b30 Status Gizi Balita Mgrs

21
STATUS GIZI BALITA OLEH : Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010

Transcript of b30 Status Gizi Balita Mgrs

Page 1: b30 Status Gizi Balita Mgrs

STATUS GIZI BALITA

OLEH :

Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU GIZIFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2010

Page 2: b30 Status Gizi Balita Mgrs

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i

SURAT KETERANGAN................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………........................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Status Gizi Balita................................................................ 3

B. Penentuan Status Gizi Balita ............................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: b30 Status Gizi Balita Mgrs

PENDAHULUAN

Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana

memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya.

Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya

baik, serta proses pertumbuhan tidak terhambat, karena dari segi umur balita yang

bertumbuh dan berkembang dan golongan paling rawan KEP.

Sesuai dengan tahap perkembangan di usia balita, anak mulai ingin

mandiri. Dalam hal makanan pun anak balita bersifat sebagai konsumen aktif.

Artinya mereka dapat memilih dan menentukan sendiri makanan yang ingin

dikonsumsi. Banyak dijumpai anak-anak yang terlalu kurus dan gemuk. Sekitar

14% anak balita di Indonesia kurus (sekitar 6% diantaranya sangat kurus) dan

sekitar 12% gemuk. Ini merupakan masalh gizi yang harus mendapat perhatian

keluarga (Kurniasih, 2010).

Aktivitas bermain sebagai cara mengenal dunia sekitar dan

mengembangkan seluruh potensinya membuat anak menunda waktu makannya.

Usia balita yang rawan terhadap masalah dan status gizi karena masa

pertumbuhan dan perkembangan di usia ini menentukan perkembangan fisik dan

mental anak di usia remaja dan ketika dewasa. Selain itu masalah pola makan

yang sering terjadi pada anak balita seperti pilih-pilih makanan, tidak suka

sayuran dan menyukai ‘junk food’ akan semakin mempengaruhi status gizi balita

tersebut.

Dampak perubahan kesehatan rumah tangga akan semakin besar terhadap

status gizi balita jika balita memiliki berat badan diatas rata-rata. Sedangkan

dampak asupan gizi terhadap status gizi balita bergantung pada tingkat

pengeluaran makanan rumah tangga. Selain itu, pendidikan ibu berpengaruh

signifikan terhadap status gizi balita, terutama di daerah perkotaan (Hidayat,

2005).

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh

cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara

umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi adalah ukuran keberhasilan

Page 4: b30 Status Gizi Balita Mgrs

dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang indikasikan oleh tinggi badan dan berat

badan (Almatsier, 2003).

Page 5: b30 Status Gizi Balita Mgrs

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan

kebutuhan zat gizi. Status gizi baik bila jumlah asupan zat gizi sesuai

dengan yang dibutuhkan. Status gizi tidak seimbang dapat diprestasikan

dalam bentuk gizi kurang dari yang dibutuhkan. Sedangkan status gizi

lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan. Sehingga status

gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003).

Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang

dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient.

Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang berdasarkan pada

data antropometri serta biokimia (Beck, 2002).

Terdapat dua faktor langsung penyebab gizi kurang pada anak

balita, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi dan keduanya saling

mendorong. Sebagai contoh, anak balita yang tidak mendapat cukup

makanan bergizi seimbang memiliki daya tahan yang rendah terhadap

penyakit sehingga mudah terserang infeksi. Sebaliknya penyakit infeksi

seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dapat

mengakibatkan asupan gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik

sehingga berakibat pada gizi buruk. Oleh karena itu, mencegah

terjadinya infeksi juga dapat mengurangi kejadian gizi kurang dan gizi

buruk. Berbagai faktor penyebab langsung dan tidak langsung terjadinya

gizi kurang digambarkan dalam kerangka pikir UNICEF (1998).

Faktor penyebab langsung pertama adalah makanan yang

dikonsumsi, harus memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang

memenuhi syarat gizi seimbang. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh

ketersediaan pangan, yang pada tingkat makro ditunjukkan oleh tingkat

produksi nasional dan cadangan pangan yang mencukupi; dan pada

tingkat regional dan lokal ditunjukkan oleh tingkat produksi dan

Page 6: b30 Status Gizi Balita Mgrs

distribusi pangan. Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah

yang cukup dan harga terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi

pangan di tingkat rumah tangga. Selanjutnya pola konsumsi pangan

rumah tangga akan berpengaruh pada komposisi konsumsi pangan.

United Nations (2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam

kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

umur, dengan mengikuti siklus kehidupan. Pada Gambar 1 dapat dilihat

kelompok penduduk yang perlu mendapat perhatian pada upaya

perbaikan gizi. Pada Gambar 1 ini diperlihatkan juga faktor yang

mempengaruhi memburuknya keadaan gizi, yaitu pelayanan kesehatan

yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh, konsumsi makanan

yang kurang, dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada

kematian. Untuk lebih jelas mengetahui faktor penyebab masalah gizi,

gambar 1 (Unicef, 1998) menunjukkan secara sistimatis determinan

yang berpengaruh pada masalah gizi yang dapat terjadi pada masyarakat.

Sehingga upaya perbaikan gizi akan lebih efektif dengan selalu

mengkaji faktor penyebab tersebut.

Page 7: b30 Status Gizi Balita Mgrs

Sumber: Unicef, 1998

Gambar Penyebab Kurang Gizi

Perbaikan gizi dan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan

produktivitas kerja. Oleh karena itu, investasi yang bertujuan untuk

perbaikan gizi dan kesehatan dapat dipandang sebagai salah satu aspek

human capital (Simanjuntak, 1998 dalam Hidayat, 2005). United

Nations (2000) memfokuskan uasaha perbaikan gizi dalam kaitannya

dengan upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) pada seluruh

kelompok umur dengan mengikuti siklus kehidupan.

Kekurangan gizi yang terjadi pada balita, remaja, ibu-ibu selama

kehamilan dan secara kumulatif dapat berdampak buruk terhadap

kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah. Bayi yang memiliki

berat badan lahir yang rendah (BBLR) akan memiliki resiko yang tinggi

terhadap kematian (Infant Mortality Rate), penyakit kronis pada masa

usia dewasa dan keterlambatan perkembangan mental. Dalam

perkembangannya, bayi dengan BBLR akan cenderung mengalami

proses pertumbuhan yang lambat. ASI ekslusif yang kurang, karena

ibunya juga mengalami kekurangan gizi. Kondisi kekurangan gizi yang

terjadi pada bayi dengan BBL renadah akan berisiko mengakibatkan

balita yang menderita Kurang Energi Kronik (KEP). Risiko munculnya

balita KEP akan semakin tinggi jika tidak didukung dengan pola asuh

yang tidak memadai. Selain itu, penyakit infeksi dan keterbatasan akses

terhadap pelayanan kesehatan akan memperburuk pertumbuhan bayi

dengan BBL rendah. Kondisi kekurangan gizi yang terus berlanjutakan

menghambat pertumbuhan hingga mencapai masa remaja, seperti gambar

berikut (Hidayat,2005):

Page 8: b30 Status Gizi Balita Mgrs

Sumber: Nutrition Throught The Life Cycle, 2000

Gambar Gizi Menurut daur kehidupan

Pengukuran status gizi dapat dilakukan dengan menilai ukuran

antropometri, pemeriksaan klinis dan biokimia, serta mengukur jumlah

masukan makanan, umumnya pengukuran status gizi penduduk dalam

survey skala besar hanya dilakukan dengan menilai ukuran antropometri

yang merupakan salah satu pilihan cara yang termudah. Antropometri

dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya kurang energi kronis

(KEK), karena cukup sensitive dan konsisten. Namun demikian untuk

memasatikan adanya KEK perlu diukur asupan kalori dan protein

makanan secara langsung, meskipun tidak mudah untuk dilakukan

(Tarwotjo, dkk, 1988; Atmarita dan Fasil, 1991; Frankerberg, dkk, 1996

dalam Hidayat, 2005).

2. Balita

Balita adalah salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum

anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima

tahun, biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24–60 bulan

(Ranuh, 2000).

Page 9: b30 Status Gizi Balita Mgrs

Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana

memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan

lingkungannya. Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang

seimbang agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhan tidak

terhambat, karena dari segi umur balita yang bertumbuh dan

berkembang dan golongan Paling rawan KEP, kerawanan disebabkan

karena (Santoso, 2004; Arisman, 2004):

a. Kemampuan saluran pencernaan anak yang tidak sesuai dengan

jumlah volume makanan yang mempunyai kandungan gizi yang

dibutuhkan anak

b. Kandungan gizi kebutuhan anak per satuan berat badan lebih

besara dibandingkan orang dewasa karena disamping untuk

pemeliharaan juga diperlukan untuk pertumbuhan

Bahan makanan yang dikonsumsi bayi sejak usia dini merupakan

fondasi penting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan.

Dengan kata lain, kualitas sumber daya manusia (SDM) hanya akan

optimal, jika gizi dan kesehatan pada beberapa tahun kehidupannya di

masa balita baik dan seimbang. SDM berkualitas inilah yang akan

mendukung keberhasilan pembangunan nasional di suatu negeri. Secara

global, tercapainya keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta seimbang

ini merupakan salah satu tujuan utama Millennium Develpoment Goals

(MDGs) 2015 yang dicanangkan oleh UNICEF (Soekirman, 2006).

B. Penentuan Status Gizi Balita

Ada dua jenis antropometri yang digunakan dalam mengidentifikasi status

gizi, yaitu berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Kedua ini disajikan dalam

bentuk indeks dan rasio berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan

terhadap umur (TB/U) dan rasio berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB).

Status gizi yang diukur dengan rasio BB/U mencerminkan status masa

sekarang. Karena, berat badan mencerminkan kondisi outcome tentang status

gizi pada masa sekarang. Rasio TB/U mencerminkan status gizi masa lalu,

Page 10: b30 Status Gizi Balita Mgrs

karena tinggi badan merupakan outcome kumulatif status gizi sejak dilahirkan

hingga saat sekarang (Hidayat, 2005).

Di masa lalu, rujukan pertumbuhan dikembangkan menggunakan data dari

satu negara dengan mengukur contoh anak-anak yang dianggap sehat, tanpa

memperhatikan cara hidup dan lingkungan mereka. Mengingat hal tersebut

World Health Organization (WHO) telah mengembangkan standar

pertumbuhan yang berasal dari sampel anak-anak dari enam negara yaitu

Brazil, Ghana, India, Norwegia, Oman dan Amerika Serikat.

WHO Multicentre Growth Reference Study (MGRS) telah dirancang untuk

menyediakan data yang menggambarkan bagaimana anak-anak harus tumbuh,

dengan cara memasukkan kriteria tertentu (misalnya: menyusui, pemeriksaan

kesehatan, dan tidak merokok). Penelitian tersebut mengikuti bayi normal dari

lahir sampai usia 2 tahun, dengan pengukuran yang sering pada minggu

pertama. Kelompok anak-anak lain umur 18 sampai 71 bulan, diukur satu kali.

Data dari kedua kelompok umur tersebut disatukan untuk menciptakan standar

pertumbuhan anak umur 0 sampai 5 tahun.

Indikator pertumbuhan digunakan untuk menilai status pertumbuhan anak

dengan mempertimbangkan umur, jenis kelamin dan hasil pengukuran. Dalam

modul ini akan dijelaskan cara melakukan penilaian status pertumbuhan

berdasarkan empat indikator berikut:

Panjang/Tinggi Badan Menurut Umur

Berat Badan Menurut Umur

Berat Badan Menurut Panjang/Tinggi Badan

Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Umur

Untuk mengetahui ada tidaknya penurunan atau kenaikan berat badan

(BB) dapat dilihat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Prinsipnya adalah anak

yang sehat, bertambah umur bertambah berat badan. Menurut Standar WHO

BB ideal anak laki-laki usia 2 tahun adalah 12,2 kg dan anak perempuan 11,5

kg. untuk seterusnya setelah usia 2 tahunsampai 5 tahun, pertambahan BB

Page 11: b30 Status Gizi Balita Mgrs

rata-rata 2-2,5 kg per tahun. Pemntauan panjang / tinggi badan juga perlu agar

dapat diketahui keadaan tau status gizi yang lebih akurat.

Indikator Pertumbuhan Menurut Z-score

Z-score

Indikator Pertumbuhan

PB/U atau TB/U BB/UBB/PB atau

BB/TBIMT/U

Di atas 3 Lihat Catatan 1

Lihat Catatan

2

Sangat gemuk

(Obes)

Sangat

gemuk

(Obes)

Di atas 2Gemuk

(Overweight)

Gemuk

(Overweight)

Di atas 1

Risiko Gemuk

(Lihat

Catatan3)

Risiko

Gemuk

(Lihat

Catatan 3)

0 (Angka

Median)

Di bawah -1

Di bawah -2Pendek (Stunted)

(Lihat Catatan 4)

BB Kurang

(Underweight)

Kurus

(Wasted)

Kurus

(Wasted)

Di bawah -3

Sangat Pendek

(Severe Stunted)

(Lihat Catatan 4)

BB Sangat

Kurang

(Severe

Underweight)

Sangat Kurus

(Severe

Wasted)

Sangat Kurus

(Severe

Wasted)

Sumber: Modul C Pelatihan Penilaian Pertumbuahan Anak WHO 2005

Catatan:

1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak

Page 12: b30 Status Gizi Balita Mgrs

menjadi masalah kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami

gangguan endokrin seperti adanya tumor yang memproduksi hormon

pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika diduga mengalami gangguan

endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya, sedangkan

tinggi orang tua normal).

2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada katagori ini, kemungkinan

mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini

dinilai berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB atau IMT/U.

3. Hasil ploting di atas 1 menunjukkan kemungkinan risiko. Bila

kecenderungannya menuju garis Z-score 2 berarti risiko lebih pasti.

4. Anak yang pendek atau sangat pendek, kemungkinan akan menjadi gemuk

bila mendapatkan intervensi gizi yang salah.

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor resiko yang

paling berhubungan paling dominan dengan status gizi balita (BB/U)

adalah penyakit diare setelah dikontrol oleh sumber air minum,

ketersediaan jamban, status sosial ekonomi, jumlah anggota keluarga, jenis

kelamin dan pemanfaatan yankes, penyakit ISPA, pekerjaan ibu dan lama

pemberian ASI sampai 2 tahun. Sedangkan variabel yang paling dominan

berhubungan dengan malnutrisi menurut indikator (TB/U) adalah

ketersediaan jamban setelah dikontrol oleh kebiasaan cuci tangan, status

sosial ekonomi, sumber air minum, lama pemberian ASI sampai 3 tahun,

penyakit diare, jumlah anggota dan jenis kelamin. Faktor resiko yang

paling dominan berhubungan dengan status gizi balita (BB/TB) adalah

jenis kelamin setelah dikontrol oleh umur, sumber air minum, jarak dan

waktu menuju posyandu/poskesdes dan polindes, variabel pemanfaatan

pelayanan kesehatan dan penyakit ISPA (Sartika,2010).

Status BB/TB balita yang menggambarkan kekurangan gizi akut

yang terjadi dalam waktu yang singkat dan mempengaruhi keadaan status

gizi seseorang. Misalnya saja terserang penyakit infeksi, hal ini tentu saja

akan berpengaruh langsung kepada status gizi anak, atau mungkin saja

kerena kekurangan asupan makanan yang bisa di pengaruhi oleh status

Page 13: b30 Status Gizi Balita Mgrs

ekonomi, pengetahuan ibu yang kurang terhadap masalah gizi, dan pola

asuh yang mengakibatkan baik balita yang BBLR ataupun yang normal

dapat menjadi balita yang berbadan kurus. Sedangkan TB/U

menggambarkan keadaan kronis balita, menunjukkan keadaan yang sudah

terjadi sejak lama, atau dengan kata lain merupakan outcome kumulatif

status gizi sejak lahir hingga sekarang. Bayi yang lahir dengan berat badan

rendah menandakan kurang terpenuhinya kebutuhan zat gizi pada saat

kehamilan atau karena sebagai akibat dari ibu yang juga menderita KEK.

Page 14: b30 Status Gizi Balita Mgrs

KESIMPULAN

Status gizi balita dapat merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan asupan. Penilaian status gizi merupakan

pengukuran yang dapat berdasarkan pada data antropometri atau serta biokimia.

BB kurang bisa disebabkan asupan gizi yang kurang, aktifitas anak yang

berlebih, atau ada penyakit yang melatarinya sehingga asupan makanannya tidak

terserap optimal. masa Blita merupakan masa aktif anak bereksplorasi, sehingga

bukan tidak mungkin kenaikan BB-nya tidak sesuai dengan pertumbuhan normal

karena energi banyak terpakai. Selain itu anak usia balita juga tergolong pilih-

pilih makan (picky eater) atau hanya ingin makan makanan favoritenya.

Menurunnya BB juga dapat disebabkan penyakit infeksi yang dapat menggaggu

metabolism tubuh dan membuat anak sulit makan.penurunan BB yang terjadi

cukup lama dapat menyebabkan anak “gagal tumbuh”. Dalam artian tinggi

badannya tidak sesuai dengan seharusnya (normal).

Anak yang mengalami obesitas bukan hanya terjadi hipertropi

(bertambahnya besar ukuran sel-sel jaringan lemak) didalam tubuhnya, tetapi juga

hyperplasia (bertambahnya jumlah sel-sel di dalam jaringan lemak). Kegemukan

atau obesitas dapat membuat perkembangnnya tidak seoptimal anak yang dengan

BB normal. Selain itu dalam melakukan aktivitas fisik akan lebih cepat merasa

capai. Dan juga kegemukan/ obesitas terbukti berisiko menimbulkan berbagai

penyakit jangka pendek dan panjang, seperti infeksi kulit, hipertensi sampai

syndrome metabolic.

Idealnya, setiap bulan sekali, orang tua memantau pertumbuhan BB guna

mengetahui kondisi kesehatan anak dengan menggunakan KMS agar dapat terlihat

apakah anak berada pada kurva normal, kurang atau lebih. Jika dalam 2 bulan

berturut-turut BB anak tidak naik atau cenderung turun, kemungkinan anak

sedang mengalami gangguan kesehatan. Demikian juga bila BB anak naik

berlebihan, maka diperlukan segera penanganan yang tepat.

Page 15: b30 Status Gizi Balita Mgrs

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Arisman, MB., 2004. Gizi Daur Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Beck. 2002. Status Gizi. [Online] http://www.creasoft.com.

Hidayat, Zainul. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sataus Gizi Balita di Indonesia. Jakarta: Pascasarjana UI [Online] http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=109403&lokasi=lokal .

Kurniasih, Dedeh., dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat gizi Seimbang. Jakarta:Kompas Gramedia

Santoso, Soegeng., & Anne, Lies., 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekirman. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Primamedia Pustaka.

Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri & Ibnu Fajar., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit EGC.

World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth [Online] http://www.who.int/nutrition/topics/feto_ maternal/en.html. Last update : January 2008.

WHO & Depkes RI. Modul C Pelatihan dan Penilaian Pertumbuhan Anak WHO 2005. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF, New York, 2004 [Online] http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm . Last Update : Nov 2008

UNICEF. 1998. The State of The World’s Children 1998. Oxford: Oxford University Press.