar minyak bumi dan gas alam cair sebesar

rata-rata 15,8% setahun dan kenaikan ekspor minyak bumi dan

gas alam cair sebesar rata-rata 7,6% setahun. Pada segi

pengeluaran, impor diluar minyak dan gas alam cair diperkira-

kan meningkat dengan rata-rata 8,4% setahun selama Repelita

IV.

Kebijaksanaan neraca pembayaran juga menyangkut aspek

aliran modal luar negeri. Dalam rangka memperlancar pelaksa-

naan pembangunan, maka pinjaman luar negeri dapat diterima

sepanjang pinjaman-pinjaman tersebut tidak dikaitkan dengan

ikatan-ikatan politik, syarat-syaratnya tidak memberatkan dan

dalam batas kemampuan untuk pembayaran kembali. Dalam pada

itu penggunaan pinjaman tersebut tetap diarahkan pada proyek-

proyek produktif yang bermanfaat bagi negara dan masyarakat.

Penanaman modal dalam negeri akan terus di dorong dan di-

tingkatkan peranannya. Penanaman modal asing dimungkinkan

di sektor-sektor tertentu yang menghasilkan barang-barang

yang sangat kita perlukan, dapat memperluas ekspor, memerlu-

kan modal investasi yang besar dan teknologi yang cukup

tinggi, serta tidak akan membahayakan kepentingan ekonomi dan

keamanan nasional dan tidak akan menghambat perkembangan

pe-

37

rusahaan nasional. Penanaman modal asing dilaksanakan dalam

bentuk usaha patungan dan disertai dengan syarat-syarat untuk

membuka kesempatan kerja yang cukup besar, memungkinkan pe-

ngalihan secepatnya keterampilan dan teknologi kepada bangsa

Indonesia, dan memelihara keseimbangan mutu dan. tata lingku-

ngan. Penanaman modal asing juga diarahkan untuk memperkuat

tumbuhnya ekonomi nasional dalam rangka mendukung tercapainya

tujuan pembangunan. Usaha-usaha untuk mendorong pengembangan

penanaman modal ini diarahkan agar dapat mewujudkan pengera-

han modal yang diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan.

Di bidang pembangunan ekonomi titik berat diletakkan pa-

da sektor pertanian. Dalam Repelita IV pembangunan pertanian

dalam arti luas terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan

produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutu-

han industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor, mening-

katkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, mendo-

rong pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan

daerah, serta meningkatkan kegiatan transmigrasi. Dengan de-

mikian sektor pertanian akan makin kuat guna mendukung per-

kembangan industri dalam rangka mencapai keseimbangan ekonomi.

Untuk mencapai sasaran pembangunan pertanian akan dila-

kukan usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifika-

si dan rehabilitasi secara terpadu, serasi dan merata dengan

tetap memelihara kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup.

Dalam Repelita IV usaha memantapkan swasembada pangan

dilakukan melalui peningkatan intensifikasi, diversifikasi

dan ekstensifikasi, baik dilahan basah maupun dilahan kering

pada padi, palawija, hortikultura, perkebunan dan peternakan

serta perikanan. Dalam usaha memperbaiki mutu makanan akan

38

dilakukan intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan.

Dalam rangka usaha memperluas ekspor, subtitusi impor

dan pengembangan industri dalam negeri, akan ditingkatkan pe-

ranserta petani, perusahaan-perusahaan kecil, menengah dan

besar disektor pertanian, industri pengolahan dalam penanga-

nan pasca panen, serta perusahaan-perusahaan jasa perdaga-

ngan, pengangkutan dan perbankan.

Usaha ekstensifikasi di bidang ini meliputi usaha perlu-

asan perkebunan yang dilaksanakan terutama melalui sistem

Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sedangkan usaha peremajaan mela-

lui unit pelaksana proyek (UPP) terutama untuk budidaya tana-

man karet, kelapa sawit, kelapa (hybrida dan kelapa dalam),

tebu dan kapas.

Kegiatan reboisasi dan penghijauan selain merupakan se-

bahagian dari upaya penyelamatan hutan, tanah dan air untuk

melindungi investasi dan hasil-hasil pembangunan terhadap ba-

haya kerusakan karena banjir, kekeringan dan pelumpuran, juga

untuk memperbaiki penyediaan sumberdaya air bagi berbagai ke-

perluan dan memperbaiki kesuburan tanah yang makin berkurang

karena erosi dan pemiskinan hara.

Perluasan areal pertanian di luar Jawa akan lebih di-

tingkatkan lagi balk di tanah kering, maupun tanah basah. Ke-

giatan-kegiatan ini dikaitkan dengan usaha pembinaan transmi-

grasi dan pemukiman kembali penduduk. Di samping itu dalam

rangka perluasan dan peremajaan tanah perkebunan serta pe-

ningkatan produktivitasnya akan dilaksanakan diversifikasi

tanaman pangan dan peternakan.

Peningkatan produksi perikanan dari basil tambak dan pe-

rairan pantai dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kehidupan

39

nelayan dan memajukan desa pantai. Untuk itu kegiatan bim-

bingan dan latihan-latihan keterampilan para nelayan akan

terus ditingkatkan dan dilaksanakan secara terpadu dengan ke-

giatan perkreditan dan perbaikan pemasarannya. Dalam usaha

budi daya perikanan tambak dan kolam maka pembangunan sarana

dan prasarananya akan ditingkatkan antara lain berupa pemba-

ngunan dan rehabilitasi balai-balai benih ikan/udang dan sa-

luran-saluran irigasi. Usaha perluasan pertambakan di antara-

nya akan dilakukan melalui Tambak Inti Rakyat di daerah-dae-

rah yang memiliki potensi untuk itu. Pengembangan perikanan

lepas pantai diarahkan pada perusahaan-perusahaan perikanan

dengan kapal-kapal penangkapan ikan ukuran besar, dalam rang-

ka memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif.

Areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) akan dikembangkan men-

jadi unit-unit pengusahaan hutan dengan pengelolaan intensif

melalui perencanaan pengusahaan yang mantap. Selain itu akan

dikembangkan pula Hak Pengusahaan Hutan Tanaman meliputi hak

dan kewajiban membangun hutan tanaman, memelihara dan memu-

ngut hasilnya.

Penggunaan tanah akan dikendalikan secara efektif se-

hingga sesuai dengan daya dukung dari sumber daya alamnya.

Penggunaan tanah pertanian dengan prasarana irigasi untuk tu-

juan-tujuan non pertanian akan dibatasi. Penguasaan dan pemi-

likan tanah yang digunakan tidak secara produktif dan tidak

dipelihara akan lebih ditertibkan lagi. Pemilikan tanah dan

pengalihan hak atas tanah yang mengarah pada perluasan pemi-

likan yang melebihi ketentuan yang berlaku atau pembagian ta-

nah yang sangat kecil akan dicegah. Demikian pula pengalihan

hak atas tanah untuk tujuan-tujuan spekulatif akan ditertib-

kan.

40

Dalam mengusahakan keseimbangan dan keserasian guna me-

menuhi kebutuhan air untuk berbagai sektor pembangunan, baik

untuk pertanian maupun non pertanian, dalam keterbatasan pe-

nyediaan dan potensi sumber-sumber air, maka pemanfaatan sum-

ber air akan dilaksanakan berdasarkan prioritas kebutuhan.

Untuk daerah pemukiman dan kota-kota besar serta wilayah in-

dustri, pengembangan sumber-sumber air diutamakan bagi penye-

diaan air baku kebutuhan rumah tangga dan industri, sedangkan

di daerah-daerah atau pusat-pusat pengembangan pertanian akan

diarahkan untuk meningkatkan penyediaan air irigasi.

Erat kaitannya dengan usaha peningkatan produksi pangan

adalah penyediaan air irigasi. Dalam hubungan ini akan diuta-

makan penyediaan dan perbaikan irigasi yang diharapkan dapat

meningkatkan intensitas tanam dan perluasan areal tanam. Per-

luasan irigasi dan reklamasi rawa akan diutamakan kepada are-

al-areal kecil yang dapat segera berproduksi serta mendukung

perluasan lahan pertanian terutama di luar Jawa yang dapat

menjangkau dan menyebar ke daerah-daerah terpencil.

Untuk menjamin pemanfaatan prasarana pengairan yang se-

baik-baiknya, maka usaha perluasan irigasi dan reklamasi rawa

akan diarahkan kepada lahan-lahan pertanian yang petaninya

sudah biasa dan ber hasrat ber sawah, dan lokasi-lokasi terse-

but memiliki prasarana penunjang seperti jalan yang memadai

untuk jaminan peningkatan produksi serta pemasaran hasilnya.

Dalam Repelita IV akan dilanjutkan pembangunan dan per-

baikan irigasi yang telah dimulai atau dipersiapkan sejak Re-

pelita III maupun sebelumnya. Kegiatan ini meliputi perbaikan

jaringan irigasi sekitar 360.000 ha, pembangunan jaringan

irigasi sekitar 600.000 ha, dan pembangunan jaringan tertier

41

sekitar 720.000 ha. Di samping itu akan dilaksanakan pula re-

klamasi rawa-rawa pasang surut seluas 310.000 ha, dan rekla-

masi bukan pasang surut seluas 150.000 ha.

Jaringan irigasi yang dilengkapi dengan jaringan sekun-

der dan tersier tersebut dapat memudahkan pengaturan pembagi-

an air irigasi sesuai dengan kebutuhan dan pola tanam. Di

samping itu, pembangunan jaringan tersier akan diikuti pula

dengan pembentukan dan pembinaan organisasi petani pemakai

air untuk meningkatkan peranserta dan kemampuan para petani

dalam pengelolaan dan pemeliharaan irigasi ditingkat usaha

tani. Demikian pula akan dilaksanakan pembangunan waduk-waduk

dan prasarana pengairan lainnya yang ditujukan untuk menang-

gulangi kekurangan air pada musim kemarau seperti: kebutuhan

air minum, pertanian, serta penyediaan air industri dan ke-

listrikan, penggelontoran drainase kota dan pengendalian ban-

jir. Sedangkan usaha pemanfaatan dan pengembangan air tanah

dilaksanakan di wilayah-wilayah pertanian kering dan rawan

yang langka air permukaannya untuk kebutuhan pertanian maupun

penambah penyediaan air keperluan rumah tangga.

Dengan langkah-langkah dan kebijaksanaan tersebut diha-

rapkan produksi beras akan meningkat dari 23.462 ribu ton pa-

da tahun 1983, menjadi 28.624 ribu ton pada akhir Repelita

IV, atau dengan laju pertumbuhan produksi beras sebesar rata-

rata 4 % setiap tahun. Perkiraan tersebut diperoleh dari luas

panen sebesar 9.726 ribu ha, dan basil rata-rata per ha sebe-

sar 2,94 ton beras. Sub sektor tanaman pangan secara keseluru-

han diperkirakan meningkat sedikit-dikitnya sama dengan sela-

ma Repelita III, yakni kira-kira 3% per tahun. Dalam pada itu

diusahakan agar pertumbuhan dari beberapa komoditi palawija

seperti kedelai dan kacang tanah lebih tinggi dari pada selama

42

Repelita III. Demikian pula beberapa komoditi sayuran dan bu-

ah -buahan.

Populasi ternak khususnya sapi dan kerbau diharapkan se-

tiap tahun akan meningkat. Demikian pula ayam bukan ras, ayam

ras dan itik. Dengan perkembangan populasi tersebut diharap-

kan dapat meningkatkan sub sektor peternakan sedikit-dikitnya

sebesar 2,1% per tahun.

Dalam pada itu selama Repelita IV diharapkan sub sektor

perikanan akan meningkat sedikit-dikitnya 2,4% per tahun.

Perluasan areal intensifikasi dan rehabilitasi perkebun-

an pada akhir Repelita IV untuk tembakau sebesar 100.000 ha,

tebu 367.000 ha, kapas 175.000 ha, tanaman serat 48.000 ha

dan lada 10.000 ha. Sedangkan perkiraan perluasan areal pada

akhir Repelita IV untuk karet seluas 648.000 ha, kelapa sawit

480.000 ha, kelapa 346.000 ha, tebu 115.000 ha dan kapas

75.000 ha. Sebagai hasil dari usaha-usaha yang telah dilaksa-

nakan dalam Repelita sebelumnya, maka diharapkan selama Repe-

lita IV pertumbuhan sub sektor perkebunan akan lebih tinggi

dari pada selama Repelita III, yakni sedikit-dikitnya sebesar

3,7% per tahun. Peningkatan tersebut terutama akan diperoleh

dari komoditi kelapa sawit, karet dan kelapa.

Selama Repelita IV produksi kayu bulat diharapkan naik

dengan rata-rata sekitar 7,1%, per tahun, sedangkan produksi

hasil hutan ikutan diharapkan naik dengan rata-rata sekitar

6,6% per tahun.

Di sektor industri, pembangunan akan diarahkan untuk mem-

percepat terciptanya struktur ekonomi yang lebih seimbang. Di

43

samping itu pembangunan industri akan makin diarahkan pada

usaha memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan ekspor hasil-

basil industri serta meningkatkan produksi untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan

pada impor.

Dalam Repelita IV pembangunan industri diprioritaskan pa-

da industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sen-

diri, baik industri berat maupun industri ringan yang akan

terus dikembangkan dalam Repelita-Repelita selanjutnya. Juga

akan dikembangkan industri yang dapat menjamin pengadaan ba-

han Baku dan bahan penolong dalam rangka menghasilkan nilai

tambah yang lebih besar. Di samping itu akan ditingkatkan

langkah-langkah untuk mengembangkan penguasaan teknologi dan

keteknikan yang diperlukan oleh industri permesinan. Selan-

jutnya akan lebih dikembangkan berbagai industri seperti in-

dustri maritim, industri penerbangan, industri alat-alat be-

rat, industri elektronika serta industri lainnya yang dapat

menunjang pertahanan keamanan nasional. Demikian pula pemba-

ngunan industri yang menunjang sektor pertanian dan mengolah

hasil pertanian akan dilanjutkan dan ditingkatkan.

Dalam rangka pembangunan industri yang makin berkembang

dan mantap, akan dilanjutkan usaha-usaha pengembangan Indus-

tri di daerah-daerah yang memiliki potensi sumber alam dan

potensi pertumbuhan lainnya. Berkaitan dengan hal ini, dan

dalam rangka makin memperkokoh kesatuan ekonomi nasional, ma-

ka akan ditingkatkan keterkaitan pengembangan industri antar

daerah. Usaha-usaha pembangunan industri ini dilaksanakan me-

lalui pengembangan dan pemantapan Zona-zona Industri, Kawa-

san – kawasan Industri, Perkampungan Industri Kecil, Sarana

44

Usaha Industri Kecil dan Sentra-sentra Industri Kecil sebagai

suatu bagian yang integral dari rencana pembangunan industri

nasional.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan di bidang industri,

selama Repelita IV akan ditingkatkan pula langkah-langkah

untuk mengembangkan usaha swasta nasional dan akan terus

diusahakan agar tercipta kaitan yang erat antara industri ke-

cil, industri menengah dan industri besar sehingga pengem-

bangan industri besar dan menengah secara langsung menunjang

pembangunan industri kecil. Pembangunan industri diarahkan

untuk lebih meningkatkan peranserta industri kecil dan kera-

jinan rakyat dalam pembangunan industri nasional sehingga da-

pat dengan segera ditingkatkan pertumbuhan wiraswasta-wira-

swasta nasional yang pada gilirannya akan dapat lebih memper-

kokoh dunia usaha nasional. Untuk dapat mendukung usaha me-

ningkatkan pembangunan industri nasional tersebut, berbagai

kebijaksanaan yang dapat menciptakan iklim penanaman modal

dan iklim berusaha yang lebih sehat dan dinamis akan terus

ditingkatkan.

Tercapainya sasaran pembangunan di bidang industri ter-

sebut akan membantu kemantapan stabilitas nasional yang sehat

dan dinamis sehingga mampu menciptakan ketahanan nasional

yang lebih kokoh dan dinamis untuk melanjutkan pembangunan

nasional pada Repelita-Repelita selanjutnya.

Sebagaimana disebutkan diatas dalam Repelita IV sektor

industri diperkirakan akan tumbuh dengan laju 9,5 % per ta-

hun, yang merupakan laju pertumbuhan gabungan dari berbagai

kelompok industri. Beberapa proyek industri yang akan dilak-

sanakan dalam Repelita IV adalah sebagai berikut. Di bidang

45

industri permesinan direncanakan peningkatan kapasitas Indus-

tri permesinan yang ada. Di bidang industri alat pertanian

akan ditingkatkan produksi traktor tangan, traktor mini dan

traktor besar. Di bidang industri kereta api akan ditingkat-

kan produksi gerbong barang dan gerbong penumpang. Di bidang

industri kapal akan ditingkatkan kapasitas galangan kapal dan

kapasitas reparasi. Di bidang industri pesawat terbang akan

ditingkatkan produksi pesawat terbang dan helikopter berbagai

jenis. Dalam industri agrokimia, kapasitas produksi urea dan

ZA ditingkatkan menjadi masing-masing 5,6 juta ton per tahun

dan 650 ribu ton per tahun. Industri selulosa dan serat juga

akan mengalami kenaikan kapasitas produksi dengan diselesai-

kannya proyek-proyek kertas Leces dan Cilacap. Kelompok aneka

industri diperkirakan tumbuh dengan 6% per tahun dengan ke-

mampuan menyerap tenaga kerja baru sekitar 400 ribu orang.

Industri kecil diperkirakan tumbuh dengan 6% per tahun dan

diperkirakan bisa menyerap tenaga kerja baru sekitar 930.000

orang.

Di sektor pertambangan, akan dilanjutkan dan ditingkat-

kan usaha-usaha untuk meningkatkan produksi dan ekspor hasil

pertambangan. Di samping itu akan dilanjutkan pula inventari-

sasi kekayaan alam, baik sumber mineral maupun energi, dengan

memanfaatkan teknologi tepatguna. Pembangunan pertambangan

juga diarahkan untuk memperluas kesempatan kerja, mengembang-

kan penyediaan kebutuhan bahan baku bagi industri dalam nege-

ri, serta meningkatkan usaha-usaha pengolahan bahan-bahan

tambang di dalam negeri. Di samping itu kebijaksanaan dan ke-

giatan pembangunan juga diarahkan untuk mengembangkan tekno-

logi pertambangan, meningkatkan usaha pertambangan rakyat me-

lalui antara lain penyempurnaan, pengaturan dan pembinaan

46

usaha pertambangan, serta pengembangan Koperasi di bidang

pertambangan.

Selama Repelita IV minyak dan gas bumi masih menduduki

peranan strategis sebagai sumber penerimaan negara dan devisa

terbesar bagi pembiayaan pembangunan dan sebagai sumber ener-

gi utama bagi kebutuhan energi dalam negeri. Pola umum dan

arah serta kebijaksanaan pembangunan dalam bidang minyak dan

gas bumi merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha-usaha

yang telah dilaksanakan dan hasil-hasil yang dicapai dalam

Repelita III.

Produksi minyak bumi akan diusahakan peningkatannya da-

lam Repelita IV sesuai dengan perkembangan pasaran dunia dan

kebutuhan BBM dalam negeri. Produksi gas bumi diperkirakan

juga akan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan peman-

faatan gas bumi baik sebagai bahan baku pupuk, penggunaan se-

bagai gas kota maupun pemanfaatannya sebagai komoditi ekspor

dalam bentuk LNG. Dalam tahun pertama Repelita IV produksi

diperkirakan mencapai jumlah 1.766 milyar kaki kubik dan pe-

manfaatannya sebesar 1.626 milyar kaki kubik. Dalam tahun-ta-

hun selanjutnya diperkirakan akan meningkat terus hingga men-

capai jumlah produksi sebesar 1.980 milyar kaki kubik dan pe-

manfaatan sebesar 1.799 milyar kaki kubik pada akhir Repelita

IV. Produksi gas alam cair (LNG) dalam tahun 1984/85 diperki-

rakan berjumlah 14,4 juta, sedangkan dalam tahun 1988/89 pro-

duksi gas alam cair (LNG) akan mencapai 17,6 juta ton.

Di bidang pertambangan umum, pola umum dan arah serta

kebijaksanaan pembangunan dalam masa Repelita IV merupakan

kelanjutan serta peningkatan hasil-hasil yang telah dicapai

pada masa Repelita III. Produksi komoditi tambang untuk eks-

47

por seperti timah, nikel, tembaga dan bauksit akan disesuai-

kan dengan permintaan pasaran dan akan ditingkatkan apabila

perkembangan keadaan memungkinkan.

Produksi logam timah dalam tahun 1984/85 diperkirakan

sebesar 25,9 ribu ton dan dalam tahun-tahun selanjutnya di-

perkirakan akan meningkat terus hingga mencapai jumlah pro-

duksi sebesar 37,2 ribu ton pada tahun 1988/89. Produksi

bijih nikel juga diperkirakan akan meningkat. Bila pada awal

Repelita IV produksi bijih nikel adalah sebesar 1.550 ribu

ton, maka pada akhir Repelita IV produksi diperkirakan menca-

pai 2.550 ribu ton.

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan penganekaragaman

sumber energi untuk keperluan dalam negeri, akan dilanjutkan

usaha peningkatan pemanfaatan batubara secara besar-besaran.

Sehubungan dengan itu akan dilanjutkan. proyek pengembangan

tambang batubara baik di Bukit Asam, Sumatera Selatan maupun

di Ombilin, Sumatera Barat. Demikian pula usaha penambangan

haru di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur melalui kon-

trak kerjasama dengan kontraktor-kontraktor asing akan me-

ningkatkan produksi batubara Indonesia. Apabila pada tahun

1984/85 produksi batu bara hanya sebesar 900 ribu ton, maka

pada tahun 1988/89 produksi batubara diperkirakan mencapai

9,4 juta ton.

'Di samping itu dalam rangka menunjang pembangunan di bi-

dang pertambangan umum dalam masa Repelita IV akan ditempuh

pula kebijaksanaan dan langkah-langkah sebagai berikut. Per-

tama, melanjutkan dan meningkatkan kegiatan pemetaan dan pe-

nelitian geologi dan vulkanologi, inventarisasi dan eksplora-

si sumber daya mineral serta akan mulai dirintis penelitian

48

dan usaha pengembangan potensi sumber daya wilayah kelautan.

Kedua, meningkatkan usaha pengembangan tambang-tambang swasta

nasional dan pertambangan rakyat dan sejalan dengan itu akan

dirintis usaha pembentukan Koperasi pertambangan. Ketiga, me-

ningkatkan penelitian usaha pengolahan bahan tambang dan tek-

nologi penambangan untuk meningkatkan mutu hasil tambang.

Di bidang energi, pengembangan dan pemanfaatan energi

akan didasarkan pada kebijaksanaan energi yang menyeluruh

serta terpadu. Dalam hal minyak bumi akan dilanjutkan dan di-

tingkatkan langkah-langkah penghematan penggunaannya serta

pengembangan sumber-sumber energi lainnya seperti batubara,

tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga nuklir, tenaga mataha-

ri, tenaga biomasa, gambut dan lain-lain. Pembangunan tenaga

listrik akan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan ma-

syarakat kota dan desa serta untuk mendorong kegiatan ekono-

mi, khususnya industri. Sehubungan dengan itu akan ditingkat-

kan sarana penyediaan listrik serta pemanfaatan dan pengelo-

laannya agar tersedia tenaga listrik yang cukup dengan mutu

pelayanan yang bail( serta terjangkau masyarakat. Kemungkinan

partisipasi koperasi dan swasta dalam penyediaan tenaga lis-

trik akan dikembangkan, dan usaha listrik masuk desa akan di-

tingkatkan serta penggunaan sumber energi yang tersedia se-

tempat seperti tenaga air, mikro, tenaga angin, tenaga biogas

dan lain-lain akan ditingkatkan demi penghematan penggunaan

bahan bakar minyak dan mengurangi kerusakan hutan, tanah dan

air.

Selama Repelita IV kebutuhan energi total di dalam nege-

ri diperkirakan meningkat. Kebutuhan energi tersebut sebagian

besar dipenuhi dari minyak bumi. Karena itu akan dilanjutkan

49

i

dan ditingkatkan penghematan energi yang bersumber dari mi-

nyak bumi.

Di bidang energi bukan listrik, dalam Repelita IV akan

dilaksanakan empat program pokok. Pertama, peningkatan dan

perluasan eksplorasi dan produksi minyak bumi, gas bumi, pa-

nas bumi dan kayu bakar serta usaha konservasi yang mengarah

pemakaian energi yang lebih efisien. Kedua, diversifikasi

sumber energi secara luas yaitu dengan meningkatkan pemanfaa-

tan gas bumi, batubara, gambut serta sumber energi lainnya.

Ketiga, konservasi energi disegala bidang yaitu dengan meng-

utamakan penggunaan alat-alat dengan skala ekonomis. Keempat,

indeksasi yaitu pengembangan dan penerapan cara-cara ilmiah

untuk menentukan proses-proses pada peralatan yang mempergu-

nakan energi.

Peningkatan sarana penyediaan listrik akan dikaitkan de-

ngan kebijaksanaan umum bidang energi, yaitu menunjang usaha

diversifikasi energi untuk menghemat penggunaan minyak di da-

lam negeri. Dalam hubungan ini akan lebih ditingkatkan peman-

faatan sumber energi bukan minyak, seperti tenaga air, panas

bumi, batubara, gas bumi dan gambut. Selain itu juga akan di-

usahakan untuk memanfaatkan sisa panas dari pembangkit lis-

trik tenaga uap yang telah ada, sebagai sumber pembangkit ba- ru. Pelaksanaan program listrik masuk desa selama Repelita IV

akan lebih ditingkatkan lagi, dan sasaran utamanya adalah me-

nyediakan listrik bagi desa-desa swasembada termasuk sebagian

besar ibukota kecamatan dan desa yang tercakup oleh perkemba-

ngan jaringan distribusi, serta desa lain yang memiliki po-

tensi.

Pelaksanaan program listrik masuk desa dalam Repelita IV

50

direncanakan akan dapat melistriki sebanyak 7.000 desa lagi

dengan jumlah pelanggan 1.600.000 konsumen.

Peningkatan sarana penyediaan tenaga listrik dalam Repe-

lita IV direncanakan dengan tambahan daya terpasang pembang-

kit tenaga listrik sekitar 5.255 MW, yang terdiri dari PLTA

sebesar 1.423 MW, PLTP sebesar 220 MW, PLTU Batubara sebesar

1.830 MW, PLTU Minyak dan Gas Bumi sebesar 630 MW, PLTD sebe-

sar 1.100 MW dan PLTM sebesar 52 MW. Selain pembangunan pusat

pembangkit tenaga listrik tersebut di atas, dalam Repelita IV

juga akan mulai dibangun sejumlah pusat pembangkit tenaga

listrik yang baru akan selesai pada Repelita berikutnya. Se-

lanjutnya dalam Repelita IV juga akan dilaksanakan pula pem-

bangunan jaringan listrik guna meningkatkan penyaluran tenaga

listrik, yang terdiri atas : jaringan transmisi sepanjang

9.329 kms, gardu induk dengan kapasitas transformator sebesar

11.070 MVA, dan jaringan distribusi yang terdiri atas jari-

ngan tegangan menengah sepanjang 48.798 kms, jaringan tega-

ngan rendah sepanjang 76.594 kms dan gardu distribusi dengan

jumlah kapasitas transformator 5.186 MVA.

Untuk meningkatkan keandalan dan mutu penyaluran tenaga

listrik diharapkan dalam Repelita IV akan dapat beroperasi

beberapa Pusat Pengatur Beban, yaitu Pusat Pengatur Beban se

Jawa di Gandul (Jawa Barat), Pusat Pengatur Beban wilayah di

Waru (Jawa Timur), Ungaran (Jawa Tengah), Palembang (Sumatera

Selatan) dan Medan (Sumatera Utara), serta Pusat Pengatur

Distribusi di Bandung (Jawa Barat).

Pengembangan tenaga listrik selain dilaksanakan oleh

PLN, juga dilaksanakan oleh koperasi atas dasar swadaya ma-

syarakat dan juga oleh swasta untuk memenuhi kebutuhan

sendi-

51

ri. Dalam hubungan ini dalam Repelita IV, diperkirakan akan

dilistriki sebanyak 1.250 desa oleh koperasi dengan daya ter-

pasang 50 MW.

Pembangunan di sektor perhubungan diarahkan untuk lebih

memperlancar arus barang dan jasa serta meningkatkan mobili-

tas manusia ke seluruh wilayah tanah air, terutama daerah pe-

desaan, daerah perbatasan, daerah-daerah terpencil dan dalam

kota, sehingga akan mempercepat pencapaian sasaran-sasaran

pembangunan serta memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional

dan perwujudan Wawasan Nusantara. Khususnya untuk daerah-dae-

rah terpencil, peranan angkutan perintis darat, laut dan udara

akan lebih ditingkatkan. Selanjutnya pembangunan dan kebi-

jaksanaan di bidang perhubungan akan makin diarahkan untuk mampu

menunjang ekspor hasil/barang non minyak dan gas bumi

dalam rangka mengurangi ketergantungan pada ekspor minyak dan

gas bumi. Pembangunan perhubungan juga akan didukung oleh pe-

ngembangan dan penerapan teknologi tepat guna termasuk tekno-

logi maju, serta peningkatan pendidikan dan latihan guna mem-

persiapkan dan menyediakan tenaga yang ahli dan terampil.

Sasaran di bidang jalan dan jembatan dalam Repelita IV

adalah mempertahankan kondisi jalan dan jembatan yang sudah

ditingkatkan, melakukan penunjangan dan peningkatan terhadap

ruas-ruas jalan menjadi ruas-ruas jalan yang mantap dan mem-

bangun jalan Baru yang diperlukan bagi daerah yang selama ini

belum terjangkau untuk mendorong kegiatan pembangunan. Untuk

itu akan dilakukan pemeliharaan jalan sepanjang 97.775 km,

penunjangan jalan sepanjang 79.020 km, peningkatan jalan se-

panjang 18.205 km, penggantian jembatan + 50.000 m dan pem-

bangunan jalan baru 1.280 km. Melalui Inpres DT I dan DT II

52

direncanakan pula penunjangan jalan propinsi dan jalan kabu-

paten. Program Inpres Penunjangan Jalan meliputi jalan sepan-

jang 77.300 km. Pembangunan Jalan Tol diperkirakan sepanjang

198 km. Sejalan dengan itu akan dilakukan penambahan fasili-

tas keselamatan lalu-lintas dalam usaha meningkatkan kesela-

matan dan disiplin lalu-lintas, antara lain pembangunan rambu

lalu-lintas sebanyak 72.000 buah, lampu lalu-lintas 213 buah,

marka jalan 1.300 km dan pagar pengaman jalan 122 km.

Di bidang angkutan kereta api dilanjutkan rehabilitasi

sarana dan prasarana kereta api untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat dan sejalan pula dengan usaha penyehatan

perusahaan (PJKA). Sasaran fisik di hidang perkeretaapian

adalah peningkatan jalur kereta api sepanjang 4.020 km, jem-

batan bawah 423 buah, sinyal dan telekomunikasi 803 unit, pe-

nambahan diesel 25 buah, kereta penumpang 210 buah dan ger-

bong 200 buah. Di samping itu dilakukan pula rehabilitasi sa-

rana meliputi lok diesel 1.223 buah, kereta penumpang 2.000

buah, gerbong barang 15.599 buah, kereta rel listrik 127

buah, dan kereta rel diesel 207 buah.

Di bidang angkutan sungai, danau dan penyeberangan, akan

dilanjutkan usaha meningkatkan pelayanan angkutan, fasilitas

dermaga, terminal serta rambu pengaman pelayaran. Juga akan

dibuka lintas penyeberangan baru. Sasaran fisik di bidang

angkutan sungai, danau dan penyeberangan adalah meningkatkan

22 dermaga dan terminal pada 18 lintas penyeberangan, 8 unit

dermaga danau, dan 25 unit dermaga sungai. Rehabilitasi akan

dilakukan pada 22 unit dermaga dan terminal pada 14 lintasan,

5 unit dermaga danau dan 24 unit dermaga sungai.

Salah satu usaha penting di bidang perhubungan laut da-

53

lam Repelita IV adalah meningkatkan integrasi antar jenis pe-

layaran, jasa pelayaran nusantara, pelayaran lokal, pelayaran

rakyat yang sejalan dengan rencana pemantapan sistem kepela-

buhan yang terdiri dari pelabuhan lokal, kolektor dan pelabu-

han induk. Sejalan dengan muatan yang terus meningkat akan

dilakukan penambahan armada nusantara sebesar 420.300 DWT,

armada lokal 98.000 DWT, armada rakyat 85.000 DWT dan armada

samudera sebesar 490.500 DWT. Untuk kelancaran dan keselamat-

an lalu-lintas di laut akan dilakukan pula penambahan sarana

bantuan navigasi, penjagaan laut dan pantai dan penegakan hu-

kum dan peraturan di perairan nusantara.

Di bidang perhubungan udara dalam Repelita IV akan dila-

kukan peningkatan jasa angkutan udara dalam negeri termasuk

penerbangan perintis dan jalur penerbangan internasional. Pa-

da akhir Repelita IV direncanakan 7 landasan udara dapat di-

darati pesawat udara jenis B-747, 8 landasan untuk DC-10/-

A-300, 9 landasan untuk DC-9, 19 landasan untuk F-28, 8 lan-

dasan untuk F-27, 10 landasan untuk L-100, dan 18 landasan

untuk C-160/CN-235.

Pada akhir Repelita IV jaringan pos dan giro diperkira-

kan akan dapat menjangkau 58.029 desa. Di samping itu pening-

katan pelayanan pos dan giro terus dilakukan. Di bidang tele-

komunikasi direncanakan penambahan satuan sambungan telepon

sebanyak 750.000 s.s dan telex 16.450 s.s, di samping per-

luasan pelayanan jasa yang baru seperti STKB, telekomunikasi,

SLJJ dan SLI. Di bidang meteorologi dan geofisika direncana-

kan peningkatan dan pembangunan baru stasiun-stasiun meteoro-

logi, klimatologi dan geofisika serta peningkatan fasilitas

dan pengolahan data, sehingga mutu ketelitian informasi rama-

lan akan dapat ditingkatkan dari 70% menjadi 90%.

54

Pembangunan pariwisata akan ditingkatkan untuk memper-

luas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan

devisa serta memperkenalkan alam dan kebudayaan Indonesia,

dengan tetap mempertahankan terpeliharanya kebudayaan dan ke-

pribadian nasional serta kelestarian lingkungan hidup. Pembi-

naan dan pengembangan pariwisata dalam negeri akan ditingkat-

kan dengan tujuan lebih mengenalkan alam dan kebudayaan bang-

sa dalam rangka memupuk cinta tanah air dan mananamkan jiwa,

semangat serta nilai-nilai 1945, di samping untuk memperluas

kesempatan kerja. Dalam rangka pengembangan pariwisata akan

diambil langkah-langkah dan pengaturan yang lebih terarah

berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu. Dalam Repelita IV

akan diusahakan agar kunjungan wisatawan asing dan masa ting-

galnya meningkat melalui kebijaksanaan pengembangan dan pema-

saran pariwisata, peningkatan jumlah, mutu, potensi dan pro-

duk wisata, atraksi wisata, obyek wisata, frekuensi dan pen-

didikan industri pariwisata.

Sektor perdagangan adalah kegiatan yang menjembatani dua

kegiatan utama ekonomi yaitu kegiatan produksi dan kegiatan

konsumsi. Melalui kegiatan perdagangan produsen dihubungkan

dengan konsumen, sektor satu dengan sektor lain, pasar dalam

negeri dengan pasar luar negeri. Kelancaran kegiatan perdaga-

ngan akan menunjang kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi

serta kegiatan pembangunan pada umumnya. Kebijaksanaan perda-

gangan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi perdagangan da-

lam dan luar negeri dalam rangka lebih memperlancar arus ba-

rang dan jasa, sehingga tercipta keadaan dan perkembangan

harga yang layak dan bersaing dalam rangka menunjang usaha

peningkatan produksi, pemenuhan kebutuhan dalam negeri (kon-

sumsi) dan ekspor, perluasan lapangan kerja, peningkatan pen-

55

dapatan rakyat, serta pemantapan stabilitas ekonomi.

Di bidang perdagangan dalam negeri langkah-langkah kebi-

jaksanaan dalam Repelita IV ditujukan untuk memperlancar pe-

nyediaan dan penyaluran barang dan jasa dengan harga yang le-

bih merata dan lebih terjangkau oleh daya beli rakyat, disam-

ping meningkatkan peranan dan peranserta pedagang golongan

ekonomi lemah.

Di bidang perdagangan luar negeri langkah-langkah kebi-

jaksanaan diarahkan pada peningkatan dan pengembangan ekspor

di luar migas, penyediaan barang-barang kebutuhan pokok yang

masih perlu diimpor melalui impor yang terkendali, serta ke-

bijaksanaan substitusi impor. Program pengembangan perdaga-

ngan luar negeri yang mencakup kegiatan-kegiatan penanganan

langsung terhadap usaha diversifikasi komoditi ekspor dan

unit usahanya, yaitu komoditi-komoditi kopi, karet, kelapa

sawit, kopra, teh, coklat, kayu lapis, kayu gergajian, udang,

cakalang, produk tekstil, hasil-hasil industri, dan hasil-ha-

sil pertambangan di luar migas; peningkatan daya saing komo-

diti ekspor, antara lain dengan cara meningkatkan produktivi-

tas di sektor produksi dan rasionalisasi biaya tata-niaga;

menyederhanakan/penghapusan perizinan, menyederhanakan prose-

dur arus barang; menyempurnakan kebijaksanaan pengapalan ba-

rang untuk ekspor dan menyederhanakan prosedur, struktur dan

jenis perpajakan; peningkatan diversifikasi pasaran dengan

melakukan misi-misi penjualan, pemberian insentif dengan mem-

perlancar tersedianya kredit yang wajar, kemudahan asuransi

ekspor dan lain-lain.

Usaha-usaha lain untuk mengembangkan ekspor di luar migas

meliputi kegiatan untuk meningkatkan mutu barang ekspor,

an-

56

tara lain dengan menetapkan standar mutu barang ekspor; pe-

ningkatan kegiatan dan sarana promosi ekspor di luar negeri;

meningkatkan kegiatan pengumpulan dan penyebaran informasi untuk

pengembangan ekspor, memperlancar pengadaan bahan baku/-

penolong dan barang yang dapat menunjang perkembangan industri

dan pertumbuhan ekonomi, menunjang pertumbuhan industri dalam

negeri yang hasil-hasilnya dapat dipasarkan di dalam

dan di luar negeri, dan lain-lain. Selanjutnya dalam rangka

menunjang kebijaksanaan peningkatan ekspor di luar migas ter-

sebut akan dilanjutkan kebijaksanaan imbal beli.

Dalam jangka panjang kegiatan pelaksanaan pembangunan

akan semakin lebih banyak berada dalam tangan masyarakat sen-

diri khususnya dunia usaha nasional dan koperasi. Pembinaan

dunia usaha termasuk koperasi diarahkan agar mampu memegang

peranan sebagai tulang punggung perekonomian nasional dalam

rangka pengembangan ekonomi nasional yang sehat yang sekali-

gus menciptakan pemerataan kesejahteraan rakyat, memperkokoh

persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan ketahanan

nasional. Dalam hubungan ini akan diciptakan iklim dan tata

hubungan yang mendorong terciptanya kondisi saling menunjang

antara usaha negara, koperasi dan swasta.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangu-

nan, maka peranan dunia usaha nasional akan lebih ditingkat-

kan. Dalam hubungan ini akan dilanjutkan usaha Pemerintah da-

lam mengembangkan dunia usaha nasional dengan bekerjasama

dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Peraturan-peratu-

ran perizinan yang menghambat inisiatif, kelancaran dan efi-

siensi usaha serta meningkatkan biaya akan ditinjau dan kalau

perlu dihapus. Di lain pihak, usaha swasta yang menggunakan

57

secara tidak wajar kekuatan monopolinya atau hak-hak usaha

eksklusifnya yang merugikan badan-badan usaha lain atau ma-

syarakat umum, akan diatur ruang geraknya. Di samping itu

akan di dorong pemerataan kesempatan berusaha serta kerjasama

yang serasi antara usaha negara, koperasi dan usaha swasta.

Kerjasama yang serasi antara usaha besar, menengah dan kecil

serta koperasi akan dikembangkan berdasarkan semangat saling

menunjang dan saling menguntungkan.

Pembinaan usaha golongan ekonomi lemah tetap merupakan

program yang sangat penting dalam Repelita IV. Pembinaan go-

longan ini akan dilanjutkan dan lebih ditingkatkan antara la-

in dengan jalan penyuluhan dan bimbingan untuk meningkatkan

kemampuan usaha dan pemasaran dalam rangka mengembangkan ke-

wiraswastaannya. Usaha pembinaan ini dilaksanakan oleh Peme-

rintah dan oleh usaha besar dan menengah melalui kerjasama

dengan usaha golongan ekonomi lemah, yang akan ditunjang de-

ngan penyediaan berbagai fasilitas yang diperlukan seperti

kredit dengan syarat yang memadai, penyediaan fasilitas pema-

saran, perlindungan jenis-jenis usaha tertentu, terutama je-

nis usaha tradisional yang merupakan bidang usaha golongan

ekonomi lemah.

Kebijaksanaan penyediaan dana perkreditan yang telah di-

laksanakan dalam Repelita III akan lebih didayagunakan, di-

sempurnakan dan diperluas, terutama Kredit Investasi Kecil,

Kredit Modal Kerja Permanen, Kredit Mini, dan Kredit Candak

Kulak yang mendorong pemerataan kegiatan pembangunan serta

pemerataan pembagian pendapatan. Di samping itu bank-bank Pe-

merintah akan lebih aktif lagi mencari dan membina nasabah

pengusaha kecil golongan ekonomi lemah.

58

Lembaga pembiayaan pembangunan khusus bagi perusahaan me-

nengah dan kecil seperti PT Bahana, PT Askrindo, Perum Pe-

ngembangan Keuangan Koperasi, akan lebih dikembangkan agar

dapat melayani kebutuhan golongan ekonomi lemah. Khususnya

untuk membantu golongan ekonomi lemah akan makin dikembangkan

cara-cara pembiayaan bagi proyek-proyek tertentu yang ber-

prioritas tinggi seperti pembangunan perumahan rakyat, pere-

majaan perkebunan rakyat, dan lain-lain yang terjangkau oleh

golongan ekonomi lemah. Tujuan ini akan dilaksanakan dengan

menggunakan dana anggaran untuk memperingan bunga kredit bank

dan untuk memperpanjang jangka waktu kredit.

Demikian pula bantuan pemasaran kepada golongan ekonomi

lemah akan dilanjutkan antara lain dengan memberikan priori-

tas kepada pengusaha golongan ekonomi lemah untuk memperoleh

tempat ber jualan di pasar-pasar, pusat-pusat pertokoan dan

pariwisata. Khususnya untuk mereka yang tergolong dalam peda-

gang kecil golongan ekonomi lemah akan terus dibantu dengan

penataran dan konsultasi dan dengan penyediaan kredit dengan

persyaratan ringan. Untuk pemasaran barang-barang yang skala

produksinya telah memadai akan dikembangkan organisasi-orga-

nisasi pemasaran (trading house). Tambahan pula jenis-jenis

usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupa-

kan usaha golongan ekonomi lemah akan mendapat perlindungan.

Kewiraswastaan, keahlian dan kemampuan usaha dari pengu-

saha nasional akan terus ditingkatkan, sehingga pengalihan

pengelolaan usaha-usaha swasta asing ke swasta nasional dapat

dipercepat. Untuk itu akan diberikan pendidikan dan latihan

yang memberikan kemungkinan untuk mengembangkan kewiraswasta-

an dan secara lebih sungguh-sungguh akan ditertibkan kembali

59

perijinan-perijinan bagi kegiatan dunia usaha dengan sasaran

menciptakan iklim yang lebih sehat bagi kegairahan usaha. De-

mikian pula diusahakan untuk mendorong usaha patungan antara

pengusaha asing dan nasional melalui pemberian perangsang

PMDN dan lain-lain. Undang-undang perpajakan baru yang jauh

lebih sederhana dan yang lebih berprinsip pemerataan diharap-

kan akan lebih mengembangkan kegiatan usaha swasta.

Usaha pengembangan dunia usaha akan dikaitkan pula dengan

usaha-usaha pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh da-

erah. Dengan demikian kegiatan pembangunan dunia usaha akan

membantu membangkitkan pembangunan di daerah-daerah. Di dae-

rah-daerah yang mempunyai potensi pengembangan jenis-jenis

usaha tertentu akan didirikan pusat-pusat pelayanan. Usaha-

usaha swasta yang menunjang pengembangan daerah-daerah trans-

migrasi bisa memperoleh fasilitas-fasilitas tertentu.

Koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berwatak so-

sial akan makin dikembangkan dan diperkuat dalam rangka me-

numbuhkan demokrasi ekonomi sebagai salah satu landasan bagi

terciptanya masyarakat yang ber keadilan sosial. Peranan kope-

rasi yang telah berhasil dikembangkan, akan lebih di dorong

dan ditingkatkan untuk makin memegang peranan utama di dalam

kehidupan ekonomi di pedesaan, khususnya di sektor pertanian.

Selanjutnya peranan koperasi juga makin dikembangkan di sek-

tor-sektor lainnya seperti industri, perdagangan, angkutan

dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut akan disertai pembinaan

agar kegiatan koperasi dan peranan anggota koperasi makin me-

ningkat sehingga manfaat koperasi makin dinikmati oleh anggo-

tanya, dan peranan koperasi di dalam meningkatkan kehidupan

sosial ekonomi masyarakat menjadi makin besar. Dalam melaksa-

nakan pembinaan koperasi diutamakan koperasi - koperasi unit

60

desa dan koperasi primer lainnya. Dalam usaha untuk mening-

katkan peranan dan kemampuan koperasi dalam Repelita IV kebi-

jaksanaan akan ditekankan pada usaha untuk meningkatkan aspek

kualitasnya supaya koperasi se segera mungkin dapat tumbuh dan

berkembang atas dasar kekuatan sendiri. Dalam rangka mencapai

tujuan itu akan ditempuh langkah-langkah kebijaksanaan yang

akan dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan bimbingan ke-

lembagaan dan bimbingan usaha.

Langkah-langkah bimbingan usaha koperasi akan mencakup

usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan koperasi, khususnya

Koperasi-koperasi Unit Desa, dalam usaha di bidang-bidang

pertanian pangan, perkebunan rakyat, peternakan, perikanan,

industri kecil dan kerajinan rakyat, pertambangan rakyat, ke-

listrikan desa, perkreditan, terutama KCK, serta dalam penye-

diaan dan penyaluran bahan-bahan kebutuhan produksi dan kon-

sumsi. Selanjutnya akan di dorong pembentukan, pertumbuhan dan

perkembangan unit-unit usaha baru serta pertumbuhan dan per-

kembangan jenis-jenis usaha yang sesuai dengan kepentingan

dan kegiatan ekonomi para anggotanya dalam koperasi-koperasi

yang telah mampu, di samping pembentukan dan perkembangan ko-

perasi di daerah-daerah yang sampai akhir Repelita III belum

terjangkau oleh koperasi.

Dalam pelaksanaan pembinaan koperasi, yang diutamakan

pada koperasi primer, terus dilaksanakan usaha-usaha pembina-

an secara horizontal dan vertikal pada tingkat nasional dan

daerah. Dalam hubungan ini akan ditempuh langkah-langkah un-

tuk mendorong organisasi-organisasi perkoperasian di tingkat

daerah dan di tingkat nasional agar mengutamakan kegiatan-ke-

giatannya dalam bidang-bidang pendidikan, pembinaan, pengenda-

lian dan pengawasan. Gerakan - gerakan koperasi termasuk Dewan

61

Koperasi Indonesia, akan dibantu agar semakin mampu berfungsi

dengan berhasilguna. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan di-

satu pihak peranan koperasi-koperasi tingkat daerah dan na-

sional sebagai pembina koperasi primer akan semakin mening-

kat, sedang di pihak lain, kemungkinan koperasi-koperasi pri-

mer untuk berswakarsa, berswakarya akan terbuka luas, sehing-

ga pertumbuhan demokrasi ekonomi akan semakin terjamin.

Dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan memanfaatkan

jumlah penduduk yang besar sebagai kekuatan pembangunan bang-

sa maka perlu ditingkatkan usaha-usaha pembinaan, pengembang-

an dan pemanfaatan potensi sumber daya manusia dengan mening-

katkan pembangunan di berbagai sektor antara lain dengan me-

ngutamakan pembangunan yang meningkatkan perluasan lapangan

kerja, meningkatkan pengadaan pangan dan mutu gizi, memper-

luas fasilitas dan memperbaiki mutu pendidikan dan latihan

kerja serta meningkatkan pelayanan kesehatan. Dengan usaha-

usaha tersebut diharapkan dapat tercipta manusia-manusia pem-

bangunan yang tangguh, berbudi luhur, cakap, terampil, perca-

ya pada diri sendiri dan bersemangat membangun.

Perluasan dan pemerataan kesempatan kerja adalah salah

satu unsur penting dalam usaha pemanfaatan sumber days manu-

sia dan merupakan kebutuhan yang makin mendesak. Tugas pen-

ciptaan kesempatan kerja mempunyai dimensi nasional, dan bu-

kan hanya sektoral atau regional. Oleh karena itu lebih di-

mantapkan dan ditingkatkan langkah-langkah yang menyeluruh

dan terpadu untuk mendorong perluasan kesempatan kerja, baik

yang bersifat umum, sektoral maupun langkah-langkah yang ber-

sifat khusus. Langkah-langkah yang bersifat umum meliputi ke-

bijaksanaan fiskal, moneter, upah dan sebagainya, sedangkan

yang bersifat sektoral antara lain adalah peningkatan pendi-

62

dikan yang dapat menciptakan lapangan kerja, pembangunan per-

tanian, pembangunan industri, pembangunan perhubungan, pemba-

ngunan pariwisata dan perdagangan, penentuan skala prioritas

investasi serta pemilihan teknologi yang tepat-guna. Lang-

kah-langkah yang bersifat khusus meliputi program-program

bantuan pembangunan, proyek padat karya dan lain-lain. Kese-

luruhan kebijaksanaan tersebut ditujukan untuk memperluas la-

pangan kerja baru sepadan dengan pertambahan angkatan kerja

serta mengurangi pengangguran yang ada, dengan lebih memper-

cepat laju pertambahan lapangan kerja khususnya di luar sek-

tor pertanian. Untuk menunjang sasaran ini dalam Repelita IV

antara lain Proyek-proyek Padat Karya Gaya Baru (PPKGB) akan

dilaksanakan di 8.750 kecamatan dan 50 kota. Selain itu akan

diusahakan untuk dikembangkan sistem teknologi padat karya

sekurang-kurangnya 6 jenis teknologi setiap tahun.

Dalam rangka perluasan kesempatan kerja bagi warga nega-

ra Indonesia, maka pelaksanaan pembatasan bagi warga negara

asing pendatang dilanjutkan dan disempurnakan.

Erat kaitannya dengan pemerataan kesempatan kerja adalah

usaha perbaikan penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga

kerja yang lebih baik dengan jalan pembinaan dan peningkatan

keterampilan terutama bagi angkatan kerja usia muda. Dalam

hubungan ini pengerahan Tenaga Kerja Sukarela - BUTSI yang

merupakan latihan sambil bekerja non-formal bagi angkatan

kerja usia muda akan dilanjutkan. Sebanyak 35.000 TKS-Baru

dikerahkan di samping melanjutkan penugasan 79.500 TKS-Lama.

Selain itu melalui kegiatan Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN) akan disalurkan masing-

masing 500.000 orang dan 225.000 orang selama Repelita IV.

63

Di samping itu juga akan dikembangkan dan disempurnakan

sistem informasi ketenagakerjaan. Perencanaan Tenaga Kerja

(PTK) di semua sektor pembangunan pemerintah dan swasta baik

di tingkat nasional, maupun di tingkat daerah akan ditingkat-

kan. PTK memuat perkiraan penciptaan kesempatan kerja, perki-

raan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembangunan, dan per-

kiraan penyediaan tenaga kerja terperinci menurut jenis dan

tingkat pendidikan/keahliannya. Untuk menunjang PTK, analisa

jabatan perlu diselenggarakan di seluruh instansi dan penyu-

sunan Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI), serta penyusunan

kamus jabatan dan spesifikasi jabatan dilanjutkan dan disem-

purnakan. Selanjutnya penyebaran informasi ketenagakerjaan

akan dikembangkan dan disempurnakan.

Kebijaksanaan di bidang perlindungan tenaga kerja ditu-

jukan kepada perbaikan upah, syarat kerja, kondisi kerja dan

hubungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, serta jamin-

an sosial lainnya di dalam rangka perbaikan kesejahteraan te-

naga kerja secara menyeluruh.

Mengenai aspek perbaikan upah di samping memperhatikan

peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan pro-

duksi, akan diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan dan

peningkatan daya beli golongan penerima upah yang rendah.

Upah minimum di semua sektor ditetapkan atas dasar tingkat

upah tenaga kerja tidak terdidik di daerah tersebut.

Dalam rangka peningkatan produktivitas tenaga kerja akan

dilaksanakan latihan keterampilan yang diarahkan untuk mem-

persiapkan tenaga kerja baru usia muda yang akan masuk dalam

dunia kerja serta untuk meningkatkan keterampilan serta pres-

tasi tenaga kerja yang sudah bekerja. Sekurang-kurangnya 4,8

64

juta orang akan di latih melalui Balai-balai Latihan Kerja pe-

merintah, swasta dan perusahaan-perusahaan. Peranserta masya-

rakat dalam latihan dilaksanakan melalui pungutan biaya la-

tihan yang wajar bagi peserta latihan yang mampu. Di samping

itu akan dilakukan pembinaan lembaga latihan swasta, baik me-

ngenai kurikulum, fasilitas, maupun instrukturnya. Sistem la-

tihan permagangan dan latihan dalam pekerjaan juga dikembang-

kan. Kebijaksanaan sistem insentif akan dikembangkan bagi pe-

rusahaan yang menyelenggarakan latihan keterampilan. Koordi-

nasi penyelenggaraan latihan oleh berbagai instansi diting-

katkan agar lebih efisien. Sistem modul keterampilan kerja

diterapkan di beberapa Balai Latihan Kerja yang memenuhi sya-

rat. Pengendalian mutu dan kesesuaian basil latihan kerja de-

ngan kebutuhan tenaga terampil dilakukan melalui akreditasi,

pembakuan dan sertifikasi latihan kerja. Bimbingan dan penyu-

luhan jabatan kepada peserta latihan ditingkatkan untuk me-

ngembangkan bakat dan kemampuannya. Sehubungan dengan itu

akan dibentuk Dewan Latihan Kerja Nasional dan Daerah. Dalam

rangka peranserta masyarakat untuk peningkatan produktivitas

tenaga kerja di galakkan penyuluhan ke cintaan akan kerja, de-

mikian pula Latihan Motivasi Peningkatan Produktivitas (LMPP).

Pembinaan hubungan perburuhan akan terus diarahkan kepada

terciptanya kerjasama yang serasi antara buruh dan pengu-

saha yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945, dimana masing-masing pihak saling menghormati, saling

membutuhkan, saling mengerti peranan serta haknya dan melak-

sanakan kewajiban masing-masing dalam keseluruhan proses pro-

duksi, serta dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan.

Salah satu masalah utama yang dihadapi dalam peningkatan

65

pendayagunaan sumber daya manusia adalah kurang seimbangnya

penyebaran penduduk dan angkatan kerja apabila dikaitkan de-

ngan penyebaran potensi alam dan lingkungan hidup. Program

transmigrasi dan pemukiman kembali merupakan suatu upaya un-

tuk menyerasikan penyebaran sumber daya alam dan lingkungan

hidup sehingga mutu kehidupan bisa ditingkatkan di seluruh

wilayah Indonesia dan sumber daya manusia bisa didayagunakan

secara lebih produktif. Untuk itu akan makin diperluas dan

ditingkatkan pelaksanaan transmigrasi, baik transmigrasi umum

maupun transmigrasi swakarsa dan pemukiman kembali penduduk

yang masih hidup secara berpindah-pindah dan terpencar-pen-

car. Dalam hubungan ini maka di samping langkah-langkah lain-

nya untuk memperlancar pelaksanaan transmigrasi, akan diberi

perhatian yang lebih besar kepada pembinaan usaha tani trans-

migrasi dan terhadap penduduk setempat, serta kepada pengem-

bangan usaha industri terutama industri pertanian dan usaha

perdagangan di daerah-daerah transmigrasi.

Selain dimaksudkan untuk meningkatkan penyebaran pendu-

duk dan tenaga kerja, transmigrasi ditujukan pula untuk pem-

bukaan dan pengembangan daerah produksi baru, terutama daerah

pertanian, dalam rangka pembangunan daerah, khususnya di luar

Jawa dan Bali, yang dapat menjamin peningkatan taraf hidup

para transmigran dan masyarakat disekitarnya. Pelaksanaan

transmigrasi sekaligus merupakan usaha penataan kembali peng-

gunaan, penguasaan dan pemilikan tanah baik di daerah asal

maupun di daerah tujuan. Dalam keseluruhan pelaksanaan pro-

gram transmigrasi akan selalu diperhatikan kepentingan perta-

hanan keamanan nasional.

Pelaksanaan transmigrasi selama Repelita I sampai dengan

Repelita III telah memberikan dampak yang tidak kecil baik

66

dari segi penyebaran penduduk maupun sumbangan dalam rangka

peningkatan produksi. Jumlah transmigran yang di pindahkan te-

rus meningkat yakni sejumlah 46.268 kk dalam Repelita I, se-

jumlah 82.954 kk dalam Repelita II dan Repelita III sejumlah

500.000 kk.

Berdasarkan hasil-hasil tersebut maka program ini akan

ditingkatkan lagi dan diperkirakan selama Repelita IV akan di

transmigrasikan sekitar 750.000 kepala keluarga dari daerah-

daerah yang padat penduduknya khususnya dari Pulau Jawa dan

Bali ke daerah-daerah yang memerlukan tenaga kerja atau yang

kurang padat penduduknya. Jumlah ini mencakup baik transmi-

gran umum maupun transmigran swakarsa, penduduk yang dimukim-

kan kembali dan transmigrasi lokal. Pemukiman kembali atau

transmigrasi lokal akan ditingkatkan karena penting peranan-

nya bagi daerah-daerah luar Jawa baik untuk meningkatkan

produktivitas petani yang masih berpindah-pindah maupun untuk

menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Peningkatan usaha transmigrasi dalam Repelita IV akan di-

tujukan baik kepada jumlah transmigran maupun terhadap pe-

ningkatan mutu kehidupan transmigran serta masyarakat seki-

tarnya. Dalam kaitan ini maka kegiatan-kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan transmigrasi akan diusahakan lebih terpadu

dan terkoordinasikan terutama pada tahap pemilihan lokasi se-

hingga tidak terjadi adanya lokasi-lokasi penempatan yang ti-

dak sesuai dengan persyaratan-persyaratan pemukiman.

Dalam Repelita IV pembinaan usaha tani transmigran dan

penduduk setempat akan lebih ditingkatkan. Kegiatan tersebut

akan dikaitkan dengan usaha untuk lebih meningkatkan partisi-

pasi swasta, dalam rangka peningkatan dan pengembangan usaha

67

industri, khususnya bagi pengolahan hasil produksi pertanian

di daerah transmigrasi, baik untuk pemasaran dalam negeri ma-

upun luar negeri. Dengan semakin meningkatnya pengembangan

usaha tani transmigran maka akan semakin meningkat pula usaha

perdagangan yang berkaitan dengan usaha tani tersebut. Dalam

hubungan ini makin dikembangkan kehidupan koperasi.

Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan transmigrasi,

yang direncanakan untuk ditingkatkan jumlahnya, akan diting-

katkan koordinasi dalam penyelenggaraannya, yang meliputi an-

tara lain penetapan daerah transmigrasi, penyediaan lahan

usaha dan pemukiman, penyelesaian masalah pemilikan tanah,

prasarana jalan dan sarana angkutan, sarana produksi serta

prasarana sosial yang dibutuhkan di daerah transmigrasi dan

usaha pengintegrasian transmigrasi dengan penduduk setempat.

Dalam rangka makin memeratakan pembangunan ke seluruh wi-

layah Indonesia, maka dilanjutkan dan ditingkatkan pembangu-

nan daerah dan pembangunan pedesaan yang lebih diarahkan ke-

pada perluasan kesempatan kerja, pembinaan dan pengembangan

lingkungan pemukiman pedesaan dan perkotaan yang sehat, serta

peningkatan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan sumber-sum-

ber kekayaan alam dan menanggulangi masalah-masalah yang men-

desak. Dalam hubungan itu berbagai kebijaksanaan dan program

pembangunan sektoral akan lebih diserasikan dengan potensi

dan permasalahan masing-masing daerah, sedang program-program

Inpres terus dilanjutkan dan diperluas serta disempurnakan

pelaksanaannya. Daerah-daerah minus dan daerah-daerah yang

padat penduduknya akan tetap mendapat perhatian khusus, anta-

ra lain dalam rangka mengurangi laju arus perpindahan pendu-

duk ke kota-kota besar. Demikian pula halnya dengan pengemba-

ngan daerah yang kurang padat penduduk dan daerah-daerah

68

transmigrasi. Sehubungan dengan itu maka pembangunan prasara-

na ekonomi dan sosial secara lebih merata di seluruh wilayah

tanah air akan dilanjutkan dan makin ditingkatkan.

Usaha penyelarasan pembangunan daerah dengan pembangunan

sektoral akan selalu dilaksanakan agar pembangunan sektoral

yang berlangsung di daerah-daerah benar-benar sesuai dengan

potensi dan prioritas daerah, sedang keseluruhan pembangunan

daerah juga benar-benar merupakan satu kesatuan, demi terbi-

nanya Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosi-

al budaya dan pertahanan keamanan di dalam mewujudkan tujuan

nasional.

Di samping itu, akan diusahakan keserasian laju pertum-

buhan antar daerah dan di dalam masing-masing daerah. Untuk

itu akan ditingkatkan kelancaran perhubungan bail di satu

daerah atau pulau maupun antar daerah dan antar pulau. Khu-

susnya akan diberikan perhatian yang lebih besar kepada pem-

bangunan daerah-daerah yang relatif terbelakang, daerah-dae-

rah kepulauan yang terpencil dan daerah-daerah perbatasan.

Dalam rangka itu akan makin ditingkatkan kemampuan aparat

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan di

daerah-daerah.

Untuk melaksanakan peningkatan pembangunan daerah diper-

lukan peningkatan kemampuan daerah serta prakarsa dan parti-

sipasi rakyat di daerah. Oleh karena itu dengan memperhatikan

kemampuan daerah, akan ditingkatkan pendapatan daerah, teru-

tama pendapatan asli daerah, baik dengan pemungutan yang le-

bih intensif, wajar dan tertib terhadap sumber-sumber yang

ada maupun dengan penggalian sumber-sumber keuangan baru yang

tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan sesuai de-

69

I

ngan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka

ini kemampuan serta aparatur pemerintah di daerah akan terus

ditingkatkan baik aparatur otonom maupun aparatur vertikal

guna mengembangkan otonomi daerah secara lebih nyata dan ber-

tanggungjawab.

Dalam melaksanakan pembangunan, masing-masing daerah juga

akan lebih meningkatkan kesadaran dan kemampuan penduduknya

untuk memanfaatkan serta memelihara kelestarian berbagai sum-

ber alam, mengatasi berbagai masalah yang mendesak dan membi-

na lingkungan pemukiman yang sehat. Untuk itu akan ditingkat-

kan usaha penyuluhan dan peningkatan keterampilan penduduk.

Kerjasama pembangunan antar daerah akan lebih ditingkat-

kan untuk lebih melancarkan pelaksanaan dan pengawasan se-

luruh kegiatan pembangunan di daerah. Dalam rangka itu koor-

dinasi fungsional perwilayahan pembangunan yang selama ini

telah berlangsung akan lebih ditingkatkan.

Sebagian besar rakyat Indonesia masih tinggal dan bermata

pencaharian di daerah pedesaan. Oleh karena itu perhatian se-

besar-besarnya akan diberikan kepada peningkatan pembangunan

pedesaan terutama melalui peningkatan prakarsa dan swadaya

masyarakat desa serta memanfaatkan secara maksimal dana-dana

yang langsung maupun yang tidak langsung diperuntukkan bagi

pembangunan pedesaan, seperti bantuan-bantuan Inpres dan se-

bagainya.

Dengan semakin meluasnya daerah perkotaan, pembangunan

perkotaan akan dilakukan secara berencana dengan lebih mem-

perhatikan keserasian hubungan antara kota dengan lingkungan

dan antara kota dengan daerah pedesaan sekitarnya, serta ke-

serasian pertumbuhan di dalam kota itu sendiri. Dengan demi-

70

kian kota-kota akan dapat memberikan fungsi pelayanannya di

bidang-bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk lebih mendo-

rong berkembangnya daerah pedesaan sekitarnya.

Dalam rangka peningkatan efisiensi pelaksanaan pembangun-

an daerah dan peningkatan administrasi Pemerintah Daerah, ma-

ka untuk daerah-daerah tertentu akan ditata kembali batas-ba-

tas administratif dari daerah-daerah yang bersangkutan.

Sumber alam adalah salah satu modal dasar pembangunan na-

sional kita. Pada hakekatnya kegiatan pembangunan adalah ke-

giatan mendayagunakan sumber alam dan lingkungan hidup bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di lain pihak, sema-

kin disadari bahwa sumber alam dan lingkungan hidup bukanlah

sesuatu yang tidak bisa habis atau tidak bisa rusak. Oleh se-

bab itu dalam pelaksanaan pembangunan, pengelolaan sumber

alam dan lingkungan hidup diarahkan agar dapat memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, dengan

tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya, sehingga

akan tetap bermanfaat bagi generasi-generasi mendatang. Usaha

rehabilitasi serta pengembalian pada fungsi yang seharusnya

dari sumber-sumber alam dan lingkungan hidup yang mengalami

kemunduran maupun kerusakan perlu dilanjutkan dan lebih di-

tingkatkan.

Dalam Repelita IV inventarisasi dan evaluasi sumber alam

terus ditingkatkan dengan tujuan untuk lebih mengetahui dan

dapat memanfaatkan potensi sumber alam baik di darat, laut

maupun udara berupa tanah, air, energi, flora, fauna dan

lain-lain yang sangat diperlukan bagi pembangunan. Kegiatan-

kegiatan di bidang ini meliputi dilanjutkannya pemetaan dasar

matra darat yang telah dimulai dalam Repelita III, inventari-

71

sasi hutan lewat pemotretan dari udara, penataan batas hutan

tetap, penatagunaan hutan dan pemetaan kawasan hutan.

Di samping itu, rehabilitasi sumber alam berupa hutan,

tanah dan air yang rusak akan lebih ditingkatkan lagi melalui

pendekatan terpadu daerah aliran sungai dan wilayah. Dalam

hubungan ini program penyelamatan hutan, tanah dan air yang

telah dilaksanakan dalam Repelita III akan dilanjutkan dan

makin disempurnakan untuk mengurangi dan mencegah meluasnya

tanah kritis di 36 daerah aliran sungai yang meliputi kegia-

tan reboisasi dan penghijauan, pengamanan sungai, penanggula-

ngan bencana alam dan lain-lain.

Dalam Repelita IV juga akan dikembangkan program yang di-

arahkan untuk menangani masalah konservasi sumber daya alam

dan pengelolaan lingkungan hidup, penetapan baku mutu lingku-

ngan dan bahan buangan, analisis dampak lingkungan, pembinaan

institusi lingkungan hidup, pembinaan tatalaksana lingkungan

hidup, dan pendidikan serta penelitian. Di samping itu akan

dilaksanakan usaha untuk mengendalikan pencemaran sampah di

200 kota, pencegahan pencemaran air dan udara, serta usaha

pengendalian pencemaran dari kegiatan pertambangan, industri

dan kegiatan-kegiatan lainnya. Di bidang pelestarian alam dan

lingkungan hidup akan dilakukan usaha untuk mengembangkan ta-

man nasional, suaka alam dan hutan lindung serta kawasan wi-

sata alam, meningkatkan perlindungan satwa dan flora langka

secara nasional, melaksanakan monitoring dampak lingkungan,

meningkatkan pencegahan dan penanggulangan kerusakan sumber

daya alam dan lingkungan hidup, membina kawasan lindung khu-

sus seperti Mentawai, Baduy dan lain-lain, di samping mengem-

bangkan lembaga swadaya masyarakat yang dengan secara swadaya

melestarikan lingkungan hidup.

72

Di bidang pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut dan

kawasan udara akan dilaksanakan peningkatan produktivitas

lingkungan perairan laut melalui usaha pelestarian dan peman-

faatan laut dan Zona Ekonomi Eksklusif. Sebagai penunjang

usaha-usaha di atas akan dilanjutkan program pengembangan me-

teorologi dan geofisika untuk menangani pengembangan peramal-

an cuaca dan iklim, serta sifat fisik lautan, untuk kepe-

tingan perhubungan, pertanian, peramalan bencana alam dan

lain-lain.

Pembangunan di bidang agama ditujukan untuk melanjutkan

usaha tetap terpeliharanya suasana kerukunan hidup beragama

serta pembudayaan Pancasila di kalangan umat beragama sebagai

salah satu syarat untuk tetap terpeliharanya stabilitas na-

sional dalam rangka mengamankan dan memperlancar pelaksanaan

pembangunan nasional.

Selanjutnya ditingkatkan usaha bimbingan hidup beragama

kepada berbagai kelompok masyarakat termasuk generasi muda,

peningkatan mutu juru penerangan dan penyuluh agama serta

usaha menyempurnakan metode dakwah yang serasi dengan kegiat-

an pembangunan pada umumnya serta sesuai dengan tingkat ke-

majuan dan kondisi masyarakat.

Dalam pada itu akan dilanjutkan kegiatan pemberian bantu-

an dan kemudahan bagi kegiatan lembaga-lembaga keagamaan da-

lam masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana kehidu-

pan beragama, sebagai pendorong untuk meningkatkan usaha swa-

daya masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan prasarana dan

sarana kehidupan beragama, terutama penyediaan berbagai kitab

suci dan pembangunan tempat peribadatan. Di samping itu juga

dilanjutkan usaha pembinaan tempat – tempat peribadatan sehing-

73

ga dapat berfungsi, baik sebagai pusat kegiatan peribadatan

maupun kegiatan kesejahteraan masyarakat.

Demikian pula akan ditingkatkan keahlian dan jumlah hakim

dan tenaga peradilan agama lainnya serta akan ditingkatkan

pula prasarana dan sarana Balai Sidang Agama.

Pembinaan keluarga sejahtera antara lain akan ditunjang

oleh pembangunan dan pengembangan Balai Nikah dan Penasehat

Perkawinan, peningkatan mutu tenaga pencatat nikah serta pe-

ningkatan fungsi Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian

Perceraian (BP.4).

Pembinaan zakat, waqaf, sadaqah serta ibadah sosial lain-

nya ditingkatkan sehingga dapat diarahkan pemanfaatannya ke-

pada kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang lebih produktif

dan meningkatkan kesejahteraan umum.

Begitu pula akan ditingkatkan pelayanan dan fasilitas

perjalanan haji agar pelaksanaan ibadah haji dapat berlang-

sung dengan mudah, tertib, aman dan memenuhi rukun dan syarat

ibadah haji. Di samping itu dilakukan pula upaya-upaya dalam

rangka menyempurnakan perjalanan umroh sehingga para jemaah

dapat makin lancar melaksanakan ibadahnya.

Pendidikan dan perguruan agama akan diselaraskan dengan

pendidikan umum dari tingkat dasar sampai dengan pendidikan

tinggi serta menciptakan suasana yang mendorong ke arah ber-

kembangnya pikiran-pikiran ilmiah dalam rangka mencapai tuju-

an pendidikan nasional.

Pendidikan tinggi agama ditingkatkan agar menghasilkan

tenaga ilmiah dan ahli di bidang agama yang mampu menterje-

mahkan ajaran - ajaran agama dalam kehidupan masyarakat Indone-

74

sia modern yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945.

Sesuai dengan GBHN titik berat pembangunan pendidikan di-

letakkan pada peningkatan mutu dan perluasan pendidikan dasar

dalam rangka mewujudkan dan memantapkan pelaksanaan wajib be-

lajar. Dalam Repelita IV jumlah murid tingkat sekolah dasar

(Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah) akan meningkat dari

28,9 juta pada tahun 1983/84 (termasuk di dalamnya 23,2 juta

murid usia 7 - 12 tahun) menjadi 29,4 juta pada tahun 1988/89

termasuk di dalamnya 26,0 juta murid berusia 7 - 12 tahun.

Hal ini berarti bahwa jumlah anak usia 7 - 12 tahun yang

dapat ditampung pada tingkat sekolah dasar akan meningkat

dari 97,2% pada akhir Repelita III (1983/84) menjadi 100%

pada akhir Repelita IV (1988/89), bahkan diharapkan sudah

dapat tercapai dalam tahun 1986/87. Dengan demikian wajib

belajar sudah dapat diwujudkan dan dimantapkan dalam Repelita

IV.

Sementara itu pendidikan menengah tingkat pertama (SMP

dan SMTP Kejuruan dan Teknologi) dan pendidikan menengah

tingkat atas (SMA, SMTA Kejuruan dan Teknologi serta SPG/SGO)

masing-masing diarahkan agar dapat menampung 77,8% lulusan SD

dan 84,4% lulusan SMTP pada akhir Repelita IV. Hal ini ber-

arti bahwa jumlah murid pendidikan menengah tingkat pertama

akan meningkat dengan 64% atau 3,0 juta murid, yaitu dari 4,7

juta pada tahun 1983/84 menjadi 7,7 juta pada tahun 1988/89,

sedangkan jumlah murid pendidikan menengah tingkat atas akan

meningkat dengan 76% atau 1,9 juta murid, yaitu dari 2,5 juta

pada tahun 1983/84 menjadi 4,4 juta pada tahun 1988/89.

Selanjutnya jumlah mahasiswa perguruan tinggi diperkira-

75

kan akan meningkat dengan sebesar 100,5% atau sejumlah 809,3

ribu mahasiswa, yaitu dari 805,2 ribu mahasiswa pada tahun

1983/84 menjadi 1.614,5 ribu pada tahun 1988/89. Dengan demi-

kian diusahakan bahwa penduduk usia 19-24 tahun yang dapat

ditampung pada pendidikan tinggi akan meningkat dari 5,1%

pada tahun 1983/84 menjadi 8,2% pada tahun 1988/89. Daya tam-

pung perguruan tinggi sebesar itu dimungkinkan dengan dimu-

lainya Universitas Terbuka pada tahun 1984/85 yang akan mem-

punyai 150 ribu mahasiswa pada tahun 1988/89.

Sesuai pula dengan pengarahan GBHN maka pada tingkat pen-

didikan menengah atas diberikan perhatian khusus pada pendi-

dikan kejuruan dan teknologi serta pada pendidikan keteram-

pilan profesional (program diploma, khususnya politeknik) di

tingkat pendidikan tinggi. Dalam Repelita IV khusus bagi SMTA

Kejuruan dan Teknologi jumlah murid akan meningkat dengan

100%, yaitu dari 551,7 ribu pada tahun 1983/84 menjadi

1.112,8 ribu pada tahun 1988/89. Sedangkan pada pendidikan

politeknik jumlah mahasiswa akan meningkat dengan lebih dari

200%, yaitu dari 6,6 ribu mahasiswa pada tahun 1983/84 menja-

di 20 ribu mahasiswa pada tahun 1988/89.

Usaha-usaha perluasan kesempatan belajar pada berbagai

tingkat dan jenis pendidikan tersebut di atas dilaksanakan

antara lain melalui pembangunan gedung-gedung sekolah dan pe-

nambahan ruang kelas beserta perlengkapan dan peralatan pen-

didikan, serta penyediaan guru dan tenaga pendidik lainnya.

Dalam hubungan ini kesejahteraan guru dan tenaga pendidik

akan ditingkatkan pula.

Untuk pemantapan wajib belajar dalam Repelita IV antara

lain akan dibangun sekitar 100 ribu ruang kelas baru berupa

76

gedung Sekolah Dasar dan tambahan ruang kelas pada sekolah

yang ada, rehabilitasi terhadap 108,5 ribu gedung sekolah dan

pembangunan 225 ribu rumah kepala sekolah dan perumahan guru.

Selanjutnya direncanakan pula pembangunan 3,5 ribu gedung

baru SMP dan 26,3 ribu ruang kelas baru. Bagi pendidikan

tingkat menengah atas direncanakan pembangunan 750 gedung

baru SMA dan 9,9 ribu tambahan ruang kelas. Bagi SMTA Kejuru-

an dan Teknologi, akan dikembangkan (rehabilitasi, perluasan

gedung sekolah dan penyediaan peralatan praktek) sekolah-se-

kolah yang ada, diantaranya 145 STM, 23 SMT Pertanian, 277

SMEA dan 115 SMTA Kejuruan dan Teknologi lainnya. Di samping

itu akan dilakukan pembangunan baru sejumlah SMTA Kejuruan

dan Teknologi, diantaranya 40 STM, 30 SMT Pertanian, 40 SMEA

dan 10 SMTA Kesenian dan Industri Kerajinan.

Dalam rangka menunjang program pengembangan koperasi akan

dihuka jurusan Manajemen Koperasi pada SMEA , di samping pem-

berian pelajaran manajemen koperasi pada SMTA Kejuruan dan

Teknologi lainnya.

Pembinaan SMTA Kejuruan dan Teknologi yang mencakup pen-

didikan menengah teknologi industri, teknologi pertanian,

ekonomi dan perdagangan serta teknologi kerumahtanggaan dan

kerajinan dalam Repelita IV diharapkan dapat menghasilkan se-

kitar 1 juta lulusan yang memenuhi persyaratan kerja. Selan-

jutnya pendidikan politeknik dikembangkan dari 7 politeknik

yang sudah ada menjadi sekitar 34 politeknik yang tersebar di

32 universitas/institut. Demikian pula dalam rangka penyedia-

an guru dan tenaga pendidik lainnya bagi berbagai tingkat dan

jenis pendidikan akan dikembangkan antara lain 207 SPG, dan

bantuan terhadap 352 SPG Swasta, yang keseluruhannya akan

menghasilkan sekitar 400 ribu guru SD. Sementara itu akan

77

ditingkatkan pendidikan tinggi di bidang kependidikan yang

diharapkan dapat menyediakan sebagian besar tenaga guru SMTP

dan SMTA sekitar 245,1 ribu tenaga. Untuk penyediaan guru

pada SMTA Kejuruan dan Teknologi akan ditingkatkan 3 buah

Fakultas Keguruan Teknik (FKT) di samping 2 buah yang sudah

dikembangkan dalam Repelita III.

Dalam pada itu usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan

dalam Repelita IV akan dilanjutkan terutama melalui penyem-

purnaan kurikulum, penyediaan buku pelajaran dan buku perpus-

takaan serta peralatan praktek dan laboratorium serta penata-

ran guru dan dosen.

Pembinaan mutu pendidikan dasar dilakukan antara lain me-

lalui penataran sekitar 1,9 juta guru serta penyediaan 96,0

juta buku pelajaran pokok dan 196,2 juta buku bacaan dan per-

pustakaan. Selanjutnya peningkatan mutu pendidikan menengah

pertama (khususnya SMP) dilakukan melalui pengadaan lebih

dari 93,2 juta buku pelajaran pokok, 24,7 juta buku pedoman

guru dan 55,2 juta buku perpustakaan di samping berbagai

alat-alat peraga, praktek keterampilan dan laboratorium,

serta penataran 92,8 ribu guru.

Demikian pula dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

menengah tingkat atas, bagi SMA antara lain akan disediakan

52,6 juta buku pelajaran, 24,0 juta buku perpustakaan serta

berbagai alat-alat peraga, praktek keterampilan dan laborato-

rium, di samping penataran 50,3 ribu guru SMA. Bagi SMTA Ke-

juruan dan Teknologi akan ditatar 16,0 ribu guru terutama

pada pusat-pusat penataran guru teknologi, kejuruan, dan per-

tanian, di samping penyediaan 3,5 juta buku pedoman guru dan

6,4 juta buku perpustakaan. Bagi SPG akan ditatar 28,0 ribu

78

guru melalui 28 Balai/Pusat Penataran Guru, dan akan disedia-

kan 11,6 juta buku pelajaran. Demikian pula akan dikembangkan

6 buah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) khususnya

dalam rangka penyediaan guru Sekolah Luar Biasa (SLB).

Selanjutnya dalam rangka pembinaan mutu pendidikan tinggi

akan terus ditingkatkan produktivitas, kreativitas, mutu, dan

efisiensi kerja, dengan memberikan prioritas pada bidang ilmu

keguruan, ilmu-ilmu dasar, teknologi, manajemen (termasuk ma-

najemen koperasi), kesehatan, ilmu-ilmu sosial, dan humanio-

ra. Lulusan perguruan tinggi dalam Repelita IV diperkirakan

berjumlah 513,8 ribu terdiri atas 253,3 ribu lulusan diploma

(termasuk lulusan politeknik) dan 260,5 ribu lulusan strata 1

(sarjana).

Dalam rangka memperluas pemerataan kesempatan pendidikan,

terutama bagi siswa dan mahasiswa yang berbakat dan berpres-

tasi yang mengalami hambatan ekonomi, akan disediakan lebih

dari 160 ribu beasiswa/ikatan dinas.

Selanjutnya perluasan dan peningkatan pendidikan masyara-

kat akan diusahakan menjangkau 17,0 juta warga masyarakat

yang terdiri dari 12,3 juta yang buta huruf dan 4,7 juta yang

melalui pendidikan luar sekolah guna memperoleh mata pencaha-

rian, antara lain melalui kelompok Kejar Usaha.

Dalam rangka memasyarakatkan olah raga dan mengolahraga-

kan masyarakat akan ditingkatkan berbagai kegiatan olah raga

baik yang menjangkau masyarakat luas maupun peningkatan pres-

tasi dalam berbagai cabang olah raga, serta penyediaan prasa-

rana dan sarana olah raga.

Pembinaan dan pengembangan generasi muda ditujukan untuk

mewujudkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan

79

nasional yang Pancasilais dan dilaksanakan melalui usaha-usa-

ha meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; mena-

namkan dan menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara;

mempertebal idealisme, semangat patriotisme dan harga diri;

memperkokoh kepribadian dan disiplin; mempertinggi budi pe-

kerti; memupuk kesegaran jasmani dan daya kreasi; mengembang-

kan kepemimpinan, ilmu, keterampilan dan kepeloporan serta

mendorong partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

di dalam pelaksanaan pembangunan nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam Repelita IV

akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang se-

bagai berikut. Dalam bidang kegiatan sosial akan diusahakan

pembinaan dan pengembangan Karang Taruna sebagai organisasi

sosial masyarakat yang berperan antara lain dalam pencegahan

kenakalan remaja, pembauran bangsa dan mempersiapkan generasi

muda sebagai kader penerus.

Dalam bidang agama pembinaan ketaqwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa akan dikembangkan melalui paket-paket pembinaan

keagamaan dan kehidupan beragama.

Dalam hidang pertanian pembinaan terhadap taruna tani dan

nelayan sebagai kader pembangunan akan lebih ditingkatkan me-

lalui pelbagai latihan dan kursus serta penyelenggaraan aneka

usaha tani.

Dalam hidang kesehatan akan dilakukan usaha untuk mewu-

judkan generasi muda yang sehat serta pengembangan partisipa-

si remaja dalam pembangunan kesehatan, baik di sekolah maupun

di luar sekolah.

Dalam hidang hukum akan dilakukan usaha pembinaan kesada-

ran hukum di kalangan generasi muda melalui paket-paket

pe-

80

nyuluhan hukum.

Di bidang transmigrasi pembinaan dan pengembangan genera-

si muda di daerah transmigrasi dilakukan dengan melatih ka-

der-kader generasi muda dengan pembentukan kepemimpinan pemu-

da dan beragam jenis keterampilan yang sesuai dengan bakat,

situasi, dan potensi alam yang diarahkan kepada pembentukan

usaha-usaha yang ekonomis produktif (wirausaha).

Di bidang koperasi akan dikembangkan usaha pembinaan ge-

nerasi muda yang ditujukan terutama pada peningkatan mutu ke-

tenagaan dan pengelolaan di samping teknik-teknik perkopera-

sian.

Di bidang ketenagakerjaan, dalam rangka usaha meningkat-

kan keterampilan para pemuda di pelbagai bidang kejuruan dan

untuk mendayagunakan kemampuan yang dimilikinya, kepada gene-

rasi muda yang belum bekerja atau berpendapatan rendah (di

luar Jawa dan Bali), dilaksanakan alih keterampilan dan pem-

berian latihan kepemimpinan serta kewiraswastaan.

Di bidang perindustrian akan diselenggarakan latihan-la-

tihan kelompok pemuda di bidang industri agar dihasilkan lu-

lusan yang bermutu, siap berwiraswasta, dan mampu membuka la-

pangan kerja atau mendapat pekerjaan.

Di bidang perdagangan akan dilakukan pembinaan kepada pe-

ngusaha-pengusaha muda, dalam upaya meningkatkan kemampuan

dan peranserta golongan ekonomi lemah sebagai calon pengu-

saha yang bergerak di bidang perdagangan.

Di bidang pendidikan dan kebudayaan akan diselenggarakan

kegiatan - kegiatan yang pada dasarnya merupakan proses dari

81

segenap usaha yang dilaksanakan dalam program pembinaan dan

pengembangan generasi muda.

Dalam rangka pembangunan kebudayaan nasional usaha pe-

ngembangan kepurbakalaan, kesejarahan dan permuseuman menca-

kup tujuan-tujuan pemeliharaan dan pemanfaatan warisan buda-

ya. Kegiatan tersebut akan dilakukan dengan jalan pemugaran,

pemeliharaan, pengamanan, penggalian, penelitian serta pe-

ngumpulan informasi pelbagai peninggalan sejarah dan purbaka-

la beserta situs-situsnya. Dalam Repelita IV diharapkan dapat

dipugar berbagai bangunan warisan budaya, baik yang tergolong

monumen mati maupun monumen hidup, yaitu yang berupa taman

purbakala, candi-candi, mesjid, gereja, rumah adat, benteng,

pura, puri/istana dan bangunan peninggalan sejarah lainnya.

Untuk mengembangkan kesenian akan dilakukan kegiatan-ke-

giatan antara lain pembinaan, pemeliharaan, penyebarluasan

dan pemanfaatan kesenian daerah, termasuk kesenian daerah

yang hampir punah. Peningkatan apresiasi dan daya kreativitas

akan dilakukan antara lain dengan pameran dan pementasan ke-

senian, pengiriman duta-duta seni, penyelenggaraan pekan seni

tingkat daerah dan nasional, sayembara dan perlombaan, cera-

mah seni, studi perbandingan serta penyuluhan. Di samping itu

kesenian daerah akan dikembangkan dan dihidupkan.

Usaha pengembangan kebahasaan dan kesastraan akan dise-

lenggarakan antara lain melalui pembinaan dan pengembangan

bahasa dan sastra Indonesia serta bahasa dan sastra daerah.

Selain itu akan dilanjutkan pula perekaman dan penyebaran

sastra lisan dan sastra kuno yang bersifat langka.

Pengembangan perpustakaan akan ditingkatkan melalui ker-

jasama dengan pemerintah daerah berupa pengembangan pembinaan

82

perpustakaan wilayah, perpustakaan umum, perpustakaan kabupa-

ten dan kecamatan, dan desa serta perpustakaan sekolah. Dalam

Repelita IV akan diadakan perintisan unit perpustakaan keli-

ling di tingkat Dati II dan diharapkan perpustakaan keliling

tersebut dapat menumbuhkan kegiatan perpustakaan desa lewat

LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa).

Sementara itu inventarisasi kebudayaan antara lain meli-

puti inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan daerah di 27

propinsi. Usaha peningkatan kesadaran bersejarah dan berbang-

sa akan dilaksanakan melalui penulisan sejarah lokal, penu-

lisan sejarah perlawanan terhadap kolonialisme, pemetaan se-

jarah nasional, serta penulisan biografi tokoh dan pahlawan

serta hasil pemikiran mereka.

Selain itu penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan

daerah dilaksanakan di 20 propinsi. Penelitian arkeologi yang

meliputi bidang prasejarah, arkeologi klasik, arkeologi

Islam, arkeometri, paleoanthropologi dan paleoekologi radio-

metri, diarahkan untuk menyusun pandangan dan teori baru serta

menjernihkan sejarah.

Usaha pembinaan terhadap penghayatan Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa akan dilanjutkan terutama melalui kegiat-

an inventarisasi, dokumentasi, dan penelaahan mengenai Keper-

cayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, dalam rangka

mempertinggi budi luhur akan dilakukan penyebarluasan infor-

masi melalui media televisi, radio dan media cetak lainnya.

Peningkatan pembangunan kesehatan ditujukan untuk pembe-

rantasan penyakit menular dan penyakit rakyat, peningkatan

keadaan gizi rakyat, peningkatan pengadaan air minum, pening-

katan kebersihan dan kesehatan lingkungan, perlindungan rak-

83

yat terhadap bahaya narkotika dan penggunaan obat, serta pe-

nyuluhan kesehatan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan kesehatan da-

lam Repelita IV akan diselenggarakan melalui lima karya kese-

hatan yaitu peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan; pe-

ngembangan tenaga kesehatan; pengendalian, pengadaan dan pe-

ngawasan obat, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan;

perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan; serta

peningkatan dan pemantapan manajemen dan peraturan perundang-

undangan di bidang kesehatan.

Adapun sasaran-sasaran pokok Repelita IV di bidang kese-

hatan adalah sebagai berikut :

Menurunkan angka kematian bayi umur 0 sampai 12 bulan da-

ri 90,3 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita III

menjadi 70 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita IV;

kematian anak balita (1 - 4 tahun) dari 17,8 per 1.000 anak

balita pada akhir Repelita III menjadi 14,0 per 1.000 anak

balita pada akhir Repelita IV.

Meningkatkan umur harapan hidup waktu lahir rata-rata

penduduk dari 56 tahun pada akhir Repelita III menjadi se-

kurang-kurangnya 59 tahun pada akhir Repelita IV.

Meningkatkan pencakupan imunisasi untuk anak-anak dibawah

umur 14 bulan dari 40% pada akhir Repelita III menjadi 65%

pada akhir Repelita IV.

Meningkatkan pencakupan pertolongan persalinan oleh te-

naga kesehatan terlatih dari 40% pada akhir Repelita III men-

jadi 55% pada akhir Repelita IV.

Meningkatkan pencakupan penyediaan air bersih untuk pen-

84

duduk pedesaan dan perkotaan masing-masing dari 32% dan 60 %

pada akhir Repelita III menjadi 55% dan 65% pada akhir Re-

pelita IV.

Meningkatkan pencakupan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

(UPGK) sehingga seluruh desa di Indonesia mampu menjalankan

sebagian atau semua kegiatan UPGK, seperti penimbangan bayi

dan anak Balita, penyuluhan gizi, pemberian paket pertolongan

gizi, pemanfaatan tanaman pekarangan dan sebagainya.

Meningkatkan produksi obat esensial oleh Pemerintah dari

sekitar 5% terhadap nilai yang beredar pada akhir Repelita

III menjadi 15% pada akhir Repelita IV, serta produksi bahan

baku obat esensial di dalam negeri dari sekitar 5% pada akhir

Repelita III menjadi juga 15% pada akhir Repelita IV.

Meningkatkan peningkatan sarana upaya kesehatan sehingga

pada akhir Repelita IV sarana kesehatan akan bertambah dengan

500 Puskesmas, 6.000 Puskesmas pembantu, 1.521 Puskesmas Ke-

liling, 168 Puskesmas Perawatan dan 83 Rumah Sakit Pemerintah

dan Swasta. Dengan demikian jumlah tempat tidur Rumah Sakit

dan Puskesmas Perawatan akan bertambah 15% dari 103.505 buah

pada akhir Repelita III menjadi 119.385 buah pada akhir Re-

pelita IV.

Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut jumlah tenaga

kesehatan akan ditingkatkan dari 162.129 orang pada akhir Re-

pelita III menjadi 283.897 orang pada akhir Repelita IV, ter-

masuk di dalamnya tambahan 691 dokter ahli dan 6.085 dokter

umum dan lebih dari 31.000 tenaga perawat kesehatan.

Di bidang kesejahteraan sosial akan dilakukan kegiatan-

kegiatan antara lain : peningkatan pembinaan potensi kese-

jahteraan sosial masyarakat desa, pengembangan swadaya masya-

85

rakat dalam bidang perumahan dan lingkungan, pembinaan masya-

rakat terasing, pengadaan dan pembinaan pekerja sosial masya-

rakat (PSM) dan pembinaan nilai-nilai kepahlawanan dan kepe-

rintisan kemerdekaan.

Kegiatan bantuan penyantunan dan pengentasan sosial akan

dilakukan dalam bentuk penyantunan para lanjut usia, pengen-

tasan anak-anak terlantar, penderita cacat, fakir miskin,

anak nakal dan korban narkotika serta bantuan korban bencana

alam dan pengentasan tuna sosial (yang meliputi gelandangan/

pengemis, tuna susila dan bekas nara pidana).

Pembinaan Karang Taruna akan lebih diarahkan pada upaya

memadukan kegiatannya dengan kegiatan pembinaan generasi

muda. Selanjutnya akan ditingkatkan jumlah Karang Taruna baru

dan mengembangkan Karang Taruna yang telah ada agar lebih

berperan dalam penanggulangan permasalahan kesejahteraan so-

sial pemuda di lingkungannya.

Dalam upaya meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan

nasional disegala bidang, ditempuh kebijaksanaan pokok antara

lain sebagai berikut : (1) meningkatkan dan mengembangkan pe-

ranan wanita sebagai ibu rumah tangga dalam mewujudkan ke-

luarga sehat dan sejahtera; (2) meningkatkan dan mengembang-

kan peranan wanita sebagai angkatan kerja melalui perluasan

kesempatan kerja di berbagai bidang pembangunan; (3) mening-

katkan dan mengembangkan secara lebih baik peranan wanita di

berbagai bidang pembangunan melalui usaha-usaha peningkatan

pendidikan dan keterampilan; (4) meningkatkan kemampuan dan

menumbuhkan iklim sosial budaya yang lebih memungkinkan wani-

ta berperanserta dalam pembangunan; dan (5) meningkatkan dan

mengembangkan peranan wanita di berbagai bidang pembangunan

86

dalam rangka ikut serta membangun kerangka landasan yang kuat

pada akhir Repelita IV bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat adil,

makmur dan sejahtera.

Peningkatan kesejahteraan keluarga dilaksanakan melalui

berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dan pera-

nan wanita dalam mengembangkan kehidupan keluarga sehat dan

sejahtera, termasuk pembinaan generasi muda, remaja dan anak-

anak Balita. Untuk itu pengetahuan dan keterampilan wanita

meliputi masalah kesehatan dan sosial termasuk keluarga be-

rencana dan kesehatan mental, kebersihan lingkungan, perbai-

kan gizi, dan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita me-

nuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2W-KSS) yang telah terpa-

du di 27 propinsi akan lebih ditingkatkan dan dikembangkan.

Selain itu akan ditingkatkan kegiatan bina keluarga dan

Balita yang dimaksudkan untuk memperdalam keterampilan dan

pengetahuan para ibu dan anggota keluarga lainnya dalam me-

laksanakan fungsi tersebut. Kegiatan-kegiatan akan diperluas

sehingga menjangkau 27 propinsi. Pada akhir Repelita IV diha-

rapkan kegiatan ini sudah dapat dilaksanakan secara swadaya

di semua propinsi.

Di samping itu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk menun-

jang berhasilnya program nasional Keluarga Berencana terutama

dalam usaha lebih mengikutsertakan 70% dari wanita dalam ke-

lompok umur 10 - 49 tahun dengan status menikah, untuk ber-

partisipasi.

Dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat

dan sejahtera serta peranserta masyarakat, bagi wanita yang

merangkap tugas ganda sebagai ibu rumah tangga dan pekerja,

87

maka perusahaan tempat bekerja di dorong untuk menyediakan

fasilitas penitipan anak dan fasilitas pelayanan keluarga

berencana.

Dalam rangka meningkatkan peranserta wanita dalam pem-

bangunan, akan makin dikembangkan kegiatan-kegiatan wanita.

Dalam rangka ini maka peranan dan kemampuan PKK akan terus

ditingkatkan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan keluarga.

Dengan demikian kegiatan PKK akan diarahkan untuk dapat mewu-

judkan peranannya sebagai usaha pembangunan masyarakat dari

bawah yang digerakkan oleh wanita sendiri. Kegiatan-kegiatan

PKK akan ditujukan juga untuk mengembangkan sikap mental,

pola berpikir dan cara bertindak terutama bagi kaum wanita,

yang mendorong tercapainya usaha pembangunan, khususnya ter-

wujudnya keluarga sejahtera. Pemanfaatan organisasi PKK di

industri-industri kecil akan ditingkatkan guna memberikan ke-

terampilam pengrajin wanita dan motivator wanita dalam bidang

industri.

Dalam sektor perdagangan diselenggarakan berbagai penyu-

luhan dan konsultasi teknis untuk para wanita pengusaha, demi

peningkatan kemampuan kewiraswastaan serta meningkatkan daya

saingnya.

Diharapkan bahwa dalam kurun waktu Repelita IV tingkat

buta huruf di kalangan wanita khususnya yang berumur 10 tahun

ke atas terutama di pedesaan, dapat dikurangi setidak-tidak-

nya dengan 50% dibandingkan dengan keadaan tahun 1980.

Dalam rangka pendidikan untuk peningkatan mata pencaha-

rian melalui proyek Kejar Usaha dalam Repelita IV antara lain

akan dilanjutkan kegiatan Kejar Usaha di tingkat pedesaan di

27 propinsi, termasuk Kejar di perusahaan-perusahaan.

88

Kualitas dan kuantitas program PKK termasuk kewiraswasta-

an akan lebih dikembangkan. Untuk itu akan diperbanyak dan

ditingkatkan jumlah dan kemampuan kader wanita untuk pemba-

ngunan desa. Sedangkan di bidang pertanian, direncanakan akan

dilanjutkan latihan kelompok wanita tani dan kelompok wanita

nelayan di 27 propinsi dan tingkat kabupaten/kotamadya.

Kebijaksanaan kependudukan dan keluarga berencana merupa-

kan bagian yang sangat penting dari pembangunan nasional. Ma-

salah-masalah pokok di bidang ini bersumber pada jumlah pen-

duduk yang besar, pertumbuhan yang tinggi, penyebaran yang

tidak merata, struktur umur yang kurang seimbang dan kualitas

penduduk yang perlu ditingkatkan. Penyebab utama dari pada

besarnya jumlah penduduk adalah karena masih tingginya angka

pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menun-

tut pemenuhan tambahan kebutuhan dasar khususnya di bidang-

bidang pangan, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, peruma-

han dan lain sebagainya.

Segi lain dari masalah kependudukan adalah kenyataan bah-

wa sebagian besar penduduk berada di pulau Jawa yang merupa-

kan sebagian kecil wilayah Indonesia. Tidak meratanya penye-

baran penduduk tersebut menimbulkan hambatan-hambatan di da-

lam pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebarannya yang

kurang seimbang mempersulit usaha untuk meningkatkan mutu

sumber daya manusia dan kualitas hidup penduduk.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan struktur

umur penduduk Indonesia kurang seimbang yakni sebagian besar

terdiri dari penduduk berusia muda. Besarnya kelompok usia

muda tersebut mengakibatkan besarnya jumlah tenaga kerja mu-

89

da. Tenaga kerja muda yang memasuki pasar kerja pada umumnya

mempunyai pendidikan dan pengalaman masih terbatas, sehingga

produktivitas kerja mereka rendah, dan selanjutnya mengaki-

batkan pendapatan yang rendah pula.

Salah satu kegiatan utama dalam usaha pembangunan kepen-

dudukan adalah program keluarga berencana yang telah dilak-

sanakan sejak Repelita I. Program keluarga berencana bertu-

juan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta me-

wujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Usaha lang-

sung program keluarga berencana dalam mengendalikan kelahiran

dilaksanakan melalui penggunaan alat kontrasepsi yang berke-

lanjutan.

Dalam Repelita I akseptor baru secara kumulatif adalah 4

juta, dalam Repelita II berjumlah 8,8 juta, dan dalam Repeli-

ta III sekitar 14,6 juta. Dengan demikian selama tiga Repeli-

ta, jumlah akseptor baru secara kumulatif adalah 27,4 juta

orang. Dari jumlah tersebut sekitar 19,5 juta merupakan ak-

septor lestari. Jumlah akseptor lestari dalam Repelita I ada-

lah 1,7 juta, Repelita II 5,5 juta dan Repelita III sekitar

12,3 juta orang. Dalam Repelita III diperkirakan dapat di ce-

gah 13,9 juta kelahiran.

Dalam Repelita IV akan dilaksanakan kebijaksanaan dan

langkah-langkah di bidang kependudukan dan keluarga berencana

yang terpadu dan menyeluruh sebagai berikut :

Pertama, mengusahakan kebijaksanaan dan langkah-langkah

yang menyeluruh dan terpadu antara berbagai bidang pembangu-

nan untuk menanggulangi akibat perkembangan penduduk.

Kedua, mengusahakan kebijaksanaan dan langkah-langkah ke-

pendudukan untuk mempengaruhi dan mengendalikan kelahiran,

90

menurunkan tingkat kematian terutama tingkat kematian anak-

anak, memperpanjang harapan hidup, mengusahakan penyebaran

penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang serta mening-

katkan kualitas hidup.

Ketiga, meningkatkan pengetahuan mengenai pengaruh timbal

balik antara kependudukan dan pembangunan dalam rangka me-

ningkatkan pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan yang menye-

luruh dan terpadu.

Pada tahun 1983 penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah

158,1 juta dan akan meningkat, menjadi 175,6 juta orang pada

tahun 1988. Perkiraan tersebut didasarkan pada anggapan apa-

bila program keluarga berencana berhasil menurunkan tingkat

kelahiran rata-rata 2,0% per tahun, sehingga laju pertumbuhan

penduduk dalam Repelita IV turun menjadi sekitar 2% per tahun

dari 2,3% per tahun selama Repelita III.

Jumlah peserta keluarga berencana baru, yang diperkirakan

dapat dicapai dalam Repelita IV adalah sekitar 24,8 juta. Pe-

rincian peserta baru per pulau adalah sebagai berikut: Sumatera

3,2 juta, Jawa 17,8 juta, Nusa Tenggara 1,4 juta, Kali-

mantan 0,7 juta, Sulawesi 1,3 juta, Maluku dan Irian Jaya 0,3

juta. Dalam pada itu, jumlah peserta keluarga berencana les-

tari selama Repelita IV diperkirakan mencapai 17,2 juta de-

ngan perincian per pulau Sumatera 2,8 juta, Jawa 12,0 juta,

Nusa Tenggara 0,8 juta, Kalimantan 0,6 juta, Sulawesi 0,9 ju-

ta serta Maluku dan Irian Jaya 0,1 juta.

Untuk mendukung sasaran-sasaran program kependudukan dan

keluarga berencana dalam Repelita IV akan ditingkatkan kegia-

tan di bidang-bidang penerangan dan motivasi, pendidikan dan

latihan, pelayanan keluarga berencana, perlengkapan dan per-

91

bekalan, pelaporan dan dokumentasi, serta penelitian dan pe-

nilaian. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup

penduduk ditingkatkan usaha-usaha pembangunan di bidang kese-

hatan, pangan dan gizi, pendidikan, perumahan, industri, per-

tanian dan lain-lain.

Di bidang penerangan dan motivasi akan ditingkatkan ke-

giatan untuk memperluas pengetahuan, sikap dan praktek kelu-

arga berencana sehingga tercapai penambahan peserta baru se-

banyak mungkin. Sedangkan di bidang pendidikan dan latihan

akan di didik dan di latih sekitar 175.300 tenaga keluarga be-

rencana termasuk tenaga sukarela yang meliputi dokter, bidan,

pembantu bidan, tenaga lapangan, dan lain-lain. Disamping itu

direncanakan pula untuk mendidik dan melatih ulang sejumlah

43.100 tenaga keluarga berencana. Kegiatan di bidang pelaya-

nan keluarga berencana akan ditingkatkan sehingga mencakup

daerah-daerah pedesaan dan pemukiman baru. Dalam hubungan

ini jumlah klinik keluarga berencana akan ditingkatkan dari

7.505 pada tahun pertama menjadi 10.000 pada tahun terakhir

Repelita IV. Sedangkan jumlah Rumah Sakit yang memberi pela-

yanan keluarga berencana ditingkatkan dari 465 pada tahun

pertama menjadi 685 pada tahun terakhir Repelita IV. Di bi-

dang perlengkapan dan perbekalan akan ditingkatkan penyediaan

sarana, fasilitas dan perbekalan dalam jenis dan mutu yang

baik serta benar-benar tersedia pada waktu dan lokasi yang

tepat.

Dalam rangka pembangunan perumahan rakyat akan ditingkat-

kan mutu perumahan desa melalui pemugaran perumahan desa pada

sekitar 10.000 lokasi desa yang akan dilakukan secara terpadu

dan terkoordinasi. Selanjutnya akan dilaksanakan pula perin-

tisan perbaikan lingkungan perumahan kot yang mencakup seki-

92

tar 400 kota dengan luas keseluruhan sekitar 15 ribu Ha. Kam-

pung yang diperbaiki mencakup kurang lebih 3 juta penduduk.

Di samping itu di daerah perkotaan akan dilakukan pula pemba-

ngunan perumahan rakyat dengan sasaran sekitar 300 ribu unit

rumah, yang terbagi atas 140 ribu unit rumah yang dibangun oleh

PERUM PERUMNAS dan sekitar 160 ribu unit rumah yang di-

bangun oleh usaha swasta dengan bantuan kredit pemilikan ru-

mah oleh Bank Tabungan Negara, Koperasi dan organisasi-orga-

nisasi lainnya yang bergerak di bidang perumahan.

Dalam hal penyediaan air bersih akan dilakukan perluasan

pelayanan air bersih terutama untuk golongan masyarakat ber-

penghasilan rendah yang mencakup usaha pemanfaatan kapasitas

produksi air bersih yang telah ada disekitar 350 kota dan 600

IKK (Ibukota Kecamatan). Selain itu akan dilaksanakan pula

pengadaan/peningkatan air bersih bagi sekitar 150 kota kecil

lainnya dan 1.800 ibu kota kecamatan yang belum memiliki pe-

nyediaan/pelayanan air bersih. Sistem pengelolaan penyediaan

air bersih akan terus ditingkatkan baik melalui pembinaan ke-

terampilan teknis dan administrasi maupun melalui berbagai

usaha pengelolaan air bersih.

Untuk penyehatan lingkungan pemukiman akan dilaksanakan

perintisan pembangunan sistem makro saluran air hujan untuk

10 kota besar dan metropolitan. Di samping itu akan dilakukan

pula perintisan sistem pembuangan sampah dengan prioritas pa-

da kota-kota yang telah mendapatkan perbaikan lingkungan pe-

rumahan kota sebelumnya. Sementara itu akan dikembangkan pula

penanganan sistem pembuangan air kotor pada 10 kota besar la-

innya.

Pembangunan di bidang penerangan, pers, dan komunikasi

93

sosial ditujukan ke arah peningkatan kegairahan partisipasi

rakyat dalam pembangunan. Untuk itu akan lebih ditingkatkan

efektivitas lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti LKMD,

kelompok siaran pedesaan, kelompok sosiodrama, pers, dan

lain-lain, dengan memanfaatkan pula radio dan televisi umum.

Dengan pengembangan kegiatan komunikasi timbal balik, arus

informasi bukan saja mengalir dari atas ke bawah tetapi juga

dari bawah ke atas dalam bentuk umpan balik.

Disamping itu akan lebih ditingkatkan kesadaran masyara-

kat akan modal dasar bangsa dan faktor-faktor dominan bangsa,

serta kepercayaan dan keyakinan bangsa akan kebenaran falsafah

Pancasila, yang merupakan sikap mental yang dapat membawa

Bangsa Indonesia menuju cita-citanya. Kesadaran politik bang-

sa ditunjang pengembangannya oleh berbagai kegiatan penerang-

an, antara lain tentang Wawasan Nusantara, yaitu bahwa Bangsa

Indonesia memiliki satu kesatuan politik, satu kesatuan sosi-

al budaya, satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan pertahanan

dan keamanan. Dalam hubungan ini kebijaksanaan di bidang pe-

nerangan dan komunikasi sosial diarahkan untuk pemerataan in-

formasi sampai ke desa-desa dengan memanfaatkan sarana pene-

rangan dan komunikasi massa yang ada seperti radio, televisi,

film, Koran Masuk Desa (KMD) dan media massa lainnya, disam-

ping penerangan tatap muka.

Dalam rangka pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan

penelitian, maka daya guna dari lembaga-lembaga dan sarana

penelitian serta partisipasi oleh para peneliti akan diting-

katkan demi peningkatan kemampuannya dalam ikut memecahkan

masalah-masalah pembangunan yang mendesak. Hal ini dilakukan

dengan meningkatkan kemampuan untuk mengadakan penelitian

de-

94

ngan pendekatan interdisipliner, terpadu dan operasional. Sa-

rana-sarana yang menunjang seperti jaringan informasi dan

kepustakaan serta kearsipan dan perstatistikan akan diting-

katkan kemampuannya, terutama dalam memberikan pelayanan ke-

pada masyarakat ilmu pengetahuan maupun masyarakat di luar-

nya, demi peningkatan pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan

pembangunan.

Peningkatan efisiensi serta pemanfaatan teknologi yang

tepat guna, termasuk teknologi tradisional, dilakukan dengan

meneliti secara saksama teknologi yang akan dipilih, sehingga

dapat menunjang usaha peningkatan produksi, perluasan kesem-

patan kerja dan pemerataan pendapatan, serta pemeliharaan ke-

lestarian sumber alam dan lingkungan hidup.

Dalam kaitan ini dalam Repelita IV akan ditingkatkan pe-

ngembangan dan pemanfaatan hasil-hasil yang telah dicapai an-

tara lain dalam bidang industri dengan pengembangan prototip

teknologi untuk memungkinkan perluasan kesempatan kerja.

Demikian pula penelitian ditujukan untuk menunjang peningkat-

an laju pembangunan daerah-daerah, peningkatan produksi pa-

ngan dan pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan kemampuan go-

longan ekonomi lemah, koperasi, masalah kependudukan, pemi-

likan dan penggunaan tanah, transmigrasi dan perumahan, usaha

untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dan gizi kepada

rakyat, pembinaan hukum dan ketertiban masyarakat, kelestari-

an lingkungan hidup, masalah urbanisasi dan berbagai masalah

pembangunan lainnya.

Penunjang penting dari pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi terutama dalam bidang pengembangan sosial ekonomi

ialah perstatistikan yang diperlukan dalam perumusan kebijak-

I

95

sanaan pembangunan, perumusan perencanaan dan pengamatan pro-

ses pembangunan itu sendiri. Karena itu dalam Repelita IV

akan terus dikembangkan sistem pendataan dan sistem pemanfa-

atan tukar-menukar informasi yang mengarah pada sistem per-

statistikan nasional terpadu yang mampu menyediakan informa-

si yang cermat, tepat guna dan tepat waktu untuk menunjang

pembangunan nasional.

Pembangunan di bidang hukum dalam Repelita IV mencakup

antara lain pembinaan hukum dalam rangka pembaharuan hukum,

penegakan hukum dan pembinaan peradilan, pembinaan pemasya-

rakatan, pelayanan jasa hukum dan keimigrasian, bantuan hukum

dan penyuluhan hukum, serta pendidikan dan latihan tenaga

hukum.

Dalam rangka pembinaan hukum nasional kegiatan perancang-

an perundang-undangan akan memberikan prioritas khususnya ke-

pada bidang-bidang hukum yang memantapkan dan/atau mengaman-

kan hasil-hasil pembangunan di berbagai bidang serta mengisi

kerangka landasan dan asas-asas tata hukum nasional.

Demikian pula akan dilanjutkan berbagai kegiatan yang

pada dasarnya merupakan penunjang bagi usaha pembinaan pera-

dilan, antara lain pembangunan, rehabilitasi, dan perluasan

gedung-gedung Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahka-

mah Agung. Untuk memperluas jangkauan pelayanan peradilan

akan dilakukan pembangunan tempat-tempat sidang dalam rangka

pelaksanaan tugas hakim keliling khususnya di kota-kota ke-

ci1, sehingga dapat mempercepat penyelesaian perkara secara

terbuka di tempat sengketa terjadi. Usaha-usaha tersebut di-

maksudkan agar dapat meningkatkan produktivitas pengadilan

dalam rangka mempercepat proses penyelesaian perkara, khusus-

96

nya untuk mengatasi tumpukan perkara yang harus segera dipu-

tuskan tanpa mengurangi mutu keputusan yang adil.

Dalam rangka penegakan hukum akan ditingkatkan kegiatan

operasi yustisi untuk mengamankan hasil-hasil pembangunan.

Untuk itu akan ditingkatkan usaha penindakan terhadap berba-

gai bentuk penyelewengan yang mengganggu dan menghambat pe-

laksanaan pembangunan, terutama tindakan-tindakan yang dapat

mempengaruhi penerimaan keuangan Negara. Untuk menunjang usa-

ha-usaha tersebut akan dilanjutkan baik pembangunan/rehabili-

tasi/perluasan kantor-kantor Kejaksaan maupun kantor-kantor/-

pos-pos dan asrama tahanan Imigrasi.

Pembinaan pemasyarakatan akan ditingkatkan antara lain

dengan mengembangkan usaha-usaha unit produksi (kerajinan,

perbengkelan dan pertanian) pada lembaga pemasyarakatan yang

dapat dijadikan sarana pendidikan/latihan keterampilan dalam

rangka pembinaan narapidana. Pembinaan anak-anak yang melang-

gar hukum akan lebih ditingkatkan dan disempurnakan baik di

dalam maupun di luar lembaga, berupa kegiatan-kegiatan pendi-

dikan umum, pembinaan keterampilan, bimbingan sosial, pera-

watan dan pelayanan kesehatan, rekreasi/olahraga, keamanan

dan ketertiban.

Untuk menunjang pembinaan pemasyarakatan akan diusahakan

penyelesaian/rehabilitasi gedung lembaga pemasyarakatan dan

pembangunan gedung Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan

Anak serta penyediaan kendaraan tahanan/narapidana dan pera-

latan keamanan. Di samping itu dalam rangka pelaksanaan Un-

dang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana di-

perlukan penyesuaian sejumlah Lembaga Pemasyarakatan menjadi

Rumah Tahanan Negara (RUTAN).

97

Demikian pula akan ditingkatkan pelayanan berbagai jasa

hukum meliputi pemberian kewarganegaraan, perizinan dan pe-

ngesahan badan hukum, pendaftaran merk, patent, hak cipta,

serta pelayanan lain-lain kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Dalam hubungan ini akan terus dilanjutkan penyederhanaan dan

penyempurnaan prosedur, mendekatkan pelayanan kepada ma-

syarakat, dengan mengusahakan desentralisasi pelayanan jasa

hukum dan meningkatkan sarana, kemampuan dan keterampilan

aparat serta pengawasannya.

Pelayanan jasa hukum di bidang keimigrasian akan diting-

katkan dengan memberikan kemudahan bagi orang asing yang ma-

suk dan keluar Indonesia, terutama yang melalui pelabuhan

udara internasional.

Kegiatan penyuluhan hukum akan dilakukan secara lebih

terpadu dan merata, dengan menyiapkan tenaga-tenaga penyuluh

hukum yang memiliki pengetahuan hukum dan peraturan perun-

dang-undangan sesuai dengan makna yang dikehendaki oleh pem-

buat undang-undang dan program penyuluhan hukum, serta mempu-

nyai kemampuan untuk berkomunikasi.

Perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaan penyuluhan hukum

dilakukan secara lebih terpadu agar merata dan menjangkau la-

pisan/golongan masyarakat yang lebih luas. Kegiatan bantuan

dan konsultasi hukum baik dalam perkara perdata maupun pida-

na, dilakukan secara lebih terpadu bersama kegiatan penyuluh-

an hukum. Dalam hubungan ini, biro-biro bantuan hukum fakul-

tas hukum universitas Negeri dan Swasta akan diikut sertakan

dalam kegiatan konsultasi dan/atau bantuan hukum.

Pendidikan dan latihan tenaga hukum akan lebih disempur-

nakan untuk dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan

98

para pembina, penegak dan pelaksana serta penyuluh hukum,

sekaligus membina sikap dan perilaku mereka serta kepekaan

terhadap perkembangan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Selanjutnya akan makin ditingkatkan pembinaan terhadap

lembaga penasehat hukum/pengacara sehingga benar-benar men-

jadi lembaga yang memiliki profesi yang tangguh, mandiri dan

berdisiplin, serta memiliki dan mentaati kode etik profesi

yang makin mantap.

Dalam pada itu keadaan pertahanan dan keamanan yang man-

tap adalah prasyarat bagi keberhasilan serta kelangsungan

pembangunan. Oleh karena itu pembangunan bidang pertahanan

keamanan adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan

nasional.

Pembangunan bidang pertahanan keamanan ditujukan untuk

membangun kemampuan bangsa dalam rangka menghadapi segala ma-

cam ancaman dan gangguan baik dari luar maupun dari dalam ne-

geri. Di samping itu pembangunan bidang pertahanan keamanan

juga ditujukan untuk membangun kemampuan bangsa dalam rangka

mendukung pelaksanaan, mengamankan hasil-hasil serta menjamin

kelanjutan pembangunan nasional.

Pembangunan bidang pertahanan dan keamanan sebagai bagian

integral daripada pembangunan nasional dilaksanakan secara

bertahap dan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan bangsa

dan negara. Setiap investasi diusahakan dapat menunjukkan ke-

manfaatan yang nyata dan waktu kegunaan yang cukup panjang

dan bila mungkin diusahakan kegunaan tambahan.

Prinsip ekonomi tetap dipegang teguh dalam setiap upaya

penyelenggaraan pertahanan keamanan negara. Di samping itu

efektivitas untuk menghadapi keadaan darurat harus tetap ter-

99

jamin. Dalam keadaan aman dan damai dipelihara kekuatan per-

tahanan keamanan yang relatif kecil dengan mutu dan mobilitas

tinggi serta mampu digerakkan dalam batasan waktu yang rela-

tif singkat menuju sasaran-sasaran yang ditentukan dan yang

dalam keadaan darurat dapat dikembangkan dengan cepat. Kemam-

puan pengembangan kekuatan ini akan didukung oleh suatu sis-

tem cadangan, yang mencakup kekuatan lapangan beserta segenap

unsur, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mendu-

kungnya.

Pertahanan keamanan negara diselenggarakan melalui upaya

pertahanan dan upaya keamanan untuk menjamin tetap tegaknya

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 dan melindungi bangsa dan negara

terhadap setiap ancaman baik dari luar maupun dari dalam ne-

geri.

Hakikat pertahanan keamanan negara adalah perlawanan rak-

yat semesta yang dilaksanakan berdasarkan sistem pertahanan

keamanan rakyat semesta, yang mencakup keseluruhan daya mampu

bangsa dan negara yang disusun, disiapkan dan digerakkan se-

cara terpadu dan terpimpin dalam suatu perlawanan bersenjata

maupun bentuk perlawanan lainnya yang didasarkan pada keyaki-

nan akan kekuatan sendiri dan tidak mengenal menyerah. Untuk

itu ideologi Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsa serta ha-

kekat kemanunggalan ABRI dengan rakyat harus tertanam dengan

teguh dalam alam pikiran sehingga mewujudkan kekuatan perta-

hanan keamanan yang ampuh dengan ketahanan mental yang tang-

guh.

Pembinaan kemampuan penyelenggaraan pertahanan keamanan

negara diusahakan dengan jalan lebih meningkatkan kemampuan

100

kekuatan-kekuatan di darat, laut dan udara, kemampuan mene-

gakkan ketertiban, perlindungan dan penyelamatan masyarakat

serta unsur-unsur kemampuan lainnya, sehingga ABRI dan kompo-

nen pertahanan keamanan lainnya mampu melaksanakan tugas-tu-

gas pertahanan keamanan negara sesuai dengan kebutuhan dan

tantangan yang dihadapi oleh negara dan bangsa.

Pembinaan keamanan umum dan ketenteraman masyarakat ditu-

jukan kepada usaha untuk mengembangkan sistem keamanan umum

dan ketenteraman masyarakat yang bersifat swakarya, swadaya

dan swasembada, dengan berintikan alat negara sebagai penegak

hukum yang mahir, terampil dan berwibawa. Dalam hal ini lebih

diutamakan usaha-usaha pencegahan dan penangkalan, sedangkan

pembinaan kesadaran masyarakat terhadap keamanan umum dan ke-

tertiban masyarakat terus ditingkatkan. Untuk itu kemampuan

POLRI akan terus ditingkatkan.

Dalam rangka pendayagunaan aparatur pemerintah disadari

bahwa aparatur Pemerintah memegang peranan penting dalam pem-

bangunan nasional karena peranannya sebagai pelaksana dan pe-

ngemban tugas pembangunan. Dalam kaitan ini usaha pendayagu-

naan aparatur Pemerintah ditujukan pada peningkatan pengabdi-

an dan kesetiaan aparatur Pemerintah sebagai abdi negara dan

abdi masyarakat kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Usaha pendayagunaan aparatur Pemerintah pada hakekatnya

adalah tugas segenap aparatur Pemerintah. Kegiatan pendayagu-

naan itu sendiri mencakup usaha pembinaan, penyempurnaan dan

penertiban aparatur Pemerintah baik di tingkat pusat maupun

daerah, termasuk perusahaan-perusahaan milik negara dan milik

daerah sebagai aparatur perekonomian negara. Usaha tersebut

101

dilakukan secara terus menerus, agar aparatur Pemerintah mam-

pu menjadi alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa,

sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas umum Pemerintah mau-

pun untuk menggerakkan pembangunan secara lancar, dengan di-

landasi semangat dan sikap pengabdian terhadap masyarakat.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut akan dilanjutkan

dan makin ditingkatkan kebijaksanaan dan langkah-langkah da-

lam rangka pendayagunaan aparatur Pemerintah meliputi penda-

yagunaan kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan, aparatur

perekonomian negara, administrasi perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan, serta penelitian dan pengembangan sistem admi-

nistrasi pembangunan. Demikian pula ditingkatkan usaha dalam

menanggulangi masalah-masalah korupsi, penyalahgunaan wewe-

nang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara,

pemungutan-pemungutan liar serta berbagai bentuk penyelewe-

ngan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan. Untuk

itu akan ditingkatkan pengawasan dan langkah-langkah penin-

dakan.

Di samping itu akan lebih ditingkatkan hubungan fungsio-

nal yang makin mantap dengan lembaga-lembaga perwakilan rak-

yat, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dalam

rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di

seluruh pelosok tanah air dan dalam rangka membina kesatuan

bangsa, maka hubungan kerja yang serasi antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah terus dikembangkan atas dasar

keutuhan negara kesatuan.

Untuk makin memperlancar tugas-tugas pemerintahan dan

menyerasikan usaha-usaha pembangunan di daerah akan diting-

katkan kemampuan dan kerjasama aparatur Pemerintah yang ada

102

di daerah, baik aparatur pusat maupun aparatur daerah. Demi-

kian pula usaha-usaha akan dilanjutkan dan lebih ditingkatkan

untuk memperkuat pemerintahan desa agar makin mampu mengge-

rakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan ser-

ta menyelenggarakan administrasi desa yang makin meluas dan

efektif.

Pokok-pokok kebijaksanaan dan program-program untuk men-

capai tujuan dan sasaran-sasaran Repelita IV sebagaimana diu-

raikan diatas merupakan Panca Krida Kabinet Pembangunan IV,

yakni : (1) Meningkatkan Trilogi Pembangunan yang didukung

oleh Ketahanan Nasional; (2) Meningkatnya pendayagunaan Apa-

ratur Negara menuju terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan

berwibawa; (3) Meningkatnya pemasyarakatan ideologi Pancasila

dalam mengembangkan Demokrasi Pancasila dan P4 dalam rangka

memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa; (4) Pelaksanaan

politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasio-

nal dan (5) Terlaksananya Pemilihan Umum yang langsung, umum,

bebas dan rahasia dalam tahun 1987.

Demikianlah secara garis besar tujuan dan sasaran-sasaran

pokok Repelita IV. Dengan makin meningkat dan meluasnya pem-

bangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, akan makin

meningkat dan merata pula kesejahteraan rakyat. Diharapkan

dalam Repelita IV akan terwujud kerangka landasan bagi bangsa

Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri.

Hal ini akan makin meningkatkan kemampuan rakyat untuk memba-

ngun serta makin memperbesar kesadaran rakyat akan arti dan

manfaat pembangunan, sehingga memperkuat tekad seluruh rakyat

untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya cita-cita kemer-

dekaan ialah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

103