B2P2VRP salatiga

4
B2P2VRP Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) lembaga riset dan pengembangan di bidang vektor dan reservoir yang sel penelitian. Lembaga ini di bawah naungan langsung Kemenkes Republik ndonesia. kegiatan surveilans" salah satu vektor yang men#adi sasarn surveilnas adalah nyamuk" karena nyamuk adalah vektor yang banyak menyumbang berbagai ma$am masalah keseha seperi demam berdarah" %ilariasis" malaria dan lainsebagainya. &ntuk mengurangi permasalahan kesehatan tersebut" maka B2P2VRP malkukan riset khusus terkait vektor d reservoir penyakit yaitu 'Riset Khusus Vektora " dengan tu#uan lainnya adalah me kebi#akan program kesehatan nasioal. alah satu penelitian yang dilakukan adalah penelitian tentang nyamukPR*+ merupakan ren$ana ker#a dari tahun 2,- / 2,-0. Koleksi data primer dengan penum nyamuk atau vekrot kemudian untuk data sekunder endemisitas penyakit di berikut data program pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir" baik pro maupun metode pengendalian lokal. ampel nyamuk kemudian akan diidenti%ikasi sp se$ara mor%ologis dan molekuler serta dilakukan kon%irmasi dan - reko vektor dan reservoir penyakit serta agen penyakit yang menyertai. 1ara pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling berda strati%ikasi geogra%is" ekosistem dan peta endemisitas penyakit tular vektor. ampling men$akup 3 (tiga) titik pada setiap provinsi. *asing/masing titik kemudian dipi ekosistem" yaitu ekosistem hutan" non hutan dan pantai. 4aha +kosistem hutan" e non/hutan +kosistem pantai dan !aerah dengan pemukiman penduduk !aerah #auh d pemukiman penduduk. Pada tahun 2,- penelitian ini dilakukan di 0 provinsi yaitu umatera el 4engah" 5awa 4imur" Kalimantan elatan" ulawesi 4engah" 6usa 4enggara Papua. edangkanpada tahun 2,-7/2,-0. !ilaksanakan se$araberurutan sehingga men$akup keseluruhan 38 provinsi di ndonesia. erta pada tahun 2,-9 tahap akan analisis Lan#ut keseluruhan hasil Rikhus Vektora yang sudah diperoleh pada tahun 2,-0. Pada akhir riset akan diperoleh lebih kurang 6yamuk 3,7.,,, spesimen" tik spesimen dan kelelawar 28.89, spesimen. Validasi Rikhus Vektora ini akan dilakukan oleh tim pakar yang terdiri dar di bidang entomologi" mamalogi" epidemiologi" mikrobiologi" biologi molekuler da sosial" baik dari lembaga penelitian" akademisi dan instansi pemerintah yang ber

description

B2P2VRtor adalah balai besar atau institusi yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan vektor dan reservoir penyebab penyakit. B2P2VRP ini bertempat di salatiga jawa tengah

Transcript of B2P2VRP salatiga

B2P2VRPBalai Besar Pengembangan dan Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) adalah lembaga riset dan pengembangan di bidang vektor dan reservoir yang selalu melakukan penelitian. Lembaga ini di bawah naungan langsung Kemenkes Republik Indonesia. Dalam kegiatan surveilans, salah satu vektor yang menjadi sasarn surveilnas adalah nyamuk, karena nyamuk adalah vektor yang banyak menyumbang berbagai macam masalah kesehatan seperi demam berdarah, filariasis, malaria dan lain sebagainya. Untuk mengurangi permasalahan kesehatan tersebut, maka B2P2VRP malkukan riset khusus terkait vektor dan reservoir penyakit yaitu Riset Khusus Vektora, dengan tujuan lainnya adalah mendukung kebijakan program kesehatan nasioal. Salah satu penelitian yang dilakukan adalah penelitian tentang nyamukPRIMER yang merupakan rencana kerja dari tahun 2015- 2017. Koleksi data primer dengan penumpulan nyamuk atau vekrot kemudian untuk data sekunder endemisitas penyakit di lokasi riset berikut data program pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, baik program nasional maupun metode pengendalian lokal. Sampel nyamuk kemudian akan diidentifikasi spesiesnya secara morfologis dan molekuler serta dilakukan konfirmasi dan 15 rekonfirmasi terkait vektor dan reservoir penyakit serta agen penyakit yang menyertai.Cara pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling berdasarkan stratifikasi geografis, ekosistem dan peta endemisitas penyakit tular vektor. Sampling mencakup: 3 (tiga) titik pada setiap provinsi. Masing-masing titik kemudian dipilih 3 (tiga) ekosistem, yaitu: ekosistem hutan, non hutan dan pantai. Taha Ekosistem hutan, ekosistem non-hutan Ekosistem pantai dan Daerah dengan pemukiman penduduk Daerah jauh dari pemukiman penduduk. Pada tahun 2015 penelitian ini dilakukan di 7 provinsi yaitu Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Sedangkan pada tahun 2016-2017. Dilaksanakan secara berurutan sehingga mencakup keseluruhan 34 provinsi di Indonesia. Serta pada tahun 2018 tahap akan dilakukan analisis Lanjut keseluruhan hasil Rikhus Vektora yang sudah diperoleh pada tahun 2015-2017. Pada akhir riset akan diperoleh lebih kurang: Nyamuk 306.000 spesimen, tikus 12.240 spesimen dan kelelawar 24.480 spesimen.

Validasi Rikhus Vektora ini akan dilakukan oleh tim pakar yang terdiri dari tim pakar di bidang entomologi, mamalogi, epidemiologi, mikrobiologi, biologi molekuler dan ilmu sosial, baik dari lembaga penelitian, akademisi dan instansi pemerintah yang berkompeten.

Pada tahun 2014 Rikhus Vektora telah diuji coba di Wilayah Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Pelaksanaan dilakukan pada 29 September sampai 31 Oktober 2014.

Gambar 4.1 Gambaran 2 garis transek yang masing-masing mewakili daerah yang dekat dengan dan jauh dari pemukiman melintasi 3 tipe ekosistem yang berbeda, yaitu pantai, non-hutan dan hutan (Sumber: Balitbangkes, 2014)

Pengumpulan data vektor nyamuk hasil tangkapan pada uji coba tersebut didapatkan beberapa spesimen dengan kriteria tertentu seperti dalam tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Koleksi Vektor Riset Khusus

NoHasil koleksi vekor riset khususJumlah

1Total nyamuk tertangkap4236 ekor

2Jumlah jentik terkoleksi

801 ekor

3Spesimen nyamuk yang dibuat preparat awetan

2718 ekor

4Spesimen nyamuk untuk pemeriksaan pathogen

1819 ekor

5Spesimen nyamuk yang belum teridentifikasi spesiesnya

11 ekor

6Jumlah genera nyamuk yang dikoleksi

6 genus

Sedangkan dari rikhus vektora tersebut didapatkan spesies Anopheles yang telah terkonfirmasi seperti pada gambar 4.2.

Sumber referensi Tabel 1:

L1 :Koesoemowinangoen W. 1953. Anophelini di Indonesia Kementerian Kesehatan RI.

L2 :Bonne-Wepster, Swellengrebel NH. 1953. The anopheline mosquitoes of the Indo-Australian region. -504pp. Amsterdam, De Bussy.

L3 :Knight KL, Stone A. 1977. A Catalog of the Mosquitoes of the World (Second edition) -612pp. Baltimore, The Geo W. King Company. Published by the Entomological Society of America.

L4 :OConnor CT, Sopa T. 1981. A Checklist of The Mosquitoes of Indonesia. A Special Publication of the U.S. NAMRU No. 2, Jakarta, Indonesia.

L5 :Ditjen P2M&PL. 2000. Kunci Bergambar Singkat Anopheles dewasa di Indonesia. Dep. Kes R.I., Ditjen P2M&PL.

L6 :Garjito TA, Jastal, Y Srikandi, Risti, Malonda. 2008. Update Kunci Bergambar Singkat Nyamuk Anopheles di Indonesia. Balai Litbang P2B2 Donggala

L7 :Depkes RI.2010. Rencana Nasional Program Akselerasi, Subdit Filariasis & Schistosomiasis, Direktorat P2B2, Ditjen PP&PL, Kemenkes RI

L8 :Loka Litbang P2B2 Donggala. 2007. Review Hasil Penelitian Malaria Loka Litbang P2B2 Donggala.

L9 :Widarso HS, Purba W, Suroso T, Ganefa S, Hutabarat T, Widyaningsih C. 2002. Current Status on Japanese Encephalitis in Indonesia. Proceedings on The Annual Meeting of the Regional Working Group on Immunization in Bangkok, Thailand, 17-19 June 2002.

Vektor malaria yang berhasil dikoleksi adalah 13 spesies Anopheles dari 42 spesies yang sudah terlaporkan di Sulawesi Tengah. Sejumlah 6 spesies terbukti sebagai vektor penyakit dengan teridentifikasi positif mengandung plasmodium menggunakan pemeriksaan ELISA, yaitu: An. barbirostris, An. vagus, An. ludlowae, An. flavirostris, An. subpictus dan An. maculatus. Hasil studi sebelumnya (dari jaman Kolonial Belanda sampai publikasi tahun 2013), An. barbirostris, An. flavirostris, An. subpictus dan An. vagus pernah terkonfirmasi positif mengandung Plasmodium dengan pemeriksaan ELISA, namun An. ludlowae dan An. maculatus belum pernah dilaporkan sebagai vektor malaria di Propinsi Sulawesi Tengah. Hasil Uji Coba: An. ludlowae dan An. maculatus merupakan spesies nyamuk yang belum pernah terlaporkan dan berpotensi sebagai vektor malaria di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah.